Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar balakang.
Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Itulah semboyan yang
sering kita dengar saat duduk di bangku sekolah dulu. Memang tepat sekali
semboyan tersebut. Untuk itulah yang terpenting adalah menciptakan tubuh yang
sehat. Salah satu cara menciptakan tubuh yang sehat adalah dengan berolahraga.
Terdapat kaitan yang sangat erat antara hubungan olahraga dan kesehatan tubuh.
Hidup teratur baik itu dari segi asupan gizi, kegiatan dan istirahat akan
menciptakan tubuh yang sehat. Olahraga merupakan kegiatan yang wajib untuk
ikut mendukung terciptanya kesehatan tubuh. Orang yang sering berolahraga akan
dapat mempertahankan kesehatan tubuhnya hingga usia yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang jarang atau tidak pernah melakukan aktifitas
olahraga.
Masyarakat meyakini benar manfaat olahraga bagi kesehatan. Tetapi
bagaimana olahraga dapat menyehatkan dan berapa berat orang harus melakukan
olahraga untuk menjadi lebih sehat? Inilah masalah yang perlu diperjelas
bagaimana tata-hubungan antara olahraga dengan kesehatan, bagaimana cara
melakukan olahraga untuk kesehatan dan berapa berat olahraga harus dilakukan
agar orang menjadi lebih sehat. Perlu diketahui bahwa pada awal abad 21 usia
harapan hidup diperkirakan mencapai 70 tahun. Hal ini akan meningkatkan
jumlah orang usia lanjut, yang diperkirakan pada tahun 2005 ini mencapai jumlah
19 juta orang atau 8,5% dari penduduk (Dep.Sosial RI.,1996: 1 dan 6). Dari sudut
pandang kesehatan masyarakat, kondisi ini perlu diantisipasi agar para usia lanjut
ini tetap sehat, sejahtera dan mandiri, sehingga tidak menjadi beban berat bagi
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
.

1.2 Rumusan masalah.


Apa konsep dasar pendidikan jasmani ?.
1. Apa pengertian pendidikan jasmani ?.
2. Bagaimana hubungan pendidikan jasmani dengan bermain dan olahraga.?.
3. Apa tujuan pendidikan jasmani ?.
4. Bagaimana ruang lingkup pendidikan jasmani ?.
1.3 Tujuan.
1. Mengetahui konsep dasar pendidikan jasmani.
2. Memahami pengertian pendidikan jasmani.
3. Memahami hubungan pendidikan jasmani dengan bermain dan olahraga.
4. Mengetahui tujuan pendidikan jasmani.
5. Mengetahui ruang lingkup pendidikan jasmani.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pendidikan Jasmani.


Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari system
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan
olahraga. Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan
keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan
nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat
yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang
seimbang. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental,serta emosional.Dalam proses

pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai


keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga,
internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain).
Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang
bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi
dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan
sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai
tujuan pengajaran.
Konsep pendidikan jasmani erat kaitannya dengan pendidikan rekreasi, dan
pendidikan kesehatan, yang menghasilkan bidang studi Penjaskes, perpaduan
antara pendidikan jasmani dan pendidikan kesehatan dengan titik persamaan
dalam tujuan terbentuknya gaya hidup aktif sepanjang hayat untuk mencapai
kesehatan.

2.2 Pengertian Pendidikan Jasmani.


Istilah pendidikan jasmani yang telah dikenal pada tahun 1950-an di
Indonesia, cukup lama menghilang dari wacana, terutama sejak tahun 1960-an,
tatkala istilah itu diganti dengan istilah olahraga. Dampak dari perubahan tersebut
sangat luas dan mendalam, terutama terhadap struktur dan isi kurikulum di semua
jenjang pendidikan sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap makna kedua
istilah itu, karena hampir selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan
fisik, seperti tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran
jasmani.Banyak pengertian pendidikan jasmani menurut pakarnya antara lain
Jenny (1961).Pendidikan Jasmani merupakan suatu proses yang bertujuan
meningkatkan prestasi manusia melalui aktiviti fizikal yang berkaitan dengan
pemilikan dan penghalusan kemahiran-kemahiran motorik; pembangunan dan
pemeliharaan kecerdasan untuk kesehatan optimum dan keadaan baik;
memperoleh pengetahuan, dan pembangunan sikap-sikap positif terhadap aktiviti
fizikal

Williams

(1964) berpendapat

bahawa

Pendidikan

Jasmani

memberi

pendidikan melalui aktiviti fizikal dan matlamatnya mempengaruhi semua


perkembangan fizikal termasuk perkembangan mental dan sosial.
Barrow (1971, 1983) menyatakan Pendidikan Jasmani dalam konteks
pengalaman pendidikan menyeluruh dan berkait dengan hal seumur hidup setiap
individu.
Baley & Field (1976), satu proses pengubahsuaian dan pembelajaran
berkenaan organik, neuromaskular, intelektual, sosial, budaya, emosional dan
estetik, hasil melalui aktiviti-aktiviti fizikal yang terpilih dan agak rancak.
Freeman (1977, 1992) menegaskan bahasa Pendidikan Jasmani meliputi
pembangunan fizikal dan mental dan menumpu pada tiga domain pendidikan,
iaitu psikomotor, kognitif dan afektif.
Lumpkin (1990) berpendapat Pendidikan Jasmani merupakan suatu proses
yang membolehkan individu mempelajari kemahiran-kemahiran fizikal, mental
dan sosial serta tahap kecergasan yang tinggi.
Dauer (1995) berpendapat Pendidikan Jasmani ialah sebahagian daripada
program pendidikan yang menyeluruh, yang memberi sumbangan pada asasnya
melalui

pengalaman-pengalaman

pergerakan

kepada

perkembangan

dan

pembangunan keseluruhan kanak-kanak.


Dari pengertian dari beberapa ahli diatas umunnya sama yaitu suatu
proses,program pendidikan yang menyeluruh,melalui fizikal dan mental dan
menumpu pada tiga domain pendidikan, iaitu psikomotor, kognitif dan afektif.atau
dengan kata lain berkait dengan hal seumur hidup setiap individu.
2.3 Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga.
Dalam

memahami

arti

pendidikan

jasmani,

kita

harus

juga

mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai


istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks
kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau
masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih
konseptual.

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan.


Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak
kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah
berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat
ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan
bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu
bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada
istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat
menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir,
kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan
hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang
terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau
dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat
diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang
terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita
tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa
kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi.
Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga
tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat
penting dalam hakikatnya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain
maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga
harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari katakatanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan
kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan
penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan
olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk
gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika

digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan


menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa
ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya
disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap
disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara
murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk
kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara
eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
2.4 Tujuan Pendidikan Jasmani.
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai
yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,
percaya diri dan demokratis.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

2.5 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani.


a)

Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi


gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti,

rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis
lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
b)

Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen


kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

c)

Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,


ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

d)

Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic
serta aktivitas lainnya.

e)

Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan


bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

f)

Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,


berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

g)

Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan seharihari,khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat,
merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat,
mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan
berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan
aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari system
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan
olahraga. Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan
keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan
nilai

(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial).Pendidikan

jasmani

pada

hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk

menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik,
mental,serta emosional.
Konsep pendidikan jasmani erat kaitannya dengan bermain (play) dan
olahraga.karna melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat
secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan
kependidikan.Namun Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan
penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan
olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

3.2 Saran.
Konsep dasar merupakan suatu hal yang sangat penting,lebih lebih kita
sebagai mahasiswa.Dengan kata lain bila dalam hidup kita tidak mempunyai suatu
konsep,hidup kita tidak bakalan teratur,untuk itu konsep dasar penjas harus kita
ketahui dan kita pahami,agar kedepannya kita tidak selalu berpedoman pada
konsep yang tidak benar atau keliru.

DAFTAR PUSTAKA
www.pojokpenjas.Blogspot.com
http://falsafah-pendidikan-jasmani.html
http://konsep-dasar-pendidikan-jasmani..ac.id//html
http://Pendidikan Jasmani dan Olahraga Di Lembaga Pendidikan (bag 2)
Bengkel Pak Santosa.htm
http://Pendidikan_jasmani. ac.id//htm
http://plugin-204-pendidikan-jasmani. ac.id//pdf

Anda mungkin juga menyukai