PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Setiap mesin dirancang dan dibuat untuk memberikan fungsi – fungsi
tertentu tertentu yang dapat meringankan pekerjaan manusia. Untuk dapat
memberikan fungsi tersebut, sebuah mesin memerlukan kerjasama dari berbagai
komponen yang bekerja menurut suatu mekanisme. Sebagai penggerak dari
mekanisme tersebut dapat digunakan tenaga hewan atau manusia secara langsung
jika mesinnya sederhana, tetapi karena berbagai alasan, sebagian besar mesin
menggunakan motor penggerak (engine) yang bisa berupa motor bakar maupun
motor listrik. Motor – motor tersebut pada umumnya memberikan daya dalam
bentuk putaran pada sebuah poros, yang disebut poros penggerak, yang
selanjutnya akan diteruskan ke seluruh komponen dalam mekanisme. Sebagai
penyambung antara poros penggerak dan poros yang digerakkan maka digunakan
kopling dalam operasinya.
Salah satu sistem transmisi adalah roda gigi, yang secara umum digunakan
untuk memindahkan atau meneruskan daya dan putaran poros. Dengan adanya
roda gigi dapat dinaikkan atau diturunkan jumlah putaran poros pada poros
keluaran dengan jalan mengatur rasio roda gigi.
Di luar cara transmisi di atas, ada pula cara lain untuk meneruskan daya,
yaitu dengan sabuk atau rantai. Namun demikian, transmisi roda gigi mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan sabuk atau rantai karena lebih ringkas, putaran
lebih tinggi dan tepat, dan daya lebih besar. Kelebihan ini tidak selalu
menyebabkan dipilihnya roda gigi di samping cara yang lain, karena memerlukan
ketelitian yang lebih besar dalam pembuatan, pemasangan maupun
pemeliharaannya. Pemakaian roda gigi sebagai alat transmisi telah menduduki
tempat terpenting di segala bidang selama 200 tahun terakhir ini. Penggunaaannya
dimulai dari alat pengukur yang kecil dan teliti seperti jam tangan, sampai roda
gigi reduksi pada turbin besar yang berdaya hingga puluhan megawatt.
1
1.2. Tujuan
Adapun Tujuan tugas rancangan roda gigi ini adalah:
1. Agar mahasiswa memahami hal-hal utama yang harus diperhatikan
terutama prinsip kerja dan merancang bagian-bagian dari sistem transmisi
roda gigi (gear box).
2. Agar mahasiswa memahami berbagai hubungan karakteristik bahan dan
sifat yang dibutuhkan untuk digunakan dalam merancang suatu sistem
transmisi roda gigi (gear box).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.4. Nama-Nama Bagian Roda Gigi dan Ukurannya
Adapun nama – nama bagian utama roda gigi diberikan dalam gambar 2.1.
4
Modul merupakan hasil bagi diameter dengan jumlah gigi :
d
M mm
Z
Maka hubungan modul dan jarak bagi lingkaran adalah :
t M mm
Jarak bagi diametral adalah diameter (mm) per jumlah gigi jarak bagi lingkaran.
Jarak bagi lingkaran
d
t mm
Z
Dimana = d = diameter jarak bagi lingkaran (mm)
Z= Jumlah gigi.
1. Pada roda gigi luar bagian gigi luar lingkaran jarak bagi disebut kepala
dan tinggimya disebut tinggi kepala atau addendum yang biasanya sama
dengan modul dalam mm atau 1/Dp dalam inch
hkepala M (mm)
5
5. Titik potong antara profil gigi dengan lingkaran jarak bagi disebut titik jarak
bagi. Sudut yang dibentuk garis normal pada kurva bentuk profil pada jarak
bagi dengan garis singgung lingkaran jarak bagi (juga pada titik jarak bagi)
disebut sudut tekanan. Roda gigi yang mempunyai sudut tekanan yang sama
besar serta proporsinya seperti diuraikan di atas disebut roda gigi standar.
Roda gigi ini dapat saling bekerja sama tanpa dipengaruhi oleh jumlah
giginya. Sehingga dapat pula disebut roda gigi yang dapat dipertukarkan.
6
putaran melalui gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik
untuk mentransmisikan putaran tinggi dan besar.
7
Gbr 2.5 Roda gigi kerucut
8
h. Roda Gigi Hipoid
Roda gigi ini hanya digunakan pada roda gigi differensial auto mobil.
Roda gigi ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang
simbolnya bersilang dan pemindahan gaya pada permukaan berlangsung secara
meluncur dan menggelinding.
9
Dimana i adalah perbandingan jumlah gigi pada roda gigi 2 (digerakkan) terhadap
roda gigi 1 (penggerak / pinyon).
Pada roda gigi lurus standar i = 4 ÷ 5 atau hingga 7 jika dengan perubahan
kepala. Pada roda gigi miring dan miring ganda dapat mencapai 10. Roda gigi
dipakai untuk reduksi jika u < 1 atau i > 1 dan juga menaikkan putaran jika u > 1
atau i < 1.
Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d 1 dan d2
dalam mm dapat dinyatakan sebagai berikut:
d1 d 2 m z1 z 2
a
2 2
2a
d1 [Lit. 7 hal. 216]
1 i
2ai
d2
1 i
10
profil alur banyak dan profil K). di samping itu dikenal juga poros engsel, poros
teleskop, poros lentur dan lain – lain.
Persyaratan khusus terhadap disain dan pembuatan adalah sambungan dari
poros dan naaf dan dari poros dengan poros.
Pembuatan poros sebagai berikut. Sampai diameter 150 mm adalah dari
baja bulat (St42, St50, St70 dan baja campuran) yang diputar, dikupas atau ditarik.
Dari lebih tebal ditempa menjadi jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri dengan
penggosokan, dan dalam hal dikehendaki bulatan yang tepat. Tempat bantalan dan
peralihan menurut persyaratan diputar halus, digosok, dipoles, dicetak dan pada
pengaretan tinggi kemudian dikeraskan.
Tabel 2.1. Jenis – jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan
11
diperoleh faktor koreksi 0,8 – 1,2. Disini dipilih faktor koreksi sebesar ( 1,2 ) yang
merupakan harga terbesar sehingga daya recana yang dipakai pada perancangan
lebih besar sehingga rancangan akan memilki dimensi yang lebih besar dan akan
benar – benar aman. Selain itu juga dapat mengimbangi kerugian – kerugian yang
terjadi akibat gesekan.
Tabel 2-2 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Perlakuan Diameter Kekuatan Tarik Kekerasan
Lambang
Panas (mm) 2
(kg/mm ) HRC (HRB) HB
12
20 atau
58 – 79 (84) – 23 -
Dilunakkan kurang
53 - 69 (73) - 17 144 - 216
21 – 80
S35C-D 20 atau
Tanpa 63 – 82 (87) - 25 -
kurang
dilunakkan 58 - 72 (84) - 19 160 - 225
21 – 80
20 atau
65 – 86 (89) - 27 -
Dilunakkan kurang
60 - 76 (85) - 22 166 - 238
21 – 80
S45C-D 20 atau
Tanpa 71 – 91 12 - 30 -
kurang
dilunakkan 66 - 81 (90) - 24 183 - 253
21 – 80
20 atau
72 – 93 14 - 31 -
Dilunakkan kurang
67 - 83 10 - 26 188 - 260
21 – 80
S55C-D 20 atau
Tanpa 80 – 101 19 - 34 -
kurang
dilunakkan 75 - 91 16 - 30 213 - 285
21 – 80
Sumber : Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga,
halaman 330
Dalam perancangan poros output ini dipilih bahan S 45 C-D tanpa
dilunakkan dan diperkirakan diameternya < 20 mm maka kekuatan tariknya
diambil 81 kg/mm2. tegangan geser ijin untuk bahan ini dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
B
a [Lit. 7 hal. 8]
Sf 1 Sf 2
dimana:
τa = tegangan geser ijin bahan (kg/mm2)
σB = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 = faktor keamanan untuk batas kelelahan puntir yang harganya 5,6
untuk bahan S-F dan 6,0 untuk bahan S-C
Sf2 = faktor keamanan akibat pengaruh konsentrasi tegangan seperti
adanya alur pasak pada poros, harganya 1,3÷3,0
13
Poros output dibuat bersatu dengan roda gigi perantara sehingga, dalam
memilih bahan untuk poros ini kita ambil dari tabel bahan roda gigi sebagai
berikut:
Tabel 2.3. Tegangan lentur diijinkan pada bahan roda gigi
Tegangan
Kekuatan Kekerasan
Kelompok Lambang lentur
tarik (Brinnel)
bahan bahan dijinkan
σB (kg/mm2) HB
σa (kg/mm2)
FC 15 15 140 ÷ 160 7
FC 20 20 160 ÷ 180 9
Besi cor
FC 25 25 180 ÷ 240 11
FC 30 30 190 ÷ 240 13
SC 42 42 140 12
Baja cor SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
Baja karbon S 25 C 45 123 ÷ 183 21
S 35 C 52 149 ÷ 207 26
untuk
konstruksi S 45 C 58 167 ÷ 229 30
mesin
400 (dicelup
S 15 CK 50 dingin dalam 30
Baja paduan
minyak)
dengan
SNC 21 80 600 35 ÷ 40
pengerasan
(dicelup
kulit SNC 22 100 40 ÷ 55
dingin
dalam air)
Baja khrom SNC 1 75 212 ÷ 255 35 ÷ 40
SNC 2 85 248 ÷ 302 40 ÷ 60
nikel SNC 3 95 269 ÷ 321 40 ÷ 60
Perunggu 18 85 5
Logam delta 35 ÷ 60 - 10 ÷ 20
Perunggu
19 ÷ 30 80 ÷ 100 5÷7
fosfor (coran)
Perunggu nikel
64 ÷ 90 180 ÷ 260 20 ÷ 30
(coran)
Damar phenol,
3÷5
dll
Sumber : Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga,
halaman 241
Dari tabel 2.3. kita pilih bahan poros perantara dari baja paduan dengan
pengerasan kulit jenis SNC 21 dengan kekuatan tarik 80 kg/mm 2. Dari data
sebelumnya untuk bahan S-C dipilih faktor keamanan Sf 1 = 6,0 dan Sf2= 1,5
karena roda gigi perantara dibentuk pada poros perantara ini.
14
Perancangan Diameter Poros.
Pada perancangan roda gigi ini (dengan memperhatikan gambar assembly roda
gigi) terdapat poros input, poros output dan poros perantara. Poros input
merupakan poros yang berhubungan dengan kopling secara langsung. Sehingga
poros input ini telah dirancang pada tugas rancang kopling. Pada tugas rancang ini
akan dirancang poros output dan poros perantara saja.
16 T
a 3
K t Cb [Lit. 7 hal. 8]
dp
dimana:
dp = diameter poros (mm)
Kt = faktor koreksi terhadap momen puntir yang besarnya:
1,0 jika beban dikenakan halus
1,0 – 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan
1,5 – 3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur
harganya berkisar 1,2 – 2,3
T = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm).
Dari data – data yang diperoleh di atas maka diambil harga faktor koreksi
momen puntir Kt =1,2 karena poros akan mendapat kejutan atau tumbukan. Faktor
koreksi terhadap beban lentur diambil Cb = 1,3, karena pada poros output akan
dipasang roda gigi output yang menyebabkan poros mengalami beban lentur
Maka, dipilih diameter poros output 11 mm.
Jika momen rencana dari poros adalah T = (kg.mm), dan diameter poros
adalah do adalah (mm), maka gaya tangensial F(kg) pada permukaan poros adalah
15
T
F
d o 2
a a
16 T
Kt C a
b
d 3
P
3 16 T
dP K t Cb
a
Jika momen rencana dari poros adalah T = (kg.mm), dan diameter poros
adalah do adalah (mm), maka gaya tangensial Ft (kg) pada permukaan poros
adalah ;
T
F
d o 2
16
4 10 *22,4 40 100 *224 400
24 (105) 240
11( diambil) 25 42 110 250 420
260 440
4,5 *11,2(diambil) 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
16 16 38 60 160 380 600
(17) 170
*6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
17
Pemeriksaan Kekuatan Poros Output.
Diameter poros output yang dipilih adalah 11 mm, dengan tegangan geser
ijin bahan sebesar 7,656 kg/mm2. Torsi T = 1161,05 kg.mm, faktor keamanan Kt =
2,0 dan faktor koreksi beban lentur Cb = 2,1. Maka tegangan geser yang timbul
adalah:
16 T
K C
a t
d 3
P
kg
bahan sebesar 0,888 ,Torsi T= 1161,0,5 kg.mm, Faktor keamanan Kt =
mm 2
1,2 dan factor koreksi beban lentur Cb = 1,4, maka tegangan geser yang
ditimbulkan adalah :
16 T
K Cb
a t
d 3
P
dimana,
m = modul
z = Jumlah gigi
= koef. Pemasangan
C = konstanta bahan
T = Torsi rencana (1161,05 kg.mm).
18
bahan roda gigi yang digunakan adalah Baja S 45 dengan konstanta bahan
C = 60 kg/cm2 dan koefisien pemasangan =30 (Dengan kolager dst).
Besi tuang Bt 26 35
Besi tuang Bt 52 35 – 65
Baja st 34 55
Baja st 45 60
Baja st 50 70
Baja st 60 85
Baja st 70 100
Cara Pemasangan
Dengan kolager dst 0 sampai 30
Tabel 2.6: Harga modul standart (JIS B 1701 – 1973) (satuan : mm)
Seri Seri Seri Seri Seri Seri
Ke - 1 Ke - 2 Ke – 3 Ke - 1 Ke - 2 Ke - 3
0,1 3,5
0,15 4 3,75
0,2 4,5
0,25 5
0,3 5,5
0,35 6 6,5
19
0,4 7
0,45 8
0,5 9
0,55 10
0,6 0,65 11
0,7 12
0,75 14
0,8 16
0,9 18
1 20
1,25 22
1,5 25
1,75 28
2 32
2,25 36
2,5 40
2,75 45
3
0,325 50
20
Gear H.
a. Diameter Pitch (DPH) = ZH x M
b. Diameter luar (DOH) = DPH + (2xM)
c. Diameter kaki (DIH) = DPH – (2 x 1,25 x M)
untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear di rencanakan sama yaitu :
lebar gigi (b) = c x m
tinggi kepala addendum (ha) = M = 1,25
tinggi kaki addendum (hf) = 1,25 x M
tebal gigi t 0,5 xx1,25
21
Pa = Daya perancangan (kw)
V = Kecepatan keliling (m/s)
Tegangan geser yang terjadi (tg) :
F
a (A = Luas penampang = b x h )
A
22
seluruh bagian poros dibandingkan dengan pasak yang akan menimbulkan
konsentrasi tegangan pada daerah di mana pasak dipasang.
Untuk pemakaian spline pada kenderaan bermotor, mesin perkakas dan
mesin produksi, perhitungannya dilakukan berdasarkan standar dari SAE (Society
of Automotive Engineering). Simbol – simbol yang digunakan dalam satandarisasi
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7. Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi (standar SAE)
Number To Slide When not To Slide When
Permanent Fit All Fits
of Under Load Under Load
Splines H D H D h d w
4 0,075D 0,850D 0,125D 0,750D - - 0,241D
6 0,050D 0,900D 0,075D 0,850D 0,100D 0,800D 0,250D
10 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,156D
16 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,098D
Sumber : Kent’s, Mechanical Engineering Handbook, Halaman 15-15
23
Karena spline menyatu dengan poros maka bahan spline sama dengan
bahan poros. Sehingga spline pada poros output juga terbuat dari bahan baja
karbon S 45 C-D dengan tegangan geser ijin 9 kg/mm 2 sedangkan spline pada
poros perantara juga terbuat dari baja paduan SNC 21 dengan tegangan geser ijin
8,888 kg/mm2.
Dd
Tinggi spline adalah: h
2
Lebar spline adalah: w 0,156 D
di mana:
T = momen puntir yang bekerja pada poros, dari perhitungan pada
Bab 3 diperoleh sebesar 1161,05 kg.mm
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
rm = jari-jari rata-rata spline (mm).
24
Didalam perencanaan roda gigi ini, untuk panjang dari spline tidak
dihitung karena roda gigi ini dipakai untuk transmisi kenderaan sepeda motor jadi,
panjang spline harus sesuai dengan panjang sinkronisasi antara roda gigi yang
terpasang di poros spline tersebut.
Dd
Tinggi spline adalah: h
2
Didalam perencanaan roda gigi ini, untuk panjang dari spline tidak
dihitung karena roda gigi ini dipakai untuk transmisi kenderaan sepeda motor jadi,
panjang spline harus sesuai dengan panjang sinkronisasi antara roda gigi yang
terpasang di poros spline tersebut.
Perencanaan Naaf.
25
Naaf dan spline merupakan bagian yang saling berkecocokan tetapi
berbeda bagian. Spline berupa tonjolan atau bukit pada sisi poros dan naaf
merupakan pasangan dari bentuk tonjolan atau bukit tersebut. Sama seperti spline,
naaf juga ada pada poros output dan pada porors perantara.
Adapun simbol – simbol yang dipakai dalam perancangan naaf ini adalah:
26
Jumlah naaf : i = 6 buah
Diameter luar naaf : D = 11 mm
Diameter dalam naaf : d = 9 mm
Tinggi naaf : h = 1 mm
Jari – jari rata – rata naaf : rm = 5 mm
Panjang naaf : L = sesuai dengan lebar roda gigi ; 10 mm
Gaya yang bekerja pada naaf : F = 232,21 kg
Sedangkan lebar naaf dapat diperoleh dari:
D i w spline
w [Lit. 8 hal. 15]
i
dimana:
w = lebar naaf (mm)
D = diameter luar spline atau naaf (mm)
wspline = lebar spline (mm)
i = jumlah gigi spline atau naaf
27
D i wspline
w
i
Tampak bahwa tegangan geser dan tumbuk yang timbul, jauh lebih kecil
dari tegangan geser dan tegangan tumbuk ijin bahan naaf
( a a 1,436 kg mm 2 9 kg mm 2 )
28
Pada poros output ini bantalan menerima beban berupa beban radial dan
aksial. Tetapi beban aksial yang terjadi pada bantalan nilainya sangat kecil yang
muncul pada saat pemindahan kecepatan oleh tuas persnelling, sehingga dapat
dikatakan beban aksialnya adalah nol. Pada poros output terdapat beban berupa
massa dari roda gigi – roda gigi output yang terpasang pada poros ini. Massa dari
roda gigi output masing – masing dihitung sebagai berikut:
Beban massa dari roda gigi dihitung dengan persamaan:
M D d b [Lit. 7 hal. 108]
4
dimana:
M = beban massa roda gigi (kg)
D = diameter jarak bagi roda gigi (mm)
d = diameter poros (mm)
b = lebar roda gigi (mm)
ρ = massa jenis roda gigi dimana untuk bahan baja harganya adalah
7,65×10-6 kg/mm3
Maka:
o Massa roda gigi input A MA
4
o Massa roda gigi input B MB
4
o Massa roda gigi input C MC
4
o Massa roda gigi inputD MD
4
Massa total roda gigi adalah:
M total M A M B M C M D
29
F = gaya tangensial maksimum yang terjadi pada roda gigi dimana
pada Bab 4 diperoleh gaya tangesial maksimum terjadi pada
kecepatan mundur sebesar 77,52 kg
Φ = sudut tekan roda gigi yakni sebesar 20°
dimana:
P = beban ekivalen (kg)
X = faktor radial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal
besarnya adalah 0,6
Fr = gaya radial total yaitu sebesar 28 kg
Y = faktor aksial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris
tunggal besarnya adalah 0,5
Fa = gaya aksial, untuk bantalan pendukung poros ini besarnya adalah 0
karena tidak ada gaya aksial yang dibebankan pada bantalan ini.
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen,
sehingga diperoleh:
C0 P
dimana:
C = basic dynamic load rating (kg)
P = beban ekivalen yaitu sebesar 17,3 kg
L = umur bantalan yang dinyatakan dalam juta putaran.
30
C0/Fa 5 10 15 20 25
Fa/VFr ≤ X 1
e Y 0
X 0,56
Fa/VFr >
1,2 1,4 1,6 1,7 1,8
e Y
6 9 4 6 5
0,3 0,2 0,2 0,2 0,2
E
5 9 7 5 4
31
6206 6206ZZ 6206V V 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 6207ZZ 6207V V 35 72 17 2 2010 1430
6208 6208ZZ 6208V V 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209ZZ 6209V V 45 85 19 2 2570 1880
6210 6210ZZ 6210V V 50 90 20 2 2750 2100
Dari tabel 2.9. dipilih bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal
jenis terbuka nomor terbuka dengan nomor bantalan 6000 yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
Diameter luar : D = 26 mm
Diameter lubang : d = 10 mm
Lebar : b = 8 mm
Basic static load rating : C0 = 196 kg
Basic dynamic load rating : C = 360 kg
32
o Massa roda gigi output F = M F
4
o Massa roda gigi output G. = M G
4
o Massa roda gigi output H. = M H
4
C. TEMPERATUR
Temperatur penting dalam merencanakan elemen mesin, karena dalam sistem
transmisi roda gigi, bantalan dan poros bergerak saling bergesekan sehingga
menimbulkan panas. Dan panas tersebut akan menaikkan temperatur kerja dalam
roda gigi. Oleh karena itu peningkatan temperatur dapat dihitung dalam
persamaan :
632 xNg
t = ……………1
xAg
33
Mtxn
= atau
75
fkxfbxRmx n
Ng = 60
75
Dimana : t = peningkatan temperatur
= faktor perpindahan panas
Ag = luas bidang gesek
Mt = momen torsi
n = 7500 rpm
Untuk radius bidang gesek (Rm) adalah :
Do Di
Rm =
4
Dimana Do = diameter luar pinion (main shaft)
Di = diameter luar gear (counter shaft)
Untuk rumus temperature yang terjadi pada trasmisi roda gigi diambil rumus
pada temperature yang terjadi pada roda gigi A-H,
Do1 DoH
A. Untuk Rm =
4
fkxfbxRmx n
B. Daya gesek (Ng)= 60
75
Dimana fk = 0,02 (besi cor abu – abu)
fb = FtA-H
C. Luas Bidang Gesek (Ag) Pada Main Shaft Dan Counter Shaft :
x( Do12 ds 2 ) (2 xb1xh1xz1)
Agm =
4
D. Untuk Mengetahui Koefisien Panas( )Harus Diketahui Kecepatan Rata –
Rata (V) :
2 xxnxRm
V =
60
Tabel 6.1 Harga Koef. Panas Dan Kec Rata – Rata
Koefisien panas Kecepatan rata – rata
34
( )
kkal (Vm) m
20
m c s
4,5 0
24 5
46 10
57 15
62 20
72 25
83 30
88 35
96 40
104 45
114 50
125 55
130 60
E. Perubahan Temperatur ( T ) :
632 x 0,043
T =
1,2419.10 2 x 66
2.13 PELUMASAN
Pelumasan berfungsi untuk mengurangi gesekan pada bidang kontak terhadap
keausan dan menyerap panas yang terjadi pada sistem yang saling bergerak relatif.
Hal ini disebabkan oleh adanya gesekan pada roda gigi sehingga timbul panas,
panas ini sebenarnya tidak diinginkan, karena apabila panas ini terlalu besar, maka
dapat merubah struktur atom dari bahan roda gigi dan bantalan tersebut. Hal ini
akan mempermudah terjadinya fatique atau kelelahan, yang menyebabkan umur
pemakaian relatif singkat/pendek. Untuk itu diperlukan pelumasan yang baik dan
mempunyai jangka waktu penggantian pelumasan yang teratur. Untuk
mendapatkan viskositas absolut ( ) dari pelumas dipakai persamaan :
= Vx
35
= 0,22 xt 180
t
t = (20 – 60) detik, diambil 45 detik
= berat jenis pada temperatur kerja secara keseluruhan
rata – rata)
= 0,894 0,00035 x TKrabs 60
Untuk TKrata – rata :
TK1 TK 2 TK 3 TK 4
TKr =
4
BAB III
PERENCANAAN
Bahan S-C dipilih harga Sf1 = 6,0 dan harga Sf2 = 1,5 karena terdapat alur
spline pada poros. Maka diperoleh:
81
a
6,0 1,5
9 kg / mm 2
36
Dari tabel 2.3. kita pilih bahan poros perantara dari baja paduan dengan
pengerasan kulit jenis S 45 C-D dengan kekuatan tarik 80 kg/mm 2. Dari data
sebelumnya untuk bahan S-C dipilih faktor keamanan Sf 1 = 6,0 dan Sf2= 1,5
karena roda gigi perantara dibentuk pada poros perantara ini. Maka tegangan
geser ijin bahan adalah:
80
a 8,888 kg / mm 2
6,0 1,5
3 16 T
do Kt C
b
a
16 1161,05 1,2 1,3
do 3
9
d o 10,08 mm
37
3.3 Perancangan Diameter Poros Output.
Dari pemilihan bahan sebelumnya poros Output ini dibuat dari bahan baja
paduan dengan pengerasan kulit jenis S 15 CK dimana tegangan geser ijin 5,208
kg/mm2. Faktor koreksi terhadap beban lentur Cb diambil 1,2 Kt diambil 1,4
karena poros mungkin akan mendapat kejutan.
3 16 T
dP Kt C
b
a
16 1161,05 1,2 1,4
dp 3
8,888
d P 10,37 mm
38
Tampak bahwa tegangan geser yang timbul lebih kecil dari tegangan geser
ijin bahan atau
τa ( 6,93 kg/mm2 ) < τa ijin ( 9 kg/mm2 )
Tampak bahwa tegangan geser yang timbul lebih kecil dari tegangan geser
ijin bahan atau :
τa ( 7,074 kg/mm2 ) < τa ijin ( 8,888 kg/mm2 )
1161,05
m = 3
1,57 x30 x 0,6 x 20
= 3
2,0
= 1,25 diambil
m = 1,25 (sesuai dengan tabel modul)
Ratio transmisi direncanakan (i) = 2,25 sehingga jumlah gigi pada gear H
adalah:
zH i x zA
zH 2,25 x 20
zH 45 buah.
39
3.5.1 Dimensi roda gigi pada kecepatan I :
Pinion A.
a. Diameter Pitch (DpA) = zA x m
= 20 x 1,25
= 30 mm
= 30 + (2 x 1,25)
= 32,5 mm
= 30 – (2 x 1,25 x 1,25)
= 26,1875 mm
Gear H.
a. Diameter Pitch (DpH) = zH x m
= 45 x 1,25
= 56,25 mm
= 56,25 + (2 x1,25)
= 58,75 mm
= 53,125 mm
C. Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
40
Lebar gigi (b) = cxm # c = (6 – 10), diambil 8
= 8 x 1,25
= 10 mm
Tinggi kepala addendum (ha) = m=1,25
Tinggi kaki deddendm (hf) = 1,25 x m
= 1,25 x 1,25
= 1,5625 mm
Tebal gigi (t) = 0,5 x x 1,25
= 1,9625 mm
21,85 kg mm 2
77,52 kg
a
10mm x 1,81mm
4,28 kg / mm 2 .
41
Sehingga diperoleh gaya tangensial sebagai berikut:
102 10,1426
Ft
25,02
41,34 kg
11,65 kg mm 2
41,34 kg
a
10mm x 1,81mm
2,283 kg / mm 2 .
Apabila bahan roda gigi S45C dengan Tegangan Lentur izinnya adalah 30
kg/mm2, maka :
b 30 kg / mm 2
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat b terjadi = 21,85 kg mm , maka
b (30 kg mm 2 ) b ( 21,85 kg mm 2 )
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan lentur yang terjadi :
sedangka Tegangan geser yang diizinkan pada roda gigi ini adalah ;
a 0,8 x b
0,8 x 30 kg mm 2
24 kg mm 2 .
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat a terjadi = 4,28 kg mm , maka
a ( 24 kg mm 2 ) a ( 4,28 kg mm 2 ) ,
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
42
1161,05
m = 3
1,57 x 25 x 0,6 x 27
= 3
1,825
= 27 x 1,25
= 33,75 mm
= 38 x 1,25
= 47,5 mm
43
= 47,5 + (2 x1,25)
= 50 mm
c. Diameter Kaki (DiG) = DpG – (2 x 1,25 x m)
= 47,5 – (2 x 1,25 x 1,25)
= 44,375 mm
38
d . Maka ratio transmisi (i )
27
= 1,407
Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
44
6 68,92 1,81
t
10 1,9625
2
19,43 kg mm 2
68,92 kg
a
10mm x 1,81mm
3,8 kg / mm 2 .
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan lentur yang terjadi.
Sedangkan Tegangan geser yang diizinkan pada roda gigi ini adalah ;
a 0,8 x b
0,8 x 30 kg mm 2
24 kg mm 2 .
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat a terjadi = 3,8 kg mm , maka
a (24 kg mm 2 ) a (3,8 kg mm 2 ) ,
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
.3. Analisa Perhitungan Roda Gigi Pada Kecepatan III.
A. Perhitungan Modul.
Pada kecepatan III direncanakan jumlah gigi zB = 30 gigi, maka modulnya
dapat dihitung :
1161,05
m = 3
1,57 x30 x0,6 x30
= 3
1,369
45
m( zA zH )
a
2
1,25( 20 45)
=
2
= 40,625 mm
46
a. Diameter Pitch (DpF) = zF x m
= 35 x 1,25
= 43,75 mm
C. Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
Lebar gigi (b) = cxm # c = (6 – 10), diambil 8
= 8 x 1,25
= 10 mm
Tinggi kepala addendum (ha) = m=1,25
47
Maka tegangan lentur yang terjadi adalah :
6 62,02 1,81
t
10 1,9625
2
17,48 kg mm 2
62,02 kg
a
10mm x 1,81mm
3,42 kg / mm 2 .
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan lentur yang terjadi.
Sedangkan Tegangan geser yang diizinkan pada roda gigi ini adalah ;
a 0,8 x b
0,8 x 30 kg mm 2
24 kg mm 2 .
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat a terjadi = 3,42 kg mm , maka
a (24 kg mm 2 ) a (3,42 kg mm 2 ) ,
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
= 3 1,283
48
=1,08 diambil m = 1,25 (sesuai dengan tabel modul)
Perhitungan ini berdasarkan pada kecepatan I, sehingga :
m( zA zH )
a
2
1,25( 20 45)
=
2
= 40,625 mm
Maka jumlah gigi pada gear D :
ax 2
zE zD
m
40,625 x 2
32
1,25
33 buah
49
= 33 x 1,25
= 41,25 mm
50
Maka tegangan lentur yang terjadi adalah :
6 62,02 1,81
t
10 1,9625
2
17,48 kg mm 2
Apabila bahan roda gigi S45 dengan Tegangan Lentur izinnya adalah 30
kg/mm2, maka :
b 30 kg / mm 2
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat b terjadi = 17,48 kg mm , maka
b (30 kg mm 2 ) b (17,48 kg mm 2 )
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan lentur yang terjadi.
Sedangkan Tegangan geser yang diizinkan pada roda gigi ini adalah ;
a 0,8 x b
0,8 x 30 kg mm 2
24 kg mm 2 .
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat a terjadi = 3,42 kg mm , maka
a (24 kg mm 2 ) a (3,42 kg mm 2 ) ,
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
51
Tinggi spline adalah:
D d 11 9
h
2 2
1 mm
52
w 0,156 D
0,156 11,2
1,74
1,75 mm
w
11 6 2
6
3,75 mm
53
Sedangkan lebar naaf dapat diperoleh sebagai berikut:
D i wspline
w
i
11,2 6 1,75
6
4,11 mm
tegangan geser dan tumbuk yang timbul, jauh lebih kecil dari tegangan
geser dan tegangan tumbuk ijin bahan naaf
( a a 1,436 kg mm2 9 kg mm 2 )
Maka naaf yang dirancang pada poros input cukup aman terhadap
tegangan yang terjadi.
. Tegangan geser yang timbul pada naaf:
F 323,21
a
iwL 6 4,11 10
1,31 kg mm 2
Tampak bahwa tegangan geser dan tumbuk yang timbul, jauh lebih kecil
dari tegangan geser dan tegangan tumbuk ijin bahan naaf
( a a 1,31 kg mm 2 8,888 kg mm 2 )
Maka naaf yang dirancang pada poros output cukup aman terhadap
tegangan yang terjadi.
54
3.7. PERANCANGAN BANTALAN
3.7.1 Perancangan Bantalan Pada Poros Input.
M D d b
4
dimana:
d = 11 2
b = 10mm
ρ = 7,5 x 7,65 x10 6 kg / mm 2
Maka:
o Massa roda gigi input A
MA
4
30 2 11 2 10 x7,65 10 6
0,046 kg
0,06 kg
0,077 kg
dimana:
F = 77,52 kg (kecepatan mundur )
Φ = 20° (sudut tekan roda gigi yakni sebesar )
Maka diperoleh:
55
Ft 77,52 tan 20
28, 21 kg
Maka beban radial total dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:
2
Fr M 2 Ft
0,2712 28,212
28 kg
X = 28 kg (faktor radial)
Y = 0,5 (faktor aksial)
Fa = 0 (gaya aksial )
karena tidak ada gaya aksial yang dibebankan pada bantalan ini.Maka diperoleh:
P 0,6 28 0,5 0
17,3 kg
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen, sehingga
diperoleh:
C0 P
17,3 kg
C 17,3 5000
1
3
295,82 kg
Jadi dari perhitungan di atas diperoleh data sebagai berikut:
Diameter lubang=diameter poros : 11 mm
Basic static load rating : C0 ≥ 17,3 kg
Dynamic load rating : C ≥ 295,82 kg
56
ME
4
41,25 2 11,2 2 10 x7,65 10 6
0,094 kg
0,1 kg
0,12 kg
0,18 kg
Beban akibat gaya tangensial pada poros perantara ini sama dengan yang
diperoleh sebelumnya pada poros utama. Sehingga:
Ft = 28,21 kg
Maka beban radial total adalah:
2
Fr M 2 Ft
1,34 2 28,212
26,56 kg
dimana
Fa = 0. Maka diperoleh:
P (0,6 26,56) (0,5 0)
15,936 kg
57
C 15,936 5000
1
3
272,5 kg
Jadi dari perhitungan di atas diperoleh data sebagai berikut:
Diameter lubang = diameter poros : d = 11,2 mm
Basic static load rating : C0 = 15,936 kg
Dynamic load rating : C = 272,5 kg
632 xNg
t =
xAg
fkxfbxRmx n
Dimana : Ng = daya gesek Ng = 60
75
n = 8500 rpm
DoA DoH
A. Untuk Rm =
4
36,5mm 58,75mm
=
4
= 23,81 mm = 23.81 3 m
fkxfbxRmx n
B. Daya gesek (Ng)= 60
75
fb = FA-H= 77,52 kg
= 0,0697 Hp
C. Luas Bidang Gesek (Ag) Pada Main Shaft Dan Counter Shaft :
58
Agm = x( Do12 ds 2 ) (2 xb1xh1xz1)
4
= x(32,5 2 11 2 ) (2 x10mmx2.81mmx20)
4
= 1858,17 mm 2
= 5113,03 mm 2
= 6971,2 mm 2 = 0,69712.10 2 m 2
2 xxnxRm
V =
60
2 xx8500 x81.10 3
=
60
= 21,1 m
det
25 21,1
interpolasi, maka : 72 x 72 62
25 20
= 64,2 kkal
m 2 c
E. Perubahan Temperatur ( T ) :
59
632 x 0,0697
T =
0,69712.10 2 x 64,2
= 98,42 C
= 123,425 C
Dimana, apabila antara baja bergesekan dengan baja temperatur izinnya ialah 200
3.9 PELUMASAN
= 0,22 xt 180
t
t = (20 – 60) detik, diambil 45 detik
= berat jenis pada temperatur kerja secara keseluruhan (TK
rata – rata)
= 0,894 0,00035 x TKrabs 60
Untuk TKrata – rata :
TK1 TK 2 TK 3 TK 4
TKr =
4
58,16 51,708 64,94 49,56 C
=
4
= 56, 092 C
Sehingga TKrata – rata absolut :
60
9
TKrabs = x(56,092 32) F
5
= 158,57 F
Dan = 0,894 0,00035 x158,57 60
= 0,8595 lb
m3
Berdasarkan temperatur kerja rata – rata (TKr) dan viskositas diperoleh jenis
pelumasan yang digunakan, dimana :
180
= 0,849 x 0,22 x 45
45
= 5,01 rpm
Dari grafik diperoileh jenis pelumas “SAE 40”
61
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dari BAB I sampai dengan BAB VII
pada perencanaan roda gigi ini dapat disimpulkan ukuran – ukuran utama roda
gigi dari “YAMAHA JUPITER MX125, sebagai berikut :
Daya = 11,33 PS
Putaran = 8500 rpm
Speed = 4 Kecepatan
Pola pengoperasian = N – 1 – 2 – 3 – 4 – N
kg
Bahan poros = S45C-D:; B 81
mm 2
Diameter poros input = 11 mm
Diameter Poros Output = 11,2 mm
62
Lebar splain (w) = 1,7 mm
Jumlah mata splain (z) = 6 buah
63
B. Gear H
Jumlah gigi (ZH) = 38 buah
Diameter pitch (DpH) = 47,5 mm
Diameter luar (DoH) = 50 mm
Diameter kaki (DiH) = 44,375 mm
64
Gear H
Jumlah gigi (ZH) = 33buah
Diameter pitch (DpE) = 41,25 mm
Diameter luar (DoE) = 43,75 mm
Diameter kaki (DiE) = 40,625 mm
65
DAFTAR PUSTAKA
4. Sport. MF, 1968, “ Design Of Machine Elemen “, Printice , Hall India. Fifth
edition.
5. Ir. Jack Stolk, Ir. C. Kros 1986, “ Elemen Mesin, Konstruksi Bangunan
Mesin “, Erlangga, Jakarta, edisi 4.
6. Sport. MF, 1968, “ Design Of Machine Elemen “, Printice , Hall India. Fifth
edition.
7. Mr. Chakra Bakti, 1975, “ Machine Design “, Khana Publisher, New Delhi.
Thirth edition.
66
67