Anda di halaman 1dari 14

PERBANDINGAN KONTRAK APBN DAN APBD TERHADAP MODEL KONTRAK FIDIC (Ediyanto – Sarwono)

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL KONTRAK APBN DAN APBD TERHADAP


MODEL KONTRAK FIDIC

oleh :
Ediyanto Arief
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana
Email : ediyanto91@gmail.com

Sarwono Hardjomuljadi
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana
Email : sarwonohm2@gmail.com

Abstrak : Pemerintah Indonesia menginvestasikan ratusan triliun rupiah setiap tahun dalam membangun
infrastruktur. Kontrak konstruksi adalah salah satu jaminan untuk memastikan keberhasilan proyek, oleh
karena itu klausula-klausulanya harus efisien, adil dan berimbang. Makalah ini terdiri dari perbandingan
Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) APBN dan APBD terhadap model kontrak FIDIC General Conditions
of Contract (GCC) 1999. Selain itu bertujuan untuk menganalisis sepuluh penyebab utama klaim yang
sering terjadi pada proyek konstruksi di Provinsi Banten. Kemudian mencocokkan penyebab klaim pada
SSUK APBN dan APBD, yang kemudian dibandingkan dengan FIDIC GCC. Metodologi yang digunakan
untuk menentukan penyebab klaim tertinggi adalah Relative Important Index (RII). Analisis perbandingan
menggunakan Metodologi Multistep. Berdasarkan hasil analisis faktor, ditemukan sepuluh faktor
dominan yang menyebabkan klaim di Provinsi Banten, dengan tiga tertinggi : 1) ketersediaan dan
kepemilikan lahan kerja, 2) ambigu dalam memaknai klausula kontrak, 3) perubahan desain. Hasil analisis
menunjukkan bahwa FIDIC GCC adalah kontrak yang paling efisien, adil, dan seimbang terhadap
manajemen klaim. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk mengadopsi model kontrak FIDIC
karena memiliki keuntungan pada sebagian besar aspek sebagai model kontrak konstruksi Indonesia.

Kata Kunci : Kontrak Konstruksi, FIDIC General Conditions of Contract, RII, Analisis Perbandingan, Model
Kontrak

Abstract : The Indonesian government is investing billions of dollars every year in new facilities to improve
the infrastructure of the country. Construction contracts as the first guarantee to ensure the success on going
of the project, therefore have the duty to be formed properly. The paper consists of a General Conditions
comparison between the Indonesian Budget and Regional Government Budget Model contracts to the Fidic
(Fe´de´ration Internationale des Inge´nieurs-Conseils) 1999 suite of contracts. This paper aims to analyze the
top ten causes of the most common claims on construction projects in the Province of Banten. Then match
the causes of the claims on general conditions of contracts the Indonesian Budget and and Regional
Government Budget Model contracts , which are then compared with the FIDIC GCC. The methodology used
to find the causes of the highest claim is Relative Important Index (RII). Then for comparison analysis a
Multistep Methodology was utilized. Based on the results of the factor analysis, ten dominant factors causing
claims in Province Banten, the three highest were found Namely: 1) Possession of Site and Availability, 2)
Ambiguisties In Contract Document, 3) Changes in Design. The result of the analysis showed that FIDIC GCC
is the most efficient, fair, and balanced contract regarding the claims management. Based on the result, it’s
suggested to adopt the FIDIC contracts as it has large advantages in most of the aspects of which Indonesian
contracts is shorting.

Keywords : Construction Contracts, FIDIC General Conditions of Contract, RII, Comparison Analysis,
Contract Model

89 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 11 Nomer 2 | Juli 2020

Pendahuluan pengawas pun tidak optimal, di tambah


remunerasi tenaga kerja konstruksi yang
Pelaksanaan industri konstruksi di
belum sesuai, peralatan dan material yang
Indonesia, yang menggunakan dana
tidak sesuai dengan spesifikasi dan sistem
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
operasional prosedur belum dijalankan
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
sesuai aturan.
Belanja Daerah (APBD) dilakukan melalui
proses pelelangan barang dan jasa oleh
Rumusan Masalah
pemerintah sebagai pengguna jasa. Proyek-
proyek konstruksi dengan biaya dari 1. Apakah penyebab klaim konstruksi
pemerintah (APBN dan APBD) yang paling sering terjadi pada proyek
menggunakan standar kontrak yang APBN dan APBD?
mengacu ke Undang-Undang Republik 2. Apakah pasal-pasal pada model kontrak
Indonesia No 2 Tahun 2017 Tentang Jasa APBN dan APBD yang terkait dengan
Konstruksi dan Peraturan Presiden klausula-klausula FIDIC Conditions of
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Contract ?
Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah serta Peraturan Menteri yang Tujuan Penelitian
terkait.
Mengidentifikasi penyebab klaim konstruksi
Menurut Sarwono Hardjomuljadi (2014:2)
tertinggi di Provinsi Banten, lalu
penggunaan standar persyaratan umum
mencocokkan sepuluh (10) tertinggi
kontrak akan menghemat biaya dan waktu
penyebab klaim tersebut dengan klausula-
yang signifikan. Standar general conditions
klausula pada Syarat-Syarat Umum Kontrak
of contract yang adil dan berimbang akan
(SSUK) APBN dan APBD. Selanjutnya
sangat mendukung perkembangan dunia
dibandingkan terhadap klausula-klausula
jasa konstruksi terutama sebagai salah satu
FIDIC general conditions of contract. Analisa
sarana pembinaan kontraktor dalam negeri.
perbandingan ini menghasilkan kesimpulan
Penggunaan standar general conditions of
bahwa model kontrak mana yang dinilai
contract dalam hal ini FIDIC Conditions of
lebih adil, berimbang, dan efektif yang sesuai
Contract bagi semua kontrak konstruksi
dengan tujuan penyelenggaraan proyek
sektor publik di Indonesia tidak hanya
konstruksi. Selain itu menganalisa apakah
berdampak positif bagi pengguna jasa tetapi
Model kontrak FIDIC dapat dipakai sebagai
juga bagi penyedia jasa karena penyedia jasa
model kontrak untuk kegiatan yang dibiayai
juga tidak perlu setiap kali membaca dan
oleh APBN dan APBD.
mempelajari kembali general conditions of
contract untuk setiap proyek dengan
Kontrak Konstruksi (Construction
pengguna jasa yang berbeda mengingat
Contract)
semuanya menggunakan standar general
conditions of contract yang sama. Selain itu, Menurut Sarwono (2017) “Pelaksanaan
kompetensi dan ketersediaan tenaga ahli pekerjaan konstruksi besar milik institusi
yang relatif rendah, aspek resiko yang belum pemerintah, diantaranya Kementerian
diperhitungkan, ditambah peran konsultan maupun BUMN dikerjakan oleh pihak lain
perencana yang belum optimal. Di lapangan yang ditunjuk sebagai penyedia jasa
jumlah tenaga pengawas masih terbatas, kontraktor melalui suatu kontrak
pembagian peran dan tanggung jawab konstruksi, yang dalam pelaksanaannya

90 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN KONTRAK APBN DAN APBD TERHADAP MODEL KONTRAK FIDIC (Ediyanto – Sarwono)

hampir semua konstruksi mengacu pada tidak hanya pada sistem Common Law (yaitu
FIDIC Conditions Of Contract sebagai suatu Sistem Hukum Anglo-Amerika), tetapi juga
"model law", oleh karena itu pemahaman dapat digunakan pada sistem Civil Law.
tentang kontrak konstruksi, manajemen Untuk mencapai hal ini, kelompok kerja
klaim dan penyelesaian sengketa konstruksi kontrak meninjau kembali klausa, sehingga
pada umumnya dan model kontrak mereka dapat diterapkan berdasarkan dua
konstruksi yang diterbitkan oleh Federation undang-undang yang disebutkan di atas.
International Des Ingenieurs-Conseils (FIDIC) Edisi baru ini juga menunjukkan lebih
yang berkedudukan di Geneva-Switzerland, banyak fleksibilitas dan kemampuan
merupakan syarat mutlak keberhasilan beradaptasi. Misalnya, dalam edisi lama,
pekerjaan konstruksi. jaminan kinerja bersyarat diperlukan, yang
Aspek legal kontrak konstruksi di Indonesia berbeda dari Bank Dunia. Sementara dalam
bersumber pada hukum kontrak yang edisi baru, formulir jaminan ditetapkan oleh
berlaku di Indonesia. Hukum perihal “Persyaratan Khusus” yang dapat
perjanjian ini tertuang dalam Kitab Undang- diterapkan agar pemberi kerja lebih
Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) fleksibel.
Buku III tentang perikatan. Selain itu hukum
kontrak konstruksi secara spesifik diatur Persyaratan Umum Kontrak Konstruksi
dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi di Indonesia
(UUJK), yaitu UU no 2 Tahun 2017 Tentang
Persyaratan umum kontrak bidang
Jasa Konstruksi yang berlaku untuk seluruh
konstruksi di Indonesia untuk sektor publik
proyek konstruksi di Indonesia.
maupun swasta masih dibuat secara tailor
made dan belum distandarisasi, sehingga
Persyaratan Umum Kontrak FIDIC (FIDIC
bahkan untuk suatu kontrak yang dikatakan
General Conditions of Contract)
berdasarkan FIDIC Condtions of Contract,
FIDIC adalah suatu organisasi yang dikenal pada kenyataannya adalah suatu FIDIC
diseluruh dunia karena telah menerbitkan Condtions of Contract yang sudah dimutilasi
standar persyaratan umum kontrak (mutilated), yang tentunya sudah tidak lagi
(conditions of contract) yang dikenal sebagai ber”jiwa” FIDIC Condtions of Contract yang
suatu conditions of contract yang fair and adil dan berimbang. Suatu kegiatan
balance. Hingga saat ini bahkan orang pelaksanaan proyek yang didasari kontrak
menyebut Conditions of Contract for konstruksi, sangat dinamis dan tak tentu
Construction (1999), yang merupakan (uncertain) bahkan risiko pada suatu proyek
pengembangan dari FIDIC Conditions of konstruksi sangatlah kompleks. Pada suatu
Contract for Works of Civil Engineering proyek infrastruktur berskala besar, risiko
Construction (1987), yang juga merupakan dan kewajiban secara teoritis harus dibagi
conditions of contract yang tertua dari secara adil di antara para pihak pengaturan
keluarga standar persyaratan umum secara kontraktual yang biasanya
kontrak yang dibuat oleh FIDIC, menggunakan FIDIC Condtions of Contract.
sebagai”FIDIC” saja. Walaupun demikian, untuk menghindari
Menurut Miroslaw dan A.J Clark,” Ketika risiko yang tidak diperkirakan sebelumnya
Ketentuan Kontrak yang baru ini disusun, dan menghindari terjadinya sengketa
FIDIC mencoba menghadirkan yang terbaik selama pelaksanaan, kontraktor baik
sehingga “Persyaratan” dapat diterapkan nasional maupun internasional harus

91 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 11 Nomer 2 | Juli 2020

menaruh perhatian pada karakterisitik lokal faktor di atas, terdapat suatu faktor baru,
dan praktek-praktek kontrak setempat. yaitu slow decision making of the employer,
(Sarwono, 2014 : 19). yang ternyata tidak disebabkan oleh tidak
Penggunaan SSUK konstruksi di sektor kompetennya petugas proyek, tetapi lebih
publik, yang masih merupakan suatu cita- disebabkan oleh kekhawatiran adanya
cita stakeholder bidang jasa konstruksi, langkah “kriminalisasi”.
secara legal sebenarnya dimungkinkan,
seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Metodologi Penelitian
No 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi,
Penelitian ini adalah yang pertama kali
Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 butir 8 yang
dilakukan mengenai analisis perbandingan
manyatakan : “Kontrak Kerja Konstruksi
model kontrak APBN dan APBD terhadap
adalah keseluruhan dokumen kontrak yang
model kontrak FIDIC dengan focus pada
mengatur hubungan hukum antara
infrastuktur small scale dan menggunakan
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
dasar hukum UU no 2 Tahun 2017 tentang
penyelenggaraan Jasa Konstruksi”.
Jasa Konstruksi. Metode penelitian
menggunakan metode kualitatif dan
Faktor-faktor Penyebab Klaim
kuantitatif, yang membandingkan penyebab
Konstruksi di Indonesia
klaim tertinggi dengan klausula-klausula
Klaim dianggap sebagai salah satu item terkait dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak
terpenting yang dapat menyebabkan efek terhadap FIDIC General Conditions of
berbahaya bagi organisasi dan industri Contract.
konstruksi. Pengajuan klaim telah menjadi
praktik umum dan fitur penting dalam
banyak proyek konstruksi. Klaim dapat
sering terjadi di proyek besar dan dapat
menyebabkan kesulitan anggaran bagi
Owner. Mereka dapat menyebabkan
kesulitan keuangan, pembatasan arus kas,
dan hilangnya likuiditas kepada kontraktor.
Memahami penyebab klaim sangat penting
untuk menghindari atau mengurangi klaim
dalam industri konstruksi.
Klaim konstruksi menurut Sarwono (2011)
terjadi karena adanya dua hal, yaitu
keinginan (desire) dan kesempatan (chance).
Penelitian oleh Sarwono (2014), pada
proyek-proyek jalan dan jembatan di
lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum,
didapat hasil bahwa penyebab klaim
tertinggi adalah changes in design diikuti
oleh inefficiency and disruption berada di
peringkat atas. Disamping itu masuknya
changing in laws and regulations menjadi
salah satu penyebab dominan. Di luar faktor- Gambar 1. Kerangka Pemikiran

92 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN KONTRAK APBN DAN APBD TERHADAP MODEL KONTRAK FIDIC (Ediyanto – Sarwono)

Berdasarkan hasil survey pendahuluan langkah yang paling sukses dari kepentingan
ternyata terdapat 25 variabel yang relatif yang tersedia.
didapatkan melalui validitas content. Persamaan 1. Analisis Data Menggunakan
Menurut Kerlinger (1990) validitas content Relative Importance Index (RII)
adalah validitas yang diperhitungkan ∑ 𝑃𝑗𝑈𝑗
𝑅𝐼𝐼 =
melalui pengujian terhadap isi alat ukur 𝑁(𝑛)
dengan analisis rasional. Pertanyaan yang Dimana :
dicari adalah “sejauh mana item-item dalam RII : Relative Importance Index
suatu alat ukur mencakup keseluruhan isi Pj : Rating Responden penyebab
objek yang hendak diukur oleh alat ukur faktor klaim
yang bersangkutan, atau berhubungan Uj : jumlah responden menempatkan
dengan representasi dari keseluruhan identik bobot / rating
lingkungan sekitar. pada penyebab faktor klaim
N : Ukuran Sampel
n : skor tertinggi yang dicapai
Tabel 1. Variabel Penelitian pada penyebab faktor klaim
Berdasarkan Survey Pendahuluan
Analisis perbandingan klausula-klausula
SSUK terhadap FIDIC GCC menggunakan
Metode Multistep Interdependent Desktop.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di daerah Kabupaten


Serang, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang di
Provinsi Banten.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel pada tahap penelitian


ini adalah para pengelola lima (5) proyek
APBN tahun anggaran 2019 di lingkungan
Balai Besar Wilayah Sungai Ciujung-
Cidanau-Cidurian (BBWSC3) Prov.Banten,
Balai Prasarana Permukiman Wilayah
Metode analisis yang digunakan dalam Banten dan lima (5) proyek APBD Tahun
penelitian ini menggunakan Relative Anggaran 2019 di lingkungan Dinas
Importance Index (RII) dan Multistep Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Interdependent Desktop. RII menurut (PUPR) Provinsi Banten, Dinas Perumahan
(Johnson, 2001) adalah merupakan metode dan Kawasan Permukiman (PRKP) Provinsi
peramalan penting dalam regresi berganda Banten. Dengan jumlah responden sebanyak
dan mengevaluasi langkah-langkah 37 orang.
alternatif yang dinilai relatif penting.
Analisis dominasi dan bobot relatif menjadi

93 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 11 Nomer 2 | Juli 2020

Jenis Data Tabel 2. RII Dari sisi Pengguna Jasa


Untuk Faktor-Faktor Penyebab Klaim di
Data yang diperlukan adalah data primer
Provinsi Banten
dan data sekunder.
1. Data primer
Data yang diperoleh dengan
menyebarkan kuesioner kepada
responden, selain itu melakukan
wawancara langsung terhadap
stakeholder.
2. Data sekunder
Data yang didapat dari sepuluh (10)
kontrak APBN dan APBD, serta
literatur-literatur yang berkaitan
dengan penelitian ini.

Analisis dan Pembahasan

Dalam tahap ini uji RII dilakukan untuk


mengetahui berapa besar pengaruh faktor-
faktor yang telah di peroleh dan diuji
kevalidan serta reliabilitasnya. Uji RII ini
juga mempermudah peneliti untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab klaim
konstruksi yang mempunyai nilai tertinggi
sampai terendah. Berikut ini salah satu
contoh perhitungan nilai RII untuk variabel
(A1) :
Diketahui : Tabel 3. Sepuluh (10) tertinggi penyebab
ΣPiUi : Jumlah/total jawaban 37 responden klaim konstruksi di Provinsi Banten
untuk variabel A1 = 176
N : Jumlah responden = 37
N : Skor tertinggi yang dapat dicapai pada
penyebab Ketersediaan lahan kerja =5
Sehingga diperoleh :
ΣPiUi/ N x n =176/(37x5) = 0,9514 =
95,14%
Uji RII yang diterapkan terhadap 37 (tiga
puluh tujuh) responden dengan 25 (dua
puluh lima) variabel diproses dengan
menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
Untuk penghitungan secara menyeluruh dan
terperinci dapat dilihat secara lengkap pada
tabel 2.

94 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN KONTRAK APBN DAN APBD TERHADAP MODEL KONTRAK FIDIC (Ediyanto – Sarwono)

Dari hasil analisis data kuesioner dengan yang menindaklanjuti dengan


menggunakan metode RII (Relative menyetujui atau menolak klaim yang
Important Index), didapat sepuluh (10) diajukan kontraktor dalam jangka
tertinggi penyebab klaim konstruksi di waktu maksimal 42 hari setelah
Provinsi Banten, seperti tertera pada tabel 2 menerima klaim.
diatas. 3) Pada SSUK, pengguna jasa/pejabat
pembuat komitmen mempunyai
Analisis Perbandingan Klausula- kewajiban memberikan lokasi kerja
Klausula SSUK Terhadap FIDIC GCC sesuai dengan keperluan kontraktor
yang tertera dalam rencana pekerjaan
Ketersediaan dan Kepemilikan Lahan Kerja
yang disetujui oleh kedua pihak dalam
(Possession of site and availability) didapat
rapat awal sebelum penandatangan
hasil analisis sebagai berikut.
kontrak. (Rencana kerja yang diberikan
1) Pada SSUK, penyerahan lokasi kerja
kontraktor kemungkinan besar bisa
yang gagal dipenuhi oleh pengguna jasa
berubah, tidak sesuai dengan yang
pada Sub-Klausul 19.5 berdampak
dibuat pada saat melakukan
peristiwa kompensasi pada Sub-Klausul
penawaran) Sedangkan pada FIDIG GCC
64.1d, yang sebelumnya harus ada
owner harus memberikan kepada
peringatan sesegera mungkin dari
penyedia jasa hak untuk memasuki dan
penyedia jasa kepada pengawas
menguasai lokasi kerja dalam waktu
pekerjaan (Sub-Klausul 30.1). Pada
yang sesuai dengan Lampiran
SSUK tidak disebutkan jangka waktu
Penawaran. (Rencana kerja sesuai
kontraktor menyampaikan peringatan
dengan penawaran).
dini, sedangkan pada FIDIC GCC
Ambigu dalam memaknai klausula kontrak
disebutkan tidak lebih dari 28 hari. Pada
(Ambiguisties in contract document) didapat
SSUK tidak disebutkan jangka waktu
hasil analisis sebagai berikut.
konsultan harus menjawab klaim dari
1) Pada SSUK Klausula 30 Peringatan Dini,
kontraktor, sedangkan pada FIDIC GCC
Sub-Klausula 30.1 ada beberapa kata
disebutkan maksimal 42 hari setelah
dan frasa yang ambigu dan hal ini dapat
menerima suatu klaim maka konsultan
menimbulkan perselisihan sendiri.
harus memberikan tanggapan apakah
Seperti frasa “sedini mungkin”, frasa ini
menyetujui atau menolak dengan
tidak mempunyai time frame yang jelas.
memberikan keterangan/penjelasan
Sedangkan pada pada FIDIC GCC time
secara detil.
frame itu lebih jelas, bahwa ada batas
2) Pada SSUK, Peristiwa Kompensasi Sub-
waktu penyampaian klaim yaitu tidak
Klausul 64.1d menjadi tanggung jawab
lebih dari 28 hari.
penuh PPK, yang disebabkan tidak
2) Pada SSUK Klausula 30 Peringatan Dini,
jelasnya peran konsultan pada
Sub-Klausula 30.1 ini tidak dijelaskan
Peringatan Dini Sub-Klausul 30.1,
tugas konsultan secara detil setelah
dimana pada sub-klausul ini tidak
mendapatkan peringatan dari
disebutkan pengawasan pekerjaan
kontraktor sehingga menjadi kabur
untuk menindaklanjuti peringatan dari
makna dari Sub-Klausula 30.1 ini.
kontraktor. Sedangkan pada FIDIC GCC,
Sedangkan pada pada FIDIC GCC Sub-
pada Sub_Klausul 20.1 peran pengguna
Klausula 20.1 dijelaskan bahwa
jasa sudah di “bentengi” oleh konsultan

95 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 11 Nomer 2 | Juli 2020

konsultan harus menetapkan dan membatalkan, menetapkan atau


menyetujui atau menolak klaim yang mengubah instruksi.
dilakukan kontraktor paling lama 42 3) Pada SSUK sub-klausul 35.5 perubahan
hari setelah menerima klaim dari pekerjaan yang mengakibatkan biaya
kontraktor, hal ini bermakna ada kontrak bertambah, dibatasi maksimal
kepastian bagi kontraktor atas 10% (sepuluh persen) dari harga
klaimnya. kontrak awal dan tergantung dari
3) Pada SSUK Klausula 30 Peringatan Dini, ketersediaan anggaran. Pada FIDIC
Sub-Klausula 30.1 kalimat ini, Conditions of Contract apabila ada
“Pengawas pekerjaan dapat penyesuaian harga kontrak
memerintahkan penyedia untuk dikarenakan adanya variasi, maka
menyampaikan secara tertulis...”, ditentukan melalui rumus. Rumus ini
bermakna bahwa penyedia ada pada sub-klausul 13.8, sebagai
jasa/kontraktor boleh saja berikut : "Pn"=a+b Ln/Lo "+" c Ec/Eo+d
menyampaikan klaim secara lisan, Mn/Mo.
apabila hal ini terjadi tentu akan Keterlambatan dikarenakan kontraktor
menimbulkan perselisihan lain di (Delayed caused by the contractor),
kemudian hari. Sedangkan pada FIDIC Kontraktor terlambat menyelesaikan
GCC Sub-Klausula 20.1 tegas dikatakan pekerjaan (Contractor late completion)
bahwa semua klaim yang diajukan didapat hasil analisis sebagai berikut.
kontraktor harus berbentuk catatan 1) Pada SSUK sub-klausul 44.1 apabila
tertulis yang terdokumentasikan penyedia terlambat melaksanakan
dengan baik, yang setiap saat bisa pekerjaan, maka PPK harus
diperiksa oleh konsultan. mengeluarkan peringatan secara
Perubahan desain (Changes in design), tertulis atau memberlakukan kontrak
Perubahan cakupan pekerjaan (Changes in kritis. Pada FIDIC GCC sub-klausul 8.6,
scope of work), Perintah perubahan apabila kontraktor terlambat maka
(Variations order) didapat hasil analisis konsultan dapat menginstruksikan
sebagai berikut. kepada kontraktor untuk melakukan
1) Pada SSUK Klausula sub-klausul 35.1 revisi rencana kerja dan apabila metoda
perintah perubahan berasal dari yang di revisi tersebut
PPK/pengguna jasa. Pada FIDIC GCC mengakibatkan pengguna jasa
sub-klausul 13.1 perintah perubahan mengeluarkan tambahan biaya,
berasal dari konsultan. kontraktor berdasarkan sub-klausula
2) Pada SSUK Klausula sub-klausul 35.1 2.5 [klaim oleh pengguna jasa] harus
perubahan pekerjaan terkait desain membayar biaya tersebut kepada
dilaksanakan kontraktor bersama-sama pengguna jasa.
penyedia jasa. Pada FIDIC GCC sub- 2) Pada SSUK sub-klausul 44.2, apabila
klausul 13.1 perubahan pekerjaan kontraktor terlambat dan dinyatakan
terkait desain dilaksanakan oleh oleh PPK kontrak kritis, kontraktor
kontraktor, apabila kontraktor tidak diberikan kesempatan untuk mengejar
mampu melakukan hal ini disampaikan ketertinggalan jadwal penyelesaian
kepada konsultan didukung dengan pekerjaan dengan melalui 3 (tiga) kali
bukti-bukti, maka konsultan dapat tahapan rapat pembuktian (show cause

96 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN KONTRAK APBN DAN APBD TERHADAP MODEL KONTRAK FIDIC (Ediyanto – Sarwono)

meeting), seperti termuat dalam sub- dari pekerjaan atau seluruh pekerjaan,
klausul 44.3, dan apabila kontraktor dengan menyampaikan alasan
gagal menyelesaikan pekerjaan sampai penghentian pekerjaan.
masa pelaksanaan berakhir, namun PPK 2) Pada SSUK tidak ada klausul mengenai
menilai kontraktor mampu konsekuensi dari penghentian
menyelesaikan pekerjaan (Klausul 45. pekerjaan. Pada FIDIC General
Pemberian Kesempatan), maka PPK Condition of Contract dijelaskan secara
dapat memberikan kesempatan kepada detil mengenai konsekuensi
kontraktor untuk menyelesaikan penghentian pekerjaan ini seperti
pekerjaan dengan sanksi denda tercantum pada sub-klausul 8.9
keterlambatan. Pada FIDIC GCC sub- [konsekuensi penghentian], sub-
klausul 8.7, apabila kontraktor gagal klausul 8.10 [pembayaran untuk
memenuhi sub-klausul 8.2 [waktu instalasi mesin dan bahan-bahan pada
penyelesaian], kontraktor berdasarkan saat Penghentian], dan sub-klausul 8.11
sub-klausul 2.5 [klaim oleh pengguna [penghentian yang berkepanjangan].
jasa] harus membayar denda 3) Pada sub-klausul 38.7 SSUK Model
keterlambatan atas kegagalan tersebut. Kontrak APBN dan APBD, kontrak
3) Pada SSUK sub-klausul 44.3, PPK dapat pekerjaan dapat dihentikan sementara
memutus kontrak secara sepihak karena keadaan kahar dan dapat
apabila penyedia gagal pada rapat dihentikan secara permanen apabila
pembuktian ke 3 setelah kontrak karena kahar pekerjaan tidak dapat
dinyatakan kritis. Pada FIDIC GCC sub- dilanjutkan/diselesaikan. Pada Model
klausul 15.2 apabila kontraktor tanpa Kontrak FIDIC General Condition of
alasan yang jelas gagal melanjutkan Contract keadaan kahar dijabarkan
pekerjaan sesuai dengan klausula 8 pada Klausul 19 [keadaan kahar], selain
[tanggal mulai pekerjaan, itu pada FIDIC GCC dijelaskan secara
keterlambatan dan penghentian khusus untuk subkontraktor yang
sementara] atau gagal memenuhi terkena dampak akibat keadaan kahar
pemberitahuan yang dikeluarkan sub- yakni pada sub-klausul 19.5 [keadaan
klasul 7.5 [penolakan] atau sub-klausul kahar yang mempengaruhi
7.6 [perbaikan pekerjaan], dalam jangka subkontraktor].
waktu 28 hari setelah menerima Kondisi fisik yang tidak dapat diperkirakan
pemberitahuan itu, maka pengguna jasa sebelumnya (Unforeseeable physical
dapat melakukan pemutusan kontrak. condition) didapat hasil analisis sebagai
Penghentian pekerjaan (Suspension of the berikut.
works) didapat hasil analisis sebagai berikut. 1) Kondisi fisik yang tidak dapat
1) Pada SSUK Klausul 28 penundaan dapat diperkirakan sebelumnya ini pada SSUK
dilakukan oleh pengawas pekerjaan Model Kontrak APBN dan APBD diatur
dengan laporan ditembuskan kepada pada Klausul 35 Sub-Klausula 35.1,”
PPK. Pada Model Kontrak FIDIC General Dalam hal terdapat perbedaan antara
Condition of Contract sub-klausul 8.8 kondisi lapangan pada saat pelaksanaan
konsultan dapat setiap saat dengan gambar dan/atau spesifikasi
menginstruksikan kontraktor untuk teknis yang ditentukan dalam dokumen
menghentikan kemajuan suatu bagian kontrak, PPK bersama penyedia dapat

97 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 11 Nomer 2 | Juli 2020

melakukan perubahan pekerjaan”. Pada Tabel 4. Rekapitulasi Perbandingan


FIDIC GCC, kondisi fisik yang tidak dapat Klausula-Klausula SSUK Terhadap FIDIC
diperkirakan sebelumnya ini diatur GCC
dalam sub-klasul khusus dengan nama
yang sama yaitu Sub-Klausul 4.12
(kondisi fisik yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya).
2) Pada SSUK, apabila karena hal kondisi
fisik yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya ini, PPK memerintahkan
untuk mengatasi kondisi tertentu yang
tidak dapat diduga sebelumnya yang
disebabkan/tidak disebabkan oleh PPK,
maka kontraktor berhak mendapat
kompensasi seperti diatur dalam
peristiwa kompensasi, Klausula 64. Sub-
Klausul 64.1. Sedangkan pada FIDIC GCC
Sub-Klausul 4.12 [kondisi fisik yang
tidak dapat diperkirakan sebelumnya]
apabila kondisi fisik yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya ini
menimbulkan variasi pekerjaan, maka
konsultan akan menetapkan untuk
menyetujui atau menetapkan
pengurangan biaya yang belaku untuk
kondisi ini. Konsultan harus
mempertimbangkan seluruh bukti Kesimpulan
kondisi fisik yang diperkirakan
sebelumnya oleh kontraktor ketika 1. Dari hasil analisis data kuesioner
memasukkan penawaran, data tersebut dengan menggunakan metode RII
dapat disediakan oleh kontraktor, tetapi (Relative Important Index) didapat
tidak terikat pada bukti-bukti tersebut. sepuluh (10) tertinggi penyebab klaim
Rekapitulasi analisis perbandingan konstruksi di Provinsi Banten, yaitu : 1)
klausula-klausula SSUK terhadap FIDIC GCC ketersediaan dan kepemilikan lahan
terkait sepuluh (10) tertinggi penyebab kerja (possession of site and availability),
klaim konstruksi di Provinsi Banten pada 2) ambigu dalam memaknai klausula
tabel 4 di bawah ini. kontrak (ambiguities in contract
documents), 3) perubahan desain
(changes in design), 4) perubahan
cakupan pekerjaan (changes in scope of
work), 5) keterlambatan dikarenakan
kontraktor (delayed caused by the
contractor), 6) kontraktor terlambat
menyelesaikan pekerjaan (contractor’s
late completion), 7) perbedaan

98 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN KONTRAK APBN DAN APBD TERHADAP MODEL KONTRAK FIDIC (Ediyanto – Sarwono)

interpretasi dokumen kontrak (different condition) pada SSUK Sub-Klausul 35.1


interpretation of contract document), 8) dan Sub-Klausul 64.1 berbanding FIDIC
perintah perubahan (variations order), GCC Sub-Klausul 4.12.
9) penghentian sementara pekerjaan 3. Hasil analisis perbandingan
(suspension of the works), 10) kondisi menunjukkan bahwa model kontrak
fisik yang tidak dapat diperkirakan FIDIC General Conditions of Contract
sebelumnya (unforeseeable physical dapat dipergunakan sebagai Model
condition). kontrak untuk kegiatan konstruksi yang
2. Analisis perbandingan antara Syarat- didanai oleh APBN dan APBD.
Syarat Umum Kontrak (SSUK) model 4. Klausula-klausula pada model kontrak
Kontrak APBN dan APBD terhadap FIDIC General Conditions of Contract
model kontrak FIDIC General Conditions lebih komprehensif (comprehensive),
of Contract (GCC) terkait sepuluh (10) adil (fair) dan berimbang (balance)
tertinggi penyebab klaim konstruksi di dalam mengantisipasi kemungkinan
Provinsi Banten, yaitu : 1) ketersediaan terjadinya klaim konstruksi baik dari
dan kepemilikan lahan kerja (possession pihak pengguna jasa maupun penyedia
of site and availability), pada SSUK jasa.
Klausul.19 berbanding FIDIC GCC Sub-
Klausul 2.1, 2) ambigu dalam memaknai Daftar Pustaka
klausula kontrak (ambiguities in
Abdul-Malak, M. A. U., Hanano, H. F., &
contract documents), perbedaan
Turman, H. M. (2019). Administration
interpretasi dokumen kontrak (different
Impairments Resulting from Imbalanced
interpretation of contract document),
Contract Conditions: Owner Payment
pada SSUK Klausul 30. berbanding
Default. Journal of Legal Affairs and
FIDIC GCC Sub-Klausul 20.1, 3)
Dispute Resolution in Engineering and
perubahan desain (changes in design),
Construction, 11(4), 05019003.
perubahan cakupan pekerjaan (changes
Aktuğ, F. P. (2012). Comparison of FIDIC
in scope of work), dan perintah
conditions of contract (1999) and
perubahan (variations order) pada SSUK
UNCITAL legal guide from prospective
Klausul 35. berbanding FIDIC GCC Sub-
disputes and claims
Klausul 13.1, 13.2, 13.3, 4)
perspectives (Master's thesis).
keterlambatan dikarenakan kontraktor
Albahar, I. A. (2018). Comparison Grounds
(delayed caused by the contractor),
for Construction Contracts Termination
kontraktor terlambat menyelesaikan
under UAE Law and FIDIC Standard
pekerjaan (contractor’s late completion)
Contracts (Doctoral dissertation, The
pada SSUK Klausul 44. dan Klausul 45.
British University in Dubai (BUiD)).
berbanding FIDIC GCC Sub-Klausul 8.6,
Andriaanse, Jhon (2010). Construction
8.7, 15.1, 15.2, 5) penghentian
Contract Law : The Essentials, Palgrave,
sementara pekerjaan (suspension of the
McMilan London, UK.
works) pada SSUK Klausul 28. Dan
Besaiso, H., Fenn, P., Emsley, M., & Wright, D.
Klausul 38. berbanding FIDIC GCC Sub-
(2018). A comparison of the suitability of
Klausul 8.8, 8.9, 8.11, 19.4, 6) Kondisi
FIDIC and NEC conditions of contract in
fisik yang tidak dapat diperkirakan
Palestine. Engineering, Construction and
sebelumnya (unforeseeable physical
Architectural Management.

99 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 11 Nomer 2 | Juli 2020

El-Adaway, I. H., Abotaleb, I. S., Eid, M. S., Hardjomuljadi, Sarwono (2014). Pengantar
May, S., Netherton, L., & Vest, J. (2018). Kontrak Konstruksi (FIDIC Conditions of
Contract administration guidelines for Contract), Kementerian Ristek Dikti,
public infrastructure projects in the Kementerian PUPR, Universitas Mercu
United States and Saudi Arabia: Buana dan Logoz Publishing. Bandung.
Comparative analysis approach. Journal Hardjomuljadi, Sarwono (2015). Manajemen
of construction engineering and Klaim Konstruksi (FIDIC Conditions of
management, 144(6), 04018031. Contract), Kementerian Ristek Dikti,
Ezeldin, A. S., & Abu Helw, A. (2018). Kementerian PUPR, Universitas Mercu
Proposed Force Majeure Clause for Buana dan Logoz Publishing. Bandung.
Construction Contracts under Civil and Hardjomuljadi, Sarwono (2016). Alternatif
Common Laws. Journal of Legal Affairs Penyelesaian Sengketa Konstruksi di
and Dispute Resolution in Engineering Indonesia, Kementerian Ristek Dikti,
and Construction, 10(3), 04518005. Kementerian PUPR, Universitas Mercu
Fawzy, S. A., El-Adaway, I. H., Perreau- Buana dan Logoz Publishing. Bandung.
Saussine, L., Abdel Wahab, M. S., & Johnson, J., & Hardjomuljadi, S. (2019).
Hamed, T. H. (2019). Civil law context for Analisis Red Flag Clauses Pada FIDIC
understanding employer’s payment Rainbow 2017. Konstruksia, 10(2), 67-
obligations under common law 88.
FIDIC. Journal of Legal Affairs and Li, S. (2018), Adaptation of Standard
Dispute Resolution in Engineering and Contract Documents (FIDIC, AIA, EJCDC,
Construction, 11(1), 06518006. Consensus Docs) in Chinese Construction,
Hamid, K. A., Soegiarso, R., Hardjomuljadi, S., PM World Journal Vol. VII, Issue II –
Setiawan, M. I., Abdullah, D., & February 2018.
Napitupulu, D. (2018, November). Model Rasslan, N. D., & Nassar, A. H. Comparing
of Organizational Effectiveness Project Suitability of NEC and FIDIC Contracts in
Management on Infrastructure Managing Construction Project in Egypt.
Development in Ministry of Public Works Sanaky, A. T., Dundu, A. K., & Lumeno, S. S.
and Housing Republic of Indonesia. (2019). Model Strategi Perjanjian
In Journal of Physics: Conference Kontrak Fidic Dan Kontrak Nasional
Series (Vol. 1114, No. 1, p. 012129). IOP Pada Kontraktor Ijo Dalam Proyek
Publishing. Infrastruktur Jalan Tol Manado-
Hardjomuljadi, Sarwono, Abdulkadir, Ariono Bitung. JURNAL SIPIL STATIK, 7(4).
dan Takei, Masaru (2006). Strategi Shafik, N., Qodsi, S., Serag, E., & Helmi, M.
Klaim Konstruksi Berdasarkan FIDIC (2016). Application of FIDIC contracts
Conditions of Contract, Polagrade, under the Egyptian civil code. Journal of
Jakarta. Legal Affairs and Dispute Resolution in
Hardjomuljadi, Sarwono (2014), Engineering and Construction, 8(3),
Permasalahan Klaim Konstruksi Di 04516004.
Proyek Institusi Pemerintah, di Shobana, K., Kumar, D. P., & Kumar, J. S.
presentasikan pada Seminar Nasional (2014). Managing The Risks In
2014 Manajemen Klaim Proyek Construction Project By Comparing
Konstruksi, Jakarta, 6 November 2014. MOSPI And FIDIC.

100 | K o n s t r u k s i a
PERBANDINGAN KONTRAK APBN DAN APBD TERHADAP MODEL KONTRAK FIDIC (Ediyanto – Sarwono)

Wibisono, A., & Hardjomuljadi, S. (2018).


Analisis Pemilihan Model Kontrak FIDIC
Rainbow Contract 2017 Pekerjaan
Pembangunan Dermaga (Kajian Dari
Sudut Pandang Pengguna
Jasa). Konstruksia, 9(2), 15-24.

101 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 11 Nomer 2 | Juli 2020

102 | K o n s t r u k s i a

Anda mungkin juga menyukai