Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK PANJANG

DESAIN POLA OPERASI TERMINAL MULTIPURPOSE PT


PELABUHAN INDONESIA II PELABUHAN PANJANG, LAMPUNG

Oleh
Elsarina Marisa
NIM: 155 14 070

Abstrak: Pelabuhan Panjang merupakan pelabuhan internasional yang terletak di Kecamatan


Panjang, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Pada tahun 2017, dilakukan
pembangunan pengembangan Pelabuhan Panjang. Pembangunan ini dilakukan atas beberapa
pertimbangan yaitu kapasitas terminal-terminal di Pelabuhan Panjang yang dianggap sudah
tidak memadai, menjadikan Pelabuhan Panjang sebagai short sea shipping, dan memperkuat
ekonomi Lampung. Agar aktivitas terminal pelabuhan berjalan dengan maksimal, dalam studi
ini akan dibahas mengenai Desain Pola Operasi Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang,
Lampung.

Desain pola operasi didasarkan pada dimensi rencana yang telah direncanakan oleh pemerintah
yang disajikan dalam studi ini meliputi desain pola operasi dermaga, desain pola operasi
gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan, dan perhitungan biaya kapital dan tarif
handling general cargo. Desain pola operasi dermaga meliputi desain kombinasi kapal yang
bertambat, penentuan jenis alat handling berserta jumlah dan produktivitasnya, dan
perhitungan kapasitas dermaga. Desain pola operasi gudang penyimpanan dan lapangan
penumpukan meliputi penentuan area gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan yang
diperlukan, layout penempatan general cargo di dalam gudang penyimpanan dan lapangan
penumpukan, jenis alat penumpukan beserta jumlah dan produktivitasnya; dan desain pola
operasi transportasi horizontal. Perhitungan biaya kapital dan tarif handling general cargo
meliputi perhitungan biaya kapital total, biaya kapital per ton general cargo, biaya kapital per
sistem alat handling, perhitungan pengeluaran dan pemasukan selama payback period (16
tahun), pembuatan cashflow, penentuan tarif handling per ton general cargo per tahun
berdasarkan skenario pengadaan alat handling total dan real dan kondisi penggunaan kapasitas
terminal, serta penentuan benefit cost ratio, payback period, dan internal rate of return jika
tarif handling per ton general cargo telah ditentukan.

Kata kunci: Pola Operasi, Terminal Multipurpose, Kapasitas, Biaya Kapital, Tarif

Abstracts: Port of Panjang (Indonesian: Pelabuhan Panjang) is an international port which is


located at Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Since 2017, Port
of Panjang has been undergoing major construction for its development. This development was
done based on several considerations, such as terminals’ capacity in Port of Panjang was
deemed inadequate, to make Port of Panjang as a short sea shipping, and to strengthen the
economy in Lampung. In order for terminal activities in the port to run optimally, this study
will discuss the Design for Terminal Multipurpose Operating System at Port of Panjang,
Lampung.

The design for operating system is based on the dimension which was planned by the
government. This study consists of design for operating system at the dock, design for operating
system at warehouse and open yard, and the calculation of capital costs and general cargo
handling tariffs. Design for operating system at the dock includes design for berthed vessels
combinations, choosing the type of handling equipment along with number of units needed and
its productivity, and calculation of dock capacity. Design for operating system at warehouse
and open yard includes calculation for the required warehouse and open yard area, layout of
general cargo stacking placement inside the warehouse and on the open yard, choosing the
type of stacking equipment along with number of units needed and its productivity, and design
for horizontal transportations operating system. Calculation of capital costs and general cargo
handling tariffs includes calculation of total capital costs, capital costs per ton of general
cargo, capital costs per handling equipment, calculation of costs and incomes during payback
period (16 years), making cashflows, calculating the handling tariffs per ton of general cargo
based on total scenario and real scenario and the usage of terminal capacity, as well as
calculating the benefit cost ratio, payback period, and internal rate of return if the handling
tariffs per ton of general cargo has been determined.

K eywords: Operating System, Terminal Multipurpose, Capacity, Capital Cost, Tariff

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah daratan
1.904.569 km2 dan wilayah laut yang mencapai 6.279.000 km2 [1]
. Untuk letaknya, posisi
Indonesia terletak di antara benua Asia dan Australia, berada pada posisi silang yang sangat
strategis. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang luas, Indonesia membutuhkan
peran sektor transportasi sebagai roda penggerak perekonomian. Transportasi laut merupakan
sektor yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai tambah, dan mempunyai peran
sebagai pendukung terciptanya nilai tambah di sektor-sektor lain. Untuk mendukung sarana
transportasi laut tersebut tentunya membutuhkan prasarana berupa pelabuhan.
Pelabuhan merupakan terminal kapal setelah melakukan pelayaran, serta sebagai
tempat untuk melakukan kegiatan menaik-turunkan penumpang, bongkar-muat barang,
pengisian bahan bakar dan air tawar, reparasi, pengadaan perbekalan, dan lain sebagainya.
Kehadiran pelabuhan yang memadai sangat diperlukan untuk menunjang mobilitas barang dan
manusia di Indonesia. Dalam pelabuhan terdapat terminal yang merupakan suatu kolam sandar
dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun
penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang. Salah satu jenis terminal adalah terminal
multipurpose. Terminal multipurpose adalah terminal yang dapat melayani lebih dari satu jenis
kapal dan juga terminal yang dapat dilakukannya bongkar muat kargo dengan cara-cara
berbeda, tergantung dari jenis kapal dan jenis kargo. Salah satu pelabuhan yang memiliki
terminal multipurpose dan secara langsung berkontribusi dalam mendukung pergerakan
ekonomi Indonesia adalah Pelabuhan Panjang, yang terletak di Kota Bandar Lampung,
provinsi Lampung.
Kota Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi kota
besar dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Salah satu potensi kota Bandar
Lampung yang mendukung adalah lokasi geografisnya yang sangat strategis. Kota Bandar
Lampung berada di Pulau Sumatera bagian Selatan, di Provinsi Lampung. Posisi geografis
yang strategis ini, membuat Kota Bandar Lampung menjadi bagian dari koridor kegiatan
ekonomi Indonesia yang terbesar, yaitu Sumatera Selatan – Lampung – Banten – Jabotabek.
Hal ini membuat Kota Bandar Lampung berpeluang mengisi fungsi-fungsi ekonomi secara
selektif dan kompetitif. Peningkatan akses yang strategis bagi aliran barang adalah melalui
pengembangan Pelabuhan Panjang. Pelabuhan Panjang adalah pelabuhan yang diharapkan
dapat menjadi pelabuhan ekspor-impor terbesar di Sumatera bagian Selatan. Pelabuhan
Panjang juga diharapkan dapat memanfaatkan peluang dari limpahan daya tampung Tanjung
Priok, pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia.
Untuk dapat mengoptimalkan aktivitas di Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang,
dibutuhkan manajemen dan pola operasi yang baik. Selain itu, Pelabuhan Panjang juga
memiliki tantangan lebih untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik sehingga dapat
bersaing dengan pelabuhan lainnya. Oleh karena itu, dalam studi ini akan dibahas mengenai
desain/perancangan pola operasi pada Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang.

TEORI DAN METODOLOGI

Metodologi dalam penyusunan studi ini disajikan dalam bentuk diagram alir yang
ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir metodologi umum pengerjaan Studi.

Untuk menentukan kapasitas dermaga, hal yang pertama kali dilakukan adalah
menentukan kombinasi kapal yang bertambat. Kombinasi kapal yang bertambat ditentukan
berdasarkan panjang dermaga yang tersedia. Kebutuhan panjang dermaga untuk kombinasi
beberapa kapal dapat ditentukan dengan Persamaan (1) [2].
𝒏
(1)
𝑳=( 𝑳𝒐𝑨𝒊 ) + 𝒏 + 𝟏 × 𝟎. 𝟏×𝒎𝑳𝒐𝒂
𝒊1𝟏

Dimana:
L = Panjang dermaga (m)

LoAi = Length Overall kapal rencana (m)

mLoA = Length Overall kapal rencana terbesar (m)
n = Jumlah kapal yang bertambat

i = Indeks kapal ke-i

Dari kombinasi kapal yang bertambat akan didapatkan kapasitas kargo yang akan
dilayani di dermaga. Setelah didapatkan kombinasi kapal yang bertambat, lalu ditentukan alat
handling yang akan digunakan di dermaga. Jumlah alat handling general cargo di dermaga
ditentukan berdasarkan dengan panjang dermaga dan LoA (length overall) kapal yang
bertambat di dermaga. Ada beberapa ketentuan dalam menentukan jumlah alat handling
general cargo di dermaga [3] antara lain:
a. 1 unit mobile crane per 100 m panjang dermaga
b. 2 unit mobile crane, jika kapal yang bertambat mempunyai LoA (length overall) kapal ≤
200 m
c. 3 unit mobile crane, jika kapal yang bertambat mempunyai LoA (length overall) kapal
lebih dari 200 m hingga 300 m
d. 4 atau 5 unit mobile crane, jika kapal yang bertambat mempunyai LoA (length overall)
kapal lebih dari 300 m
Setelah jumlah unit alat handling yang dibutuhkan didapat, lalu dilakukan perhitungan
produktivitas. Produktivitas alat handling ditentukan untuk menentukan waktu bongkar muat
alat handling untuk tiap kapal. Produktivitas tersebut dihitung berdasarkan aktivitas-aktivitas
alat handling yang terjadi selama proses bongkar muat.
Setelah didapat produktivitas alat handling, maka kapasitas dermaga dapat dihitung. Kapasitas
dermaga dapat dihitung menggunakan Persamaan (2) [2].
(𝑩𝑶𝑹)(𝑩𝑵 )(𝑾𝑫 )(𝑾𝑯 )(𝑾𝑾 )(𝑪𝑵 )(𝑪𝑻𝑯 )(𝑳𝑺𝑪 )(𝑾𝑪𝑻 ) (2)
𝑪𝑻𝑶𝑵𝑻 =
𝟏𝟎𝟎(𝑷)
Dimana:
BOR = Berth Occupancy Ratio (BOR)
BN = Jumlah tambatan
WD = Jumlah hari kerja per minggu
WH = Jumlah jam kerja per hari
WW = Jumlah minggu kerja per tahun
CN = Jumlah LTM Crane yang bekerja pada tiap kapal
CTH = Produktivitas crane [ton/jam]
LSC = Waktu jam kerja dari mulai hingga selesai operasi yang relatif terhadap waktu
output dasar = 0.8~0.9
WCT = Waktu efektif kerja crane relatif terhadap waktu kapal bertambat = 0.7~0.9
P = Peak factor per minggu = 1.1~1.3
Untuk perhitungan kapasitas gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan, hal
tersebut dapat dihitung dengan Persamaan (3) [4].
𝟏, 𝟕 𝑸𝑫 𝒑 (3)
𝑨= 𝟏+
𝟑𝟔𝟓 𝒅𝑯 𝟏𝟎𝟎
Dimana:
A = Area gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan (m2)
1,7 = Faktor penambahan area untuk area kantor, area dock, dan jalur forklift pada
gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan
365 = Jumlah hari dalam satu tahun
Q = Arus demand general cargo per tahun (ton)
D = Lama general cargo disimpan (hari)
d = Densitas kargo (ton/m3)
H = Tinggi tumpukan (m) = 2m – 3m
p = Peak factor (%) = 25% – 40%
Dari kapasitas gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan yang didapat, maka
dapat ditentukan ukuran dan letak gudang dan lapangan yang diinginkan. Hal ini bergantung
dengan kondisi lokasi dan lebar jalan yang tersedia. Untuk alat penumpukan, hal ini dipilih
berdasarkan kargo yang akan dilayani. Setelah jenis alat penumpukan didapat, dihitung
produktivitas alat penumpukan tersebut agar dapat ditentukan jumlah unit alat penumpukan
yang diperlukan. Untuk transportasi horizontal, jumlah unit yang diperlukan dalam satu
terminal dapat dihitung dengan Persamaan (4).
𝑵𝒕𝒓𝒖𝒄𝒌 = (𝑵𝑩𝑴K𝑳𝑻𝑴 + 𝑵𝑺𝑩K𝑳𝑻𝑴 +𝑵𝑩𝑴K𝑮𝑳 + 𝑵𝑺𝑩K𝑮𝑳 +𝑵𝑻𝑯 )×𝑺𝑭 (4)

Dimana:
Ntruck = Jumlah truk yang dibutuhkan
NBM-LTM = Jumlah truk yang bongkar/muat di LTM Crane
= 1 unit per LTM Crane
NSB-LTM = Jumlah truk yang stand by di LTM Crane
= 1 unit per LTM Crane
NBM-GL = Jumlah truk yang bongkar/muat di gudang atau lapangan
= 1 unit per gudang atau lapangan
NSB-GL = Jumlah truk yang stand by di gudang atau lapangan
= 1 unit per gudang atau lapangan
NTH = Jumlah truk yang melakukan transportasi horizontal
SF = Safety factor = 1,2
Setelah jumlah unit alat handling, alat penumpukan, dan transportasi horizontal didapat,
maka dapat dilakukan perhitungan biaya kapital. Biaya kapital ditentukan berdasarkan harga
masing-masing unit alat handling, alat penumpukan, dan transportasi horizontal dikalikan
dengan jumlah unit yang dibutuhkan. Namun harga tersebut harus dikalikan dengan inflasi tiap
tahunnya hingga waktu alat-alat tersebut akan dibeli.
Besarnya biaya kapital per ton general cargo dapat dihitung dengan Persamaan (5),
sedangkan untuk biaya kapital per alat handling dapat dihitung dengan Persamaan (6).
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍 𝑪𝒐𝒔𝒕 (5)
𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍 𝑪𝒐𝒔𝒕 𝒑𝒆𝒓 𝑻𝒐𝒏 𝑮𝒆𝒏𝒆𝒓𝒂𝒍 𝑪𝒂𝒓𝒈𝒐 =
𝑲𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑻𝒆𝒓𝒎𝒊𝒏𝒂𝒍
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡 (6)
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝐴𝑙𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑛𝑑𝑙𝑖𝑛𝑔 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑇𝑀 𝐶𝑟𝑎𝑛𝑒
Dengan ditemukannya biaya kapital, maka dapat ditentukan present value pengeluaran.
Biaya present value pengeluaran terdiri dari biaya angsuran, biaya operasi, dan biaya
perawatan. Agar suatu proyek tidak merugikan, maka harus ditentukan present value
pemasukan dimana nilai present value pemasukan sama dengan nilai present value
[5]
pengeluaran, atau NPV = 0. Nilai NPV dapat dihitung dengan Persamaan (7) . Setelah
didapatkan nilai present value kebutuhan pemasukan, maka dapat ditentukan tarif handling per
ton general cargo.
𝑵𝑷𝑽 = 𝑷𝑽𝒐 − 𝑷𝑽𝒊 (7)

Dimana:
𝑁𝑃𝑉 = Nett Present Value
𝑃𝑉𝑜 = Outcome Present Value
𝑃𝑉𝑖 = Income Present Value
Dalam studi kali ini, terdapat 2 skenario, yaitu skenario pengadaan total dan skenario
pengadaan real. Skenario pengadaan total adalah perhitungan tarif dimana seluruh alat-alat
yang dibutuhkan untuk desain pola operasi dibeli di tahun ke – 0. Sedangkan skenario
pengadaan real adalah perhitungan tarif dimana alat-alat yang dibutuhkan untuk desain pola
operasi dibeli tiap tahun tergantung kebutuhannya. Selain itu, ditentukan juga tarif handling
per ton general cargo yang menyebabkan NPV > 0. Nilai NPV > 0 berarti modal akan kembali
sepenuhnya dan didapatkan keuntungan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dari tarif
yang ditentukan tersebut, kemudian dapat ditentukan Benefit Cost Ratio (BCR). BCR adalah
tingkat keuntungan dari suatu proyek, dimana suatu proyek dikatakan untung jika bernilai lebih
dari 1. Semakin besar nilai BCR, semakin tinggi keuntungan yang akan didapat. Nilai BCR
dapat dihitung dengan Persamaan (8) [5].
𝑷𝑽𝒊 (8)
𝑩𝑪𝑹 =
𝑷𝑽𝒐
Dimana:
BCR = Benefit Cost Ratio
𝑃𝑉𝑜 = Outcome Present Value
𝑃𝑉𝑖 = Income Present Value

Setelah didapatkan nilai BCR, kemudian dapat ditentukan nilai Payback Period.
Payback Period adalah jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui
keuntungan yang didapatkan dari suatu proyek yang sudah dibuat, dengan kata lain Payback
Period adalah waktu yang diperlukan agar menghasilkan NPV = 0. Penentuan Payback Period
dilakukan dengan menghitung nilai NPV, yaitu mengakumulasikan present value pemasukan
dan present value pengeluaran. Saat nilai NPV menjadi positif, di tahun itu lah Payback Period
terjadi.
Setelah itu, dapat dilakukan perhitungan Internal Rate of Return (IRR). IRR
adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang (present value) dari arus kas masuk dan
nilai investasi suatu usaha, dengan kata lain IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV
= 0. Penentuan IRR dapat ditentukan dengan beberapa metode, salah satunya metode
interpolasi.
HASIL DAN ANALISA/DISKUSI

Berdasarkan hasil pengerjaan studi ini, didapat desain lebar area dermaga yang
digunakan adalah 22,5 m. Untuk kombinasi kapal yang digunakan pada Dermaga A adalah 1
Kapal General cargo 21000 DWT, Dermaga B adalah 2 Kapal General cargo 21000 DWT,
dan Dermaga C 2 Kapal General cargo 23700 DWT seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.

Gambar 2 Kombinasi kapal di tiap dermaga.

Alat handling general cargo di Dermaga yang digunakan adalah Telescopic Mobile
(LTM) Crane Merek Liebherr. Jumlah unit LTM Crane yang dibutuhkan untuk Kapal General
cargo 3260 DWT adalah 1 unit, untuk Kapal General cargo 21000 DWT adalah 2 unit, dan
untuk Kapal General cargo 23700 DWT adalah 2 unit, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
3. Jumlah total unit LTM crane yang dibutuhkan pada jangka pendek adalah 8 unit.

Gambar 3 Jumlah alat handling.


Dari kombinasi kapal yang bertambat dan alat handling pada dermaga, maka dapat
ditentukan kapasitas dermaga, yaitu 4.024.421 ton/tahun. Kapasitas ini terbukti dapat melayani
demand general cargo di Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang hingga akhir
pembangunan pengembangan berakhir, yaitu 3.475.589 ton/tahun.
Untuk gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan, berdasarkan dari demand
general cargo yang masuk Pelabuhan Panjang, dibutuhkan luas gudang penyimpanan sebesar
23758,55 m2 dan luas lapangan penumpukan sebesar 4571,23 m2. Sehingga, didesain total luas
gudang penyimpanan sebesar 26.100 m2 dan luas lapangan penumpukan sebesar 5.080 m2.
Area gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan ini terbukti dapat melayani demand
general cargo di Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang hingga akhir pembangunan
pengembangan berakhir, yaitu 23.758,55 m2 untuk gudang penyimpanan dan 4571,23 m2 untuk
lapangan penumpukan. Untuk transportasi horizontal, dibutuhkan 53 unit.
Layout desain Terminal Multipurpose ditunjukkan pada Gambar 4 hingga Gambar 10.

Gambar 4 Layout desain Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang.

Gambar 5 Layout desain Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang.


Gambar 6 Layout desain Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang.

Gambar 7 Layout desain Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang.

Gambar 8 Layout desain Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang.


Gambar 9 Layout desain Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang.

Gambar 10 Layout desain Terminal Multipurpose Pelabuhan Panjang.

Untuk biaya Kapital, total biaya kapital (pada tahun 2019) adalah IDR
389.700.964.000. Biaya kapital per ton general cargo adalah IDR 96.834, dan biaya kapital
per alat handling adalah IDR 48.712.620.500.
Tarif Pelayanan Handling General cargo dibagi menjadi dua macam, nilai NPV = 0
dan nilai NPV > 0. Untuk nilai NPV = 0, tarif handling general cargo dengan Discount rate
10% untuk alternatif penggunaan 100% kapasitas terminal adalah sebesar IDR 31.282 pada
tahun 2020 dan IDR 54.486 dan pada tahun 2035. Sehingga, dapat ditentukan tarif baru untuk
menghitung NPV > 0. Pada studi ini dipilih tarif handling general cargo Skenario Pengadaan
Real dan Skenario Pengadaan Total untuk alternatif penggunaan 100% kapasitas terminal
adalah sebesar IDR 100.000 pada tahun 2020 dan IDR 174.179 pada tahun 2035.
Dengan tarif baru ini, lalu dapat dihitung BCR. Nilai BCR untuk Skenario Total
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai BCR untuk Skenario Total
Total Jumlah
Kondisi Total Jumlah
Discount Pengeluaran Benefit cost
Penggunaan Pemasukan (IDR)
rate (IDR) ratio
Terminal (Present Value)
(Present Value)
100% 2.148.493.447.414 3.434.101.328.567 1,60
10% 75% 2.148.493.447.414 4.578.801.771.423 2,13
50% 2.148.493.447.414 6.868.202.657.134 3,20
100% 1.577.197.569.999 3.434.101.328.567 2,18
15% 75% 1.577.197.569.999 4.578.801.771.423 2,90
50% 1.577.197.569.999 6.868.202.657.134 4,35
100% 1.215.073.024.103 3.434.101.328.567 2,83
20% 75% 1.215.073.024.103 4.578.801.771.423 3,77
50% 1.215.073.024.103 6.868.202.657.134 5,65

Dapat dilihat bahwa nilai BCR semua melebihi dari 1, maka keuntungan akan didapat.
Setelah didapat nilai BCR dapat ditentukan payback period. Payback period dengan tarif IDR
100.000 pada tahun pertama adalah 6 tahun. Sedangkan untuk internal rate of return (IRR)
didapat 3,75% untuk kondisi skenario pengadaan total.

KESIMPULAN DAN SARAN

Untuk dermaga, desain lebar area dermaga yang digunakan adalah 22,5 m. Alat
handling general cargo di Dermaga yang digunakan adalah LTM Crane Merek Liebherr.
Jumlah unit LTM crane yang dibutuhkan adalah 8 unit. Desain ini menghasilkan kapasitas
dermaga sebesar 4.024.421 ton/tahun. Untuk gudang penyimpanan dan lapangan penumpukan,
luas gudang penyimpanan yang didesain agar dapat melayani demand general cargo adalah
26.100 m2, dan luas lapangan penumpukan yang didesain agar dapat melayani demand
general cargo adalah 5.080 m2. Alat penumpukan general cargo yang digunakan pada gudang
penyimpanan dan lapangan penumpukan adalah Forklift merek Mitsubishi jenis Electric
Forklift Mitsubishi FB50. Jumlah Forklift yang dibutuhkan adalah 30 unit. Alat transportasi
horizontal general cargo yang digunakan adalah Dump Truck merek Mitsubishi jenis
Mitsubishi Fuso FJ. Jumlah alat transportasi horizontal yang digunakan adalah 53 unit.
Untuk biaya Kapital, total biaya kapital (pada tahun 2019) adalah IDR
389.700.964.000. Biaya kapital per ton general cargo adalah IDR 96.834, dan biaya kapital
per alat handling adalah IDR 48.712.620.500. Untuk nilai NPV = 0, tarif handling general
cargo dengan Discount rate 10% untuk alternatif penggunaan 100% kapasitas terminal adalah
sebesar IDR 31.282 pada tahun 2020. Untuk Nilai NPV > 0, ditentukan tarif handling general
cargo Skenario Pengadaan Real dan Skenario Pengadaan Total untuk alternatif penggunaan
100% kapasitas terminal adalah sebesar IDR 100.000 pada tahun 2020. Dari penentuan tarif
agar nilai NPV > 0, didapatkan nilai BCR yang melebihi 1, bahkan ada yang mencapai angka
5, hal ini membuktikan bahwa dengan tarif yang telah ditentukan keuntungan yang didapat
akan sangat tinggi. Payback period dengan tarif IDR 100.000 pada tahun pertama adalah 6
tahun. Sedangkan untuk internal rate of return (IRR) didapat 3,75% untuk kondisi skenario
pengadaan total.
Terdapat beberapa saran untuk perbaikan studi dengan topik serupa ke depannya, yaitu
perlunya dilakukan pencarian yang lebih rinci mengenai pola operasi terminal multipurpose
yang ditinjau, perlu diketahui sumber harga peralatan yang lebih akurat, referensi yang
diperoleh sebaiknya mengambil versi yang paling baru (jika tersedia), dan perlu dilakukan studi
lebih lanjut terkait pengangkutan menggunakan alat handling.

DAFTAR PUSTAKA

[1]
Badan Informasi Geospasial. (2014). Kebijakan Satu Peta. Jakarta.
[2]
Thoresen, C. A. (2014). Port Designer's Handbook 3rd Edition. London: Institutuion of
Civil Engineers (ICE) Publishing.
[3]
Agerschou, H. (2004). Planning and Design of Ports and Marine Terminals. London:
Thomas Telford Publishing.
[4]
Tsinker, Gregory P. (2004). Port Engineering – Planning, Constructionm Maintenance, and
Security. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
[5]
Blank, L. & Tarquin, A. (1998). Engineering Economy. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai