Disusun Oleh :
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
I.3 Tujuan..........................................................................................................................3
I.4 Manfaat........................................................................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................41
IV.2 Pembahasan…............................................................................................................42
BAB V PENUTUP...................................................................................................................43
V.1 Simpulan........................................................................................................................49
V.2 Saran..............................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
Tujuan dari dari Tugas Khusus Kerja Praktek ini antara lain :
1. Evaluasi kinerja pada Oxygen Stripper Feed-Bottom Exchanger (31-
E-102) pada unit Naphtha Hydrotreating Unit (Unit 31).
2. Mengetahui perbandingan hasil evaluasi performa Oxygen Stripper
Feed-Bottom Exchanger (31-E-102) pada unit Naphtha Hydrotreating
Unit / NHT (Unit 31) antara kondisi aktual pada tanggal 1 Januari
2017 sampai 31 Januari 2017 dengan kondisi desain.
I.4 Manfaat
Manfaat dari Tugas Khusus Kerja Praktek ini antara lain :
1. Mengetahui pengaruh fouling factor (Rd) terhadap kinerja Oxygen
Stripper Feed-Bottom Exchanger (31-E-102) pada unit Naphtha
Hydrotreating Unit / NHT (Unit 31).
TINJAUAN PUSTAKA
Akibat terjadinya penukaran panas, maka akan terjadi perubahan suhu. Arah
aliran menyebabkan perbedaan profil suhu yang terjadi pada saat proses
penukaran panas. Berikut adalah profil suhu yang terjadi
a. Tube Sheet
Komponen ini adalah suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung-
ujung tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell and tube.
b. Tube Dise Channels and Nozzle
Berfungsi untuk mengatur aliran fluida pada sisi tube.
c. Tube Pitch
Lubang yang tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak
tube yang terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube. jarak
terdekat antara dua tube yang berdekatan disebut Clearance. Tube diletakkan
dengan susunan bujur sangkar atau segitiga seperti terlihat pada gambar
berikut:
Gambar 8 Tubes Layout pada shell and tube heat exchanger
d. Channel Cover
Merupakan bagian penutup pada konstruksi Heat Exchanger yang dapat
dibuka pada saat pemeriksaan dan pembersihan alat
e. Pass Devider
Komponen ini berupa plat yang dipasang didalam channels untuk membagi
aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tube pass lebih dari satu.
f. Baffles
Pada umumnya tinggi segment potongan dari baffle adalah seperempat
diameter dalam shell yang disebut 25% cut segmental baffle. Baffle tersebut
berlubang-lubang agar bisa dilalui oleh tube yang diletakkan pada rod-baffle.
Baffle digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang
lebih tinggi akan diperoleh. Adanya baffle dalam shell menyebabkan arah
aliran fluida dalam shell akan memotong kumpulan tube secara tegak lurus,
sehingga memungkinkan pengaturan arah aloran dalam shell maka dapat
meningkatkan kecepatan linearnya. Sehingga akan meningktakan harga
koefisien perpindahan panas lapisan fluida di sesi shell. Selain itu baffle juga
berfungsi untuk menahan tube bundle untuk menahan getaran pada tube
untuk mengontrol serta mengarahkan aliran fluida yang mengalir diluar tube
sehingga turbulensi aliran meningkat maka koefisien perpindahan panas akan
meningkat dan laju perpindahan panas juga meningkat. Penempatan baffle
dan bentuknya dapat dilihat pada gambar berikut:
Dasar pertimbangan untuk fluida yang mengalir di bagian shell dan tube
pada shell and tube heat exchanger antara lain :
1. Fluida yang lebih kotor selalu melalui bagian yang mudah dibersihkan, yaitu
tube terutama bila tube bundle bisa diambil, tetapi dapat juga melalui bagian
shell bila kotorannya banyak mengandung coke karena lebih mudah
dibersihkan.
2. Fluida yang lebih cepat memberikan kotoran, tekanan tinggi, dan korosif
selalu ditempatkan di tube karena tube tahan terhadap high pressure dan
biaya pemeliharaanya lebih murah.
3. Fluida yang berbentuk campuran non condensable gas melalui tube agar tidak
terjebak.
4. Fluida yang berpotensi menimbulkan korosi ditempatkan pada tube, dengan
tujuan dapat menekan biaya penggantian shell yang lebih mahal dari pada
tube jika terjadi kerusakan akibat korosif.
5. Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube karena adanya
cukup ruangan dan fluida yang mempunyai volume kecil dilewatkan melalui
shell karena dapat dipasang baffle untuk menambah transfer-rate tanpa
menghasilkan kelebihan pressure drop.
6. Fluida ang lebih viskos atau yang mempunyai low transfer-rate dilewatkan
melalui shell karena dapat digunakan baffle.
7. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang
kecil menyebabkan kecepatan linear fluida (velocity) masih cukup tinggi,
sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
Selain jenis-jenis Heat Exchanger yang telah dijelaskan diatas, juga terdapat
beberapa Heat Exchanger yang dirancang khusus sehingga memiliki luas transfer
panas per unit volume yang besar yang sering disebut dengan Compact Heat
Exchanger . Rasio antara luas transfer panas dengan volume disebut area density
(β). Suatu Heat Exchanger disebut sebagai Compact Heat Exchanger jika
memiliki nilai β > 700 m2/m3 (atau 200 ft2/ft3). Contoh dari Compact Heat
Exchanger misalnya radiator mobil (β = 1000 m2/m3), turbin gas (β = 6000
m2/m3), regenerator dari Stirling engine (β = 15000 m2/m3) dan paru-paru manusia
(β = 20000 m2/m3). Compact Heat Exchanger biasanya digunakan untuk proses
pertukaran panas antara gas-gas, gas-cair, atau cair-gas.
METODOLOGI
III.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data sangat dibutuhkan untuk mengavaluasi Oxygen
Stripper Feed-Bottom Exchanger (31-E-102) pada unit Naphtha Hydrotreating
Unit / NHT (Unit 31). Data yang dipakai yaitu kerja heat exchanger pada tanggal
1 Januari 2017 sampai tanggal 31 Januari 2017. Adapun metode pengumpulan
data disini terbagi menjadi dua, yaitu metode pengumpulan data primer dan
pengumpulan data sekunder.
III.1.1 Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer disini yaitu mengambil data Oxygen Stripper
Feed-Bottom Exchanger (31-E-102) desain. Fungsinya yaitu untuk bahan acuan
dalam mengevaluasi Oxygen Stripper Feed-Bottom Exchanger (31-E-102),
apakah heat exchanger yang sedang dipakai masih dalam keadaan bagus atau
sudah perlu dilakukan cleaning.
III.1.2 Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperlukan sebagai bahan
perhitungan pada analisa evaluasi Oxygen Stripper Feed-Bottom Exchanger (31-
E-102) pada unit Naphtha Hydrotreating Unit / NHT (Unit 31). Data diperoleh
dari data lapangan dan data literatur. Data studi lapangan diperoleh dengan cara
melihat kondisi operasi dan aliran proses aktual Oxygen Stripper Feed-Bottom
Exchanger (31-E-102) tanggal 11 Agustus 2013 dan 2 September 2016, yaitu
berupa data-data temperatur in dan out, serta data-data laju alir masing-masing
fluida yang mengalir, baik di shell maupun di tube. Pada studi Literatur, data-data
yang diperoleh adalah langkah-langkah perhitungan heat exchanger dan grafik
serta tabel yang digunakan. Literatur yang digunakan adalah Kern, D.Q., 1974
“Process Heat Transfer”.
Laporan Kerja Praktek
Tabel III.1.2 Data aktual heat exchanger 31-E-102 A/H tanggal 01 Januari 2017 – 31 Januari 2017
31-E-102
Tube Shell
Tanggal
Flow T inlet T outlet Flow T inlet T outlet
4. Menghitung Mass
Velocity
Pada Tube
𝑤𝑡
𝐺𝑇 =
𝑎𝑡
Keterangan :
𝐺𝑇 = Mass velocity tube, lb/hr.𝑓𝑡2
Wt = Flow rate fluida di tube, lb/hr
𝑎𝑠 = Flow area tube, 𝑓𝑡2
: ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖
=
∅𝑡 ∅𝑡
Keterangan
𝐼𝐷 × 𝑂 𝐷
hi = Koefisien transfer di-tube, btu/hr.𝑓𝑡 2 . ℉
8. Menghitung Overall Coeficient
Merupakan keofisien perpindahan panas gabungan dari keseluruhan proses
transfer pada yang terjadi dalam HE. Nilai koefisien transfer panas
keseluruhan (U) secara umum tergantung pada mekanisme perpindahan
panas yang terjadi dalam HE (seperti: konduksi, konveksi, radiasi, dan
lain-lain), sifat-sifat fluida, dan jenis HE.
Untuk estimasi awal pada saat peranangan/desain, kisaran nilai U dapat
dibaca pada literatur (Table 8, Kern). Pada saat desain dilakukan, U akan
terkoreksi dari perhitungan.
Koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) yang diperlukan untuk
memenuhi kondisi operasi dalam HE dapat ditentukan dari Persamaan
Umum pada Nomor 1, jika A, Q dan ΔT diketahui. Jika A tidak diketahui,
maka U tidak dapat dihitung sehingga harus dihitung terpisah berdasarkan
koefisien perpindahan panas konveksi dari pipa dalam (hio) dan koefisien
perpindahan.
𝑈𝑐 = ℎ𝑖𝑜 ×ℎ𝑜
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜
Keterangan :
Uc = Clean overall Coeficient, btu/hr.𝑓𝑡 2 . ℉
ℎ𝑜 = koefisien transfer di shell, btu/hr.𝑓𝑡 2 . ℉
ℎ𝑖𝑜 = Koefisien tranfer di tube, btu/hr.𝑓𝑡 2 . ℉
BAB IV
Dari data desain yang diperoleh pada data sheet Naphta Hydrotreating
Unit dan data aktual yang diperoleh dari tanggal 01 Januari – 31 Januari 2017,
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel IV.1.1 Hasil perhitungan fouling factor (Rd) pada heat exchanger 31-E-
102 A/B berdasarkan data desain
Tabel IV.1.2 Hasil Perhitungan fouling factor (Rd) aktual pada tanggal 01 Januari –
31 Januari 2017
IV.2 Pembahasan
Nilai Q (Duty) merupakan otal panas yang ditransfer dari fluida yang panas
ke fluida yang dingin ataupun sebalikya. Berdasarkan dar hasil perhitungan data
desain dan data actual Q (Duty) pada Heat Exchanger 31-E-102 A/B pada periode
01 Januari 2017 sampai dengan 31 Januari 2017 dapat dilihat perbandingan antara
kedua data untuk bagian shell dan tube pada grafik berikut ini:
Perbandingan Q Shell
10000000.000
9000000.000
8000000.000
7000000.000
Nilai Q
6000000.000
5000000.000
4000000.000 Q Shell (Kcal/hr)
3000000.000 Aktual
2000000.000 Q Shell (Kcal/hr) Desain
1000000.000
0.000
Peeriode Waktu
Gambar 13. Grafik Perbandingan Q shell desain dan actual pada Heat Exchanger
31-E-102A/B
Perbandingan Q Tube
9000000.000
8000000.000
7000000.000
6000000.000
5000000.000
Nilai Q
4000000.000
3000000.000 Q Tube (Kcal/hr)
Aktual
2000000.000Q Tube (Kcal/hr)
1000000.000Desain
0.000
Periode Waktu
Gambar 14. Grafik Perbandingan Q tube desain dan actual pada Heat exchanger
31-E-102 A/B
Pada gambar diatas dapat dilihat grafik perbndingan antara nilai Q desain
dan Q actual shell dan tbe pada heat exchanger 31-E-102 A/B. Pada tanggal 01
Januari 2017 sampai dengan 31 Januari 2017, Q shell actual lebih rendah
dibandingakan dengan Q shell desain. Hal ini menandakan bahwa panas yang
ditransfer di dalam shell paa heat exchanger lebih rendah dari kapasitas panas
desain. Perbedaan tersebut dapat disebabkan karena perbedaan suhu pada kondisi
actual lebih kecil dibandig perbedaan suhu desain. Perbandingan rata-rata ΔT
pada kondisi actual yaitu 80,3°F lebih kecil dari rata-rata ΔT pada kondisi desain
yaitu sekitar 95,4°F. Begitupula dengan hasil Q tube, data actual lebih rendah
dibanding desain karena pengaruh perbedaan suhu pada desain dan actual.
Perbandingan ΔT actual yaitu sekitar 81,4°F lebih rendah dari ΔT desain yaitu
sekitar 100,8°F. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh besarnya flowrate dan
nilai heat capacity. Dimana semakin tinggi nilai dari ketiga faktor tersebut maka
akan menyebabkan semakin besar nilai Q tiap jamnya.
Nilai penurunan kinerja dari heat exchanger dapat dilihat dari besarnya
nilai Ud yang terjadi dalam heat exchanger 31-E-102 A/B. Design Overall
Koefisient (Ud) merupakan koefisien perpindahan panas menyeluruh setelah
terjadi pengotoran pada Heat Exchanger, misalnya pembentukan kerak atau
deposit. Berdasarkan hasil perhitungan Ud menurut data aktual dapat dilihat
dalam grafik berikut ini:
Grafik Nilai Ud
Ud (Btu/hr ft2 F) 100
90
80
70
60
50
40 Ud aktual
30 Ud desain
20
10
0
26-Dec-16
5-Jan-17 15-Jan-17 25-Jan-17 4-Feb-17
Periode Bulan Januari
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai Ud pada heat
exchanger secara signifikan. Nilai Ud dapat digunakan utuk melihat kinerja dari
suatu heat exchanger, dimana semakin besar nilai Ud maka semakin kecil nilai
penurunan kinerja dari suatu heat exchanger. Pada periode 01 Januari – 12 Januari
2017 mengalami penurunan nilai Ud yang dimana dapat diakibatkan oleh fouling.
Sedangkan pada periode 12 Januari – 31 Januari 2017 mengalami kenaikan yang
signifikan meski mengalami data yang fluktuasi. Kenaikan nilai Ud ini dapat di
akibatkan karena berkurangnya fouling yang berrti bahwa kinerja dari heat
exchanger meningkat, hal dapat terjadi dikarenakan telah dilakukannya roses
cleaning.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Ud aktual lebih rendah dari Ud
desain. Karena Ud dipengaruhi oleh besar kecilnya panas yang berpindah antara
fluida panas dan dingin (ΔT). Turunnya nilai dapat dijadikan indicator dari
penurunan kinerja dari heat exchanger. Dimana penurunan nilai Ud dapat
diakibatkan oleh adanya fouling. Besarnya nilai fouling dapat dilihat dari grafik
Rd di bawah ini.
Perbadingan Nilai Rd
0.016000
0.014000
0.012000
Nilai Rd
0.010000
0.008000 Rd (Kcal/hr 𝑚^2 °C)
0.006000 aktual
Rd (Kcal/hr 𝑚^2 °C) desain
0.004000
0.002000
0.000000
Periode Waktu
Dari gambar 16. Grafik Rd desain dan Aktual dapat dilihat bahwa pada
periode 01 Januari – 12 Januari 2017 nilai Rd aktual lebih tinggi dibanding
dengan desain ini dapat diakibatkan karena belum dilaksanakannya proses
cleaning sehingga mengakibatkan nilai fouling besar yang berimbas pada kinerja
dari suatu heat exchanger. Seperti yang telah dilihat pada Gambar 15. bahwa pada
periode 01 Januari – 12 Januari 2017 menurun dikarenakan besarnya nilai Rd
yang terjadi pada periode yang sama. Sedangkan pada periode 12 Januari – 31
Januari 2017 nilai Rd mengalami penurunan secara signifikan meski terjadi
fluktuatif, penurunan nilai Rd ini dikarenakan karena telah dilakukan proses
cleaning. Tingginya nilai Rd ini dapat disimpulkan bahwa turunnya nilai Ud pada
heat exchanger ini dikarenakan adanya fouling. Fouling yang terjadi pada heat
exchanger disebabkan oleh terakumulasinya kotoran atau residu yang dibawa oleh
raw oil (SR naphta) yang berasal dari unit CDU ke dalam heat exchanger.
Kotoran tersebut sudah banyak menempel di dinding shell maupun tube,
menyebabkan transfer panas dari fluida panas (MCBP) ke fluida dingin (raw oil)
menjadi tidak maksimal dan tidak efisien. Dengan adanya pembersihan pada
periode 12 Januari – 31 Januari 2017 ini membuat kinerja dari heat exchanger
dapat lebih optimal lagi dan masih layak untuk digunakan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan data desain dan data actual
selama satu bulan periode 01 Januari – 31 Januari 2017 dapat disimpulkan bahwa:
1. Terjadi penurunan kinerja pada heat exchanger 31-E-102 A/B jika ditinjau
dari nilai fouling factor (Rd) actual yang nilainya mengalami fluktuuatif
pada range 0,0005 – 0,01336 ℎ𝑟 𝑚 2 ℃/𝐾𝑐𝑎𝑙.
V.2 Saran
Setelah dilakukan evaluasi kinerja dari heat exchanger 31-E-102 A/B pada
Naptha Hydrotreating Unit (NHT) selama satu bulan periode 01 Januari – 31
januari 2017, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
Kern, D., Q. 1965. Process Heat Transfer. International Student Edition. McGraw
Hill Book Co: Tokyo
Hasil perhitungan
m = 251.967 kg/hr = 555.492,488 lb/hr
Cp = 0,685 BTU/lb°F
ΔT = 95,4 °F
Q = m.Cp.ΔT
= 555.492,148 lb/hr . 0,685 BTU/lb°F . 95,4°F
= 36300813,22 BTU/hr
= 9075203,305 Kcal/hr
b. Q Tube Side
Diketahui
Tube side
M SI (kg) Britis (lb)
inlet outlet inlet Outlet
Total 278.535 278.535 614063,8317 614063,8317
Hasil perhitungan
m = 278.535 kg/hr = 614.063,8317 lb/hr
Cp = 0,502 Btu/lb°F
ΔT = 100,8 °F
Q = m.Cp.ΔT
= 614.064,562 lb/hr . 0,502 Btu/lb°F . 100,8 °F
= 34.167.494,09792 Btu/hr
= 8541873,52448 Kcal/hr
2. Menghitung ΔTLMTD
LMTD
LMTD 132,2816
R 0,9464
S 0,4375
Ft 0,92 (fig 18)
∆t 121,6991
(Δt2 – Δt1)
LMTD = = 132,2816 ℉
Δt2
𝑙𝑛 Δt1
a’s =0,971444𝑓𝑡2
a’t = 0,223𝑖𝑛2 ( table 10.kern)
𝑁𝑡 × 𝑎′𝑡 800× 0,223 𝑖𝑛 2
𝑎= = = 0,619444𝑓𝑡 2
𝑡
4. Mass Velocity 144 × 144 ×2
𝑛
𝑊 555.492,148 𝑙𝑏/ℎ𝑟
Gs = =
𝑎𝑠 0,971444𝑓𝑡 2 4. Mass Velocity
=571.820,2588 𝑙𝑏
𝑊 614.063,8317 𝑙𝑏/ℎ𝑟
ℎ𝑟 𝑓𝑡2 Gt = 𝑎𝑡 = 0,619444 𝑓𝑡 2
= 991.313,809 𝑙𝑏
ℎ𝑟 𝑓𝑡2
5. Reynold Number
𝑙𝑏
2.42
𝑓𝑡 ℎ𝑟 5. Reynold Number
𝜇 = 0,155𝐶𝑝× 𝑙𝑏
1 2.42
𝐶𝑝
= 0,3751 𝑙𝑏 𝑓𝑡 ℎ𝑟
𝑓𝑡 ℎ𝑟 𝜇 = 0,94 𝐶𝑝×
1 𝐶𝑝
De=0,95 in = 0,07917 ft (fig. 28)
= 2,2748 𝑙𝑏
𝑓𝑡 ℎ𝑟
𝐷𝑒×𝐺𝑠
Re = 𝜇
𝐷×𝐺𝑡
Re = 𝜇
𝑙𝑏 𝑙𝑏
0,07917𝑓𝑡 ×571.820,2588 , 0,04867 𝑓𝑡 ×991.313,809
ℎ𝑟 𝑓𝑡2 ℎ𝑟 𝑓𝑡2
= 0,3751
𝑙𝑏 = 2,2748
𝑙𝑏
ℎ𝑟 𝑓𝑡 ℎ𝑟 𝑓𝑡
=120690,509 = 19311,8807
6. Mencari Faktor Panas (jH)
𝐵𝑡𝑢
jH = 130 ; (Fig.28, Kern) 6. Mencari Faktor Panas (jH)
𝑙𝑏 𝑓𝑡2 ℉ 𝐵𝑡𝑢
jH = 80 ; (Fig.28, Kern)
𝑙𝑏 𝑓𝑡2 ℉
7. Mencari (Pr)1/3
𝑏𝑡𝑢
k =0,062496 7. Mencari (Pr)1/3
𝑓𝑡 ℎ𝑟 ℉ 𝑏𝑡𝑢
o
k =0,0726
cp = 0,685Btu/lb F 𝑓𝑡 ℎ𝑟 ℉
𝐶𝑝 ×𝜇
(Pr)= 1/3 cp = 0,502 Btu/lboF
( ) 𝐶𝑝 ×𝜇
𝑘
(Pr)= 1/3
= 1,601997 ( )
𝑘
=2,586404
8. Mencari ho
ho = 𝑗𝐻 ×𝑘 ×𝑃𝑟1/3×∅𝑡 8. Mencari hio
𝐷𝑒
130
𝐵𝑡𝑢
×0,0625
𝐵𝑡𝑢 hi = 𝑗𝐻 ×𝑘 ×𝑃𝑟1/3×∅𝑡
𝐷
ℎ𝑜 𝑙𝑏 𝑓𝑡2 ℉ 𝑓𝑡 ℎ𝑟 ℉
∅𝑡 = 0,07917 ft x1,60196 80
𝐵𝑡𝑢
×0,0726
𝐵𝑡𝑢
ℎ𝑖 𝑙𝑏 𝑓𝑡 ℉ 𝑓𝑡 ℎ𝑟 ℉
= 2 x2,586404
= 164,3981 𝐵𝑡𝑢 ∅𝑡 0,0486 ft
𝑓𝑡 ℎ𝑟 ℉
= 338,8619 𝐵𝑡𝑢
𝑓𝑡 ℎ𝑟 ℉
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 𝐼𝐷 0,532
∅𝑡 = ∅𝑡 × 𝑂𝐷 = 338,8619× 0,75
𝐵𝑡𝑢
= 240,1835
𝑓𝑡 ℎ𝑟 ℉
11. Mencari Rd
𝑈𝐶 − 𝑈𝐷 97,59641 −
R d=
89,33078 = = 0,00095 ℎ𝑟 𝑓𝑡 2 ℉/𝐵𝑡𝑢
𝑈𝐶 × 𝑈𝐷 97,59641 𝑥89,33078
= 0,00043 ℎ𝑟 𝑚2 °𝐶/𝐾𝑐𝑎𝑙
12. Efisiensi