Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi profesi keguruan merupakan salah satu bab penting yang
harus dipahami oleh mereka yang berkecimpung di dunia keguruan atau
bagi mahasiswa fakultas keguruan. Di dalam membahas materi organisasi
asosiasi profesi keguruan ini dipaparkan penjelasan tentang eksistensi, misi,
fungsi, dan peranan organisasi profesi guru, serta bentuk, corak, struktur,
kedudukan dan keanggotaan organisasi profesi guru.
Salah satu ciri profesi adalah adanya kontrol yang ketat atas para
anggotanya. Suatu profesi ada dan diakui masyarakat karena ada usaha dari
para anggotanya untuk menghimpun diri. Melalui organisasi tersebut,
profesi dilindungi dari kemungkinan penyalahgunaan yang dapat
membahayakan keutuhan dan kewibawaan profesi tersebut. Kode etik pun
disusun dan disepakati oleh para anggotanya.
Maka suatu organisasi profesi menyerupai suatu sistem yang
senantiasa mempertahankan keadaan yang harmonis. Ia akan menolak
keluar komponen sistem yang tidak mengikuti arus atau meluruskannya.
Dalam praktik keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar atau main
organisasi akan diperingatkan, bahkan dipecat. Jadi dalam suatu organisasi
profesi ada aturan yang jelas dan sanksi yang tegas bagi pelanggar aturan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar, pengertian, tujuan, dan fungsi organisasi
profesi?
2. Apa jenis-jenis organisasi keprofesian?
3. Apa yang dimaksud dengan kode etik?
4. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik keguruan?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar, pengertian, tujuan, dan fungsi
organisasi profesi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi keprofesian
3. Untuk mengetahui pengertian kode etik
4. Untuk mengetahui pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik
keguruan

2
BAB II
ISI

A. Organisasi Profesi Keguruan


2.1 Konsep dasar dan peranan organisasi profesional keguruan Pengertian,
Tujuan dan Fungsi Organisasi Profesional
Organisasi Keprofesian Guru terdiri dari tiga kata yaitu
Organisasi,Keprofesian,dan guru. Beberapa pendapat dari para ahli yang
mengemukan pengertian dari organisasi yaitu:
1. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-
orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
2. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama.
3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih.
Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan
organisasi non-formal. Dimana organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang
atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta
dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah,
Negara, dan lain sebagainya. Sedangkan Organisasi informal adalah kumpulan
dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama
yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-
anak SD, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang
memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian
tertentu. Dikatakan ciri khas oleh karena bidang tersebut diperoleh bukan secara
kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh melalui suatu jalur khusus.
Dalam prakteknya sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyarakat luas
tentunya memerlukan satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang-orang

3
yang memiliki pekerjaaan atau keahlian yang sejenis. Dalam wadah inilah
diharapkan akan muncul satu kekeluargaan yang dapat memecahkan persoalan-
persoalan yang dijumpai pada praktek profesi. Suatu profesi adalah bidang
pekerjaan dan pengabdian tertentu, yang karena hakikat dan sifatnya
membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis,dan sikap kepribadian
tertentu. Pekerjaan yang digolongkan dalam suatu profesi dengan sendirinya
melahirkan pelayanan keahlian khusus yang pada gilirannya akan menuntun
adanya etika yang tumbuh dan mekar. Etika profesi meliputi ketanpa-pamrihan
dalam mementingkan masyarakat secara keseluruhan, dan solidaritas yang tinggi
sesama rekan seprofesi.
Seorang guru dapat dikatakan memilliki hak profesional jika memiliki lima
aspek pokok yang perlu diwujudkan yakni :
1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif
dalam batas tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses pengembangan
pendidikan setempat.
3. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan
efisien dalam rangka menjalankan tugasnya sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan
prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara
individual maupun secara institusional.
Organisasi profesional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, dan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Mengikat para anggota dimaksudkan
agar para anggota dikalangan suatu profesi dapat berkumpul dalam satu wadah
dan dapat saling tukar pengalaman antar sesama anggota dalam melaksanakan
praktek profesi. Mengawasi dimaksudkan agar para anggota profesi agar selalu
berpegang kepada kode etik profesi, dan selalu menjaga kualifikasi para anggota
disamping itu dapat pula mengawasi praktek profesi yang tidak berwenang dalam
melaksanakan profesi. Sedangkan meningkatkan kesejahteraan dimaksudkan agar
organisasi profesi selalu dapat memperjuangkan anggotanya dalam mendapatkan
jaminan kesejahteraan atas jasa yang telah diberikan, disamping itu adanya

4
jaminan hukum terhadap praktek profesi dengan kata lain mendapat perlindungan
hukum sehingga dalam melaksanakan tugas dapat lebih tentram dan aman.
Organisasi profesional berfungsi sebagai pengendali keseluruhan profesi baik
secara sendiri, maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang relevan.
Fungsi pengendalian tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang
meliputi :
1. Penataan standar perilaku profesional guru.
2. Penataan, standar kualifikasi dan wewenang guru.
3. Memberikan perlindungan kepada anggotanya.
4. Pengembangan profsei serta ilmu yang melandasinya, serta pengembangan
kemampuan profesional dan akademik dari pada anggotanya.
5. Menata alur kerja sama dengan profesi lainnya

Ciri-Ciri Organisasi Profesi


Secara umum, ciri-ciri organisasi profesi adalah:
1. Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi
2. Ikatan utama para anggota adalah kebanggan dan kehormatan
3. Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.
4. Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan
5. Memiliki sifat kepemimpinan kolektif
6. Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan

Tujuan Organisasi Profesi


Adapun tujuan organisasi profesi antara lain:
1. Meningkatkan dan mengembangkan karier anggota, hal itu merupakan upaya
organisasi dalam bidang mengembangkan karir anggota sesuai bidang
pekerjannya
2. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggota, merupakan upaya
terwujudnya kompetensi dalam bidangnya yang handal pada diri anggotanya.
3. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profesional anggota
merupakan upaya para professional untuk menempatkan anggota suatu
profesi sesuai kemampuan.

5
4. Meningkatkan dan mengembangkan martabat anggota agar anggotanya
terhindar dari perlakuan tidak manusiawi.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan untuk meningkatkan
kesejahteraan lahir batin anggotanya.

Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi


kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi
anggotanya. Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai berikut:
1. Fungsi pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya,
yaitu dorongan yang menggerakan para profesional untuk membentuk suatu
organisasi keprofesian. Organisasi profesi kependidikan merupakan wadah
pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan dalam menghadapi
kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna jasa kependidikan.
Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi profesi
kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan
kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu uaya untuk melindungi dan
memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri
dan kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
2. Fungsi peningkatan kemampuan profesional
Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang
berbunyi “tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah
untuk meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan
profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga kependidikan” peraturan
pemerintah tersebut menunjukan adanya legalitas formal yang secara tersirat
mewajibkan anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui organisasi atau ikatan profesi
kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989 : pasal 31 ayat 4
menyatakan bahwa, “tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha
mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa”.

6
a. Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia
Seperti halnya guru merupakan satu pekerjaan yang tak dapat dilakukan oleh
sembarangan orang, agar seseorang dapat diangkat menjadi seorang guru, ia harus
memiliki kualifikasi ilmu tentang keguruan yang diperoleh melaluipendidikan
keguruan. Guru mempunyai organisasi profesi yang bernama Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). PGRI lahir pada tanggal 25 Nopember 1945,
organisasi ini pada mulanya adalah organisasi serikat kerja, tetapi dengan
perkembangannya yang pesat, maka pada akhirnya kongres XIII dijakarta pada
tahun 1973 merubah sifat organisasi ini dari serikat kerja menjadi organisasi
profesi. Fungsi organisasi profesi keguruan ini ditegaskan oleh Basyuni
Suriamiharja (19810) Pengurus Besar PGRI adalah membina guru dan martabat
guru dengan segala aspeknya dalam kehidupan profesinya yang profesional
sepanjang masa. Pendidikan in-service training dapat memberikan wawasan yang
lebih jauh tentang seluk beluk pekerjaan yang digeluti. Beberapa pokok pikiran
yang melandasi perlunya pendidikan in-service training oleh organisasi profesi
dalam pekerjaan sebagai guru adalah :
1. Latihan profesional keguruan hendaknya tidak berhenti setelah ia
meningalkan lembaga pendidikan persiapannya menjabat pekerjaan pertama
(LPTK),
2. Perkembangan profesionalnya dikemukakan hari tidak akan terpenuhi dengan
memadai oleh sekedar pengalaman bekerja yang lama.
3. Sistem sekolah tidak selamanya dapat menyediakan kesempatan bagi para
guru untuk tumbuh dalam pekerjaan, dan
4. Cara yang efektif dan teratur untuk mengembangkan pertumbuhan
pendidikan in-service training yang diselenggarakan dalam kerjasama oleh
semua lembaga yang berwenang.
Sertifikasi dipersyaratkan bagi guru yang akan bekerja dalam profesi guru
baik bekerja disekolah negeri, maupun bekerja dilembaga swasta. Sertifikasi dan
lisensi perlu diberikan sejak pertama kali bekerja dilembaga pendidikan, setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh kerja sama pemerintah dengan
organisasi profesi.

7
b. Peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan
Profesi sebagai guru pada dasarnya adalah pelayanan terhadap warga
masyarakat yang menginginkan pendidikan yang diselenggarakan pada lembaga-
lembaga pendidikan. Mutu pendidikan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan
sangat tergantung pada layak tidaknya penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan.
Kelayakan penyelenggaraan ini dapat ditinjau dari dua sisi. Pertama kualifikasi
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat terdiri dari kualifikasi para tenaga
guru dan tenaga kependidikan (administrasi), dan kedua kelayakan sarana dan
prasarana pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan hendaknya selalu dapat memberi kesan yang
baik terhadap masyarakat sehingga masyarakat selalu memberikan kepercayaan
yang penuh, karena kepercayaan ini mutlak diperlukan oleh suatu profesi.
Pengakuan masyarakat terhadap profesi guru itu tidak hanya terbatas pada
pengekuan guru sebagai guru, melainkan pengakuan terhadap segala perangkat
yang berkaitan dengan profesi guru, termasuk perangkat untuk kerja, lembaga
pendidikan, organisasi profesi, etika dank ode etik guru, dan system imbalannya.
Penyelenggaraan pendidikan diluar ketentuan diatas hendaknya dapat dipantau
oleh organisasi profesi keguruan sehingga penyelenggaraan yang tidak layak
dioperasikan dapat ditutup atau diberi alternative lain sehingga dapat berjalan
sesuai ketentuan. hal ini semua dilakukan untuk menjaga agar profesi guru tidak
tercemar dimata masyarakat, bahwa profesi guru dapat dilakukan oleh siapa saja
tanpa memiliki standar kemampuan dasar sebagai guru dan penyelenggara
pendidikan lainnya.

2.2 Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan Dewasa ini


a. Keadaan yang Ditemui
Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya
UU Rep. Indonesia No. 20 tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan Nasional Dalam
UU tersebut, tenaga kependidikan mendapat perhatian yang amat besar, melebihi
bidang-bidang lain. Ada 6 pasal (pasal 39/44) terdiri atas 17 ayat, yang secara
khusus menyangkut tenaga kependidikan. ini menunjukkan bahwa kedudukan

8
tenaga kependidikan begitu penting dalam rangka upaya memajukan pendidikan
secara keseluruhan.
Bagi profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat
penting, karena dalam Undang-Undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar
hukumnya, bahkan pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaannya.
insan-insan pendidikan (Tenaga Kependidikan dan Murid) dilindungi secara
hukum, mempunyai hak-hak disamping kewajiban-kewajibannya.
Gagasan mendasar yang dikandung UU tentang SPN dalam kaitannya
dengan tenaga kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti
terhadap jabatan guru khususnya dan tenaga kependidikan umumnya.
Perlindungan ini secara eksplisit dikemukakan dalam pasal 42 yang menyatakn
bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar. Proteksi terhadap jabatan tenaga kependidikan menyangkut juga
lembaga penghasil, yaitu LPTK.
segi yang berkaotan erat dengan dasar pengakuan status profesional tenaga
kependidikaan ialah perlindungan hukum bagi tenaga kependidikan ialah
perlindungan hukum bagi tenaga kependidikan dalam menjalankan tugasnya,
seperti dijamin pada pasal 40 mengenai hak-hak tenaga kependidikan. dalam ayat
1d dikemukakan bahwa tenaga kependidikan berhak “memperoleh perlindungan
hukum dalam menjalankan tugasnya”. penegasan ini merupakan hal yang luar
biasa, karena memberikan keistimewaan kepada tenaga kependidikan. mereka
memiliki “dua jenis” perlindungan hukum, yaitu sebagai warga negara biasa dan
sebagai tenaga kependidikan.
Perlindungaan hukum begitu penting bagi tenaga kependidikan, karena
hanya dengan ada jaminan ini maka mereka akan terbebas dari rasa terancam,
tidak berani mengambil resiko, tidak mampu mengambil keputusan mandiri. pada
hal, sifat-sifat semacam ini justru merupakan ciri-ciri yang seharusnya melekat
pada orang-orang profesional, termasuk tenaga kependidikan. perlindungan
hukum bagi tenaga kependidikan memerlukan penjabaran lebih lanjut, dan yang
lebih penting lagi adalah implementasinya secara nyata.

9
b. Permasalahan yang Ada
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi
guru masa sekarang ini adalah sebagai berikut :
1. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam
peraturan yang berlaku yang berkenaan dengan profesi guru beserta
kesejahteraannya, seperti keputusan MENPAN No.26 tahun 1989 tentang
Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen pendidikan
dan Kebudayaan.
2. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru
yang lebih terara, yang memelihara keterpaduan antara pengembangan
profesional dengan pembentukan kemampuan akademik guru, dengan
memberikan peluang kepada setiap calon guru untuk melatih unjuk
kinerjanya sebagai calon guru yang profesional.
3. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak
pendidikan prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam
jabatan.
4. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk
pelaksanaan prows profesionalisasi guru, dan dapat memberikan batasan yang
jelas mengenai profesi guru dan profesi lainnya.
5. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-
rambu prilaku profesional yang tegas, jelas, dan operasional, serta perumusan
sanksi-sanksi terhadap penyimpangannya.
6. Pemasyarakatan kode etik guru ditetapkan oleh setiap guru dan diindahkan
oleh masyarakat rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang
wajar terhadap profesi guru itu.

2.3 Jenis-Jenis Organisasi Profesi Keguruan


Di samping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang
diakui pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, ada lagi organisasi
profesional resmi di bidang pendidikan yang harus kita ketahui juga yaitu Ikatan

10
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini telah mempunyai divisi-divisi
antara lain: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Pendidikan
Bahasa Indonesia ( HSPBI), dan lain-lain.

2.3.1 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)


PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan
Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.

Tujuan utama pendirian PGRI adalah:


1. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi
perjuangan).
2. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi
profesi). Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as public service, not
commodity”.
3. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh
pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan).

Makna Visi PGRI adalah:


1. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Perjuangan :
a) Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b) Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c) Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam menjamin
terpeliharanya keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa.
d) Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.

11
e) Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan,
meningkatkan, dan membela hak asasinya baik sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi kependidikan.
f) Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela kepentingan guru
dan tenaga kependidikan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan
hukum.
2. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :
a) Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi
guru.
b) Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga kependidikan
dalam meningkatkan mutu profesi dan pelayanan kepada masyarakat.
c) Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru
Indonesia.
d) Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi, dan
akreditasi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
e) Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di
bidang pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra dengan
PGRI.
f) Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan di
semua jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan
pengabdian dan peran serta dalam pembangunan nasional.
g) Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak
lembaga dan badan khusus.
h) Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-
lembaga pendidikan, organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan,
dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan dan kebudayaan.
3. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan:
a) Wahana untuk memperjuangkan terwujudnya hak-hak guru dan tenaga
kependidikan
b) Wahana untuk memperjuangkan kesejahteraan guru yang berupa: imbal
jasa, rasa aman, hubungan pribadi, kondisi kerja dan kepastian karier.

12
c) Wahana untuk mewujudkan prinsip dan pendekatan ketenagakerjaan
dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan
kesejahteraan anggota.
d) Wahana untuk memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat guru serta
kesetiakawanan organisasi.
e) Wahana untuk membela dan melindungi guru sebagai pekerja.
f) Wahana untuk membina dan meningkatkan hubungan kerjasama dengan
organisasi ketenagakerjaan baik lokal, regional maupun global.

2.3.2 Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)


MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata
pelajaran yang berada di suatu sanggar atau kabupaten/kota yang berfungsi
sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan
pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi atau
perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas (Depdiknas,2004:
1).Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau wadah
profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
1. Tujuan MGMP menurut pedoman MGMP adalah:
a) Tujuan umum
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi
dalam meningkatkan profesionalisme guru.
b) Tujuan khusus
 Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam
upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
 Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses
pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan, mencerdaskan
siswa.
 Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Peranan MGMP menurut pedoman MGMP yaitu:
a) Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.

13
b) Mengakomodasi aspirasi masyarakat atau stokeholder dan siswa
c) Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses
pembelajaran.
d) Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan
pendidikan.
3. Fungsi MGMP
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra adalah :
a) Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek
serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.
b) Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik
di tingkat sekolah, wilayah, maupun kota.
c) Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas sehingga
mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di
sekolah.

2.3.3 Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)


ISPI lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi
kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi
antaranggotanya. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya
yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:
1. Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia;
2. meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya;
3. membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan
dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa
dan negara;
4. mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam
bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan;
5. melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota;

14
6. meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi
pendidikan; dan
7. menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah
(FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada
himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.

2.3.4 Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


IPBI didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi
profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat
memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam
menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru
pembimbing.Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se-
Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai
ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.Secara rinci tujuan
didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut
ini:
1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia
di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga
ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
3. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin,
maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan, yaitu:
1. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
2. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
3. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga
lain, baik dalam maupun luar negeri; dan
4. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

15
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART IPBI,
1975) sebagai berikut ini :
1. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia dan
brosur atau penerbitan lain.
2. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
3. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
4. Penelitian di bidang bimbingan.
5. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain
yang sejenis.
6. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan
bimbingan.

2.4 Kode Etik Guru


Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak
dan kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan
keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara
umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan
dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola
perilaku yang sebaikbaiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
2.4.1 Pengertian Kode Etik
Menurut Undang-undang nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
kepegawaian. Pasal 28 undang-undang ini menyimpulkan bahwa kode etik
merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas
dan dalam hidup sehari-hari.
Berdasar pidato ketua umum PGRI kongres pendidikan XIII, disimpulkan bahwa
kode etik guru Indonesia terdiri dari 2 unsur pokok yaitu sebagai pedoman moral
dan sebagai pedoman tingkah laku.

16
2.4.2 Tujuan Kode Etik Guru
Tujuan perumusan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan
anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. R.Hermawan (1979)
menjelaskan tujuan mengadakan kode etik adalah:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesinya
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesinya
d. Untuk meningkatkan mutu profesi
e. Untuk menuningkatkan mutu organisasi profesi

2.4.3 Penetapan Kode Etik Guru


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu
kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh
dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-
orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai
pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika
semua orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota)
dalam organisasi profesi yang bersangkutan.
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis
tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada
jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan seccara murini dan baik, karena
setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode
etik dapat dikenakan sanksi.

2.4.4 Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru


Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi,
seingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi
tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang.

17
Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi
hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Sebagai contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi bersaing secara tidak
jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika
dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan.
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik
akan mendapat celaan dari rekan-rekannya,sedangkan sanksi yang dianggap
terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu,
menandakan bahwa organisasi profesi itu telah mantap.

2.4.5 Kode Etik Guru Indonesia


Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai
dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam
suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan demikian, maka
Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan
sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia
ditetapkandalam suatu konges yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan
Pengurus Daerah PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XVI
tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989
juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan
tersebut adalah:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
a. Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-
masing.

18
b. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmani dan rohani)
bagi anak didiknya.
c. Guru harus menhayati dan mengamalkan pendidikan moral Pancasila bagi
anak didiknya.
d. Guru harus menghayati dan mengamalkan Pancasila.
e. Guru melatih dalam memecahkan masalah-maslah dan membina daya
kreasi anak didik, agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang
membangun.
f. Guru membantu sekolah dalam usaha menanamkan penetahuan
keterampilan kepada anak didik.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak didik.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan kebutuhan masing-
masing anak didik.
b. Guru hendaknya luas menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didiknya masing-masing.
c. Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar sekolah berdasarkan
kurikulum tanpa membeda-bedakan jenis dan posisi sosial orang tua.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh infoemasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan
wewenang.
a. Komunikasi guru dengan anak didik di dalam dan di luar sekolah
dilandaskan pada rasa kasih sayang.
b. Untuk berhasilnya pendidikan, guru harus mengetahui kepribadian anak
didik dan latar belakang keluarganya masing-masing.
c. Komunikasikan guru hanya diadakan diadakan semata-mata untuk
kepentingan anak didik.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua siswa dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah
untuk belajar di sekolah.

19
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua siswa sehingga dapat
terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan anak didik
c. Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritikan membangun
yang disampaikan orang tua siswa/masyarakat terhadap kehidupan
sekolah.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih lugas untuk kepentingan pribadi.
a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan.
b. Guru turut menyebarkan program pendidikan dan kebudayaan kepada
masyarakat di sekitarnya, sehingga sekolah tersebut turut berfungsi
sebagai pusat pembinaan dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan
di tempat.
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai
unsur pembaharu bagi kehidupan kemajuan daerahnya.
d. Guru bersama masyarakat sekita di dalam berbagai aktivitas.
e. Guru mengusahakan menciptakan kejasama yang sebaik-baiknya antara
sekolah, orang tua, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan
atas dasar kesadaran, bahwa pendidikan, bahwa pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengemban dan
meningkatkan mutu profesinya.
a. Guru melanjutkan studinya dengan: (1) membaca buku, (2) mengikuti
lokakarya, seminar, gerakan koperasi, dan pertemuan pendidikan dan
keilmuan, (3) mengikuti penataran, (4) mengadakan kegiatan penelitian.
b. Guru berbicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
a. Guru senantiasa saling tukar informasi, pendapat, saling menasehati, dan
bantu menbantu satu sama lain, baik dalam hubungan pribadi maupun
dalam penuaian tugas profesi.

20
b. Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik
rekan-rekan seprofesinya dan menjunjung martabat guru, baik secara
pribadi maupun secara keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
a. Guru senantiasa tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
b. Guru melakukan tugas profesional dengan disiplin dan rasa pengabdian.
c. Guru berusaha menyebarkan kebijaksanaan dan program pemerintah
kepada orang tua siswa dan masyarakat.
d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di
lingkungan dan daerahnya sebaik-baiknya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
a. Guru senantiasa setia terhadap kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
b. Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian.
c. Guru senantiasa berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan
program pemerintah dalam bidang pendidikan kepada siswa dan
masyarakat sekitarnya.
d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di
lingkungan atau di daerahnya sebaik-baiknya.

2.5 Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan


Kode etik guru terdiri dari dua bagian, yakni :
1.      Kode Etik Guru Indonesia
2.      Kode Etik Jabatan Guru
Kedua kode etik ini berkenaan dengan karakteritik perilaku yang baik secara
umum, prilaku yang standar yang seharusnya ditampilan oleh seorang guru dalam
melakukan tugasnya. Ada beberapa dimensi keprofesionalan kode etik, yaitu :
1.      Pengetahuan (know-what)
2.      Ketrampilan (know-how)

21
3.      Sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan ketrampilan,
pengalaman dan kemauan.
Penyimpangan terhadap kode etik yang dibuat oleh PGRI hendaknya pula
diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan perilaku
anggotanya, agar setiap anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar
pula dari sanksi yang mungkin diberikan organisasi profesi. Sebagai penjaga
organisasi profesi mempunyai fungsi kontrol terhadap anggotanya. Dilain
hal persoalan-persoalan yang  ditangani Dewan Kehormatan PGRI adalah
misalnya perilaku guru yang jarang mengajar, mengajar menggunakan kata-kata
yang tidak pantas dan ketidakprofesionalan guru (bersifat indisipliner). Jika kasus
dan masalah pelanggarannya terasa lebi berat atau bersifat perdana, maka hal
tersebut akan ditangani oleh pihak kepolisian.

22
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang – orang yang
memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian
tertentu. Dikatakan ciri khas oleh karena bidang tersebut diperoleh bukan secara
kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh melalui suatu jalur khusus.
Dalam prakteknya sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyarakat luas
tentunya memerlukan satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang-orang
yang memiliki pekerjaaan atau keahlian yang sejenis. Dalam wadah inilah
diharapkan akan muncul satu kekeluargaan yang dapat memecahkan persoalan-
persoalan yang dijumpai pada praktek profesi.
Organisasi profesional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, dan meningkatkan
kesejahteraan anggotanya
Di samping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang
diakui pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, ada lagi organisasi
profesional resmi di bidang pendidikan yang harus kita ketahui juga yaitu Ikatan
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini telah mempunyai divisi-divisi
antara lain: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Pendidikan
Bahasa Indonesia ( HSPBI), dan lain-lain.
PGRI pada hakekatnya berfungsi memantau penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia, dan menajaga nama baik para guru di bawah naungannya. Di samping
itu PGRI juga memantau perilaku anggotanya yang menyimpang dari kode etik
guru. Perlindungan hukum bagi tenaga kependidikan diperlukan untuk menjamin
pelaksanaan tugas, namun masih memerlukan penjabaran lebih lanjut.
b. Saran

23
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca tentang organisasi profesi keguruan serta peranannya dalam
dunia pendidikan dewasa ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anari, Duty. 2012. Organisasi Profesi Kependidikan.


http://blogdutyanari.blogspot.co.id/2012/07/organisasi-profesi-kependidikan-
di.html. diakses pada tanggal 5 Maret 2016.

Azza, Dahlia.2013. Kode Etik Profesi Keguruan.


http://dahlia07.blogspot.co.id/2013/05/kode-etik-profesi-keguruan.html.
diakses pada tanggal 5 Maret 2016.

Vie. 2011. Organisasi Profesi Keguruan. http://vie-


biology.blogspot.co.id/2011/03/organisasi-profesi-keguruan.html. diakses
pada tanggal 5 Maret 2016.

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2011. Profesi Keguruan.Jakarta: Rineka Cipta.

Wau, Yasaratodo. 2016. Profesi Kependidikan. Unimed: Unimed Press

24

Anda mungkin juga menyukai