1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kementerian ESDM pada tahun anggaran 2014 mengadakan pelelangan umum dengan
sistim Pasca Kualifikasi untuk pekerjaan pengadaan Barang/Jasa .
Salah satunya pekerjaaan PEKERJAAN PEMBANGUNAN GUDANG KAMPUS LAPANGAN
CISOLOK TAHUN ANGGARAN 2014. Proses pelelangan ini melalui Pengguna Anggaran
dan sesuai dengan ketentuan dalam data lelang untuk pengadaan ini diproses oleh
panitia pengadaan Barang dan Jasa
i
2 BAB II
INTERPRETASI PELAKSANAAN
KONTRAK
Dokumen Kontrak
Kemampuan Kontraktor
ii
Keterkaitan Biaya, Waktu, dan Kualitas
Pada kondisi optimal, faktor-faktor biaya, waktu dan kualitas, membentuk tata
hubungan yang saling bergantung serta berpengaruh amat kuat dengan kepekaan
tinggi. Jika salah satu darinya berubah atau digeser sedikit saja akan langsung
berdampak pada faktor lainnya, dan pada umumnya merupakan hal yang sulit bahkan
mustahil untuk dapat mencegah pengaruhnya. Hubungan ketergantungan yang amat
peka antar tiga faktor tersebut juga merupakan perbedaan mencolok bila dibandingkan
dengan proses produksi pada industri manufaktur. Pada industri pabrik, walaupun
pada waktu peninjauan kelayakan di awal proyek telah dilakukan perhitungan
mengenai biaya produksinya, akan tetapi harga jual produk masih tetap saja dapat
ditetapkan pada akhir proses dengan peluang cukup luas untuk memperhitungkan
kondisi dan hukum pasar pada saat itu. Jikalau tidak dapat meraih margin pasar
secukupnya, produsen masih berkesempatan cukup longgar untuk menyesuaikan
operasinya baik dalam hal proses produksi maupun penetapan harga jual dikaitkan
dengan strategi pemasaran. Disamping itu, titik impas biaya produksi pada industri
pabrik biasanya ditetapkan dalam kondisi yang tidak harus terlalu ketat tergantung
pada waktu. Apabila dalam proses produksi mengalami kegagalan untuk mencapai
kualitas tertentu, sebelum diputuskan untuk mengapkir hasil produksi pada umumnya
masih tersedia jalan keluar untuk menyelamatkan industri. Jalan keluar dapat berupa
upaya mendaur ulang material atau melepaskan hasil produksi apa adanya ke pasar
dengan mengelompokkannya menjadi kualitas lebih rendah. Sudah tentu dengan tetap
memperhitungkan situasi dan permintan pasarnya. Upaya-upaya penyelamatan dengan
cara demikian tidaklah tergantung secara ketat pada faktor-faktor biaya dan waktu.
Bukankah merupakan merupakan hal yang lazim dan sering dijumpai beredarnya
berbagai kelas mutu dari suatu hasil industri di pasar meskipun dari satu merek yang
sama? Produk jadi material keramik misalnya, di pasar dapat ditemui berbagai kelas
kualitas, sejak kelas 1 sampai 3.
Sedangkan pada industri konstruksi, sebagaimana layaknya pelayanan jasa,
ketentuan mengenai biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat di
dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila
muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses produksi, tidaklah mudah
untuk mengubah ketentuan-ketentuan yang sudah merupakan bentuk kesepakatan
tersebut. Apabila di dalam proses konstruksi terjadi penyimpangan kualitas hasil
pekerjaan, baik hal tersebut merupakan akibat perbuatan yang disengaja maupun
tidak, resiko yang harus ditanggung tidaklah kecil. Cara memperbaiki bagian dari
bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi haruslah dibongkar kemudian
dikonstruksi ulang ditempat yang sama sesuai seperti apa yang dikehendaki di dalam
perencanaan. Upaya untuk menukar dengan bangunan di tempat lain yang nilainya
setara atau bahkan lebih mahal sekalipun tidak dapat diterima. Sedang dilain pihak,
iii
upaya untuk memperbaiki penyimpangan bagaimanapun tak akan dapat tak akan
dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan konstruksi.
Bahkan segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas
dan waktu penyelesaian pekerjaan biasanya mengandung resiko sanksi denda, yang
pada ujungnya berdampak pada pudarnya reputasi para pelaksana seluruhnya. Dengan
demikian jelas kiranya bahwa faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas dalam proses
konstruksi merupakan ketentuan kesepakatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar
lagi dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat.
Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan
pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus
ditanamkan Pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi
pembiayaan suatu konstruksi bangunan juga tidak terlepas dari pengaruh situasi
okonomi umum yang mungkin dapat berupa kenaikan harga material, peralatan dan
upah tenaga kerja karena inflasi, kanaikan biaya sebagai akibat dari pengembangan
bunga bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan waktu pelaksanaan kegiatan
karena sesuatu keterlambatan. Disamping itu, masih ada pengaruh yang datang dari
masalah produktivitas, kemudian ketersediaan sarana dan prasarana awal di lokasi
proyek, atau kejadian khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangkan
masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi lebih
banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan, seperti keterlambatan
pengadaan peralatan dan material, keterlambatan jadwal perencanaan, perubahan-
perubahan pekerjaan selama berlangsungnya konstruksi, kelayakan jadwal konstruksi,
masalah-masalah produktivitas, peraturan-peraturan dari pemerintah mengenai
keamanan perencanaan dan metode konstruksi, dampak lingkungan, kebijakan di
bidang ketenagakerjaan dan sebagainya. Kemudian masalah-masalah yang
mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan lebih banyak berawal dan didominasi oleh
kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan
teknis. Seperti misalnya dalam penyusunan kriteria perencanaan dan spesifikasi,
pengelolaan segi finansial sebagai penunjang, tata cara penyediaan material dan
peralatan, pengerahan tenaga terampil, dan kelemahan di bidang pemeriksaan dan
pengawasan selama konstruksi berlangsung. Selanjutnya masih terdapat masalah-
masalah tambahan yang cukup penting yang berpengaruh secara sekaligus terhadap
ketiga-tiga faktor, yaitu upaya analisis rekayasa nilai, pembiayaan tak terduga yang
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, dan program-program pelatihan bagi pekerja.
Ringkasan uraian hal-hal tersebut di atas diberikan dalam bentuk bagan pada gambar
di bawah.
iv
produktivitas jadwal konstruksi ekonomi biaya
Inflasi
Penundaan waktu
Modal Kerja
Bunga bank
PEMBIAYAAN
v
PEMAHAMAN DAN ORIENTASI LOKASI PROYEK
Sebagai dasar evaluasi dalam penyajian penawaran harga, maka CV. RIZKY
PUTERA , dalam hal ini diwakili oleh team teknik, dipandang perlu untuk memahami
situasi dan kondisi :
1. Akses menuju lokasi proyek.
2. Radius Lokasi proyek terhadap Sumber Material (Material alam atau Material
fabrikan/jadi)
3. Lokasi Proyek yang akan dibangun dan lingkungan sekitar proyek. kultur
masyarakat disekitar lokasi pekerjaan dan hal-hal yang dipandang perlu dan
akan menimbulkan dampak terhadap pelaksanaan proyek.
Permasalahan :
Lokasi Proyek terletak di dalam area tempat belajar dan mengajar serta berada di
lokasi pariwisata yang akan berdampak terhadap beberapa kepentingan pada saat
Pelaksanaan pekerjaan , Mobilisasi dan demobilisasi alat dan Bahan terhadap akses ke
lokasi yang melalui pemukiman warga dan tempat pariwisata yg cukup padat dan
ramai.
Penanganan :
Penanganan permasalahan diatas , akan menerapkan upaya-upaya penangan secara
pendekatan dan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal ini Konsultan Pengawas
dan Konsultan Perencana serta pihak Owner. Perlunya penyesuaian jadwal
pelaksaanan pekerjaan dengan jadwal aktivitas setempat, bila diperlukan pekerjaan
akan dilaksanakan di malam hari (over time). Selain daripada itu perlunya penjadwalan
material/bahan yang ketat guna mengantisipasi terganggunya Orang-orang pada waktu
jam Kerja agar saat mobilisasi bahan tidak menggangu aktifitas lingkungan setempat.
vi
1. Struktur Organisasi
Pelaksanaan proyek dikelola oleh suatu tim manajemen yang dipimpin seorang
Project Manager dibantu oleh tenaga Staf ahli / Site Manager / Pelaksana
Lapangan beserta pembantu-pembantunya, yang secara garis besar dapat dilihat
pada gambar 2.1.
Project Manajer
Pengendali Mutu
Site Manajer
Site Engineer
2. Koordinasi
Project Manager memimpin semua kegiatan proyek, baik dibidang administrasi,
teknik dan lain-lain .
Untuk masalah teknik engineering dan Quality Control, Project Manager
dibantu oleh Site Manager, Site Engineer dan Pelaksana lapangan.
Urusan keuangan, administrasi umum dan personalia, dibantu oleh Bagian
Administrasi proyek beserta stafnya.
Urusan logistik dan peralatan, dibantu oleh Bagian Logistik dan Peralatan.
vii
II.3. METODE PENCAPAIAN SASARAN
Dalam tujuan untuk mencapai sasaran yang dikehendaki terdapat hal-hal yang
perlu dikendalikan, antara lain pengendalian mutu dan pengendalian material. Dimana
kedua hal tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain untuk
mencapai hasil yang optimum.
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu proses konstruksi harus diarahkan pada upaya untuk memenuhi
persyaratan dan segenap kebutuhan pemberi tugas. Seperti diketahui kebutuhan
tersebut dinyatakan dalam bentuk kriteria perencanaan yang akan memandu
keseluruhan proses rekayasa, perencanaan, dan penyusunan spesifikasi teknis.
Pengendalian mutu bersifat mendasar dan harus diterapkan pada seluruh tahapan
proyek, baik pada perencanaan maupun konstruksi fisiknya. Agar upaya pengendalian
mutu secara menyeluruh dapat terlaksana baik maka seluruh tahap perencanaan dan
pengambilan keputusan, langkah demi langkah, dihubungkan dengan titik-titik kontrol
di mana perencanaan yang sedang dikembangkan ditinjau secara formal. Hal penting
dilakukan pembahasan pada setiap akhir suatu tahapan atau selang diantaranya.
Kesempatan pembahasan selain merupakan titik-titik kontrol atau saat untuk menguji
fakta yang terungkap, juga sekaligus digunakan untuk melaksanakan fungsi koordinasi
serta pengendalian mutu melalui pemantauan dan pengawasan. Sebagaimana azas
pengendalian secara umum, prosesnya menyangkut kegiatan-kegiatan :
(1) Menetapkan standar untuk menilai kemajuan konstruksi, biasanya melalui
perencanaan dan spesifikasi teknis
(2) Upaya pengukuran penyimpangan terhadap standar sedini mungkin
(3) Tindak lanjut perbaikan atau meminimalkan dampak yang merugikan
(4) Merevisi perencanaan dalam rangka menyempurnakan standar.
Metodologi yang dipakai sejak upaya mendokumentasikan peraturan-peraturan
yang berlaku, penetapan spesifikasi teknis perencanaan yang yang profesional, sampai
prosedur pengambilan sampel untuk keperluan berbagai pengujian seperti uji kuat
beton, jenis tanah, mutu pengelasan, kuat baut, dan menyangkut berbagai macam
dimensi konstruksi lainnya. Sudah selayaknya
viii
Sedangkan pada tahap pelaksanaan konstruksi fisik upaya penerapan pengendalian
mutu diwujudkan melalui metode pelaksanaan konstruksi, penyeliaan, pengawasan,
dan inspeksi pekerjaan. Pada prinsipnya maksud pengendalian mutu adalah:
(1) Mengarahkan agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknis dan
dokumen kontrak
(2) Mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis material dan metode
konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa perencanaannya telah
memenuhi syarat peraturan bangunan.
Unsur utama sebagai pengendali mutu selama tahap konstruksi fisik adalah
pengawas lapangan, yang mana bertanggung jawab agar kegiatan harian kontraktor
memberi hasil akhir sesuai dengan spesifikasi teknis kontrak. Sebagai contoh,
pengawas akan memeriksa apakah material dasar yang dipakai untuk membuat beton
telah memenuhi standar, bahwa material dicampur dengan perbandingan
perbandingan unsure yang benar, dan bahwa telah dilakukan pengujian terhadap
sample adukan beton, dan sebagainya. Kadang-kadang juga diperlukan bagi perencana
dan para ahli yang terlibat untuk melakukan inspeksi dan pemeriksaan pekerjaan
langsung di lapangan. Sehingga seringkali bermanfaat untuk menyusun program
pengendalian berupa bagan matriks tanggung jawag yang menunjukan kapan, di mana,
dan oleh siapa pemeriksaan di perlukan.
Untuk menjelaskan keterpaduan antara biaya konstruksi dengan biaya
pengendalian mutu (kesesuaian mutu), seorang penulis bernama Elwood G. Patrick
menggambarkan secara grafis hubungan tersebut sepeerti terlihat pada gambar di
bawah.
Biaya
Maksimum
Mutu
Peningkatan Biaya
Optiimum
ix
pembiayaan untuk memonitor dan memeriksa mutu, termasuk untuk membetulkan,
mengganti, atau memperbaiki kerusakan yang terjadi. Peningkatan kesesuaian mutu
adalah upaya agar mutu meningkat sehingga sesuai benar dengan standar ketentuan
menurut spesifikasi teknis. Sudah tentu untuk tuntutan mutu yang semakin tinggi jelas
akan memerlukan upaya yang lebih berat. Dengan demikian untuk mengupayakan
peningkatan mutu pekerjaan langsung dari sumber daya dan metode konstruksi, perlu
ditopang dengan anggaran keuangan lebih banyak. Atau dengan lain kalimat, biaya
langsung konstruksi akan menjadi semakin meningkat. Sementara itu, untuk
memproses pekerjaan atau barang dengan standar rencana mutu yang semakin
menurun atau berkurang. Maka dengan berpijak pada dua keadaan pembiayaan dengan
pola yang berbeda tersebut, tentunya harus diupayakan prinsip optimalisasi untuk
menetapkan standar mutu terbaik yang dapat dicapai dalam setiap perencanaan
tertentu. Mutu optimum dicapai apabila jumlah biaya merupakan nilai yang minimum.
Pengendalian Material
Pengadaan menurut arti luas mencakup pembelian peralatan, perlengkapan,
material, tenaga kerja, dan segala macam bentuk jasa, yang diperlukan untuk proses
konstruksi. Termasuk juga kegiatan-kegiatan penunjang yang terkait dengannya
seperti pengiriman dan transportasi, pemaketan, penanganan selama diangkut,
perawatan, pergudangan, asuransi dan jaminan, kelengkapan dokumen, penagihan, dan
pembayarannya. Seluruh proses pengadaan beserta kegiatan yang terkait tersebut
selalu muncul dalam setiap tahapan proses konstruksi. Kegiatan pengadaan material
dapat berkisar sejak dari tata cara pemenuhuan kebutuhan seketika dengan cara
sederhana, sampai berbentuk program kompleks yang mungkin melibatkan proses
pembuatan dan pengiriman yang tidak lagi bisa dikatakan mudah. Proses pengadaan
yang digolongkan kompleks banyak memakan waktu, biaya serta pemikiran, yang tidak
jarang sangat membingungkan bahkan berpotensi mengancam keterlambatan proyek
secara keseluruhan. Dengan demikian proses pengadaan dapat melibatkan sesuatu
yang jauh lebih kompleks ketimbang hanya sekedar memperoleh barang yang
termurah bagi kepentingan proyek.
Program pengadaan memerlukan pengetahuan mutakhir mengenai jenis
material dan peralatan yang memenuhi standar spesifikasi tetapi masih bisa diperoleh
dengan biaya modal dan operasi yang terendah. Apabila tidak ditangani dengan baik,
proses pengadaan material dan peralatan selalu berpotensi mengundang permasalahan
yang tidak dikehendaki. Selama proses konstruksi selalu saja muncul gejala kelangkaan
periodik atas material-material yang diperlukan, berupa material dasar atau barang
jadi baik yang asalnya lokal maupun import. Cara penanganan sangat bervariasi
tergantung pada kondisi proyek, sejak yang ditangani langsung oleh staf khusus dalam
organisasi sampai berbentuk pembagian porsi tanggung jawab diantara pemberi tugas,
x
kontraktor dan subkontraktor. Sehingga penawaran barang atau material untuk suatu
proyek dapat datang dari subkontraktor., pemasok atau agen, importir, produsen atau
industri, yang
kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis yang telah
ditetapkan. Dalam proses pengadaan material, peralatan dan perbekalan yang dapat
dikelompokkan sebagai barang-barang sederhana, kegiatan pemesanan atau pembelian
biasanya didasarkan pada surat perintah kerja (SPK) berbentuk kontrak pendek. Cara
tersebut biasanya dipakai pula untuk pengadaan jasa tenaga kerja seperti jasa mandor
atau keahlian khusus untuk pengukuran, penyelidikan tanah, pengujian beton, dan
sebagainya. Sedangkan untuk pengadaan barang-barang yang tidak sederhana harus
ditempuh dengan menggunakan perjanjian kontrak yang lebih lengkap, dapat berupa
kontrak pembelian, pemasokan, ataupun sewa untuk peralatan. Sebagaimana lazimnya
prosedur penyusunan kontrak, dalam rangka pengendaliannya sudah tentu harus
melalui pengajuan daftar permintaan, proses prakualifikasi, penawaran, dan
sebagainya. Untuk menempuh prosedurkontrak lengkap, penting untuk diperhatikan
adalah kelengkapan dan kelancaran arus informasi sehingga kesemuanya dapat
berlangsung serba jelas, terinci, detail, dan bersifat transparan. Terutama jika harus
mengait kewajiban-kewajiban penting seperti asuransi, garansi atau bentuk jaminan
lainnya, syarat mutu tinggi, jadwal waktu ketat, pelayanan purna jual, dan sebagainya.
Meskipun ditempuh melalui cara kontrak, karena fluktuasi harga atau biaya material
bergerak sangat dinamis dari masa ke masa, biasanya selalu melalui tahapan negosiasi
dan pembandingan harga sebelum diwujudkan perjanjian kontraknya. Walaupun
metodenya berbeda-beda untuk masing-masing proyek, tetapi yang jelas diperlukan
penataan mekanisme dan prosedur pengadaan material secara mangkus untuk setiap
proyek, terutama berkaitan dengan dengan system pengendalian yang berlaku.
Proses pengadaan material merupakan komponen dari system penjadwalan
dan pengendalian yang tersusun mewujudkan hubungan yang saling tergantung erat
dan berpengaruh satu sama lainnya. Apabila terjadi keterlambatan dalam pembelian
dan pengadaan material akan berdampak langsung berupa kekacauan operasi
konstruksi terutama dalam hal pengerahan sumber daya lainnya. Berpijak pada
kenyataan keadaan yang sangat tergantung tersebut, akan lebih baik apabila
penjadwalan kegiatan pengadaan dijadikan satu dengan operasi konstruksi. Pada
penjadwalan cara jaringan kerja dengan lintasan kritis misalnya, dicantumkan pula
kegiatan-kegiatan pengadaan sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu proses
pengadaan material tertentu harus sudah dimulai, dan kapan saat paling lambat
sesuatu material harus sudah tersedia dilapangan, dan seterusnya. Dengan cara
demikian akan terlihat jelas betapa sangat berpengaruhnya kegiatan pengadaan
terhadap operasi konstruksi keseluruhan, bahkan mungkin termasuk sebagai kegiatan
xi
yang terletak pada lintasan kritis misalnya, dicantumkan pula kegiatan-kegiatan
pengadaan sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu proses pengadaan
sehingga dapat diikuti dengan jelas kapan sesuatu proses pengadaan material tertentu
harus sudah dimulai, dan kapan saat paling lambat sesuatu material harus sudah
tersedia dilapangan, dan sebagainya. Dengan cara demikan akan terlihat jelas betapa
sangat berpengaruhnya kegiatan pengadaan terhadap operasi konstruksi keseluruhan,
bahkan mungkin termasuk sebagai kegiatan yang terletak pada lintasann kritis.
Sehingga apabila dipandang perlu, untuk proses pengadaan material yang kompleks,
bisa jadi harus dibuatkan jaringan kerja tersendiri yang merupakan sub-jadwal dari
operasi keseluruhan.
Pada proyek-proyek konstruksi bangunan infrastruktur atau industri yang tidak terlalu
rumit, kira-kira 60% dari pembiayaan proyek dibelanjakan untuk keperluan pengadaan
material. Mengingat porsi biaya pengadaan material cukup besar, maka sudah
selayaknyalah jika diberikan cukup perhatian dalam upaya pengendaliannya. Landasan
pengendalian biaya pengadaan material berbeda dengan yang diterapkan pada
pengendalian biaya tenaga kerja dan peralatan. Untuk pengadaan tenaga kerja dan
peralatan, pengendalian biaya lebih didasarkan pada kriteria yang berkaitan dengan
pencapaian tingkat produktivitas kinerjanya. Sedangkan untuk pengadaan material
lebih didasarkan pada pengendalian dan pemantauan terhadap komitmen-komitmen
yang telah dibuat atau ditetapkan. Sehingga sebagai umpan balik adalah informasi-
informasi yang berkaitan dengan : permintaan kebutuhan, penawaran, kuotasi harga,
pesanan pembelian, subkontrak pengadaan, dokumen pengiriman, dokumen
penerimaan, dokumen pengujian, faktur-faktur dan sebagainya. Sebagai missal,
sewaktu menerbitkan surat perintah (pesanan) pembelian merupakan saat-saat
ditegakkannya komitmen mengenai volume material, harga, maupun biayanya. Justru
pada saat komitmen-komitmen tersebut ditegakkan, program pengendalian harus
diterapkan dan segera dapat berfungsi. Jika program pengendalian didasarkan pada
penyerapan dana dari pembelanjaan aktual, sudah tentu akan selalu dalam posisi
terlambat dan sukar untuk mengantisipasi penyimpangan yang muncul. Seringkali
masih dijumpai bahwa pengendalian biaya dilakukan melalui pemeriksaan rekening-
rekening atau kuitansi pembelian atau pembelanjan. Bagaimanapun, jika pemeriksaan
didasarkan pada kuitansinya berarti barang atau material yang dimaksud sudah
terlanjur dibeli. Pembelanjaan sudah tidak bias dicegah lagi, sedangkan tataran
komitmen yang dihadapi sudah meningkat menjadi komitmen pembayaran. Manfaat
pengendalian biasanya lebih ditujukan hanya untuk menilai reputasi para pelakunya
ketimbang dimaksudkan untuk mengendalikan sistemnya.
Dengan demikian penjadwalan pengadaan material harus dikendalikan melalui:
(1) pengendalian permintaan kebutuhan
xii
(2) jadwal penerbitan pesanan pembelian atau lazim disebut order pembelian
(3) laporan status periodik tentang proses produksi dan pengiriman material
(4) laporan gudang mengenai pengeluaran dan penerimaan material di lapangan
(5) laporan dan rekaman mengenai komitmen biaya dan pembelanjaan.
Keseluruhan program pengendalian tersebut dapat dilaksanakan dengan
mudah berupa kurva, bagan, tabel, atau laporan tulisan, untuk dipakai sebagai bahan
bandingan antara rencana dan hasil pencapaian aktualnya. Kemudian suatu prinsip
penting lainnya adalah bahwasanya program pengendalian tersebut harus
dipertahankan agar selalu terpadu dengan system akuntansi yang berdasar pada
kegiatan konstruksi. Sehingga program harus terpadu dengan elemen pekerjaan,
system penomeran gambar, kode-kode bangunan, kode tagihan biaya, dan harus dapat
dengan mudah dihubungkan dengan setiap kebutuhan lapangan aktual. Harap dicatat,
sebenarnya sebagian besar dari harga material sudah ditentukan oleh perencana,
kecuali jika terjadi penyimpangan khusus untuk material tertentu. Sehingga upaya
pengendalian biaya sebetulnya sudah dipermudah karenanya. Hanya saja mungkin
masih perlu dilengkapi dengan penetapan prosedur dan mekanisme pelaksanaan
pengadaan dihubungkan dengan program pengendalian.
xiii
4. Tenaga kerja
Tenaga yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas ;
Tenaga pimpinan dan staf manajemen proyek
Tenaga operasional lapangan terdiri dari pelaksana, dan pembantu–
pembantunya.
Pekerja (labour)
Tenaga inti yang digunakan merupakan tenaga pilihan yang sering menangani
proyek-proyek dengan pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.
5. Pengamanan ( Security )
Untuk pengawasan dan pengamanan proyek ini, CV. RIZKY PUTERAakan
menyediakan tenaga keamanan sesuai dengan kebutuhan, yang bertugas
dalam hal :
Pengawasan terhadap pekerja
Pengawasan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk mencegah
pencurian
Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran di proyek, dengan
melarang para pekerja membuat api untuk keperluan apapun, dan
menyediakan tabung pemadam kebakaran yang mudah dicapai, baik di
tempat pekerjaan maupun di kantor lapangan.
Menjaga keamanan para petugas proyek terhadap gangguan/ancaman dari
pihak luar, serta mencegah kemungkinan terjadinya keributan internal.
Menjaga kelancaran lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan akibat
pembangunan.
xiv
Pemeriksaan
Kegiatan untuk
menghindari
Penyimpangan
Pengendalian :
Pengukuran
Evaluasi
Perencanaan dan Pembandingan kinerja Pencapaian
Pengorganisasi Pelaksanaan teradap rencana Jadwal Kerja
proyek Proyek
Tindakan
Koreksi Analisis
Penyimpangan
Secara umum RKS yang telah disusun oleh Perencana, berisikan hal-hal normatif yang
lazim dipersyaratkan oleh Pemilik Pekerjaan (Bowheer) kepada para calon
pelaksananya.
xv
3 BAB III
TEKNIS PELAKSANAAN
Seluruh pekerjaan di atas akan diselesaikan dalam kurun waktu 7 hari sehingga pada
saat pekerjaan pematangan lahan (Ad a) diselesaikan maka pekerjaan sarana
penunjang proyek inipun telah selesai dikerjakan .
1. Direksi Keet
Direksi keet merupakan sarana pokok dalam suatu paket pekerjaan konstruksi,
karena direksi keet merupakan prasarana koordinasi antara Owner, Pengawas,
Perencana, Kontraktor .
Luas yang diperlukan untuk direksi keet ini adalah 18 m2, yakni diantaranya 6 m2
untuk ruang rapat 6 m2 untuk ruang Pelaksana dan 6 m2 untuk ruang direksi
pengawas.
Direksi keet ini akan diselesaikan dalam waktu 7 hari yakni dalam kurun waktu
dilaksanakannya persiapan lahan.
2. Gudang Bahan
Untuk menunjang kelancaran pekerjaan penyedian gudang bahan sangat diperlukan.
xvi
Gudang yang akan kami buat adalah untuk kebutuhan semen dan bahan bahan lainnya
antara lain alat-alat/accessories plumbing dan electrical serta peralatan mesin-mesin
misalnya peralatan pengukuran, bor listrik dan lain-lain. Adapun penempatan gudang
ini akan didiskusi dengan Pihak owner dan Pihak Konsultan Pengawas dengan Ukuran
luas 15 m2. Pembuatan bangunan
ini kami kerjakan bersama-sama dengan pembuatan direksi keet dengan waktu
pelaksanaan 7 hari.
3. Air Kerja
Untuk memenuhi kebutuhan air kerja kami rencanakan akan memakai air dari pemilik
(owner) dan akan didistribusikan dengan pompa listrik 125 watt. Pelaksanaan
pekerjaan inipun kami kerjakan bersamaan dalam kurun waktu 7 hari pertama.
4. Penerangan Proyek
Dalam mempersiapkan kelancaran pekerjaan yang ada kalanya diperlukan kerja
lembur maka sangat diperlukan penerangan proyek yang cukup. Selain hal itu juga
sangat diperlukan untuk menunjang keamanan proyek. Untuk memenuhi kebutuhan di
atas tentunya diperlukan adanya listrik kerja, yang rencananya akan menggunakan
listrik PLN yang akan disambungkan dan menggunakan genset.
xvii
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan Mobilisasi
Pekerjaan ini terdiri dari :
1. Penyiapan Prasarana Kerja
Ilustrasi Alat Untuk Mobilisasi :
Kendaraan Jenis Truk dan Mobil 2. Mobilisasi Bahan Material
Pick Up
3. Mobilisasi Tenaga
xviii
PASANGANBATA
BUATKEPALAAN PASANG
SESUAIMARKING, BATASAMPAI
MARKING POSISI PASANGMAL KETINGGIAN
DINDING DAN MULTIPLEXDAN 1 METER
PASANGSTEK UNTING-UNTING,
KOLOM PRAKTIS PASANGBENANG
HORIZONTAL
7
1
2 5 8
3 6 9
xix
PEKERJAAN PLESTERAN
1 2
benang
Met er an
3 4
PEKERJAAN PLESTERAN
5 6
7 8
Roskam Kayu
Jidar
Alumunium
xx
xxi
xxii
PEMASANGAN KUSEN
PINTU KAYU TEKNIK KERING
1 2 3
DIRIKAN KUSEN
YANG TELAH MASUKKAN
DIBERI WOOD TRIPLEK 4MM
FILLER PADA DALAM CELAH
BUKAAN DAN CEK SEBAGAI
KELURUSANNYA.
UNTUK KUSEN
FINISH
NATURAL/PLITUR,
BUAT COAKAN
UNTUK FISHER.
________ KOLOM PRAKTIS
KOLOM PRAKTIS
SIAPKAN BUKAAN PADA DINDING, COAKAN FISHER
SESUAIKAN UKURANNYA DGN KUSEN KUSEN T R I PL E K 4 M M
( L BUKAAN = L KUSEN + 10 MM ; PI NT U KAY U
H BUKAAN = H KUSEN + 10 MM )
FISHER 4 AR C HI T R A V E 5
T R I PL E K 4 M M SKONENG FISHER
AN T RI PL EK 4 M M
P I N T U SKONENGAN
K A Y U
PEMASANGAN KUSEN
PINTU KAYU TEKNIK BASAH
1 2 3
H H
BUKAAN BU K AAN
CO AK A
N
K O L O M
PRAKTI
S
4 5 6
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
xxviii
xxix
xxx
xxxi
xxxii
4
BAB IV
PENUTUP
Demikian metoda ini dibuat untuk kelengkapan surat penawearan dan semoga
menjadikan bahan evaluasi yang bernilai tinggi dan menjadi kan metoda ini sebagai
gambaran dalam melaksanakan pekerjaan,……. semoga ( amin )
xxxiii
SPESIFIKASI TEKNIS
PASIR URUG
Urugan pasir yang digunakan untuk lapisan dibawah lantai keramik dan
pekerjaan pedestarian.Pasir yang digunakan adalah pasir urug yang bersih dari segala
macam kotoran dengan ketebalan sesuai dengan fungsinya Setelah disiram dengan air
dan dipadatkan.
BATU KALI
Batu kali atau batu belah yang dipergunakan untuk pondasi harus batu belah dari
jenis keras (hard), bersih dan padat, bersudut runcing dan tidak porous serta tidak
boleh mempunyai tanda-tanda yang telah lapuk yang tampak dengan jelas.
PASIR PASANG
Pasir pasang yang digunakan harus mempunyai kadar lempung yang sedikit dan
bersih dari segala macam kotoran baik organic maupun yang non organic.
SEMEN
Semen yang digunakan yaitu semen dengan tipe II untuk tanah yang tidak banyak
mengandung asam dan apabila tanah tersebut banyak mengandung asam maka semen
yang digunakan adalah semen khusus yang tahan terhadap asam. Semen yang
digunakan adalah semen Tiga Roda/Gresik/Holcim.
BETON STRUKTUR
Mutu beton minimal K-225 dan mutu besi yang digunakan adalah 320 Mpa untuk
tulangan, sedangkan untuk sengkang digunakan besi 240 Mpa.Untuk pekerjaan
pengecoran, pembutan penyetelan bekisting pekerjaan harus benar-benar tepat sesuai
gambar dengan toleransi ukuran lebih atau kurang 1 mm.
PASANGAN BATA
Batu bata yang dipergunakan untuk pasangan tembok dan pasangan lainnya
adalah batu bata merah yang berkualitas baik, dengan ukuran yang memenuhi syarat
dan harus dengan pembakaran yang sempurna dan merata. Batu bata harus bebas dari
cacat,retak, tidak boleh mengandung kapur atau bahan-bahan lain yang dapat
menurunkan kualitas, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam.
xxxiv
KUSEN
Bahan Kusen, Daun Pintu dan Jendela adalah Alumunium 4”. Semua mutu
Alumunium yang dipakai harus dalam keadaan mulus, bersih dan lurus. Selama
pelaksanaan, mutu Alumunium harus selalu dijaga, dengan cara menyimpan ditempat
yang kering, terlindung dari hujan dan panas matahari terutama untuk kusen-kusen
dan rangka pintu yang telah distel.
PLAFOND
Untuk rangka dan Tulangan plafond digunakan Besi Hollow berkualitas baik.
Ukuran rangka di sesuaikan dengan gambar rencana dan di beri penggantung rangka
secukupnya dan diberi penutup dengan Gypsum.
Reni Asriyanti
Direktur
xxxv