Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGETAHUAN MARINE CARGO

DISUSUN OLEH :
IRHAM ROZI’I
21A303005002

ANALISIS FASILITAS BONGKAR MUAT PETI


KEMAS DI DERMAGA PELABUHAN INDONESIA
ITL – TRISAKTI
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1,1 Latar Belakang
Peran angkutan laut sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi,

pemerintahan, pertahanan, keamanan, dan lain sebagainya di wilayah kepulauan

seperti negara Indonesia. Kelebihan angkutan laut dibandingkan moda

transportasi lain adalah angkutan barang melalui laut sangat efisien dibandingkan

moda angkutan darat dan udara. Kapal mempunyai daya angkut yang jauh lebih

besar daripada moda transportasi lain. Hampir semua barang impor, ekspor, dan

muatan lain dalam jumlah yang besar diangkut dengan menggunakan kapal laut,

walaupun diantara tempat-tempat dimana pengangkutan dilakukan terdapat

fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara. Hal ini mengingat

bahwa kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar daripada sarana

angkutan lainnya. Sebagai contoh pengangkutan minyak yang mencapai puluhan

bahkan ribuan ton, apabila harus diangkut dengan truk tangki diperlukan ribuan

kendaraan dan tenagakerja. Misalnya kapal tanker 10.000 DWT bisa mengangkut

minyak 10.000 ton atau sekitar 12.000.000 liter atau setara dengan 1000 truk

gandeng dengan kapasitas 12.000 liter (Triatmodjo, 2009). Dengan demikian

untuk muatan dalam jumlah besar, angkutan dengan kapal akan memerlukan

tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya lebih murah. Selain itu untuk angkutan

barang antar pulau atau negara, kapal merupakan satu-satunya sarana yang paling

sesuai.

Pelabuhan merupakan suatu simpul system trasportasi laut dan darat,

karena sifatnya sebagai tempat peralihan moda angkutan, maka pelabuhan harus
disambung dengan sistem darat dan dilengkapi dengan berbagai macam

kemudahan, antara lain tempat yang aman untuk berlabuhnya kapal, pelayanan

kapal selama berlabuh dan ketika akan melanjutkan pelayaran, jasa terminal

untuk muatan dalam proses peralihan dari kapal ke angkutan darat.

Untuk mendukung sarana angkutan laut diperlukan prasarana berupa

pelabuhan. Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu

wilayah atau negara dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau

atau bahkan antar negara, benua dan bangsa. Pelabuhan menjadi simpul penting

dalam arus perdagangan dan distribusi barang di Indonesia maupun di dunia.

Delapan puluh lima persen (85%) perdagangan dunia melalui jalur laut, sementara

perdagangan di Indonesia 90% melalui jalur laut (Arianto Patunru et.al, 2007).

Pelabuhan merupakan tempat berlabuh kapal untuk melakukan berbagai kegiatan

seperti menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian

bahan bakar dan air bersih, dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan pelayanan

pelabuhan yang baik pada kegiatan-kegiatan tersebut. Pelayanan yang baik

merupakan pelayanan yang aman dan efisien terhadap pengguna pelabuhan dan

membutuhkan kinerja yang baik dalam pelayanan pelabuhan. Pelayanan yang

buruk dari pelabuhan akan berdampak besar bagi kegiatan perdagangan dan

distribusi barang di Indonesia. Dengan fungsinya tersebut maka pembangunan

pelabuhan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara sosial ekonomi

maupun secara teknik.

Salah satu pelabuhan Indonesia adalah PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang

Balikpapan, yang ada di kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Pelabuhan

ini melakukan kegiatan-kegiatan seperti bonkar muat peti kemas, penumpukan


peti kemas, Receiving atau Delivery (Penerimaan dan Pengiriman) peti kemas dan

kegiatan penunjang lainnya. Sebagai informasi tambahan, saat ini sebagian besar

barang yang diangkut melalui kapal laut dilakukan menggunakan peti kemas, baik

itu kegiatan peti kemas ekspor impor maupun untuk kegiatan peti kemas antar

pulau.

Pelayanan merupakan unsur yang sangat penting di dunia usaha

meningkatkan kepuasan pengguna jasa. Pada dasarnya posisi pelayanan ini

merupakan faktor pendukung terhadap aktivitas penggunaan jasa PT Pelabuhan

Indonesia IV Cabang Balikpapan. Jika pelayanan yang diberikan memenuhi

permintaan pengguna jasa, maka pengguna jasa akan merasa puas. Pelanggan

yang merasa tidak puas terhadap kualitas atau pelayanan yang diberikan, dengan

sendirinnya akan menceritakan kepada orang lain sebagai komplain atas ketidak

puasanya. Oleh karena itu pengukuran kepuasan akan pelayanan yang diberikan

oleh PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Balikpapan, pada masyarakat harus

selalu dilakukan untuk mengetahui dan merencanakan strategi yang lebih baik

dimasa mendatang dan lebih meningkatkan kulitas pelayanannya agar dapat

memenuhi keinginan dan kebutuhan pengguna jasa serta untuk

meminimalisasikan masalah.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Pelabuhan

Pelabuhan adalah (Triatmodjo, 2009; 3) suatu pintu gerbang untuk masuk

ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar

pulau, bahkan antar negara. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.17

Tahun 2008 Pasal 1 ayat (14) Tentang Pelayaran inilah Pelabuhan adalah tempat

yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai

kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang di pergunakan sebagai

tempat kapal bersandar, naik turun penumpang dan bongkat muat barang, berupa

terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat

perpindahan intra dan antar moda trasportasi.

Ditinjau dari sistem trasportasi secara keseluruhan pelabuhan laut adalah

terminal yaitu titik pertemuan penumpang dan barang masuk dan keluar dari

sistem yang merupakan satu komponen fungsi utama sistem transportasi.

Sehingga pelabuhan adalah bagian dari sistem trasnportasi yang tidak dapat

dipisahkan. (Manhiem, 1979)

2.2 Peti Kemas

Peti kemas adalah kotak besar dari berbagai ukuran dan terbuat dari

berbagai jenis bahan pembangunan yang kegunaannya untuk pengangkutan

barang-barang baik melalui darat, laut maupun udara. Pada mulanya peti kemas

dibangun dari berbagai macam ukuran yang saling tidak seragam, dan belakangan

baru diterapkan oleh “International Standard Organization” disingkat ISO, hal-hal

yang berkaitan dengan ukuran-ukuran, definisi-definisi, jenis-jenis dan lain

sebagainya sehingga timbulah keseragaman dalam penggunaan peti kemas


diseluruh dunia. Peti kemas ialah peti-peti besar dimana didalamnya di isi dengan

muatan digudang eksportir yang disaksikan oleh pihak bea cukai dan diangkut

oleh trailer yang dinamakan container chasis menuju terminal pelabuhan lalu

dimuat ke kapal. Dari difinisi diatas bahwa peti kemas adalah peti yang berbentuk

kotak yang khusus untuk mengangkut muatan yang dapat disimpan dalam jumlah

yang besar dan aman dari segala cuaca. Peti kemas (container) adalah suatu

kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai

berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan

yang ada di dalamnya. (Suyono 2005)

Filosofi di balik peti kemas adalah membungkus atau membawa muatan

dalam peti-peti yang sama dan membuat semua kendaraan dapat mengangkutnya

sebagai satu kesatuan, baik kendaraan itu berupa kapal laut, kereta api truk atau

bila mungkin dari pintu ke pintu ke pintu (door to door). (Suyono, 2005).

Menurut (Lasse, 2012) peti kemas adalah sebagai media kotak menyimpan

barang; sebagaian mengatakan bahwa peti kemas adalah gudang yang dapat

diangkut, di jadikan alat angkut bersifat permanen, kuat dapat digunakan berulang

kali, dirancang khusus untuk mudah diangkut berbagai moda transportasi secara

aman, setidaknya ada lima alasan mengapa pihak-pihak berkepentingan

menggunakan peti kemas yaitu :

a. Sebagai alat angkut yang kuat, tidak mudah rusak.

b. Dapat digunakan berulang kali.

c. Sesuai untuk diangkut dengan berbagai moda transportasi.

d. Keamanan barang lebih terjamin.


e. Kegiatan bongkar muat berlangsung cepat atau dengan kata lain, angkutan

barang menggunakan peti kemas berjalan aman, cepat lanacar, dan efisien.

2.3 Peralatan Bongkar Muat

Menurut Iswanto, (2016) Peralatan yang digunakan dalam kegiatan

bongkar muat akan ditentukan oleh barang apa yang akan dibongkar dalam

kondisi bagaimana barang itu saat akan dibongkar. Ada 3 kategori alat yang

digunakan menurut kepentingan yaitu:

1. Untuk Peralatan bongkar muat Peti kemas Jenis peralatan untuk kegiatan

bongkar muat peti kemas khususnya diterminal peti kemas meliputi Ship

to shore (STS) Container Crane (CC), Rail Mounted Gantry Crane

(RMGC) RTG, Reach stacker, Top Loader, Mobile Crane, side loader,

HMC, Head Truck dll

2. Untuk Peralatan bongkar muat General Cargo Jenis peralatan yang

digunakan dalam bongkar muat General Cargo meliputi : Kran

Darat/Mobile Crane, Kran Apung/ Barge Crane Tongkang bararng,

Tongkang Air/BBM, Forklift, Truck Tronton, Mabile Truck, Kereta

dorong (Hand Truck/ Gerobag dorong (platform), Alat Pemadam

Kebakaran

3. Untuk Peralatan Bongkar Muat Muatan Cura Jenis peralatan yang

digunakan dalam bongkar muat muatan curah Hopper, Conveyor Dari

jenis peralatan masing masing kegiatan bongkar muat mempunyai

tambahan perlatan yang digunakan saat pengoperasian kegiatan bongkar

muat. Dalam membongkar barang kargo alat yang digunakan disamping

yang disebutkan diatas, masih diperlukan tambahan alat dalam aktifitasnya


seperti : Jala-jala lambung Kapal, Tali Baja, Tali rami manila, Jala-jala

baja, Jala-jala tali manila, Palet, demikian pula untuk pembongkaran

barang curah maupun container memerlukan tambahan peralatan menurut

kondisi dan keadaan yang terjadi.

4. Tenaga Kerja bongkar muat Dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat

dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat (TKBM) Pelaksanaan Bongkar

muat di Pelabuhan ini kebanyakan dilakukan secara terus menerus

sehingga untuk pelaksanaanya dengan gilir kerja (Shift) dengan 8 jam

kerja istirahat 1 jam kecuali jum’at 2 Jam dan realisasinya dengan

kelompok kerja (Gang). Untuk pembagian jumlah gang sebagaimana

diatur dalam Kepmenhub No KM 25 tahun 2002 tentang tarip dan regu

kerja ditentukan sebagai berikut :

5. Bongkar Muat Non Mekanis

a. Setevedoring 12 orang. Dibagi dengan Kepala regu kerja 1, 3

orang, tukang derek/pilot sejumlah 3 orang, dan anggota sejumlah

8 orang

b. Cargodoring 24 orang. Dibagi dengan kepala regu 2 orang dan

anggota berjumlah 22 orang

c. Receiving /delivery 12 orang. Dibagi dengan 1 kepala regu dan 11

orang anggota. Demikian pula untuk bongkar dengan alat mekanis

dan dengan palet menggunakan sepesifikasi masing-masing.

Aktivitas bongkar muat tersebut juga diawasi oleh seorang

supervise masing-masing kegiatan seperti Chief Telly clerk,

foreman, telly clerk Mistry, Quay supervisor dan watcman.


6. Kapal Peti Kemas

kontainerisasi merupakan revolusi yang membawa perubahan radikal

dalam sistem transportasi global. Perubahan terjadi pada pola perdagangan, rute

pelayaran, desain dan ukuran kapal, peralatan bongkar-muat, teknologi pelabuhan,

bahkan prosedur kepabeanan. Perubahan tersebut didasarkan pada kehendak

pemilik barang yang di kirim mengirim serta menerima barang tepat waktu atau

bahkan lebih cepat, sedangkan perusahaan membangun kapal yang lebih besar

volume angkutnya dan waktu tempuh pelayaran semakin cepat. Pengaruh

perubahan dirasakan pengelola pelabuhan yakni terhadap penyediaan fasilitas dan

peralatan pelabuhan, termasuk sistem manajemen terminal-terminal di perusahaan

pelabuhan. Pelabuhan begitu juga diadakan kajian atas beberapa terinal yang baik

dikembangkan untuk melayani peti kemas, lalu dilengkapi shore crane.

Prinsipnya dilakukan.

Selanjutnya dikatakan bahwa waktu pelayanan kapal selama berada di

pelabuhan mempengaruhi kinerja pelabuhan yang dapat digunakan untuk

mengetahui tingkat pelayanan pelabuhan kepada pengguna pelabuhan. Waktu

pelayanan kapal dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pada waktu kapal

berada di perairan dan ketika kapal bersandar di tambatan. Komponen waktu

pelayanan kapal di perairan yaitu waiting time (waktu tunggu), approch time

(waktu antara), dan postpone time (waktu tertunda). Komponen waktu kapal

bersandar ditambatan atau berthing time yaitu not operating time (waktu tidak

bekerja) dan berth working time (waktu kerja di dermaga) yang terdiri dari iddle

time (waktu bekerja dengan pelan) dan effective time (waktu kerja efektif).

(Triatmodjo, 2009).
Indikator kinerja terminal digunakan untuk mengetahui sejauh mana fasilitas

dermaga dan sarana penunjang dimanfaatkan secara intensif. Indikator kinerja pelabuhan

terdiri dari beberapa parameter yaitu jenis barang yang ditangani, ukuran kapal,

produktivitas bongkar muat, jumlah gang yang bekerja, jam kerja, panjang dermaga, dan

hari kerja. Kinerja terminal ditunjukan oleh berth occupancy ratio (BOR) atau tingkat

pemakaian dermaga, yaitu perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap dermaga

yang tersedia dengan jumlah waktu yang tersedia selama satu periode (bulan/tahun) yang

dinyatakan dalam persentase. Berth throughput (BTP) atau daya lalu dermaga adalah

jumlah ton untuk barang dan TEUs untuk peti kemas dalam satu periode yang melewati

tiap meter panjang tambatan yang tersedia. Container yard occupancy ratio (CYOR)

perhitungan nilai lapangan penumpukan berdasarkan kapasitas container yard yang

tersedia dinyatakan dalam persen. Utilitas alat atau tingkat pemakaian alat merupakan

jumlah peti kemas (TEUs) dalam satu periode yang melewati dermaga dan dapat dilayani

oleh alat bongkar muat. (Supriyono, 2010).


BAB III
PEMBAHASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Pada umumnya mengenai permasalahan dalam pengoperasian kontainer


khususnya dalam pengawasan kegiatan bongkar muat yaitu sering timbulnya idle time.
Pengawasan (controlling) sumber daya manusia merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mengendalikan pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang dilakukan seseorang, agar
proses pekerjaan tersebut sesuai dengan hasil yang diinginkan (Kadarisman, 2012 :
171). Pengertian Pengawasan Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang sangat
berkaitan erat dengan pencapaian tujuan organisasi, sehingga pengawasan dalam organisasi
apapun menjadi mutlak dilakukan.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Torar, yang mengatakan bahwa:
“Dalam rangka pencapaian tujuan suatu organisasi, termasuk negara sebagai organisasi
kekuasaan terbesar seyogyanya menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari:
perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), memberi dorongan (actuating), dan pengawasan
(controlling)” (Torar, 2019:5). Menurutnya, pengawasan sebagai upaya kontrol birokrasi
ataupun organisasi harus dilaksanakan dengan baik, karena: “Apabila tidak
dilaksanakan, cepat atau lambat akan mengakibatkan mati/hancurnya suatu organisasi
atau birokrasi
itu sendiri” (Torar, 2019:5). Proses pengawasan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Mengukur hasil/prestasi yang dicapai.
b. Membandingkan hasil yang dicapai dengan hasil yang diinginkan (standar) dan
mencari penyimpangan, kalau ada.
c. Memperbaiki penyimpangan tersebut Suatu organisasi akan berjalan terus dan
semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan
guna
mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi
pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi.

Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya, adalah berbagai
perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti
munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb.
Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada
barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan
kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya


mengenai fungsi controlling atau pengawasan pelaksanaan bongkar muat kontainer untuk
upaya pengurangan idle time pada PT Prima Nur Panurjwan Jakarta, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa dengan meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan
kinerja bongkar dan muat kontainer supaya tidak terjadi adanya waktu yang terbuang (idle
time). Melakukan pengawasan kinerja alat dan pemerikasaan serta perbaikan terhadap alat
bongkar dan muat yaitu alat container crane sehingga pada saat digunakan untuk
kegiatan bongkar muat tidak mengalami kerusakan yang berakibat terjadinyaa idle time
dan juga berdampak pada produktivitas bongkar muat. Saran terkait dari beberapa bentuk
permasalahan yang ada, perusahaan setiap bulannya mengadakan apel komando dengan
tujuan untuk memberi motivasi dan pengarahan supaya karyawan dapat bekerja dengan
giat dan tepat waktu. Sehingga menambah kreatifitas kinerja dan dapat meningkatkan hasil
yang maksimal dan menghasilkan pelayanan yang baik dengan menjadikan setiap langkah
perusahaan maju dan terus berinovasi kepada negeri Hasil penelitian yang
dilakukan peneliti saat ini menjelaskan proses pelaksanaan bongkar muat kontainer yang
diharapkan dapat memberikan rekomendasi manfaat bagi kemajuan dan perkembangan
perusahaan di masa yang akan datang. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan yang bermanfaat dalam mengambil kebijakan manajemen PT Prima Nur
Panurjwan Jakarta serta masalah apapun yang menjadi kendala ketika pelaksanaan
bongkar muat diatas, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan dalam
pengimplementasian kebijakan dan peraturan perusahaan tentang fungsi pengawasan
dalam pelaksanaan bongkar muat kontainer yang efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai