Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329330989

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI

Article  in  JUTEKS - Jurnal Teknik Sipil · November 2017


DOI: 10.32511/juteks.v1i2.115

CITATIONS READS

0 2,019

3 authors, including:

Melchior Bria
Brawijaya University
12 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Research 1 View project

Research 2 View project

All content following this page was uploaded by Melchior Bria on 06 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
PADA PROYEK KONSTRUKSI

Melchior Bria1, Anastasia H. Muda2, Yermias Elvis Lay3

Abstrak :
Dalam pembangunan infrastruktur, mutu konstruksi kita masih jauh dari harapan. Hal ini
disebabkan salah satunya adalah belum membudayanya penerapan sistem manajemen mutu
pada proses/tahapan siklus proyek. Untuk itu perlu dikaji kriteria-kriteria yang dapat dipakai
untuk menerapkan SMM dan bagaimana penerapan SMM pada Proyek Konstruksi? Untuk itu,
dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survey dimana responden adalah
beberapa perusahan jasa konstruksi yang ada di wilayah Kupang dan sekitarnya, Kefamenanu
dan Soe. Hasil identifikasi diuji validitas dan reliabilitas sehingga diperoleh ranking faktor sub
kriteria dalam kriteria. Selanjutnya dengan menggunakan teknik zero one akan diperoleh suatu
gambaran tentang penerapan system manajemen mutu. Dari hasil analisis diperoleh kriteria
dan subkriteria yang valid dan reliable adalah Identifikasi standar mutu; Penentuan cara
memenuhi standar mutu; Pelaksanaan Rencana Mutu; Kegiatan sistemik dalam melaksanakan
mutu untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan; Memantau hasil?hasil spesifik Proyek,
Menentukan penyimpangan terhadap standar, Mengidentifikasi tindakan untuk menghilangkan
penyebab kinerja yang tidak memuaskan. Sedangkan penerapan dari kriteria di atas sebagai
manifestasi penerapan system manajemen mutu dalam industri jasa konstruksi pada ketiga wilayah
penelitian adalah belum berjalan sebagaimana mestinya, yang ditunjukan dari jumlah bobot
13,79 lebih tinggi dari penerapan SMM secara sistematis (bobot 12,07).
Kata Kunci : Manajamen, Mutu, Konstruksi.

PENDAHULUAN cukupi jika tidak ditunjang dengan suatu model


“Kegagalan konstruksi umumnya disebab- manajemen yang berbasis pada pencapaian
kan oleh salah urus”. Demikian kesimpulan sasaran proyek.p
singkat dari Pendapat Bank Dunia ketika Sinyalemen Bank Dunia tersebut ternyata
mengomentari tentang dunia jasa konstruksi tidak lantas terjadi perubahan yang signifikan
Indonesia (2004). Pernyataan singkat tersebut, tetapi dunia jasa konstruksi di satu sisi
kalau mau dicermati lebih jauh, sangatlah mengalami keterpurukan seiring dengan
kompleks. Salah urus tersebut menyebabkan maraknya berbagai penyimpangan yang
penyimpangan hampir di semua tahapan berujung pada rendahnya kualitas pekerjaan
pelaksanaan proyek, mulai dari tahap peren- konstruksi. Hal ini, umumnya terjadi pada
canaan hingga operasi dan pemeliharaan. proyek-proyek berskala kecil sampai sedang
Persoalan yang mencolok adalah ketidak- yang umumnya minim pengawasan dan
indahan atau ketidakcakapan dalam pengelolaan penerapan manajemen yang sistematis.
suatu pekerjaan konstruksi. Penguasaan dan Sebagai contoh, di lingkup regional wilayah
pemahaman rekayasa keteknikan belum men- Nusa Tenggara Timur, banyak ditemui kasus

114
Bria1, Muda2, Lay3, Adalah Dosen Teknik Sipil, Politeknik Negeri Kupang
Bria1, Muda2, Lay3, Kajian Penerapan Sistem Manajemen Mutu Pada Proyek Konstruksi  115

terjadinya kegagalan konstruksi yang berujung penting dan memikul tanggungjawab besar, baik
pada masalah hukum. Data yang diperoleh dari di tingkat individu maupun di tingkat per-
Investigasi Tim Teknis PNK, di tahun 2013 saja usahaan, dengan meyakini bahwa manajemen
ada 5 (lima) kasus kegagalan proyek konstruksi bertanggungjawab atas 94% masalah mutu.
yang ditangani pihak berwajib dengan nilai Deming juga mendorong penggunaan pende-
kerugian negara mencapai di atas 5 milyar lebih. katan sistematis untuk pemecahan masalah dan
Suatu nilai yang cukup besar tentunya. mengusulkan siklus PDCA yang sudah terkenal.
Di sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa Siklus PDCA juga dikenal sebagai siklus
banyak usaha jasa konstruksi yang hanya Deming.
sekadar “Papan Nama” alias ada nama tetapi Agar sebuah organisasi bisa berfungsi
tidak ada kantor, peralatan tidak punya, sumber secara obyektif, organisasi tersebut harus
daya manusia terbatas bahkan ada yang tidak mengetahui dan mengatur berbagai kegiatan
ada sama sekali. Data dari Dinas PU NTT yang saling terkait. Kegiatan menggunakan
(2011), terdapat 200-an perusahaan jasa sumber daya yang diatur dan memungkinkan
konstruksi yang setelah di tinjau terbukti tidak mengubah input menjadi output bisa dianggap
memenuhi kualifikasi menjadi sebuah badan sebagai proses. Penerapan sistem proses dalam
usaha, akan tetapi memiliki ijin operasioanl sebuah organisasi, digabungkan dengan
perusahaan. Hal ini jelas menunjukkan suatu identifikasi dan interaksi proses-proses tersebut
fakta bahwa mutu konstruksi kita masih jauh dan pengaturannya bisa disebut pendekatan
dari harapan. proses.
Pertanyaannya, sebenarnya apa yang Dalam proses, lingkaran Deming (PDCA)
sesungguhnya terjadi. Apakah memang memberikan panduan yang jelas. PDCA bukan
kegagalan proyek konstruksi semata-mata hanya dilakukan saat awal suatu kegiatan tetapi
keinginan para pelaku konstruksi saja ataukah juga dapat diterapkan saat melakukan perbaikan
kelemahan justru pada sistem pengelolaan berkelanjutan.
proyek yang belum memberikan jaminan pada P Plan : (Perencanaan) proses perbaikan
pencapaian kualitas pekerjaan yang sesuai D Do : (Pelaksanaan) Perbaikan, pengum-
dengan harapan. Atau dengan lain kata, sistem pulan dan analisis ata
manajemen mutu belum diterapkan secara baik C Check : (Pemeriksaan) Hasil dan Peserta
dan benar. didikan yang diambil.
Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap A Act : (Bertindak) dengan menggunakan,
kriteria-kriteria apa saja yang dibutuhkan dalam menyesuaikan atau mengabaikan
penerapan sistem manajemen mutu pada proyek perubahan.
konstruksi dan bagaimana penerapan mana-
jemen mutu pada proyek-proyek konstruksi. Sedangkan faktor-faktor yang mempenga-
ruhi persepsi orang terhadap mutu antara lain,
TINJAUAN PUSTAKA sesuai dengan kebutuhan pemilik pekerjaan;
Harga kontrak; Waktu penyerahan pekerjaan;
Mutu adalah Gambaran dan Karakteristik
Kehandalan; Bebas dari kerusakan bisa berumur
menyeluruh dari barang atau jasa yang menun-
panjang.
jukkan kemampuannya dalam menuangkan
kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat Beberapa penelitian terdahulu :
(Moeljanto, 2004) 1.Febriandi Raymond (2007), Sistem Mana-
Menurut Philip Crosby : Mutu adalah kese- jemen Mutu ISO 9001:2000 pada Industri Jasa
suaian terhadap persyaratan (Quality has to be Konstruksi mengemukakan bahwa implemen-
defined a conformance to requirements). tasi sistem manajemen mutu berbasis ISO
Sedangkan ahli mutu lainnya, Edwards 9001:2000 dapat meningkatkan Nilai dari
Deming menganggap pihak manajemen sangat Kontraktor dalam memenangkan tender
 116 JUTEKS Jurnal Teknik Sipil Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016

Proyek. Dan ternyata penerapan manajemen Hasil dari survey kuesioner penentuan kri-
mutu dapat memberikan keuntungan yang teria tersebut selanjutnya diuji menggunakan uji
signifikan bagi kontraktor baik dari penghe- statistik untuk menentukan subkriteria yang
matan biaya dan juga nilai jual kontraktor. akan dipakai dalam penentuan prioritas peme-
2.Latief, Yusuf (2009), Penerapan Metode Six liharaan jalan. Perhitungan Statistik ini meng-
Sigma dalam penjagaan kualitas pada proyek gunakan Program SPSS for Windows versi 12.0.
konstruksi, mengemukakan bahwa umumnya Dari hasil identifikasi dan penentuan
dalam proyek konstruksi sudah diterapkan kriteria/faktor akan diperoleh bobot masing-
manajemen mutu. Akan tetapi, tidak ditemu- masing faktor sebagai dasar penentuan ranking
kan bahwa penerapan itu merupakan suatu faktor. Selanjutnya, faktor-faktor yang
sistem yang baku. dinyatakan valid dan reliabel digunakan untuk
menilai apakah faktor-faktor tersebut diterapkan
METODE PENELITIAN dalam pelaksanaan proyek-proyek konstruksi.
Penelitian ini merupakan penelitian survey Analisis ini menggunakan metode kuantitatif
yaitu melakukan serangkaian pengukuran subyektif.
terhadap suatu permasalahan dengan menge- Metode ini merupakan metode yang digu-
mukakan beberapa kriteria dan dari kriteria nakan untuk menentukan pilihan dengan meng-
tersebut dapat dipakai untuk menilai suatu gunakan metode penilaian dan pembobotan
fenomena atau gejala. terhadap beberapa kriteria yang mempengaruhi
Untuk itu penelitian ini dikerjakan dalam 3 pengambil keputusan dalam membuat
tahapan utama yaitu identifikasi faktor yang keputusan.
mempengaruhi penerapan mutu, analisis faktor Metode ini didasari pada penilaian terhadap
dan kajian penerapan sistem manajemen mutu faktor-faktor yang dipertimbangkan dari
berdasarkan pada kriteria yang telah diperoleh. alternatif yang tersedia. Mengingat bahwa skor-
Kriteria/Faktor disusun berdasarkan kajian skor tersebut adalah penilaian subyektif dari
pustaka dan hasil identifikasi kondisi eksisting. peneliti maka metode ini diberi nama metode
Rumusan kriteria ini kemudian dijadikan bahan kuantitatif subyektif (Suratman, 2001).
penyusun kuesioner penentuan kriteria. Kue- Teknik yang digunakan adalah Teknik Zero
sioner didesain sedemikian rupa sehingga One dimana dari kriteria dan sub krteria yang
pilihan jawaban akan menghasilkan skor berda- telah dianalisis, disusun dalam suatu pembo-
sarkan tingkat kepentingannya terhadap subs- botan untuk menentukan pilihan apakah Pene-
tansi pertanyaan kuesioner. rapan Sistem Manajemen Mutu dijalankan
Skor yang dipakai dalam kuesioner adalah secara baik atau tidak.
menggunakan angka dari 1 – 5 untuk
menyatakan tingkatan pengaruh berdasarkan HASIL DAN PEMBAHASAN
skala Likert, yaitu : Skor 5 untuk menyatakan Dalam membangun sistem manajemen
tingkatan sangat penting hingga Skor 1 untuk mutu, diperlukan beberapa indikator yang dapat
menyatakan tingkatan sangat tidak penting dijadikan sebagai rujukan awal menilai
Responden yang direncanakan dalam penerapan SMM. Dalam penelitian ini, tidak
penelitian ini adalah Orang yang mengerti benar dimaksudkan untuk menilai apakah SMM
terhadap masalah yang dibahas, Merasakan diterapkan berdasarkan suatu standar tertentu,
akibat dari suatu masalah, Mempunyai kepen- akan tetapi lebih pada bagaimana perusahaan
tingan terhadap masalah tersebut. Responden jasa konstruksi menerapkan prinsip-prinsip
adalah para Kontraktor yang pernah menger- mutu dalam perencanaan, pelaksanaan dan
jakan Proyek Konstruksi baik bidang SDA, Bina pengendalian pekerjaan di lapangan. Secara
Marga maupun bidang Cipta Karya khusus proses dalam manajemen mutu didefi-
nisikan sebagai berikut :
Bria1, Muda2, Lay3, Kajian Penerapan Sistem Manajemen Mutu Pada Proyek Konstruksi  117

reliabilitas keseluruhan item diperoleh dengan


mengoreksi angka korelasi yang diperoleh
dengan memakai rumus Spearmean Brown
(Split Half):
2rb 2  0,940
r 
1  rb 1  0,940

r  0,9690 >koefisien korelasi 0,940

Dengan demikian alat ukur kriteria yang


Gambar 1. Proses manajamen mutu dipakai adalah reliabel.

Dari proses manajemen mutu di atas dapat Tabel 2. Analisa korelasi product momen
diidentifikasi kriteria-kriteria yang akan digu-
nakan untuk menilai penerapan sistem mana- r r
No Kriteria hitung kritis Ket.
jemen mutu pada proyek-proyek konstruksi.
1 2 3 4 5
Tabel 1. Identifikasi Kriteria A1 Identifikasi
Standar 0.913 0.482 Valid
PROSES KRITERIA Mutu
Perencanaan Mutu 1. Identifikasi standar A2 Penentuan
mutu cara
2. Menentukan cara memenuhi 0.656 0.482 Valid
memenuhi standar standar
mutu mutu
Pelaksanaan 1. Melaksanakan B1 Pelaksa-
Penjaminan Mutu rencana mutu naan
2. Kegiatan sistemik 0.568 0.482 Valid
Rencana
dalam melaksanakan Mutu
mutu untuk memenuhi B2 Kegiatan
persyaratan yang telah sistemik
ditetapkan dalam
Pelaksanaan 1. Memantau hasil‐hasil melaksana-
Pengawasan Mutu spesifik Proyek kan mutu
2. Menentukan 0.845 0.482 Valid
untuk
penyimpangan memenuhi
terhadap standar persyaratan
3. Mengidentifikasi yang telah
tindakan untuk meng- ditetapkan
hilangkan penyebab C1 Memantau
kinerja yang tidak hasil‐hasil
memuaskan 0.800 0.482 Valid
spesifik
Proyek
Selanjutnya dilakukan kajian terhadap C2 Menentu-
kan
validitas dan reliabilitas dengan hasil bahwa penyimpan
semua variabel atau kriteria pada Tabel 1 adalah 0.580 0.482 Valid
gan
valid dan reliabel dimana ditunjukkan dengan terhadap
nilai Korelasi Product Moment dimana nilai r standar
hitung lebih besar dari r kritis. Sedangkan C3 Mengidenti
 118 JUTEKS Jurnal Teknik Sipil Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016

C3 Mengidenti
fikasi
tindakan
untuk
menghilang
0.656 0.482 Valid
kan
penyebab
kinerja
yang tidak
memuaskan

Gambar 3. Frekuensi kriteria Pelaksanaan


Jaminan Mutu

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa:


- Pada subkriteria B1 responden yang menja-
wab sangat penting sebanyak 28%, penting
36%, cukup penting 28% dan tidak penting
8%.
- Pada subkriteria B2 responden yang menja-
wab sangat penting 44%, penting 32% dan
cukup penting 16%, tidak penting 8%.
Gambar 2. Frekuensi Kriteria Perencanaan
Mutu

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa:


- Pada subkriteria A1 responden yang menja-
wab sangat penting sebanyak 48%, penting
32%, cukup penting 16% dan tidak penting
4%.
- Pada subkriteria A2 responden yang menja-
wab sangat penting sebanyak 36%, penting
32%, cukup penting 20% dan tidak penting
12%.

Gambar 4. Frekuensi kriteria Pengawasan


Mutu

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa:


- Pada subkriteria C1 responden yang menja-
wab sangat penting sebanyak 44%, penting
32%, cukup penting 16% dan tidak penting
8%.
Bria1, Muda2, Lay3, Kajian Penerapan Sistem Manajemen Mutu Pada Proyek Konstruksi  119

- Pada subkriteria C2 responden yang menja- Setelah kriteria ditetapkan, maka dapat dila-
wab sangat penting 57%, penting 32%, cukup kukan analisa penerapan sistem manajemen
penting 8% dan tidak penting 3%. mutu berdasarkan pada kriteria-kriteria di atas.
- Pada subkriteria C3 responden yang menja- Analisa ini menggunakan teknik Zero One, yaitu
wab sangat penting sebanyak 28%, penting dengan melakukan pembobotan dan perang-
36%, cukup penting 28% dan tidak penting kingan pada alternatif-alternatif yang tersedia.
8%.
Dari hasil uji di atas maka dapat disimpul-
kan bahwa semua kriteria dan sub kriteria adalah
memenuhi syarat valid dan reliabel.

Tabel 3. Pembobotan kriteria untuk menentukan ranking

No. Kriteria Kode A B C D E F G Total Ranking


1. Kegiatan sistemik dalam A X 1 1 1 1 1 1 7 1
melaksanakan mutu untuk
memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan
2. Menentukan penyimpangan B 0 X 1 1 1 1 1 6 2
terhadap standar
3. Pelaksanaan Rencana Mutu C 0 1 X 1 1 1 1 5 3
4. Memantau hasil‐hasil spesi- D 0 0 0 X 1 1 1 4 4
fik Proyek
5. Mengidentifikasi tindakan E 0 0 0 X 1 1 3 5
untuk menghilangkan pe-
nyebab kinerja yang tidak
memuaskan
6. Penentuan cara memenuhi F 0 0 0 0 0 X 1 2 6
standar mutu

7. Identifikasi Standar Mutu G 0 0 0 0 1 0 X 1 7

Tabel 4. Pembobotan dengan Metode Kuantitatif Subyektif

No. Kriteria – kriteria Kode Ranking Bobot


1. Kegiatan sistemik dalam melaksanakan
mutu untuk memenuhi persyaratan yang A 1 1,00
telah ditetapkan
2. Menentukan penyimpangan terhadap
B 2 0,93
standar
3. Pelaksanaan Rencana Mutu C 3 0,86
4. Memantau hasil‐hasil spesifik Proyek D 4 0,79
 120 JUTEKS Jurnal Teknik Sipil Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016

5. Mengidentifikasi tindakan untuk
menghilangkan penyebab kinerja yang E 5 0,71
tidak memuaskan
6. Penentuan cara memenuhi standar mutu
F 6 0,64
7. Identifikasi Standar Mutu G 7 0,57

Dari Tabel 4, jumlah kriteria dalam pene- dimana :


rapan SMM adalah 7 kriteria. Pembobotan N= jumlah kriteria
setiap kriteria menggunakan rumus sebagai t = urutan ranking
berikut : Setelah dilakukan pembobotan, langkah
N  t 1 terakhir adalah pemilihan lokasi terbaik dengan
Bobot  memilih nilai skor yang tertinggi, seperti yang
N diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Penentuan Alternatif Penerapan SMM


Kriteria
No. Alternatif A B C D E F G Total Ranking
Penerapan
SMM Bobot 1,00 0,93 0,86 0,79 0,71 0,64 0,57

1. Penerapan
SMM 2 1 2 3 2 3 3
2
dilakukan
secara
Sistematis

Jumlah 2,00 0,93 1,72 2,37 1,42 1,92 1,71 12,07

2. Penerapan
SMM belum 5 4 2 1 1 2 1
1
berjalan
sebagaimana
mestinya

Jumlah 5 3,72 1,72 0,79 0,71 1,28 0,57 13,79

Keterangan: gambaran bahwa Penerapan Sisitem Mana-


Jumlah = bobot x nilai jemen Mutu pada Industri Jasa Konstruksi
belum berjalan dengan baik, walupun pada
Total = jumlah A + B + C + D + E + F + G
dasarnya Responden memiliki pemahaman yang
Dengan demikian, berdasarkan pada hasil cukup baik tentang Kriteria-kriteria yang dipakai
analisis di atas maka dapat diperoleh suatu dalam membangun Sistem Manajemen Mutu.
View publication stats

Bria1, Muda2, Lay3, Kajian Penerapan Sistem Manajemen Mutu Pada Proyek Konstruksi  121

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Dari berbagai analisa terdahulu dapat Colona, S. (2008), Entrepreneurial Skills
disimpulkan dua hal berkaitan dengan tujuan Development Programme, International
dari penelitian ini yaitu: Training Centre of ILO, Turin (Italia).
1.Kriteria-kriteria yang dipakai dalam menilai
Penerapan Sistem Manajemen Mutu adalah Febriandi Raymond (2007), Sistem Mana-
kriteria yang telah diuji validitas, reliabilitas jemen Mutu ISO 9001:2000 pada Industri
dan uji frekwensi serta beda rata-rata. Kriteria- Jasa Konstruksi, FT Univ. Soegyapranoto
kriteria tersebut dijadikan sebagai indikator Latief, Yusuf (2009), Penerapan Metode Six
utama untuk menilai apakah penerapan SMM Sigma dalam penjagaan kualitas pada
telah berjalan baik ataukah belum berjalan proyek konstruksi, Jurnal Makara Tekno-
baik logi, Vol.13 No.2-November 2009.
2.Hasil survey menunjukkan bahwa penerapan
Moeldjanto, H.,(2004), Sistem Manajemen
SMM belum berjalan baik pada berbagai
Mutu Bidang Pengairan,....
kontraktor.
Hasil ini menegaskan fenomena atau fakta Bria, M., (2009), Perencanaan Sistem
yang terjadi bahwa sering terjadi kegagalan pada Manajemen Mutu, Diktat Kuliah, JTS –
pelaksanaan proyek konstruksi. Salah satunya PNK.
sebagai akibat tidak diterapkannya suatu sistem Ravichandran, et.al (2000), Quality
manajemen mutu yang baik. Management In Systems Development: An
Organizational System Perspective, MIS
Quarterly Vol. 24 No.3 pp. 381-415.
Tangkilisan, H.N.S. Drs. (2004), Mana-jemen
Modern untuk Sektor Publik, Balai-rung &
CO, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai