Disusun oleh:
CHRIS APRIANTO PURBA
160401027
JOHAN EFRAIM RAJANI LUBIS
160401078
ZOANRI PURBA
160401084
DI
PT BUKIT ASAM
TANJUNG ENIM – SUMATERA SELATAN
PERIODE 15 juli s.d. 14 agustus 2019
Oleh:
Chris aprianto purba
160401027
Johan Efraim Rajani Lubis
160401078
Zoanri Purba
160401084
Mengetahui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
ASMAN WATSIN CHF1 Supervisor Watsin CHF1
A.JUNAIDI B MADANI
NIP:69888127703
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktik di PT Bukit Asam dengan judul
“OPTIMALISASI JALUR COAL HANDLING FACILITYS (CHF1) DENGAN
METODE ELIMINASI HALANGAN PADA IMPACT IDLER DI PIT TAMBANG
AIR LAYA (TAL) PT BUKIT ASAM, Tbk UNIT PERTAMBANGAN TANJUNG
ENIM SUMATERA SELATAN” .Laporan kerja praktik ini merupakan hasil kerja
praktik yang penulis laksanakan pada tanggal 15 Juli – 14 Agustus 2019 dan
dibuat untuk melengkapi Mata Kuliah Kerja Praktik yang menjadi salah satu
syarat kelulusan mahasiswa di DTM Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, laporan kerja praktik ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada smua pihak yang
telah memberi dukungan, dan bimbingan kepada penulis hingga laporan kerja
praktik ini dapat diselesaikan.
1. Orang tua penulis yang selalu mendukung dan menasehati penulis dengan
kasih sayang mereka.
2. Bapak Dr. Ir. M. Sabri, MT selaku kepala jurusan Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Ir. Farida Ariani, MT selaku kepala kordinaator kerja praktek /
penanggung jawab kerja praktek di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Ir. Farida Ariani, MT, Bapak DR.Ing.Ikwansyah Isranuri, Bapak
Prof.DR.IrArmansyah Ginting juga selaku Dosen pembimbing dalam
melaksanakan Tugas kerja praktek.
5. Bapak Hendriya Asisten Manager di Satuan kerja perawatn Mesin di tempat
dimana penulis melaksanakan kerja praktik. Terima kasih atas kesempatan
yang Bapak berikan kepada penulis untuk kerja praktik di Perencanaan
Perawatan Mesin.
6. Bapak bapak yang di satuan kerja watsin CHF1. Bapak Cahyo, Bapak Irawan,
Bapak Ovi, Bang Aji, Bapak Yayan, Bapak Yuri, Bapak Boster Silitonga (alias
Tulang Olo), Bapak Andy, Bang Kentung, Bang Bolot, dan banyak lagi yang
tidak bisa saya sebutkan. Saya mengucapkan terimakasih banyak atas waktu,
ilmu, nasihat dan pengalaman yang telah kalian bagikan kepada saya. Itu
adalah hal yang sangat berarti bagi saya.
7. Teman-teman dari Jurusan Teknik Mesin 2016. Terkhusus sahabat terbaik:
Zoanry purba, Johan Efraim Lubis, Liwandy Sinaga, dan Yosua Dennis
Bergkamp yang telah sama-sama berjuang selama 1 bulan lebih untuk kerja
praktik. Terima kasih sudah banyak membantu dan saling menguatkan selama
kita menjalankan kerja praktik di PT Bukit Asam
8. Keluarga ibu Farida selaku ibu kost, yang telah meminjamkan transportasi
selama penulis mengerjakan laporan serta menerima dan menyambut penulis
di Tanjung Enim dengan baik.
9. Pihak lain yang belum penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran kerja praktik penulis selama di PT Bukit Asam. Terima kasih
banyak atas bantuan dan dukungannya.
Penulis berharap laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak yang membaca. Penulis juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan
dalam laporan kerja praktik ini, sehingga penulis mohon maaf jika ada kata-kata
yang tidak mengenakan hati. Penulis sangat menerima kritik dan saran dari para
pembaca yang dapat membangun demi penulisan laporan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................................2
1.4 Metode Penelitian........................................................................................................3
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................................................3
1.6 Sistematika Laporan....................................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM PT BUKIT ASAM...................................................................5
2.1 Sejarah PT Bukit Asam................................................................................................5
2.2 Lokasi Perusahaan.......................................................................................................8
2.3 Profil PT Bukit Asam..................................................................................................9
2.4 Struktur Organisasi Bukit Asam................................................................................11
2.5 Anak Perusahaan.......................................................................................................13
2.6 Kualitas batubara.......................................................................................................15
2.7 Alat tambang uatama.................................................................................................18
1
perencanaan. Pemilihan perencaan yang tepat sesuai dengan kondisi dan beban
kerja yang diterima oleh hasil merupakan hal yang penting untuk produktifitas
alat alat tambang utama.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dan tujuan khusus dalam kerja praktik ini adalah:
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui sejarah dan profil PT Bukit Asam.
2. Mengetahui struktur organisasi dan anak perusahaan PT Bukit Asam.
3. Mengetahui proses penambangan batubara di PT Bukit Asam.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Optimalisasi tambang di jalur CHF1 PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk.
2. Mengetahui alur produksi dari Continuous mining dan coal handling
fasilitis (CHF 1) pada PT Bukit Asam.
3. Eliminasi jam halangan pada kerusakan-kerusakan komponen jalur CHF1
2
3. Mempelajari proses alur penambangan batubara dan Coal Handling
Fasilities.
4. Mempelajari lebih dalam mengenai optimalisasi jam halangan jalur CHF1
3
Berisi tentang sejarah, lokasi, profil perusahaan, stuktur
organisasi, serta anak perusahaan.
BAB III : LANDASAN TEORI
Berisi tentang optimalisasi jalur CHF1 di Tambang Air
Laya.
BAB IV : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang analisa hambatan pada jalur CHF1 dan
pengoptimalisasiannya.
BAB II
GAMBARAN UMUM PT BUKIT ASAM
4
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mulai melakukan pembebasan
perusahaan yang dinamakan nasionalisasi. Lalu setelah Belanda mengakui bahwa
Indonesia sudah merdeka, pada tahun 1950 pemerintah Indonesia mengesahkan
berdirinya Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN. TABA). Lalu
pada tahun 1981, PN. TABA resmi berubah nama menjadi Perusahaan Terbuka
Tambang Batubara Bukit Asam (persero) Tbk. , yang selanjutnya disebut
perseroan.
PT Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan atau di sebut juga
dengan PTBA merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam
bidang distribusi batubara yang berpusat di Tanjung enim, Sumatera Selatan. PT
Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan milik negara yang bertujuan
mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara. PTBA yang
berdiri sejak 1981 termasuk dalam daftar lima besar produsen batubara di
Indonesia. Bahkan penjualan PTBA di dalam negeri termasuk terbesar kedua.
Di era awal 1970-an saat melambungnya harga minyak, mata dunia
terbuka bahwa batubara merupakan sumber energi alternatif yang murah dan
memiliki cadangan besar. Di awal tahun 1976, Unit Produksi TABA yang
merupakan bagian dari Perum Batubara mendapatkan kunjungan dari pihak Bank
Dunia. Unit yang memiliki kapasitas produksi tahunan 122,000 ton saat itu telah
memiliki studi kelayakan sederhana dan memiliki angka produksi yang tidak
melebihi 1 juta ton per tahun. Kemudian diputuskan untuk mengubah coal mining
projectmenjadi coal mining transportation atau pertambangan terpadu.
Pertambangan Terpadu ini dalam perencanaannya transportasi batubara
akan menempuh perjalanan darat sejauh 420 kilometer dan perjalanan laut 100
kilometer dari lokasi awal (hulu) di area penambangan batubara Tanjung Enim,
dan berujung (hilir) di PLTU Suralaya. Untuk studi kelayakan terpadu program
pengembangan ini sendiri, Bank Dunia dan pemerintah RI masing-masing
mengeluarkan anggaran 10 juta dolar AS.
5
mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN
TABA).
Pada 1981, PN TABA berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan
nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Dalam rangka
meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990
Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan
Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket
batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA” sejak saat itulah menjadi PT
Bukit Asam (Persero) Tbk.
Ditinjau dari lembaga yang mengurusnya sampai saat ini PT Bukit Asam
(Persero) Tbk, secara berturut-turut dikelola oleh :
Lembaga-lembaga yang mengurus Tambang Batubara Bukit Asam
diantaranya:
1. Tahun 1919 – 1942 oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2. Tahun 1942 – 1945 oleh Pemerintah Militer Jepang.
3. Tahun 1945 – 1947 oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4. Tahun 1947 – 1949 oleh Pemerintah Belanda (Agresi II).
5. Tahun 1949 – sekarang oleh Pemerintah Republik Indonesia yang terdiri dari:
a. Tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 oleh Biro Perusahaan Tambang
Negara (BUPTAN) berdasarkan PP No 86 th 1958.
b. Tahun 1961 sampai dengan tahun 1967 oleh Badan Pimpinan Umum (BPU)
perusahaan-perusahaan tambang batubara. BPU juga membawahi tiga
perusahaan negara yaitu :
1. PN. Batubara Ombilin di Sumatera Barat.
2. PN. Tambang Arang Bukit Asam di Tanjung Enim SUMSEL.
3. PN. Tambang Batubara Mahakam di Kalimantan Timur.
c. Tahun 1968 s.d 1980 oleh PN. Tambang Batubara berdasarkan PP No 23
tahun 1968.
d. Tahun 1981 s.d sekarang oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam
berdasarkan PP No 42 tahun 1980.
PT Bukit Asam (Persero) Tbk bertujuan untuk memenuhi permintaan industri
baik dalam maupun luar negeri terutama untuk memasok kebutuhan batubara bagi
6
PLTU Suralaya, Jawa Barat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka
dikembangkan beberapa site di wilayah IUP PTBA Tanjung Enim, yaitu:
1. Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU), merupakan tambang
yang dioperasikan dengan metode penambangan menggunakan Bucket Wheel
Excavator (BWE). Site ini telah memasuki wilayah Kabupaten lahat yang
IUP-nya pun Izin dari Bupati Lahat.
2. Tambang Muara Tiga Besar Selatan (MTBS), merupakan bagian
dari Tambang Muara Tiga Besar yang berada di sebelah Selatan. Site ini juga
telah memasuki wilayah Kabupaten lahat yang IUPnya pun Izin dari Bupati
Lahat.
3. Tambang Air Laya (TAL), merupakan site terbesar di wilayah IUP
PTBA yang dioperasikan dengan teknologi penambangan terbuka secara
excavator-truck.
4. Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit 1 dan Pit 3 yang
dioperasikan dengan metode kombinasi excavator-truck.
7
Gambar 2. 1 Lokasi PT Bukit Asam
8
pada tanggal 2 Maret 1981 berdasarkan dasar hukum Peraturan Pemerintah No 42
tahun 1980 ini memiliki besar modal dasar senilai Rp 4.000.000.000.000 ( Rp 4
triliun). PT Bukit Asam (Persero) Tbk. ini beralamat pusat di Jl. Parigi No. 1
Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan
tahun 2014, PT Bukit Asam (persero) Tbk. mendapatkan laba bersih senilai Rp
2,02 trilliun dengan volume penjualan sebesar 17,96 juta ton. Perusaahan yang
baru saja bertransformasi bisnis untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia
yang peduli lingkungan ini, memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi
Perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan
Misi
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan
keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan
lingkungan
Untuk mewujudkan visi, misi dari PTBA dan untuk mendirikan budaya
perusahaan sebagai dasar dari keberhasilan jangka panjang,
PTBA memiliki nilai nilai yaitu sebagai berikut :
1. Visioner : Mampu melihat jauh kedepan dan membuat proyeksi jangka
panjang dalam pengembangan bisnis.
2. Integritas : Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur,
berkomitmen dan bertanggung jawab.
3. Inovatif : Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh
terobosan baru untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari
sebelumnya.
4. Profesional : Melaksanakan semua tugas sesuai kompetensi dengan
kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh, dalam kerjasama
untuk keahlian yang terus menerus meningkat.
5. Sadar biaya dan lingkungan : Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap
pengelolaan aktivitas dengan menjalankan usaha atas asas manfaat
yang maksimal dan kepedulian lingkungan.
9
10
2.4 Struktur Organisasi PT.BUKIT ASAM
11
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi PT Bukit Asam
12
Gambar 2.3 struktur perawatan mesin
13
2.5 Anak Perusahaan
14
Gambar 2.5 jalur tambang Bukit Asam
15
Pengklasifikasian batubara bertujuan untuk mengetahui memberikan nama
serta membuat batasan-batasan kelas menurut Fix carbon yang dimiliki batubara
tersebut. Klasifikasi batubara yang umum digunakan adalah klasifikasi menurut
ASTM (American Standard for Testing Materials). Klasifikasi ini didasarkan atas
analisa proksimat batubara, yaitu berdasarkan derajat perubahan selama proses
pembatubaraan mulai dari lignit sampai antrasit. Untuk itu diperlukan data karbon
tertambat (fixed carbon), zat terbang (volatile matter) dan nilai kalor.
Tabel 2.3 Penggolongan Kualitas Batubara di PT Bukit Asam (Persero), Tbk
1 Meta Anthracite -
Medium Volatile
2 -
Bituminus
High Volatile Bituminus Air Laya &
Bituminus 3
Coal A Bukit Kendi
High Volatile Bituminus
4 -
Coal B
High Volatile Bituminus
5 -
Coal C
1 Sub-Bituminus Coal A Air Laya
Sub- 2 Sub-Bituminus Coal B Muara Tiga Besar
Bituminus
3 Sub-Bituminus Coal C Banko Barat
Sumber: Satuan Kerja Eksplorasi Rinci dan Geoteknik PT Bukit Asam (Persero), Tbk.
Cara pengklasifikasian batubara dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Untuk batubara dengan kandungan (VM) kurang dari
31%, klasifikasi didasarkan pada fixed carbon (FC), yaitu :
a. Meta anthracite coal FC > 98%
b. Anthracite coal 98% >FC > 92%
c. Semi anthracite coal 92% > FC > 86%
16
d. Low volatile bituminous coal 86% > FC > 78%
e. Medium volatile bituminous coal 78% > FC > 69%
a. Untuk batubara dengan kandungan volatile matter lebih
dari 31%, klasifikasi didasarkan atas nilai kalorinya (btu/lb), yaitu:
1. Group anthracitic coal yang mempunyai nilai kalori lebih dari 14.000 Btu/lb,
antara lain:
a. Metaanthracite
b. Anthracite
c. Semianthracite
2. Group bituminous coalyang mempunyai nilai kalori antara 13.000 - 14.000
btu/lb, antara lain:
1. Low Volatile bituminous coal
2. Medium Volatile bituminous coal
3. High Volatile A bituminous coal
4. High Volatile B bituminous coal
5. High Volatile C bituminous coal
3. Group subbituminous coal yang mempunyai nilai kalori antara 8.300 - 13.000
Btu/lb, antara lain :
1. Sub Bituminous A coal
2. Sub Bituminous B coal
3. Sub Bituminous C coal
4. Group Lignit coal dengan nilai kalori kurang dari 8.300 Btu/lb, antara lain:
1. Lignit
2. Brown coal
Dengan cara pengklasifikasian diatas, batubara PTBA (UPTE) secara umum
termasuk kelas sub bituminous sampai antrasit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel Market Brand (Tabel 2.4).
CV
Coal TM IM Ash VM FC TS
(Kcal/Kg
Brand (%,ar) (%,adb) (%, adb) (%, adb) (%, adb) (%, adb)
, abd)
17
BA 67 6650 18 9.0 6.0 40 44.5 0.7
BA 70 7000 13 6.5 6.0 40 47.5 0.7
Sumber : Satuan Kerja Penanganan dan Angkutan Batubara (PAB) PT Bukit Asam (Persero), Tbk.
18
conveyer yang merupakan sarana transportasi utama dia TAL berada di jalur
transportasimaterial. Mekanisme fungsi Belt coveyer didukung oleh peralatan-
peralatan penambangan.
Jalur belt conveyer berada diantara areal penggalian material di satu sisi,
dan areal pembuangan material serta tempat penampungan material material
pendistribusian batubara, dan areal pembuangan material serta tempat
penampungan material perindustrian batubara disisi lain. Mekanisme peralatan
tambang utama pendukung belt conveyer tersebut diuraikan sebagai berikut.
19
mengelupas lapisan tanah yang menutupi batubara sekaligus mengambil batubara
jika pengerukan telah sampai pada lapisan batubara.
BWE adalah sebuah alat berat tambang yang digunakan untuk surface
mining. Fungsi utama BWE adalah pengeruk utama dalam penambangan skala
besar dan kontinyu. Faktanya BWE adalah alat penambangan terbesar yang
pernah dibuat, dan kendaraan terbesar di darat. BWE hanya digunakan untuk
penambangan batubara.
Secara umum, BWE memiliki 4 bagian yaitu bucket wheel, lengan,
conveyor, dan penggerak. Sebelum pengerukan dilakukan, ahli geologi
memastikan ada tidaknya batubara dibawah tanah tersebut, grade apa yang ada
dan batas areal pengerukan. Jika sudah ditetapkan arealnya, lalu dilakukan analisa
ada tidaknya penghalang seperti pohon atau batu. Penghalang harus disingkirkan
sebelum dilakukan pengerukan. Jika ada pohon, harus ditebang terlebih dahulu
dan jalur penambangan harus mampu menahan beban BWE. Sedangkan jika
penghalang berupa batu, maka dilakukan metode bombing jika dibutuhkan.
Setelah semua persiapan selesai, lalu BWE akan mulai menggali.
Biasanya, batubara akan tertutupi oleh tanah, sehingga BWE harus menggali
tanah terlebih dahulu. Ketika menggali tanah, conveyor diarahkan menuju outside
dump. Setelah selesai, BWE akan mulai mengeruk batubara. Bucket wheel
bertugas sebagai bagian pertama yang menyentuh bahan tambang. Maka dari itu,
tingkat keausan bucket wheel sangat tinggi.
Karena sulitnya medan yang harus ditempuh BWE, BWE menggunakan
chain link untuk memudahkan gerak maju mundur. Selain itu dengan adanya gear
rim pada poros BWE, maka memungkinkan BWE untuk berputar ke kanan dan ke
kiri (slewing). Material tahan impak dan tahan aus yang dibutuhkan pada alat ini
adalah : gear rim segment, crawler chain link, cam for drive thumbler, wheel
boogie, dan gigi bucket.
20
Gambar 2.7 spesifikasi BWE
21
2. Belt Wagon (BW)
Bila posisi BWE berada di empat yang jauh dari sistem conveyer, maka
untuk menyalurkan material baru mengunakan peralatan penghubung atau
penyambung. Untuk keperluan ini disediakan peralatan khusus yang disebut
beltwagon (BW). BW ini berfugsi sebagai alat penyangkut belt conveyer.
22
material yang bergerak disepanjang rel, dimana gerakannya selalu mengikuti
gerakan BWE.
23
dengan belt dari BW. Sehingga dengan kecepatan yang lebih tinggi dan lebar belt
yang lebih kecil membuat sistem pedistribusian menjadi baik.
24
c. Conveyor Distribution Point (CDP)
Conveyor distribution point merupakan bagian yang berguna untuk
mengatur kegiatan distribusi material yang akan disalurkan sesuai dengan tujuan
yang diinginkan atau yang akan dibutuhkan. Pelaksanaan pengaturan operasi CDP
dapat dilakukan oleh operator secara manual ataupun otomatis. Perlu adanya
pengaturan distribusi material dikarenakan pada proses pembawaan material bisa
saja membawa berupa material overburden ataupun batubara. Sehingga dalam
sistem kerja CDP mendistribusikan batubara ke arah stockpile atau
mendistribusikan ke PLTU dan menghantarkan overburden menuju ke arah
disposal.
25
Gambar 2.13 Conveyor Dumping
26
5. Cable Reel Car
6. Tripper car
Tripper car adalah bagian unit dari peralatan pembuangan material galian
di daerah dumping disposal. Tripper car akan memudahkan galian spreader
melakukan pembuangan material secara lebih merata ke seluruh areal pembuagan.
Konstruksi karangka tripper car akan delewati oleh belt conveyer.
27
7. Stacker Reklaimer
a. Operasi stacking: batu bara dari coal conveyer akan langsung ditimbun di stock
pile melalui stacker reckalimer.
c. Operasi By-pass: Batubara dari coal conveyer langsung disalurkan ke TLS dengan
melakukan penimbunan di SP area.
28
8. Train Loading Statio
TLS merupakan station pemuat batu bara dari stockpile ke gerbong kereta
api pengangkut batubara yang selanjutnya dikirimkan ke stasiun penerimaan batu
bara di pelabuhan tarahan maupun dermaga kertapati. Kapasitas permuatan alat ini
bisa mencapai 2.800 ton/jam.
29
BAB III
LANDASAN TEORI
Secara garis besar CHF PT Bukit Asam terdiri dari, conveyor system,
dump hopper, crusher, stacking/reclaiming, spreader, stockpile dan TLS (Train
Loading Station). Stockpile merupakan tempat penampungan sementara batubara
30
dimana di PT Bukit Asam, salah satu stockpile-nya dapat menampung 250.000 ton
batubara. Batubara yang berada di stockpile ini nantinya akan dikirim
menggunakan kereta api setelah melalui proses pemuatan batubara di TLS. Salah
satu TLS PT Bukit Asam dapat memuat batubara ke dalam gerbong kereta api
dengan kapasitas curah sebesar 2.800 ton/jam. Stacking/reclaiming merupakan
alat untuk membantu proses penumpukan atau pengambilan batubara yang
biasanya ditempatkan di stockpile. Stacking berarti batubara ditumpuk
menggunung pada stockpile, sedangkan reclaiming berarti mengambil batubara
dari stockpile. Stacking/reclaiming bisa dilihat pada gambar 3.5 Spreader
merupakan alat untuk menyebarkan tanah sisa penggalian pada tambang yang
dibawa conveyor dumping seperti pada gambar diagram CHF. Spreader ini
memiliki kapasitas 5600 bcm (bucket per minute) dengan berat total 960 ton.
31
yang telah ditambang dikumpulkan pada satu tempat terlebih dahulu baru
dilanjutkan dengan conveyor system. Tempat penampungan tersebut disebut dump
hopper. Secara sederhana hopper dapat dijelaskan seperti wadah atau corong
untuk menampung batubara dan menuangkannya kembali ke conveyor.
Apabila dilihat dari fungsi dump hopper ini, dapat diketahui bahwa dump
hopper ini akan menerima gaya impak dan gaya gesek yang cukup besar dari
batubara. Gaya impak timbul saat batubara di jatuhkan dari atas dan berbenturan
dengan dinding hopper, sedangkan gaya gesek timbul saat batubara meluncur
turun ke arah conveyor. Tentu agar hopper dapat bertahan dari beban demikian,
dinding hopper haruslah dilindungi dengan material yang tepat. Pada dinding
hopper ini untuk dapat bertahan dari gaya impak maka dibutuhkan material yang
memiliki ketangguhan yang tinggi. Akan tetapi, dinding yang tangguh tidaklah
cukup, karena dinding hopper juga harus menahan beban gaya gesek dari batubara
agar tidak aus. Untuk mendapat ketahanan terhadap gaya gesek, material dinding
hopper juga harus memiliki kekerasan yang tinggi.
Pada dump hopper juga ditemukan crusher, karena batubara yang masuk
ke dump hopper relatif masih berukuran besar. Crusher ini digunakan untuk
mengecilkan ukuran batubara hingga 200 mm. Pada crusher ini dibutuhkan
material dengan kekerasan yang tinggi untuk menghancurkan batubara. Conveyor
merupakan alat untuk memindahkan batubara yang bentuknya seperti rel panjang.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.1 diagram CHF, terdapat beberapa conveyor
seperti coal conveyor dan conveyor dumping. Saat batubara ditambang oleh BWE,
batubara tersebut akan didistribusikan ke conveyor distribution point untuk
memisahkan antara material batubara dan tanah. Conveyor ini memiliki panjang
rel berbeda tergantung kebutuhan. Di PT Bukit Asam sendiri memiliki conveyor
dengan panjang jalur yang berbeda diantaranya 500 m hingga lebih. Conveyor ini
bergerak dengan kecepatan 5,5 m/detik. Dari satu conveyor ke conveyor lain
biasanya dihubungkan dengan transfer chute. Di transfer chute ini juga biasa
ditemukan hopper tanpa ada crusher.
32
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal dari
kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan,
menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara,
perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan
sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi
untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi
lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.
Optimalisasi pada mesin alat tambang ini sangat bergantung pada
perawatan dan pengkondisian pada pemasangan alat-alat yang di pakai serta
pemilihan spesifikasi barang yang tepat. Ketika hal ini dilaksanakan dengan tidak
baik atau terjadi kesalahan maka optimalisasi pada alat-alat tambang tidak dapat
tercapai. Alat alat tambang ini di makdsud bukan hanya pada peralatan alat berat.
Tetapi alat-alat atau komponen yang menunjang di peralatan alat berat.
Untuk mendapatkan informasi yang menghambat optimalisasi pada CHF1
di komponen alat-alat tambang maka kita mengadakan analisis atau kajian. Untuk
itu kita membutuhkan sebuah metode supaya dapat mencari informasi tersebut.
Metode yang digunkan disini ialah dengan memperhitungkan eliminasi jam
halangan melalui data yang sudah ada.
Eliminasi jam halangan ini adalah cara untuk mencari jam kerja yang
terhalang terbesar terpakai untuk melakukan perbaikan. Atau jam kerja perawatan
yang banyak terpakai untuk perbaikan di alat yang sama.
Pada beberapa bulan terakhir terdapat bayak data jam halangan di jalur
CHF 1 yang sangat berpengaruh akan optimalisasi jam kerja, salah satu yang
sangat berpengaruh itu di bagian jalur sistem conveyor CC10, CC11, CC12. Di
jalur CC10, CC11, CC12 ini sangat mendominasi kerusakannya yaitu di
bagian“idler”.
33
Penambangan batubara di Tambang Air Laya ( TAL) PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk. Tanjung enim merupakan penambangan terbuka yang
menggunakan alat gali yaitu Bucket Whell Excavator (BWE) dan alat penimbun
batubara yaitu Stacker/Reclaimer.
Tambang Air Laya (TAL) terbagi menjadi tiga sisi yang mana setiap sisi
pengangkutan material dilakukan oleh conveyor sesuai dengan penempatannya,
yaitu:
a) Sisi penggalian disebut Conveyor Excavating (CE)
b) Sisi penimbunan tanah disebut Conveyor Dumping (CD)
c) Sisi penimbunan batubara disebut Conveyor Coal (CC)
34
Pelumasan menjadi pokok utama untuk mengantisipasi gerakan
yang terjadi di dalam ruang gelinding bearing. Apabila kekentalan
pelumas pada ruang tersebut tidak memenuhi standar maka akan
sangat berpengaruh pada umur bearing tersebut. Pelumasan hanya
dilakukan satu kali, yaitu pada saat pemasangan awal.
Kerusakan tabung diakibatkan karena kerusakan pada bearing
yang macet sehingga konstruksi tabung bergesekan dengan belt
conveyor dan bearing. Apabila salah satu bearing dalam keadaan
macet maka akan terjadi pemuntiran terhadap poros.
Apabila rumah bantalan (Bearing Housing) tidak akan dalam
keadaan pas, maka bearing seolah “menjadi macet”. Hal ini
disebabkan oleh putaran poros dan roll bearing bagian atas searah
sehingga idler tidak sempurna.
b) Konstruksi Tabung
Konstruksi tabung diakibatkan karena kerusakan pada Roll Bearing yang
macet, sehingga konstruksi tabung itu bergesekan seperti diasah oleh Belt
Conveyor. Apabila salah satu Bearing Idler dalam keadaan macet, maka akan
terjadi pemuntiran terhadap poros.
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS
4.1 Idler
Idler adalah suatu alat atau komponen yang digunakan sebagai penyangga belt
conveyor, dan mendistribusikan suatu benda dalam jumlah yang besar secara
continue. Idler mempunyai susunan komponen seperti berikut.
35
NO Nama komponen penyusun Bahan/material
1 Shell STK-41
2 Shaf/as SGD41-D
3 Bearing Housing SPHD
4 Ball Bearing 6310.C3
5 Inner seal 6.POLYAMIDE
6 Inner pipe STKM-11A
7 Inner labyrinth seal PBT-G
8 Cap ACETAL
9 Cover BPT-G
10 Reataining Ring S65CM
Tabel 4.1 Daftar komponen pada Idler
36
4. Idler pembalik (Trun over Idler).Idler ini digunakan untuk
membalik sabuk sehingga sisa material yang lengket atau yang
menempel disabuk tidak jatuh dalam conveyor sabuk.
6. Idler pengarah (Training idler atau self centralizing set) Idler ini
digunakan untuk membantu kelurusan sabuk.pengarah ini dapat
dipasang pada bagian pembawa material atau pada bagian balikan.
37
Ukuran panjang poros 100 cm
Panjang tabung 70 cm
Untuk mencegah lengketnya tanah, idler ini dilengkapi dilengkapi dengan vakra
karet quadruple, dengan diameter 108 x 160 mm. garland dipasang pada kedua
sisi dengan ditahan dengan ring gelang yang di las di bagian ujung tabung pipa
guna untuk menahan karet agar tidak lepas.
Idler ini terdiri atas roll tunggal yang antara rangka dan perindahan
belt tidak diizinkan menyentuh bagian stastistikdari rangka tersebut
b. Cleaning- Self Retrun idler
38
Retrun ini sangat penting karena merupkan penujang peroses produksi
selan sebagai penunjang belt juga sebagai pembersih belt dari sisa material
.Biasanya diibuat dari karet yang bentuknya sepiral yang disatukan dengan
sheel
c. Two-Roll V” Retrun Idler
Idler ini yang biasa digunakan di TAL dan juga dikenal sebagai idler
yang direncanakan untuk mengerjakan pekerjaan berat.
Diameter poros 50 mm
Panjang poros 62 cm
39
Gambar 4.2 Impact Idler
40
4.3 Kerusakan pada Idler
41
42
43
Adapun jenis-jenis kerusakan pada Idler adalah :
1. Bearing pecah, hal ini merupakan kerusakan yang paling sering terjadi pada Idler
2. Bearing macet, diakibatkan oleh masuknya partikel halus kedalam alur bearing
hingga terjadinya gesekan yang mengakibatkan roller ball macet.
3. Joint Link yang aus akibat dari menahan beban berat yang berlebih dan terjadinya
kesalahan dalam pemasangan Joint Link akibat kurangnya kepresisian ukuran
sehingga Joint link terbentur dengan cap.
4. Poros (shaft) yang mengalami pengikisan akibat gesekan dari dinding roller.
5. Cap penutup roller pecah.
Berdasarkan data halangan laporan emergency Idler, dapat disimpulkan bahwa idler yang
paling sering mengalami kerusakan adalah impact idler, dikarenakan berada tepat
dibawah transfer chutte atau corong transfer batubara,sehingga menerima beban impact
yang relatif besar.
Designation 6305-2RS1 *
d 25 mm
B 17 mm
D 62 mm
C 23.4 kN
C0 11.6 kN
45
16 Total panjang daerah Idler 3200mm
Sebelum proses perbaikan Idler dilakukan terlebih dahulu Work Order (WO) dari pihak
perencanaan mesin.
1. Tahap penyeleksian Idler
Pada tahap ini perbaikan bertujuan untuk menyeleksi komponen yang masih bisa dipakai
dan yang tidak bisa dipakai. Pemilihan dilakukan dengan pengamatan secara visual dan
pengalaman mekanik
2. Tahap pembongkaran
Pembongkaran dilakukan dengan mesin jack .Prinsip kerja alat ini yaitu menekan keluar
komponen Idler . Proses penekanan dilakukan dengan hati hati agar tidak merusak
komponen, untuk komponen yang sulit dilepas (Bearing) digunakan api las Asetilen.
Adapun langkah pembongkaran sebagai berikut :
a. Persiapan peralatan kerja yang akan digunakan.
b. Tegakkan Idler dan diberi alat penyangga dibawah agar Idler berdiri tegak.
c. Buka cup menggunakan obeng.
d. Buka cover Bearing
e. Buka retaining ring dengan tang snap ring.
f. Buka Idler untuk membuka bagian bawah.
g. Setelah semua dibongkar, angkat Idler keatas mesin jack untuk membuka labiring
dan bearing.
h. Lepaskan Shaft dari lubang.
i. Lakukan pengecekan komponen yang sudah dibongkar. Komponen yang masih
layak dipakai dicuci dengan solar untuk dapat digunakan kembali.
46
apabila tidaj memenuhi kondisi tersebut maka tidak dapat dipakai kembali.
Untuk tabung di cek apa ada bagian yang aus terutama bagian dudukan
bearingnya. Biasanya komponen yang sering di ganti adalah bearing.
Karena bearing yang digunakan jenisnya hanya di izinkan satu kali
pemakaian seperti tipe SKF 6305 (2SR1) tetapi untuk kondisi tertentu
misalnya tidak ada persediaan bearing digudang padahal padahal
dilapangan “urgent”, maka bearing tersebut di cek clearance nya putaran
dan putarannya. Bila kondisinya masih baik untuk di pakai lagi harus
dicuci terlebih dahulu hingga bersih baru bisa di pakai kembali. Untuk
inner seal yang sudah tidak bisa dipakai kembali harus di ganti baru.
Proses persiapan ini yang paling banyak memakan banyak waktu kalau
stock materialnya sedang kosong.
b) Angkat tabung keatas meja mesin jack dan masukkan shaft ke dalam
tabung Idler.
c) Pasang Bearing yang sudah diberi grease untuk pelumasan labirin pada
tabung idler dengan bantuan mesin jack.
47
e) Lakukan pengecekan terhadap putaran (berat atau tidak). Jika berat maka
diperkirakan ada komponen yang tidak pas dalam pemasangan nya.
h) Lakukan Take Welding terhadap tabung Idler dan Cover, dan lanjutkan
dengan pemasangan Cap.
i) Lakukan Pengetesan.
e) Pasang bantalan luncur, seperti Bearing Type 6310.C3 untuk Impact Idler
telah diberi Grease terlebih dahulu. Bantalan ini di beli dari pihak ketiga.
g) Pasang plat penahan yang terbuat dari SECC, plat ini juga di beli dari
pihak ketiga.
h) Pasang labyrin Seal bagian dalam dan bagian luar yang telah diberi
Grease terlebih dahulu, labyrin ini terbuat dari ADC-12.
k) Pasang Shaft Seal/plat pelindung bagian luar, plat ini terbuat dari material
secc. Plat ini juga dibeli dari pihak ketiga.
48
l) Pasang Deflector.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengamatan yang dilakukan dilapangan
tentang kerusakan Idler, maka dapat ditarik kesimpulan :
Peran kerja Idler sangat vital dalam proses penambangan yang ada di PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk. Maka dari itu perawatan dan perbaikan harus
secara professional supaya kerja dari idler itu sendiri lebih optimal dan
tidak cepat rusak.
49
Sistem pembebanan sangat berpengaruh terhadap usia sebuah idler.
5.2Saran
Untuk mengantisipasi kerusakan yang terlalu cepat pada idler harus ada
manajemen perawatan serta perbaikan yang baik dan professional. Adapun yang
harus dilakukan, yaitu :
Mengingat kerusakan pada bearing yang sangat tinggi maka :
Cap dan cover harus terpasang dengan benar tanpa ada celah
sedikitpun untuk debu/material masuk ke dalam roller.
50
DAFTAR PUSTAKA
Toha, Juanda.2002. Perancangan, Pemasangan dan Perawatan Konveyor Sabuk dan Peralatan
Pendukung. Bandung : PT. JUNTO Engineerig.
5
LAMPIRAN
Gambar
GambDimensi
BucketLiner