Dosen Pembimbing
Ir. Edy Sumirman, MT.
NIP. 19581212987101001
1
LEMBAR PENGESAHAN
SURABAYA
JANUARI, 2023
i
DAFTAR ISI
ii
3.2.1 Survei Pendahuluan ..................................................................................... 25
3.2.2 Studi Literatur ............................................................................................. 25
3.2.3 Pengumpulan Data ...................................................................................... 26
3.2.4 Perhitungan Penggunaan Air Waduk .......................................................... 26
3.2.5 Analisa Hidrologi ........................................................................................ 26
3.2.6 Analisa Kebutuhan Irigasi ........................................................................... 26
3.2.7 Perencanaan Tanam..................................................................................... 26
3.2.8 Optimasi Pola Tanam dengan Menggunakan Program Linear ................... 26
3.2.9 Analisa Hasil Optimasi................................................................................ 27
3.2.10 Kesimpulan dan Saran ................................................................................. 27
3.3 Jadwal Pengerjaan Tugas Akhir ......................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................28
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1 PENDAHULUAN
6
Upaya yang dapat diupayakan dalam memenuhi kebutuhan tersebut salah satunya
dengan melakukan optimasi pola tanam. Oleh karena itu rencana dalam studi ini yaitu
melakukan pengoptimalan intensitas tanam Daerah Irigasi Waduk Bagong. Optimasi pola
tanam dalam pemenuhan kebutuhan akan irigasi akan digunakan Program Linear untuk
menghasilkan hasil panen yang maksimal berdasarkan luas lahan tanam yang ada dan
keuntungan hasil pertanian.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penulisan proyek akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui debit andalan Waduk Bagong yang dapat digunakan untuk irigasi pada
Daerah Irigasi Bagong
2. Menghitung kebutuhan air untuk kebutuhan irigasi dari masing-masing pola tanam.
3. Menghitung kebutuhan air untuk air baku.
4. Menganalisis luas lahan untuk tanaman yang dapat dilayani dari setiap alternatif
tanam
5. Menghitung hasil produksi lahan sawah yang paling menguntungkan (Rp) setelah
dilakukan optimasi pola tanam berdasar hasil luas tanam optimum.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat optimasi pola tanam ini agar intensitas tanam baru yang dihasilkan
melalui optimasi pola tanam rencana dapat menghasilkan keuntungan dari hasil yang maksimal.
7
Dengan hasil panen yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan bahan
pangan dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar.
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
10
Tabel 2-3 Data Teknik Waduk Bendungan Bagong
11
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (Sutopo & Utomo, 2019). Dalam irigasi ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan mulai dari penyediaan air irigasi, menyediakan air untuk daerah
irigasi melalui penentuan dabit air yang dialokasikan dari suatu sumber air pada waktu, jumlah,
dan mutu sesuai dengan kebutuhan dalam menunjang aktivitas pertanian maupun aktivitas
lainnya. Kegiatan pengaturan air irigasi atau kegiatan pembagian, pemberian, dan penggunaan
air irigasi. Pembagian air irigasi, kegiatan membagi air di bangunan bagi/bagi sadap pada
jaringan primer dan/atau jaringan sekunder. Dan penggunaan air irigasi melalui kegiatan
memanfaatkan air yang dialirkan pada jaringan irigasi menuju petak tersier yang kemudian
disalurkan oleh saluran kuarter menuju petak kuarter guna mengairi lahan pertanian.
Daerah irigasi adalah kesatuan area yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi.
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya merupakan satu
kesatuan instrumen yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan,
dan pembuangan air irigasi. Jaringan irigasi dibagi menjadi tiga yakni jaringan irigasi primer,
jaringan irigasi sekunder, jaringan irigasi tersier, dan jaringan irigasi kuarter. Jaringan irigasi
primer merupakan komponen dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran
primer, saluran pembuangan, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan
bangunan pelengkapnya. Jaringan irigasi sekunder merupakan komponen dari jaringan irigasi
yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangan, bangunan bagi, bangunan bagi sadap,
dan bengunan pelengkapnya. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi
sebagai prasarana pelayanan air irigasi pada petak tersier yang mana petak tersebut terdiri dari
5 saluran tersier, saluran kuarter, saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan
pelengkapnya (Sutopo & Utomo, 2019).
Air memegang andil yang sangat penting dalam kegiatan bercocok tanam. Kebutuhan
air bagi suatu tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat dan jenis tanah, keadaan
iklim, kesuburan tanah, cara bercocok tanam, luas areal pertanaman, topografi, periode tumbuh
tanaman, dan sebagainya (Mawardi, 2007).Air untuk irigasi dipergunakan untuk tanaman padi,
palawija termasuk tebu dan padi gadu, buah-buahan, dan tanaman lainnya. Menurut Mawardi
(2007), usaha pengadaan dan penentuan kebutuhan air untuk tanaman dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :
a. Berdasar pada tingginya air yang dibutuhkan oleh sebidang lahan pertanian atau
banyaknya air sama dengan tingginya air yang dibutuhkan dikalikan dengan luas lahan
tersebut.
b. Banyaknya air yang dibutuhkan pada kesatuan luas sekali penyiraman atau A m3 per
hektar.
c. Kesatuan pengaliran air yaitu isi dalam kesatuan waktu pengalirannya untuk suatu
kesatuan luas (liter/detik/hektar).
d. Menentukan luas tanaman yang dapat dialiri oleh pengaliran air dengan kuantitas
tertentu.
Cara ketiga merupakan cara yang lazim digunakan di Indonesia. Cara ini dapat
memudahkan perhitungan untuk menetapkan luas bidang tanah yang dapat diairi dari saluran
dan juga lebih memudahkan perhitungan untuk menetapkan dimensi saluran beserta
bangunanbangunannya.
12
Dalam upaya peningkatan produksi pangan, irigasi memegang peranan yang sangat
penting. Irigasi berfungsi menyediakan air untuk tanaman, dapat digunakan untuk mengatur
kelembaban tanah, membantu menyuburkan tanah melalui material-material sedimen yang
dibawa oleh air irigasi, dapat menekan pertumbuhan gulma, dapat menekan perkembangan
hama penyakit tertentu dan memudahkan pengolahan tanah (Mawardi, 2007).
13
2.6 Analisis Hidrologi
2.6.1 Analisis Debit Andalan
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum dari sungai dengan
kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi (Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, 2013). Misalkan untuk suatu jaringan irigasi ditetapkan debit
andalan 80%, artinya terdapat kemungkinan bahwa debit sungai lebih rencah dari debit andalan
adalah sebesar 20%. Debit andalan dilakukan dengan melakukan analisis dengan berdasar pada
data debit harian sungai dalam kurun waktu paling sedikit 10 tahun untuk mendapatkan hasil
yang tepat dan andal. Namun, jika persyaratan tersebut tidak bisa dipenuhi maka metode
hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai.
Perhitungan debit andalan pada umumnya dapat dilakukan dengan cara merangking data
debit rata-rata bulanan, setengah bulanan, atau sepuluh harian yang ditetapkan berdasarkan pola
operasi bendung atau bendungan (Hadi, Widyastuti, & Sudarmadji, 2014). Tahapan untuk
menentukan besarnya debit andalan adalah sebagai berikut.
1. Data debit yang didapatkan dan sudah diolah menjadi debit rata-rata 10 hari, debit rata-
rata bulanan, atau debit rata-rata tahunan diurutkan dari besar ke kecil.
2. Dicari probabilitas untuk tiap-tiap nilai debit.
3. Dari haril perhitungan poin 2, kemudian dicari besarnya debit andalan yang dibutuhkan.
Debit andalan dihitung berdasarkan data debit yang tercatat dalam kurun waktu tertentu.
Pada tugas akhir ini debit yang dianalisis adalah debit dari Bendung Karangdoro dalam
kurun waktu minimal 10 tahun. Data debit tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan
ketersediaan debit yang masuk ke bangunan intake irigasi yang kemudian diteruskan ke
jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Bendungan Bagong.
2.6.2 Analisis Klimatologi
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari peristiwa evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi (E) merupakan proses transfer molekul air atau peristiwa penguapan permukaan
basah ke udara. Seluruh permukaan air setelah adanya kontak dengan udara maka air akan
menguap, termasuk danau, tanah basah, dan daun tanaman basah. Transpirasi (T) merupakan
gerakan air dalam tanaman, kemudian air tersebut keluar sebagai uap melalui stomata di
daunnya. Evapotranspirasi (ET) merupakan jumlah penguapan dan traspirasi dari tanaman di
permukaan bumi ke atmosfer. Evapotranspirasi menggambarkan air total yang keluar dari suatu
tanaman ke udara (Sutopo & Utomo, 2019).
Evapotranspirasi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Radiasi surya (Rd)
Surya merupakan sumber energi dalam memanaskan badan-badan air, tanah, dan
tanaman. Radiasi potensial sangat ditentukan oleh kondisi geografis lokasi.
2. Kecepatan angin (V)
Angin merupakan faktor yang menyebabkan terdistribusinya air yang telah
diuapkan ke udara. Hal ini menyebabkan proses penguapan berlangsung terus sebelum
terjadinya kejenuhan kandungan uap di udara.
3. Kelembaban relatif (RH)
14
Kelembaban relatif memegang peranan penting karena udara memiliki
kemampuan untuk menyerap air sesuai dengan kondisinya termasuk temperatur udara
dan tekanan udara atmosfer.
4. Temperatur atau suhu (T)
Temperatur merupakan komponen tak terpisahkan dari kelembaban relative dan
radiasi. Suhu di sini dapat berupa suhu badan air, tanah, dan tanaman ataupun juga suhu
atmosfer.
Evapotranspirasi acuan (ETo) ialah nilai evapotransporasi tanaman yang terhampar
menutupi tanah dengan ketinggian 8-15 cm yang tumbuh secara aktif dan cukup air.
Perhitungan ETo dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode Penman, metode
panci evaporasi, metode radiasi, metode Blaney Criddle, dan metode Penman modifikasi FAO
(Sutopo & Utomo, 2019). Pada tugas akhir ini digunakan metode Penman modifikasi FAO
dengan rumus sebagai berikut.
15
Bidang polygonal tersebut akan merepresentasikan satu nilai hujan tertentu berdasarkan data
yang tercatat oleh stasiun hujan. Bidang polygonal yang terbentuk berasal dari jaringan stasiun
hujan yang membentuk segi tiga dengan dua stasiun hujan yang berada disekitarnya. Titik berat
dari masing-masing segitiga merupakan titik hubung bidang poligonal, sehingga masingmasing
stasiun hujan pada wilayah tersebut akan memiliki bidang poligonal (Hadi, Widyastuti, &
Sudarmadji, 2014)
Hujan rata-rata wilayah dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
𝑃1 𝐴1+𝑃2 𝐴2+𝑃3 𝐴3+⋯+𝑃𝑛 𝐴𝑛
𝑃= …………………………………………………….(2.2)
𝐴1+𝐴2+𝐴3+⋯+𝐴𝑛
Dimana :
P = Curah hujan rata-rata wilayah (mm)
P1, P2, P3, …, Pn = Curah hujan masing-masing stasiun hujan (mm)
A1, A2, A3, …, an = Luas masing-masing polygon
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata adalah
metode aritmatika. Berikut merupakan persamaan curah hujan rata-rata yang dihitung dengan
menggunakan metode aritmatika (Anwar, 2017).
𝑃1+𝑃2+𝑃3+⋯+𝑃𝑛
𝑃= ………………………………………………………………..(2.3)
𝑛
dimana:
P = curah hujan rata-rata wilayah (mm)
P1, P2, P3, ..., Pn = curah hujan masing-masing stasiun hujan (mm)
N = jumlah stasiun hujan yang berada di dalam daerah yang dianalisis
Metode terakhir yang dapat digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata adalah
metode Isohyet. Sama halnya dengan metode Poligon Thiessen, metode Isohyet
mempertimbangkan juga hasil pengukuran dari stasiun hujan diluar wilayah analisis yang
dianggap berpengaruh dan berdekatan (Anwar, 2017). Berikut merupakan persamaan curah
hujan rata-rata yang dihitung menggunakan metode Isohyet.
𝐴1 𝐼1+𝐴2 𝐼2+𝐴3 𝐼3+⋯+𝐴𝑛 𝐼𝑛
𝑃= ……………………………………………………..(2.4)\
𝐴1+𝐴2+𝐴3…+𝐴𝑛
Dimana :
P = Curah hujan rata-rata wilayah (mm)
A1, A2, A3, …, An = Luas bagian daerah yang mempunyai besaran tinggi hujan ke stasiun
2 Loam 2-3
3 Clay 1-2
17
Sumber: Sutopo dan Utomo, 2019
2.7.3 Penyiapan Lahan
Metode yang digunakan pada analisis penyiapan laha ini adalah metode Van de Goor
dan Zijlsha (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam lt/s/ha selama
periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut.
𝐼𝑅 = 𝑀𝑐 𝑘 / (𝑐 𝑘 − 1) …..…………………………………………………………(2.8)
Dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yang sudah dijenuhkan
𝑀 = 𝐸0 + 𝑃………………………………...………………………………………(2.9)
Dimana :
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 selama masa penyiapan lahan (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
𝐾 = 𝑀 × 𝑇/𝑆……………………………………………………………………(2.10)
Dimana :
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm
Jangka waktu yang disarankan untuk penyiapan lahan adalah 1,5 bulan, terutama untuk
petak tersier. Jangka waktu satu bulan sebenarnya dapat dipertimbangkan apabila penyiapan
lahan terutama dilakukan dengan berbasis mesin. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah
(puddling) bisa diambil 200 mm yang meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan
sawah, pada awal tranplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi. Nilai 200 mm tersebut
mengandaikan bahwa tanah tersebut dalam kondisi bertekstur berat, cocok digenangi dan lahan
itu juga belum bera selama lebih dari 2,5 bulan. Jika tanah tersebut dibiarkan lebih lama lagi
maka besaran 250 mm digunakan sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air
untuk kegiatan penyiapan lahan sudah termasuk kebutuhan air untuk persemaian (Sutopo &
Utomo, 2019).
2.7.4 Kebutuhan Air untuk Penyiapan Konsumtif
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk proses
fotosintesis. Penggunaan konsumtif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sutopo &
Utomo, 2019).
ETC = Kc x ET0 ................................................................................................... (2.11)
Dimana :
Kc = koefisien tanaman
ET0 = evaporasi potensial (Penman modifikasi) (mm/hari)
18
Tabel 2-7 Harga-harga Koefisien Tanaman Padi
4,0 0 0
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-01
19
Tabel 2-9 Harga-harga Koefisien Tanaman Tebu yang Cocok untuk Diterapkan dengan
Metode Penghitungan Evapotranspirasi FAO
20
Sedangkan kebutuhan pengambilan air pada sumbernya dapat dihitung dengan rumus
berikut ini.
DR = IR / 8,64 ....................................................................................................... (2. 16)
Dimana :
IR = air irigasi (mm/hari)
Ef = efisiensi yang terdiri dari efisiensi di saluran dan bangunan tersier, sekunder,
dan primer
DR = kebutuhan pengambilan air pada sumbernya (lt/s/ha)
1/8,64 = angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/s/ha
Tabel 2-10 Harga-harga Efisiensi Irigasi untuk Tanaman Ladang (Upland Crops)
Peningkatan yang
Awal Dapat Dicapai
21
➢ Fungsi pembatas (constraint function)
a11x1 + a12x2 + ….. + a1nxn ≤ atau ≥ b1
a21x1 + a22x2 + ….. + a2nxn ≤ atau ≥ b2
. . . .
. . . .
. . . .
am1x1 + am2x2 + ….. + amnxn ≤ atau ≥ bm
x1, x2, ….., xn ≥ 0
dimana:
m = banyakya jenis sumber yang terbatas atau fasilitas yang tersedia
n = banyaknya kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas terbatas
tersebut
xj = variabel keputusan untuk kegiatan ke – j (j = 1, 2, …. , n)
aij = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran
(output) kegiatan j (i = 1, 2, …., m: j = 1, 2, …., n)
bi = banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit
kegiatan (I = 1, 2, …., m)
cj = kenaikan nilai f apabila pertambahan tingkat kegiatan (xij) dengan satu satuan
(unit) atau merupakan sumbangan setiap satuan keseluruhan kegiatan j
terhadap nilai f
f = nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)
Optimasi dengan program linear dapat dilakukan dengan pogram bantu yakni POM-QM
(Sihombing & Arsani, 2021). POM-QM adalah sebuah perangkat lunak untuk mencari solusi
dari bentuk pemodelan dengan menggunakan metode kuantitatif. Optimasi program linear
dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan program bantu ini. Berikut merupakan
langkah – langkah optimasi dengan program bantu POM-QM.
22
Gambar 2-2 Setting Data Program Linear
23
BAB 3 METODOLOGI
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis melakukan optimasi pola tanam pada Daerah
Irigasi Bendeungan Bagong. Secara administratif Daerah irigasi Bendungan Bagong tersebut
terletak di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Metode yang digunakan pada penyusunan
proyek akhir ini dilakukan dengan mengacu pada beberapa teori dan rumusan-rumusan empiris
sehingga hasilnya diharapkan dapat memecahkan masalah yang sesuai dengan tujuan penulisan
tugas akhir ini.
Bagan alir pengerjaan proyek akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3-1. Adapun tahapan-
tahapan yang akan dilakukan akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini
24
Gambar 3-2 Diagram Alir Pengerjaan Proyek Akhir.
25
3.2.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang diangkat
pada tugas akhir ini. Data yang digunakan dalam penyelesaian proyek akhir ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau berupa
hasil penelitian ataupun olahan dari pihak lain, dalam konteks ini adalah instansi terkait.
3.2.4 Perhitungan Penggunaan Air Waduk
Luaran dari perhitunga air waduk adalah debit andalan untuk air baku dan irigasi dari
untake bendungan.
3.2.5 Analisa Hidrologi
3.2.5.1 Analisa Debit Andalan
Data debit operasional digunakan untuk mengetahui kapasitas tampungan waduk dan
operasional waduk.
3.2.5.2 Analisa Klimatologi
Penggunaan data klimatologi nantinya digunakan untuk mendapatkan nilai
evapotranspirasi wilayah tanam daerah irigasi guna mendukung data perhitungan perencanaan
tanam. Data-data tersebut meliputi data suhu udara rata-rata, kelembaban relatif, durasi
penyinaran matahari, dan kecepatan angin.
3.2.6 Analisa Kebutuhan Irigasi
Analisis kebutuhan air dilakukan dengan mengolah data curah hujan yang kemudian
dilakukan perhitungan curah hujan efektif. Pada tahapan ini dibahas variasi kebutuhan air dari
tiap-tiap pola tanam. Kebutuhan air dipengaruhi oleh curah hujan efektif, besarnya
evapotranspirasi yang didapatkan dari analisis klimatologi, besarnya perkolasi di lapangan,
pengelolaan tanah dan penyiapan lahan, koefisien jenis tanaman, dan efisiensi saluran irigasi.
3.2.7 Perencanaan Tanam
Terdapat beberapa alternatif pola tanam pada tugas akhir ini. Alternatif tersebut
dibedakan berdasarkan awal masa tanam.
3.2.8 Optimasi Pola Tanam dengan Menggunakan Program Linear
Dari hasil analisis kebutuhan air dari tiap-tiap alternatif pola tanam dan debit andalan
yang menjadi input dari program linear untuk mendapatkan hasil yang optimal. Optimasi
dilakukan dengan bantuan software POM-Quantity Methods.
➢ Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan pada konteks ini adalah untuk memaksimalkan luas area tanam yang
dapat ditanami oleh tanaman pada setiap musimnya dan mengetahui pendapatan
terbesar dari pola tanam.
Z = Xp1 + Xw1 + Xp2 + Xw2 + Xp3 + Xw3 + Xt
Z = maksimum berdasarkan intensitas tanam jenis tanaman untuk optimasi luas
lahan (Ha)
Xi = luas lahan untuk masing - masing jenis tanaman (Ha)
Z = Kp . Xp1 + Kw . Xw1 + Kp . Xp2 + Kw . Xw2 + Kp . Xp3 + Kw . Xw3 + Kw . Xt
Z = maksimum keuntungan yang dihasilkan menurut pola tanam (Rp)
Ki = keuntungan bersih tiap jenis tanaman (Rp/Ha)
Xi = luas lahan untuk masing - masing jenis tanaman (Ha)
26
➢ Fungsi Kendala
Fungsi kendala pada konteks ini yang menjadi batasan atau kendala yakni debit air dan
luas area tanam (Daerah Irigasi).
Xp1 + XW1 +…+Xi ≤ Xt
27
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, N. (2017). Rekayasa Sumber Daya Air (3 ed.). Surabaya: ITS Press.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2013). Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01. Jakarta:
Dirketorat Jenderal Sumber Daya Air.
Hadi, P., Widyastuti, M., & Sudarmadji. (2014). Pengelolaan Sumber Daya Air. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Mawardi, E. (2007). Desain Hidrolik Bangunan Irigasi. Bandung: ALFABETA.
Raflesia, U., & Widodo, F. H. (2014). Pemrograman Linear. Bengkulu: Badan Penerbitan
Fakultas Pertanian UNIB.
Risfiyanto, L. (2016). Studi Optimasi Pola Tanam Pada Daearah Irigasi Baru Banyuwangi
Dengan Menggunakan Program Linear. Surabaya.
Sihombing, P. S., & Arsani, A. M. (2021). Aplikasi Riset Operasional dengan POM-QM (I
ed.). Surabaya: Global Aksara Pers.
Sutopo, Y., & Utomo, K. S. (2019). Irigasi & Bangunan Air. Semarang: LPPM Universitas
Negeri Semarang.
Yudhoyono, S. B. (2012). Indonesia Patent No. UU No 18 Tahun 2012.
28
29