Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERBANDINGAN STANDAR DAN PROSEDUR KONTRAK FIDIC DENGAN

PEDOMAN TATA KERJA NO. 007 UNDANG-UNDANG MIGAS

Muhammad Bashir Simanjuntak


Fakultas Teknik Sipil – STTH
Jalan H.M Joni No. 70 Medan
e-mail : bashir.simanjuntak@gmail.com

ABSTRAK
Kontrak merupakan dokumen yang sangat penting dalam proyek. Kontrak dipandang sebagai hukum
yang harus dipenuhi dan menjadi pengatur serta pengendali hak-hak dan kewajiban antara pengguna jasa
dan penyedia jasa dalam proyek. Sejak diberlakukannya UU Migas No. 22 tahun 2001, dikenal istilah
PTK sebagai panduan dan pedoman tata kerja dalam kegiatan di sektor migas Indonesia. PTK No. 007
sendiri merupakan PTK yang khusus mengatur mengenai kegiatan pengadaan barang dan jasa pada
kegiatan usaha hulu migas. Di dunia Internasional sudah lama dikenal dokumen FIDIC yang merupakan
aturan kontrak yang telah digunakan banyak negara. FIDIC juga telah banyak diadaptasi pada proyek-
proyek migas di Indonesia. Analisis yang dilakukan adalah membandingkan antara standar dan prosedur
FIDIC dengan PTK No. 007. Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk mengidentifikasi diantara kedua
dokumen tersebut, kemudian mengevaluasi hasil yang telah ditemukan.

Kata Kunci : Standar Kontrak, FIDIC, UU Migas, PTK No.007

ABSTRACT
Contract is a very important document in the project. The contract is considered to be the law that must
be completed and became a regulator and controller of the rights and obligations between owner and
service provider in the project. Since the enactment of Oil and Gas Law No. 22 year 2001, PTK known as
the terms and guidelines for the employment guidelines in the activities of oil and gas sector in Indonesia.
PTK No. 007 is a PTK that specifically regulates activities of procurement in upstream oil and gas
activities. In international, FIDIC document has long known as the contract rules that have be been used
in many countries. FIDIC also has been widely adapted in oil and gas projects in Indonesia. The analysis
is to compare standard and procedure between the FIDIC and PTK No. 007. The purpose of this
comparison is to identify the between the two documents, and evaluate the results that has been found.

Key words : Contract Standard, FIDIC, Oil and Gas Law, PTK No. 007

1. PENDAHULUAN bertanggungjawab secara penuh atas


keberlangsungan kegiatan pengelolaan energi.
Dalam Pembangunan Nasional, sektor
migas sebagai sektor yang merupakan sumber Dalam pelaksanaan kegiatan usaha
pendapatan negara yang sangat dominan serta migas ini mempunyai tujuan yang telah tertuang
sebagai sektor pemenuhan kebutuhan rakyat jelas dalam UU No. 22 Tahun 2001 tentang
akan energi, menjadi sektor yang sangat penting minyak dan gas bumi Pasal 3 yang menyatakan
karena sangat mempengaruhi ketahanan bahwa penyelenggaraan kegiatan usaha migas
ekonomi nasional dan ketahanan energi dilakukan secara efektif, efisien, terbuka,
nasional. Ini semua bertujuan untuk memenuhi transparan, akuntabel, adil dan bersaing, dengan
kesejahteraan rakyat. Sesuai yang termaktub di upaya meningkatkan kemandirian nasional,
dalam konstitusi negara Indonesia yaitu dalam untuk memenuhi kebutuhan energi dan bahan
UUD 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa baku dalam negeri, memberikan pendapatan
migas adalah kekayaan alam milik Negara negara, bersaing di tingkat regional dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk internasional serta menciptakan lapangan kerja,
kemakmuran rakyat. Ini artinya, pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat dengan tetap menjaga kelestarian c. Pengumpulan dan pengolahan data-data
lingkungan hidup. Tahapan ini merupakan tahapan penting
yang menentukan keakuratan dan
UU No. 22 Tahun 2001 tentang minyak kevalidan dari hasil yang didapatkan.
dan gas bumi ini adalah undang undang baru d. Menganalisis data-data,
pengganti UU No.8 tahun 1971 yang sudah tidak e. Membuat kesimpulan.
berlaku lagi di Indonesia. Peraturan Pemerintah/
PP No. 35 tahun 2004 yang mengatur tata tertib Dalam penentuan metode penelitian,
kegiatan usaha hulu migas diterbitkan beberapa diperlukan beberapa tahapan untuk
waktu kemudian sebagai dokumen pelengkap dipertimbangkan, yaitu jenis pertanyaan yang
UU No. 22 Tahun 2001 tersebut. digunakan, kendala terhadap peristiwa yang
diteliti, dan fokus terhadap peristiwa yang
Dengan adanya kedua perangkat sedang berjalan atau baru diselesaikan.
peraturan ini diharapkan kegiatan di dunia migas
dapat berjalan baik dengan segala peraturan dan 2.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
regulasi yang terintegrasi dan mampu mengelola Jenis data yang dikumpulkan dalam
sektor migas Indonesia secara optimal. Semua penelitian ini adalah berupa data primer dan
pihak yang ikut serta berperan dalam kegiatan di sekunder, dengan tahapannya sebagai berikut :
dunia migas dapat mencapai hasil yang - Data Sekunder dalam penelitian ini adalah
diharapkan bersama dalam rangka pembangunan hasil dari studi banding literatur yang
nasional yang berkelanjutan. diperoleh dari dokumen-dokumen yang
diperbandingkan.
2. METODOLOGI PENELITIAN - Data Primer dalam penelitian ini adalah
hasil wawancara dari beberapa pakar yang
Penelitian merupakan salah satu ahli dibidangnya.
pendekatan ilmiah yang memiliki proses yang
terencana untuk menghasilkan solusi atau Teknik pengumpulan data pada
kesimpulan dari satu atau banyak masalah. penelitian ini adalah dengan mengadakan studi
Dalam sebuah penelitian, perlu adanya banding literatur dan wawancara, yang
perencanaan alur penelitian yang jelas, penjelasannya adalah sebagai berikut :
sistematis dan terorganisir sehingga penelitian
dapat berjalan dengan lancar dan tepat sesuai Studi Banding Literatur adalah
dengan tujuan penelitian. Pada bab III ini akan penelusuran literatur yang bersumber dari buku,
diuraikan tentang metode penelitian yang akan media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang
digunakan mencakup mengenai kerangka lain yang bertujuan untuk menyusun dasar teori
pemikiran, penentuan metode penelitian, yang kita gunakan dalam melakukan penelitian.
langkah-langkah metode penelitian, metode Salah satu sumber acuan di mana peneliti dapat
analisis data penelitian yang akan dilakukan dan menggunakannya sebagai penunjuk informasi
hipotesa penelitian. dalam menelusuri bahan bacaan adalah dengan
menggunakan buku referensi. Referensi berasal
2.1 Penentuan Metode dari bahasa inggris reference yg berarti
Dalam melakukan sebuah penelitian, “menunjuk pada”. Buku-buku referensi ini dapat
proses penelitian akan menjadi langkah berisi uraian singkat atau penunjukan nama dari
(tahapan) yang akan dilakukan oleh peneliti bacaan tertentu. Bahan dari buku referensi
untuk mendapatkan hasil (kesimpulan) dari tidaklah untuk dibaca dari halaman pertama
penelitian tersebut. Secara sederhana proses sampai tamat, hanya bagian yang penting dan
penelitian dapat dibagi menjadi 5 tahapan yakni: yang diinginkan saja. Dalam penelitian ini,
a. Identifikasi masalah Mencari latar metode studi banding literatur berarti
belakang dari permasalahan yang penelusuran literatur dengan membandingkan
timbul. secara langsung antara standar, persyaratan dan
b. Mencari informasi tentang masalah,
ketentuan yang terdapat di dalam dokumen Wawancara mendalam (depth interview)
FIDIC dan PTK No. 007. adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
Wawancara Mendalam (Depth sambil bertatap muka antara pewawancara
Interview) Menurut Kartono (1980) wawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
(interview) adalah suatu percakapan yang dengan atau tanpa menggunakan pedoman
diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini (guide) wawancara, di mana pewawancara dan
merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. relatif lama
Dalam proses wawancara terdapat 2 (dua) pihak
dengan kedudukan yang berbeda. Pihak pertama Penelitian dengan metode wawancara
berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai ini akan menggunakan teknik analisa data yaitu
interviewer, sedang pihak kedua berfungsi pattern-matching. Analisa data dengan cara
sebagai pemberi informasi (Information pattern-matching ini dilakukan dengan
supplyer), interviewee atau informan. mengkombinasikan data empiris dengan data
Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang telah didapat dari hasil studi banding
memintaketerangan atau penjelasan, sambil literatur. Data empiris ini didapat dari data hasil
menilai jawaban-jawabannya.Sekaligus ia wawancara terhadap pakar yang berhubungan
mengadakan paraphrase (menyatakan kembali dalam penelitian ini. Pakar dalam penelitian ini
isi jawaban interviewee dengan kata-kata lain), adalah orang yang dinilai ahli dalam bidangnya.
mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban. Tujuan dari metode analisa data ini yaitu untuk
Disamping itu dia juga menggaliketerangan- mengkombinasikan pendapat pakar terhadap
keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan hasil studi banding literatur yang telah
“probing” (rangsangan, dorongan). dilakukan. Metode ini dilakukan untuk
penyempurnaan terhadap hasil studi banding
Pihak interviewee diharap mau literatur yang telah ada.
memberikan keterangan serta penjelasan, dan
menjawab semua pertanyaan yang diajukan Hasil studi banding literatur yang telah
kepadanya. Kadang kala ia malahan membalas dilakukan secara umum lalu dibawa ke pakar
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pula. untuk di verifikasi dan klarifikasi jika dari hasil
Hubungan antara interviewer dengan data tersebut masih terdapat kekurangan atau
interviewee itu disebut sebagai “a face to face kesalahan. Pakar bisa memberikan saran,
non-reciprocal relation” (relasi muka pendapat tau perbaikan terhadap hasil studi
berhadapan muka yang tidak timbal balik). banding literatur tersebut. Saran, pendapat tau
perbaikan dari pakar tersebut untuk selanjutnya
2.3 Analisi data akan dimasukkan ke dalam hasil studi banding
literatur dalam penyempurnaan penelitian ini.
Metode studi banding literatur Hasil dari penyempurnaan tersebut dibawa
Hal yang akan diteliti dalam penelitian kembali ke pakar untuk selanjutnya di verifikasi
ini adalah apakah dokumen FIDIC (2010) dan di validasi sebagai bagian dari hasil akhir
Condition of Contract for (ENGINEERING penelitian ini.
PROCUREMENT DAN CONSTRUCTION)
/Turnkey Project tidak bertentangan dengan 3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
ketentuan Undang-undang dan peraturan
kegiatan usaha hulu migas yang berlaku di Pada bab ini akan diuraikan mengenai
Indonesia dan dokumen tersebut dapat menjadi pelaksanaan penelitian yaitu dimulai dari proses
standar kontrak dalam proyek migas di pengumpulan data penelitian melalui metode
Indonesia. studi banding literatur, gambaran data hasil yang
diperoleh, profil pakar sebagai narasumber
Metode Wawancara Mendalam (Depth wawancara serta analisa data yang digunakan
Interview) untuk memperoleh tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan konstruksi peserta harus menyerahkan
wawancara dengan beberapa pakar yang ahli di Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan sertifikat
bidangnya, hal ini disebabkan karena badan usaha jasa konstruksi dari Lembaga
keterbatasan orang-orang yang mengerti dan Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) dan
paham mengenai penelitian ini. melunasi kewajiban pajak terakhir. Untuk
evaluasi penilaian proses tender didapat
3.1 Pengumpulan Data Dalam Pemutusan tambahan yaitu Tingkat Komponen Dalam
Kontrak Negeri (TKDN). Proporsi dan pembagian
Form kuisioner yang digunakan dalam TKDN ini sudah termasuk dan diatur di dalam
wawancara pakar ini berupa gabungan dari hasil PTK No. 007 dan hal ini merupakan bagian yang
perbandingan antara FIDIC (2010) Condition of sangat penting dalam kegiatan usaha hulu migas
Contract for (ENGINEERING PROCUREMENT di Indonesia dimana Pemerintah menekankan
DAN CONSTRUCTION) /Turnkey Project pada produksi dalam negeri. Untuk deviasi nilai
dengan dokumen PTK No. 007 Revisi- mata uang sudah harus ditetapkan oleh
II/PTK/I/2011 yang telah dihasilkan sebelumnya pengguna jasa agar dalam transaksi nanti tidak
menjadi indikator-indikator yang dirasa perlu terjadi perubahan nilai tukar mata uang yang
atau tidaknya dimasukkan ke dalam terlalu signifikan. Dalam hal modifikasi
Standar/Prosedur/Pedoman/Tata Kerja pada dokumen tender hanya boleh dilakukan sebelum
kegiatan usaha hulu migas dalam lingkup antara pemasukan penawaran dan harus diberitahukan
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan ke seluruh peserta lelang, setelah pemasukan
Kontraktor EPC . Pakar diminta memberikan penawaran tidak diperbolehkan lagi untuk
pendapatnya tentang perlu atau tidaknya standar merubah dokumen tender. Koreksi/penyesuaian/
tersebut di jadikan pedoman standar kontrak penambahan pada HPS/OE bisa dilakukan jika
kerja pada kegiatan usaha hulu migas di estimator menyadari ada komponen biaya yang
lingkungan Kontraktor Kontrak Kerja Sama belum dimasukkan sebagai HPS/OE.
(KKKS) dengan Kontraktor EPC . Pakar juga
diminta pendapatnya jika ada tambahan standar 3.2 Pembahasan
yang perlu ditambahkan. Setelah semua pakar Sebagaimana yang telah dijelaskan pada
memberikan pendapatnya, lalu hasilnya bab-bab sebelumnya, diketahui bahwa FIDIC
digabungkan dan ditabulasikan sesuai dengan merupakan salah satu jenis kontrak yang telah
pendapat yang dominan untuk diketahui standar digunakan oleh banyak negara di dunia. Dalam
yang perlu dimasukkan ke dalam pedoman hal ini yang perlu dipertanyakan adalah apakah
standar kontrak kerja, sedangkan untuk standar dokumen kontrak FIDIC tidak bertentangan
yang dominan tidak perlu oleh pakar akan dengan konstitusi yang ada di negara Indonesia
dipertimbangkan lagi sesuai dengan kebutuhan khususnya dalam kegiatan usaha hulu migas
dan akan dicari lagi referensi yang mendukung yaitu terkait dengan UU No. 22 tahun 2001 dan
pernyataan standar tersebut. Berikut ini PP No. 35 tahun 2004.
ditampilkan hasil ringkasan.
Untuk menciptakan kegiatan usaha hulu
Secara keseluruhan pakar sepakat migas yang efektif dan efisien sesuai dengan
standar tersebut perlu dimasukkan ke dalam tujuan dari penyelenggaraan kegiatan usaha
pedoman standar kontrak kerja pada kegiatan minyak dan gas bumi yang tercantum pada UU
usaha hulu migas dalam lingkup antara No. 22 tahun 2001, maka PTK No. 007 sebagai
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan pedoman tata kerja dalam kegiatan usaha hulu
Kontraktor EPC. Untuk evaluasi penilaian migas di lingkungan Kontraktor Kontrak Kerja
prakualifikasi didapat beberapa tambahan Sama (KKKS) harus mempunyai aturan dan
penting dari pakar yaitu komitmen perusahaan regulasi yang sangat jelas. Sesuai dengan UU
induk (jika ada) untuk mendukung, kemampuan No. 22 tahun 2001 Pasal 18 disebutkan bahwa :
penyediaan peralatan, khusus untuk pengadaan - Pedoman, tata cara, dan syarat-syarat
jasa. mengenai Kontrak Kerja Sama, penetapan
dan penawaran Wilayah Kerja, perubahan
dan perpanjangan Kontrak Kerja Sama, Negeri (TKDN). Di dalam PTK No. 007 ini
serta pengembalian Wilayah Kerja telah dijabarkan mengenai tata cara dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, pedoman perhitungan TKDN mengikuti
Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal penjabaran pada Peraturan Presiden No. 54
16, dan Pasal 17 diatur lebih lanjut dalam tahun 2010. Seperti yang telah disebutkan pada
Peraturan Pemerintah. Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 pasal 96
ayat (1) yaitu :
Didalam Peraturan Pemerintah di Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa,
jelaskan dalam PP No. 35 tahun 2004, pasal 25 K/L/D/I wajib:
ayat (1) sebagai berikut : - Memaksimalkan Penggunaan Barang/Jasa
- Menteri menetapkan bentuk dan ketentuan- hasil produksi dalam negeri, termasuk
ketentuan pokok Kontrak Kerja Sama yang rancang bangun dan perekayasaan nasional
akan diberlakukan untuk Wilayah Kerja dalam Pengadaan Barang/Jasa;
tertentu dengan mempertimbangkan tingkat - memaksimalkan penggunaan Penyedia
resiko dan manfaat yang sebesarbesarnya Barang/Jasa nasional; dan
bagi Negara serta ketentuan peraturan - memaksimalkan penyediaan paket-paket
perundang-undangan yang berlaku. pekerjaan untuk Usaha Mikro dan Usaha
Kecil serta koperasi kecil.
Demikian pula juga selanjutnya telah
ditentukan dalam PP No. 35 tahun 2004, pasal Demikian pula selanjutnya telah
38 sebagai berikut : ditentukan dalam Peraturan Presiden No. 54
- Terhadap Kontrak Kerja Sama tunduk dan tahun 2010 pasal 97 ayat (1) sebagai berikut :
berlaku hukum Indonesia. Dari ketentuan - Penggunaan produk dalam negeri
undang-undang diatas dapat diketahui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat
bahwa segala macam kontrak kerja sama (1) huruf a, dilakukan sesuai besaran
dalam kegiatan usaha hulu migas harus komponen dalam negeri pada setiap
tunduk pada sistem perundang-undangan Barang/Jasa yang ditunjukkan dengan nilai
yang berlaku di negara Indonesia dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
menjamin pelaksanaan kegiatan yang
efektif sesuai dengan yang telah disebutkan Sesuai dengan yang telah dibahas
di dalam UU No. 22 tahun 2001 Pasal 3 (b) sebelumnya, dapat diketahui bahwa standar
kontrak FIDIC (2010) Condition of Contract for
Dalam hal ini untuk kegiatan pengadaan (ENGINEERING PROCUREMENT DAN
usaha hulu migas, PTK No. 007 mengatur lebih CONSTRUCTION) /Turnkey Project, tidak
lanjut mengenai sistem pengelolaan pengadaan bertentangan dengan sistem perundang-
pada kegiatan usaha hulu migas sesuai dengan undangan yang berlaku di Indonesia khususnya
situasi, kondisi dan perkembangan dunia migas UU No. 22 tahun 2001 minyak dan gas bumi
saat ini. Kontraktor Kontrak Kerja Sama dan PP No.35 tahun 2004 tentang kegiatan usaha
(KKKS) yang berstatus swasta asing, nasional hulu migas, hanya saja perlu diadakan sedikit
dan joint venture masih berada dibawah payung perubahan dan penyesuaian terhadap situasi dan
PTK No. 007 dan menggunakan PTK No. 007 kondisi peraturan yang berlaku di Indonesia jika
dalam sistem pengelolaan pengadaan barang dan standar kontrak FIDIC diadaptasikan pada
jasa karena bukan berstatus milik standar kontrak migas di Indonesia yaitu PTK
negara/BUMN/BUMD/BHMN. PTK No. 007 No. 007. Secara keseluruhan standar kontrak
sendiri tetap mengacu kepada Peraturan Presiden FIDIC memang lebih baik dan lebih jelas
No. 54 tahun 2010 sebagai peraturan pengadaan daripada standar PTK No.007. Ini dapat dilihat
barang dan jasa tertinggi di Indonesia, seperti dari hasil perbandingan yang dihasilkan yaitu
yang di isyaratkan dalam Peraturan Presiden No. ada beberapa standar/prosedur kontrak FIDIC
54 tahun 2010 yaitu mengenai penggunaan yang tidak ada didalam PTK No. 007, padahal
barang/jasa produksi dalam negeri atau yang standar kontrak itu dinilai sangat penting sesuai
disebut dengan Tingkat Komponen Dalam dengan hasil dari temuan indikator yang baik
dari pakar. Dari yang dihasilkan pada penelitian perbaikan jika baranng/jasa yang tidak sesuai
ini, bisa berpotensi menimbulkan dispute antara kontrak dan sebagainya. Secara umum standar
pengguna jasa dengan kontraktor. Menurut Iman dan prosedur FIDIC telah mengatur semua hal
Soeharto (2001), risiko yang berpotensi tersebut, sehingga munculnya potensi dispute
menimbulkan dispute berkaitan dengan bidang bisa diminimalisir.
kontrak dan hukum adalah :
- Pasal – pasal kurang lengkap, kurang jelas, 4. KESIMPULAN DAN SARAN
dan interpretasi yang berbeda.
- Pengaturan pembayaran, change order dan 4.1 Kesimpulan
klaim. Dari hasil pembahasan analisa data
- Masalah jaminan, guaranty, dan warranty sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil
penelitian adalah sebagai berikut:
Dari 3 poin diatas bisa menimbulkan 1. Pemutusan kontrak oleh pengguna jasa,
potensi dispute sesuai dengan standar kontrak pada pedoman FIDIC terdapat penjelasan
yang telah dihasilkan. Jika standar dan prosedur mengenai hal tersebut namun pada
kontrak tidak jelas dan lengkap, maka akan pedoman PTK No.007 tidak terdapat
dapat menimbulkan potensi dispute berupa penjelasan mengenai hal tersebut.
pasal-pasal yang kurang lengkap dan jelas 2. Penyebab pemutusan kontrak, pada
sehingga nantinya akan menyebabkan pedoman FIDIC dan PTK No.007 terdapat
intrepretasi (penafsiran) yang berbeda- beda. penjelasan mengenai hal tersebut.
3. Kontraktor gagal memenuhi klausula
Sudah seharusnya bahwa suatu standar jaminan pelaksanaan atau klausula
kontrak memiliki pokok-pokok aturan yang jelas pemberitahuan untuk perbaikan, pada
dan rinci sehingga menghindarkan muncul pedoman FIDIC terdapat penjelasan
adanya perbedaan interpretasi atau penafsiran mengenai hal tersebut namun pada
bagi pihak-pihak yang menggunakannya dan pedoman PTK No.007 tidak terdapat
meminimalisir terjadinya perselisihan (dispute). penjelasan mengenai hal tersebut.
4. Mengabaikan pekerjaan, pada pedoman
Untuk pengaturan pembayaran, change FIDIC dan PTK No.007 terdapat penjelasan
order dan klaim juga harus sudah diatur dan mengenai hal tersebut.
tertuang dengan jelas dan lengkap pada standar- 5. Tanpa alasan yang jelas gagal melanjutkan
standar agar tidak terjadi dispute atau pekerjaan, pada pedoman FIDIC dan PTK
perselisihan antara pengguna jasa dan No.007 terdapat penjelasan mengenai hal
kontraktor, sebab ketika membahas ketiga hal tersebut namun pada PTK No.007 terdapat
tersebut sangatlah kompleks. Dalam hal masalah sanksi sedangkan di FIDIC tidak ada sanksi
jaminan, guaranty dan warranty merupakan hal 6. Mengsub kontrakkan seluruh pekerjaan,
cukup penting sebab dengan ini, setiap kegiatan pada pedoman FIDIC terdapat penjelasan
yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan mengenai hal tersebut namun pada
dengan baik. Jika hal ini dapat dilakukan dengan pedoman PTK No.007 tidak terdapat
baik, maka akan tercipta trustworthy atau penjelasan mengenai hal tersebut.
kepercayaan pada masing-masing pihak. Dari 7. Jatuh pailit, pada pedoman FIDIC terdapat
keseluruhan potensi dispute yang bisa muncul penjelasan mengenai hal tersebut namun
dengan adanya ini seperti yang disebutkan pada pedoman PTK No.007 tidak terdapat
diatas tentunya juga akan berakibat pula pada penjelasan mengenai hal tersebut.
pemenuhan biaya, waktu dan kualitas, seperti 8. Memberikan uang suap, pada pedoman
terjadinya pembengkakan biaya akibat FIDIC terdapat penjelasan mengenai hal
pengaturan pembayaran dan change order yang tersebut namun pada pedoman PTK No.007
kurang baik, terjadi delay karena keterlambatan tidak terdapat penjelasan mengenai hal
pembayaran, pekerjaan tidak selesai tepat pada tersebut.
waktunya, klaim pengguna jasa ataupun
kontraktor, biaya penggantian atau
9. Force majeure, pada pedoman FIDIC dan Dicky Sondani, Kontrak Kerja Sama (KKS)
PTK No.007 terdapat penjelasan mengenai Minyak dan Gas Bumi di Indonesia. Tesis
hal tersebut. Hukum, 2007.
10. Apabila denda keterlambatan penyelesaian Donal D. Silitonga, Pengaruh Faktor-Faktor
telah mencapai maksimum (5% dari nilai Organisasi Pada Pelaksanaan Proyek EPC
kontrak) dan menurut pertimbangan Terhadap Kinerja/Efektifitas Perusahaan,
pengguna jasa pekerjaan tersebut berpotensi Tesis, Fakultas Teknik Universitas
tidak mungkin diselesaikan, pada pedoman Indonesia, 2009.
FIDIC terdapat penjelasan mengenai hal FIDIC: Federation Internationale Des
tersebut namun pada pedoman PTK No.007 Ingenieurs-Conseils, Condition of
tidak terdapat penjelasan mengenai hal Contract For (ENGINEERING
tersebut tetapi ada penambahan denda PROCUREMENT DAN
keterlambatan penyelesaian. CONSTRUCTION) /Turnkey Project, 1st
11. Prosedur pemutusan kontrak, pada Edition, 2010.
pedoman FIDIC dan PTK No.007 terdapat H. Koontz (1982) dalam Iman Soeharto,
penjelasan mengenai hal tersebut. Manajemen Proyek (Dari Konseptual
12. Pemutusan kontrak oleh kontraktor, pada Sampai Operasional, Jilid 1, Erlangga,
pedoman FIDIC terdapat penjelasan 1999.
mengenai hal tersebut namun pada Http://armylookfashion.com/2011/12/15/pengert
pedoman PTK No.007 tidak terdapat ian-standar-operasional-prosedur-definisi-
penjelasan mengenai hal tersebut. sop.html/.
13. Penyebab pemutusan kontrak, pada Http://www.prokum.esdm.go.id.
pedoman FIDIC terdapat penjelasan Https://id.wikipedia.org/wiki/Standar.
mengenai hal tersebut namun pada Https://id.wikipedia.org/wiki/Prosedur.
pedoman PTK No.007 tidak terdapat Iman Soeharto (1999), Manajemen Proyek (Dari
penjelasan mengenai hal tersebut. Konseptual Sampai Operasional, Jilid 1,
14. Prosedur pemutusan kontrak, pada Erlangga.
pedoman FIDIC terdapat penjelasan Iman Soeharto, Manajemen Proyek (Dari
mengenai hal tersebut namun pada Konseptual Sampai Operasional), Jilid 2,
pedoman PTK No.007 tidak terdapat Erlangga, 2001.
penjelasan mengenai hal tersebut. Juanto Sitorus, Faktor-Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kinerja Waktu
DAFTAR PUSTAKA Proyek EPC Gas di Indonesia, Tesis
Manajemen Proyek , 2008.
A Guide to the Project Management Body of Kerzner Harold (2006), Project Management: A
Knowledge (PMBOK@ Guide) Fourth System to Planning, Scheduling and
Edition, Project Management Institute, Controlling, Ninth Edition , John Wiley &
2008. Sons,Inc.
An American National Standard. A Guide to the Kristiawan (2006), Memilih Jenis Kontrak. Abu
Project Management Body Of Knowledge Dhabi, http://www.migas.com.
(PMBOK)Fourth Editon. New Town Leidy Magrid Rompas, Kajian Tentang
Square: Project Management Institute Inc, Penerapan Kontrak FIDIC Pada
2008. Perusahaan PT Adhi Karya, Tesis,
Budhi Manan, Pemberlakuan Standar Kontrak Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
FIDIC Dalam Hukum Indonesia, Tesis, 2008.
Fakultas Teknik , 2001. Nazarkhan Yasin, Mengenal Kontrak Konstruksi
Budi Suanda, Pengelolaan Risiko Kontrak di Indonesia. Jakarta, Gramedia, 2006,
Terhadap Kinerja Biaya Pada Proyek Nunnally, S.W., Construction Method and
Konstruksi (Studi Kasus PT. PP), Tesis, Management, New Jersey: Upper Saddle
Fakultas Teknik , 2008. River, 1998.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
R. Max Wideman, Project and Program Risk
Management A Guide to
ManagingProject Risk and Opportunities,
PMI, 1992.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang
Minyak dan Gas Bumi.

Anda mungkin juga menyukai