PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
BHAYU WIJAYA
NIM : 2013-11-143
i
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti Sidang Proposal Skripsi pada Jurusan
S1 Teknik Elektro
Disusun Oleh:
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
Identitas Peneliti
a. Nama Mahasiswa : Bhayu Wijaya
b. NIM : 201311143
c. Jurusan : S1 Teknik Elektro
d. No. HP : 082281672874
e. Email : bayu.dwijay@gmail.com
Jangka Waktu Penelitian
a. Mulai tanggal : 22 Januari 2018
b. Selesai tanggal : 30 Mei 2018
Lokasi Penelitian : rumah kontrakan dan rumah
Dosen Pembimbing : Ir. Tasdik Darmana
Jakarta, ... ............... 2017
Mengetahui,
Disetujui Oleh,
Ketua Jurusan
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
Hal
Judul Proposal ................................................................................................................... i
Lembar Persetujuan Sidang Proposal ............................................................................... iii
Abtrak................................................................................................................................iv
Daftar Isi............................................................................................................................ v
Daftar Tabel ......................................................................................................................vi
Daftar Gambar ..................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Permasalahan Penelitian .............................................................................. 3
1.2.1. Identifikasi Masalah......................................................................... 3
1.2.2. Ruang Lingkup Masalah.................................................................. 3
1.2.3. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 5
2.1.1. Energi Baru dan Terbarukan ........................................................... 5
2.1.2. Konsep Dasar Pengeringan ............................................................ 7
2.2. Landasan Teori........................................................................................... 10
2.2.1. Energi Matahari............................................................................. 10
2.2.2. Komponen Panel Surya ................................................................ 11
2.2.2.1. Sel Surya .................................................................... 11
2.2.2.2. Teknologi Sel Surya.................................................... 12
2.2.2.3. Baterai ........................................................................ 16
2.2.2.4. Charge Controller........................................................ 17
2.2.3. Sistem Pengering.......................................................................... 18
2.3. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Analisa Kebutuhan...................................................................................... 20
3.2. Perancangan Penelitian.............................................................................. 20
3.3. Teknik Analisis............................................................................................ 22
3.4. Jadwal Penelitian........................................................................................ 23
v
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................................ix
vi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................... 23
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Skema Sistem Kerja Pengering ........................................................ 10
Gambar 2.2 Panel Monokristal Silikon .................................................................. 14
Gambar 2.3 Panel Polikristal Silikon ..................................................................... 14
Gambar 2.4 (a) Modul Surya Jenis Thin Film........................................................ 15
Gambar 2.4 (b) Struktur Thin Film......................................................................... 15
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ........................................................................... 19
vii
BAB l
Pendahuluan
1
Tumiran (2012). Skenario Kebijakan Energy Nasional Menuju Tahun 2050. Dewan energy nasional 2012.
2
PT. PLN (Persero).2016. Statistik PLN 2015. ISSN 0852-8179 No:02801.160531.
3
Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut Pertanian Bogor.
1
Namun akhir-akhir ini terdapat problematika dalam proses produksi biji kopi.
Hal ini di karenakan iklim dan cuaca di Indonesia yang kurang menentu. Dalam
proses pengolahan nya biji kopi memerlukan banyak cahaya dan panas, salah
satunya pada proses pengeringan.
Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan pertanian
menuju kadar air kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada tingkat kadar
air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari serangan jamur, enzim dan
aktifitas serangga (S. M. Hederson and R. L. Perry, 1976).
Sedangkan menurut Hall (1957) dan Brooker etal, (1974), proses
pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas
tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan bahan pertanian akibat
aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah atau dimanfaatkan.Pengeringan
adalah proses pemindahan panas untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengeringan
yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air
bahan sampai dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang
dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian
bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpanyang lebih lama (F. W.
Brooker-Arkemaand & C. W. Hall, 1974).
Pengeringan merupakan salah satu cara dalam teknologi pangan yang
dilakukan dengan tujuan pengawetan. Manfaat lain dari pengeringan adalah
memperkecil volume dan berat bahan dibanding kondisi awal sebelum
pengeringan, sehingga akan menghemat ruang (Rahma & Yuyun, 2005).
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukanbatas akhir dari
proses pengeringan. Kelembapan udara nisbi serta suhu udarapada bahan kering
biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air seimbang,
penguapan air pada bahan akan terhenti dan jumlah molekul - molekul air yang
akan diuapkan sama dengan jumlah molekul air yang diserap oleh permukaan
bahan. Laju pengeringan amat bergantung pada perbedaan antara kadar air
bahan dengan kadar air keseimbangan (Siswanto, 2004).Semakin besar
perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan semakin cepat
2
pindah panas ke bahan pangan dan semakin cepat pula penguapan air dari bahan
pangan. Pada proses pengeringan, air dikeluarkan dari bahan pangan dapat
berupa uap air. Uap air tersebut harus segera dikeluarkan dari atmosfer di sekitar
bahan pangan yang dikeringkan. Jika tidak segera keluar, udara di sekitar bahan
pangan akan menjadi jenuh oleh uap air sehingga memperlambat penguapan air
dari bahan pangan yang memperlambat proses pengeringan (Estiasih, Teti & Kgs
Ahmadi, 2009).
berikut :
Pada penulisan tugas akhir ini akan dibahas tentang sistem kerja
Box Dryer yang di pasok dengan panel surya.
3
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
terpencil karena tidak memerlukan transmisi energi maupun transportasi
sumber energi
Keuntungan dari energi surya adalah (Gibilisco, 2007):
Energi surya memiliki sumber yang tidak terbatas
Pembangkit listrik tenaga surya tidak menghasilkan gas rumah kaca,
bahan kimia beracun atau partikel pencemar
Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga surya tidak
menimbulkan suara
Pembangkit surya dapat didistribusikan ke berbagai daerah,
sehingga pada akhirnya akan menghasilkan sistem pembangkit
tenaga yang tidak rentan terhadap kerusakan
Tenaga surya dapat mensuplemen pembangkit listrik dengan
menggunakan tenaga lain sehingga bisa meningkatkan keragaman
energi di sebuah negara/daerah
Sebuah stasiun pembangkit listrik tenaga surya tidak merusak
pemandangan karena tidak memiliki bangunan yang besar, sehingga
dapat disamarkan dengan di lingkungan
Tenaga surya merupakan bagian penting dari usaha untuk
mengurangi ketergantungan dari energi fosil
6
Pembangkit listrik tenaga surya dalam skala besar tidak dapat
memberikan daya untuk sebuah daerah/pemakaian tanpa dibantu
oleh sistem pembagkit listik tenaga lainnya atau sistem
penyimpanan karena sifatnya yang tidak tetap itu.
Jika tidak didisain secara cermat, dapat terjadi ketidakseimbangan
daya pada saat sebagian dari sel surya tidak mendapat cahaya
matahari
Untuk mencapai tingkat efektivitas tertinggi dalam menghasilkan
energi listrik, panel sel surya harus ditempatkan pada tempat yang
dapat bergerak mengikuti arah matahari. Jika menggunakan
penempatan yang tetap, maka sistem tidak mencapai efektivitas
maksimum.
Pembangkit listrik tenaga surya memerlukan tempat yang cukup
luas, sehingga biaya lokasi/tanah dapat menjadi mahal.
Badai dapat merusak atau menghancurkan sel surya.
7
bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama
(Anonim, 2012b). Pengeringan merupakan salah satu cara dalam teknologi
pangan yang dilakukan dengan tujuan pengawetan. Manfaat lain dari
pengeringan adalah memperkecil volume dan berat bahan dibanding kondisi
awal sebelum pengeringan, sehingga akan menghemat ruang (Rahman dan
Yuyun, 2005). Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan
batas akhir dari proses pengeringan. Kelembapan udara nisbi serta suhu
udara pada bahan kering biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air.
Pada saat kadar air seimbang, penguapan air pada bahan akan terhenti dan
jumlah molekul-molekul air yang akan diuapkan sama dengan jumlah
molekul air yang diserap oleh permukaan bahan. Laju pengeringan amat
bergantung pada perbedaan antara kadar air bahan dengan kadar air
keseimbangan (Siswanto, 2004). Semakin besar perbedaan suhu antara
medium pemanas dengan bahan pangan semakin cepat pindah panas ke
bahan pangan dan semakin cepat pula penguapan air dari bahan pangan.
Pada proses pengeringan, air dikeluarkan dari bahan pangan dapat berupa
uap air. Uap air tersebut harus segera dikeluarkan dari atmosfer di sekitar
bahan pangan yang dikeringkan. Jika tidak segera keluar, udara di sekitar
bahan pangan akan menjadi jenuh oleh uap air sehingga memperlambat
penguapan air dari bahan pangan yang memperlambat proses pengeringan
(Estiasih, 2009). 2.5 Pengeringan Biji Kopi Kombinasi suhu dan lama
pemanasan selama proses pengeringan pada komoditi biji-bijian dilakukan
untuk menghindari terjadinya kerusakan biji. Suhu udara, kelembaban relatif
udara, aliran udara, kadar air awal bahan dan kadar akhir bahan merupakan
faktor yang mempengaruhi waktu atau lama pegeringan (Brooker et al.,
1974). Biji kopi yang telah dicuci mengandung air 55%, dengan jalan
pengeringan kandungan air dapat diuapkan, sehingga kadar air pada kopi 8
mencapai 8-10%. Setelah dilakukan pengeringan maka dilanjutkan dengan
perlakuan pemecahan tanduk. Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu: 1. Pengeringan dengan sinar matahari, dengan cara semua biji kopi
diletakkan dilantai penjemuran secara merata. 2. Pengeringan dengan
8
menggunakan mesin pengering, dimana pada mesin pengering tersebut
terdiri atas tromol besi dengan dindingnya berlubang – lubang kecil (Aak,
1980). Pengeringan pada kopi biasanya dilakukan dengan tiga cara yaitu
pengeringan secara alami, buatan, dan kombinasi antara alami dan buatan.
1. Pengeringan Alami Pengeringan alami hanya dilakukan pada musim
kemarau karena pengeringan pada musim hujan tidak akan sempurna.
Pengeringan yang tidak sempurna mengakibatkan kopi berwarna coklat,
berjamur, dan berbau apek. Pengeringan pada musim hujan sebaiknya
dilakukan dengan cara buatan atau kombinasi cara alami dan buatan.
Pengeringan secara alami sebaiknya dilakukan dilantai semen, anyaman
bambu, atau tikar. Kebiasaan menjemur kopi di atas tanah akan
menyebabkan kopi menjadi kotor dan terserang cendawan (Najiyati dan
Danarti, 2004). Cara penjemuran kopi yang baik adalah dihamparkan di atas
lantai dengan ketebalan maksimum 1.5 cm atau sekitar 2 lapisan. Setiap 1–2
jam hamparan kopi di bolak-balik dengan menggunakan alat menyerupai
garuh atau kayu sehingga keringnya merata. Bila matahari terik penjemuran
biasanya berlangsung selama 10–14 hari namun bila mendung biasanya
berlangsung 3 minggu (Najiyati dan Danarti, 2004). 2. Pengeringan Buatan
Pengeringan secara buatan biasanya dilakukan bila keadaan cuaca
cenderung mendung. Pengeringan buatan memerlukan alat pengering yang
hanya memerlukan waktu sekitar 18 jam tergantung jenis alatnya.
Pengeringan ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, pemanasan
pada suhu 65-100 oC untuk menurunkan kadar air dari 54% menjadi 30%. 9
Tahap kedua pemanasan pada suhu 50–60 oC untuk menurunkan kadar air
menjadi 8-10% (Najiyati dan Danarti, 2004).
Dalam penerapan kali ini akan di gunakan metode pengeringan
secara radiasi dimana pemindahan panas dilakukan tampa menggunakan
zat perantara. Untuk sumber panas berasal dari panas matahari dan panas
lampu, dimana dilakukan secara bergantian. Pada pemahaman
sederhananya ialah matahari merupakan pengering utama, sedangkan
lampu ialah sebagai back-up. Tidak ada penggunaan bahan bakar,
9
dikarenakan sumber energi yang di gunakan ialah listrik. Listrik sendiri
didapat dari penggunaan panel surya, dimana sumber nya di dapat dari
matahari.
10
untuk mendapatkan energi matahari yang optimal ada dua hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu sudut elevasi dan sudut azimuth.
11
yang berkurang pada saat temperatur di sekitar panel surya mengalami
kenaikan t oC dari temperatur standarnya.
Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan
potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi,
walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari
matahari juga bisa dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar
thermal.
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal
atau sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya
berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat
menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya
komersial menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus
short-circuit dalam skala milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus
ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel
surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu modul surya
biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc
sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5).
12
generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan struktur atau bagian-bagian
penyusun sel yang berbeda pula. Pada teori ini akan dibahas struktur dan
cara kerja dari sel surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu sel
surya berbasis material silikon yang juga secara umum mencakup struktur
dan cara kerja sel surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua
(thin film/lapisan tipis).
Sel surya salah satunya terbuat dari teknologi irisan silikon (silikon
wafers), pembuatannya dengan cara memotong/mengiris tipis silikon dari
balok batang silikon. Sel surya juga bisa terbuat dari teknologi film tipis
biasa disebut thin film technologies, dimana lapisan tipis dari bahan
semikonduktor diendapkan pada low-cost substrates. Sel surya
selanjutnya digolongkan sesuai dengan batasan struktur dari bahan
semikonduktornya seperti, mono-crystalline, multi-crystalline (poly-
crystalline) atau amorphous material.
a. Silikon Kristal
Teknologi pertama yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti
adalah teknologi yang menggunakan bahan silikon kristal tunggal.
Teknologi ini mampu menghasilkan sel surya dengan efisiensi yang
sangat tinggi. Teknologi silikon kristal dibagi menjadi dua yaitu
monokristalin dan polikristalin.
1. Monokristalin
Sel monokristalin biasanya terbuat dari batang silikon tunggal berbentuk
silinder, yang kemudian diiris tipis menjadi bentuk wafers dengan
ketebalan sekitar 200-250 μm, dan pada permukaan atasnya dibuat alur-
alur mikro (microgrooves) yang bertujuan untuk meminimalkan rugi-rugi
refleksi atau pantulan.keunggulan utama dari jenis ini yaitu efisiensinya
yang lebih baik (14-17%), serta lebih tahan lama (efektif hingga 20 tahun
lebih penggunaan).
13
Gambar 2.2 Panel Monokristalin Silikon
2. Polikristalin
Polikristalin terbuat dari batang silikon yang dihasilkan dengan cara
dilelehkan dan dicetak oleh pipa paralel, lalu wafers sel surya ini biasanya
berbentuk persegi dengan ketebalan 180-300 μm. Polikristalin dibuat
dengan tujuan untuk menurunkan harga produksi, sehingga memperoleh
sel surya dengan harga yang lebih murah, namun tingkat efisiensi sel
surya ini tidak lebih baik dari monokristalin yaitu sebesar 12-14%.
14
mengingat teknologi ini hanya menggunakan kurang dari 1% dari bahan
baku silikon jika dibandingkan dengan bahan baku untuk tipe silikon wafer.
Metode yang paling sering dipakai dalam pembuatan silikon jenis lapian
tipis ini adalah dengan plasma-enhanced chemical vapor deposition
(PEVCD) dari gas silane dan hidrogen. Lapisan yang dibuat dengan
metode ini menghasilkan silikon yang tidak memiliki arah orientasi kristal
atau yang dikenal sebagai amorphous silikon (non kristal).
Selain menggunakan material dari silikon, sel surya lapisan tipis juga
dibuat dari bahan semikonduktor lainnya yang memiliki efisiensi solar sel
tinggi seperti Cadmium Telluride (Cd Te) Amorphous Silikon (a-Si),
Cadmium Sulfide (CdS), Gallium Arsenide (GaAs), Copper Indium
Selenide (CIS), dan Copper Indium Gallium Selenide (CIGS). Efisiensi
tertinggi saat ini yang bisa dihasilkan oleh jenis solar sel lapisan tipis ini
adalah sebesar 19,5% yang berasal dari solar sel CIGS. Keunggulan
lainnya dengan menggunakan tipe lapisan tipis adalah semikonduktor
sebagai lapisan solar sel bisa dideposisi pada substrat yang lentur
sehingga menghasilkan device solar sel yang fleksibel.
Gambar 2.6 (a) Modul surya jenis thin film (b) struktur thin film dengan bahan
CdTe-CdS
15
2.2.2.3. Baterai
Baterai merupakan salah satu komponen yang digunakan pada
sistem PLTS yang dilengkapi dengan penyimpanan cadangan energi listrik.
baterai memiliki fungsi untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh
panel surya dalam bentuk energi arus DC. Energi yang disimpan pada
baterai berfungsi sebagai cadangan (back up), yang biasanya digunakan
pada saat panel surya tidak menghasilkan energi listrik, contohnya pada
saat malam hari atau pada saat cuaca mendung, selain itu tegangan
keluaran ke sistem cenderung lebih stabil. Satuan kapasitas energi yang
dihasilkan pada baterai adalah ampere hour (Ah), yang artinya arus
maksimum yang dapat dikeluarkan oleh baterai selama satu jam. Proses
pengosongan baterai (discharge), baterai tidak boleh dikosongkan hingga
titik maksimum, sebab hal ini mempengaruhi usia pakai (life time) dari
baterai tersebut. Batas pengosongan dari baterai disebut dengan depth of
discharge (DOD) yang dinyatakan dalam satuan persen. Menurut James P
Dunlop suatu baterai memiliki DOD 80%, ini berarti bahwa hanya 80% dari
energi yang tersedia dapat dipergunakan dan 20% tetap berada dalam
cadangan. Semakin dalam DOD yang diberlakukan pada suatu baterai
maka semakin pendek pula siklus dari baterai tersebut.
Baterai dapat diartikan sebagai gabungan dari sel-sel yang terhubung seri.
Secara umum ada dua jenis baterai yang digunakan untuk keperluan solar
electric systems, yaitu lead acid battery (accu) dan nicel cadmium battery.
Kedua jenis baterai tersebut memiliki komponen yang hampir sama, hanya
saja berbeda dalam jenis elektroda yang dipakai dan jenis elektrolit yang
digunakan untuk membangkitkan reaksi elektrokimia. Lead acid battery
menggunakan lempengan yang terbuat dari lead, dan sebagai elektrolitnya
digunakan H2SO4 (asam sulfur) yang sama seperti pada accu serta
memiliki efisiensi 80%. Menurut James P Dunlop sedangkan nickel
cadmium battery menggunakan cadmium sebagai elektroda negatif dan
nikel sebagai elektroda positif sedang elektrolitnya dipakai potassium
hidroksida dan memiliki efisiensi 70%.
16
2.2.2.4 Charge Controller
17
2.2.3. Sistem Pengering
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air dari suatu
produk hingga titik tertentu, sehingga dapat mencegah pembusukan dan
aman apabila di simpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Kadar air
produk harus dikurangi sampai hanya tersisa sekitar 5 sampai 10% untuk
menonaktifkan mikroorganisme yang ada di dalam produk. (Endri Yani,
2009). Beberapa keuntungan yang didapat dari proses pengeringan
antara lain :
1. Warna berubah
2. Kandungan vitamin lebih rendah, karena vitamin rentan terhadap
panas
3. Terjadi case hardening, yaitu suatu keadaan dimana permukaan
bahan mengeras (kering) sedangkan bagian dalam masih basah
(belum kering)
4. Mutu lebih rendah daripada bahan pangan segar
18
mengeringkan objek, energi matahari pula di gunakan sebagai sumber
penghasil listrik untuk mesing pengeringnya sendiri.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
20
Pemilihan subjek
penelitian
Studi literatur
Pengujian
21
dalam bentuk grafik-grafik yang kemudian akan dianalisa. Setelah
melakukan berbagai tahapan di atas, langkah terakhir yang dilakukan
adalah penarikan kesimpulan mengenai hal-hal penting dari proses dan
hasil pengujian.
Teknis analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi Literatur
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Penyajian Data
22
3.4 JADWAL PENELITIAN
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal Skripsi
Ujian Proposal
Skripsi
Pengumpulan
Data
Penyusunan
Skripsi
Sidang Skripsi
23
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
Nama : Bhayu Wijaya
NIM : 201311143
Tempat / Tanggal Lahir : Metro, 22 Desember 1995
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Alamat Rumah : Jl. Nuban 02, rt/rw 32/07, Ganjar Asri 14/3, Metro
Barat, Lampung
Kode Pos : 34111
Telp / Hp : +6282281672874
Email : bayu.dwijay@gmail.com
Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SD Al-Qur’an - 2007
(Bhayu Wijaya)
ix