Menurut pendapat saya, Pendidikan jasmani merupakan suatu proses terjadinya adaptasi
dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional,
dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan
jasmani adalah upaya pendidikan melalui pemilihan aktivitas jasmani, yang diarahkan untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah bentukan pendidikan yang
menyeluruh menyangkut semua dimensi utuh manusia, bukan hanya tujuan perkembangan
fisikal, tetapi juga perkembangan kognitif, neuro-muscular, afektif-sosial-emosional, dan
bahkan moral sekali pun.
Pendidikan Jasmani sering diartikan sebagai bentuk pendidikan olahraga. Namun,
sesungguhnya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga. Meskipun
olahraga sebagai salah satu bentuk kegiatan aktivitas jasmani, tetapi olahraga lebih
bermakna bentuk aktivitas jasmani cabang dari olahraga. Pendidikan olahraga lebih
bermakna pendidikan ke dalam olahraga, dalam kaitan ini ada bentuk sosialisasi kedalam
olahraga.
Dari kelima aliran yang telah desebutkan diatas, yaitu Idealisme, Realisme, Pregmatisme,
Naturalisme, dan Ekstensialisme, aliran yang paling sesuai menurut saya adalah Idealisme,
karena dapat mengembangkan watak dan karakter pada individu melalui pengembangkan
fisik dan jiwa secara simultan, aktivitas fisiknya dapat mengembangkan kesegaran jasmani
dan kepribadian serta pengembangan kualitas pribadi.
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain. Konsep. Itu
menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang
mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building),
kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan
pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan
pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya.
Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun
karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak
mengandung unsur-unsur pedagogik.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara
terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara
umum (general education). Sudah tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan
melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kekeliruan yang sering dijumpai adalah banyak orang yang beranggapan
bahwa pendidikan jasmani hanya berisi dengan kegiatan olahraga. Di sekolahpun,
mata pelajaran pendidikan jasmani dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya
mengandalkan fisik. Bahkan, yang lebih parah, ada kecenderungan bahwa guru
pendidikan jasmani hanya mengembangkan keterampilan fisik (psikomotorik), tanpa
mengembangkan aspek yang lain.
Perlu adanya sebuah pemikiran baru mengenai konsep pendidikan jasmani di
sekolah. Oleh karena itu, konsep serta prinsip dalam pembelajaran pendidikan
jasmani atau dikjas akan dibahas dalam makalah ini. Adapun judul makalah ini
adalah Konsep dan Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek organik
menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat
memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk
pengembangan keterampilan;
meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh
otot atau kelompok otot;
meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk
menahan kerja dalam waktu yang lama;
meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan
aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama;
meningkatkan fleksibelitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian yang
diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
Aspek neuromuskuler
meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot;
mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat,
meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap atau mencongklang,
bergulir, dan menarik;
mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melengok,
meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok;
mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul,
menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan,
bergulir, memvoli;
mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak,
power, waktu reaksi, kelincahan;
mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola
voli, bola basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan lain sebagainya;
mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki,
berkemah, berenang dan lainnya.
Aspek perseptual
mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat;
mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau
ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang,
bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya;
mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan
mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan
tangan, tubuh, dan atau kaki;
mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan
mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis;
mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu; konsistensi dalam
menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang;
mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan membedakan
antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri
tubuhnya sendiri;
mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh
atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.
Aspek kognitif
mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami,
memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan;
meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika;
mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat
dalam aktivitas yang terorganisasi;
meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya
dengan aktivitas jasmani;
menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan
dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam
mengimplementasikan aktivitas dan dirinya;
meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem
perkembangan melalui gerakan.
Aspek sosial
menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada;
mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam
situasi kelompok;
belajar berkomunikasi dengan orang lain;
mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam
kelompok;
mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai
anggota masyarakat;
mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat;
mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif;
belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif;
mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.
Aspek emosional
mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani;
mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton;
melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat;
memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas;
menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.
2.4 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Dikjas
2.4.1 Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan
jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode
mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar
dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.
Dalam tahap ini, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menetapkan sikap dan
minat yang benar di antara anggota kelas.
Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal
tersebut dapat membuat murid tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan.
Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan
pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan
kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid
dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran
dengan metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu
membawa murid untuk memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
Salah satu cara yang dapat membangkitkan minat dan perhatian murid saat guru
pendidikan jasmani mulai mengajarkan pelajarannya adalah tentang info terbaru
atau berita tekini yang tentu saja berhubungan langsung dengan kegiatan olahraga.
Berita terkini yang sedang marak dibicarakan atau sedang menjadi perhatian dalam
masyarakat dapat dipakai untuk mendapatkan minat murid. Guru pendidikan jasmani
bisa mendapatkan berita-berita terkini melalui media-media tersebut. Misalnya berita
olahraga tentang seleksi Timnas Indonesia U-23 di Jakarta.
1. Merangkum Pelajaran
Sebagai penutup, hendaknya guru pendidikan jasmani memberikan ringkasan dari
pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa
diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari
hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar
pelajaran tersebut. Misalnya menyampaikan hasil belajar keterampilan teknik dasar
pasing sepak bola.
3.1 Kesimpulan
Konsep pembelajaran pendidikan jasmani adalah learning by moving yang berarti
belajar melalui gerak. Maksudnya dengan mempelajari pendidikan jasmani,
diharapkan siswa belajar segala hal melalui gerakan yang diberikan di mata
pelajaran pendidikan jasmani. Konsep learning by moving meliputi 3 aspek, yaitu
aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran pendidikan jasmani, yang utama adalah mimiliki
keterampilan membuka dan menutup pelajaran di kelas ataupun di lapangan. Selain
itu, keterampilan menjelaskan juga mutlak dimiliki oleh seorang guru pendidikan
jasmani agar kegiatan belajar mengajar berjalan lebih efektif.
3.2 Saran
Kekeliruan yang sering terjadi di sekolah saat mata pelajaran pendidikan
jasmani berlangsung adalah, kecenderungan guru menggunakan konsep learning
for movingyang berarti belajar untuk bergerak. Siswa hanya diajarkan bagaimana
belajar bergerak saat olahraga. Pemikiran seperti ini perlu dihilangkan karena tidak
sesuai konsep pendidikan jasmani, yaitu learning by moving, belajar melalui gerak.
DAFTAR RUJUKAN
Clarence, H. Benson. 1980. Teknik Mengajar. Malang: Gandum Mas.
Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: CV Rajawali
Syarifudin. 1997. Pokok-pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Jakarta: Pusat Perbukuan.
Usman, Moh. Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pendidikan Jasmani meliputi satu bidang yang sangat luas dan tidak hanya terbatas kepada
pengalaman dalam pengajaran dan pembelajaran semata-mata yang diperoleh daripada
kegiatan di padang sekolah sahaja. Tetapi boleh dikatakan bahawa kegiatan yang tersusun
dan melibatkan usaha jasmani dan mempunyai unsur-unsur pendidikan dapat digolongkan
dalam bidang Pendidikan Jasmani.
Fokus Pendidikan Jasmani tidak hanya tertumpu pada aktiviti fizikal tanpa melibatkan
sebarang penglibatan emosi dan sosial. Dalam memenuhi perkembangan naluri kanak-
kanak yang suka dengan keseronokan maka pendekatan permainan yang dikembangkan
oleh Bunker and Thorpe (1982) meletakkan murid berada dalam situasi permainan yang
sebenar yang mana taktik, membuat keputusan, penyelesaian masalah dan kemahiran
turut dikembangkan dalam masa yang sama. Banyak kajian yang berkaitan turut
dikembangkan antaranya ialah Game Sense (den Duyn, 1997), Games for Understanding
(Bunker & Thorpe, 1982), Play Practice (Launder, 2001) dan Games Concept Approach
(Wright, Fry, McNeil, Tan, Tan & Schemp, 2001, cited in Light 2003).
Oleh itu, Pendidikan Jasmani seharusnya membekalkan ruang untuk membentuk kanak-
kanak yang mantap secara menyeluruh (whole child) yang mengambil kira pembangunan
aspek-aspek psikomotor, kognitif dan afektif.