Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT BUKIT ASAM, TANJUNG ENIM


JUDUL :

OPTIMALISASI JALUR COAL HANDLING FACILITYS (CHF1)


DENGAN METODE ELIMINASI HALANGAN PADA IMPACT IDLER DI
PIT TAMBANG AIR LAYA (TAL) PT BUKIT ASAM, Tbk UNIT
PERTAMBANGAN TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN

Disusun oleh:
CHRIS APRIANTO PURBA
160401027
JOHAN EFRAIM RAJANI LUBIS
160401078
ZOANRI PURBA
160401084

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK

DI
PT BUKIT ASAM
TANJUNG ENIM – SUMATERA SELATAN
PERIODE 15 juli s.d. 14 agustus 2019

Oleh:
Chris aprianto purba
160401027
Johan Efraim Rajani Lubis
160401078
Zoanri Purba
160401084

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Mengetahui:

Pembimbing 1 Pembimbing 2
ASMAN WATSIN CHF1 Supervisor Watsin CHF1

HENDRIYA CAHYO ANGKASA


NIP:7191128323 NIP:

Manager Perawatan Mesin

A.JUNAIDI B MADANI
NIP:69888127703

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktik di PT Bukit Asam dengan judul
“OPTIMALISASI JALUR COAL HANDLING FACILITYS (CHF1) DENGAN
METODE ELIMINASI HALANGAN PADA IMPACT IDLER DI PIT TAMBANG
AIR LAYA (TAL) PT BUKIT ASAM, Tbk UNIT PERTAMBANGAN TANJUNG
ENIM SUMATERA SELATAN” .Laporan kerja praktik ini merupakan hasil kerja
praktik yang penulis laksanakan pada tanggal 15 Juli – 14 Agustus 2019 dan
dibuat untuk melengkapi Mata Kuliah Kerja Praktik yang menjadi salah satu
syarat kelulusan mahasiswa di DTM Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, laporan kerja praktik ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada smua pihak yang
telah memberi dukungan, dan bimbingan kepada penulis hingga laporan kerja
praktik ini dapat diselesaikan.
1. Orang tua penulis yang selalu mendukung dan menasehati penulis dengan
kasih sayang mereka.
2. Bapak Dr. Ir. M. Sabri, MT selaku kepala jurusan Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Ir. Farida Ariani, MT selaku kepala kordinaator kerja praktek /
penanggung jawab kerja praktek di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Ir. Farida Ariani, MT, Bapak DR.Ing.Ikwansyah Isranuri, Bapak
Prof.DR.IrArmansyah Ginting juga selaku Dosen pembimbing dalam
melaksanakan Tugas kerja praktek.
5. Bapak Hendriya Asisten Manager di Satuan kerja perawatn Mesin di tempat
dimana penulis melaksanakan kerja praktik. Terima kasih atas kesempatan
yang Bapak berikan kepada penulis untuk kerja praktik di Perencanaan
Perawatan Mesin.
6. Bapak bapak yang di satuan kerja watsin CHF1. Bapak Cahyo, Bapak Irawan,
Bapak Ovi, Bang Aji, Bapak Yayan, Bapak Yuri, Bapak Boster Silitonga (alias
Tulang Olo), Bapak Andy, Bang Kentung, Bang Bolot, dan banyak lagi yang
tidak bisa saya sebutkan. Saya mengucapkan terimakasih banyak atas waktu,
ilmu, nasihat dan pengalaman yang telah kalian bagikan kepada saya. Itu
adalah hal yang sangat berarti bagi saya.
7. Teman-teman dari Jurusan Teknik Mesin 2016. Terkhusus sahabat terbaik:
Zoanry purba, Johan Efraim Lubis, Liwandy Sinaga, dan Yosua Dennis
Bergkamp yang telah sama-sama berjuang selama 1 bulan lebih untuk kerja
praktik. Terima kasih sudah banyak membantu dan saling menguatkan selama
kita menjalankan kerja praktik di PT Bukit Asam
8. Keluarga ibu Farida selaku ibu kost, yang telah meminjamkan transportasi
selama penulis mengerjakan laporan serta menerima dan menyambut penulis
di Tanjung Enim dengan baik.
9. Pihak lain yang belum penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran kerja praktik penulis selama di PT Bukit Asam. Terima kasih
banyak atas bantuan dan dukungannya.
Penulis berharap laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak yang membaca. Penulis juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan
dalam laporan kerja praktik ini, sehingga penulis mohon maaf jika ada kata-kata
yang tidak mengenakan hati. Penulis sangat menerima kritik dan saran dari para
pembaca yang dapat membangun demi penulisan laporan selanjutnya.

Tanjung Enim,agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................................2
1.4 Metode Penelitian........................................................................................................3
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................................................3
1.6 Sistematika Laporan....................................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM PT BUKIT ASAM...................................................................5
2.1 Sejarah PT Bukit Asam................................................................................................5
2.2 Lokasi Perusahaan.......................................................................................................8
2.3 Profil PT Bukit Asam..................................................................................................9
2.4 Struktur Organisasi Bukit Asam................................................................................11
2.5 Anak Perusahaan.......................................................................................................13
2.6 Kualitas batubara.......................................................................................................15
2.7 Alat tambang uatama.................................................................................................18

BAB III LANDASAN TEORI.................................................................................................29


3.1 CHF...........................................................................................................................29
3.2 Optimalisasi CHF1....................................................................................................32
3.3 Metode eliminasi.......................................................................................................32
3.4 Sistem Belt Conveyor di lapangan (CHF1)...............................................................33
3.5 Posisi kerusakan pada Idler.......................................................................................33

BAB IV TINJUAN KHUSUS.................................................................................................35


4.1 Idler............................................................................................................................35
4.2 Klasifiksasi Idler......................................................................................................31
4.3 kerusakan pada Idler..................................................................................................42
4.4 Analisa kerusakan pada Bearing...............................................................................43

4.5 Perbaikan pada Idler..................................................................................................45


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................48
5.1 Kesimpulan................................................................................................................48
5.2 Saran..........................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................v
LAMPIRAN..............................................................................................................................vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dunia teknologi dan ilmu pengetahuan menuntut dunia
industri untuk terus bersaing. Industri yang bergerak di bidang tambang menjadi
salah satu bidang dengan persaingan yang sangat ketat. PT. Bukit Asam
(PERSERO) Tbk. merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang
bergerak dalam bidang tambang. Sumber Daya Manusia menjadi prioritas utama
bagi perusahaan untuk terus bersaing dengan perusahaan lain dan juga negara
berkembang lainnya. Oleh karena itu, perguruan tinggi yang merupakan tempat
dimana sumber daya manusia dilatih kemampuan intelektual yang dimilikinya
harus bisa memiliki lulusan yang dapat memenuhi kompetensi. Untuk mencapai
hal tersebut, perlu adanya kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan
industri itu sendiri.
Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dirasa masih
minim untuk bisa terjun langsung di dunia industri. Sehingga perlu diadakan suatu
kegiatan yang dapat menunjang hal tersebut, yaitu Kerja Praktek. Melalui
program Kerja Praktek ini diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan kesempatan
untuk memahami proses secara langsung mengenai bidang ilmu Jurusan Teknik
Mesin Sub bidang Perawatan mesin (Maintenance) di USU khususnya di PT.
Bukit Asam (PERSERO) Tbk. Selain itu mahasiswa diharapkan bisa
mendapatkan kesempatan untuk menganalisa, membandingkan, dan
mengaplikasikan teori yang selama ini diperoleh di perguruan tinggi dengan
kondisi yang sesungguhnya. Hal lain yang bisa didapat dari Program Kerja
Praktek ini adalah sebagai sarana pencarian sumber daya manusia yang baru
dengan cara mengevaluasi kualitas kerja dari mahasiswa tersebut.
Proses penambangan yang dilakukan di PT. Bukit Asam (PERSERO)
Tbk. (yang untuk selanjutnya disebut PTBA) mengandung banyak disiplin ilmu
yang dipelajari di Jurusan Teknik Mesin Sub bidang Perawatan mesin
(Maintenance) di USU. Salah satu dari disiplin ilmu tersebut adalah pemilihan

1
perencanaan. Pemilihan perencaan yang tepat sesuai dengan kondisi dan beban
kerja yang diterima oleh hasil merupakan hal yang penting untuk produktifitas
alat alat tambang utama.

Kegiatan industri pertambangan adalah kegiatan yang sangat vital. Sistem


penambangan yang digunakan di PT Bukit Asam (persero), Tbk tanjung enim
menggunakan dua metode penambangan yaitu metode penambangan shovel and
truck dan metode penambangan continuous Mining. Metode penambangan
shovel and truck menggunakan shovel sebagai alat gali muat dan truck sebagai
alat angkut. Pada metode penambangan Contnuous Mining menggunakan Bucket
wheel excavator ( BWE), Belt wagon (BW) dan Belt conveyor yang keseluruhan
alat ini dapat melakukan kegiatan penambangan seperti gali, muat dan angkut.
Alat alat ini merupakan satu kesatuan yang jika salah satu alat mengalami
kerusakan , maka alat lainnya tidak akan beroperasi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dan tujuan khusus dalam kerja praktik ini adalah:
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui sejarah dan profil PT Bukit Asam.
2. Mengetahui struktur organisasi dan anak perusahaan PT Bukit Asam.
3. Mengetahui proses penambangan batubara di PT Bukit Asam.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Optimalisasi tambang di jalur CHF1 PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk.
2. Mengetahui alur produksi dari Continuous mining dan coal handling
fasilitis (CHF 1) pada PT Bukit Asam.
3. Eliminasi jam halangan pada kerusakan-kerusakan komponen jalur CHF1

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup kerja praktek di PT Bukit Asam Tanjung Enim, meliputi
kegiatan:
1. Orientasi secara umum mengenai PT BUKIT ASAM Tanjung Enim.
2. Pengenalan struktur organisasi, tinjauan di lapangan dan kegiatan rutin
dari satuan kerja perwatan mesin.

2
3. Mempelajari proses alur penambangan batubara dan Coal Handling
Fasilities.
4. Mempelajari lebih dalam mengenai optimalisasi jam halangan jalur CHF1

1.4 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam menyusun laporan Kerja Praktek ini antara
lain:
a) Studi Literatur
Merupakan metode penulisan berdasarkan informasi dan literatur yang
bersangkutan dengan objek yang dibahas. Metode ini digunakan terutama
untuk memperoleh teori-teori yang menunjang laporan ini.
b) Studi Lapangan / Observasi
Merupakan metode penulisan yang dilakukan dengan cara melihat
langsung objek pengamatan atau proses yang terjadi di lapangan. Dalam
metode ini penulis juga melakukan proses wawancara dengan pekerja
lapangan yang berada pada cakupan observasi penulis.
c) Diskusi
Merupakan metode yang dilakukan dengan cara berkonsultasi kepada
pembimbing Kerja Praktek dan dosen pembimbing. Yang mana dapat
menambah sumber data berdasarkan pengalaman di lapangan ataupun
informasi yang tidak didapatkan melalui sumber yang tertulis.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pengambilan lapangan ini berlangsung selama 1 bulan dimulai pada
tanggal 15 Juli 2019 dan berakhir pada tanggal 14 agustus 2019 bertempat di PT
BUKIT ASAM Tanjung Enim, Sumatera Selatan

1.6 Sistematika Laporan


Sistematika Laporan Tugas Umum Kerja Praktek ini adalah sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, waktu dan
tempat pelaksanaan, dan sistematika laporan Kerja
Praktik.
BAB II : GAMBARAN UMUM PT BUKIT ASAM

3
Berisi tentang sejarah, lokasi, profil perusahaan, stuktur
organisasi, serta anak perusahaan.
BAB III : LANDASAN TEORI
Berisi tentang optimalisasi jalur CHF1 di Tambang Air
Laya.
BAB IV : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang analisa hambatan pada jalur CHF1 dan
pengoptimalisasiannya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi kesimpulan hasil pembahasan dan saran-saran.

BAB II
GAMBARAN UMUM PT BUKIT ASAM

2.1 Sejarah PT Bukit Asam


Perusahaan ini didirikan sejak penjajahan Belanda tahun 1919 dengan
metode penambangan terbuka (Open Pit Mining) dengan daerah pertambangan
pertama di daerah Air Laya. Lalu pada tahun 1923 metode penambangan diubah
menjadi penambangan bawah tanah (Underground Mining). Tetapi metode ini
hanya bertahan hingga 1940.

4
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mulai melakukan pembebasan
perusahaan yang dinamakan nasionalisasi. Lalu setelah Belanda mengakui bahwa
Indonesia sudah merdeka, pada tahun 1950 pemerintah Indonesia mengesahkan
berdirinya Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN. TABA). Lalu
pada tahun 1981, PN. TABA resmi berubah nama menjadi Perusahaan Terbuka
Tambang Batubara Bukit Asam (persero) Tbk. , yang selanjutnya disebut
perseroan.
PT Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan atau di sebut juga
dengan PTBA merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam
bidang distribusi batubara yang berpusat di Tanjung enim, Sumatera Selatan. PT
Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan milik negara yang bertujuan
mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara. PTBA yang
berdiri sejak 1981 termasuk dalam daftar lima besar produsen batubara di
Indonesia. Bahkan penjualan PTBA di dalam negeri termasuk terbesar kedua.
Di era awal 1970-an saat melambungnya harga minyak, mata dunia
terbuka bahwa batubara merupakan sumber energi alternatif yang murah dan
memiliki cadangan besar. Di awal tahun 1976, Unit Produksi TABA yang
merupakan bagian dari Perum Batubara mendapatkan kunjungan dari pihak Bank
Dunia. Unit yang memiliki kapasitas produksi tahunan 122,000 ton saat itu telah
memiliki studi kelayakan sederhana dan memiliki angka produksi yang tidak
melebihi 1 juta ton per tahun. Kemudian diputuskan untuk mengubah coal mining
projectmenjadi coal mining transportation atau pertambangan terpadu.
Pertambangan Terpadu ini dalam perencanaannya transportasi batubara
akan menempuh perjalanan darat sejauh 420 kilometer dan perjalanan laut 100
kilometer dari lokasi awal (hulu) di area penambangan batubara Tanjung Enim,
dan berujung (hilir) di PLTU Suralaya. Untuk studi kelayakan terpadu program
pengembangan ini sendiri, Bank Dunia dan pemerintah RI masing-masing
mengeluarkan anggaran 10 juta dolar AS.

Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para


karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang
menjadi Pertambangan Nasional. Pada 1950 Pemerintah RI kemudian

5
mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN
TABA).
Pada 1981, PN TABA berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan
nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Dalam rangka
meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990
Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan
Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket
batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA” sejak saat itulah menjadi PT
Bukit Asam (Persero) Tbk.
Ditinjau dari lembaga yang mengurusnya sampai saat ini PT Bukit Asam
(Persero) Tbk, secara berturut-turut dikelola oleh :
Lembaga-lembaga yang mengurus Tambang Batubara Bukit Asam
diantaranya:
1. Tahun 1919 – 1942 oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2. Tahun 1942 – 1945 oleh Pemerintah Militer Jepang.
3. Tahun 1945 – 1947 oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4. Tahun 1947 – 1949 oleh Pemerintah Belanda (Agresi II).
5. Tahun 1949 – sekarang oleh Pemerintah Republik Indonesia yang terdiri dari:
a. Tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 oleh Biro Perusahaan Tambang
Negara (BUPTAN) berdasarkan PP No 86 th 1958.
b. Tahun 1961 sampai dengan tahun 1967 oleh Badan Pimpinan Umum (BPU)
perusahaan-perusahaan tambang batubara. BPU juga membawahi tiga
perusahaan negara yaitu :
1. PN. Batubara Ombilin di Sumatera Barat.
2. PN. Tambang Arang Bukit Asam di Tanjung Enim SUMSEL.
3. PN. Tambang Batubara Mahakam di Kalimantan Timur.
c. Tahun 1968 s.d 1980 oleh PN. Tambang Batubara berdasarkan PP No 23
tahun 1968.
d. Tahun 1981 s.d sekarang oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam
berdasarkan PP No 42 tahun 1980.
PT Bukit Asam (Persero) Tbk bertujuan untuk memenuhi permintaan industri
baik dalam maupun luar negeri terutama untuk memasok kebutuhan batubara bagi

6
PLTU Suralaya, Jawa Barat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka
dikembangkan beberapa site di wilayah IUP PTBA Tanjung Enim, yaitu:
1. Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU), merupakan tambang
yang dioperasikan dengan metode penambangan menggunakan Bucket Wheel
Excavator (BWE). Site ini telah memasuki wilayah Kabupaten lahat yang
IUP-nya pun Izin dari Bupati Lahat.
2. Tambang Muara Tiga Besar Selatan (MTBS), merupakan bagian
dari Tambang Muara Tiga Besar yang berada di sebelah Selatan. Site ini juga
telah memasuki wilayah Kabupaten lahat yang IUPnya pun Izin dari Bupati
Lahat.
3. Tambang Air Laya (TAL), merupakan site terbesar di wilayah IUP
PTBA yang dioperasikan dengan teknologi penambangan terbuka secara
excavator-truck.
4. Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit 1 dan Pit 3 yang
dioperasikan dengan metode kombinasi excavator-truck.

2.2 Lokasi Perusahaan


PT Bukit Asam berlokasi di sekitar Pulau Sumatera dan kantor di Jakarta,
serta 3 dermaga di Teluk Buyur, Kertapati, dan Tarahan. Lokasi PT Bukit Asam
dapat dilihat di bawah ini dengan luas daerah operasi tambang seluas 90.823 ha :

7
Gambar 2. 1 Lokasi PT Bukit Asam

 Tambang batubara Tanjung Enim seluas 66.414 ha yang meliputi


Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, yang
terdiri dari Air Laya (7.621 ha), Muara Tiga Besar (3.300ha), Banko Barat
(4.500 ha), Banko-Tengah Blok Barat (2.423 ha), Banko-Tengah Blok
Timur (22.937 ha), Banjarsari, Kungkilan, Bunian, Arahan Utara, Arahan
Selatan (24.751 ha).
 Anak Perusahaan PT Bukit Kendi (882 ha).
 Tambang batubara Ombilin seluas 2.950 ha, yang meliputi Lembah Segar
dan Talawi.
 Lokasi Peranap, Indragiri Hulu Riau (18.230 ha).
 Lokasi Kecamatan Palaran, Kotamadya Samarinda melalui anak
perusahaan PT Internasional Prima Coal (3.238 ha).

2.3 Profil PT Bukit Asam


PT Bukit Asam (Persero) Tbk. merupakan perusahaan tambang batubara di
Indonesia yang sebagaian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia
sebesar 65,02% dan publik sebesar 34,98%. Perusahaan tambang yang berdiri

8
pada tanggal 2 Maret 1981 berdasarkan dasar hukum Peraturan Pemerintah No 42
tahun 1980 ini memiliki besar modal dasar senilai Rp 4.000.000.000.000 ( Rp 4
triliun). PT Bukit Asam (Persero) Tbk. ini beralamat pusat di Jl. Parigi No. 1
Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan
tahun 2014, PT Bukit Asam (persero) Tbk. mendapatkan laba bersih senilai Rp
2,02 trilliun dengan volume penjualan sebesar 17,96 juta ton. Perusaahan yang
baru saja bertransformasi bisnis untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia
yang peduli lingkungan ini, memiliki visi dan misi sebagai berikut :

Visi
Perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan
Misi
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan
keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan
lingkungan

Untuk mewujudkan visi, misi dari PTBA dan untuk mendirikan budaya
perusahaan sebagai dasar dari keberhasilan jangka panjang,
PTBA memiliki nilai nilai yaitu sebagai berikut :
1. Visioner : Mampu melihat jauh kedepan dan membuat proyeksi jangka
panjang dalam pengembangan bisnis.
2. Integritas : Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur,
berkomitmen dan bertanggung jawab.
3. Inovatif : Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh
terobosan baru untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari
sebelumnya.
4. Profesional : Melaksanakan semua tugas sesuai kompetensi dengan
kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh, dalam kerjasama
untuk keahlian yang terus menerus meningkat.
5. Sadar biaya dan lingkungan : Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap
pengelolaan aktivitas dengan menjalankan usaha atas asas manfaat
yang maksimal dan kepedulian lingkungan.

9
10
2.4 Struktur Organisasi PT.BUKIT ASAM

11
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi PT Bukit Asam

12
Gambar 2.3 struktur perawatan mesin

13
2.5 Anak Perusahaan

Gambar 2. 4 Data Anak Perusahaan PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk.

14
Gambar 2.5 jalur tambang Bukit Asam

2.6 Kualitas Batubara

15
Pengklasifikasian batubara bertujuan untuk mengetahui memberikan nama
serta membuat batasan-batasan kelas menurut Fix carbon yang dimiliki batubara
tersebut. Klasifikasi batubara yang umum digunakan adalah klasifikasi menurut
ASTM (American Standard for Testing Materials). Klasifikasi ini didasarkan atas
analisa proksimat batubara, yaitu berdasarkan derajat perubahan selama proses
pembatubaraan mulai dari lignit sampai antrasit. Untuk itu diperlukan data karbon
tertambat (fixed carbon), zat terbang (volatile matter) dan nilai kalor.
Tabel 2.3 Penggolongan Kualitas Batubara di PT Bukit Asam (Persero), Tbk

Kelas Group Group Keterangan

1 Meta Anthracite -

Antrasit 2 Anthracite Suban

3 Semi-Anthracite Air Laya

1 Low Volatile Bituminus -

Medium Volatile
2 -
Bituminus
High Volatile Bituminus Air Laya &
Bituminus 3
Coal A Bukit Kendi
High Volatile Bituminus
4 -
Coal B
High Volatile Bituminus
5 -
Coal C
1 Sub-Bituminus Coal A Air Laya
Sub- 2 Sub-Bituminus Coal B Muara Tiga Besar
Bituminus
3 Sub-Bituminus Coal C Banko Barat
Sumber: Satuan Kerja Eksplorasi Rinci dan Geoteknik PT Bukit Asam (Persero), Tbk.
Cara pengklasifikasian batubara dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Untuk batubara dengan kandungan (VM) kurang dari
31%, klasifikasi didasarkan pada fixed carbon (FC), yaitu :
a. Meta anthracite coal FC > 98%
b. Anthracite coal 98% >FC > 92%
c. Semi anthracite coal 92% > FC > 86%

16
d. Low volatile bituminous coal 86% > FC > 78%
e. Medium volatile bituminous coal 78% > FC > 69%
a. Untuk batubara dengan kandungan volatile matter lebih
dari 31%, klasifikasi didasarkan atas nilai kalorinya (btu/lb), yaitu:
1. Group anthracitic coal yang mempunyai nilai kalori lebih dari 14.000 Btu/lb,
antara lain:
a. Metaanthracite
b. Anthracite
c. Semianthracite
2. Group bituminous coalyang mempunyai nilai kalori antara 13.000 - 14.000
btu/lb, antara lain:
1. Low Volatile bituminous coal
2. Medium Volatile bituminous coal
3. High Volatile A bituminous coal
4. High Volatile B bituminous coal
5. High Volatile C bituminous coal
3. Group subbituminous coal yang mempunyai nilai kalori antara 8.300 - 13.000
Btu/lb, antara lain :
1. Sub Bituminous A coal
2. Sub Bituminous B coal
3. Sub Bituminous C coal
4. Group Lignit coal dengan nilai kalori kurang dari 8.300 Btu/lb, antara lain:
1. Lignit
2. Brown coal
Dengan cara pengklasifikasian diatas, batubara PTBA (UPTE) secara umum
termasuk kelas sub bituminous sampai antrasit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel Market Brand (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Klasifikasi Batubara Berdasarkan Market Brand

CV
Coal TM IM Ash VM FC TS
(Kcal/Kg
Brand (%,ar) (%,adb) (%, adb) (%, adb) (%, adb) (%, adb)
, abd)

BA 59 5850 28 14.5 8.0 40 37.5 0.8


BA 63 6300 21 11.5 6.0 40 43.0 0.5

17
BA 67 6650 18 9.0 6.0 40 44.5 0.7
BA 70 7000 13 6.5 6.0 40 47.5 0.7

Sumber : Satuan Kerja Penanganan dan Angkutan Batubara (PAB) PT Bukit Asam (Persero), Tbk.

Pada areal penambangan Muara Tiga Besar, terdapat beberapa lapisan


dengan kalori yang beragam. Kalori yang banyak terdapat di MTBU berkisar
antara 5000 Kkal/kg - 6000 Kkal/kg. Untuk lebih jelas mengenai kualitas batubara
dari analisa proksimat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5 Kualitas Batubara TAL


Mine Brand Parameter
CV 7.200 Maksimum Kkal/kg (adb)
TE 72
TS 0,7 Maksimum % (adb)
CV 5.600 Maksimum Kkal/kg (adb)
TE 55 HS
TS 0,7 Minimum % (adb)
CV 5.600 – 6.100 Kkal/kg (adb)
TE 69 LS TS 0,7 Maksimum % (adb)
CV 5.600 – 6.100 Kkal/kg (adb)
TE 59 HS TS 0,7 Minimum % (adb)
CV 6.100 – 6.500 Kkal/kg (adb)
TE 63 TS - % (adb)

Sumber: Satuan Laboratorium Batubara PT Bukit Asam (Persero), Tbk.

2.7 Alat tambang utama


Seluruh mekanisme penambangan air laya melibatkan berbagai peralatan
utama penambangan. Rangkaian mekanisme penambangan areal jalur transportasi,
areal pembuanga dan tempat penampungan serta distribusi batubara. Belt

18
conveyer yang merupakan sarana transportasi utama dia TAL berada di jalur
transportasimaterial. Mekanisme fungsi Belt coveyer didukung oleh peralatan-
peralatan penambangan.

a. Pada areal penggalian

Bucket Wheel Excavator (BWE), Belt Wagon(BW), Hopper CardanCable Reel


Car.

b. Pada areal pembuangan material

Spreader dan Trapper car

c. Pada tempat penampungan dan pendistribusian batubara

Stacker reclaimer (SR), Train Loading Station (TLS), dan Affronfeeder.

Jalur belt conveyer berada diantara areal penggalian material di satu sisi,
dan areal pembuangan material serta tempat penampungan material material
pendistribusian batubara, dan areal pembuangan material serta tempat
penampungan material perindustrian batubara disisi lain. Mekanisme peralatan
tambang utama pendukung belt conveyer tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Bucket Wheel excavator (BWE)

Gambar 2.6 Bucket Wheel excavator

Bucket wheel excavator adalah mesin tambang yang berada di barisan


paling depan dalam rangkaian proses penambangan, yang bertugas menggali atau

19
mengelupas lapisan tanah yang menutupi batubara sekaligus mengambil batubara
jika pengerukan telah sampai pada lapisan batubara.

BWE adalah sebuah alat berat tambang yang digunakan untuk surface
mining. Fungsi utama BWE adalah pengeruk utama dalam penambangan skala
besar dan kontinyu. Faktanya BWE adalah alat penambangan terbesar yang
pernah dibuat, dan kendaraan terbesar di darat. BWE hanya digunakan untuk
penambangan batubara.
Secara umum, BWE memiliki 4 bagian yaitu bucket wheel, lengan,
conveyor, dan penggerak. Sebelum pengerukan dilakukan, ahli geologi
memastikan ada tidaknya batubara dibawah tanah tersebut, grade apa yang ada
dan batas areal pengerukan. Jika sudah ditetapkan arealnya, lalu dilakukan analisa
ada tidaknya penghalang seperti pohon atau batu. Penghalang harus disingkirkan
sebelum dilakukan pengerukan. Jika ada pohon, harus ditebang terlebih dahulu
dan jalur penambangan harus mampu menahan beban BWE. Sedangkan jika
penghalang berupa batu, maka dilakukan metode bombing jika dibutuhkan.
Setelah semua persiapan selesai, lalu BWE akan mulai menggali.
Biasanya, batubara akan tertutupi oleh tanah, sehingga BWE harus menggali
tanah terlebih dahulu. Ketika menggali tanah, conveyor diarahkan menuju outside
dump. Setelah selesai, BWE akan mulai mengeruk batubara. Bucket wheel
bertugas sebagai bagian pertama yang menyentuh bahan tambang. Maka dari itu,
tingkat keausan bucket wheel sangat tinggi.
Karena sulitnya medan yang harus ditempuh BWE, BWE menggunakan
chain link untuk memudahkan gerak maju mundur. Selain itu dengan adanya gear
rim pada poros BWE, maka memungkinkan BWE untuk berputar ke kanan dan ke
kiri (slewing). Material tahan impak dan tahan aus yang dibutuhkan pada alat ini
adalah : gear rim segment, crawler chain link, cam for drive thumbler, wheel
boogie, dan gigi bucket.

20
Gambar 2.7 spesifikasi BWE

21
2. Belt Wagon (BW)

Gambar 2.8 Belt Wagon

Bila posisi BWE berada di empat yang jauh dari sistem conveyer, maka
untuk menyalurkan material baru mengunakan peralatan penghubung atau
penyambung. Untuk keperluan ini disediakan peralatan khusus yang disebut
beltwagon (BW). BW ini berfugsi sebagai alat penyangkut belt conveyer.

3. Hopper Car (HC)

Gambar 2.9 Hopper car

Hasil material galian roda singkapakan ditampung ke receiving boom


BWE, yang kemudian disalurkan ke sistem pengangkutan conveyer excavator
(CE) melalui discharge boom BWE. Agar dalam penyaluan ini material tidak
tumpah, maka di sepanjang CE yang berada dilahan penggalian dilengkapi
peralatan khusus yang dinamakn ( HC)Hooper car merupakan kendaraan penadah

22
material yang bergerak disepanjang rel, dimana gerakannya selalu mengikuti
gerakan BWE.

4. Conveyor System (CS)


Conveyor system merupakan rangkaian dari alat yang digunakan untuk
mendistribusikan material yang akan diangkut menggunakan belt conveyor
menuju ke daerah penimbunan (disposal area) dan menuju ke stockpile menuju ke
Stacker. Rangkaian belt conveyor dibantu dengan iddler atau rol yang terpasang
di bawah belt conveyor dan dengan kecepatan yang diatur oleh Drive Pulley
(Pulley Penggerak) dan dengan Iddler yang dipasang pada Belt Frame.

Tabel 3.1 Lebar dan Kecepatan Belt Conveyor


Lebar Belt Conveyor Kecepatan Belt
Alat Tambang Utama
(mm) Conveyor (m/s)
Conveyor Excavating 1.200 5,5
Conveyor Shunting 1.200 5,5
Conveyor Coal 1.400 5,5
Conveyor Dumping 1.600 6,5

Sumber : MCC, 2017


Berdasarkan fungsinya, belt conveyor dibagi menjadi beberapa macam berturut-
turut dari front penimbunan yaitu :

a. Conveyor Excavating (CE)


Conveyor excavating merupakan bagian yang pertama kali menerima
material hasil penggalian dari Bucket Wheel Excavator (BWE) yang diteruskan
oleh hopper car dan diterima oleh CE.
Material tersebut kemudian diteruskan kebagian dalam rangkaian BWE
yaitu Conveyor Shunting (CS). Posisi pada bagian ujung dari CE dapat digeser
dengan jarak tertentu mengikuti terhadap kemajuan BWE ketika beroperasi dalam
penggalian batubara atau overburden. Lebar dari belt yaitu 1.200 mm. Kecepatan
belt conveyor lebih cepat dikarenakan lebar belt yang lebih kecil dibandingkan

23
dengan belt dari BW. Sehingga dengan kecepatan yang lebih tinggi dan lebar belt
yang lebih kecil membuat sistem pedistribusian menjadi baik.

Gambar 2.10. Conveyor excavating pada rangkaian BWE-204 yang


membawa material galian batubara.

b. Conveyor Shunting (CS)


Conveyor shunting sebagai bagian dari BWE meneruskan material dari
Conveyor Excavating (CE) untuk meneruskan ke CDP. Sehingga conveyor
shunting ini merupakan penghubung antara conveyor excavating dan Conveyor
Distribution Point (CDP) , lebar belt ini yaitu 1.200 mm.

Gambar 2.11. Conveyor shunting menerima material batubara dari CE.

24
c. Conveyor Distribution Point (CDP)
Conveyor distribution point merupakan bagian yang berguna untuk
mengatur kegiatan distribusi material yang akan disalurkan sesuai dengan tujuan
yang diinginkan atau yang akan dibutuhkan. Pelaksanaan pengaturan operasi CDP
dapat dilakukan oleh operator secara manual ataupun otomatis. Perlu adanya
pengaturan distribusi material dikarenakan pada proses pembawaan material bisa
saja membawa berupa material overburden ataupun batubara. Sehingga dalam
sistem kerja CDP mendistribusikan batubara ke arah stockpile atau
mendistribusikan ke PLTU dan menghantarkan overburden menuju ke arah
disposal.

Gambar 2.12. Conveyor Distribution Point merupakan bagian yang berfungsi


mengatur distribusi material hasil penggalian BWE.

d. Conveyor Dumping (CD)


Conveyor dumping berfungsi dalam mendistribusikan material batubara
ataupun overburden untuk menuju ke area penghamparan yaitu dengan
menggunakan spreader untuk overburden yang diarahkan ke disposal area. Lebar
belt pada CD yaitu 1.600 mm. Pelebaran belt yang lebih besar dibandingkan belt
sebelumnya karena CD ini mampu melayani dua sekaligus BWE.

25
Gambar 2.13 Conveyor Dumping

e. Conveyor Coal (CC)


Conveyor coal berfungsi untuk mendistribusikan batubara untuk menuju
ke arah temporaty stockpile ataupun ke arah stacker reclaimer di stockpile area.
Pendistribusian conveyor coal diatur oleh CDP yang menyesuaikan dengan
material yang di distribusikan. Lebar belt yang digunakan yaitu 1.400 mm.
Pengangkutan material berasal dari dua jalur penggalian yang memuat banyak
batubara dari BWE yang sedang beroperasi menggali batubara.

Gambar 2.14 Conveyor Coal (CC-11)

26
5. Cable Reel Car

Gambar 2.15 Cable reel car

CRC adalah kendaran pembawa kabel listrik yang akan menyalurkan


energi ke BWE. Kendaraan ini berkaitan dengan HC, sehingga dapat juga
bergerak di atas rel. CRC memuat gulungan kabel tegangan tinggi .

6. Tripper car

Gambar 2.16 Tripper car

Tripper car adalah bagian unit dari peralatan pembuangan material galian
di daerah dumping disposal. Tripper car akan memudahkan galian spreader
melakukan pembuangan material secara lebih merata ke seluruh areal pembuagan.
Konstruksi karangka tripper car akan delewati oleh belt conveyer.

27
7. Stacker Reklaimer

Gambar 2.17 Stacker Reclaming

Berdasarkan hasil pengerukan batubara oleh BEW, fungsi pengoperasian


stacker reclaimer dapat dilaksanakn dengan beberapa cara yaitu:

a. Operasi stacking: batu bara dari coal conveyer akan langsung ditimbun di stock
pile melalui stacker reckalimer.

b. Operasi recklaiming: SR akan mengambil kembali batubara yang ditimbun di


stock pile dan kemudian menyalurkannya ke TLS.

c. Operasi By-pass: Batubara dari coal conveyer langsung disalurkan ke TLS dengan
melakukan penimbunan di SP area.

d. Operasi gabungan: merupakan operasi gabungan dari by-pass dan reclaiming.

28
8. Train Loading Statio

Gambar 2.18 Train loading Station

TLS merupakan station pemuat batu bara dari stockpile ke gerbong kereta
api pengangkut batubara yang selanjutnya dikirimkan ke stasiun penerimaan batu
bara di pelabuhan tarahan maupun dermaga kertapati. Kapasitas permuatan alat ini
bisa mencapai 2.800 ton/jam.

29
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Coal Handling Facilities


CHF atau Coal Handling Facilities adalah sebuah fasilitas atau sistem
yang bertujuan untuk memindahkan batubara dari satu tempat ke tempat lain, pada
pertambangan batubara di PT Bukit Asam ini CHF digunakan untuk
memindahkan batubara dari area tambang sampai ke tempat penampungan atau
stockpile yang selanjutnya akan dikirim ke konsumen. Di PT Bukit Asam selain
menangani batubara, fasilitas ini juga untuk menangani tanah hasil penggalian.
Diagram CHF yang terdapat pada PT Bukit Asam dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

Gambar 3.1 Coal Handling Facilities

Secara garis besar CHF PT Bukit Asam terdiri dari, conveyor system,
dump hopper, crusher, stacking/reclaiming, spreader, stockpile dan TLS (Train
Loading Station). Stockpile merupakan tempat penampungan sementara batubara

30
dimana di PT Bukit Asam, salah satu stockpile-nya dapat menampung 250.000 ton
batubara. Batubara yang berada di stockpile ini nantinya akan dikirim
menggunakan kereta api setelah melalui proses pemuatan batubara di TLS. Salah
satu TLS PT Bukit Asam dapat memuat batubara ke dalam gerbong kereta api
dengan kapasitas curah sebesar 2.800 ton/jam. Stacking/reclaiming merupakan
alat untuk membantu proses penumpukan atau pengambilan batubara yang
biasanya ditempatkan di stockpile. Stacking berarti batubara ditumpuk
menggunung pada stockpile, sedangkan reclaiming berarti mengambil batubara
dari stockpile. Stacking/reclaiming bisa dilihat pada gambar 3.5 Spreader
merupakan alat untuk menyebarkan tanah sisa penggalian pada tambang yang
dibawa conveyor dumping seperti pada gambar diagram CHF. Spreader ini
memiliki kapasitas 5600 bcm (bucket per minute) dengan berat total 960 ton.

Gambar 3.2 Spreader

Gambar 3.3 Stacker/Reclaimer di Stockpile


Pada penambangan manual menggunakan excavator, tidak terdapat conveyor
system yang dapat langsung memindahkan batubara secara cepat seperti pada
penambangan kontinyu dimana terdapat BWE yang terhubung dengan conveyor
distribution point seperti pada gambar 3.1 di penambangan manual ini batubara

31
yang telah ditambang dikumpulkan pada satu tempat terlebih dahulu baru
dilanjutkan dengan conveyor system. Tempat penampungan tersebut disebut dump
hopper. Secara sederhana hopper dapat dijelaskan seperti wadah atau corong
untuk menampung batubara dan menuangkannya kembali ke conveyor.
Apabila dilihat dari fungsi dump hopper ini, dapat diketahui bahwa dump
hopper ini akan menerima gaya impak dan gaya gesek yang cukup besar dari
batubara. Gaya impak timbul saat batubara di jatuhkan dari atas dan berbenturan
dengan dinding hopper, sedangkan gaya gesek timbul saat batubara meluncur
turun ke arah conveyor. Tentu agar hopper dapat bertahan dari beban demikian,
dinding hopper haruslah dilindungi dengan material yang tepat. Pada dinding
hopper ini untuk dapat bertahan dari gaya impak maka dibutuhkan material yang
memiliki ketangguhan yang tinggi. Akan tetapi, dinding yang tangguh tidaklah
cukup, karena dinding hopper juga harus menahan beban gaya gesek dari batubara
agar tidak aus. Untuk mendapat ketahanan terhadap gaya gesek, material dinding
hopper juga harus memiliki kekerasan yang tinggi.
Pada dump hopper juga ditemukan crusher, karena batubara yang masuk
ke dump hopper relatif masih berukuran besar. Crusher ini digunakan untuk
mengecilkan ukuran batubara hingga 200 mm. Pada crusher ini dibutuhkan
material dengan kekerasan yang tinggi untuk menghancurkan batubara. Conveyor
merupakan alat untuk memindahkan batubara yang bentuknya seperti rel panjang.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.1 diagram CHF, terdapat beberapa conveyor
seperti coal conveyor dan conveyor dumping. Saat batubara ditambang oleh BWE,
batubara tersebut akan didistribusikan ke conveyor distribution point untuk
memisahkan antara material batubara dan tanah. Conveyor ini memiliki panjang
rel berbeda tergantung kebutuhan. Di PT Bukit Asam sendiri memiliki conveyor
dengan panjang jalur yang berbeda diantaranya 500 m hingga lebih. Conveyor ini
bergerak dengan kecepatan 5,5 m/detik. Dari satu conveyor ke conveyor lain
biasanya dihubungkan dengan transfer chute. Di transfer chute ini juga biasa
ditemukan hopper tanpa ada crusher.

3.2 Optimalisasi jalur CHF 1

32
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal dari
kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan,
menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara,
perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan
sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi
untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi
lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.
Optimalisasi pada mesin alat tambang ini sangat bergantung pada
perawatan dan pengkondisian pada pemasangan alat-alat yang di pakai serta
pemilihan spesifikasi barang yang tepat. Ketika hal ini dilaksanakan dengan tidak
baik atau terjadi kesalahan maka optimalisasi pada alat-alat tambang tidak dapat
tercapai. Alat alat tambang ini di makdsud bukan hanya pada peralatan alat berat.
Tetapi alat-alat atau komponen yang menunjang di peralatan alat berat.
Untuk mendapatkan informasi yang menghambat optimalisasi pada CHF1
di komponen alat-alat tambang maka kita mengadakan analisis atau kajian. Untuk
itu kita membutuhkan sebuah metode supaya dapat mencari informasi tersebut.
Metode yang digunkan disini ialah dengan memperhitungkan eliminasi jam
halangan melalui data yang sudah ada.

3.3 Metode eliminasi jam halangan

Eliminasi jam halangan ini adalah cara untuk mencari jam kerja yang
terhalang terbesar terpakai untuk melakukan perbaikan. Atau jam kerja perawatan
yang banyak terpakai untuk perbaikan di alat yang sama.
Pada beberapa bulan terakhir terdapat bayak data jam halangan di jalur
CHF 1 yang sangat berpengaruh akan optimalisasi jam kerja, salah satu yang
sangat berpengaruh itu di bagian jalur sistem conveyor CC10, CC11, CC12. Di
jalur CC10, CC11, CC12 ini sangat mendominasi kerusakannya yaitu di
bagian“idler”.

3.4 Sistem Belt Conveyor di lapangan (CHF1)

33
Penambangan batubara di Tambang Air Laya ( TAL) PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk. Tanjung enim merupakan penambangan terbuka yang
menggunakan alat gali yaitu Bucket Whell Excavator (BWE) dan alat penimbun
batubara yaitu Stacker/Reclaimer.
Tambang Air Laya (TAL) terbagi menjadi tiga sisi yang mana setiap sisi
pengangkutan material dilakukan oleh conveyor sesuai dengan penempatannya,
yaitu:
a) Sisi penggalian disebut Conveyor Excavating (CE)
b) Sisi penimbunan tanah disebut Conveyor Dumping (CD)
c) Sisi penimbunan batubara disebut Conveyor Coal (CC)

System conveyor di definisikan sebagai alat yang digunakan untuk


mengangkut atau memindahkan material, baik material curah maupun material
satuan, dari satu tempat ke tempat lainnya secara terus menerus. System conveyor
banyak dan berkelanjutan dan dalam kondisi tertentu, sistem conveyor yang
biasanya di gunakan untuk memindahkan material.

3.5 Posisi kerusakan Idler


Dari data yang di peroleh di PT. Bukit Asam Tanjung Enim, kerusakan
idler yang sering terjadi umumnya terjadi atau terletak di bagian struktur putarnya
dan konstruksi tabungnya.
a) Struktur Putarnya
 Apabila letak pemasangan bearing tidak pada posisi yang tepat
yaitu tidak presisinya pemasangan bearing terhadap labiri, makan
akan menimbulkan gesekan sisi permukaaan bearing dengan plat
tabung labirin bagian dalam yang dapat mengakibatkan aus dan
pecahnya labirin.
 Apabila kondisi (Shell) tabung, poros (Shaft) dan struktur putar
penyusunnya terkontaminasi (Kotor), misalnya oleh debu, pasit,
partikel halus material yang diangkut maka akan berakibat fatal
bagi bearing. Karena kotoran tersebut akan membentuk gumpalan
bahan kecil yang padat (Berbentuk butiran) dan akan meresap
kedalam bagian alur luncur bearing sehingga akan bergerak dengan
butiran tersebut yang menyebabkan bearing menjadi macet dan
rusak.

34
 Pelumasan menjadi pokok utama untuk mengantisipasi gerakan
yang terjadi di dalam ruang gelinding bearing. Apabila kekentalan
pelumas pada ruang tersebut tidak memenuhi standar maka akan
sangat berpengaruh pada umur bearing tersebut. Pelumasan hanya
dilakukan satu kali, yaitu pada saat pemasangan awal.
 Kerusakan tabung diakibatkan karena kerusakan pada bearing
yang macet sehingga konstruksi tabung bergesekan dengan belt
conveyor dan bearing. Apabila salah satu bearing dalam keadaan
macet maka akan terjadi pemuntiran terhadap poros.
 Apabila rumah bantalan (Bearing Housing) tidak akan dalam
keadaan pas, maka bearing seolah “menjadi macet”. Hal ini
disebabkan oleh putaran poros dan roll bearing bagian atas searah
sehingga idler tidak sempurna.
b) Konstruksi Tabung
Konstruksi tabung diakibatkan karena kerusakan pada Roll Bearing yang
macet, sehingga konstruksi tabung itu bergesekan seperti diasah oleh Belt
Conveyor. Apabila salah satu Bearing Idler dalam keadaan macet, maka akan
terjadi pemuntiran terhadap poros.

BAB IV
TINJAUAN KHUSUS

4.1 Idler

Idler adalah suatu alat atau komponen yang digunakan sebagai penyangga belt
conveyor, dan mendistribusikan suatu benda dalam jumlah yang besar secara
continue. Idler mempunyai susunan komponen seperti berikut.

35
NO Nama komponen penyusun Bahan/material
1 Shell STK-41
2 Shaf/as SGD41-D
3 Bearing Housing SPHD
4 Ball Bearing 6310.C3
5 Inner seal 6.POLYAMIDE
6 Inner pipe STKM-11A
7 Inner labyrinth seal PBT-G
8 Cap ACETAL
9 Cover BPT-G
10 Reataining Ring S65CM
Tabel 4.1 Daftar komponen pada Idler

Panjang dan diameter Idler disesuaikan dengan kebutuhan posisi ataupun


ataupun panjang Belt Conveyer yang dipakai dilapangan yaitu 1200,1600,1800.
Pemilihan Idler yang baik untuk shaf, bantalan didasarkan pada jenis
pembebanan,kondisi operasi beban yang dibawa dan juga kecepatan belt.fakor
yang perlu diperhitungkan dalam memilih jarak antara idler adalah berat belt,berat
material,umur idler dan tegangan belt.

4.2 Klasifikasi idler

Berdasarkan fungsinya,jenis idler dapat diglongkan menjadi:


1. Idler pembawa(carry idler atau carrying through set).Merupakan
idler yang digunakan untuk menyangga sabuk yang terletak pada
sisi pembawa material

2. Idler balikan (Retrun Idler atau Retrun through set). Merupakan


idler yang digunakan pada sisi balikan atau sisi yang tidak
membawa material.

3. Idler beban kejut Impact Idler atau Impact through set)..


Merupakan idler pembawa yang diletakan pada titik umpan atau
titik perpindahan (Transfer point) meredam beban kejut yang
terjadi akibat jatuhnya beban.

36
4. Idler pembalik (Trun over Idler).Idler ini digunakan untuk
membalik sabuk sehingga sisa material yang lengket atau yang
menempel disabuk tidak jatuh dalam conveyor sabuk.

5. Idler timbangan, Idler ini merupakan idler pembawa yang


digunakan dalam daerah timbangan sabuk (belt scale).yang
membedakan nya dengan idler pembawa adalah kepresisian rolnya.

6. Idler pengarah (Training idler atau self centralizing set) Idler ini
digunakan untuk membantu kelurusan sabuk.pengarah ini dapat
dipasang pada bagian pembawa material atau pada bagian balikan.

Kasifikasi Idler bermacam-macam namun secara umum menurut fungsin


dan letaknya dibedakan menjadi
4.2.1 Carrying Idler
Carying Idler atau idler pemikul fungsinya adalah untuk menyangga belt
atas,dipasang 3 partite garland dari idler pemikul yang miring dengan sudut 45
derajat pada jarak1.23m ukuran idler pemikul adalah :
 Idler tengah dengan diameter 159 x 456 mm.

 Idler luar dengan diameter 159 x 670 mm.

3.2.2 Retrun Idler


Idler ini untuk menunjang gerak balik belt conveyor. Retrun Idler ini dipasang
pada frame bagian bawah.Bentuk idlerini V 15 derajat yang ditempatkan setia
jarak 5.25 mm. Sudut miring 15 derajat dimaksutkan supaya belt itu terduduk
dengan baik
Adapun ukuran idler ini sebagai berikut :
a. Untuk Idler ukuran 16.

 Ukuran Ball Bearing 6380

 Ukuran diameter poros 4 cm

37
 Ukuran panjang poros 100 cm

 Ukuran diameter tabung 108,25 mm

 Ukuran panjang tabung 90 cm

b Untuk Idler ukuran 12.


 Ukuran Ball Bearing 6306

 Ukuran diameter proos 3 cm

 Ukuran panjang poros 77 cm

 Ukuran diameter tabung 100 mm

 Panjang tabung 70 cm

c Untuk idler ukuran 18


 Ukuran Ball Bearing 6380

 Ukuran dimeter poros 40

 Ukuran panjang pooros 107 cm.

 Ukuran diameter tabung 108,25 mm

Untuk mencegah lengketnya tanah, idler ini dilengkapi dilengkapi dengan vakra
karet quadruple, dengan diameter 108 x 160 mm. garland dipasang pada kedua
sisi dengan ditahan dengan ring gelang yang di las di bagian ujung tabung pipa
guna untuk menahan karet agar tidak lepas.

Beberapa jenis retrun idler dalam pemasangan sebagai berkut:


a. Plat Retrun idler

Idler ini terdiri atas roll tunggal yang antara rangka dan perindahan
belt tidak diizinkan menyentuh bagian stastistikdari rangka tersebut
b. Cleaning- Self Retrun idler

38
Retrun ini sangat penting karena merupkan penujang peroses produksi
selan sebagai penunjang belt juga sebagai pembersih belt dari sisa material
.Biasanya diibuat dari karet yang bentuknya sepiral yang disatukan dengan
sheel
c. Two-Roll V” Retrun Idler

Idler ini yang biasa digunakan di TAL dan juga dikenal sebagai idler
yang direncanakan untuk mengerjakan pekerjaan berat.

Gambar 4.1Return Idler


4.2.2 Impact Idler
Impct Idler atau disebut dengan “Chusing Idler” dann direncanakan mampu
mengantisipasi benturan akibat jatuhnya material datas belt conveyor. Impact
Idler dipasang masing-masing pada titik alih(transfer point) CC10 ke CC11, CC
11 Ke CC12, keetiga baguan garland,sudut cekung 45 derajat dipasang pada jarak
400 mm. ukuran impack idler adalah :
 Ukuran Ball Bearing 6350

 Idler luar diameter 154,30 mm

 Diameter poros 50 mm

 Panjang poros 62 cm

39
Gambar 4.2 Impact Idler

Gambar4.3 posisi Idler

40
4.3 Kerusakan pada Idler

Emergency report Idler

Gambar 4.4 Emergency report idler

41
42
43
Adapun jenis-jenis kerusakan pada Idler adalah :
1. Bearing pecah, hal ini merupakan kerusakan yang paling sering terjadi pada Idler
2. Bearing macet, diakibatkan oleh masuknya partikel halus kedalam alur bearing
hingga terjadinya gesekan yang mengakibatkan roller ball macet.
3. Joint Link yang aus akibat dari menahan beban berat yang berlebih dan terjadinya
kesalahan dalam pemasangan Joint Link akibat kurangnya kepresisian ukuran
sehingga Joint link terbentur dengan cap.
4. Poros (shaft) yang mengalami pengikisan akibat gesekan dari dinding roller.
5. Cap penutup roller pecah.

4.4 Analisa kerusakan bearing pada idler

Berdasarkan data halangan laporan emergency Idler, dapat disimpulkan bahwa idler yang
paling sering mengalami kerusakan adalah impact idler, dikarenakan berada tepat
dibawah transfer chutte atau corong transfer batubara,sehingga menerima beban impact
yang relatif besar.

Bearing yang digunakan impact idler :


Idler specification : ᴓ 127 x 438-ᴓ 25/30
Frame type : 450 x 3pcs – Rigid frame
Bearing code : SKF6306 (2RS1)
Max Idler spacing : 0.35 m
Quantity : 20 sets
Mounting centers : 1450 mm3
Nom/Design Capacity : 2400/2460 tph
Ball speed : 5,5 m/s
Belt Width : 1200 mm

4.4.1 Penyebab kerusakan pada Bearing


1. Improper Lubrication
- Type pelumas tidak sesuai dengan applikasi
- Low oil level. Kebocoran pada seal
- Lubrication yang berlebih. Churning
- Lubang sirkulasi oli terlalu kecil
- Lubang sirkulasi tertutup. Pumping action pada seal
- menyebabkan kebocoran
- Kekurangan (starvation) pelumas karena ukuran dan interval relubrikasi
tidak sesuai
2. Self Friction / Malfuction
- Contact seals kering
- Spring tension pada radial lips berlebihan
- Rotating seals / flingers bergesekan dengan bagian yang diam
44
- Kehausan contact seal pelumas berkurang, masuknya kotoran
- Labyrint seal tidak dioles gemuk/grease

4.4.2 Spesfikasi Bearing SKF 6305 (2SR1)

Designation 6305-2RS1 *

d 25 mm

B 17 mm

D 62 mm

C 23.4 kN

C0 11.6 kN

Type Deep groove ball bearing

4.4.3 Spesifikasi Impact Idler


No
1 Lebar Belt 1400mm
2 Tebal shell 10mm
3 Diameter shell 159mm
4 Panjang shaft 602mm
5 Diameter shaft 50mm
6 Jarak lubang 570mm
7 Sudut Palung 400
8 Jarak antar Idler 40mm
9 Ketinggian material jatuhan 2700mm
10 Berat Belt 57,76kg/m
11 Berat Idler 39kg
12 Diamater Idler 180mm
13 Kecepatan Belt 5,5m/s
14 No.Bearing 6305(2SR1)
15 Jumlah Idler 9 set,3 roller / set

45
16 Total panjang daerah Idler 3200mm

Tabel 4.2 Spesifikasi Impact Idler

4.5 Perbaikan pada Idler

Sebelum proses perbaikan Idler dilakukan terlebih dahulu Work Order (WO) dari pihak
perencanaan mesin.
1. Tahap penyeleksian Idler
Pada tahap ini perbaikan bertujuan untuk menyeleksi komponen yang masih bisa dipakai
dan yang tidak bisa dipakai. Pemilihan dilakukan dengan pengamatan secara visual dan
pengalaman mekanik
2. Tahap pembongkaran
Pembongkaran dilakukan dengan mesin jack .Prinsip kerja alat ini yaitu menekan keluar
komponen Idler . Proses penekanan dilakukan dengan hati hati agar tidak merusak
komponen, untuk komponen yang sulit dilepas (Bearing) digunakan api las Asetilen.
Adapun langkah pembongkaran sebagai berikut :
a. Persiapan peralatan kerja yang akan digunakan.
b. Tegakkan Idler dan diberi alat penyangga dibawah agar Idler berdiri tegak.
c. Buka cup menggunakan obeng.
d. Buka cover Bearing
e. Buka retaining ring dengan tang snap ring.
f. Buka Idler untuk membuka bagian bawah.
g. Setelah semua dibongkar, angkat Idler keatas mesin jack untuk membuka labiring
dan bearing.
h. Lepaskan Shaft dari lubang.
i. Lakukan pengecekan komponen yang sudah dibongkar. Komponen yang masih
layak dipakai dicuci dengan solar untuk dapat digunakan kembali.

3. Tahap persiapan material

Setelah proses pembongkaran selesai, tahap selanjutnya adalah


mempersiapkan komponen yang di perlukan untuk pemasangan kembali
idler, komponen yang sudah di bongkar tadi, di seleksi kembali apakah
kondisinya masih bagus dan masih bisa untuk di pakai kembali. Untuk
poros/shaf, di cek apakah masih lurus dan tidak ada bagian yang sudah aus

46
apabila tidaj memenuhi kondisi tersebut maka tidak dapat dipakai kembali.
Untuk tabung di cek apa ada bagian yang aus terutama bagian dudukan
bearingnya. Biasanya komponen yang sering di ganti adalah bearing.
Karena bearing yang digunakan jenisnya hanya di izinkan satu kali
pemakaian seperti tipe SKF 6305 (2SR1) tetapi untuk kondisi tertentu
misalnya tidak ada persediaan bearing digudang padahal padahal
dilapangan “urgent”, maka bearing tersebut di cek clearance nya putaran
dan putarannya. Bila kondisinya masih baik untuk di pakai lagi harus
dicuci terlebih dahulu hingga bersih baru bisa di pakai kembali. Untuk
inner seal yang sudah tidak bisa dipakai kembali harus di ganti baru.
Proses persiapan ini yang paling banyak memakan banyak waktu kalau
stock materialnya sedang kosong.

4. Tahap Persiapan Assembling


Komponen idler yang akan dipasang bisa berasal dari komponen yang
lama ataupun baru. Untuk komponen yang lama dapat dipakai kembali jika masih
baik kondisinya. Adapun ciri-ciri komponen tersebut adalah :
a) Tabung tidak kempot dan dudukan bearing tidak aus.

b) Shaft masih lurus tidak aus.

c) Putaran dan Clearance Bearing masih baik.

5. Tahap Pemasangan Idler


Prosedur pemasangan Idler Seal pada tabung adalah :
a) Pasangkan Idler Seal pada tabung Idler.

b) Angkat tabung keatas meja mesin jack dan masukkan shaft ke dalam
tabung Idler.

c) Pasang Bearing yang sudah diberi grease untuk pelumasan labirin pada
tabung idler dengan bantuan mesin jack.

d) Retaining Ring dengan tang Snap Ring.

47
e) Lakukan pengecekan terhadap putaran (berat atau tidak). Jika berat maka
diperkirakan ada komponen yang tidak pas dalam pemasangan nya.

f) Bila putaran nya sudah baik maka pasangkan Cover Bearing.

g) Lakukan sekali lagi putaran Idler.

h) Lakukan Take Welding terhadap tabung Idler dan Cover, dan lanjutkan
dengan pemasangan Cap.

i) Lakukan Pengetesan.

6. Urutan langkah proses Asembling Idler


a) Siapkan Shell/tabung yang terbuat dari material STK 41.

b) Siapkan Bearing Housing/rumah, bantalan yang terbuat dari plat dengan


material SPHD, kemudian kita melakukan pengelasan antara tabung
dengan rumah bantalan.

c) Pasang Idler Seal/penyekat bagian dalam terbuat dari material plymide.

d) Pasang Shaft/poros dengan material S40C.

e) Pasang bantalan luncur, seperti Bearing Type 6310.C3 untuk Impact Idler
telah diberi Grease terlebih dahulu. Bantalan ini di beli dari pihak ketiga.

f) Pasang Inner Tube yang terbuat dari material STKH 11 a.

g) Pasang plat penahan yang terbuat dari SECC, plat ini juga di beli dari
pihak ketiga.

h) Pasang labyrin Seal bagian dalam dan bagian luar yang telah diberi
Grease terlebih dahulu, labyrin ini terbuat dari ADC-12.

i) Pasang Circlip pada poros yang berfungsi sebagai penahan.

j) Pasangkan Cap yang terbuat dari material PBT-G.

k) Pasang Shaft Seal/plat pelindung bagian luar, plat ini terbuat dari material
secc. Plat ini juga dibeli dari pihak ketiga.

48
l) Pasang Deflector.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengamatan yang dilakukan dilapangan
tentang kerusakan Idler, maka dapat ditarik kesimpulan :
 Peran kerja Idler sangat vital dalam proses penambangan yang ada di PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk. Maka dari itu perawatan dan perbaikan harus
secara professional supaya kerja dari idler itu sendiri lebih optimal dan
tidak cepat rusak.

 Kesalahan dalam melakukan perbaikan idler dapat menyebabkan Lifetime


Bearing yang relatif pendek.

 Kerusakan yang terjadi pada idler biasanya terjadi pada Bearing.

 Faktor-faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap usia pakai sebuah


idler, seperti kotoran, misalnya debu batubara.

49
 Sistem pembebanan sangat berpengaruh terhadap usia sebuah idler.

 Faktor pelumasan menjadi pokok utama mengantisipasi gesekan pada


ruang gelinding pada Bearing.

5.2Saran
Untuk mengantisipasi kerusakan yang terlalu cepat pada idler harus ada
manajemen perawatan serta perbaikan yang baik dan professional. Adapun yang
harus dilakukan, yaitu :
 Mengingat kerusakan pada bearing yang sangat tinggi maka :

 Memperhatikan posisi bearing, usahakan letak bearing pada


posisi yang benar-benar pas.

 Cap dan cover harus terpasang dengan benar tanpa ada celah
sedikitpun untuk debu/material masuk ke dalam roller.

 Disarankan untuk menambah jumlah Idler menjadi 10 set (3 set roller/set)


pada Impact Idler yang menrima beban impact relatif besar. Agar lifetime
Bearing lebih optimal

 Melakukan pengontrolan perbaikan secara terjadwal terhadap terhadap


idler menggunakan fitur software Elips terintegrasi yang otomatis
memunculkan Work Order setiap periode waktu perawatan tertentu.

 Disarankan melakukan penggantian Bearing SKF 6305(2SR1) berjenis


Single Deep Groove Ball Bearing menjadi SKF 6305 berjenis Double
Deep Groove Ball Bearing, yang dapat menahan beban yang lebih besar

50
DAFTAR PUSTAKA

CONTI Conveyor Manual PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).

DIN. 22101. PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).

Sonawan, Hery. 2010. Perancangan Elemen Mesin. Bandung : ALFABETA.

E.V.Poppov (1986). Mekanika Teknik. Jakarta : Erlangga.

Toha, Juanda.2002. Perancangan, Pemasangan dan Perawatan Konveyor Sabuk dan Peralatan
Pendukung. Bandung : PT. JUNTO Engineerig.

SKF.Basic Bearing Knowledge. PT.SCOFINDO PRIMATAMA Jakarta

SKF.General Catalouge :www.skf.com

5
LAMPIRAN

Attachment Idler List

SKF Bearing Spesification from general catalouge table


6
7

Gambar
GambDimensi
BucketLiner

Anda mungkin juga menyukai