Anda di halaman 1dari 25

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Profesi Keguruan
Yang diampu oleh Aang Yudho Prastowo, M.Pd

Oleh

Binti Awalu Solikah (1886206010)


Chanifatul Cusnah (1886206060)
Elisa Anjani (1886206049)
Mar Atul Chasbiyah (1886206012)
Nurul Aini N. (1886206051)
Sindi Ratika D. (1886206020)
Vinda Kristian P. (1886206061)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
September 2019
ii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya pada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru” Makalah ini merupakan inovasi
pembelajaran untuk memahami secara mendalam dan semoga dapat berguna untuk pelajar pada
umumnya.
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. HM. Zainuddin. M.Pd., selaku rektor Universitas Nahdlatul Ulama.

2. Bapak Puji Wianto, M.Pd selaku wakil rektor Universitas Nahdlatul Ulama.

3. Bapak Aang Yudho Prastowo, M.Pd. selaku dosen pengampu matakuliah profesi
keguruan

. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang
terdapat didalamnya, untuk itu peneliti sangat mengharapkan adanya kritikan dan masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata peneliti berharap semoga
makalah ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya.

Blitar, September 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... i

BAB 1.PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah .................................................................................................... 1

1.3. Tujuan ...................................................................................................................... 1

BAB 2.PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2

2.1. Standar Kualifikasi Guru Profesional di Indonesia .................................................2

2.2. Standar Kompetensi Guru ........................................................................................ 5

BAB 3.PENUTUP ............................................................................................................... 18

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 18

3.2. Saran ...................................................................................................................... 18

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kualifikasi adalah pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian atau
keahlian yang diperlukan untuk mencapai sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Kualifikasi akademik diartikan sebagai tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena itu guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi minimum serta harus
mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Hal tersebut agar tercapainya tujuan pendidikan secara
maksimal dan menjadikan berjalannya suatu pembelajaran semakin maksimal
sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu kami membuat
makalah ini gar dijadikan suatu pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan akan berjalan dengan efektif dan
efisien
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah Standar Kualifikasi Guru Profesional di Indonesia?
2. Bagaimanakah Standar Kompetensi Guru?

1.3. Tujuan
1. Dapat memahami standar kualifikasi guru profesional di Indonesia.
2. Dapat memahami standar kompeensi guru.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Standar Kulifikasi Guru Profesional di Indonesia


Kualifikasi adalah pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian atau
keahlian yang diperlukan untuk mencapai sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Sedangkan akademik memiliki arti akademis. Jadi kualifikasi akademik adalah
keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan baik sebagai pengajar
pelajaran, administrasi pendidikan yang diperoleh dari proses pendidikan. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Kualifikasi akademik diartikan sebagai
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undanangan yang berlaku ( Pasal 28 ayat 2 ).
Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1)
“Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dalam pasal ini sangat jelas dikatakan
bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi minimum serta harus mengikuti
sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Kemudian
dijelaskan lagi pada Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pada pasal 8, pasal 9, dan pasal 10. Pasal 8 berbunyi “Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Pasal 9
berbunyi “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.” Sedangkan
pada pasal 10 tertulis “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.” Standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru lebih lanjut diatur dalam Peraturaan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) “Setiap guru
wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku
secara nasional.”.

2
Ada dua kualifikasi akademik guru yaitu kualifikasi guru melalui pendidikan
formal dan kualifikasi guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Dimana hal
tersebut dijelaskan dengan kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat
diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi
belum dapat dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan
dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian
tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk
melaksanakannya.
1. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup
kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman Kanak-
kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah(SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs),guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru
sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar
biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah
aliyahkejuruan (SMK/MAK), sebagai berikut.
a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan
anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang
terakreditasi.
b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau
psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

3
c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs
Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu,dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB
Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.
f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK
Guru pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai
guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum
dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan
kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian
tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk
melaksanakannya. (PP Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik danKompetensi Guru).

4
2.2 Standar Kompetensi Guru
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone (1995)
mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai ... descriptive of qualitative nature
of teacher behavior appears to be entirely meaningful ... kompetensi guru merupakan
gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. sedangkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dijelaskan bahwa: "kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasi oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan."
Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru
menunjukan kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi
spesifikasi tertentu didalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. dikatakan rasional
karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku
nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat
mata.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,
teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Standar
kompetensi guru mencakup empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. RPP tentang guru
dikemukakan bahwa: kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-
hal sebagai berikut: pemahaman wawasaan atau landasan kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus,

5
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar (EHB), dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
a. Kemampuan Mengelola Pembelajaran
Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut
tiga fungsi manajerial, yaitu:
1) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta
memperkirakan cara mencapainya.
2) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang
memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki
sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga
dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.
3) Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian,
bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pemahaman terhadap Peserta Didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi


pedagogik yang harus dimiliki guru. sedikitnya terdapat empat hal yang
harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu:
1) Tingkat Kecerdasan

Pada 1938, Thurstone, yang berhasil mengembangkan tes


kemampuan mental dasar (Primary Mental Abilities Testi) yang meliputi
kemampuan-kemampuan berikut:
a) Bilangan (number), yaitu kemampuan untuk menalar dan
memanipulasi secara matematis.
b) Ruang (spatial), yaitu kemampuan untuk memvisualisasikan objek-
objek dalam bentuk ruang.
c) Penalaran (reasoning), yaitu kemampuan untuk memecahkan
masalah

6
d) Kecepatan persepsi (perceptual speed), yaitu kemampuan
menemukan persamaan-persamaan dan ketidaksamaan-
ketidaksamaan diantara objek-objek secara cepat.
Golongan IQ antara lain diberikan oleh Till (1971) dengan
penjelasan ringkas tentang ciri-cirinya, yang diringkaskan sebagai
berikut. golongan yang terendah adalah mereka yang IQ nya antara
0-50. Diantara mereka (0-20 atau 25) tergolong tak dapat dididik
atau dilatih. Mereka hanya mampu belajar tidak lebih dari dua
tahun. Mereka yang tergolong dalam IQ antara 25-50 bisa dididik
untukn mengurus kegiatan rutin yang sederhama atau untuk
mengurus kebutuhan jasmaninya. dua golongan ini oleh sebagian
penulis dinyatakan sebagai keterbatsan mental, lemah pikiran atau
cacat mental, adapula yang menyebutnya dengan idiot idan
imbicile.
Golongan yang lebih tinggi dari mereka yang tergolong idiot
dan imbicile adalah yang ber-IQ antara 50-70 dan dikenal dengan
golongan moron, yaitu keterbatasan atau kelambatan mental.
Sehingga untuk melayani mereka diperlukam latihan khusus.
Mereka yang ber IQ antara 70-90 disebut sebagai "anak lambat".
Golongan menengah (90-110) merupakan bagian yang paling besar
jumlahnya, sekitar 45-50 persen. Mereka bisa belajar secara normal.
Diatas mereka adalah golongan diatas rata-rata, yang memiliki IQ
antara 110-130, istilah bagi mereka yakni peserta didik yang cepat
mengerti dan superior. Sedangkan yang ber IQ 140 keatas disebut
"genius", mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari golongan
lainnya.
2) Kreativitas
Kreativitas bisa dikembangkan dengan penciptaan proses
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan
kreativitasnya. Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang
baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan
kreativitasnya, antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, serta

7
penugasan. Anak yang kreatif belum tentu pandai, dan sebaliknya.
Kondisi-kondisi yang diciptakan oleh guru juga tidak menjamin
timbulnya prestasi belajar yang baik. Hal ini perlu dipahami guru agar
tidak terjadi kesalahan dalam menyikapi peserta didik yang kreatif,
demikian pula terhadap yang pandai.
Berikut disajikan beberapa resep yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kreatifitas peserta didik:
a) Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak peserta didik dalam
pembelajaran dan pengembangan pengetahuan baru.
b) Bantulah peserta didik memikirkan sesuatu yang belum lengkap,
mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang
original.
c) Bantulah peserta didik menembangkan prinsip-prinsip tertentu
kedalam situasi baru.
d) Berikan tugas-tugas secara independent.

e) Kurangi kekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat


merangsang otak.
f) Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir reflektif
terhadap setiap masalah yang dihadapi.
g) Hargai perbedaan individu peserta didik , dengan melonggarkan
aturan dan norma kelas.
h) Jangan memaksakan kehendak terhadap peserta didik.

i) Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran.

j) Kembangkan tugas-tugas yang dapat merangsang tumbuhnya


kreativitas.
k) Kembangkan rasa percaya diri peserta didik, dengan membantu
mereka mengembangkan kesadaran dirinya secara positif, tanpa
menggurui dan mendikte mereka.
l) Kembangkan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti kuis dan
teka-teki, dan nyanyian yang dapat memacu potensi secara optimal.

8
m) Libatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran,
sehingga proses mentalnya bisa lebih dewasa dalam menemukan
konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.
Memahami uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa kreativitas
peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada kreativitas guru
dalam mengembangkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
materi standar, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
3) Kondisi Fisik

Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan


sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan
pribadi mereka. Sehubungan dengan peserta didik yang mengalami
hambatan ini, Ornstein, dan Levine (1986) membuat pernyataan berikut:
a) Orang-orang yang mengalami hambatan, bagaimanapun hebatnya
ketidakmampuan mereka, harus diberi kebebasan dan pendidikan
yang cocok.
b) Penilaian terhadap mereka harus adil, dan menyeluruh.

c) Orang tua atau wali mereka harus adil, dan boleh memprotes
keputusan yang dibuat oleh kepala sekolah.
d) Rencana pendidikan individual, yang meliputi pendidikan jangka
panjang dan jangka pendek harus diberikan. Harus pula diadakan
tinjauan ulang terhadap tujuan dan metode yang dipilih.
e) Layanan pendidikan diberikan dalam lingkungan yang agak
terbatas, untuk memberikan layanan yang tepat, pada saat tertentu
anak-anak bisa ditempatkan di kelas khusus atau terpisah.
4) Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif

Pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan perubahan


struktur dan fungsi karakteristik manusia. Perubahan- perubahan ini
tidak bersifat umum, melainkan merupakan hasil interaksi antara
potensi bawaan dengan lingkungan. Perbedaan individu peserta didik
perlu dipahami oleh para pengembang kurikulum, guru, calon guru,
dan kepala sekolah agar dapat melaksanakan pembelajaran secara

9
efektif. Dalam hal ini, pembelajaran dapat didiversikasi atau diperluas,

10
diperdalam, dan disesuaikan dengan keberagaman kondisi dan
kebutuhan, baik yang menyangkut kemampuan atau potensi peserta
didik maupun potensi lingkungan.
c. Perancangan Pembelajaran

Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yakni:

1) Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan


memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian
dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
a) Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar
beberapa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan
diperoleh melalui kegiatan pembelajaran.
b) Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan
lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan
belajar.
c) Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan
kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan
belajar, baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
Ketiga hal tersebut dapat dilakukan baik secara perorangan
maupun kelompok. secara perorangan peserta didik
mengekspresikan pendapat masing-masing secara langsung, dan
guru membantu mereka dalam menyusun kebutuhan belajar beserta
hambatan-hambatannya. Secara kelompok peserta didik
mendiskusikan kebutuhan belajar bagi pembentukan kompetensi
peserta didik, baik secara kelompok maupun perorangan, kemudian
diidentifikasikan sejumlah kompetensi untuk dijadikan bahan
pembelajaran.
2) Identifikasi Kompetensi

Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta


didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam
11
pembelajaran, yang dimiliki peran penting dan menentukan arah

12
pembelajaran. Kompetensi yang harus dipelajari dan dimilki peserta
didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai
wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung.
3) Penyusunan Program Pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencama


pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran
jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan
proses pelaksanaan program.
d. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis

Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap


praktek pendidikan anti realitas, yang menurut Freire (2003) harus diarahkan
pada proses masalah.
Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal:

1. Pre Tes (tas awal)

Pre tes memegang peranan yang cukup penting dalam proses


pembelajaran, yang berfungsi: untuk menyiapkan peserta didik dalam
proses belajar, untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik
sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, untuk
mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik
mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses
pembelajaran, dan untuk mengetahui dimana seharusnya pembelajaran
dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dimiliki peserta didik, serta
tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian
khusus.
2. Proses

Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan


dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut
aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan
efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental,
fisik maupun sosial.
13
3. Post Tes

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes. Post


tes ini berfungsi untuk melihat keberhasilan pembelajaran.

e. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran


Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning)
dimaksudkan untuk memudahkan atau mengektifkan kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan
mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer
yang dapat diakses oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru dan calon guru
dibekali dengan berbagai komnpetensi yang berkaitan dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi sebagai teknologi pembelajaran.

f. Evaluasi Hasil Belajar (EHB)


Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan:
1) Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulanagan harian, ulangan umum, dan
ujian akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,
memberikan umpan balik, memperbaiki proses pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik, serta menentukan kenaikan
kelas.
2) Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukn dalam rangka
memperbaiki program pembelajaran (program remidial).
3) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan
penilaian gunsa mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh
mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu.
4) Benchmarking
14
Yakni suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan,
proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.
5) Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan
Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian
program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan
dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya
dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.

g. Pengembangan Peserta Didik


Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai
cara, diantaranya:
1) Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan ini dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki
peserta didik, dapat membentuk watak dan kepribadian peserta didik,
serta dapat mengurangi kenakalan remaja.
2) Pengayaan dan Remidial
Program ini digunakan sebagai tindak lanjut proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
3) Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier.

2. Kompetensi Kepribadian
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.Kompetensi kepribadian
sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi
peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan

15
mengembangkan sumber daya manusia (SDM). serta mensejahterakan
masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.
Kompetensi kepribadian mencakup beberapa hal, diantaranya:
a. Kepribadian yang Mantap, Stabil, dan Dewasa
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional, dan dapat
dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap,
stabil, dan dewasa.
b. Disiplin, Arif, dan Berwibawa
Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan
pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Dalam menanamkan
disiplin, guru bertanggungjaawab mengarahkan, dan berbuat baik, menjadi
contoh, sabar dan penuh pengertian, serta dengan kasih sayang.
c. Menjadi Teladan bagi Peserta Didik
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya.
d. Berakhlak Mulia
Guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasehat bagi peserta
didik. Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja
tidak tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan ijtihad yang
mujahadah, yakni usaha sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah, dengan
niat ibadah tentunya.

3. Kompetensi Profesional
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Adapun ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut:
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

16
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik.
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggungjawabnya.
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, emdia, dan
sumber belajar yang relevan
f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Seorang guru juga harus mampu menentukan secara tepat materi yang
relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Beberapa kriteria yang
harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan
diajarkan kepada peserta didik, menurut Hasan (2004), sedikitnya mencakup:
1) Validitas atau tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan materi
pelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan telah teruji
kebenarannya.
2) Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
3) Relevansi, dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya tidak terlalu
sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi lingkungan
setempat dan kebutuhan di lapangan pekerjaan serta masyarakat pengguna
saat ini dan yang akan datang.
4) Kemenarikan, pengertian menarik di sini bukan hanya aekedar menarik
perhatian peserta didik, namun materi yang diberikan hendaknya mampu
memotivasi peserta didik sehingga mereka mempunyai minat untuk
mengenali dan mengembangkan keterampilan lebih lanjut
5) Kepuasan, kepuasan yang dimaksud merupakan hasil pembelajaran yang
diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya, dan
peserta didik benar-benar dapat menggunakan dan mengamalkan ilmu
tersebut.

17
Agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan menyenangkan,
materi pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa, serta dijelaskan
mengenai batasan ruang lingkupnya. Seorang guru juga dituntut menjadi ahli
penyebar informasi yang baik, karena tugas utamanya adalah menyampaikan
informasi kepada peserta didik. Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan
sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekolah (apalagi hanya membaca
buku ajar) tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber, seperti
majalah, surat kabar, dan internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari
sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi
kesenggangan dalam pola pikir peserta didik.
4. Kompetensi Sosial
Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut
diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-
kurangnya memiliki kompetensi untuk:
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar
dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun di
masyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
3) Memiliki pengetahuan inti demokrasi
4) Memiliki pengetahuan tentang estetika
5) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial

18
6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk
mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang
akan datang. Guru di mata masyarakat seyogyanya dapat memberikan teladan
yang baik. Untuk itu, guru harus memiliki kompetensi sebagai berikut:
a) Mampu berkomunikasi dengan masyarakat.
b) Mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik.
c) Mampu mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat.
d) Menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Kualifikasi akademik diartikan sebagai tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Dimana
hal tersebut dijelaskan dengan kualifikasi akademik yang tingkat pendidikan minimal
yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus
yang sangat diperlukan tetapi belum dapat dikembangkan di perguruan tinggi dapat
diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi
seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang
diberi wewenang untuk melaksanakannya.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,
teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Standar
kompetensi guru mencakup empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
3.2 SARAN
Sebagai seorang pendidik, harus memenuhi kualifikasi akademik serta memiliki
standar kompetensi guru. Kompetensi tersebut akan terwujudd dalambentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap professional dalam
menjalankan fungsi sebagai guru.

20
DAFTAR RUJUKAN

Asmara, H.(2015). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas).Jakarta

https://www.academia.edu/9344555/Makalah_Standar_Kualifikasi_dan_Kompetensi_Guru
diakses 1 september 2019
https://www.academia.edu/9656931/PROFESI_KEPENDIDIKAN_TENTANG_KUALIFI
KASI_AKADEMIK_DANKOMPETENSI_GURU di akses 1 september 2019

21

Anda mungkin juga menyukai