Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ghaitsa Zahira Shofa

NIM : 2306010086
Kelas : PJKR Internasional Class

1. PERSPEKTIF FILSAFAT OLAHRAGA DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT


SEHAT,1 OKTOBER 2012
https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/download/4646/3995

Filsafat olahraga memiliki tanggung jawab penting dalam mempersatukan


berbagai kajian ilmu untuk dirumuskan secara terpadu dan mengakar menuju ilmu
olahraga dalam 3 dimensi ilmiahnya (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi). Asumsi
dasar ontologi olahraga yaitu “gerak insani” (human movement) sebagai potensi
untuk dikembangkan menuju arah kesempurnaan. Gerak insani menjadi prinsip
pertama dalam ontologi olahraga. Fokus olahraga pada “gerak insani”, menjadikan
epistemologi olahraga lebih bertendensi ke empirisme terbuka, artinya sistem yang
memiliki implikasi epistemik selalu terus menerus berubah karena pengaruh
eksternal; sehingga terbuka untuk pendekatan inter, antar, dan lintas disiplin.

MENELUSURI MAKNA OLAHRAGA, 19 Maret 2012


http://partanto.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?
m=1

Fenomena paling konkrit sebagai obyek formal ilmu keolahragaan adalah


gerak laku manusia dalam bentuk gerak insani, terutama keterampilan gerak yang
dapat dikuasai melalui belajar. Gerak insani adalah medan pergaulan yang bersifat
mendidik antara peserta didik sebagai actor, atau pelaku pendidik sebagai pengarah
sekaligus fasilitator.

LANDASAN FILOSOFIS BELAJAR GERAK, 14 AGUSTUS 2013


http://marufulkahri.blogspot.com/2013/08/landasan-filosofis-belajar-gerak.html

 Landasan Filosofis Gerak Insan


Di dalam pengertian pendidikan jasmani berdimensi filosofis gerak insani
mengantarkan individu berada pada tingkat kualitas hidup yang lebih baik lagi, yakni
memiliki tingkat kesejahteraan paripurna. Gerak insani melibatkan semua sistem
tubuh, seperti sistem saraf, otot, tulang. Gerak insani terkait dengan prinsip
mekanika yang diterapkan dalam tubuh, misalnya gravitasi dan pengaruh daya
yang diterapkan.

2. MEDAN PENGKAJIAN ILMU KEOLAHRAGAAN MENURUT PARA AHLI


KDI-Keolahragaan. (2000). Ilmu keolahragaan dan rencana pengembanganya.
Jakarta: Depdiknas.
Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.
Paturusi, Achmad. (2012). Manajemen pendidikan jasmani dan olaharga. Jakarta:
Rineka Cipta.
https://www.ublikpendidikan.com/2021/12/medan-pengkajian-ilmu-keolahragaan-
menurut-para-ahli.html

Fungsi ilmu keolahragaan adalah untuk mengkaji persoalan berdasarkan masalah


yang telah diidentifikasi dan mengungkapkan pengetahuan sebagai jawabannya
secara ilmiah. Berkaitan dengan objek formalnya, maka medan pengkajian ilmu
keolahragaan mencakup spectrum aktifitas jasmani yang cukup luas, meliputi (1)
bermain (play), (2) berolahraga (sport), (3) pendidikan jasmani dan kesehatan
(physical and health education), (4) rekreasi (recreation and leissure) dan (5) tari
(dace). Hal ini tampak jelas dari sisi praktis atau layanan professional yang gilirannya
menjadi lahan sibur bagi pengembangan batang tubuh pengetahuan ilmu
keolahragaan itu sendiri.

 Bermain

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita
mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fiscal yang tidak kompetitif,
meskipun bermain tidak harus bersifat fisik. Bermain bukan lah berarti olahraga dan
pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam
keduanya (Mahendra, 2003:7). Bermain merupakan dorongan naluri, fitrah mausia,
dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat
mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara suka rela tanpa paksaan dalam waktu
luang. Didalamnya juga terkandung nilai pendidikan sehingga perlu dimanfaatkan
sebagai upaya menuju pendewasaan melalui pemberian rangsangan yang bersifat
menyeluruh meliputi aspek fisik, mental, social, dan moral yang berguna pada
pencpaian pertumbuhan secara normal dan wajar. Tujuan yang imgim dicapai
tersiarat di dalam kegiatan itu, suatu ciri yang ingin membedakan dengan bekerja.

 Berolahraga

Istilah olahraga yang digunakan disini meruakan istilah genetic, sehingga


pengertiannya tidak terbatas pada pengertian sempit olahraga prestasi-kompetitif elit
untuk segelintir individu berkemampuan super yang pelaksanaannya dikelola secara
formal seperti lazim dijumpai dalam cabang-cabang olahraga resmi, tetapi juga jenis-
jenis aktivitas jasmani lainnya yang bersifat informal dan kegiatan dan tujuannya
dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Olahraga pendidikan adalah proses pembinaan menekankan penguasaan


keterampilan dan ketangkasan berolahraga nilai-nilai kependidikan melalui
pembekalan pengalaman yang lengkap sehingga yang terjadi adalah proses
sosialisasi melalui dan dalam olahraga;
Olahraga kesehatan adalah jenis kegiatan yang lebih menitik beratkan pada upaya
mencapai tujuan kesehatan dan fitness yang tercakup dalam konsep well-being
melalui kegiatan berolahraga;
Olahraga rekreaktif adalah jenis kegiatan olahraga yang menekankan pencapaian
tujuan yang bersifat rekreatif atau manfaat dari aspek jasmaniah dan social
psikologis;
Olahraga rehabilatif adalah jenis kegiatan olahraga, atau latihan jasmani yang
menekankan tujuan yang bersifat terapi atau aspek psikis dan perilaku;
Olahraga kompetitif adalah jenis kegiatan olahraga yang menitik beratkan peragaan
performa dan pencapaian prestasi maksimal yang lazimnya dikelola oleh organisasi
olahraga formal, baik nasional maupun internasional.
Karena karakteristik olahraga semakin kompleks, selain mengandung muatan bio
psikososio-kultural-anthopologis juga muatan teknologi (tecno-sport) dan rspons
terhadap lingkungan (eco-sport), maka amat sukar untuk menegaskan sebuah
batasan, namun demikian dapat diidentifikasi ciri yang bersifat umum (common
denominator) yaitu sebagai berikut:

Olahraga merupakan subsistem dari bermain pelaksanaan secara sukarela tanpa


paksaan;
Olahraga berorientasi pada dimensi fisikal, kegiatan itu merupakan peragaan
keterampilan fisik.
Olahraga merupakan kegiatan rill, bukan ilusi atau imajinasi.
Olahraga, trutama olahraga kompetitif menekankan aspek performa dan prestasi
sehingga didalamnya terlibat unsur perjuangan, kesungguhan, dan factor surprise,
sebagai lawan dari factor untung-untungan sehingga performa itu dicapai melalui
usaha pribadi.
Olahraga berlangsung dalam suasana hubungan social dan bersifat kemanusiaan
bukan membangkitkan naluri rendah, dan bahkan justru membangun sodaliritas.
Olahraga harus bermuara pada upaya untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan total atau wellness.

 Pendidikan Jasmani dan olahraga

Pendidikan jasmani adalah proses sosialisasi via aktivitas jasmani, bermain dan/atau
olahraga yang bersifat selektif untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
Meskipun orientasi pembinaan tertuju pada aspek jasmani, namun demikian seluruh
scenario adegan pergaulan yang bersifat mendidik juga tertuju pada aspek
pengembangan kognitif dan afektif sehingga pendidikan jasmani merupakan
intervensi sistematik yang bersifat total, mencakup pengembangan aspek fisik,
mental, emosional, social dan moral spiritual. Nuansa-nuansa yang bersifat mendidik
itu terjadi pada anak-anak melalui pendekatan pedagogi dan juga pada orang
dewasa melalui pendekatan andragogi sehingga proses pendidikan dan sekaligus
pembentukan itu berlangsung melalui pendekatan agogik. Pendidikan jasmani dan
olahraga merupakan suatu kegiatan mendidik anak dengan proses pendidikan
melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

Pendidikan kesehatan adalah proses pembinaan pola atau gaya hidup sehat
sebagaiketerpaduan pengetahuan, nilai, sikap dan prilaku nyata (action). Tujuan
yang ingin dicapai adalah kesehatan total bukan dalam pengertian bebas dari cacat,
tetapi sehat fisik, mental dan social, seperti tercakup dalam konsep wellness. Antara
sakit dan sehat bukan sebagai sebuah dikhotomi, tetapi sehat bergerak dalam garis
kontinum sehingga fungsi dari pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan seseorang.

 Rekreasi

Rekreasi adalah satu bentuk kegiatan suka rela dalam waktu luang, bukan aktivitas
survival, yang diarahkan terutama dalam bentuk rekreasi aktif berupa kativitas
jasmani atau kegiatan berolahraga.

 Tari (dance)

Dance adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan music,
kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkapan atau ekspresi dari suatu lingkup
budaya tertentu, yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan
memperoleh kesenangan, disamping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan
pergaulan, disamping sebagai kegiatan yang menyehatkan. Tari menunjukkan
fenomena peragaan keterampilan ketangkasan, sehingga dari pengungkapan
keterampilan gerak ia masuk ke tampal batas kegiatan olehraga. Namun aktivitas
jasmani tersebut lebih bernuansa persyaratan seni atau factor estetika, meskipun
tidak dapat dibantah bahwa dalam olahraga banyak sekali dijumpai unsur-unsur seni
dan keindahan.
3. DIMENSI KAJIAN ILMU KEOLAHRAGAAN,2017
https://media.neliti.com/media/publications/218343-dimensi-kajian-ilmu-
keolahraga.pdf
PENDEKATAN INTERDISIPLINER, MULTIDISIPLINER,
DAN TRANSDISIPLINER DALAM STUDI SASTRA,2015
https://journal.unesa.ac.id/index.php/paramasastra/article/download/1496/1011

Pendekatan Multi-disiplin merupakan pendekatan dalam pemecahan suatu


masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu
yang relevan.
Pendekatan inter-disiplin merupakan pendekatan yang memberi ruang bagi
dua atau lebih disiplin ilmu berinteraksi dalam bentuk komunikasi ide atau konsep
yang kemudian dipadukan untuk mengkaji fenomena keolahragaan.
Pendekatan lintas-disiplin merupakan pendekatan yang mengupayakan
aspek-aspek yang ada dalam fenomena keolahragaan menjadi pusat orientasi
penyusunan konsep secara terpadu dengan menggunakan beberapa teori-teori
dari disiplin ilmu lain yang relevan sehingga batas-batas disiplin ilmu sumbernya
menjadi tersamarkan atau tidak kelihatan.

4. COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga,2019


file:///C:/Users/user/Downloads/13992-34342-2-PB%20(1).pdf

Menurut Loland (1995) olympism adalah filosofi kehidupan yang


meninggikan dan menggabungkan secara seimbang kualitas tubuh; kehendak dan
pikiran; memadukan olahraga dengan budaya dan pendidikan.
Olympism merupakan dasar fundamental dan filosofi kehidupan yang
mencerminkan dan mengkombinasikan keseimbangan antara jasmani dan rohani.
Dengan demikian dapat menciptakan cara hidup berdasarkan kegembiraan dan
usaha yang mulia. Nilai pendidikan yang baik dan penghormatan terhadap prinsip-
prinsip etika fundamental universal. Oleh sebab itu dalam prinsipnya olympism
berupaya untuk menyebarluaskan gerakannya melalui program-programnya.
Gerakan Olimpiade adalah aksi bersama, terorganisir, universal dan permanen,
dilakukan di bawah otoritas tertinggi IOC, semua individu dan entitas yang
terinspirasi oleh nilai-nilai Olympism (Comittee, 2015).

DASAR DASAR MANAJEMEN OLAHRAGA,2017


https://staffnew.uny.ac.id/upload/132313280/penelitian/C1-buku
%20manajemen%20olahrga.pdf

Gerakan olympic ialah kesepakatan bersama, diorganisasi, semesta, dan


kegiatan tetap yang dilaksanakan di bawah otoritas dari IOC. Praktik melakukan
olahraga merupakan hak manusia. Setiap individu harus memiliki kesempatan
untuk berolahraga, tanpa ada diskriminasi apapun dan dalam semangat
persaudaraan, soidaritas dan fair play. Olimpisme modern yang dimunculkan oleh
Pierre de Coubertin pada akhir abad ke-19 telah berkembang seiring berjalannya
ketika gerakan olimpiade bertumbuh dan berkembang.

MELALUI NILAI-NILAI OLYMPISM DALAM OLAHRAGA UNTUK


MENGEMBANGKAN INTEGRITAS & KARAKTER,2014
https://eprints.upgris.ac.id/8/1/ABSTRAK%20NILAI%20OLYMPSM.pdf
Dalam olympism diajarkan untuk bersikap sportif, saling menghargai, saling
menghormati, menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun
perdamaian dunia, contohnya dengan olahraga. Kenapa olahraga? Karena
olahraga merupakan kegiatan yang paling murah dan mudah untuk dilakukan,
banyak orang yang menyukai kegiatan olahraga, selain juga menyehatkan.
Olympism mungkin dikenal dengan kegiatan olahraganya. Namun, sebenarnya
olahraga bukanlah tujuan utama dari olympism. Kemuliaan manusia merupakan
tujuan utama yang ingin dicapai oleh olympism. Keseimbangan antara fisik,
kemauan, serta pikiran menjadi prinsip dasar olimpisme. Oleh karena itu,
perbedaan dan perselisihan sangat diharamkan untuk berada didalamnya.
Olympism membuat kita lebih memahami nilai-nilai olimpiade. Contohnya
olimpiade untuk orang-orang yang kurang sempurna secara fisik. Kita sebagai
manusia yang diciptakan dengan anggota tubuh yang normal seharusnya malu
dengan mereka yang memiliki keterbatasan fisik namun tetap semangat untuk
berprestasi dalam keterbatasan yang ada. Mereka sangat menjunjung tinggi
sportifitas. Bahkan walaupun mereka tidak menjadi pemenang, mereka tetap
saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Memahami dan menerapkan nilai-nilai olympism ini, merupakan dasar
fundamental dan filosofi kehidupan yang mencerminkan dan mengkombinasikan
keseimbangan antara jasmani dan rohani serta mengharmonikan antara
kehidupan keolahragaan, kebudayaan dan pendidikan, sehingga dengan demikian
dapat diciptakan keselarasan kehidupan yang didasarkan pada kebahagiaan dan
merupakan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Anda mungkin juga menyukai