PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
M. AUDITO ALFANSYAH
2015-21-121
Menyetujui: Mengetahui :
Dosen Pembimbing Kepala Program Studi
(Dyah Pratiwi Kusumastuti, S.T., M.T.) (Gita Puspa Artiani, S.T., M.T.)
i
PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL SKRIPSI
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Kepala Program Studi
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Tanah menurut AASHTO .............................. 10
Tabel 3.1 Jumlah Tanah Pada Pengujian .................................................. 29
Tabel 3.2 Jumlah Slag Baja ....................................................................... 30
Tabel 3.3 Jumlah Sampel Pengujian Tanah Asli ....................................... 30
Tabel 3.4 Jumlah Sampel Pengujian Tanah + Slag Baja ........................... 31
Tabel 3.5 Jumlah Ketukan ......................................................................... 35
Tabel 3.6 Jadwal Penelitian ....................................................................... 40
iv
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Komposisi Tanah Yang Ideal (% Volume) .................................. 8
Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Limbah Baja Halus .................................. 12
Gambar 2.3 Komposisi dalam Tanah ............................................................ 13
Gambar 2.4 Batas-Batas Atterberg................................................................ 17
Gambar 2.5 Grafik Pengujian Batas Cair Tanah ........................................... 17
Gambar 2.6 Grafik Mohr Coulomb ................................................................. 22
Gambar 2.7 Alat Uji Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test) .................... 23
Gambar 3.1 Peta Lokasi Pembangunan Tol Cengkareng Kunciran .............. 26
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 28
v
PENDAHULUAN
1
limbah baja halus sebagai bahan aditif pada tanah lempung di proyek
konstruksi.
Limbah baja halus yang digunakan merupakan limbah B3 yang
dihasilkan oleh PT. KSI. Limbah B3 khususnya limbah baja halus
memerlukan penanganan lanjut agar dapat buang langsung ke lingkungan.
Jumlah limbah baja halus semakin hari semakin banyak, sedangkan
penanganan terhadap limbah tersebut masih terbatas. Diharapkan dengan
pemanfaatan limbah/slag PT. KSI sebagai bahan stabilisasi tanah lempung
yang berasal dari wilayah pembangunan Jalan Tol Cengkareng – Kunciran
dapat memberikan solusi bagi PT.KSI dan dimanfaatkan pada proyek
konstruksi.
2
2. Studi ini hanya mencakup pengujian sifat-sifat fisik tanah dan sifat
mekanis tanah dengan uji kekuatan geser langsung (Direct Shear Test)
sebelum dan sesudah ditambahkan Slag Baja.
3. Membandingkan kuat geser penambahan slag baja sebagai bahan
stabilisasi tanah lempung dengan variasi penambahan masing masing
0%; 5%; 10%; 15%; 20%.
4. Membandingkan hasil kuat geser dengan persentase penambahan
limbah besi (GGBFS) dengan waktu pemeraman 0 dan 7hari.
3
3. Memberi masukan kepada pihak terkait pemanfaatan campuran
GGBFS halus sisa pembuatan besi (limbah besi) terhadap nilai kuat
geser tanah pada proyek pembangunan Tol Cengkareng - Kunciran.
4
Landasan Teori
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai uji kuat geser tanah lempung terstabilisasi telah
banyak dilakukan. Tanah lempung dengan sifat daya dukung rendah,
kadar air tinggi, kuat geser rendah, sifat kembang susut yang besar,
kohesif, kompresibilitas yang tinggi serta deformasi yang sangat besar,
dapat distabilisasi dengan cara yang sering digunakan yaitu stabilisasi
mekanis dan stabilisasi kimiawi. Dengan tujuan untuk memperbaiki sifat
tanah inilah banyak yang telah meneliti dengan menambahkan bahan
stabilitas tanah seperti mencampurkan tanah lempung dengan pasir,
‘penambahan kapur, gypsum, garam dapur, serat sekam padi, dan lain
lain. Adapun beberapa tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan
adalah penelitian dengan stabilisasi kimiawi slag baja.
Haras, M., E, T., & Legrans, R. (2017) melakukan penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kadar kapur
terhadap nilai kuat geser tanah lempung yang ada di area jalan Tinoor-
Tomohon. Percobaan ini dilakukan dengan cara mencampurkan tanah asli
dan tanah kering udara dengan kadar kapur yang bervariasi dari 0%, 2%,
4%, 6%, 8%, 10%, 12%. Dari hasil penelitian uji geser langsung
menunjukan bahwa persentase penambahan kapur padam akan
menghasilkan peningkatan nilai sudut geser dalam. Nilai sudut geser
dalam tertinggi terdapat pada persentase 12% kapur dengan nilai sebesar
= 43,84ᴼ. Dan juga dapat dilihat bahwa persentase penambahan kapur
padam pada persentase 6% menghasilkan penurunan nilai kohesi. Nilai
kohesi tertinggi sebesar =2,08 (t/m²).
Pada Tahun 2012 Badariah, C. N., Nasrul, & Hanova, Y, dari Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Medan juga melakukan penelitian dalam jurnal dengan judul “Perbaikan
Tanah Dasar Jalan Raya dengan Penambahan Kapur”. Dari penelitian
yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tanah lempung Besitang dengan
campuran kapur dapat menurunkan plastisity indeks sebesar 39.15 %, dan
5
menaikkan berat isi kering sebesar 0.114 gr/cc pada penambahan kapur
dari 0 % ke 10 %, dan menaikkan persentase lolos saringan sebesar 4.7%
pada penambahan kapur 10%, dan menaikkan berat jenis sebesar 12%
pada penambahan kapur 10%. Pada pengujian kuat geser langsung nilai
kohesi meningkat dari 0.16 kg /cm2 menjadi 0.59 kg/cm2 , dan peningkatan
juga terjadi pada nilai sudut geser sebesar 4.20o pada penambahan kapur
dari 4 % ke 6 %.
Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh K, I. R., Mina, E., &
Supandi. (2017) dengan tanah lempung di Jalan Desa Sukamanik
Kecamatan Cibaliung Kabupaten Pandeglang , yang memanfaatkan fly
ash sebagai bahan stabilisasi, menyatakan bahwa limbah baja adalah
salah satu bahan tambah stabilisasi yang baik dengan melihat,hasil
penelitian menunjukkan bahwa pencampuran tanah dengan limbah baja
dapat menambah nilai daya dukung tanah karena dapat menambah nilai
dukung kuat tekan bebas tanah sebesar 209,67% pada penambahan
bahan fly ash 15%.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Indrayanto, D., & Ridwan, M.
(2014) melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh kadar limbah baja (slag) terhadap nilai kuat geser tanah
lempung yang ada di area jalan Babat Lamongan. Percobaan ini dilakukan
dengan cara mencampurkan tanah asli dan tanah kering udara dengan
kadar kapur yang bervariasi dari 0%, 5%, 10%, 15%, 20%. Dari hasil
penelitian uji geser langsung menunjukan bahwa persentase penambahan
kapur padam akan menghasilkan peningkatan nilai sudut geser dalam.
Nilai kuat geser tertinggi terdapat pada persentase 20% kapur dengan nilai
sebesar = 1,28 kg/cm2.
2.2 Tanah
Tanah terbentuk dari pencampuran komponen penyusun tanah yang
bersifat heterogen dan beraneka. Menurut Sutanto, R. (2005) ada 4
(empat) komponen utama penyusun tanah mineral yang tidak dapat
dipisahkan dengan pengamatan mata telanjang. Komponen tanah
tersebut dibagi menjadi tiga fase penyusun tanah, yakni:
6
1. Fase padat : bahan mineral dan bahan organik
2. Fase cair : lengas tanah dan air tanah; serta
3. Fase gas : udara tanah
1. Ukuran: pasir (2000- 50 µm), debu (50- 2 µm), dan lempung (<2 µm).
2. Komposisi mineralogi:
7
Gambar 2.1 Komposisi Tanah Yang Ideal (% Volume)
(Sumber : Sutanto, R. (2005))
2.3 Klasifikasi Tanah
Ukuran dari partikel tanah sangat beragam dengan variasi yang
cukup besar. Tanah umunya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir
(sand), lanau (silt) atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel
yang paling dominan pada tanah tersebut.
Beberapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan
ukuran golongan jenis tanah (soil separate size limits) berdasarkan
ukuran-ukuran partikelnya. Pada Tabel 2.1 ditunjukkan batasan-batasan
ukuran golongan jenis tanah yang telah dikembangkan oleh beberapa
organisasi yang ahli di bidangnya.
8
Tabel 2. 1 Batasan-batasan Ukuran Golongan Tanah
Ukuran Butiran
Nama Kelompok Organisasi (mm)
Kerikil Pasir Lanau Lempun
g
Massachusetts Institute of
>2 2 - 0,06 0,06 - 0,002 < 0,002
Technology (MIT)
U.S. Department of
Agriculture >2 2 - 0,05 0,05 - 0,002 < 0,002
(USDA)
American Association of
State Highway and 76,2 – 2 2 - 0,075 0,075 - < 0,002
0,002
Transportation
Officials (AASHTO)
Unified Soil Classification
System (U.S. Army Corps Halus (lanau dan lempung)
76,2 - 4,75 4,75 - 0,075
of Engineers, U.S. Bureau < 0,0075
of
Reclamation)
2. Plastisitas
3. Jika ukuran lebih besar dari 75 mm, harus dipisahkan dari bagian dari
sampel tanah dari mana klasifikasi tersebut dibuat. Namun, persentase
material tersebut dicatat.
9
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Tanah menurut AASHTO
Klasifikasi Umum Material Berbutir Kasar (35% atau kurang lolos saringan No. 200) Material Lanau-Lempung (lebih dari 35%
lolos saringan No. 200)
A-1 A-2 A-7
Klasifikasi Grup A-3 A-4 A-5 A-6
No. 10 50 max - - - - - - - - - -
No. 200 15 max 25 max 10 max 35 max 35 max 35 max 35 max 36 36 36 36 min
min Min min
Karakteristik fraksi
lolos saringan No.
Batas Cair - 40 max 41 min 40 max 41 min 40 41 40 41 min
max Min max
Indeks Plastisitas 6 max N.P 10 max 10 max 11 min 11 min 10 10 11 11 min
max Max min
Jenis Material Fragmen batu, kerikil Pasir Kerikil dan pasir kelanauan atau kelempungan Tanah Lanau Tanah Lempung
Pokok dan pasir Halus
Tingkat Kegunaan Sangat baik hingga baik Cukup baik hingga buruk
sebagai Subgrade
10
5. Kadar kembang susut yang tinggi
6. Proses konsolidasi lambat.
11
alumina yang terkandung di dalam besi saat dimasukkan kedalam tanur.
12
beberapa ketentuan yang harus diketahui terlebih dahulu, diantaranya
adalah kadar air, berat jenis tanah, dan batas atterberg.
2.7.1 Kadar Air
Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan
dalam persen (American Standart For Testing And Material, 1998). Kadar
air tanah juga dapat diartikan sebagai konsentrasi air dalam tanah.
W = Ww + Ws (2.1)
V = Va + Vw + V s (2.2)
Vv = V a + V w (2.3)
dengan :
W = berat tanah total (gr) W w = berat air (gr)
Ws = berat butiran padat (gr)
V = volume tanah total (cm3)
Va = volume udara (cm3)
Vw = volume air (cm3)
Vs = volume butiran padat (cm3)
Vv = volume rongga pori (cm3)
𝑊𝑊−𝐷𝑊
𝑤= 𝑥100% (2.4)
𝐷𝑊−𝑇𝑊
dimana :
w = Kadar air (%)
W w = Berat tanah basah+cawan (gram)
Dw = Berat tanah kering + cawan (gram)
Tw = Berat cawan (gram)
2.7.2 Uji Berat Jenis Tanah (Specific Gravity Test)
Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir
tanah dan berat isi air suling dengan isi sama pada suhu 15 oC. Berat
volume butiran padat dinyatakan dengan
𝑊
𝛾= (gr/cm3), maka perbandingan antara berat volume butiran padat
𝑉
(𝛾𝑡 ) dengan berat volume air (𝛾𝑤 ) pada temperatur tertentu adalah berat
jenis tanah (spesific gravity)
14
Tabel 2.2 Tabel Berat Jenis Tanah
Macam Tanah Berat Jenis
Kerikil 2,65-2,68
Pasir 2,65-2,68
Humus 1,37
Gambut 1,25-1,80
. (2.6)
Dimana :
GT (𝛾𝑤 pada T C) = Berat volume air pada suhu T (gram/cm3)
GT (𝛾𝑤 pada T’ C) = Berat volume air pada suhu T’ (gram/cm3)
Wa’ = Berat piknometer +berat air yang
memenuhinya pada suhu T’C (gr)
Wf = Berat piknometer (gr)
Wo = Berat tanah (gr)
Wb = Berat tanah +piknometer +air (gr)
15
Gs (To C) = Berat jenis butir pada suhu To C Gs (15o C) =
Berat jenis butir pada suhu 15o C
K (15o C) = Konstanta atau koefisien pada suhu 15o C
16
Gambar 2.4 Batas-Batas Atterberg
(Sumber : https://slideplayer.info/slide/2609861/)
17
B. Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas Plastis ( Plastis Limit ) merupakan kadar air minimum dimana
tanah masih dalam keadaan plastis atau kadar air minimum dimana tanah
dapat digulung – gulung sampai diameter 3,1 mm ( 1 / 8 inchi ). Batas
plastis merupakan bagian – bagian dari batas – batas konsistensi atau
atteberg limit yang mana nantinya hal ini mengacu pada sifat – sifat fisik
tanah. Sebagaimana perlu kita ketahui sifat – sifat fisik tanah meliputi :
a. Cair.
b. Kental.
c. Plastis.
d. Semi Platis.
e. Padat.
18
P.L = Batas plastis
(2.10)
(2.11)
𝑤𝑠 = 𝑤 − {(V-Vo 𝑥100%}
(2.12)
𝑅= Ws 𝑥 1 (2.13)
𝑉𝑠 𝛾𝑤
𝐶 = (𝑤 − 𝑤𝑠)𝑥𝑅 . (2.14)
3
𝐿 = 100 {1 − √ 100 }1 (2.15)
Dimana:
Dimana :
IP = Indeks Plastisitas
LL = Batas cair (Liquid Limit)
PL = Batas plastis (Plastic Limit)
τ= f(σ) (2.17)
τ= c + (σ) tg φ (2.18)
21
Gambar 2.6 Grafik Mohr Coulomb
(Sumber : (Craig, 2004))
dengan :
τ = kuat geser tanah (kN/m2)
c = kohesi tanah
φ = sudut gesek dalam tanah (o)
σ = tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m2)
22
tanah dengan mendapatkan parameter nilai kohesi (C) dan sudut gesek
dalam (φ). Pemeriksaan dapat dibuat pada semua jenis tanah dan pada
contoh undisturbed atau disturbed. Adapun rumus yang digunakan dalam
pengujian ini untuk mendapatkan nilai kuat geser tanah adalah:
Dimana:
P ring = pembacaan dial gauge pada proving ring (0,01 mm)
Gambar 2.7 Alat Uji Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test)
(Sumber : https://slideplayer.info/slide/11622728/)
23
stabilisasi tanah lempung yang berasal dari wilayah pembangunan Jalan
Tol Layang Cengkareng – Kunciran dapat memberikan solusi bagi PT.KSI
dan dimanfaatkan pada proyek konstruksi.
24
METODOLOGI PENELITIAN
25
Gambar 3.1 Peta Lokasi Pembangunan Tol Cengkareng Kunciran
3.1.4 Sumber Data
A. Data Primer
Dalam penelitian ini digunakan data primer. Data primer adalah data
yang dikumpulkan secara langsung melalui serangkaian kegiatan dengan
mengacu pada petunjuk manual yang ada. Pengumpulan data primer
untuk penelitian ini adalah dilakukannya pengujian di Laboratorium.
Adapun data primer yang digunakan untuk penelitian ini yaitu hasil dari
pengujian dibawah ini:
A. Water Content Test
Pengujian kadar air (water content) diperlukan untuk mengetahui
jumlah kadar air (w) pada tanah lempung sebelum dan sesudah
dicampurkan dengan slag baja. Dengan didapatnya jumlah kadar air
(dalam %) akan diketahui pengaruh penambahan bahan stabilisasi
terhadap tanah lempung.
B. Specific Gravity Test
Data yang didapat dari specific gravity test adalah nilai berat jenis
tanah (Gs) yang dihitung menggunakan rumus 2.5, 2.6 dan 2.7 sehingga
dapat diklasifikasikan jenis tanahnya.
C. Batas-Batas Atterberg
Meliputi nilai LL (Liquid Limit), PL (Plastic Limit), dan Indeks
Plastisitas (IP) yang didapat dari pengujian batas Atterberg.
D. Direct Shear Test
26
Hasil yang didapat dari Direct Shear Test adalah nilai C (kohesi) dan
∅ (sudut geser dalam) yang akan digunakan untuk menghitung nilai kuat
geser menggunakan rumus 2.20.
B. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah data yang didapat dari hasil
pengujian sebelumnya yang dilakukan oleh PT. Wijaya Karya Persero Tbk
pada proyek Tol Cengkareng – Kunciran berupa data SPT.
27
3.2 Perancangan Penelitian
MULAI
Identifikasi masalah
Studi literatur
SELESAI
29
Tabel 3.2 Jumlah Slag Baja
Jumlah Slag Baja dengan Pemeraman
Pengujian
A B
0 hari 7 hari
Water 0,7 Kg 0,7 Kg
Content
Test
Specific 0,7 Kg 0,7 Kg
Gravity
Test
Atterberg 1,4 Kg 1,4 Kg
Test
Direct 12,6 Kg 12,6Kg
Shear
Test
Total (A+B+C) 30,8 Kg
(sumber: Hasil Perhitungan)
D. Pembuatan Sampel
Tahap selanjutnya adalah membuat sampel untuk masing-masing
pengujian. Pembuatan sampel terbagi 3 yaitu tanah lempung asli, dan
tanah lempung yang dicampur dengan komposisi pencampuran slag baja
masing-masing 0%; 5%; 10%; 15%; 20%. Karena pengujian untuk sampel
tanah yang dicampur slag baja harus diperam selama 7 hari, maka untuk
masing masing campuran dibuat 2 sampel.
30
Tabel 3.4 Jumlah Sampel Pengujian Tanah + Slag Baja
Variable Pengujian
Sampel yang diperlukan
No. Tanah Pemeraman
Water Specific Atterberg Direct
Content Gravity Test Shear Test
Test Test
Tanah+Limbah 5 %
3 3 1 3
Tanah+Limbah 10
% 3 3 1 3
1. Tanah+Limbah 15
0 hari
% 3 3 1 3
Tanah+Limbah 20
% 3 3 1 3
3 3 1 3
Tanah+Limbah 5 %
3 3 1 3
Tanah+Limbah 10
3. % 7 hari
3 3 1 3
Tanah+Limbah 15
%
3 3 1 3
Tanah+Limbah 20
%
JUMLAH 24 24 8 8
TOTAL SAMPEL KESELURUHAN 64
31
A. Uji Kadar Air (Water Content Test)
Proses pelaksanaan uji kadar air dilakukan untuk masing-masing
sampel tanah yang telah dibuat sebelumnya. Adapun langkah pengujian
kadar air adalah sebagai berikut:
32
dalam blangko /form pengujian (T’o C).
4. Menimbang contoh tanah kering open untuk pengujian berat butir
tanah.
a. Catat No. cawan / dish dan beratnya dalam keadaan kering, kosong
dan bersih (TW) dalam gram.
b. Timbang tanah kering open, yang lolos ayakan No.20 (0,85mm)
didalam cawan/dish tersebut dan catat beratnya (W) dalam gram.
c. Tanah yang diperlukan (W o) kurang lebih 10 gram (W o = W – TW).
33
hingga lubang kapiler pada tutupnya juga terisi penuh seperti sedia
kala.
8. Kemudian ditimbang beratnya (W b) dalam gram, diukur suhunya (To C)
dan dicatat dalam blangko pengujian.
D. Atterberg Test
1. Pastikan alat batas cair berfungsi dengan baik, tidak ada kemacetan,
tinggi jatuh mangkok/cawan kuningan tepat 1/2 m dan demikian pula
penggores/pembarut untuk pembuat alur.
2. Alur berbentuk trapisium, lebar alur bagian alas 2 mm, bagian atas 10
mm dan dalamnya 8 mm.
3. Ambil benda uji / tanah sebanyak kurang lebih 500 gram,
tinggalkan/disisakan sebagian kecil (50 – 100 gram). Masukkan
kedalam mangkok porselen, dicampur dengan air, diaduk dengan
spatula sehingga membentuk pasta (hasil campuran air dan tanah).
Untuk pencampuran air yang pertama kali, dicoba, diusahakan dapat
mencapai ketukan N = ±60 ketukan. Bila sudah tercapai jumlah ketukan
diatas, biarkan pasta ini ± 1 jam, agar meresap dan betul-betul
tercampur merata (homogen). Ambil sebagian pasta ini kurang lebih 50
gram disimpan dalam disikator, untuk pengujian batas plastis. Lepas
cawan kuningan dari tempatnya, isi dengan pasta tersebut diatas
secukupnya, ratakan dengan spatula hingga membentuk lapisan
setebal ± 8 mm – 10 mm, gores / barut lapisan ini tegak lurus dasar
cawan dengan grooving tool, agar membentuk alur, mulai dari tangkai
cawan sampai pada bibir cawan diseberangnya.
4. Pasang kembali cawan (berisi tanah sudah digores) ditempatnya.
5. Lakukan pemutaran engkol sehingga terdengar bunyi ketukan (bunyi
cawan jatuh).
6. Sambil memutar engkol, ketukan dihitung dan alur (selebar 2 mm)
dalam cawan kuningan diawasi.
34
7. Bila alur dalam cawan sudah ada yang berimpit / bertemu kembali
sepanjang ± 1 cm, pemutaran dan penghitungan dihentikan. Untuk alat
batas cair (Casagrande) yang memakai motor dan pencatat ketukan
(counter), memutar engkol, menghitung dan menghentikan, cukup
dengan menekan tombol, bila alur sudah berimpit/bertemu ±1 cm (
karena memakai tenaga listrik).
8. Jumlah ketukan dicatat, tanah dalam cawan kuningan diambil untuk
kadar airnya (sebanyak 1 dish).
9. Pada contoh pasta yang sama dilakukan 2 kali pengujian agar
hasilnya akurat / teliti.
10. Pedoman untuk membantu agar pengujian batas cair hasilnya
baik.
11. Sisa tanah dalam cawan porselen ditambah air ± 5 cm3 agar menjadi
lebih basah, diaduk sampai benar-benar merata.
12. Kemudian dilakukan pekerjaan pengujian seperti No.3 dan No.4,
hasil ketukannya pasti berkurang, dicatat dan diambil kadar airnya.
Penambahan air selanjutanya sebaiknya menurun/berkurang, karena
banyaknya tanah juga sudah berkurang.
13. Demikian seterusnya sampai pengujian yang ke VI selesai. Diharapkan
ada tiga pengujian diatas ketukan N = 25, dan ada tiga pengujian
dibawah ketukan N = 25.
35
B. Plastic Limit Test
1. Siapkan plat kaca, kawat ø 3 mm dan 3 cawan kadar air.
2. Keluarkan contoh tanah dari disikator (contoh tanah yang diambil
dari percobaan batas cair), diremas - remas sehingga kadar airnya
merata, dibentuk seperti bola-bola kecil, letakkan diatas plat kaca.
3. Mulailah dipilin-pilin / digiling diatas kaca dengan telapak tangan,
hingga membentuk rol-rol panjang, perhatikan diameternya, sesuaikan
dengan ukuran kawat ø 3 mm.
4. Bila diameternya sama, bahkan lebih kecil dari ø 3 mm, tetapi belum
terjadi putus-putus, berarti tanah tersebut terlalu basah. Tanah ini
diremas-remas kembali dan ditambah tanah kering agar tidak terlalu
basah. Bila terjadi kebalikannya, diameter tanah belum mencapai ø 3
mm ( ≥ ∅ 3 mm ) sudah patah-patah, berarti tanah ini terlalu kering,
maka tanah tersebut harus ditambah air dan diremas-remas kembali
sampai airnya tercampur merata.
5. Lakukan pekerjaan No,3 sampai terjadi patah-patah sepanjang ± 1,5
cm, pada ø 3 mm.
6. Bila hal ini sudah terjadi, maka dilakukan terus pemilinan tanah agar
mendapatkan contoh tanah ( patah-patah ) yang cukup banyak untuk
dicari kadar airnya.
7. Hasil contoh tanah tersebut diatas dibagi tiga dan masukkan pada
cawan, ditimbang kemudian diopen selama 24 jam pada suhu 110 o C.
8. Batas platis (wp) adalah kadar air contoh tanah tersebut diatas setelah
dirata-rata dalam persen.
36
d. Volume gelas susut adalah berat air raksa dalam gelas susut dibagi
dengan 13,6 (Volume = Berat air raksa/BD air raksa).
e. Catat volume tanah basah yang besarnya sama dengan volume
gelas susut.
f. Kembalikan air raksa ketempatnya dan bersihkan gelas susut
dari air raksa, langsung diolesi dengan vaselin/stempet.
37
Setelah dingin/suhunya konstan, ditimbang dan dicatat berat keringnya
(W s) dalam gram. Demikian pula untuk kadar airnya.
8. Kemudian keluarkan tanah kering dari gelas susut dan ukur volumenya
dengan air raksa.
a. Ambil gelas susut yang lebih besar yang dapat merendam contoh
tanah kering open dalam air raksa.
b. Isi gelas susut dengan air raksa sesuai volumenya seperti
prosedur No.1 diatas, namum pada saat meratakan permukaan
air raksa menggunakan plat kaca yang ada 3 paku ditengahnya
(pronk plate) dan pindahkan air raksa yang tumpah ketempat
lain.
c. Masukkan contoh tanah kering (W s) kedalam gelas susut yang
penuh dengan air raksa, tekan tanah kering agar terendam dalam
air raksa dengan plat kaca yang berkaki tiga dibantu pisau
perata.Air raksa yang tumpah karena terdesak oleh volume
tanah kering open (Vs) ditimbang.
d. Catat volume tanah kering (Vo) yang sama dengan berat air raksa
yang tumpah dibagi dengan 13,6 (BD air raksa).
A. Persiapan pengujian
1. Untuk mengukur Strain dengan kecepatan 1 mm/menit, perlu disiapkan
alat pengukur.
2. Untuk contoh tanah dari borrow pit /sumur uji terlebih dahulu dipadatkan
dalam mold sesuai pemadatan perencanaan, kemudian dikeluarkan
seperti tersebut diatas dengan vertical sample extruder sebanyak 3
buah sampai 4 buah ring direct dan dipersiapkan satu persatu.
B. Pelaksanaan pengujian
1. Contoh tanah dalam ring sebanyak 3 buah sampai 4 buah dan sudah
38
ditimbang, satu persatu digeser dengan alat geser langsung, setelah
diberikan beban normal yang berjenjang, dan merupkan kelipatan dari
beban yang pertama.
2. Kotak geser diberi plat dasar beralur/bergerigi dan pen dipasang agar
lubang contoh tanah lurus, sehingga mempermudah masuknya contoh
tanah.
3. Contoh tanah dalam ring yang pertama diletakkan diatas bibir kotak
geser yang sudah diberi pen dan plat dasar, kemudian ditekan masuk
kebawah, ditutup atasnya dengan plat penutup bergerigi pula.
4. Setelah semua siap, kotak geser yang berisi tanah disetel hingga jarum
dial gauge menunjuk 0.05 mm (bergerak sedikit).
5. Beban vertikal diberikan pada contoh tanah yang pertama sebesar 0.5
kg/cm2 atau 1,0 kg/cm2 tergantung kondisi tanah.
6. Setelah contoh tanah diberi beban vertikal, semua jarum dial gauge
disetel 0,00 mm dan segera digeser dengan memutar engkol sedang
tangan satunya memegang stop wath, memutaran engkol sedemikian
rupa sehingga jarum pada dial gauge menunju 0,25 mm bersamaan
jarum pengukur waku menunjuk 15 detik, dan begitu seterusnya.
7. Mengikuti petunjuk dibawah. Dibaca dan ditulis hasil pembacaan dial
gauge di proving ring apabila dial gauge strain menunjukkan 0,25 mm,
0,50 mm, 0,75 mm, 1,00 mm, 1,25 mm, 1,50 mm, 1,75 mm, 2,00 mm,
2,50 mm dan seterusnya interval 0,50 mm, sampai terjadi penurunan
pembacaan dial gauge di proving ring 2 kali (berarti penurunan
kekuatan geser) atau contoh tanah terjadi putus / patah, pemutaran
engkol dihentikan. (dicatat diform uji direct shear II).
8. Setelah selesai, beban vertikal dilepas demikian pula beban gesernya,
contoh tanah dikeluarkan dan kotak geser dibersihkan, untuk pengujian
berikutnya, dengan beban kelipatannya, 1,0 kg/cm2 atau 2,0 kg/cm2
begitu seterusnya (penambahan beban merupakan kelipatan beban
pertama). Pekerjaan selanjutnya untuk ring No. 2, dan seterusnya
dikerjakan seperti urutan pekerjaan tersebut diatas, sehingga
mendapatkan 3 atau 4 besaran kekuatan geser maksimum dan
39
tekanan vertikalnya (Beban normal).
9. Ketiga atau keempat besaran kuat geser digambarkan berupa titik-titik
pada blangko pengujian direct shear, kuat geser sebagai ordinat dalam
kg/cm2 sedangkan beban normal sebagai absis dalam kg/cm 2, pada
skala yang sama besar.
40
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Karakteristik Tanah Lempung Asli pada Proyek Tol Cengkareng
– Kunciran
Berdasarkan hasil pengujian tanah di Laboratorium Mekanika Tanah
STT- PLN Jakarta didapatkan beberapa parameter pengujian sifat fisik dan
mekanik tanah yaitu kadar air, nilai berat jenis butiran, batas cair, batas
plastis, indeks plastisitas, batas susut, nilai kohesi dan sudut geser dalam
tanah lempung.
4.1.1 Pengujian Kadar Air Tanah Lempung
Kadar air untuk tanah asli berdasarkan pengujian di Laboratorium
Mekanika Tanah STT-PLN Jakarta dilakukan dengan membuat 3 sample
kadar air agar dapat diambil rata-ratanya.
a. Sample 1
Berat Cawan Kosong (TW) = 41,5587
Berat Cawan + Tanah Basah (WW) = 58,0090
Berat Cawan + Tanah Kering (DW) = 53,2277
Kadar Air (w) dicari menggunakan rumus (2.4)
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
b. Sample 2
Berat Cawan Kosong (TW) = 41,5587
Berat Cawan + Tanah Basah (WW) = 58,0090
Berat Cawan + Tanah Kering (DW) = 53,2277
Kadar Air (w) dicari menggunakan rumus (2.4)
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
41
c. Sample 3
Berat Cawan Kosong (TW) = 41,5587
Berat Cawan + Tanah Basah (WW) = 58,0090
Berat Cawan + Tanah Kering (DW) = 53,2277
Kadar Air (w) dicari menggunakan rumus (2.4)
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
𝑤1 + 𝑤2 + 𝑤3
𝑤=
3
𝑤+𝑤+𝑤
𝑤= = 𝑤𝑘𝑤𝑘𝑤𝑘%
3
Dari hasil pengujian didapat bahwa nilai kadar air tanah lempung asli
proyek sebesar wkwkwk%
a. Sampel 1
42
GT (29o) = 0,9939761
GT’ (28o) = 0,9962652
K15 (29o) = 0,9977
Wa’- Wf = 159,0081 gr – 60,3594 gr
= 98,6487 gr
𝐺𝑇
𝑊𝑎 = (𝑊𝑎′ − 𝑊𝑓) + 𝑊𝑓 = 323232 𝑔𝑟 + 606060 𝑔𝑟 = 21981𝑔𝑟
𝐺𝑇 ′
b. Sampel 2
𝐺𝑇
𝑊𝑎 = 𝐺𝑇 ′ (𝑊𝑎′ − 𝑊𝑓) + 𝑊𝑓 = 323232 𝑔𝑟 + 606060 𝑔𝑟 = 21981𝑔𝑟
c. Sampel 1
44
Untuk menghitung nilai Wa digunkan rumus (2.5)
𝐺𝑇 2002020202
′
(𝑊𝑎′ − 𝑊𝑓) = 𝑥 332323 𝑔𝑟 = 323232𝑔𝑟
𝐺𝑇 323232323
𝐺𝑇
𝑊𝑎 = 𝐺𝑇 ′ (𝑊𝑎′ − 𝑊𝑓) + 𝑊𝑓 = 323232 𝑔𝑟 + 606060 𝑔𝑟 = 21981𝑔𝑟
Dari ketiga sampel di atas dapat dicari rata-rata berat jenis butiran tanah
(Gs):
𝐺𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1+𝐺𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2+𝐺𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 3
Gs = 3
𝑥𝑥𝑥+𝑥𝑥𝑥+𝑥𝑥𝑥
= 3
= ewew
Dari nilai Gs yang diperoleh, dapat ditentukan bahwa jenis tanah
lempung tergolong lempung organik.
a. Ketukan xx
WW = XXX gr
45
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
b. Ketukan xx
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
c. Ketukan xx
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
d. Ketukan xx
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
e. Ketukan xx
WW = XXX gr
DW = XXX gr
46
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
f. Ketukan xx
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
y= x + 9999
a. Cawan 1
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
b. Cawan 2
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
c. Cawan 3
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
48
𝑤+𝑤+𝑤
𝑤= = 𝑤𝑘𝑤𝑘𝑤𝑘%
3
Dari hasil pengujian didapat bahwa nilai Plastic Limit tanah lempung asli
proyek sebesar wkwkwk%
C. Pengujian Indeks Plastisitas (IP)
Untuk menghitung nilai indeks plastisitas tanah asli didapat dari
IP = LL-PL
Dengan nilai,
LL = 105,9425%
PL = 54,0743 %
Sehingga nilai IP = LL-PL
= 105,9425 % - 54,0743 %
= 51,8682 %
a. Sampel 1
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
49
b. Sampel 2
WW = XXX gr
DW = XXX gr
TW = XXX gr
𝑊𝑊 − 𝐷𝑊 58,0090 − 53,2277
× 100% = × 100% = 40,9743 %
𝐷𝑊 − 𝑇𝑊 53,2277 − 41,5587
𝑤+𝑤
𝑤= = 𝑤𝑘𝑤𝑘𝑤𝑘%
2
Dari hasil pengujian didapat bahwa nilai kadar air tanah lempung asli
proyek sebesar wkwkwk%
Shrinkage Limit
a. Sampel 1
Berat gelas susut (gr) = x gr
Berat gelas Susut + air raksa (gr) = x gr
Berat gelas susut + tanah kering (gr) = x gr
Berat tanah kering Ws (gr) = x gr
(𝑥𝑥 𝑔𝑟) − 𝑥𝑥 𝑔𝑟
𝑥𝑥 𝑔𝑟
Volume Tanah Kering (air raksa tumpah)(Vo) =
𝑥𝑥𝑥
= 𝑥𝑥𝑥 𝑐𝑚3
13,6 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
50
Batas Susut (Ws)
𝑉 − 𝑉𝑜
=𝑤−{ × 𝛾𝑤 × 100} %
𝑊𝑠
= (323232-323232)%
= 32323232 %
Volume Tanah Kering
= Vs=Vo (cm) = 3232323
Shrinkage Ratio
𝑊𝑠 3232
𝑅= = = 23323
𝑉𝑠 . 𝛾𝑤 32323
Volume Change
C = (w-ws) x R
= 31212 x 2332
= 32323 %
Linear Shrinkage (Ls)
3 100
𝐿𝑠 = 100 × { √ }%
𝐶 + 100
3 100
𝐿𝑠 = 100 × { √ }%
𝑒𝑤𝑒𝑤 + 100
= e323232
b. Sampel 2
Berat gelas susut (gr) = x gr
Berat gelas Susut + air raksa (gr) = x gr
Berat gelas susut + tanah kering (gr) = x gr
Berat tanah kering Ws (gr) = x gr
51
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐺𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 + 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎) − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎
(𝑥𝑥 𝑔𝑟) − 𝑥𝑥 𝑔𝑟
𝑥𝑥 𝑔𝑟
Volume Tanah Kering (air raksa tumpah)(Vo) =
𝑥𝑥𝑥
3
= 𝑥𝑥𝑥 𝑐𝑚3
13,6 𝑔𝑟/𝑐𝑚
Batas Susut (Ws)
𝑉 − 𝑉𝑜
=𝑤−{ × 𝛾𝑤 × 100} %
𝑊𝑠
= (323232-323232)%
= 32323232 %
Volume Tanah Kering
= Vs=Vo (cm) = 3232323
Shrinkage Ratio
𝑊𝑠 3232
𝑅= = = 23323
𝑉𝑠 . 𝛾𝑤 32323
Volume Change
C = (w-ws) x R
= 31212 x 2332
= 32323 %
Linear Shrinkage (Ls)
3 100
𝐿𝑠 = 100 × { √ }%
𝐶 + 100
3 100
𝐿𝑠 = 100 × { √ }%
𝑒𝑤𝑒𝑤 + 100
= e323232
52
Rata-rata batas susut
Setelah didapat rata-rata batas susut dari sampel 1 dan 2, dapat dibuat
grafik seperti berikut untuk dilihat linear batas susutnya.
53
350 0,4899
400 0,4870
a. Sampel 1
Pembebanan = 5 kg
P. Ring beban vertical =4 (kg/cm2)
P. Ring beban geser max = 7,6 (kg/cm2)
Max. Shear Stress (τ) = 0,02899 x P.Ring (kg/cm2)
= 0,02899 x 7,6 (kg/cm2)
= 0,2203 (kg/cm2)
Normal Stress (σ) = 0,02875 x P.Ring (kg/cm2)
= 0,02875 x 4 (kg/cm2)
= 0,115 (kg/cm2)
b. Sampel 2
Pembebanan = 10 kg
P. Ring beban vertical = 14 (kg/cm2)
P. Ring beban geser max = 10 (kg/cm2)
Max. Shear Stress (τ) = 0,02899 x P.Ring (kg/cm2)
= 0,02899 x 10 (kg/cm2)
= 0,2899 (kg/cm2)
Normal Stress (σ) = 0,02875 x P.Ring (kg/cm2)
= 0,02875 x 14 (kg/cm2)
= 0,4025 (kg/cm2)
c. Sampel 3
Pembebanan = 20 kg
P. Ring beban vertical = 25 (kg/cm2)
P. Ring beban geser max = 9,1 (kg/cm2)
Max. Shear Stress (τ) = 0,02899 x P.Ring (kg/cm2)
= 0,02899 x 9,1 (kg/cm2)
= 0,2638 (kg/cm2)
Normal Stress (σ) = 0,02875 x P.Ring (kg/cm2)
= 0,02875 x 25 (kg/cm2)
54
= 0,7188 (kg/cm2)
Setelah dihitung normal stress dan shear stress dapat dibuat grafik
linear agar didapat nilai kohesi (C) dan sudut geser dalam (Φ) seperti grafik
dibawah ini.
y=
Dimana :
Nilai Kohesi (C) = 2222kg/cm2
Nilai Sudut Geser dalam tan (Φ) = 0,23232
= e3e3
=15’51’51’’
55
Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik untuk Tanah
Lempung
Parameter Nilai
Kadar air (w) %
Berat jenis butiran (Gs)
Batas cair (LL) %
Batas Plastis (PL) %
Indeks Plastisitas (IP) %
Nilai kohesi (C) kg/cm2
Sudut geser dalam (∅) x⁰x'x"
56
57
DAFTAR PUSTAKA
American Standart For Testing And Material. (1998). ASTM D 2216-98 Standart
Test Method For Laboratory Determination Of Water (Moisture) Content
Of Soil And Rock By Mass. West Conshohocken: ASTM International.
Badariah, C. N., Nasrul, & Hanova, Y. (2012). Perbaikan Tanah Dasar Jalan
Raya Dengan Penambahan Kapur. Jurnal Rancang Sipil, 1(1), 57-68.
Craig, R. F. (2004). Craig's soil mechanics. Florida: CRC Press.
Das, B. M., Endah, N., & Mochtar, I. B. (1998). Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip
Rekayasa Geoteknis) Jilid I. Surabaya: Erlangga.
Foth, H. D. (1994). Dasar - Dasar llmu Tanah (Terjemahan Soemartono Adi
Soemarto). Jakarta: Erlangga.
Handayasari, I. (2016). Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah II. Jakarta: Sekolah
Tinggi Teknik PLN.
Haras, M., E, T., & Legrans, R. (2017). Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap
Kuat Geser Tanah Lempung. TEKNO, 15(67), 77-86.
Hardiyatmo. (1999). Mekanika Tanah I. jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hardiyatmo, H. C. (2002). Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Gadja Mada University
Press.
Indrayanto, D., & Ridwan, M. (2014). Pengaruh Penambahan Limbah Baja (Slag)
Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Lempung Di Daerah Babat
Lamongan. Rekayasa Teknik Sipil, 3(3), 221 - 227.
K, I. R., Mina, E., & Supandi. (2017). Stabilisasi Tanah Lempung Lunak
Menggunakan Fly Ash dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Kuat Tekan
Bebas. Jurnal Fondasi, 3(3), 24-33.
PT. Krakatau Semen Indonesia. (2016). KnowledgeBase. Diambil kembali dari
KrakatauSemenIndonesia:
http://krakatausemenindonesia.com/KnowledgeBase
Purwanti, D. (2018). Perbandingan Penggunaan Kapur Dengan Gypsum
Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Lempung Terhadap Nilai Kuat Geser
(Studi Kasus Proyek Pembangunan TransStudia Cibubur). Jakarta:
Sekolah Tinggi Teknik - PLN.
Sepriyanna, I., Handayasari, I., Kusumastuti, D. P., & Surahman, G. (2015).
Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah I. Jakarta: Sekolah TInggi Teknik
PLN.
Slideplayer. (2016). Slideplayer. Diambil kembali dari
https://slideplayer.info/slide/2609861/)
Sudjianto, A. T. (2006). Studi Potensi dan tekanan Pengembangan Pada Tanah
lempung. Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang (tidak
dipublikasikan).
Sutanto, R. (2005). Dasar - Dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan).
Yogyakarta: Kanisius.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
NIM : 2015 – 21 – 121
Nama : M. Audito Alfansyah
Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 03 Desember 1997
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : S1 Teknik Sipil
Alamat Rumah : Jl. Puncak Sekuning No. 1257 A Palembang,
Sumatera Selatan 30137
Telp / Hp : 0812 2275 2767
Email : auditoalfansyah@gmail.com
B. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SD YAYASAN IBA - 2009
SMP SMP NEGERI 9 PALEMBANG - 2012
SMA SMA XAVERIUS 1 PALEMBANG IPA 2015
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.