NAMA
NIM
: 2013320008
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
. 1
BAB II
PEMBAHASAN
. 3
-
BAB III
KESIMPULAN
.... 6
PENUTUP
. 6
SARAN
.. 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan layanan jasa.
Utamanya pelabuhan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh,
naik/turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagi tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Sedangkan jasa usaha pelabuhanan memiliki arti segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya
dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan, ketertiban arus lalu lintas atau trafik (kapal, penumpang dan atau
barang), menjaga keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan atau
antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah.
Pengoperasian pelabuhan secara dasar meliputi 8 kegiatan jasa
kepelabuhan, mulai dari kolam pelabuhan sampai jasa-jasa penunjang
kepelabuhan. Pengoperasian tersebut mempunyai maksud : untuk
memperlancar perpindahan intra dan antar moda transportasi; sebagi pusat
kegiatan pelayanan transportasi laut; sebagi pusat distribusi dan konsolidasi
barang. Kedelapan fungsi dasar tersebut adalah :
1. Penyediaan kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas kapal dan
tempat berlabuh.
2. Pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan kapal-kapal
(pilotage) dan pemberian jasa kapal tunda.
3. Penyediaan dan pelayanan jasa dermaga untuk tambat/sandar, bongkar
muat muatan serta penyediaan fasilitas naik/turun penumpang.
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia merupakan negara maritim yang menjadi anggota
International Maritime Organization (IMO), suatu organisasi di bawah
naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebagai anggota, Indonesia harus
melaksanakan
semua
keputusannya,
termasuk
dalam
pengelolaan
membentuk
suatu
lembaga
yang
diberi
nama
United
National
pelabuhan
secara
efisien,
pengelolaan
kapal
dengan
untuk
bagaimana
mengejar
membangun
keuntungan
jaringan
sesaat
kapal
tanpa
pernah
antar-pelabuhan.
berpikir
Padahal
operasionalisasi kapal adalah untuk ketersediaan barang (the ship follow the
trade). Target untuk keuntungan sesaat ini berakibat tidak tumbuhnya
sentra-sentra
produksi
di
sepanjang
alur
laut
kepulauan
Indonesia.
Semestinya, salah satu peran angkutan laut nasional adalah sebagai pemicu
pertumbuhan ekonomi regional, nasional, maupun internasional. Juga, tidak
ada upaya bagaimana menciptakan saling interaksi dan interdepedensi
antar-pelabuhan, maupun tak ada upaya untuk mengelola pelabuhan secara
efisien.
Pengelolaan pelabuhan di Indonesia merujuk pada indikator pelayanan
UNCTAD, ternyata waktu kapal berproduksi (effective time) di pelabuhan
hanya berkisar antara 40-60 persen. Hal itu diukur berdasarkan tingkat
kepuasan pelanggan jasa pelabuhan (port users), yaitu menghitung waktu
sejak
kapal
tiba
hingga
kapal
meninggalkan
pelabuhan.
waktu istirahat makan 3 jam. Dalam kondisi ini, pelayanan jasa pelabuhan
diberikan sesuai jadwal sehingga kapal tidak dibebani biaya tambahan dan
jadwal
trayek
dapat
dipenuhi.
(2) Puas (good service), yakni apabila waktu kerja efektif mencapai 80
persen dengan penggunaan waktu kerja produktif 18 jam dan waktu istirahat
makan dan pergantian shift 6 jam. Kondisi ini tidak terlalu berpengaruh
terhadap
extra-cost.
(3) Tidak puas (bad service), yakni apabila waktu kerja efektif mencapai 70
persen, penggunaan waktu kerja produktif hanya 14 jam. Ketidakpuasan
pengguna jasa pelabuhan terjadi karena ada biaya tambahan dan jadwal
kapal
ke
pelabuhan
lain
terganggu.
(4) Sangat tidak puas (poor service), yakni apabila waktu kerja efektif hanya
60 persen dan penggunaan waktu kerja produktif hanya 10-13 jam. Hal ini
berakibat besarnya biaya tambahan yang dikeluarkan operator kapal dan
terganggunya
trayek
berikutnya.
mencapai
90
persen.
Sebagai dampak dari mutu pelayanan jasa pelabuhan maka ongkos angkut
barang (freight) dengan kapal dari/ke Indonesia menjadi mahal. Apalagi
kapal-kapal yang dioperasikan merupakan kapal tua. Faktor lainnya adalah
alat bongkar muat yang sering macet, hasil kerja yang rendah, ada
kerusakan
barang
yang
berakibat
terjadinya
klaim.
pihak
pengelola
pelabuhan,
untuk
memudahkan
penyusunan
pengelolaan
pelabuhan
Indonesia
memiliki
pelabuhan
yang
624
unit
pelabuhan
umum
yang
tidak
diusahakan,
yang
angkutan laut nasional dan pelabuhan. Dari kompilasi data arus kapal dan
barang di PT Pelindo ternyata konsentrasi kegiatan kapal dan barang terjadi
di Pelsus dengan berbagai komoditi. Di Pelindo I hampir 80 persen kegiatan
terpusat di Pelsus. Sedangkan di Pelindo II 50 persen, Pelindo III hampir 60
persen, dan Pelindo IV mencapai 70 persen. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kunjungan kapal dan arus barang lebih dominan ke
Pelsus dibandingkan ke pelabuhan umum yang mengakibatkan pelabuhan
umum merugi. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk menata
kembali sistem kepelabuhanan dan angkutan laut nasional.
BAB III
PENUTUP
Tingkat pencapaian pelayanan kegiatan atau atribut kerja dalam kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
http://kliklaut.blogspot.co.id/2014/12/manajemen-mutu-pada-pelabuhandalam.html
http://bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/6.costof-quality-revisi2.pdf