BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1 Umum
Prarancangan Kapal (Pleminary Design) adalah proses penggambaran
persyaratan design kapal kedalam karakteristik teknis kapal dan arsitektur
kapal. Prarancangan atau bisa juga dikatakan sebagai rancangan awal dari
sebuah kapal untuk mendapatkan ukuran-ukuran dari suatu bangunan kapal
yang akan dibuat. Ukuran yang dimaksud antara lain yaitu : ukuran-ukuran
utama kapal, koefisien-koefisen bentuk kapal, estimasi tenaga penggerak
kapal dan lain lain. Fungsinya adalah sebagai titik acuan awal untuk
melaksanakan tugas rancangan kapal
Untuk menentukan ukuran utama, ada beberapa metode yang dapat
digunakan diantaranya yaitu : Metode Kapal pembanding, Metode trial and
error, Metode statistic. Namun dalam menyelesaikan tugas ini metode yang
digunakan adalah metode kapal pembanding, dimana ukuran utama kapal
ditentukan berdasarkan kapal pembanding yang telah dipilih. Adapaun
prosedur pemilihan kapal pembanding dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Tipe Kapal
Pertimbangan ini diambil untuk mengetahui jenis kapal yang akan dibuat,
agar nantinya sesuai dengan kriteria tertentu, baik dari segi konstruksi,
stabilitas, jenis muatan yang ditentukan oleh kemasan, maupun segi
ekonomisnya. Untuk tugas merancang dengan metode kapal pembanding,
tipe kapal pembanding harus sama dengan tipe kapal rancangan Pada tugas
prarancangan kapal ini tipe kapal yang diberikan adalah tipe kapal
General Cargo. Ada banyak jenis kapal yang biasa dirancang. Namun
berdasarkan tugas yang diberikan dan prinsip yang dipakai dalam
metodekapal pembanding, maka kapal diatas dipilih berdasarkan tipe kapal
rancangan yaitu kapal General Cargo.
HERI SAPUTRA
D031181015 1
PRARANCANGAN 2019
b) Kecepatan Kapal
Penentuan kecepatan kapal sangat membantu dalam merencanakan
besarnya daya mesin utama dan mesin bantu yang diperlukan dalam
mengerjakan kapal. Dan juga untuk menentukan jumlah komsumsi bahan
bakar selama pelayaran. Untuk tugas merancang dengan metode kapal
pembanding, kecepatan kapal pembanding harus sama atau mendekati
dengan kapal rancangan dengan nilai toleransi dalam pemilihan kecepatan
yakni selisihnya kurang lebih sama dengan 5%.
Pada tugas prarancangan inikecepatan yang telah ditentukan adalah 14
Knot yang mengacu pada surat tugas penugasan yang telampir.
c) Dead Weight Tonnage ( DWT ) Kapal
DWT seringkali disebut sebagai berat bobot mati kapal.Dalam
perencanaan, DWT berkorelasi terhadap supply dan payload. Untuk tugas
merancang dengan metode kapal pembanding, DWT kapal pembanding
dan DWT kapal rancangan sebaiknya sama, dan boleh berbeda asalkan
perbedaannya tidak terlalu besar. Dalam tugas yang diberikan ini rentang
DWT kapal pembanding yang ditentukan yaitu ± 5%.Pada tugas
prarancangan kapal ini DWT kapal yang ditentukan adalah tipe kapal 2300
DWT. DWT kapal rancangan yaitu 2300 ton. Kapal pembanding diatas
dipilih berdasarkan DWT kapal rancangan dengan range -5% DWT
+5% DWT atau dengan rentang DWT antara -5% 2050
+5 % 2050 atau antara 2.185 ton 2.415 ton.
d) Trayek Pelayaran
Dengan diketahuinya trayek yang akan ditempuh oleh kapal yang akan
dibangun, maka juga dengan akomodasi dan provision yang dibutuhkan
selama pelayaran. Selain itu, trayek kapal berhubungan dengan estimasi
penggunaan bahan bakar.Selain itu, trayek kapal berhubungan dengan alur
pelayaran.Alur pelayaran harus menjadi salah satu faktor tinjauan dalam
merancang.Pada tugas prarancangan kapal ini trayek yang akan ditempuh
oleh kapal adalah Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) – Pelabuhan
Batu Ampar (Batam) dengan jarak pelayaran 525 seamiles.
HERI SAPUTRA
D031181015 2
PRARANCANGAN 2019
e) Muatan
Muatan merupakan komponen yang akan masuk ke ruang muat. Satuan
awal dari muatan adalah ton.Namun karena ruang muat mempunyai satuan
m3 maka, muatan yang bersatuan ton harus di kalikan dengan stowage
factor agar berubah menjadi volume.Penentuan daya muat menjadi
patokan dalam mengestimasi ukuran utama kapal.
Untuk pemilihan muatan yang akan diangkut didasarkan pada potensi
sumber daya untuk setiap daerah layanan pelabuhan.Muatan yang akan
diangkut dari Jakarta ke Batam yaitu sumber daya atau muatan yang ada di
daerah Jakarta namun pada daerah tujuan yaitu Batam kekurangan pasokan
sumber daya tersebut dan sebaliknya pun berlaku untuk muatan yang
diangkut dari Batam ke Jakarta yaitu muatan yang ada di Batam dan di
Jakarta membutuhkan pasokan muatan tersebut.
Indonesia (MTI).
HERI SAPUTRA
D031181015 3
PRARANCANGAN 2019
HERI SAPUTRA
D031181015 4
PRARANCANGAN 2019
Pelabuhan Batu Ampar merupakan satu dari enam pelabuhan yang ada dalam
konsep Pendulum Nusantara yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia untuk dapat meningkatkan sistem transportasi laut di
Indonesia.Bagi Kota Batam, Pelabuhan Batu Ampar adalah pelabuhan bongkar
muat terbesar dari tiga fasilitas pelabuhan bongkar muat yang ada di Batam dan
pelabuhan terbesar untuk barang-barang manufaktur yang digunakan perusahaan
untuk memasok sektor industri di Batam.Pelabuhan ini sangat diandalkan dalam
mendukung perkembangan industri dan perdagangan di Kota Batam.
HERI SAPUTRA
D031181015 5
PRARANCANGAN 2019
HERI SAPUTRA
D031181015 6
PRARANCANGAN 2019
Daya mesin utama dan daya mesin bantu pada kapal rancanagn.
HERI SAPUTRA
D031181015 7
PRARANCANGAN 2019
1.3 TUJUAN
Secara umum perlu diketahui dan dipahami:
Menetapkan dan mengetahui ukuran utama kapal rancangan dari
metode kapal pembanding.
Menetapkan dan mengetahui koefisien bentuk kapal rancangan
Menetapkan besarnya tenaga penggerak utama dan tenaga
penggerakbantu.
HERI SAPUTRA
D031181015 8
PRARANCANGAN 2019
HERI SAPUTRA
D031181015 9
PRARANCANGAN 2019
BAB II
Dari beberapa data kapal dari buku Register BKI 2010 diatas,
dalam memilih kapal pembanding harus didasarkan pada beberapa pertimbangan
yaitu tipe kapal, DWT, kecepatan dan Ratio ukuran pokok.
a. Tipe Kapal
HERI SAPUTRA
D031181015 10
PRARANCANGAN 2019
b. DWT
c. Kecepatan
d. Ratio Ukuran Pokok
Untuk mengetahui ratio ukuran pokok apakah telah
memenuhi atau belum, ada ukuran ratio untuk setiap Ratio Ukuran
Pokokyaitu :
L/B :( 5,5 – 8,5 )
L/H : ( 10 – 14 )
B/T : (1,5 – 3,5)
H/T : (1,2 – 1,5)
Kapal Lintas Bahari 8 dipilih sebagai kapal pembanding
atas pertimbangan :
L/B : 6,71 ( MEMENUHI )
L/H : 11,00 ( MEMENUHI )
B/T : 2,13 ( MEMENUHI )
H/T : 1,29 ( MEMENUHI )
BHP : 1500 Hp
B ( Breadth ) : 11,4 m
H ( Depth ) : 6,95 m
T ( Draught ) : 5,35 m
HERI SAPUTRA
D031181015 11
PRARANCANGAN 2019
LOA (length over all) adalah panjang keseluruhan dari kapal yang diukur
dari ujung buritan sampai ujung haluan.
LBP ( length between perpendicular) adalah jarak antara garis tegak
buritan dan garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.
LWL (length on the waterline) adalah jarak garis muat, yang diukur dari
titik potong dengan linggi haluan sampai titik potong dengan linggi buritan
diukur pada bagian luar linggi depan dan linggi belakang.
HERI SAPUTRA
D031181015 12
PRARANCANGAN 2019
DWT 2
LBP2 =
√
3
DWT 1
. LBP1
Keterangan :
Maka :
DWT 2
LBP2 =
√
3
DWT 1
. LBP1
2300 ton
LBP2 =
√
3
2400 ton
. 76,5m
LBP2 = 75,43 m
LWL = 78,45m
HERI SAPUTRA
D031181015 13
PRARANCANGAN 2019
DWT 2
LOA2 =
√
3
DWT 1
. LOA1
Keterangan :
LOA1 = Panjang Kapal Pembanding(m)
LOA2 = Panjang Kapal Rancangan(m)
DWT1 = DWT Kapal Pembanding(ton)
DWT2 = DWT Kapal Rancangan(ton)
Maka :
DWT 2
LOA2 =
√
3
DWT 1
×LOA1
2300 ton
LOA2 =
√
3
2400 ton
× 85,07m
LOA2 = 83,88m
BWL (breadth at the waterline) adalah lebar terbesar kapal yang diukur
pada garis air muat
B (breadth) adalah jarak mendatar gading tengah kapal yang diukur pada
bagian luar gading.
HERI SAPUTRA
D031181015 14
PRARANCANGAN 2019
Keterangan :
√3
DWT 1
×B1
Maka :
DWT 2
B2 =
√
3
DWT 1
×B1
2300 ton
B2 =
√
3
2400 ton
×11,4 m
B2 = 0,986 × 11,4m
B2 = 11,24 m
Keterangan :
√
3
DWT 1
×T1
DWT 1
× T1
2300 ton
T2 =
√3
2400 ton
×5,35 m m
T2 = 0,986 ×5,35 m
T2 = 5,27 m
HERI SAPUTRA
D031181015 15
PRARANCANGAN 2019
Dari kedua pelabuhan yang akan disingggahi kapal, tenyata sarat kapal T <
Sarat pelabuhan sehingga nilai sarat yang diperoleh dapat dinyatakan
memenuhi koreksi sarat pelabuhan dan alur pelayaran.
DWT 1
× H1
Keterangan :
Maka :
DWT 2
H2 =
√ 3
DWT 1
× H1
2300 ton
H2 =
√ 3
2400 ton
× 6,95 m
H2 = 0,986 × 6,95 m
H2 = 6,85 m
HERI SAPUTRA
D031181015 16
PRARANCANGAN 2019
Keterangan :
Fb = Freeboard (m)
Maka :
FB= ( H – T )
FB= 1,57 m
Keterangan :
Maka :
Vs
Fn =
√ g . LBP
7,2016
Fn =
√ 9,8. 75,43
7,2016
Fn =
28,18
Fn = 0,25
HERI SAPUTRA
D031181015 17
PRARANCANGAN 2019
Jadi, froude number kapal rancanganadalah 0,25. Dimana,Fn untuk kapal cargo
0,20 ~ 0,25.
HERI SAPUTRA
D031181015 18
PRARANCANGAN 2019
HERI SAPUTRA
D031181015 19
PRARANCANGAN 2019
HERI SAPUTRA
D031181015 20
PRARANCANGAN 2019
Cb adalah rasio antara volume kapal dengan volume kotak yang berukuran
B x T x L.
V
Cb = (Element of Ship design )
L× B ×T
Keterangan :
V = Volume kapal
L = Panjang garis air
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal
Karena volume kapal belum diketahui, maka Cb kapal rancangan belum bisa
ditentukan dengan menggunakan rumus di atas. Sehingga untuk mencari Cb
kapal rancangan, di gunakan rumus-rumus empiris yang dikemukakan oleh
sejumlah tokoh di bawah ini :
A. Menurut Kerlen
Cb = 1,179 - [ ( 0,333 × V(knot) ) / ( LBP 1/2)]
Cb = 1,179 – 0,53
Cb = 0,64
C. Menurut Schekluth
Cb = 1,17 – [ ( 0,361 × V(knot) )/ (LBP1/2) ]
Cb = 1,17 – [ ( 0,361 × 14 )/ (76,51/2) ]
HERI SAPUTRA
D031181015 21
PRARANCANGAN 2019
Cb = 1,17 – 0,58
Cb = 0,58
DIPILIH CB = 0,64
Alasan :
Keterangan :
Am = Luas midship
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal
Karena luas midship belum diketahui, maka rumus untuk mencari Cm di atas
belum bisa digunakan. Sehingga untuk mencari Cm kapal rancangan, di gunakan
rumus-rumus empiris yang dikemukakan oleh sejumlah tokoh di bawah ini :
A. Menurut Van Lamerren
Cm = 0,9 + ( 0,1 × ( Cb0,5 ))
HERI SAPUTRA
D031181015 22
PRARANCANGAN 2019
Koreksi CM :
Cw adalah rasio antara luas bidang garis air muat dengan luas segiempat
yang L × B.
HERI SAPUTRA
D031181015 23
PRARANCANGAN 2019
Awl
Cw = (element of Ship Design)
B × Lwl
Keterangan :
Awl = Luas garis air.
Lwl = Panjang garis air.
B = Lebar kapal.
Cw = 0,76
C. Menurut Sabit Series 60
Cw = 0,248 + ( 0,778 x Cb )
Cw = 0,248 + ( 0,778 x 0,614)
Cw = 0,76
Koreksi Cw dalam buku "Element of Ship Design", Cw terletak antara 0,7 ~ 0,9.
DIPILIH CW = 0,76
Alasan :
Nilai Cw berpengaruh terhadap besarnya luas bidang basah kapal, semakin tinggi
nilai Cw maka luas bidang basah juga semakin besar hal berpengaruh pula
HERI SAPUTRA
D031181015 24
PRARANCANGAN 2019
semakin besar pula volume ruang muat. Maka diambillah koefisien waterline
Cph adalah rasio antara volume kapal dengan sebuah prisma yang
L× B ×T ×Cb
Cph =
Am × Cb
B ×T × Cb
Cph =
B ×T ×Cm
Cb
Cph = ( Element of Ship Design halaman 53 )
Cm
Keterangan :
Am = Luas midship
Cb = Koefesien blok
Cm = Koefesien Midship
HERI SAPUTRA
D031181015 25
PRARANCANGAN 2019
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal
Maka :
Cph = Cb / Cm
Cph = 0,65
Cpv adalah rasio antara volume kapal dengan sebuah prisma (Awl x T).
V
Cpv=
Awl × T
L× B ×T ×Cb
Cpv =
L × B ×Cw
Cb
Cpv = ( Element of Ship Design halaman 53 )
Cw
Keterangan :
Awl = Luas garis air
Cb = Koefesien blok
Cw = Koefesien waterline
V = Volume kapal
L = Panjang garis air
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal
Maka :
HERI SAPUTRA
D031181015 26
PRARANCANGAN 2019
Cpv = Cb / Cw
Cpv = 0,64/ 0,76
Cpv = 0,84
HERI SAPUTRA
D031181015 27
PRARANCANGAN 2019
CW = 0,76
CPH = 0,65
CPV = 0,84
DISP. = 3085,4ton
Vol = 2987,74m3
DWT = 2300 ton
v = 14 knot
2.9 PENENTUAN DAYA MESIN UTAMA DAN DAYA MESIN BANTU KAPAL
RANCANGAN
a. Daya Mesin Utama Kapal Rancangan
Adapun untuk penentuan daya mesin, digunakan rumus kapal
pembanding. Dalam buku “ Ship Design and Ship Theory” By Harvald
PoEHLS hal. 20/4 digunakan rumus :
BHP2 = ( DWT2 / DWT1 )2/3 x ( V2 / V1 )3 x BHP1
Daya mesin kapal pembanding dapat diketahui dari data kapal pembanding,
setelah mengetahui daya mesin kapal pembanding maka daya mesin kapal
rancangan dapat diperkirakan, maka dipilih mesin dengan daya 1819 HP ≈
1356KWuntuk dicari di brosur mesin
Dari brosur mesin “Marine Engines ABATO Weichai 2”, diperoleh data
mesin utama sebagai berikut :
HERI SAPUTRA
D031181015 28
PRARANCANGAN 2019
RPM : 1000
BHP : 1505 KW = 2047HP
Bore : 210 mm
Stroke : 310 mm
Berat : 17,5 ton
Panjang : 4899 mm ≈4,89 m
Lebar : 3267 mm ≈ 3,26 m
Tinggi : 1695 mm ≈ 1,69 m
Fuel Consumption : 198 g/kw.h
Oil Consumption : 0,8 g/kw.h
HERI SAPUTRA
D031181015 29
PRARANCANGAN 2019
Dari buku Ship Design and Efficiency, asumsi untuk mencari daya mesin
bantu :
Wmb = (10 ~ 15 %) daya mesin utama
Wmb = 10 % × 1505 KW
Wmb = 112,2 KW≈ 150,5 HP
Pada pra rancangan ini kita akan menggunakan 2 mesin bantu. Dari brosur
mesin yang diperoleh pada www.aksapowergen.com data mesin bantu sebagai
berikut :
Merk : CUMMINS
Model : MTAA11G3
Jumlah silinder : 6
RPM : 1500
BHP : 252,8Kw = 339 Hp
Bore : 125 mm
Stroke : 147 mm
Berat : 3,43 ton
Panjang : 4517 mm ≈ 4,517 m
HERI SAPUTRA
D031181015 30
PRARANCANGAN 2019
Tinggi : 2163 mm
HERI SAPUTRA
D031181015 31
PRARANCANGAN 2019
Mesin bantu yang digunakan berjumlah 2 buah dengan daya mesin yang sama
yaitu 252,8 kW. Diambil 2 mesin bantu dengan pertimbangan saat satu mesin
mengalami kerusakan saat beroperasi, mesin yang kedua dapat menjadi pengganti
(mesin cadangan) untuk dioperasikan sebagai mesin bantu pada kapal.
BAB III
PERHITUNGAN KOMPONEN BERAT KAPAL
3.1 PERHITUNGAN BOBOT MATI KAPAL
a. Penentuan Jumlah Crew/ABK Kapal Rancangan
Penentuan jumlah crew yang dibutuhkan dalam pengoperasian kapal
rancangan ini digunakan rumus pendekatan yang terdapat dalam buku
“Ship Design and Construction” halaman 50 sebagai berikut :
dimana :
Cst = Coeficient for steward departement
= 1,2 ~ 1,33
= 1,2
Cok = Coeficient for deck departement
= 11,5 ~ 14,5
= 11,5
Ceng = Coeficient for engine departement
= 8,5 ~ 11
= 8,5
Cadet= Add coeficient
= 2~3
HERI SAPUTRA
D031181015 32
PRARANCANGAN 2019
= 2
CN = Cubic number
= ( Lbp x B x H ) / 1000
= 6,06 m3
BHP = 2047 Hp
maka :
Nc = 20,06 Orang
= 20 Orang
Estimasi Nilai GT
GT = 1644,99Ton
HERI SAPUTRA
D031181015 34
PRARANCANGAN 2019
HERI SAPUTRA
D031181015 35
PRARANCANGAN 2019
Batu
Ampar B 1 2 70,53 73,53
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis diatas diperoleh bahwa karena disetiap
pelabuhan.Oleh karena itu,lama waktu kapal dipelabuhan selama 97,10 jam yang
didapatkan dari perhitungan akumulasi lama kapal di pelabuhan tanjung priok dan
HERI SAPUTRA
D031181015 36
PRARANCANGAN 2019
= 18,199 + 1,22
= 19,419 Ton
Maka,
HERI SAPUTRA
D031181015 37
PRARANCANGAN 2019
berlayar. Untuk jumlah ABK kapal General Cargo dapat dicari dengan
menggunakan rumus pendekatan pada Ship Design and Ship Construction
1977 dan dapat pula menggunakan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
KM 70 Tahun 1998 Tentang Pengawakan Kapal Niaga.Kemudian waktu
pelayaran juga menentukan supply yang akan berlaku. Sebagai penjelasan
lengkapnya:
Waktu pelayaran :
T = (S/V) (Buku Panduan Tugas Prarancangan Kapal)
T = ( 525/14)
T = 37,5 jam
Untuk waktu bongkar muat, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan. Diantaranya waktu pelayaran, lama kapal menunggu di b
pelabuhan dan faktor alam. Faktor alam sangat menentukan waktu
bongkar muat, karena apabila cuaca tidak mendukung untuk melakukan
waktu bongkar muat, maka bongkar muat dihentikan sementara waktu.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat:
Asumsi payload = 97% × 2300 ton
= 2231 ton
HERI SAPUTRA
D031181015 38
PRARANCANGAN 2019
= 1,26 ton
Air cuci / mandi ± 200 kg/hari/orang ( Ambil 200 kg )
Wmck = 18 × 7 × 200
Wmck = 25200kg
= 25,20ton
Wfwo (berat air pendingin) = 0.14 × Pbme × S/V × 10-3 + add
Wfwo = 0.14 × 1505 × 37,5 × 10-3+add
Wfwo = 7,901 ton
Wfwo = 8,691 ton (add 10%)
= 75 Kg
HERI SAPUTRA
D031181015 39
PRARANCANGAN 2019
= 3 Kg/orang/hari
t = Lama Pelayaran
Maka,
= 18 x 3 x 7 x 10-3
= 0,378 Ton
Maka :
HERI SAPUTRA
D031181015 40
PRARANCANGAN 2019
= 97%
L = Panjang LBP
= 75,43 m
B = Lebar
= 11,24 m
H = Tinggi
= 6,85 m
HERI SAPUTRA
D031181015 41
PRARANCANGAN 2019
Maka :
Dari brosur mesin “Marine Engines ABATO Weichai 2”, diperoleh data mesin
utama sebagai berikut :
Merk : WEICHAI L21/31 Series
Model : 7L21/31
Jumlah silinder :6
RPM : 1000
BHP : 1505 KW = 2047HP
Bore : 210 mm
Stroke : 310 mm
Berat : 17,5 ton
Panjang : 4899 mm ≈4,89 m
Lebar : 3267 mm ≈ 3,26 m
HERI SAPUTRA
D031181015 42
PRARANCANGAN 2019
Dimana :
= 17,5 Ton
= 132,25 Ton
Maka :
HERI SAPUTRA
D031181015 43
PRARANCANGAN 2019
BAB IV
KONTROL RUANG MUAT KAPAL
HERI SAPUTRA
D031181015 44
PRARANCANGAN 2019
= 3,77 m
Sh = 5 ×ao
= 5 x 0,63
= 3,15 m
Dipilih Sh3,77 m karena merupakan syarat minimum untuk sekat ceruk
haluan dari forepeak.
= 1,89 m
Sb = ( 3 – 5 ) % × LBP
= 3% x 75,43
= 2,26 m
Dipilih Sb 2,26 m karena merupakan syarat minimum untuk sekat ceruk
buritan dari afterpeak.
e. Panjang Kamar Mesin
BerdasarkanbukuBKI Vokume II,
1989makapanjangkamarmesindapatdiperolehdenganmenggunakanrumuse
mpirisyaitu:
Lkm = (15-18)% x Lbp
= 15% x 75,43
= 11,31 m
HERI SAPUTRA
D031181015 45
PRARANCANGAN 2019
yaitu :
dapatdiperolehdenganmenggunakanrumusempirisyaitu :
= 350 + ( 45 x 11,24 )
= 855,8 mm
= 0,855 m
Ldb = 58,08 m
HERI SAPUTRA
D031181015 46
PRARANCANGAN 2019
Bdb =LebarKapal
Bdb = 11,24 m
HERI SAPUTRA
D031181015 47
PRARANCANGAN 2019
DIAGRAM NSP
a. Volume Displacement( ∇)
Perhitungan volume displacement dihitung sampai pada sarat maksimum
sebagai berikut.
AmT =Cm × B ×T
HERI SAPUTRA
D031181015 48
PRARANCANGAN 2019
= 58,05 m2
Dari hasil perhitungan luas masing-masing gading semu pada tabel 4.1. akan
dibuatkan diagram Section Area Curve (SAC) hingga mencapai sarat maksimum
HERI SAPUTRA
D031181015 49
PRARANCANGAN 2019
DIAGRAM SAC-T
70
60
50
40
30 SAC-T
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Berdasarkan diagram SAC dan data pada tabel 4.1 maka volume
displacement dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
simpson= Vsimpson x c x ᵧ
= 3171,19 ton
simpson−berat
× 100 %
berat
3171,19−3085,4
= x 100%
3085,4
HERI SAPUTRA
D031181015 50
PRARANCANGAN 2019
AmH=Cm × B × H
% Luas NSP
No. Station (A) Am A.Am S A.s N A.s.N
0 0% 75,45 0 1 0 -10 0
1 14 % 75,45 10,564 4 42,2543 -9 -380,28
2 32,5% 75,45 24,523 2 49,0452 -8 -392,36
3 52,3% 75,45 39,463 4 157,85 -7 -1104,9
4 70,4% 75,45 53,12 2 106,239 -6 -637,43
5 83,5% 75,45 63,004 4 252,017 -5 -1260,0
6 91,80 % 75,45 69,267 2 138,534 -4 -554,13
7 95,80 % 75,45 72,285 4 289,14 -3 -867,42
8 98,70 % 75,45 74,473 2 148,946 -2 -297,89
9 100% 75,45 75,454 4 301,816 -1 -301,81
10 100% 75,45 75,454 2 150,908 0 0
11 100% 75,45 75,454 4 301,816 1 301,816
12 99,69% 75,45 75,22 2 150,44 2 300,881
13 98,65% 75,45 74,435 4 297,742 3 893,226
14 95,40 % 75,45 71,983 2 143,966 4 575,866
HERI SAPUTRA
D031181015 51
PRARANCANGAN 2019
Untuk hasil perhitungan luas masing-masing gading semu pada tabel 4.2.
akan dibuatkan diagram Section Area Curve (SAC) hingga mencapai tinggi kapal
yang menggambarkan luasan tiap station.
DIAGRAM SAC-H
80
70
60
50
40
30 SAC-H
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Berdasarkan diagram SAC dan data pada tabel 4.2 maka volume ruang
hingga tinggi kapal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
HERI SAPUTRA
D031181015 52
PRARANCANGAN 2019
AmHdb=Cm × B × Hdb
HERI SAPUTRA
D031181015 53
PRARANCANGAN 2019
5 2 6
8,9931 17,986
14 95,40 % 9,42 7 2 3 4 71,9454
8,4275 33,710 168,551
15 89,40 % 9,42 7 4 3 5 3
7,3811 14,762 88,5742
16 78,30 % 9,42 9 2 4 6 9
5,4769 21,907 153,355
17 58,10 % 9,42 8 4 9 7 3
3,1824 6,3649 50,9198
18 33,76% 9,42 9 2 8 8 5
1,2820 5,1281 46,1536
19 13,60 % 9,42 5 4 8 9 5
20 0% 9,42 0 1 0 10 0
398,04 ΣA.s. 42,2245
ΣA.s 7 N 6
Dari hasil perhitungan luas masing-masing gading semu pada tabel
4.3. akan dibuatkan diagram Section Area Curve (SAC) hingga mencapai
tinggi kapal yang menggambarkan luasan tiap station.
DIAGRAM SAC-Hdb
10
9
8
7
6
5 SAC-Hdb
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25
Sesuai dengan tabel 4.3 dan diagram SAC pada gambar 4.4 maka
dapat diperoleh volume ruang double bottom sebagai berikut.
Vhdb = 1/3 × LBP/20 × Σ A.s
= 1/3 x 75,43 x 398,04
HERI SAPUTRA
D031181015 54
PRARANCANGAN 2019
= 500,40 m3
Sebelum menetapkan volume muatan yang akan dimuat kapal
rancangan maka terlebih dahulu ditetapkan posisi ruang muat dengan
terlebih dahulu menentukan jarak ceruk haluan dari forepeak, jarak ceruk
buritan dari afterpeak, serta panjang kamar mesin.
Dari hasil perhitunga jarak ceruk haluan dari forepeak, jarak ceruk buritan dari
afterpeak, panjang kamar mesin dan panjang ruang muat di atas maka akan
digambarkan sketsa seperti pada gambar 4.5.
HERI SAPUTRA
D031181015 55
PRARANCANGAN 2019
muat setelah dikurangi ruang pada ceruk haluan, ruang pada ceruk buritan, kamar
mesin, dan double bottom adalah dapat dihitung seperti pada tabel 4.4, gambar
4.6, dan diagram SAC pada gambar 4.7.
HERI SAPUTRA
D031181015 56
PRARANCANGAN 2019
= 3567,91 m3
= 445,75 m3
HERI SAPUTRA
D031181015 57
PRARANCANGAN 2019
= (3122,16 m3) x 5%
= 2966,05 m3
HERI SAPUTRA
D031181015 58
PRARANCANGAN 2019
LCB = (LBP/20)×(ΣA.s.N/ΣA.s)
= (75,43/20) x (260,01/2451,16)
= +0,40
HERI SAPUTRA
D031181015 59
PRARANCANGAN 2019
ruangmuatkapalsehinggakapalrancanganinimenggunakan 2 palka.
muatanitudapatdidapatkanberdasarkanjenismuatanpelabuhanasal dan
factor-nya.
Volume muatanpalka1
Volume muatanpalka1 = 0.4 x V ruangmuat(40% dariVrm)
= 0.4 x 2966,05 m3
= 1186,42 m3
Volume muatanpalka2
Volume muatanpalka2 = 0.6 x V ruangmuat(60% dariVrm)
= 0.6x2966,05 m3
= 1779,63 m3
Vruangmuat = 2966,05 m3
Karakteristik Pelabuhan
HERI SAPUTRA
D031181015 60
PRARANCANGAN 2019
Jenis W V
Palka Muatan Kemasan muatan(ton) SF(m3/ton) muatan(m3) Vpalka
Palka 1 Pakaian Dos 971 1,2 1165,2 1165,2
Tekstil
(Batik / Dos 1271 1,4 1779,4 1779,4
Palka 2 Tenun)
Sesuai hasil perhitungan volume muatan diatas maka, dapat disimpulkan bahwa
Vruang > Vmuatan artinyan memenuhi syarat agar muatan dapat masuk kedalam
muat
ruang muat.
Vruangmuat = 2966,05 m3
Karakteristik Pelabuhan
V
Kemasa W SF(m3/ton muatan(m3
Palka Jenis Muatan n muatan(ton) ) ) Vpalka
Palka1 Karet Karung 1262 0,94 1186,28 1186,28
Kelapa sawit Karung 138 1,3 179,4
Palka2 1779,2
Kakao Karung 842 1,9 1599,8
∑Wmuatan 2242 ∑Vmuatan 2965,48
Vruang muat> Vmuatan (MEMENUHI)
Sesuai hasil perhitungan volume muatan diatas maka, dapat disimpulkan bahwa
Vruang > Vmuatan artinyan memenuhi syarat agar muatan dapat masuk kedalam
muat
ruang muat.
Pengambilan Keputusan
HERI SAPUTRA
D031181015 61
PRARANCANGAN 2019
BAB V
STABILITAS AWAL
5.1 PENGERTIAN STABILITAS
Stabilitas kapal ialah kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula
(tegak) setelah menjadi miring akibat bekerjanya gaya, baik gaya dari dalam
maupun dari luar kapal tersebut.
(Hind 1982). Soegiono et al. (2006)
mendefinisikan stabilitas kapal sebagai kecenderungan kapal untuk tetap
berada dalam keadaan tegak atau kemampuan kapal untuk kembali pada keadaan
tegak.
Stabilitas statis (statical stability) adalah stabilitas kapal yang diukur pada
kondisi air tenang dengan beberapa sudut keolengan pada nilai ton
displacement yang berbeda. Nilai stabilitas statis kapal ditunjukkan oleh
nilai lengan penegak (GZ).
HERI SAPUTRA
D031181015 62
PRARANCANGAN 2019
M - Metacenter
HERI SAPUTRA
D031181015 63
PRARANCANGAN 2019
K – Lunas/Keel
b) Arah Bekerjanya
Arahbekerjanyagayaberatkapaladalahtegakluruskebawah.
HERI SAPUTRA
D031181015 64
PRARANCANGAN 2019
3. Bilaadapenggeseranbobot,
makatitikberatsebuahkapalakanberpindahsearah dan
sejajardengantitikberatdaribobot yang digeserkan.
b) Arah Bekerjanya
Arahbekerjanyagayatekanadalahtegakluruskeatas.
c) Letak / Kedudukan Titik Apung
Kedudukan titik tekan sebuah kapal senantiasa berpindah pindah searah
dengan menyengetnya kapal, maksudnya bahwa kedudukan titik tekan
itu akan berpindah kearah ka nan apabila kapal menyenget ke kanan
dan akan berpindah ke kiri apabila kapal menye nget ke kiri, sebab titik
berat bagian kapal yang terbenam berpindah-pindah sesuai de ngan arah
sengetnya kapal.
Jadi dengan berpindah-pindahnya kedudukan titik tekan sebuah kapal
sebagai akibat menyengetnya kapal tersebut akan membawa akibat
berubah-ubahnya stabilitas kapal tersebut.
3. Titik Metacenter
a) Definisi
Titikmetasentrisataudikenaldengantitik M darisebuahkapal,
merupakansebuahtitiksemudaribatas di mana titik G
HERI SAPUTRA
D031181015 65
PRARANCANGAN 2019
TitikMetasenter sebuahkapaldengansudut-
sudutsenget kecilterletak pada perpotongan garis sumbu dan,
arahgarisgayatekankeatassewaktukapalmenyenget.
HERI SAPUTRA
D031181015 66
PRARANCANGAN 2019
nyakapaltersebutakanmembawaakibatberubah-
ubahnyastabilitaskapaltersebut.
B. Ukuran Dalam Stabilitas
Ada beberapaukuran-ukuran yang
digunakandalamstabilitaskapalsepertiditunjukkandalamgambarberikut.
a) KG – Adalahtinggititikberatkelunas/jaraktitikberatterhadaplunas
Nilai KB untukkapalkosongdiperolehdaripercobaanstabilitas (inclining
experiment), selanjutnya KG
dapatdihitungdenganmenggunakandalilmomen. Nilai KG
dengandalilmomeninidigunakanbilaterjadipemuatanataupembongkaran di
ataskappaldenganmengetahuiletaktitikberatsuatubobot di ataslunas yang
disebutdengan vertical centre of gravity (VCG)
laludikalikandenganbobotmuatantersebutsehinggadiperolehmomenbobotte
rsebut. Selanjutnyajumlahmomen-momenseluruhbobot di
kapaldibagidenganjumlahbobot dan menghasilkannilai KG pada saatitu.
ΣM
KGtotal = ΣW
Dimana :
KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau jumlah jarak
dari lunas ke titik apung (KB) dan jarak titik apung ke metacenter (BM),
sehingga KM dapat dicari dengan rumus :
HERI SAPUTRA
D031181015 67
PRARANCANGAN 2019
KM = KB + MB
b) GM – Tinggi Metacenter
GM = KM – KG
GM = (KB + MB) – KG
c) BM – Radius Metacenter
BM dinamakanjari-jarimetasentrisataumetacentris
masihbiasdianggaptetapkarenasudutolengnyakecil (100-150).
Lebihlanjutdijelaskanbahwa:
Dimana :
HERI SAPUTRA
D031181015 68
PRARANCANGAN 2019
C. Segitiga Stabilitas
Bilasuatukapalsengetmakatitikapungakanbergeraksedangankantitikberat
Rotasiinimengakibatkankapalkembalikeposisisemulakarenagayaapung dan
gravitasisamabesarberlawananarahakansalingmenutup. Hal
menyebabkanterjadikeseimbangankapal.
HERI SAPUTRA
D031181015 69
PRARANCANGAN 2019
Moment penegakadalahukuranstabilitaskapalterbaik.
kembaliketitikkeseimbangan/stabilitas. Moment
E. Kondisi Stabilitas
Posisi titikgravitasi dan
Metacentremenunjukkanindikasiawalstabilitaskapal.
Kalauterjadipermasalahan yang
mengganggustabilitaskapalmakadikelompokkandalam:
a) Stabilitas Positif
HERI SAPUTRA
D031181015 70
PRARANCANGAN 2019
b) Stabilitas Netral
Metacenter berhimpitdengantitikgravitasi. Jika
kapalsengettidakmembentuklenganpenegak, sampai metacenter
berpindahsetelahsenget 70 – 100.
c) Stabilitas Negatif
Titikgravitasikapalberada di atas metacenter,
bilakapalsengetlenganpenegaknegativeterbentuk yang
akanmengakibatkankapalterbalik.
HERI SAPUTRA
D031181015 71
PRARANCANGAN 2019
MenurutPosdunine
KB = ( T × Cw ) / ( Cw + Cb )
= ( 5.27 × 0.76 ) / ( 0.76 + 0.64 )
= 2.86 m
Menurut Bauer
KB = ( T × ( 0,828 – ( 0,343 × ( Cb / Cw )))
= ( 5.27 × ( 0.828 – ( 0.343 × ( 0.64 / 0.76 )))
= 2.84 m
MenurutHenschke
KB = T × ( 1,1 – ( 0,6 × Cb ))
= 5.03 × ( 1.1 – ( 0.6 × 0.69 ))
= 3.77 m
HERI SAPUTRA
D031181015 72
PRARANCANGAN 2019
MenurutSchenekluth
KB = T × ( 0,9 – ( 0,3 × Cm ) – ( 0,1 × Cb ))
= 5.27 × ( 0,9 – ( 0,3 × 0,98 ) – ( 0,1 × 0,64 ))
= 2.85 m
DIPILIH KB = 2.92 m
Alasan :
Mengacu pada hubunganCpv dan KB, makadiperolehhasilsebagaiberikut:
Cpv KB
0,5 2/3T
0,84 ???
1 1/2T
Dengan Interpolasi :
2 0,84−0,5 1 2
KB= T +
3 1−0,5 2 (
× T− T
3 )
2 0,34 −1
KB= T +
3 0,5
×
6
T ( )
2 0,34 T
KB= T −
3 3
KB=2,92 m
HERI SAPUTRA
D031181015 73
PRARANCANGAN 2019
MenurutPosdunine
MB = (( Cw ) × ( Cw + 0,04 )) / ( 12 × Cb )) × ( B2 / T )
= (( 0,76 )×( 0,76 + 0,04 )) / ( 12 × 0,64 )) × ( 11,242 / 5.27)
= 1.89 m
Menurut Ravert
MB = (( 57 × Cw ) – 22 ) / ( 420 × Cb )) × ( B2 / T )
= (( 57 × 0,76 ) – 22 ) / ( 420 × 0,64 )) × ( 11.242 / 5.27 )
= 1,90 m
SHIP DESIGN AND SHIP THEORY HAL 41
Menurut Murray
MB = ((( 3 × Cw ) – 1 ) / 24 ) × ( B2 / ( T × Cb ))
= ((( 3 × 0,76 ) – 1 ) / 24 ) ( 11.242 / ( 5.27 × 0,64 ))
= 1.99 m
Menurut Normand
MB = ((( 0,72 × Cw ) + 0,292 ) × ( B2 / ( 12 × T × Cb )))
= (((0,72 × 0,76 )+ 0,292 ) × ( 11.242 / ( 12 × 5.27 × 0,64)))
= 2.62 m
Menurut Bauer
MB = ((( 2 × Cw ) + 1 )3 × ( B2 / ( 323 × T × Cb )))
= ((( 2 × 0,76 ) + 1 )3 × ( 11.242 / ( 323 × 5.27 x 0,64 )))
= 1,86 m
DIPILIH MB = 2,62 m
3. Menetukan Jarak Metacenter Terhadap Keel (MK)
Dalampenentuan MK digunakanpersamaanempirissebagaiberikut:
MK = MB + KB
= 2.62 + 2.92
= 5.54 m
HERI SAPUTRA
D031181015 74
PRARANCANGAN 2019
= 0,68 × 6.85
= 4.65 m
Untukperiodeolengsebesar9,12sekonitudikategorikancukupbaik.
Hal initentunyaberkorelasidengantipekapal general cargo yang mana
lebihbanyakmemuatbarangketimbangmakhlukhidup( manusiaatauhewan ).
5.4 PERHITUGAN KURVA STABILITAS AWAL
HERI SAPUTRA
D031181015 75
PRARANCANGAN 2019
H = 6,85 KB = 2,92
Fn = 0,25 MB = 2,62
Fb = 1,57 MK = 5,54
SAp = 25 x (( Lbp / 3 ) + 10 )
= 25 x (( 75,43 / 3 ) + 10 )
= 878,58 mm
=0,87 m
Jadi, Sheer Rata-Rata :
1
Srata −rata = ( 1,75+0,87 )
2
HERI SAPUTRA
D031181015 76
PRARANCANGAN 2019
1
Srata −rata = ×2,635 m
2
Srata−rata
H id =H +
3
1.31
H id =6,85+
3
H id =7,29 m
C. Perhitungan T / Hid
Rasio sarat kapal terhadap tinggi ideal kapal dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus empiris sebagai berikut :
T 5,27
=
H id 7,29
T
=0.72m
H id
H id 7,29
=
B 11,24
H id
=0.65
B
HERI SAPUTRA
D031181015 77
PRARANCANGAN 2019
( HB ) 0.61 = 0,65
id
0,6
( HB ) 0.61 =1,08
id
2
H id 1
(( ) )
B 0.6
=( 1,08 )2
2
H id 1
(( ) )
B 0.6
=1,16
H id 1
tanθ ' =( ) B 0.6
× tan θ
H. Perhitungan B / Bwl
B / Bwl = 1
HERI SAPUTRA
D031181015 78
PRARANCANGAN 2019
No Uraian 0 7,5 15 30 45 60 75
1 Tg 0,00 0,13 0,27 0,58 1,00 1,73 3,73
2 Tg ' 0,00 0,14 0,29 0,62 1,08 1,87 4,03
3 o
0,00 8,10 16,15 31,97 47,23 61,89 76,08
4 Fy 0,00 1 1 0,86 0,635 0,42 0,2
0,008
5 Fz 0,00 5 0,035 0,13 0,24 0,34 0,43
2
6 ((Hid/B)/0,6) x point 5 0,00 0,01 0,04 0,15 0,28 0,40 0,50
7 Point 4 + Point 6 0,00 1,01 1,04 1,01 0,92 0,82 0,70
8 (B/Bwl)2 x point 7 - 1 -1,00 0,01 0,04 0,01 -0,08 -0,18 -0,30
9 Sin o
0,00 0,13 0,25 0,50 0,70 0,86 0,96
10 h' = Point 8 x Point 9 0,00 0,00 0,01 0,01 -0,06 -0,16 -0,29
11 h = Point 10 x MB 0,00 0,00 0,03 0,02 -0,16 -0,41 -0,75
12 MG sin o 0,00 0,11 0,22 0,44 0,62 0,76 0,85
13 h = Point 11 + Point 12 0,00 0,12 0,25 0,46 0,46 0,35 0,10
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh grafik lengan stabilitas statis sebagai
berikut:
0.50 MG
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
0 10 20 3 0 Oleng4 (Derajat)
Sudut 0 50 60 70 80
Interpolasi
sudu
t Ordinat
0 0
HERI SAPUTRA
D031181015 79
PRARANCANGAN 2019
5 0,08
7,5 0,12
10 0,247145
15 0,25
20 0,31682
25 0,3865
30 0,46
35 0,45797
40 0,45976
45 0,46
N Produc
o Ordinat Fs t
0 0,00 1 0
0,3146
5 0,08 4 1
0,4942
10 0,247145 2 9
0,9885
15 0,25 4 8
0,6336
20 0,316824 2 5
1,5460
25 0,386502 4 1
0,4561
30 0,46 1 8
4,4333
Σ=
2
HERI SAPUTRA
D031181015 80
PRARANCANGAN 2019
No Ordinat Fs Product
30 0,46 1 0,45618
35 0,457969 3 1,37391
40 0,459758 3 1,37927
45 0,46 1 0,46155
Σ= 3,67091
Atotal =A 1+ A 2
Atotal =0.77+0.21
Atotal =0.98
Area dibawah curva lengan stabilitas (GZ) tidak boleh kurang dari
0.055 meter radians untuk sudut 0-30o sudut kemiringan ,Dan tidak
kurang dari 0.09 meter-radians untuk 0-40o.
HERI SAPUTRA
D031181015 81
PRARANCANGAN 2019
Selain itu, area di bawah kurva lengan stabiliat (GZ) diantara sudut
kemiringan 30o dan 40o tidak boleh kurang dari 0.03 meter-radians.
Lengan stabilitas (GZ) harus setidaknya 0.2 m pada saat sudut
kemiringan sama atau lebih besar dari 30o.
Maksimal lengan stabilitas terjadi ketika sudut kemiringan tidak
kurang dari 25o.
Kemudian, tinggi MG awal tidak boleh kurang dari 0.15
HERI SAPUTRA
D031181015 82
PRARANCANGAN 2019
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 UKURAN UTAMA DAN KOEFISIEN KAPAL RANCANGAN
FB = 1,57 m V = 2987,74 m3
FN = 0,25 v = 14 Knot
HERI SAPUTRA
D031181015 83
PRARANCANGAN 2019
GT = 1644,99
CREW = 18 Orang
VRM = 2966,05 m3
LRM = 58,08 m
LKM = 11,31 m
Sh = 3,77 m
Sb = 2,26 m
HERI SAPUTRA
D031181015 84
PRARANCANGAN 2019
MK = 5,54 m A1 = 0,77 m2
KG = 4,65 m A2 = 0,21 m2
MG = 0,88 m A3 = 0,98 m2
HERI SAPUTRA
D031181015 85
PRARANCANGAN 2019
DAFTAR PUSTAKA
HERI SAPUTRA
D031181015 86
PRARANCANGAN 2019
LAMPIRAN
HERI SAPUTRA
D031181015 87