DiSusun Oleh :
AIDIL
Dibimbing Oleh :
PROGRAM STUDI S1
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Diajukan sebagai
Proposal Tugas Akhir Program S-1
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
DiSusun Oleh :
AIDIL
Dibimbing Oleh :
i
REKOMENDASI
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Oleh :
AIDIL
Stb. F231 15 044
Palu, ....................2021
Menyetujui,
Pembimbing
Palu, ........................2021
Menyetujui,
Koordinator Program Studi S1
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
2
DAFTAR ISI
SAMPUL
3
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................31
3.1 Metode Penelitian..........................................................................................31
3.2 Lokasi Penelitian............................................................................................31
3.3 Jenis Dan Sumber Data.................................................................................32
3.4 Metode Pengumpulan Data...........................................................................33
3.5 Metode Analisis Data.....................................................................................33
3.5.1 Teknik Analisis...............................................................................................34
3.5.2 Analisis Kemampuan Lahan.........................................................................34
3.5.3 Analisis Kesesuian Lahan Terhadap Penggunaan Lahan..........................34
3.5.4 Analisis daya Tampung.................................................................................34
3.5.5 Analisis Rencana Tapak...............................................................................37
3.6 Waktu Penelitian...........................................................................................37
3.7 Instrument Penelitian....................................................................................38
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Gambar Ukuran Lebar Jalan dan Panjang Kapling.......................................26
Gambar 2. 2 Alur Berpikir......................................................................................................30
5
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Menurut UU RI 1 tahun 2011 tentang
Kawasan Permukiman menyebutkan bahwa Penyelenggaraan permukiman dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan
berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Perencanan pembangunan lahan dan
tata ruang bagi suatu lokasi permukiman perlu didasari dari berbagai bidang dengan
pertimbangan persyaratan dasar fisik seperti topografi, sumber daya alam, lokasi tanah,
letak geografis, iklim dan bencana alam. Selain itu dalam penentuan lokasi permukiman
harus memperhatikan segi teknis pelaksanaan, taga guna lahan, kesehatan dan
kemudahan ( Prayogo, 1983 dalam Eko Budiharjo, 1984 ). Dalam penentuan lokasi
permukiman perlu adanya evaluasi medan guna mengetahui apakah persyaratan untuk
lokasi permukiman yang aman dan sehat bagi kelangsungan hidup masyarakat.
7
sebagai kapasitas fisik alam dan fisik binaan dalam menunjang aktivitas pemanfaatan
ruang wilayah yang bersangkutan. Kapasitas ini berkaitan dengan jumlah populasi
maksimal yang dapat di tampung ruang agar dapat diketahui melalalu identifikasi
ketersediaan lahan, potensi sumberdaya air, serta ketersediaan sumberdaya hayati dan
non hayati yang dapat digunakan untuk aktivitas pemanfaatan ruang. dengan
menggunakan data yang berkaitan dengan aspek fisik wilayah studi baik spasial maupun
non – spasial yang telah berkesesuaian dengan instansi yang mengeluarkan data tersebut
dan relevan dengan kebutuhan studi. Data – data tersebut akan diolah dan ditampilkan
dengan memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi Geografi sehingga akan dapat
digunakan dalam proses analis, Oleh karena itu dalam merencanakan lokasi
permukiman perlu di perhatikan antara lingkungan alam dan manusia mempunyai
hubungan timbal balik, artinya bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan
aktivitas.
Adapun lokasi studi penelitian ialah Kelurahan Mamboro yang merupakan bagian
dari wilayah Kota Palu . Sebagaimana diketahui bahwa Kota Palu memiliki salah satu
sesar aktif di Sulawesi Tengah yaitu sesar Palu Koro, yang memanjang kurang lebih
240 km dari utara (Kota Palu) ke selatan (Malili). tanggal 28 September 2018 pukul
18.02 yang membangkitkan gempa bumi yang berkekuatan 7,4 magnetudo, sehingga
memicu terjadi nya Tsunami, dan Liquivaksi (nalodo) yang menyebabkan kerusakan
bangunan, koran jiwa dan kondisi tanah yang tidak stabil pasca beterjadinya bencana
tersebut. Setelah pasca bencana, pemerintah telah merencanakan pembangunan
kawasan permukiman hunian tetap bagi korban bencana yang mengalami kerusakan
bangunan di dua lokasi yang berbeda yaitu di Kelurahan Tondo, dan Kelurahan Duyu.
Adapun lokasi studi yang akan di teliti yaitu Kelurahan Mamboro . Terkait dengan isu
dan permasalahan mengenai kondisi fisik Kelurahan Mamboro yang sebagian besar
kondisi pemanfaatan lahan berada pada zona rawan bencana gempa bumi dan tsunami
sehingga kondisi lahan mengalami penurunan kualitas lahan. Oleh karena itu diperlukan
8
analisis kemampuan lahan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan dan daya tampung
lingkungan permukiman . Hal ini sangat dibutuhkan agar pemanfaatan ruang dalam
merencanakan lokasi permukiman yang akan datang dapat diketahui arah
pengembangan permukiman yang sesuai berdasarkan arahan pembangunan kawasan
permukiman.
9
dan di masa yang akan datang sebagaimana yang di sebutkan dalam RTRW kota Palu
2010-2030. Bahwa Kelurahan Mamboro di rencanakan sebagai kawasan permukiman.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan
penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi kesesuaian penggunaan lahan terhadap kemampuan lahan
permukiman di Kelurahan Mamboro ?
2. Dimanakah lokasi perencanaan kawasan permukiman baru yang sesuai dengan arah
kemampuan lahan
3. Bagaimana kah prencanaan kawasan permukiman baru yang memenuhi standar
kebutunan ruang pada kawasan permukiman..?
1.4.2 Sasaran
Sasaran yang dapat di capai pada penelitian ini yaitu :
a. Teridentifikasinya kemampuan lahan kawasan permukiman terhadap penggunaan
lahan Kelurahan Mamboro.
b. Teridentifikasinya kesesuaian lahan untuk di jadikan pengembangan kawasan
permukiman baru
c. Tercapainya perencanaan Kawasan Permukiman baru pada lahan yang sesuai
dengan arah pengemanbanganya.
10
1.5 Manfaat Penelitian
A. Manfaat bagi Pemerintah
Memberikan masukan bagi pemerintah sebagai dasar pertimbangan kebijakan
pengembangan dalam menentukan kawasan permukiman hunian teteap (Huntap)
B. Manfaat bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang daya dukung kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, dan alam makhluk
hidup lain, demi menjaga keseimbangan antarkeduanya.Menurut UUD No 23/
1997.
C. Manfaat bagi Akademisi
a. Hasil Penelitian dapat memberi pengetahuan dan manfaat mengenai
keseimbangan antara manusi dan alam guna tercapainya daya dukung
lingkungan hidup
b. Menjadi bahan referensi bagi penelitian lainya.
a.6 Batasan Penelitian
a. Secara umum wilayah penelitian kawasan permukiman yang terdapat dari
kondisi eksisting menggunakan penglihatan secara kasat mata topografi
b. Interpretasi citra kondisi eksisting penggunaan dan tutupan lahan
c. Pengelolaan citra yang di olah menjadi penggunaan lahan agar dapat melihat
potensi dan sumber daya apa yang terdapat di lokasi.
d. kemiudian data DEM yang dapat di konversi menjadi peta kemampuan lahan
dan dan daya tampung lahan untuk di manfaatkan menganalisis daya dukung
lingkungan hidup
e. Keasesuaian lahan menjadi acuan untuk melihat rekomendasi yang di tetapkan
pemerintah dalam pengembangan kawasan permukiman Kelurahan Mamboro
f. Perencanaan site plan kawasan dengan dengan memenuhi standar dan ketentuan
yang berlaku.
11
a.7 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup yang akan di kaji berdasarkan penelitian di menjadi 2 (dua)
: ruang lingkup wilayah yang menjadi objek studi dan ruang lingkup materi
(substansial) yang akan menjadi bahan pokok kajian
a. Ruang Lingkup Wilayah
Lokasi penelitian berada di Kelurahan Mamboro yang memliki luas wilayah sebesar 1.220
Ha dengan kepadatan penduduk terbesar di kecamatan palu utara yitu :7.099 jiwa,
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Taipa
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Layana Indah
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan desa tanantovea kab.donggala
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Mamboro Barat
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
dijelaskan beberapa hal mengenai pengertian permukiman dan kawasan permukiman
sebagai berikut:
a. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.
b. Permukiman adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
c. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan permukiman yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
d. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas
lebih dari satu satuan permukiman.
e. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
14
c. Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut (MDPL).
d. Kemiringan lahan tidak melebihi 15 %, dengan ketentuan:
a) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terleta pada lahan bermorfologi
datarlandai dengan kemiringan 0-8%,
b) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8- 15%.
e. Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak menggangu jalur
penerbangan pesawat,
f. Kondisi sarana-prasarana memadai,
g. Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota,
h. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, keterkaitan antara
lokasi permukiman dengan pusat-pusat kegiatan (tempat kerja) dan
pelayanan kota akan mempunyai implikasi ekonomi. Jarak yang relatif jauh
akan berpengaruh banyak terhadap pengeluaran biaya transport
dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga. Hal ini akan
menimbulkan tambahan beban terhadap penghuninya, sehingga
mempengaruhi kemampuannya untuk mengalokasikan sebagian
penghasilannya untuk permukiman (Dwelling Expenditure).
15
a) Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Morfologi merupakan bentuk bentang alam/morfologi dalam kreteria pada
wilayah dan/atau kawasan perencanaan untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya
Tabel II. 1 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Morfologi Lereng Hasil Pengamatan SKL Morfologi Nilai
>40% Kemampuan Lahan 1
Gunung/Pegunungan
dari Morofologi
dan Bukit/Perbukitan
Tinggi
25-40% Kemampuan Lahan 2
Gunung/Pegunungan
dari Morofologi
dan Bukit/Perbukitan
Cukup
15-25% Kemampuan Lahan 3
(Groundcheck/Survei
Bukit/Perbukitan dari Morofologi
Lapangan)
Sedang
2-15% Kemampuan Lahan 4
Datar dari Morofologi
Kurang
0-2% Kemampuan Lahan 5
Datar dari Morofologi
Rendah
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
SKL
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi Kemudahan Nilai
Lahan
Dikerjakan
Gunung/
Pegunungan Semak, Kemudahan
dan > 40 % Tinggi Belukar, Dikerjakan 1
Bukit/Perbukit Ladang Rendah
an
Gunung/ Kebun,
Pegunungan Kemudahan
Cukup Hutan,
dan 25-40 % Dikerjakan 2
Tinggi Hutan
Bukit/Perbukit Kurang
Belukar
an
Bukit/ 15-25 % Sedang Semua Kemudahan 3
16
SKL
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi Kemudahan Nilai
Lahan
Dikerjakan
Dikerjakan
Perbukitan
Sedang
Kemudahan
Datar 2-15 % Rendah Semua Dikerjakan 4
Cukup
Kemudahan
Sangat
Datar 0-2 % Semua Dikerjakan 5
Rendah
Tinggi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
17
Tujuan satuan kestabilan pondasi untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan
untuk mendukung bangunan dalam perkembangan perkotaan serta jenis jenis pondasi
yang sesuai unuk tingkatan, dalam menentukan satuan kemampuan lahan kestabilan
pondasi data yang di perlikan berupa peta jenis tanah, peta tekstur tanah, peta
hidrologi, peta penggunaan lahan eksisting. Sebelum melakukan analisis kestabilan
pondasi harus diketahui terlebih dahulu sifat factor pendukungnya terhadap jenis
tanah. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai
bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun
mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
18
Geologi/ Hidrologi SKL
Penggunaan
Morfologi Lereng Geohidrol dan Ketersediaan Nilai
Lahan
ogi Klimatologi Air
Gunung/
Pegununga Semak Ketersediaan
n dan >40% Belukar, Air Sangat 1
Bukit/Perb Ladang Rendah
ukitan
Gunung/
Kebun,
Pegununga
Hutan Ketersediana
n dan 25-40% 2
Belukar, Air Rendah
Bukit/Perb
Ladang
ukitan
Bukit/ Ketersediaan
15-25% Semua 3
Perbukitan Air Sedan
Datar 2-15% Semua Ketersediaan 4
Datar 0-2% Semua Air Tinggi 5
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
Hidrologi Penggu
SKL
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi dan naan Nilai
Drainase
Klimatologi Lahan
Gunung/ Drainase
Pegunungan Semak Tinggi
dan >40% Tinggi Belukar, 5
Bukit/Perbuk Ladang
itan
Gunung/ 25-40% Cukup Kebun, 4
Pegunungan Tinggi Hutan
dan Belukar,
Bukit/Perbuk Ladang
itan
19
Hidrologi Penggu
SKL
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi dan naan Nilai
Drainase
Klimatologi Lahan
Bukit/ Drainase
15-25% Sedang Semua 3
Perbukitan Cukup
Datar 2-15% Rendah Semua 2
Drainase
Sangat Kurang
Datar 0-2% Semua 1
Rendah
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
20
Tabel II. 8 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Hidrologi SKL
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi dan Pembuangan Nilai
Lahan
Klimatologi Limbah
Gunung/
Pegunungan
Semak Belukar,
dan >40% Tinggi 1
Ladang
Bukit/Perbu Kemampuan
kitan Lahan Untuk
Gunung/ Pembuangan
Pegunungan Limbah Kurang
Cukup Kebun, Hutan
dan 25-40% 2
Tinggi Belukar, Ladang
Bukit/Perbu
kitan
Kemampuan
Bukit/ 3
15-25% Sedang Semua Lahan Untuk
Perbukitan
Pembuangan
Datar 2-15% Rendah Semua 4
Limbah Sedang
Kemampuan
Sangat Lahan Untuk
Datar 0-2% Semua 5
Rendah Pembuangan
Limbah Cukup
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
21
SKL
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi Hidrologi Bencana Nilai
Lahan Alam
Potensi
Bencana
Datar 2-15 % Rendah Semua
Alam
2
Rendah
Potensi
Sangat Bencana
Datar 0-2 % Rendah
Semua
Alam
1
Sangat
22
k) Klasifikasi Kemampuan Lahan
Klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Classification) adalah penilaian
lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke
dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan
penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Kemampuan lahan dipandang
sebagai kapasitas lahan itu sendiri untuk suatu macam atau tingkat penggunaan umum.
Klasifikasi kemampuan Lahan dapat dilihat dari total nilai di buat beberapa kelas nilai
minimum dan maksimum dari hasil analisis. Nilai minimum yang di dapat ialah 32
sedangkan nilai maksimum yang di peroleh adalah 160. Dengan begitu
pengklasifikasian dari total nilai
Tabel II.10 Klasifikasi Kemampuan Lahan
Total Nilai Kelas Kemampuan lahan Klasifikasi Pengembangan
Kemampuan Pengembangan
32 – 58 Kelas A Sangat Rendah
Kemampuan Pengembangan
59 – 83 Kelas B Rendah
Kemampuan Pengembangan
84 – 109 Kelas C Sedang
Kemampuan Pengembangan
110 – 134 Kelas D Agak Tinggi
Kemampuan Pengembangan
135 – 160 Kelas E Sangat Tinggi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya
23
2.6 Arah Rasio Tutupan Lahan
Adapun maksud arahan ketinggian bangunan berfungsi sebagai acuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada bangunan tertentu yang mengacu pada peta
kemampuan lahan yang secara fisik mengetahui daerah-daerah yang sesuai untuk
dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan kawasan
berdasarkan pemetaan daerah-daerah yang sesuai untuk dikembangkan bangunan
tinggi. Adapun data yang di butuhkan adalah sbagai berikut :
1) Klasifikasi Kemampuan Lahan, 2) SKL Kestabilan Pondasi,
3) SKL Terhadap Bencana Alam, 4) Penggunaan Lahan yang ada saat ini
Berdasarkan Zona dan Tipologinya Perta ZRB Palu dsk dibagi atas 4 Zona yaiitu
ZRB4 (Zona Terlarang) yang berwarna MERAH, ZRB3 (Zona Terbatas) yang
berwarna KUNING TUA, ZRB2 (Zona Bersyarat) yang berwarna KUNING, dan
ZRB1 (Zona Pengembangan) yang berwarna KUNING MUDA.
A. Poyeksi Penduduk
24
Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh
peningkatan kebutuhan ruang. Kota sebagai perwujudan geografis selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Dua faktor utama yang sangat berperan adalah faktor
penduduk (demografis) dan aspek-aspek kependudukan (Yunus, 1987). Dari segi
demografi yang paling penting adalah segi kuantitas. Aspek kependudukan seperti
aspek politik, sosial, ekonomi, dan teknologi juga selalu mengalami perubahan.
Kuantitas dan kualitas kegiatannya selalu meningkat sejalan dengan pertambahan
penduduk perkotaan, sehingga ruang sebagai wadah kegiatan tersebut selalu meningkat
sejalan dengan pertambahan penduduk perkotaan.
25
Permukiman. beberapa faktor yang sangat mempengaruhi proyeksi kebutuhan Sarana
Permukiman adalah : Jumlah penduduk , Kecepatan pertumbuhan penduduk, Kurun
waktu proyeksi
2.9 Kebijakan Pemerintah Kota Palu tentang RTRW Kota Palu 2010-2030
Kawasan permukiman sebagaimana yang dimaksud dalam RTRW Kota Palu
2010-2030 pemanfaatan ruang secara terbatas untuk mendukung kegiatan
permukiman beserta prasarana dan sarana lingkungan.adapun Tujuan Kebijakan
sebagai berikut :
a. memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
b. mewujudkan permukiman dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur;
c. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional
Adapun Lokasi Penelitian terseut di cantumkan dalam rencana RTRW Kota Palu
2010-2030 di Kelurahan Mamboro
2.10 Ketentuan Dasar Perencanaan
26
Pengaturan ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan permukiman sebagai
satu kesatuan fungsional dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial
budaya
3. Perencanaan suatu bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam perencanaan suatu
perumahan harus berada di kawasan yang di tetapkan seagai kawasan
perumukiman dan perlu kesesuaian antara ukuran bangunan, luas tanah,
kebutuhan ruang, konstruksi bangunan maupun bahan bangunan yang digunakan
dengan jangkauan pelayanannya. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat
kemampuan rata-rata daya beli masyarakat pada umumnya sangat berbeda-beda.
4. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan bagian dari
sistem pelayanan umum sehingga dalam perencanaannya harus dipadukan dengan
perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.
27
sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah sosial yang negatif.
b. Jaringan jalan yang lebar hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan kemudahan yang cukup kepada para penghuninya untuk
berkomunikasi.
c. Disediakan tanah-tanah untuk fasilitas umum yang cukup misalnya tempat
bermain, penghijauan, tempat beribadat, sekolah dan lain-lain.
d. Jaringan saluran drainase, pembuangan air limbah dan sebagainya harus diatur
sedemikian rupa sehingga lokasi perumahan yang ada dapat bebas dari genangan
air atau banjir.
28
Gambar 2. 1 Gambar Ukuran Lebar Jalan dan Panjang Kapling
Sumber dari buku Pembangunan Perumahan dan pemukiman.
29
- Posyandu untuk setiap 1.250 jiwa dengan radius pencapaian 500
meter
- Balai pengobatan untuk setiap 2.500 jiwa dengan radius pencapaian
1000 meter
- BKIA/RS Bersalin untuk setiap 10.000-30.000 jiwa dengan radius
3. Sarana Kesehatan
pencapaian 4000 meter
- Puskesmas untuk setiap 30.000 jiwa dengan radius pencapaian
1.500 meter
- Tempat praktik dokter untuk setiap 5000 jiwa dengan radius
pencapaian 1.500 meter
- Bersih, mudah dicapai, tenang, jauh dari sumber penyakit,
sumber bau/sampah, dan pencemaran lainnya
- Mushola / langgar untuk setiap 250 jiwa dengan radius pencapaian
100 meter
4. Sarana Peribadatan - Masjid untuk setiap 2.500 jiwa dengan radius pencapaian 1000
meter
- Sarana ibadah lain menyesuaikan dengan kondisi setempat
- Bersih, tenang, teduh, mudah dicapai
- Toko/warung untuk setiap 250 penduduk dengan radius pencapaian
300 meter
5. Sarana Perdagangan dan - Pertokoan untuk setiap 5.000 penduduk dengan radius pencapaian
Niaga 2.000 meter
- Berada di tengah kelompok tetangga, dapat merupakan
bagian dari sarana lain
Sarana Ruang Terbuka, - Setiap unit RW berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan minimal satu
6.
Taman, dan Lapangan daerah terbuka berupa taman yang berfungsi sebagai tempat
Olahraga bermain anak dan lapangan olahraga dengan radius pencapaian
1.000 meter
- Setiap unit kelurahan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman
dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan
penduduk di area terbuka
- Setiap unit kecamatan berpenduduk 120.000 jiwa harus memiliki
minimal satu ruang terbuka yang berfungsi sebagai
kuburan/pemakaman umum
- Menyediakan jalur hijau yang berfungsi sebagai filter dari
polusi
7. Jaringan Drainase Tidak ada genangan banjir >10 Ha. Apabila ada genangan, tinggi
genangan rata-rata >30 cm dan dengan lama genangan
- >2 jam. Frekuensi kejadian banjir >2 kali setahun
8. Jaringan Air Bersih - 55-75 % penduduk terlayani
- Kualitas air memenuhi standar air bersih (tidak berbau, berwarna, dan
berasa)
30
9. Persampahan - Tempat kapasitas pewadahan tersedia
10. Jaringan Listrik - Setiap lingkungan permukiman harus mendapatkan daya listrik dari
PLN atau sumber lain
- Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum
450 VA
- Disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan
pada area damija (Daerah Milik Jalan) pada sisi jalur hijau dan tidak
menghalangi sirkulasi pejalan kaki
- Disediakan gardu listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas
dari kegiatan umum
11. Jaringan Telefon - Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telon lingkungan
Sumber : - SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota dan
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2011
31
1. Iswandi Umar, Evaluasi Kesesuaian 1. Lereng Penelitian
Widiatmaka, Lahan untuk Kawasan 2. Banjir kuantitatif
Bambang Permukiman dengan
3. Drainase
Pramudya dan Metode Multi Criteria
Baba Barus Evaluation di Kota Padang 4. Batuan kerikil
(2017) 5. Tekstur
32
33
2.14 Kerangka Pikir
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Adapun Metode Penelitian yang di gunakan penelitian deskriptif kuantitatif
Metode ini merupakan salah satu jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab
hipotesa dan mendeskipsikan dari kajian yang ada (Surakhmad, 1982, hlm. 131).
pendekatan Analisis spasial dengan bantuan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis)
dan analisis skoring. Untuk mendapatkan kesesuaian lahan suatu wilayah, maka
digunakan analisis kemampuan lahan sebagai dasar penilaian kesesuaian lahan.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berfokus pada Kelurahan Mamboro yang merupakan bagian
dari Kecamatan Palu Uatara mempunyai potensi untuk pengemangan kawasan
permukiman kota palu. Dapat diliht dari potensi penggunaan lahan eksisting yang ada
dan mengacu pada RTRW kota palu 2010-2030 yaitu
a. Kelurahan Mamboro di sebutkan dalam RTRW Kota Palu tahun 2010-2030 di
tetapkan dalam rencana polar uang sebagai tempat pengembangan kawasan
permukiman kota palu dengan skala kepadatan sedang.
b. adapun kondisi topografi Kelurahan Mamboro 0-25 % sehinga fisik lahanya masih
layak untuk di jadikan tempat hunian atau permukiman.
c. Tersedianya lahan kosong di Kelurahan Mamboro dan aksesiilitas yang memadai
yang dekat dengan pusat kota.
Kelurahan Mamboro memiliki ngapa. Adapun terkait dengan atas administrasinya
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Taipa
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Layana Indah
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan desa tanantovea kab.donggala
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Mamboro Barat
31
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu Data Primer dan Data Sekunder
adapun data yang di butuhkan sebaai berikut :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung pada
objek penelitian dilapangan, atau observasi
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui instansi-instansi terkait baik
dalam bentuk tabulasi maupun deskriptif.
Pada penelitian ini mengkaji tentang Ealuasi Kesesuaian Lahan untuk
Pengemanbangan kawasan permukiman. Untuk kebutuhan datanya leih jelas dapat
dilihat pada table berikut ini :
32
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh kaitannya dengan penelitian ini bersumber dari beberapa
instansi terkait seperti Badan Perencanaan Daerah, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, Dinas Permukiman dan Permukiman, Badan Pusat Statistik, Kantor
Kecamatan dengan jenis sebagai berikut:
a. Survey Primer / Observasi Lapangan (Pengamatan Langsung)
Teknik observasi ini merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara
pengamatan secara langsung dengan menggunakan alat indera penglihatan dan
pendengaran terhadap gejala-gejala yang terjadi. Ini berarti data diperoleh
dengan cara memandang, melihat dan mengamati obyek sehingga peneliti
memperoleh pengetahuan apa yang dilakukan. Observasi dilakukan untuk
mendapatkan data terkait Kondisi Fisik Dasar
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui instansi-instansi terkait baik
dalam bentuk tabulasi maupun deskriptif. Jenis data tersebut anatara lain:
a. Jumlah Penduduk
b. Penggunaan Lahan
c. Kondisis Sarana Prasarana
d. Data Pendudukung
a) Kelurahan Mamboro Dalam Angka
b) Literatur (tinjauan Pustaka)
c) Perda RTRW Kota Palu 2010-2030
d) Foto Citra
33
3.5.1 Teknik Analisis
Setelah data-data terstrukturkan maka dilakukan tahap analisa yaitu pengolahan
data dengan menggunakan metode-metode tertentu guna mencapai tujuan penelitian.
Terdapat beberapa tahapan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini
a ) SKL Morfologi
b) SKL Kemudahan di Kerjakan
34
3.5.4 Analisis daya Tampung
Analisis daya tampung untuk mengetahui seberapa besar kapasitas ruang yang di
butuhkan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini dan proyeksinya untuk waktu
perencanaa yang dapat di tampung pada lokasi perencanaan.
35
A. Proyeksi penduduk
Perhitungan penduduk eksisting yang ada proyeksi untuk melihat seberapa
besar perkembangan jumblah penduduk yang akan datang. Proyeksi penduduk sangat
penting dalam perencanaan ini karena penduduk yang menjadi faktor utama dalam
pengembangan kawasan atau perencanaan . Adapun rumusproyeksi penduduk yaitu:
A=L/P
36
3.5.5 Analisis Rencana Tapak
menurut (Snyder,1984) perencanaan tapak adalah seni menata lingkungan
buatan & lingkungan alamiah guna menunjang kegiatan manusia. Perancangan
Tapak (landscape site planning), di dalamnya juga tercakup lansekap design,
merupakan usaha penanganan tapak (site) secara optimal melalui proses keterpaduan
penganalisaan dari suatu tapak dan kebutuhan program penggunaan tapak pada
lokasi yang di rencanakan.Berikut ketentuan analisis tapak yaitu:
a. Analisis entarence pada rencana tapak jarak terdekat dari jalur utama (fungsi
arteri.
b. Analisis vegetas (RTH)
c. Analisis Zoning map (peruntukan lahan) sperti : Bangunan, RTH, Sarana
d. Analisis infrastruktur: standar pelayanan sarana dan prasarana yang dapat dilihat
pada table II.11
37
38
3.7 Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan suatu alat yang kita gunakan selama
melakukan penelitian dalam penyusunan proposal dan hingga penelitian
38
39
Gambar 3. 1 Peta Penggunaan Lahan
40
Gambar 3. 2 Kerangka Analisis
41
Sumber: Penulis 2021
42