BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.1.1. Kapal Rancangan
Mendesain suatu kapal merupakan suatu proses yang sangat rumit dan
memerlukan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan, untuk
memudahkan proses pendesainan suatu kapal, maka sebagai tahap awal di buat
pra rancangan. Dalam pra rancangan ini dapat ditentukan:
1. Ukuran utama kapal
2. Koefisien-koefisien bentuk kapal
3. Estimasi daya penggerak
4. Perhitungan LWT dan DWT kapal rancngan
5. Perhitungan displacement kapal rancangan
6. Kontrol ruang muat
7. Perkiraan stabilitas awal kapal (koreksi stabilitas) dan sebagainya.
a. Type kapal
Tipe kapal merupakan faktor dasar sebelum merancang suatu kapal.Tipe
kapal disini sangat penting untuk diketahui sebelum merancang suatu kapal
kapal agar nantinya kapal yang dirancang sesuai dengan kriteria tertentu,baik
dari segi konstruksi, stabilitas, jenis muatan yang ditentukan dari segi jenis
kemasan maupun segi ekonomisnya. Dalam tugas prarancangan ini dengan
menggunakan metode kapal pembanding,tipe kapal pembanding harus sama
dengan tipe kapal rancangan. Pada tugas prarancangan kapal ini tipe kapal yang
diberikan adalah tipe kapal General Cargo.
tawar, bahan makanan, berat ABK serta barang bawaan. Dalam tugas
merancang dengan menggunakan metode kapal pembanding, DWT kapal
pembanding dan DWT kapal rancangan sebaiknya sama dan boleh berbeda
asalkan perbedaannya tidak terlalu besar. Dalam tugas prarancangan ini DWT
yang direncanakan yaitu 2350 ton.
c. Jarak tempuh/trayek
Trayek pelayaran merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
besar kecilnya payload kapal rancangan,jarak tempuh/trayek sangat
mempengaruhi besarnya bahan bakar,minyak lumas, perbekalan dan lain
sebagainya. Trayek juga berpengaruh terhadap koreksi ukuran utama
kapal,dalam hal ini meliputi kondisi perairan yang dilalui kapal baik itu besar
kecilnya gelombang yang akan dilewati kapal(kondisi perairan), kapal melewati
sungai maupun kondisi/keadaan pelabuhan asal dan pelabuhan tujuan. Dalam
tugas prarancngan ini trayek yang dipilih adalah Palu – Tarakan dengan total
jarak 704 mil laut.
V = 12 knot
t = 29.33 jam atau 1.22 hari
Mengangkut Tekstil (bal) (Sf : 1,33 m3/ton) dan Bawang Merah (karung) (Sf =
1,7 m3/ton).
e. Kecepatan kapal
Perencanaan kecepatan sangat membantu dalam merencanakan besar
daya mesin utama yang akan digunakan pada kapal rancangan serta besarnya
konsumsi bahan bakar selama berlayar. Dalam tugas merancang dengan
menggunakan metode kapal pembanding, kecepatan kapal pembanding harus
sama atau mendekati kapal rancangan. Kecepatan kapal berpengaruh terhadap
bentuk dan body kapal yang akan dirancang, kecepatan kapal sangat
berpengaruh pada proses prancangan kapal mulai dari bentuk lambung kapal,
penentuan mesin utama hingga koreksi-koreksi ukuran utama kapal. Kecepatan
kapal terutama berpengaruh terhadap faktor ekonomis. Kecepatan kapal
merupakan faktor yang sangat penting dalam mendesain karena pihak pemesan
kapal kemungkinan akan menolak kapal tersebut jika kapal hasil rancangan
tidak sesuai dengan yang kecepatan kapal yang dipesan atau yang diinginkan
oleh owner. Pada tugas ini kecepatan kapal adalah 12 knot
PELABUHAN PANTOLOAN
PELABUHAN TARAKAN
Untuk tugas merancang ini kriteria kapal yang direncanakan yaitu sebagai
berikut:
Tipe kapal : Kapal barang umum (general cargo vessel)
DWT : 2350 ton
Kecepatan : 12 knot
Trayek : Palu – Tarakan - Palu
Muatan : Rute Palu – Tarakan ( Beras, Kopi )
Rute Tarakan – Palu ( Tektil, Bawang merah )
BAB II
UKURAN UTAMA KAPAL
2.1. Pemilihan Kapal Pembanding
Tipe Kapal : General Cargo
DWT : 2350 Ton
V : 12 Knot
Trayek : Palu - Tarakan : 352 seamiles
Tarakan Palu : 352 seamiles
Total : 704 seamiles
ditengah interval akan memberikan tahanan yang tidak terlalu besar dan
stabilitas yang tidak telalu buruk, namun mengingat rute pelayaran yang akan
dilalui berombak dan kecepatan angin tidak terlalu tinggi maka B/T tidak
terlalu dipermasalahkan. Rasio L/H kapal pembanding kecil sehingga
memberikan kekuatan memanjang yang baik. Rasio H/T akan berpengaruh
terhadap daya apung cadangan kapal(freeboard). Rasio H/T kapal yang dipilih
besar maka freeboard kapal semakin besar pula sehingga air tidak mudah
masuk kegeladak kapal,mengingat bahwa jenis muatan yang direncanakan akan
diangkut adalah jenis muatan yang tidak boleh terkena air.
a. Panjang kapal
LOA (length over all) adalah panjang keseluruhan (Extrem Point) dari kapal
3 𝐷𝑊𝑇2
LBP2 = √𝐷𝑊𝑇1 𝑥 LBP1 ( Prof. havald phoels, hal 20/2, thn. 1979 )
Keterangan :
LBP1 = LBP kapal pembanding ( m )
LBP2 = LBP kapal rancangan ( m )
DWT1 = DWT kapal pembanding ( ton )
DWT2 = DWT kapal rancangan ( ton )
Maka :
3 𝐷𝑊𝑇2
LBP2 = √𝐷𝑊𝑇1 𝑥 LBP1
3 2350 ton
LBP2 = √2381 ton 𝑥 76,03 m
LBP2 = 75,7 m
Maka :
LWL = LBP2 + ( 4% 𝑥 LBP )
LWL = 75,7 m + (4 % 𝑥 75,7) m
LWL = 78,73 m
3 𝐷𝑊𝑇2
LOA2 = √𝐷𝑊𝑇1 𝑥 LOA1
Keterangan :
LOA1 = Panjang Kapal Pembanding (m)
LOA2 = Panjang Kapal Rancangan (m)
DWT1 = DWT Kapal Pembanding (ton)
DWT2 = DWT Kapal Rancangan (ton)
Maka :
3 𝐷𝑊𝑇2
LOA2 = √𝐷𝑊𝑇1 𝑥 LOA1
3 2350ton
LOA2 = √2381 ton 𝑥 81 m
LOA2 = 80,65 m
b. Lebar Kapal
BWL (breadth at the waterline) adalah lebar terbesar kapal yang diukur
pada garis air muat.
B (breadth) adalah jarak mendatar gading tengah kapal yang diukur pada
bagian luar gading.
3 𝐷𝑊𝑇2
B2 = √𝐷𝑊𝑇1 𝑥 B1 ( Prof. Hafald Phoels, hal 20/2, thn. 1979 )
Keterangan :
B1 = Lebar kapal pembanding (m)
3 2350
B2 = √2381 𝑥 12,5 m
B2 = 12,45 m
c. Sarat Kapal
3 DWT2
T2 = √DWT1 𝑥 T1 ( Prof. Hafald Phoels, hal 20/2,thn. 1979 )
Keterangan :
T1 = Sarat kapal pembanding (m)
T2 = Sarat kapal rancangan (m)
DWT1 = DWT kapal pembanding (ton)
DWT2 = DWT kapal rancangan (ton)
Maka :
3 DWT2
T2 = √DWT1 𝑥 T1
3 2350 ton
T2 = √2381 ton 𝑥 5 m
T2 = 4,98 m
d. Tinggi Kapal
3 DWT2
H2 = √DWT1 𝑥 H1 ( Prof. Hafald Phoels, hal 20/2,thn. 1979 )
Keterangan :
H1 = Tinggi kapal pembanding (m)
H2 = Tinggi kapal rancangan (m)
DWT1 = DWT kapal pembanding (ton)
DWT2 = DWT kapal rancangan (ton)
Maka :
3 DWT2
H2 = √DWT1 𝑥 H1
3 2350 ton
H2 = √2381 ton 𝑥 7 m
H2 = 6,97 m
Maka :
FB = (H–T)
FB = ( 6,97 – 4,98 m
FB = 1,99 m
f. Froud Number
Dari buku “ ship design for efficiency and economy “
𝑉𝑠
Fn =
√𝑔 . 𝐿𝐵𝑃
Dimana :
Vs = Kecepatan kapal rancangan (m/s)
= 12 Knot 𝑥 0,5144 = 6,17333 m/s
g = Percepatan Gravitasi (m/s2)
= 9,81 m/s2
Fn = 𝟎, 𝟐𝟐
a. Perbandingan L/B (Nilai rasio L/B untuk kapal cargo adalah 4 ~ 6,5)
= 6,0824 (memenuhi)
L/B Juga berpengaruh terhadap kecepatan dan manuver kapal. Semakin besar
perbandingan L/B (6,0824) tahanan semakin berkurang dengan penghematan
bahan bakar mengakibatkan daya muat kapal bertambah. L/B yang besar juga
akan memberikan perbandingan ruangan yang baik, Oleh karena kapal yang
b. Perbandingan B/T (Nilai rasio B/T untuk kapal cargo adalah 1,5 ~ 3,5)
Perbandingan B/T berpengaruh pada stabilitas kapal selain itu B/T juga
berpengaruh terhadap tahanan kapal dimana semakin besar perbandingan B/T
maka stabilitas kapal akan semakin baik namun tahanan kapal akan semakin
besar dan sebaliknya perbandingan B/T yang kecil akan memberikan
kemampuan stabilitas yang kurang baik tapi membuat tahanan kapal menjadi
lebih kecil ( Indra Kusna Jaya 2008,Teknik Konstruksi Kapal,halaman 25 ).
Range untuk B/T dalam buku(“The Maritime Engineering Referensi Book”Edited
by Antony Molland,Mse,PhD,CEng,hal 642) berkisar antara 1,5 ~ 3,5.
B/T = 12,45/4,98
= 2,5 (memenuhi)
Dari perbandingan harga B/T. B/T dipilih sebesar 2.5 nilai ini tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil artinya berada ditengah tengah sehingga stabilitas
nantinya tidak terlalu buruk dan tahanan yang dihasilkan tidak terlalu besar
sehingga daya mesin yang kita butuhkan untuk mencapai kcepatan yang
diinginkan menjadi lebih kecil,daya mesin ini nantinya sangat berpengaruh
pada komsumsi bahan bakar yang digunakan pada saat kapal berlayar semakin
kecil daya mesin yang digunakan maka semakin kecil pula bahan bakar yang
dipakai setiap jarak pelayaran ini sangat berpengaruh terhadap faktor
ekonomi,daya mesin juga mempengaruhi jumlah bahan bakar yang selalu kita
bawah ketika kapal sedang berlayar semakin kecil jumlah bahan bakar yang kita
bawah setiap berlayar maka jumlah muatan kita dapat angkut semakin besar.
Tapi mengingat rute pelayaran adalah rute lokal yang berombak kecil maka
tahanan dan stabilitas kapal tidak terlalu dipermasalahkan dikarenakan
hambatan tidak terlalu besar.
c. Perbandingan H/T (Nilai rasio H/T untuk kapal cargo adalah 1,2 ~ 1,5)
H/T = 6,97/4,98
= 1,4 (memenuhi)
d. Perbandingan L/H (Nilai rasio L/H untuk kapal cargo adalah 10 ~14)
Perbandingan L/H mempunyai pengaruh pada kekuatan memanjang
kapal.Perbandingan L/H yang kecil akan memberikan kekuatan memanjang
yang baik dan sebaliknya jika harga perbandingan L/H besar maka kekuatan
memanjang kapal akan berkurang. ( Indra Kusna Jaya 2008,Teknik Konstruksi
Kapal, halaman 24).
L/H = 75,7/6,97
= 10,8614 (memenuhi)
𝐕
Cb =
𝐋𝐱𝐁𝐱𝐓
Dimana :
V = Volume kapal (m3)
L = Panjang garis air (m)
Berdasarkan diagram Fn : Cb
Untuk Kapal barang dengan Fn = 0,22
Maka Cb = 0.70
Dalam buku "Ship Design for Efficiency and Economy" Hal.39, Cb berkisar
antara 0.525-0.825
Dipilih Cb = 0,70
Dengan alasan
Dari hasil beberapa perhitungan koefisien blok di atas, harga koefisien blok
yang dipilih yaitu 0,70. Dipilih 0,70 karena dengan Cb yang tidak terlalu besar
agar selain dapat mengangkut muatan yang sesuai dengan kapasitas yang telah
direncanakan juga tahanan yang hasilkan nanti juga tidak terlalu besar sehingga
daya mesin yang juga tidak terlalu besar sehingga kebutuhan akan konsumsi
bahan bakar, minyak pelumas dan air pendingin bisa lebih kecil sehingga
muatan yang bisa diangkat bisa lebih besar.
𝐀𝐦
Cm =
𝐁𝐱𝐓
Dimana :
Am = Luas midship (m2)
B = Lebar kapal (m)
( Kerlen 1979 )
Cm = 1,006 - ( 0,0056 x ( Cb-3,56 ))
= 1,006 - (0,0056 x 0,70-3,56)
= 0,98
Koreksi Cm :
Dalam buku "Element of Ship Design",hal.17. Cm terletak antara 0,85 ~
0,98
Dalam buku "Entwuf und Einrichtung Van Handers Chiefen",hal.24 Cm = (
0,93 ~ 0,99 )
Dipilih Cm = 0,98
Dengan Alasan
Karena dari semua perhitungan di atas merujuk pada satu hasil yaitu 0.98. Juga
mengingat bahwa semakin besar nilai Cm maka daya muatan kapal juga akan
semakin besar pula.
3. Koefisien waterline (Cw)
Cw adalah rasio antara luas bidang garis air muat dengan luas segiempat (L x B).
𝐀𝐰𝐥
Cw =
𝐋𝐰𝐥 𝐱 𝐁
Dimana :
Awl = Luas garis air.
Lwl = Panjang garis air.
B = Lebar kapal.
Koreksi Cw dalam buku "Element of Ship Design", Cw terletak antara 0,7 ~ 0,9.
Dipilih Cw = 0,79
Dengan Alasan
Nilai Cw berpengaruh terhadap besarnya luas bidang basah kapal, semakin
tinggi nilai Cw maka ruang muat semakin besar namun luas bidang basah juga
semakin besar hal berpengaruh pula terhadap bertambahnya tahanan kapal
sehingga untuk mencapai kecepatan yang diinginkan juga membutuhkan daya
mesin yang besar. Dibilih Cw 0,79 selain dapat mengangkut muatan yang sesuai
dengan kapasitas yang telah direncanakan juga tahanan kapal lebih kecil.
𝐕
Cph =
𝐀𝐦 𝐱 𝐋
𝐋 𝐱 𝐁 𝐱 𝐓 𝐱 𝐂𝐛
Cph =
𝐋 𝐱 𝐁 𝐱 𝐓 𝐱 𝐂𝐦
𝐂𝐛
Cph =
𝐂𝐦
Dimana :
Am = Luas midship (m2)
Cb = Koefesien blok
Cm = Koefesien Midship
L = Panjang garis air
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal
𝐕
Cpv =
𝐀𝐰𝐥 𝐱 𝐓
𝐋 𝐱 𝐁 𝐱 𝐓 𝐱 𝐂𝐛
Cpv =
𝐋 𝐱 𝐁 𝐱 𝐓 𝐱 𝐂𝐰
𝐂𝐛
Cpv =
𝐂𝐰
Dimana :
Awl = Luas garis air
Cb = Koefesien blok
Cw = Koefesien waterline
V = Volume kapal
L = Panjang garis air
B = Lebar kapal
T = Sarat kapal
Dalam buku "Element of Ship Design" hal.53 :
Cph = Cb / Cm
= 0,70 / 0,98
= 0,71
Cpv = Cb / Cw
= 0,70/0,79
= 0,88
Nilai range DWT/V kapal cargo adalah 0.55 – 0.85 ( ship Design and Ship Teory
)
Δ = Lwl x B x T x Cb x γ x c
Dimana :
γ = massa jenis air laut (ton/m3)
= 1,025 ton/m3
c = Faktor kulit untuk kapal baja
= 1,0075
Maka :
Δ = LWL x B x T xCb x γ x c
= 78,73 x 12,45 x 4,98 x 0,70 x 1,025 x 1,0075
= 3516,70 Ton
Koreksi Displacement :
R = DWT / Δ
= 3550 Ton / 5414,92 Ton
= 0,66 (memenuhi)
Dimana nilai range DWT/∆ kapal cargo adalah 0,55 ~ 0,85 ( Ship Design and
Ship Teory)
Δ = Lwl x B x T x Cb
Maka :
V = Lwl x B x T x Cb
V = 78,73 x 12.45 x 4,98 x 0,70
V = 3405,39 m3
Dalam buku “ Ship Design and Performance for master and mates”, halaman 29 “
:
𝐴𝑐1(𝑅𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛) = 𝐴𝑐2(𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔)
∆𝟏𝟐/𝟑 × 𝑽𝟏(𝒌𝒏𝒐𝒕)𝟑 ∆𝟐𝟐/𝟑 × 𝑽𝟐(𝑲𝒏𝒐𝒕)𝟑
=
𝑩𝑯𝑷𝟏 𝑩𝑯𝑷𝟐
(3516,70)2/3 × (12)3 (3572,44)2/3 × (12)3
=
𝐵𝐻𝑃1 1800
𝐁𝐇𝐏𝟏 = 𝟏𝟕𝟖𝟔, 𝟐𝟐 Kw
= 2393,5 Kw
di mana 1 KW = 1,341021859 Hp
1 Hp = 0,7457 KW
Setelah melihat kedua hasil perhitungan diatas, maka daya mesin
yang dipilih adalah Cara II. Cara ini dipilih setelah mempertimbangkan jarak
trayek yang tidak terlalu jauh, dan muatan yang dibawa bukanlah bahan yang
mudah membusuk. Dan juga mempertimbangkan konsumsi bahan bakar yang
minimum agar payload yang dapat diangkut kebih banyak, juga mendekati BHP
kapal Pembanding. maka yang dipilih untuk dicari dibrosur mesin yaitu
1786,22 Kw = 2393,5 Hp.
Dipilih :
BHP = 1786,22 Kw = 2393,5 Hp
Merek : HIMSEN
Model : 9H21/32
Jumlah Silinder : 9,00
Rpm : 1000 Rpm
BHP : 1800 KW = 2412 Hp
Stroke : 320 mm
Bore : 210 mm
Berat : 16,1 ton
Panjang : 4,757 m
Konsumsi Bahan Bakar : 185 g/Kwh
Dari buku “Ship Design for Efficiency and Economy”, untuk mencari daya mesin
bantu adalah :
Wmb = 10 ~ 15% daya mesin utama
= 15% daya mesin utama (15% diambil agar daya energy listrik
yang dihasilkan baik)
Wmb = 15% x 1800 Kw
Wmb = 270 Kw
Wmb = 361,8 Hp
Mesin bantu yang digunakan berjumlah 2 buah dengan daya mesin yang
sama yaitu 338 Kw. Diambil 2 mesin bantu dengan pertimbangan saat satu mesin
mengalami kerusakan saat beroperasi, mesin yang kedua dapat menjadi pengganti
(mesin cadangan) untuk dioperasikan sebagai mesin bantu pada kapal.
BAB IV
PERHITUNGAN KOMPONEN BERAT KAPAL
Dimana :
Nc = jumlah ABK
Cst (Coef. For Stewart Department) = 1,2 – 1,33 (yang diambil = 1,2)
Cdk (Coef. Deck Department) = 11,5 – 14,5 (yang diambil = 11,5)
Ceng (Coef. For Engine Department) = 2 – 3 (yang diambil = 3)
Cadet (Additional Cofficient) = 1 – 3 (yang diambil = 3)
CN (Cubic Number) = (LBP × B × H) / 100
= (75,7×12,45×6,97)/100 = 65,69 m3
Maka
Nc = Cst × { Cdk × (( CN/1000 )1/6 )) + Ceng × (( BHP/1000 )1/5 + Cadet}
Nc = 1,2 × { 11,5 × (( 65,69/1000 )1/6 )) + 3 × ((1800/1000 )1/5 + 3}
Nc = 15,815 orang
Nc = 16 orang
Sehingga :
GT =kxV
= 0,270645 x 3405,39
= 1399,974
Dimana :
Tenaga penggerak kapal BHP = 1800 KW
Maka di peroleh jumlah crew berdasarkan nilai GT dan Tenaga Penggerak :
Menurut keputusan menteri perhubungan Nomor: KM 70 tahun 1998 Bab V
Sehingga jumlah crew secara keseluruhan adalah 16 orang, karena kapal yang
dirancang akan berlabuh di Indonesia maka jumlah crew mengikuti Keputusan
Menteri.
Karena jumlah crew sudah didapatkan, maka berat air tawar pun
sudah dapat di cari. Berdasarkan buku “Ship Design and Ship Theory” oleh H.
Poels, halaman 12 :
Kebutuhan air minum = 15 kg/orang/hari
Kebutuhan untuk mck = 200 kg/orang/hari
Kebutuhan untuk air pendingin = 0,14 kg/kwh
Dalam buku “Ship Design and Ship Theory” oleh H. Phoels, halaman 13,
maka berat crew dapat diketahui dengan menggunakan rumus empiris :
Wcrew = (rata-rata berat crew x jumlah crew) / 1000
Rata-rata crew berat crew = 75 kg/orang
Jumlah crew = 16 orang
Maka diketahui berat crew yaitu:
Wcrew = (rata-rata berat crew x jumlah crew) / 1000
= (75 x 16)/1000
= 1,2 ton
Dimana :
Wp = Waktu kapal di pelabuhan
Hpmb = Daya mesin bantu dalam Hp
Waktu kapal di pelabuhan
Waktu kapal di pelabuhan secara umum meliputi waktu tunggu
kapal, waktu pelayanan pemanduan, dan waktu bongkar muat (tetap
menggunakan acuan waktu bongkar muat dengan menggunakan DWT kapal
karena payload belum ada). Berikut ini akan dijabarkan mengenai waktu
kapal di pelabuhan sesuai dengan trayek pelayaran kapal rancangan.
Sumber :
Data waktu tunggu kapal dan waktu pelayanan pemanduan diperoleh
dari Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM. 002 / 38
/ 18 / DJPL -11 Tahun 2011 mengenai “Standar Kinerja Pelayanan
Oprasional Perhubungan.
Mesin bantu :
Merek : CALLESEN DIESEL
Model : 427-DOT
Jumlah Silinder :4
Rpm : 425
BHP : 338 Kw = 453 Hp
Bore : 270 mm
Stroke : 400 mm
Berat : 10 ton
Panjang : 3,481 m
CARA II
Dalam Buku “ Ship Basic Design “, halaman 14, berat konstruksi kapal dapat
diketahui dengan menggunakan rumus empiris:
Wst = 36 x Lbp1,6 x ( B + H ) / 103
Dimana :
L = Panjang Kapal yaitu 75,7 m
B = Lebar Kapal yaitu 12,5 m
H = Tinggi Kapal yaitu 6,97 m
Sehingga :
Wst = 36 x Lbp1,6 x ( B + H ) / 103
= 36 x 75,71,6 x ( 12,45 + 6,97 ) / 103
= 709,75 ton
CARA III
Dalam buku “Ship Design By Matsui Engineering dan Ship Building Lo
LTD“ halaman 14, maka berat konstruksi kapal dapat diketahui dengan
menggunakan rumus empiris:
Wh = Ch x Lbp x ( B + H )
Dimana :
Ch = Coefficient Hull ( 0,4 ~ 0,48 )
Lbp = Panjang kapal ( 75,7 m )
B = Lebar kapal ( 12,45 m )
H = Tinggi kapal ( 6,97 m )
Sehingga
Wh = Ch x Lbp x ( B + H )
CARA II
Dalam buku ”Ship Design for Efficiency and Economy“ halaman 168 berat
perlengkapan dan peralatan dapat diketahui dengan meggunakan rumus
empiris:
Woa = K x Lbp x B
Dimana :
K = 0,40 ~ 0,45 t/m2
= 0,45 t/m2
L = Panjang Kapal yaitu 75,7 m
B = Lebar Kapal yaitu 12,45 m
Maka :
Woa = K x L x B
= 0,45 x 75,7 x 12,45
= 424,109 Ton
Dipilih Woa = 315,676 ton
Maka :
Jadi, Wme = 16,1 ton
Berat tambahan lainnya (termasuk mesin bantu dan instalasi yang ada di
kamar mesin)
Dalam buku “ Ship Design and Ship Theory “ oleh H. Phoels, halaman 75, maka
berat tambahan dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
Wadd = 0,56 x ( MCR )0,7
Dimana :
MCR = Daya maximum main engine
= ( 1,15 ~ 1,2 ) x NCR
NCR = BHP
= 2412 Hp
MCR = 1,2 x 2412
= 2894,4
Maka :
Wadd = 0,56 x ( MCR )0,7
= 0,56 x 2894,40,7
= 148, 347 ton
Sehingga berat total permesinan adalah :
Weng = Wme + Wadd
= 16,1 + 148,347 ton
= 164,447 ton
gaya tekan ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan dalam keadaan
setimbang.
Gaya tekan ke atas tersebut dinamakan displacement ( ∆ ), yang
besarnya adalah volume badan kapal yang tercelup dibawah permukaan air
dikalikan dengan berat jenis air. Sehingga Displacement kapal secara lengkap
ditulis dalam buku "Element of Ship Design" oleh R.Munro Smith, hal.14,
diberikan rasio muatan bersih (payload) dengan Displecement kapal, dimana
untuk kapal dengan tipe CARGO/PERINTIS diberikan harga:
∆ = Lwl x B x T x Cb x ɣ x c
Dimana :
Lwl = panjang dari badan kapal yang terbenam di dalam air
ɣ = berat jenis air laut (ton/m3)
c = faktor kulit
Sehingga displacement kapal rancangan adalah:
∆ = Lwl . B . T . Cb . ɣ . c
= 75,7 x 12,45 x 4,98 x 0,70 x 1,025 x 1,0075
= 3516,7 ton
(Scheltema De Heere, 1970 : 23)
Berdasarkan prinsip Hukum Archimedes maka dapat dikatakan bahwa
besarnya perpindahan zat cair sama dengan berat kapal itu sendiri, di mana
berat kapal adalah sama dengan berat kapal kosong ditambah dengan bobot
mati kapal.
Selanjutnya perlu diingat bahwa gaya berat dari kapal bekerja dari arah
vertikal ke bawah sedangkan displacement yang merupakan gaya tekan yang
bekerja sebaliknya yaitu dari arah vertikal ke atas, sehingga displacement kapal
juga dapat diperoleh dengan :
∆ = Lwt + Dwt
Dimana :
Lwt ( Light weight tonnage ) adalah berat kapal kosong yang pada
umumnya terdiri dari tiga bagian besar yaitu berat baja kapal, berat
perlengkapan dan mesin penggerak serta seluruh komponen instalansinya.
Dwt ( Dead weight tonnage ) adalah daya angkut dari sebuah kapal
mencakup berat muatan, bahan bakar, minyak pelumas, air tawar, berat crew
dan perlengkapannya serta berat bahan makanan.
BAB V
VOLUME RUANG MUAT
CARA I
Rumus Empiris “Menurut BKI Vol.II. 1989”.
1. Luas penampang tengah kapal (Amidship)
Am = B x T x Cm
= 12,45 x 4,98 x 0,98
= 60,76 m2
2. Jarak Gading normal
ao = ( Lbp / 500 ) + 0,48
= ( 75,7 / 500 ) + 0,48
= 0,63 m
3. Jarak sekat ceruk haluan dari Forepeak
Sh = ( 5 ~ 8 )% x Lbp
= 5% x 75,7
= 3,785 m
4. Jarak ceruk buritan dari Afterpeak
Sb = ( 3 ~ 5 ) x ao
= 3 x ao
= 3 x 0,63
= 1,89 m
5. Panjang kamar mesin
Lkm = (15~18)% x Lbp
= 15% x 75,7
= 11,355 m
6. Tinggi double bottom
Hdb = 350 + ( 45 x B )
= 350 + ( 45 x 12,45 )
= 910,25 mm
= 0,91 m
= 1271,67 mm
= 1,272 m
Maka :
Dc = H + ( 0,5 x chamber ) + ( 1/6 x ( Sheer Ap + Sheer Fp )) – Hdb
= 6,97 + ( 0,5 x 0,25 ) + ( 1/6 x ( 0,641 + 1,272 )) – 0,91
= 6,503 m
( Cb x 0,85 x H ) = Cb + (( 0,85 x ( H -T )) / ( 10 - T ))
= 0,99
Sehingga :
Vrmkotor = Lrm x B x Dc x ( Cb x 0,85 x H )
= 58,67 x 12,45 x 6,503 x 0,99
= 4696,29 m3
Volume Ruang Muat Setelah Estimasi Volume Double Bottom
Maka Volume ruang muat setelah dikurangkan dengan volume double bottom :
Vruang muat 1 = Vruang muat kotor - Vdb
= 4696,29 m3- 166,209 m3
= 4530,08 m3
CARA II
METODE DIAGRAM HAMLING DAN SIMPSON
Sebelum menghitung volume lambung kapal, maka terlebih dahulu harus
menghitung variabel-variabel beikut ini :
Penghitungan CB Deck
VH = V (1,25 H/T – 0,25)
Maka :
𝑉ℎ
Cbdeck =
𝐿𝑏𝑝 𝑥 𝐵 𝑥 𝐻
5106,37
=
75,7 𝑥 12,45 𝑥 6,97
= 0.78
Perhitungan CMdeck
( 𝑩 × 𝑻 ×𝑪𝒎 ) + 𝑩 ( 𝑯−𝑻 )
CMdeck =
𝑩×𝑯
( 12,45 × 4,98 × 0,98 ) + 12,45( 6,97 – 4,98 )
=
12,45 × 6,97
= 0,98
Perhitungan CPLdeck
CB Deck
CPLdeck = CM Deck
0,78
=
0.98
= 0,79
Perhitungan AM
AM = B H × CM deck
Diagram Hamling :
Mengacu pada digram Hamling pertama di atas, maka diperoleh Cp pada afterbody
sebesar 0,7314 dan Cp pada forebody sebesar 0,7285. Kemudian, untuk
mendapatkan luas section (SA) digunakan diagram Hamling kedua yaitu sebagai
beikut :
1 𝐿𝐵𝑃
VLambung (SACH) = 3
× 20
× Ʃ1
1 75,7
VLambung (SACH) = 3
× 20
× 3706,91
DIAGRAM SAC - H
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25
VSACH = 4676,882 m3
Vgeometri = ( LBP x B × T × Cb ) + ( LBP × B × ( H – T ) x Cbdeck )
= ( 75,7 x 12,5 x 4,98 x 0,70 ) + ( 75,7 x 12,5 x ( 6,97 – 4,98 ) x 0,78 )
= 3239,01735+ 1436,76925
= 4675,7866 m3
Sehingga
( VSACH -Vgeometri) / VSACH× 100 %
(4676,882 – 4675,7866) / 4676,882 × 100 %
0,02342 % < 0,05 % (memenuhi)
Sb Double Bottom Sh
4 19
Dimana :
Hdb = Tinggi double bottom yaitu 0.91 m
Ldb = Panjang double bottom yaitu 58.67 m
Bdb = Lebar double bottom yaitu 12.45 m
Cbdb = Koefisien blok double bottom yaitu 0,5 – 0,6. Ambil 0,5 karena
semakin besar Cbdb maka semakin besar pula volume double
bottom. Karena kapal rancangan merupakan tipe kapal barang yang
mengedepankan muatan, maka volume double bottom harus
sekecil-kecilnya agar volume ruang muat sebesar-besarnya.
Sehingga :
Vdb = Hdb × Ldb × Bdb × Cbdb
= 0,91 × 58,67 × 12,45 × 0,5
= 166,209 m3
Akan dicari volume ruang muat kasar sebagai pertimbangan untuk memilih
volume ruang muat dengan memilih volume ruang muat yang mendekati
volume ruang muat kasar
Jadi Volume Ruang Muat Kapal Rancangan yang dipilih adalah 3626,82 m3
Dari kedua pehitungan diatas Dipilih volume ruang muat dengan metode
diagram hamling dan simpson yaitu 3626,82 m3 dengan alasan lebih mendekati
dengan volume ruang muat kasar yang didapat(3804,90 m3). Dan juga
keputusan ini diambil dengan pertimbangan walaupun dengan volume ruang
muat yang lebih kecil tetapi tetap mampu menampung payload dengan jumlah
yang sama, mengingat muatan yang diangkut bukanlah muatan yang
memerlukan ruang muat yang besar maka keputusan ini dapat dilakukan.
Sehingga :
Vrm = 3626,82 m3
Payload = 2301,56 Ton
Dalam rancangan ini akan dibuat 2 palka karena panjang volume ruang
muat 58,67 meter, diketahui panjang untuk 1 palka ≤ 30 meter. Sehingga
panjang tiap palka 29,335 meter.
BAB VI
KOREKSI STABILITAS
Adapun Titik-titik penting dalam stabilitas antara lain adalah titik berat (G), titik
apung (B) dan titik M.
M - Metacenter
G – Titik berat (Centre of Gravity)
B – Titik apung (Centre of Buoyancy)
K – Lunas/Keel
b. Arah bekerjanya
Arah bekerjanya gaya berat kapal adalah tegak lurus kebawah
1. Bila ada penambahan bobot, maka titik berat kapal akan berpindah
kearah / searah dan sejajar dengan titik berat bobot yang dimuat
2. Bila ada pengurangan bobot, maka titik berat kapal akan berpindah
kearah yang berlawanan dan titik berat bobot yang dibongkar
3. Bila ada penggeseran bobot, maka titik berat sebuah kapal akan berpindah
searah dan sejajar dengan titik berat dari bobot yang digeserkan
merupakan suatu titik yang tetap, akan tetapi akan berpindah-pindah oleh
adanya perubahan sarat dari kapal. Dalam stabilitas kapal, titik B inilah yang
menyebabkan kapal mampu untuk tegak kembali setelah mengalami senget
b. Arah bekerjanya
Arah bekerjanya gaya tekan adalah tegak lurus keatas
3. Titik Metasentris
a. Definisi
Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal, merupakan
sebuah titik semu dari batas di mana titik G tidak boleh melewati di atasnya agar
supaya kapal tetap mempunyai stabilitas yang positif (stabil). Meta artinya berubah-
ubah, jadi titik metasentris dapat berubah letaknya dan tergantung dari besarnya sudut
senget.
Apabila kapal senget pada sudut kecil (tidak lebih dari 150), maka titik apung B
bergerak di sepanjang busur di mana titik M merupakan titik pusatnya di bidang
tengah kapal (centre of line) dan pada sudut senget yang kecil ini perpindahan letak
titik M masih sangat kecil, sehingga masih dapat dikatakan tetap.
Di mana,
∑M = Jumlah momen (ton)
∑W = jumlah perkalian titik berat dengan bobot benda (m ton)
KM – adalah tinggi / jarak metacenter dari lunas.
KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau jumlah jarak
dari lunas ke titik apung (KB) dan jarak titik apung ke metasentris (BM),
sehingga KM dapat dicari dengan rumus:
KM = KB + BM
Diperoleh dari diagram metasentris atau hydrostatical curve bagi setiap sarat
(draft) saat itu.
b. GM – Tinggi Metacentric:
Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) yaitu jarak tegak antara titik G
dan titik M. Dari rumus disebutkan:
GM = KM – KG
GM = (KB + BM) – KG
Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal atau keadaan
stabilitas kapal selama pelayaran nanti
c. BM – Radius Metacentric:
BM dinamakan jari-jari metasentris atau metacentris radius karena bila kapal
mengoleng dengan sudut-sudut yang kecil, maka lintasan pergerakan titik B
merupakan sebagian busur lingkaran di mana M merupakan titik pusatnya dan
BM sebagai jari-jarinya. Titik M masih bisa dianggap tetap karena sudut
olengnya kecil (100-150). Lebih lanjut dijelaskan bahwa:
Di mana :
b = lebar kapal (m)
d = draft kapal (m)
Segitiga stabilitas
Bila suatu kapal senget maka titik apung akan bergerak sedangankan titik berat
(gravitasi) tidak berubah. Karena gaya apung dan gravitasi sama besar dan
searah, tetapi kalau kapal miring akan membentuk dua gaya yang paralel
dengan arah yang berlawanan, mengakibatkan terjadi rotasi. Rotasi ini
mengakibatkan kapal kembali ke posisi semula karena gaya apung dan gravitasi
sama besar berlawanan arah akan saling menutup. Hal ini dikatakan sebagai
pasangan (coupled) karena kedua gaya yang bekerja menghasilkan rotasi.
Rotasi inilah yang menyebabkan terjadi keseimbangan kapal.
Jarak antara gaya apung dan gravitasi disebut sebagai lengan penegak. Pada
gambar di atas lengan penegak merupakan garis yang ditarik dati titik gravitasi
ke vektor gaya apung kapal. Untuk kemiringan yang kecil (0o sampai 7o ke 10o,
metacenter tidak berubah), nilai lengan penegak (GZ) dapat diperoleh secara
trigonometry.
Dengan stabilitas awal (0o sampai 7o-10o) metacenter tidak berubah, dan fungsi
sinus hampir linier (garis lurus) Oleh karena itu Lengan Penegak kapal < GZ
proporsional terhadap ukuran tinggi metacenter, GM. Sehingga GM adalah
ukuran awal stabilitas kapal
Kondisi Stabilitas
Posisi Titik gravitasi dan Metacentre menunjukkan indikasi awal stabilitas
kapal. Kalau terjadi permasalahan yang mengganggu stabilitas kapal maka
dikelompokkan dalam:
a. Stabilitas positif
Metacenter berada diatas titik grafitasi. Kalau kapal senget atan membentuk
lengan penegak, yang mendorong kapal tegak kembali
b. Stabilitas netral
Metacenter berhimpit dengan titik grafitasi. Kalau kapal senget tidak
membentuk lengan penegak, sampai metacenter berpindah setelah senget 70 –
100
c. Stabilitas negatif
Titik gravitasi kapal berada di atas metacenter, bila kapal senget lengan
penegak negatif terbentuk yang akan mengakibatkan kapal terbalik.
( Normand )
KB = T x ( 0,9 – ( 0,36 x Cm ))
= 4,98 x ( 0,9 – ( 0,36 x 0,98 ))
= 2,72 m
( Scehenekluth )
KB = T x ( 1 – ( 0,475 x Cm ))
= 4,98 x ( 1 – ( 0,475 x 0,98 ))
= 2,65 m
( Bover )
KB = T x ( 0,793 – ( 0,3 x ( Cb / Cw )))
= 4,98 x ( 0,793 – ( 0,3 x ( 0,70 / 0,79 )))
= 2,62 m
Maka dipilih KB = 3,38 m
( Normand )
MB = ( 0,008 + ( 0,0475 x Cw2 ) x ( B2 / ( T x Cb ))
= ( 0,008 + ( 0,0475 x 0,792 ) x ( 12,452 / ( 4,98 x 0,70 ))
= 1,32 m
MB = (( 0,72 x Cw ) + 0,292) x ( B2 / ( 12 x T x Cb )
= (( 0,72 x 0,79 ) + 0,292 ) x ( 12,452/(12 x 4,98 x 0,70 )
= 3,18 m
( Bover )
MB = (( 2 x Cw ) + 1 )3 x ( B2 / 323 x T x Cb )
= (( 2 x 0,79 ) + 1 )3 x ( 12,452 / 323 x 4,98 x 0,70 )
= 2,36 m
MG = MK – KG
= 5,92 m – 4,88 m
= 1,04 m
6. Periode Oleng ( Tr )
Berdasarkan buku Ship Design and Ship Theory H. Poels Halaman 36
maka periode oleng dapat diperoleh dengan menggunakan rumus empiris yaitu
:
Tr = 2 × {(0,38 × B) / ( g × MG )0.5 }
Dimana :
Tr = Periode oleng
B = Lebar kapal yaitu 12,45 m
G = 9,81 m/s2
MG = Tinggi titik metacentra dari titik berat kapal yaitu 1,04 m
Untuk kapal barang, Tr normal berada antara 8 – 14 sekon
Sehingga :
Tr =2 × {(0.38 × B) / ( g × MG )0.5 }
= 2 × 3,14 {(0,38 × 12,45) / (9,81 × 1,04)0.5}
= 9,32 sekon ( memenuhi )
Untuk periode oleng sebesar 9,32 sekon itu dikategorikan sudah cukup
cepat. Periode oleng yang didapat adalah hasil maksimal yang bisa didapat
berdasarkan titik metacentra dari titik berat kapal (MG)
H = 6,97 m FB = 1,99 m
Perhitungan T / Hi
T/Hi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus empiris sebagai
berikut :
Perhitungan Hi/0,6B
(Hi/B)/0,6 = 0,61 / 0,6
= 1,02
Perhitungan (Hid/0,6B)2
((Hi/B)/0,6)2 = 1,022
= 1,05
Perhitungan Tg Ɵ'
Tg Ɵ ' = ((Hi/B)/0,6 ) x Tg Ɵ
= 1,02 x Tg Ɵ
Perhitungan B/Bwl
B/Bwl = 12,45/12,45 = 1
1.30
h (meter)
0.80 0.78
0.64
0.61
0.30 0.28
0.14
0.00
-0.20 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
-0.18
sudut oleng (derajat)
10 0.,185 2 0,370
15 0,280 4 1,120
20 0,390 2 0,780
25 0,505 4 2,020
30 0,610 1 0,610
∑ 5,276
Keterangan :
1 radian = 57,3 derajat
1 derajat = 1/57,3 radian = 0,01745 radian
Maka :
L = 30 × 0,01745 radian = 0,5235 radian
A = 1/3 × L × ∑
= 1/3 × 0,5235 × 5,276
= 0,92 m rad
BAB VII
KESIMPULAN
7.1 DATA UMUM : GENERAL DATA
Nama Kapal : Alika Kencana
Tipe Kapal : General Cargo
MB = 2,53 m
MK = 5,916 m
MG = 1,04 m
Tr = 9,32 sekon
h maks = 450
A0 ─ A30 = 0,92 m rad
A0 ─ A40 = 2,4 m rad
A30 ─ A40 = 0,29 m rad
Semua persyaratan IMO 2008 terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN