DISUSUN OLEH:
NYOKO DWI SASMITO 2015-21-033
PUTRI YUSELLA 2015-21-091
HEMAS RINDHAYU ABSANI 2015-21-093
WOMMY HULLAEVI 2015-21-103
TANTRI ROSANTI SEDAR 2015-21-117
Berdasarkan permasalahan yang telah tertera dengan asumsi atau predikisi kesalahan
yang sedang dalam tahap penyelidikan, pihak-pihak yang terlibat dalam kejadian ini telah
menyinggung beberapa peraturan mengenai konstruksi dan PBJ. Kami akan mencoba
menganalisa peraturan-peraturan hukum tersebut dari yang terbesar hingga terkecil.
Peraturan yang Terkait:
1. Peraturan Pemeritah No.10 tahun 1961
BAB II tentang pengukuran, pemetaan dan penyelenggaraan tata usaha
pendaftaran tanah.
BAGIAN I :
PENGUKURAN DAN PEMETAAN
Pasal 3
1. Dalam daerah-daerah yang ditunjuk menurut Pasal 2 ayat (2) semua bidang tanah
diukur esa demi desa.
2. Sebelum sebidang tanah diukur, terlebih dulu diadakan :
a. penyelidikan riwayat bidang tanah itu
b. penetapan batas-batasnya.
3. Pekerjaan yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini dijalankan oleh suatu panitia
yang dibentuk oleh Menteri Agraria atau penjabat yang ditunjuk olehnya dan yang
terdiri atas seorang pegawai Jawatan Pendaftaran Tanah sebagai ketua dan dua
orang anggota Pemerintah Desa atau lebih sebagai anggota (selanjutnya dalam
Peraturan Pemerintah ini disebut Panitia). Jika Menteri Agraria memandangnya
perlu maka keanggotaan Panitia dapat ditambah dengan seorang penjabat dari
Jawatan Agraria, Pamong Praja dan Kepolisian Negara. Di dalam menjalankan
pekerjaan itu Panitia memperhatikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh
yang berkepentingan.
4. Hasil penyelidikan riwayat dan penunjukan batas tanah yang bersangkutan ditulis
dalam daftar-isian yang bentuknya ditetapkan oleh Kepala Jawatan Pendaftaran
Tanah dan ditanda tangani oleh anggota-anggota Panitia serta oleh yang
berkepentingan atau wakilnya.
5. Jika ada perselisihan tentang batas antara beberapa bidang tanah yang letaknya
berbatasan atau perselisihan tentang siapa yang berhak atas sesuatu bidang tanah,
maka Panitia berusaha menyelesaikan hal itu dengan yang berkepentingan secara
damai.
6. Jika usaha tersebut di atas gagal, maka yang berkepentingan dalam perselisihan
batasmaupun dalam perselisihan tentang siapa yang sesungguhnya berhak atas
bidang tanah itu, dapat mengajukan hal itu kemuka hakim. Tanah-tanah yang
menjadi pokok perselisihan pada peta-peta dan daftar-daftar yang dimaksud dalam
Pasal 4 dan 7 dinyatakan dengan satu nomor pendaftaran atau dicatat sebagai
tanah sengketa sampai perselisihan itu diselesaikan.
7. Batas-batas dari sesuatu bidang tanah dinyatakan dengan tanda-tanda batas
menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Agraria.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Proyek Jalan Tol Serpong – Balaraja masih pada tahap inisiasi dan pelaksanaan akan
dimulai pada awal tahun 2019.
2. Masih terdapat daerah-daerah yang perlu dibebaskan lahannya.
3. Perubahan trase di daerah Cisereh karena terdapat pemakaman umum.
Saran
1. Sebaiknya sebelum proyek dimulai, pembebasan lahan diselesaikan sepenuhnya terlebih
dahulu.
2. Memperhitungkan lokasi/trase jalan tol yang akan dibangun agar lahan yang akan
digunakan tidak terganggu oleh penduduk sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/3901275/makam-keramat-ini-bikin-warga-tolak-tol-
serpong-balaraja
https://infonawacita.com/pembangunan-jalan-tol-serpong-balaraja-terganjal-hal-ini/
https://kppip.go.id/proyek-strategis-nasional/a-proyek-pembangunan-infrastruktur-
jalan-tol/jalan-tol-serpong-balaraja-30km/
https://metro.tempo.co/read/1071658/sengketa-jalan-tol-serpong-balaraja-pemilik-
lahan-bicara
https://industri.kontan.co.id/news/konstruksi-jalan-tol-serpong-balaraja-akan-dimulai-
awal-2019