PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar, pengertian, tujuan, dan fungsi
organisasi profesi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi keprofesian
3. Untuk mengetahui pengertian kode etik
4. Untuk mengetahui pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik
keguruan
2
BAB II
ISI
3
yang memiliki pekerjaaan atau keahlian yang sejenis. Dalam wadah inilah
diharapkan akan muncul satu kekeluargaan yang dapat memecahkan persoalan-
persoalan yang dijumpai pada praktek profesi. Suatu profesi adalah bidang
pekerjaan dan pengabdian tertentu, yang karena hakikat dan sifatnya
membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis,dan sikap kepribadian
tertentu. Pekerjaan yang digolongkan dalam suatu profesi dengan sendirinya
melahirkan pelayanan keahlian khusus yang pada gilirannya akan menuntun
adanya etika yang tumbuh dan mekar. Etika profesi meliputi ketanpa-pamrihan
dalam mementingkan masyarakat secara keseluruhan, dan solidaritas yang tinggi
sesama rekan seprofesi.
Seorang guru dapat dikatakan memilliki hak profesional jika memiliki lima
aspek pokok yang perlu diwujudkan yakni :
1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif
dalam batas tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses pengembangan
pendidikan setempat.
3. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan
efisien dalam rangka menjalankan tugasnya sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan
prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara
individual maupun secara institusional.
Organisasi profesional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, dan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Mengikat para anggota dimaksudkan
agar para anggota dikalangan suatu profesi dapat berkumpul dalam satu wadah
dan dapat saling tukar pengalaman antar sesama anggota dalam melaksanakan
praktek profesi. Mengawasi dimaksudkan agar para anggota profesi agar selalu
berpegang kepada kode etik profesi, dan selalu menjaga kualifikasi para anggota
disamping itu dapat pula mengawasi praktek profesi yang tidak berwenang dalam
melaksanakan profesi. Sedangkan meningkatkan kesejahteraan dimaksudkan agar
organisasi profesi selalu dapat memperjuangkan anggotanya dalam mendapatkan
jaminan kesejahteraan atas jasa yang telah diberikan, disamping itu adanya
4
jaminan hukum terhadap praktek profesi dengan kata lain mendapat perlindungan
hukum sehingga dalam melaksanakan tugas dapat lebih tentram dan aman.
Organisasi profesional berfungsi sebagai pengendali keseluruhan profesi baik
secara sendiri, maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang relevan.
Fungsi pengendalian tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang
meliputi :
1. Penataan standar perilaku profesional guru.
2. Penataan, standar kualifikasi dan wewenang guru.
3. Memberikan perlindungan kepada anggotanya.
4. Pengembangan profsei serta ilmu yang melandasinya, serta pengembangan
kemampuan profesional dan akademik dari pada anggotanya.
5. Menata alur kerja sama dengan profesi lainnya
5
4. Meningkatkan dan mengembangkan martabat anggota agar anggotanya
terhindar dari perlakuan tidak manusiawi.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan untuk meningkatkan
kesejahteraan lahir batin anggotanya.
6
a. Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia
Seperti halnya guru merupakan satu pekerjaan yang tak dapat dilakukan oleh
sembarangan orang, agar seseorang dapat diangkat menjadi seorang guru, ia harus
memiliki kualifikasi ilmu tentang keguruan yang diperoleh melaluipendidikan
keguruan. Guru mempunyai organisasi profesi yang bernama Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). PGRI lahir pada tanggal 25 Nopember 1945,
organisasi ini pada mulanya adalah organisasi serikat kerja, tetapi dengan
perkembangannya yang pesat, maka pada akhirnya kongres XIII dijakarta pada
tahun 1973 merubah sifat organisasi ini dari serikat kerja menjadi organisasi
profesi. Fungsi organisasi profesi keguruan ini ditegaskan oleh Basyuni
Suriamiharja (19810) Pengurus Besar PGRI adalah membina guru dan martabat
guru dengan segala aspeknya dalam kehidupan profesinya yang profesional
sepanjang masa. Pendidikan in-service training dapat memberikan wawasan yang
lebih jauh tentang seluk beluk pekerjaan yang digeluti. Beberapa pokok pikiran
yang melandasi perlunya pendidikan in-service training oleh organisasi profesi
dalam pekerjaan sebagai guru adalah :
1. Latihan profesional keguruan hendaknya tidak berhenti setelah ia
meningalkan lembaga pendidikan persiapannya menjabat pekerjaan pertama
(LPTK),
2. Perkembangan profesionalnya dikemukakan hari tidak akan terpenuhi dengan
memadai oleh sekedar pengalaman bekerja yang lama.
3. Sistem sekolah tidak selamanya dapat menyediakan kesempatan bagi para
guru untuk tumbuh dalam pekerjaan, dan
4. Cara yang efektif dan teratur untuk mengembangkan pertumbuhan
pendidikan in-service training yang diselenggarakan dalam kerjasama oleh
semua lembaga yang berwenang.
Sertifikasi dipersyaratkan bagi guru yang akan bekerja dalam profesi guru
baik bekerja disekolah negeri, maupun bekerja dilembaga swasta. Sertifikasi dan
lisensi perlu diberikan sejak pertama kali bekerja dilembaga pendidikan, setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh kerja sama pemerintah dengan
organisasi profesi.
7
b. Peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan
Profesi sebagai guru pada dasarnya adalah pelayanan terhadap warga
masyarakat yang menginginkan pendidikan yang diselenggarakan pada lembaga-
lembaga pendidikan. Mutu pendidikan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan
sangat tergantung pada layak tidaknya penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan.
Kelayakan penyelenggaraan ini dapat ditinjau dari dua sisi. Pertama kualifikasi
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat terdiri dari kualifikasi para tenaga
guru dan tenaga kependidikan (administrasi), dan kedua kelayakan sarana dan
prasarana pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan hendaknya selalu dapat memberi kesan yang
baik terhadap masyarakat sehingga masyarakat selalu memberikan kepercayaan
yang penuh, karena kepercayaan ini mutlak diperlukan oleh suatu profesi.
Pengakuan masyarakat terhadap profesi guru itu tidak hanya terbatas pada
pengekuan guru sebagai guru, melainkan pengakuan terhadap segala perangkat
yang berkaitan dengan profesi guru, termasuk perangkat untuk kerja, lembaga
pendidikan, organisasi profesi, etika dank ode etik guru, dan system imbalannya.
Penyelenggaraan pendidikan diluar ketentuan diatas hendaknya dapat dipantau
oleh organisasi profesi keguruan sehingga penyelenggaraan yang tidak layak
dioperasikan dapat ditutup atau diberi alternative lain sehingga dapat berjalan
sesuai ketentuan. hal ini semua dilakukan untuk menjaga agar profesi guru tidak
tercemar dimata masyarakat, bahwa profesi guru dapat dilakukan oleh siapa saja
tanpa memiliki standar kemampuan dasar sebagai guru dan penyelenggara
pendidikan lainnya.
8
tenaga kependidikan begitu penting dalam rangka upaya memajukan pendidikan
secara keseluruhan.
Bagi profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat
penting, karena dalam Undang-Undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar
hukumnya, bahkan pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaannya.
insan-insan pendidikan (Tenaga Kependidikan dan Murid) dilindungi secara
hukum, mempunyai hak-hak disamping kewajiban-kewajibannya.
Gagasan mendasar yang dikandung UU tentang SPN dalam kaitannya
dengan tenaga kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti
terhadap jabatan guru khususnya dan tenaga kependidikan umumnya.
Perlindungan ini secara eksplisit dikemukakan dalam pasal 42 yang menyatakn
bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar. Proteksi terhadap jabatan tenaga kependidikan menyangkut juga
lembaga penghasil, yaitu LPTK.
segi yang berkaotan erat dengan dasar pengakuan status profesional tenaga
kependidikaan ialah perlindungan hukum bagi tenaga kependidikan ialah
perlindungan hukum bagi tenaga kependidikan dalam menjalankan tugasnya,
seperti dijamin pada pasal 40 mengenai hak-hak tenaga kependidikan. dalam ayat
1d dikemukakan bahwa tenaga kependidikan berhak “memperoleh perlindungan
hukum dalam menjalankan tugasnya”. penegasan ini merupakan hal yang luar
biasa, karena memberikan keistimewaan kepada tenaga kependidikan. mereka
memiliki “dua jenis” perlindungan hukum, yaitu sebagai warga negara biasa dan
sebagai tenaga kependidikan.
Perlindungaan hukum begitu penting bagi tenaga kependidikan, karena
hanya dengan ada jaminan ini maka mereka akan terbebas dari rasa terancam,
tidak berani mengambil resiko, tidak mampu mengambil keputusan mandiri. pada
hal, sifat-sifat semacam ini justru merupakan ciri-ciri yang seharusnya melekat
pada orang-orang profesional, termasuk tenaga kependidikan. perlindungan
hukum bagi tenaga kependidikan memerlukan penjabaran lebih lanjut, dan yang
lebih penting lagi adalah implementasinya secara nyata.
9
b. Permasalahan yang Ada
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi
guru masa sekarang ini adalah sebagai berikut :
1. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam
peraturan yang berlaku yang berkenaan dengan profesi guru beserta
kesejahteraannya, seperti keputusan MENPAN No.26 tahun 1989 tentang
Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen pendidikan
dan Kebudayaan.
2. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru
yang lebih terara, yang memelihara keterpaduan antara pengembangan
profesional dengan pembentukan kemampuan akademik guru, dengan
memberikan peluang kepada setiap calon guru untuk melatih unjuk
kinerjanya sebagai calon guru yang profesional.
3. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak
pendidikan prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam
jabatan.
4. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk
pelaksanaan prows profesionalisasi guru, dan dapat memberikan batasan yang
jelas mengenai profesi guru dan profesi lainnya.
5. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-
rambu prilaku profesional yang tegas, jelas, dan operasional, serta perumusan
sanksi-sanksi terhadap penyimpangannya.
6. Pemasyarakatan kode etik guru ditetapkan oleh setiap guru dan diindahkan
oleh masyarakat rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang
wajar terhadap profesi guru itu.
10
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini telah mempunyai divisi-divisi
antara lain: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Pendidikan
Bahasa Indonesia ( HSPBI), dan lain-lain.
11
e) Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan,
meningkatkan, dan membela hak asasinya baik sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi kependidikan.
f) Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela kepentingan guru
dan tenaga kependidikan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan
hukum.
2. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :
a) Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi
guru.
b) Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga kependidikan
dalam meningkatkan mutu profesi dan pelayanan kepada masyarakat.
c) Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru
Indonesia.
d) Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi, dan
akreditasi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
e) Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di
bidang pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra dengan
PGRI.
f) Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan di
semua jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan
pengabdian dan peran serta dalam pembangunan nasional.
g) Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak
lembaga dan badan khusus.
h) Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-
lembaga pendidikan, organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan,
dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan dan kebudayaan.
3. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan:
a) Wahana untuk memperjuangkan terwujudnya hak-hak guru dan tenaga
kependidikan
b) Wahana untuk memperjuangkan kesejahteraan guru yang berupa: imbal
jasa, rasa aman, hubungan pribadi, kondisi kerja dan kepastian karier.
12
c) Wahana untuk mewujudkan prinsip dan pendekatan ketenagakerjaan
dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan
kesejahteraan anggota.
d) Wahana untuk memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat guru serta
kesetiakawanan organisasi.
e) Wahana untuk membela dan melindungi guru sebagai pekerja.
f) Wahana untuk membina dan meningkatkan hubungan kerjasama dengan
organisasi ketenagakerjaan baik lokal, regional maupun global.
13
b) Mengakomodasi aspirasi masyarakat atau stokeholder dan siswa
c) Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses
pembelajaran.
d) Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan
pendidikan.
3. Fungsi MGMP
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra adalah :
a) Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek
serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.
b) Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik
di tingkat sekolah, wilayah, maupun kota.
c) Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas sehingga
mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di
sekolah.
14
6. meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi
pendidikan; dan
7. menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah
(FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada
himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.
15
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART IPBI,
1975) sebagai berikut ini :
1. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia dan
brosur atau penerbitan lain.
2. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
3. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
4. Penelitian di bidang bimbingan.
5. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain
yang sejenis.
6. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan
bimbingan.
16
2.4.2 Tujuan Kode Etik Guru
Tujuan perumusan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan
anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. R.Hermawan (1979)
menjelaskan tujuan mengadakan kode etik adalah:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesinya
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesinya
d. Untuk meningkatkan mutu profesi
e. Untuk menuningkatkan mutu organisasi profesi
17
Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi
hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Sebagai contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi bersaing secara tidak
jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika
dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan.
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik
akan mendapat celaan dari rekan-rekannya,sedangkan sanksi yang dianggap
terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu,
menandakan bahwa organisasi profesi itu telah mantap.
18
b. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmani dan rohani)
bagi anak didiknya.
c. Guru harus menhayati dan mengamalkan pendidikan moral Pancasila bagi
anak didiknya.
d. Guru harus menghayati dan mengamalkan Pancasila.
e. Guru melatih dalam memecahkan masalah-maslah dan membina daya
kreasi anak didik, agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang
membangun.
f. Guru membantu sekolah dalam usaha menanamkan penetahuan
keterampilan kepada anak didik.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak didik.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan kebutuhan masing-
masing anak didik.
b. Guru hendaknya luas menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didiknya masing-masing.
c. Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar sekolah berdasarkan
kurikulum tanpa membeda-bedakan jenis dan posisi sosial orang tua.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh infoemasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan
wewenang.
a. Komunikasi guru dengan anak didik di dalam dan di luar sekolah
dilandaskan pada rasa kasih sayang.
b. Untuk berhasilnya pendidikan, guru harus mengetahui kepribadian anak
didik dan latar belakang keluarganya masing-masing.
c. Komunikasikan guru hanya diadakan diadakan semata-mata untuk
kepentingan anak didik.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua siswa dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah
untuk belajar di sekolah.
19
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua siswa sehingga dapat
terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan anak didik
c. Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritikan membangun
yang disampaikan orang tua siswa/masyarakat terhadap kehidupan
sekolah.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih lugas untuk kepentingan pribadi.
a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan.
b. Guru turut menyebarkan program pendidikan dan kebudayaan kepada
masyarakat di sekitarnya, sehingga sekolah tersebut turut berfungsi
sebagai pusat pembinaan dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan
di tempat.
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai
unsur pembaharu bagi kehidupan kemajuan daerahnya.
d. Guru bersama masyarakat sekita di dalam berbagai aktivitas.
e. Guru mengusahakan menciptakan kejasama yang sebaik-baiknya antara
sekolah, orang tua, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan
atas dasar kesadaran, bahwa pendidikan, bahwa pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengemban dan
meningkatkan mutu profesinya.
a. Guru melanjutkan studinya dengan: (1) membaca buku, (2) mengikuti
lokakarya, seminar, gerakan koperasi, dan pertemuan pendidikan dan
keilmuan, (3) mengikuti penataran, (4) mengadakan kegiatan penelitian.
b. Guru berbicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
a. Guru senantiasa saling tukar informasi, pendapat, saling menasehati, dan
bantu menbantu satu sama lain, baik dalam hubungan pribadi maupun
dalam penuaian tugas profesi.
20
b. Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik
rekan-rekan seprofesinya dan menjunjung martabat guru, baik secara
pribadi maupun secara keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
a. Guru senantiasa tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
b. Guru melakukan tugas profesional dengan disiplin dan rasa pengabdian.
c. Guru berusaha menyebarkan kebijaksanaan dan program pemerintah
kepada orang tua siswa dan masyarakat.
d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di
lingkungan dan daerahnya sebaik-baiknya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
a. Guru senantiasa setia terhadap kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
b. Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian.
c. Guru senantiasa berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan
program pemerintah dalam bidang pendidikan kepada siswa dan
masyarakat sekitarnya.
d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di
lingkungan atau di daerahnya sebaik-baiknya.
21
3. Sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan ketrampilan,
pengalaman dan kemauan.
Penyimpangan terhadap kode etik yang dibuat oleh PGRI hendaknya pula
diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan perilaku
anggotanya, agar setiap anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar
pula dari sanksi yang mungkin diberikan organisasi profesi. Sebagai penjaga
organisasi profesi mempunyai fungsi kontrol terhadap anggotanya. Dilain
hal persoalan-persoalan yang ditangani Dewan Kehormatan PGRI adalah
misalnya perilaku guru yang jarang mengajar, mengajar menggunakan kata-kata
yang tidak pantas dan ketidakprofesionalan guru (bersifat indisipliner). Jika kasus
dan masalah pelanggarannya terasa lebi berat atau bersifat perdana, maka hal
tersebut akan ditangani oleh pihak kepolisian.
22
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang – orang yang
memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian
tertentu. Dikatakan ciri khas oleh karena bidang tersebut diperoleh bukan secara
kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh melalui suatu jalur khusus.
Dalam prakteknya sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyarakat luas
tentunya memerlukan satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang-orang
yang memiliki pekerjaaan atau keahlian yang sejenis. Dalam wadah inilah
diharapkan akan muncul satu kekeluargaan yang dapat memecahkan persoalan-
persoalan yang dijumpai pada praktek profesi.
Organisasi profesional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, dan meningkatkan
kesejahteraan anggotanya
Di samping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang
diakui pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, ada lagi organisasi
profesional resmi di bidang pendidikan yang harus kita ketahui juga yaitu Ikatan
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini telah mempunyai divisi-divisi
antara lain: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Pendidikan
Bahasa Indonesia ( HSPBI), dan lain-lain.
PGRI pada hakekatnya berfungsi memantau penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia, dan menajaga nama baik para guru di bawah naungannya. Di samping
itu PGRI juga memantau perilaku anggotanya yang menyimpang dari kode etik
guru. Perlindungan hukum bagi tenaga kependidikan diperlukan untuk menjamin
pelaksanaan tugas, namun masih memerlukan penjabaran lebih lanjut.
b. Saran
23
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca tentang organisasi profesi keguruan serta peranannya dalam
dunia pendidikan dewasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
24