Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PENDIDIKAN JASMANI

A. Pengertian Pendidikan Jasmani


Berikut adalah pengertian Pendidikan Jasmani menurut beberapa ahli.
1. Menurut Jesse Feiring Williams (1999; dalam Freeman, 2001), pendidikan jasmani
adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
2. Barrow (2001; dalam Freeman, 2001) adalah bahwa pendidikan jasmani dapat
didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan
kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport),
permainan, senam, dan latihan jasmani (exercise). Hasil yang ingin dicapai adalah individu
yang terdidik secara fisik.
3. James A.Baley dan David A.Field (2001; dalam Freeman, 2001) menyebutkan
bahwa:Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran
secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang
dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.
Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang
mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisikal dalam
permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia. Dengan demikian, Freeman
(2001:5) menyatakan pendidikan jasmani dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal.
2. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup berbagai aktivitas
gross motorik dan keterampilan yang tidak selalu ada perbedaan mencolok.
3. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini, tetapi
keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa fisikal, non-fisikal pun bisa diraih seperti:
perkembangan intelektual, sosial, dan estetika

B. Filsafat Pendidikan Jasmani


1. Idealisme, adalah sebagai pusat kehidupan manusia.
a. Pendidikan jasmani mengembangkan fisik dan jiwa secara simultan.
b. Aktivitas fisik dapat mengembangkan kesegaran jasmani dan kepribadian.
c. Pengembangan kualitas pribadi.
d. Guru pendidikan Jasmani sebagai Model.
2. Realisme, adalah kebenaran dapat ditentukan dengan baik melalui metode ilmiah.
a. Pendangan pendidikan jasmani bagian penting kurikulum.
b. Kesegaran jasmani berpengaruh pada produktifitas.
c. Pengembangan pendidikan jasmani secara ilmiah.
d. Latihan memegang peranan penting.
e. Kemengan pertandingan bukan tujuan utama.
f. Permainan dan rekreasi dapat membantu anak berprestasi.
3. Pragmatisme, adalah pengalaman manusia dapat mengubah konsep atau kenyataan.
a. Pengajaran pendidikan jasmani bervariasi.
b. Kegiatan pendidikan jasmani memiliki nilai social.
c. Program pendidikan jasmani berdasarkan kebutuhan dan minat anak.
d. Belajar pendidikan jasmani dengan metode pemecahan masalah.
e. Guru sebagai motivator.
4. Naturalisme, adalah sesuatu pada dasarnya memiliki nilai yang aktual dan fisikal.
a. Pendidikan jasmani menekankan manusia seutuhnya.
b. Belajar harus melalui aktifitas mandiri.
c. Bermain bagian penting pendidikan jasmani.
d. Olahraga kompetitif tidak dianjurkan.
5. Eksistensialisme, adalah individu merupakan titik sentral.
a. Program pendidikan jasmani memberikan kesempatan memilih.
b. Kegiatan pendidikan jasmani bervariasi dan pengajaran menekankan kreatifitas.
c. Pendidikan jasmani mendorong untuk mengetahui diri sendiri.
d. Guru sebagai pembimbing.

C. Tujuan Pendidikan Jasmani


1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas
jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan
gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik
secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan
sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan
olahraga.

Menurut pendapat saya, Pendidikan jasmani merupakan suatu proses terjadinya adaptasi
dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional,
dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan
jasmani adalah upaya pendidikan melalui pemilihan aktivitas jasmani, yang diarahkan untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah bentukan pendidikan yang
menyeluruh menyangkut semua dimensi utuh manusia, bukan hanya tujuan perkembangan
fisikal, tetapi juga perkembangan kognitif, neuro-muscular, afektif-sosial-emosional, dan
bahkan moral sekali pun.
Pendidikan Jasmani sering diartikan sebagai bentuk pendidikan olahraga. Namun,
sesungguhnya pendidikan jasmani berbeda dengan pendidikan olahraga. Meskipun
olahraga sebagai salah satu bentuk kegiatan aktivitas jasmani, tetapi olahraga lebih
bermakna bentuk aktivitas jasmani cabang dari olahraga. Pendidikan olahraga lebih
bermakna pendidikan ke dalam olahraga, dalam kaitan ini ada bentuk sosialisasi kedalam
olahraga.
Dari kelima aliran yang telah desebutkan diatas, yaitu Idealisme, Realisme, Pregmatisme,
Naturalisme, dan Ekstensialisme, aliran yang paling sesuai menurut saya adalah Idealisme,
karena dapat mengembangkan watak dan karakter pada individu melalui pengembangkan
fisik dan jiwa secara simultan, aktivitas fisiknya dapat mengembangkan kesegaran jasmani
dan kepribadian serta pengembangan kualitas pribadi.

Konsep Dan Definisi Pendidikan Jasmani dan


Kesihatan. PJK
Konsep & definisi Pendidikan Jasmani
Proses pembelajaran yang menyeluruh yang merangkumi aspek psikomotor,
kognitif, afektif, sosial dan emosi. Pelajar akan diberi peluang untuk mencuba semua
aktiviti fizikal.
(Pettifor, 2005)

Konsep & definisi Pendidikan Jasmani


Roddick (1982).
PJ adalah sebahagian daripada
pendidikan yg menggunakan aktiviti
fizikal sebagai medium pendidkan yg
menekankan pembentukan sikap,
pengetahuan , kemahiran yg
berhubung dengan kesihatan,
kecergasan dan rekreasi.
Konsep & definisi Pendidikan Jasmani
KBSM (1992).
PJK bertujuan menjadikan pelajar
sihat,cergas dan produktif
dengan pemupukan nilai, sikap,
pengerahuan dan amalan
kesihatan dan kecergasan dalam
kehidupan seharian.

Konsep & definisi Pendidikan Jasmani


PJ sbg sebahagian pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan jasmani atau yang lebih


dikenal dengan Penjas (Dikjas) merupakan salah satu mata pelajaran formal, yang
telah diberikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Peranan
Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan
pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup
sehat dan aktif sepanjang hayat.
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah
disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran
pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran
pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model pembelajaran pendidikan jasmani
tidak harus terpusat pada guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara
penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran
pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi
pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan
model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang
hendak mengajar pendidikan jasmani.

Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain. Konsep. Itu
menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang
mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building),
kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan
pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan
pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya.
Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun
karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak
mengandung unsur-unsur pedagogik.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara
terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara
umum (general education). Sudah tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan
melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kekeliruan yang sering dijumpai adalah banyak orang yang beranggapan
bahwa pendidikan jasmani hanya berisi dengan kegiatan olahraga. Di sekolahpun,
mata pelajaran pendidikan jasmani dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya
mengandalkan fisik. Bahkan, yang lebih parah, ada kecenderungan bahwa guru
pendidikan jasmani hanya mengembangkan keterampilan fisik (psikomotorik), tanpa
mengembangkan aspek yang lain.
Perlu adanya sebuah pemikiran baru mengenai konsep pendidikan jasmani di
sekolah. Oleh karena itu, konsep serta prinsip dalam pembelajaran pendidikan
jasmani atau dikjas akan dibahas dalam makalah ini. Adapun judul makalah ini
adalah Konsep dan Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

1.2 Rumusan Masalah


Setelah latar belakang disusun, rumusan masalah dalam makalah ini juga
telah dirumuskan, sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pembelajaran Pendidikan Jasmani?
2. Bagaimana prinsip pembelajaran Pendidikan Jasmani?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut?

1. Untuk mengetahui konsep pembelajaran pendidikan jasmani.


2. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran pendidikan jasmani.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik
dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak
sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk sosial, daripada hanya menganggapnya
sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Definisi pendidikan
jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita
harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih
abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Karenanya pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran


(psikis) dan tubuh (fisik) yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian
seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga
domain kependidikan: psikomotor, kognitif dan afektif. Pendidikan jasmani
diharapkan mampu menciptakan tubuh yang baik bagi pikiran atau jiwa.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani


yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif,
dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, yaitu jasmani,
psikomotor, kognitif dan afektif.
Materi mata pelajaran pendidikan jasmani yang meliputi pengalaman mempraktikkan
keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri,
aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education).
Materi-materi semacam ini disajikan untuk membantu peserta didik agar memahami
mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman,
efisien dan efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana,
bertahap dan berkelanjutan yang pada gilirannya peserta didik diharapkan dapat
meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas
jasmani.
2.2 Konsep Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Terdapat beberapa teori tentang konsep pembelajaran pendidikan jasmani. Menurut
Syarifudin (1997), mengungkapkan bahwa konsep pendidikan jasmani mencakup
empat komponen, antara lain:

1. Komponen Organik, merupakan gambaran aspek fisik dan psikomotor dan


harus dicapai pada setiap proses pembelajaran, yang meliputi ; kapasitas
fungsional dari organ-organ seperti daya tahan jantng dan otot.
2. Komponen neuromuskuler, merupakan gambaran tentang aspek kemampuan
unjuk kerja keterampilan gerak yang didasari oleh kelenturan, kelincahan,
keseimbangan, kecepatan dan lain-lain.
3. Komponen intelektual, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan
kognitif.
4. Komponen emosional, merupakan gambaran yang dapat dipadanan dengan
afektif.
Dari keempat konsep pendidikan jasmani yang telah disampaikan, kemudian dikenal
dengan istilah learning by moving. Secara harfiah, istilah tersebut berarti belajar
melalui gerak. Makna yang lebih luas adalah kita belajar melalui gerak dengan
pendidikan jasmani. Bukan belajar untuk bergerak yang selama ini menjadi persepsi
kebanyakan orang.
Kemudian, dari keempat konsep tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga konsep
saja, yaitu:

1. Mengembangkan aspek psikomotorik (keterampilan fisik);


2. Mengembangkan aspek kognitif (keterampilan intelektual);
3. Mengembangkan aspek afektif (keterampilan moral, emosional, sosial dan
spiritual).
2.3 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani
Berdasarkan konsep learning by moving, pendidikan jasmani memiliki tujuan dan
fungsi yang tentunya berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain. Adapaun tujuan
pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam
pendidikan jasmani
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial
dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama
3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran
Pendidikan Jasmani
4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,
percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani
5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi
berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas
ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (Outdoor education)
6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani
7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan
orang lain
8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk
mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat
9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
Selanjutnya adalah fungsi pendidikan jasmani, yang dapat dibedakan menjadi
beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:

Aspek organik
menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat
memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk
pengembangan keterampilan;
meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh
otot atau kelompok otot;
meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk
menahan kerja dalam waktu yang lama;
meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan
aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama;
meningkatkan fleksibelitas, yaitu; rentang gerak dalam persendian yang
diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
Aspek neuromuskuler
meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot;
mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat,
meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap atau mencongklang,
bergulir, dan menarik;
mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melengok,
meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok;
mengembangkan keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul,
menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan,
bergulir, memvoli;
mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak,
power, waktu reaksi, kelincahan;
mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola
voli, bola basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan lain sebagainya;
mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki,
berkemah, berenang dan lainnya.
Aspek perseptual
mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat;
mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau
ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang,
bawah, sebelah kanan atau sebelah kiri dari dirinya;
mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan
mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan
tangan, tubuh, dan atau kaki;
mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan
mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis;
mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu; konsistensi dalam
menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang;
mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan membedakan
antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri
tubuhnya sendiri;
mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh
atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.
Aspek kognitif
mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami,
memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan;
meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika;
mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat
dalam aktivitas yang terorganisasi;
meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya
dengan aktivitas jasmani;
menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan
dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam
mengimplementasikan aktivitas dan dirinya;
meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem
perkembangan melalui gerakan.
Aspek sosial
menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada;
mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam
situasi kelompok;
belajar berkomunikasi dengan orang lain;
mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam
kelompok;
mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai
anggota masyarakat;
mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat;
mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif;
belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif;
mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.
Aspek emosional
mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani;
mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton;
melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat;
memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas;
menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.
2.4 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Dikjas
2.4.1 Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan
jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode
mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar
dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.
Dalam tahap ini, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menetapkan sikap dan
minat yang benar di antara anggota kelas.

Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal
tersebut dapat membuat murid tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan.
Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan
pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan
kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid
dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran
dengan metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu
membawa murid untuk memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.

Salah satu cara yang dapat membangkitkan minat dan perhatian murid saat guru
pendidikan jasmani mulai mengajarkan pelajarannya adalah tentang info terbaru
atau berita tekini yang tentu saja berhubungan langsung dengan kegiatan olahraga.
Berita terkini yang sedang marak dibicarakan atau sedang menjadi perhatian dalam
masyarakat dapat dipakai untuk mendapatkan minat murid. Guru pendidikan jasmani
bisa mendapatkan berita-berita terkini melalui media-media tersebut. Misalnya berita
olahraga tentang seleksi Timnas Indonesia U-23 di Jakarta.

2.4.2 Menutup Pelajaran


Penutupan kegiatan belajar mengajar harus dipertimbangkan dengan sebaik
mungkin agar sesuai. Guru pendidikan jasmani perlu merencanakan suatu penutup
yang tidak tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit. Berikut
adalah contoh menutup pelajaran:

1. Merangkum Pelajaran
Sebagai penutup, hendaknya guru pendidikan jasmani memberikan ringkasan dari
pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa
diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari
hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar
pelajaran tersebut. Misalnya menyampaikan hasil belajar keterampilan teknik dasar
pasing sepak bola.

2. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya


Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana
pelajaran berikutnya. Guru pendidikan jasmani dapat memberikan kilasan pelajaran
untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar
mereka.

2.5 Keterampilan Menjelaskan


Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar
percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah
berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan
guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang
masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh guru dalam
menyampaikan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti
mengorganisasikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara
sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik. Keterampilan
menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru.

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan,


fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan
merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar
pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu
keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai basil yang
optimal.

Salah satu tujuan menjelaskan adalah membimbing peserta didik memahami


konsep, hukum, prinsip atau prosedur. Adapun tujuan lain dari menjelaskan adalah
sebagai berikut:

1. membimbing peserta didik menjawab pertanyaan secara bernalar;


2. melibatkan peserta didik untuk berpikir;
3. mendapat balikan mengenai pemahaman peserta didik;
4. membantu peserta didik menghayati beberapa proses penalaran.
2.5.1 Prinsip dan Komponen Menjelaskan
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu
penjelasan. Berikut beberapa prinsip menjelaskan:

1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah


maupun di akhir pembelajaran.
2. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi
standar dan kompetensi dasar.
3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau
menjelaskan materi standar yang sudah direncana-kan untuk membentuk
kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna
bagi peserta didik.
5. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat
kemampuan peserta didik.
Selain prinsip, terdapat juga komponen-komponen dalam menjelaskan. Berikut
adalah penjelasan mengenai komponen tersebut:

Komponen merencanakan penjelasan yang mencakup:


isi pesan (tema) yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai contoh-
contoh,
penerima pesan harus dipertimbangkan karakteristiknya.
Komponen menyajikan penjelasan yang mencakup:
kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti: bahasa yang
jelas, berbicara dengan lancar, mendefinisikan istilah-istilah teknis, berhenti
sejenak untuk melihat respon peserta didik;
penggunaan contoh dan ilustrasi yang dapat mengikuti pola induktif atau pola
deduktif;
pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara:
penekanan suara atau mengemukakan tujuan;
peserta didik diberi kesempatan untuk menunjukkan pemahaman ataupun
keraguan ketika penjelasan berlangsung (balikan).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep pembelajaran pendidikan jasmani adalah learning by moving yang berarti
belajar melalui gerak. Maksudnya dengan mempelajari pendidikan jasmani,
diharapkan siswa belajar segala hal melalui gerakan yang diberikan di mata
pelajaran pendidikan jasmani. Konsep learning by moving meliputi 3 aspek, yaitu
aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran pendidikan jasmani, yang utama adalah mimiliki
keterampilan membuka dan menutup pelajaran di kelas ataupun di lapangan. Selain
itu, keterampilan menjelaskan juga mutlak dimiliki oleh seorang guru pendidikan
jasmani agar kegiatan belajar mengajar berjalan lebih efektif.

3.2 Saran
Kekeliruan yang sering terjadi di sekolah saat mata pelajaran pendidikan
jasmani berlangsung adalah, kecenderungan guru menggunakan konsep learning
for movingyang berarti belajar untuk bergerak. Siswa hanya diajarkan bagaimana
belajar bergerak saat olahraga. Pemikiran seperti ini perlu dihilangkan karena tidak
sesuai konsep pendidikan jasmani, yaitu learning by moving, belajar melalui gerak.

DAFTAR RUJUKAN
Clarence, H. Benson. 1980. Teknik Mengajar. Malang: Gandum Mas.
Suharsimi, Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: CV Rajawali
Syarifudin. 1997. Pokok-pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Jakarta: Pusat Perbukuan.
Usman, Moh. Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Pengenalan : Definisi dan Konsep Pendidikan Jasmani


Pendidikan melalui jasmani di mana banyak daripada objektif pendidikan dicapai menerusi
aktiviti-aktiviti jasmani yang melibatkan otot-otot dan sendi. Ia merupakan program
kegiatan fizikal yang berpusatkan sekolah di mana kemahiran dalam sukan, tarian dan
latihan lazimnya diajar dan dilatih. Ada pula definisi yang mengatakan pendidikan jasmani
meliputi aktiviti-aktiviti tersebut yang bukan berpusatkan sekolah, misalnya yang diadakan
oleh pusat komuniti, persatuan belia dan sebagainya. Komponen utamanya adalah aktiviti-
aktiviti tertentu yang direka untuk pembelajaran.

Namun secara menyeluruh Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang


memanfaatkan aktiviti jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual,
kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan kebangsaan. Pada dasarnya
pendidikan jasmani merupakan bahagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Bertujuan untuk mengembangkan kesihatan, kesegaran jasmani, penampilan
berfikir secara kreatif dan kritis, stabiliti emosi, keterampilan dalam bersosial, tindakan
dan tingkah laku moral melalui aktiviti jasmani.

Pettior (1999) berpendapat bahawa Pendidikan Jasmani menyediakan kanak-kanak untuk


mengamalkan hidup aktif dan sihat dengan menyediakan skop pengalaman-pengalaman
pembelajaran yang rapi dan berturutan. Beliau menegaskan bahawa pengalaman tersebut
seharusnya dapat meningkatkan pembangunan dan penguasaan kemahiran motor,
kecergasan dan pengetahuan berasaskan kesihatan dalam menjadi aktif dan
mengapresiasikan faedah aktiviti fizikal.

Pendidikan Jasmani meliputi satu bidang yang sangat luas dan tidak hanya terbatas kepada
pengalaman dalam pengajaran dan pembelajaran semata-mata yang diperoleh daripada
kegiatan di padang sekolah sahaja. Tetapi boleh dikatakan bahawa kegiatan yang tersusun
dan melibatkan usaha jasmani dan mempunyai unsur-unsur pendidikan dapat digolongkan
dalam bidang Pendidikan Jasmani.

Fokus Pendidikan Jasmani tidak hanya tertumpu pada aktiviti fizikal tanpa melibatkan
sebarang penglibatan emosi dan sosial. Dalam memenuhi perkembangan naluri kanak-
kanak yang suka dengan keseronokan maka pendekatan permainan yang dikembangkan
oleh Bunker and Thorpe (1982) meletakkan murid berada dalam situasi permainan yang
sebenar yang mana taktik, membuat keputusan, penyelesaian masalah dan kemahiran
turut dikembangkan dalam masa yang sama. Banyak kajian yang berkaitan turut
dikembangkan antaranya ialah Game Sense (den Duyn, 1997), Games for Understanding
(Bunker & Thorpe, 1982), Play Practice (Launder, 2001) dan Games Concept Approach
(Wright, Fry, McNeil, Tan, Tan & Schemp, 2001, cited in Light 2003).

Oleh itu, Pendidikan Jasmani seharusnya membekalkan ruang untuk membentuk kanak-
kanak yang mantap secara menyeluruh (whole child) yang mengambil kira pembangunan
aspek-aspek psikomotor, kognitif dan afektif.

Anda mungkin juga menyukai