REKAYASA FUNDASI II
UNIVERSITAS SANGGA BUANA BANDUNG
LAPORAN
Disusun Oleh:
Rasa syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyususnan laporan yang
berjudul PEMAHAMAN TERHADAP MATERI DAN PERHITUNGAN
REKAYASA FUNDASI UNIVERSITAS SANGGA BUANA.
Laporan ini disusun sebagai salah satu Tugas Besar mata kuliah Rekaysa
Fundasi II Teknik Sipil . Secara khusus penyusun menyampaikan rasa terima
kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Candra Afriade Siregar, ST., MT selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Rekayasa Fundasi II Teknik Sipil
2. Drs. Tia Sugiri, ST., M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sangga Buana Bandung.
3. Dr. Ir. Bakhtiar Abu Bakar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Universitas Sangga Buana Bandung.
4. Seluruh staff Departemen Teknik Sipil Universitas Sangga Buana Bandung.
Penyusun menyadari masih terdapat kekurangan di dalam penulisan laporan
ini baik secara teknis maupun non-teknis, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan agar penyusun bisa terus berkembang dimasa mendatang
dengan lebih baik lagi.
i
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Menyetujui :
Dosen
Mengetahui :
ii
DAFTAR ISI
iii
3.6 Analisis Stabilitas Konstruksi ................................................................................. 31
3.6.1 Stabilitas Terhadap Bahaya Guling........................................................... 32
3.6.2 Stabilitas Terhadap Bahaya Geser ............................................................ 33
3.6.3 Stabilitas Terhadap Daya Dukung Tanah ................................................. 34
3.6.4 Stabilitas Terhadap Gaya Internal Pada Konstruksi Badan ...................... 35
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 37
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 37
4.2 Saran ....................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 39
LAMPIRAN TUGAS ....................................................................................................... 40
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk , pondasi dangkal juga
tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah
deposito aluvial, dll.Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil
alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4) dan apabila letak tanah baik (kapasitas
dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m) maka digunakan
pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan bila bangunan yang berada di
atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa
dipakai untuk bangunan umum lainnya yang berada di atas tanah yang keras.
2
mana akan melakukan penelitian dan mengkaji lebih dalam dengan permasalahan
yang serupa.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Pondasi dapat didefenisikan sebagai bangunan yang berada dalam tanah yaitu
bagian yang berdekatan dengan elemen bagian bawah tanah serta bangunan.
Sedangkan teknik pondasi atau rekayasa pondasi dapat didefenisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan seni yang memakai prinsip mekanika tanah dan konstruksi
secara sama – sama.
1. Pondasi dangkal,
2. Pondasi dalam
4
h. Pondasi Hypar
5
Gambar 2. 1 Pondasi Setempat (Single Footing)
6
c. Pondasi Pelat (Plate Foundation)
Pondasi pelat biasanya seluas ukuran gedung. Pondasi ini
membagi beban secara merata ke tanah bangunan.
Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:
Daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi
Raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter
Beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh
konstruksi atas
Pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah
meresapnya air dari bawah (tanah).
7
demikian maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah
bengkok. Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam
tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk
membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak
memerlukan sistem drainasi dan sambungan kembang susut.
8
menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak menimbulkan kebisingan
disekitarnya.
9
Keruntuhan ini terjadi jika pondasi berada pada pasir padat dan
lempung kaku.
Keruntuhan ini terjadi jika pondasi berada pada pasir agak padat dan
lempung agak kaku.
10
c. Punching shear Failure
Keruntuhan ini terjadi jika pondasi berada pada lempung lunak dan
pasir gembur. Untuk kasus ini persamaan perhitungan pondasi dangkal
tidak berlaku.
11
b. Pondasi Baru Dekat dengan Pondasi Lama
Pondasi lama akan terbawa turun juga akibat beban pondasi baru.
Solusinya dengan pengaturan jarak yang cukup (sebaran beban 1:1)
atau gunakan sheet pile.
Gambar 2. 11 Sketsa Akibat Pondasi Diatas Tanah Pasir yang Tidak Padat
12
d. Pondasi Diatas Tanah Ekspansif
Sifat tanah ekspansif : pada saat basah mengembang dan pada saat
kering tanah menyusut baik ke arah vertikal (dominan) maupun
horisontal.
Solusi : Mengganti tanah dengan tanah yang baik, perbaikan tanah
dengan bahan kimia (semen/kapur), pengontrolan kadar air agar tidak
terjadi penyusutan dan pengembangan.
Untuk pondasi dapat dipasang rongga pengatur kembang susut.
13
D. Kapasitas daya dukung tanah (bearing capacity)
E. Penurunan (settlement)
14
selalu memenuhi persyaratan selain memenuhi persyaratan terhadap
factor keamanan.
15
sumuran nilai kedalaman (DF) dibagi lebar (B) lebih kecil atau sama
dengan 4, sedangkan pondasi dangkal Df/B≤1.
b. Pondasi Tiang
Pondasi tiang digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang
normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya
terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Pada pondasi tiang
umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang dibanding
dengan pondasi sumuran.
16
Pondasi dalam seringkali di identikkan sebagai pondasi tiang yaitu
suatu struktur pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal
kesumbu tiang dengan menyerap lenturan. Pondai tiang dibuat
menjadi satu kesatuan monolit dengan menyatukan pangkal tiang
yang terdapat dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.
1. Bangunan di darat
Biasanya tiang bore (bore & cast in situ piles) merupakan tiang
ekonomis dan dapat dilaksanakan dengan diameter tiang yang cukup
besar sehingga bisa menahan beban struktur atas ( upper structure)
yang besar. Untuk daerah perkotaan jenis tiang ini baik digunakan
karena bisa mengurangi heave, kebisingan dan getaran yang terjadi.
Penggunaan baja atau profil H atau pipa lebih baik digunakan dari
pada beton.Tetapi penggunaan tiang baja harus diperhatikan PH air
yang tempat tiang diletakkan. Untuk air yang memiliki PH < 4 atau
PH > 9 tiang harus diberi coating.
17
Jenis pondasi tiang begitu banyak dan bisa diklasifikasikan
berdasarkan beberapa kelompok baik menurut perpindahannya
maupun menurut teknik pemasangannya.
18
Tiang baja penampang bulat/pipa, dipancang dengan ujung
terbuka dan tanah dapat dibuang kalau diperlukan.
Tiang baja berpenampang kotak, dipancang dengan ujung
terbuka dan tanah dapat dibuang kalau diperlukan.
Tanah ulir.
Selinder ulir.
4. Tiang tanpa perpindahan (non displacement piles)
Dilaksanakan dengan mengeluarkan tanah dengan proses
pemboroan, kemudian tiang dibuat dengan meletakkan beton atau
massive pada lobang bor.
Betonan yang dituangkan pada bor yang dibor dengan bor
putar.
Pipa-pipa yang diletakkan pada bor seperti butir satu dan diisi
dengan betonan sepanjang diperlukan.
Unit-unit tiang pracetak beton diletakkan pada lubang bor.
Tiang baja diletakkan pada lubang bor.
Tiang pipa diletakkan pada lubang bor.
Klasifikasi tiang berdasarkan teknik pemasangan
Cara pemasangan tiang :
T. Pracetak
Penumbukan
Penggetaran
Penanaman
T. cor ditempat dengan mesin
Penetrasi Alas
Berlawanan penggalian
19
BAB III
PEMBAHASAN
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur
atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya.
20
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak
direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang
lebih besar dari bagian sekitarnya.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan pondasi, yaitu :
21
3.1.3 Pengertian Dan Penggunaan Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi penahan agar tanah tidak
longsor. Konstruksi ini digunakan untuk suatu tebing yang agak tegak.
Dinding penahan yang digunakan bila suatu jalan dibangun berbatasan
dengan sungai, danau, atau tanah payau.
22
dibuat dari pasangan batu atau beton tanpa tulangan, kecuali pada
permukaan luar untuk mencegah retak-retak akibat perubah suhu.
23
digunakan bila tanah asli dibelakang cukup baik dan tekanan
tanahnya relatif kecil.
24
j. Dinding penyokong dari luar
Dinding jenis ini hampir sama dengan dinding counteryort, hanya
pada jenis ini penyokong ditempatkan di depan dinding.
25
3.2 Tekanan Tanah Lateral (Lateral Earth)
Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat dorongan
tanah di belakang struktur penahan tanah. Besarnya tanah lateral sangat
dipengaruhi oleh perubahan letak dari dinding penahan tanah dan sifat
tanahnya. Tekanan tanah lateral yang terjadi dibedakan atas 3 keadaan, yaitu :
Tekanan tanah ini akan terjadi dan bekerja pada suatu retainig wall apabila
retaining wall tersebut sama sekali tidak bisa bergerak di dalam tanah. Hal
ini dinyatakan dalam persamaan :
P₀ = K₀ x γ x H
Dimana :
γ : Berat volume tanah
K₀ : Koefisien tekanan tanah pada keadaan diam
Tekanan tanah aktif akan terjadi dan bekerja pada suatu retaining wall
apabila retaining wall tersebut harus menahan lomgsornya tanah. Dengan
kata lain tekanan tanah aktif dapat terjadi apabila retaining wall bergerak
menjahui tanah. Hal ini dinyatakan dalam persamaan :
26
Pa = Ka x γ x H
Di mana :
Tekanan tanah pasif akan terjadi dan bekerja pada suatu retaining wall
apabila tanah tersebut harus menahan bergeraknya retaining wall , tau
dengan kata lain tekanan tanh pasif akan terjadi apabila dinding didorong
menuju tanah. Hal ini dinyatakan dalam persamaan :
Pρ = Kρ x γ x H
Di mana :
27
Gambar 3. 3 Tekanan Tanah Pasif
Adapun teori lain yang mengalaisa tentang tekanan tanah lateral yaitu teori
Rankine. Menurut teori rankine, analisa tekanan tanah lateral ditinjau pada
kondisi keseimbangan plastis, yaitu saat masa tanah pada kondisi tepat akan
runtuh ( Rankine, 1857 ).
28
Tanah dianggap tidak berkohesi yang homogen dan isotropis yang terbentuk
pada ruangan semi tak terhingga dengan permukaan horizontal dan dinding
vertikal berupa dinding yang licin dan sempurna.
Dalam teori ini , kondisi koefisien tekanan aktif persamaannya adalah sebagai
berikut :
Pρlb = 0,5 ( γ x H² x Kρ )
Keterangan:
Ka : Koefisien tekanan aktif
Kρ : Koefisien tekanan pasif
Setelah diperoleh tekanan tanah (horizontal aktif dan pasif), kita lakukan
pengecekan terhadap stabilitas dinding penahan tersebut dari bahaya Geser,
Guling, dan daya dukung tanah yang bersangkutan supaya jangan sampai
terlampaui.
29
3. α = 90° (permukaan bidang longsor bersudut 90° dengan horizontal/dasar
tembok penahan tanah).
Palb = ( Ka x q x H ) + ( 1/2 Ka x γ x H² )
Dimana :
q : Beban merata
Bagian atas mukan air tanah, dapat berubah tanah saturated atau tanah
timbunan, tergantung jenis tanahnya sehingga berat janisnya dapat g
(berat jenis tanah timbunan) atau gsat (berat jenis tanah saturated). Tanah
di bawah muka air tanah akan menjadi tanah rendam dengan berat jenis
tanah terendam.
Jika tanah di belakang dinding penahan terdiri beberapa lapisan tanah yang
berbeda, persamaannya adalah :
Palb 1 = → Pengaruh air lapisan 1 di belakang dinding setinggi H₁
Palb 1 = 1/2 Ka₁ x γ₁ x H₁
Palb 2 = → Sebagai beban terbagi rata dengan q = H₁ x γ₁
Palb 2 = q x Ka₂ x H₂
Palb 3 = → Pengaruh air lapisan 2 di belakang dinding setinggi H₂²
Palb 3 = 1/2 Ka₂ x γ₂ x H₂²
30
Tanpa Kohesi
Pa ¹ = 1/2 H ² x γ x Ka
Dengan Kohesi
Pa = Pa ' - Pa "
Dimana :
Pa " = 2 x H x c x √Ka
Dalam teori retaining wall ada dua macam kestabilan konstruksi, yakni
kestabilan terhadap gaya eksternal dan kestabilan terhadap gaya internal.
Analisis stabilitas gaya-gaya eksternal ini meliputi terhadap bahaya :
Terhadap bahaya guling
Terhadap bahaya geser
Terhadap daya dukung tanah
31
Adapun analisis stabilitas terhadap gaya internal (gaya dalam) ditinjau pada
stabilitas gaya internal pada badan dinding penahan (retaining wall).
SF = ΣΜp / ΣΜa
Dimana :
SF ≥ 1,5 : Digunakan untuk jenis tanah non kohesif misal tanah pasir
SF ≥ 2 : Digunakan untuk jenis tanah kohesif misal tanah lemping
(clay)
Mpasif = Pp . hp
32
Dan pada konstruksi-konstruksi di daerah yang tergenang air atau muka air
tinngi akan terjadi adanya tekanan hidrostatis yang mengurangi besarnya
angka keamanan (SF). Besarnya momen akibat tekanan hidrostatis adalah :
Mw = Pw . a
Tekanan tanah aktif (Pa lb) menimbulkan gaya dorong sehingga dinding
akan bergeser. Bila dinding tanah dalam keadaan stabil, maka gaya-gaya
yang bekerja dalam keadaan seimbang ( ΣF = 0 dan ΣΜ = 0 )
33
tgΦ, dimana Φ merupakan sudut geser dalam tanah. Sebalikinya bila
alas pondasi relatif halus permukaannya, maka diambil nilai f = tg
(0,7Φ) sehingga dalam hitungan didapat : Vf = Gtotal x f, dan dalam
hitungan angka keamanan yang diambil adalah :
SF = Vf + Pp ≥ 1,5
Ppah
34
lain. Analisa stabilitas terhadap daya dukung tanah inipun dibedakan
terhadaap jenis tanah tersebut :
Jenis tanah berupa tanah lempung, tanah pasir atau tanah campuran.
Jenis berupa tanah keras.
Bila dalam pelaksanaan, beban bangunan melampaui besarnya daya
dukung tanah yang diizinkan, maka terjadi keruntuhan daya dukung seperti
yang tergambar di bawah ini.
35
Gambar 3. 7 Stabilitas Terhadap Gaya Internal
Bila pada segmen dinding penahan terjadi tegangan tidak sejenis (eksentrisitas
dalam > 1/6 lebar badan dinding), maka dapat mengakibatkan pecahnya
konstruksi badan. sehingga badan dinding badan akan runtuh / terpisah dari kaki
pondasinya.
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
37
2. Tembok Semi Gravitasi
a. Memerlukan pembesian vertikal pada sisi dalam.
b. Bahan-bahannya:beton tumbuk,dan lain-lain.
c. Struktur lebih langsing dari pada tembok gravitasi
3. Tembok Kantilver
a. Memerlukan pembesian pada semua penampang untuk menahan
momen dan gaya geser.
b. Bahan-bahannya: beton bertulang.
c. Sturuktur lebih langsing dari tembok semi gravitasi.
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang akan kami sampaikan selaku penulis antara lain :
1. Dalam mempelajari ilmu Rekayasa Fundasi II ini sangat bermanfaat sekali
bagi mahasiswa terutama Teknik Sipil, yang mana dengan mempelajari hal
tersebut untuk merencanakan sebuah bangunan dan aspek fundasi yang
kokoh kita harus paham betul ilmu Rekayasa Fundasi ini.
38
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pondasi_dalam
https://www.dataarsitek.com/2016/12/jenis-dan-macam-macam-pondasi-dangkal-
dalam.html
http://azwaruddin.blogspot.com/2008/06/pengertian-pondasi.html
https://ilmutehniksipil.blogspot.com/2016/02/dinding-penahan-tanah-retainig-
wall.html
https://ilmutehniksipil.blogspot.com/2016/02/tekanan-tanah-lateral.html
https://ilmutehniksipil.blogspot.com/2016/02/analisis-stabilitas-konstuksi-
retaining.html
http://www.scribd.com/doc/13568272/Desain-Dan-Analisis-Pondasi-Dangkal
39
LAMPIRAN TUGAS
40