Kekuatan suatu struktur desain material sangat dipengaruhi oleh sifat fisik
materialnya oleh Karena itu diperlukan pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
tersebut. Salah satunya adalah pengujian tarik (Tensile test). Dalam dunia
manufaktur pengetahuan tentang sifat-sifat fisik suatu bebab sangat penting
khususnya dalam mendesain dan menentukan proses manufakturnya. Pengujian
tarik merupakan jenis pengujian material yang paling banyak dilakukan Karena
mampu memberikan informasi representative dari perilaku mekanik material.
Pengujian tarik sangat simple, relative murah dan sangat memenuhi standar. Pada
dasarnya pecobaan tarik ini dilakukan untuk menentukan respons material pada saat
dikenakan beban atau deformasi dari luar (gaya-gaya yang diberikan dari luar yang
dapat menyebabkan suatu material mengalami perubahan struktur, yang terjadi
dalam kisi Kristal material tersebut). Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh
perilaku inheren, yaitu yang lebih merupakan ketergantungan atas fenomena
atomic maupun mikroskopik dan bukan dipengaruhi bentuk dan ukuran benda uji.
Prinsip pengujian ini yaitu sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk
tertentu diberi bebangaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara continue pada
kedia ujung specimen tarik hingga putus, bersamaan dengan tiu dilakukan
pengamatan mengenai perpanjangan yang dialami benda uji. tegangan yang
dipergunakan pada kurva adalah tangangan membujur rata-rata dari pengujian tarik.
Pada specimen panjang bagian tengahnya biasanya lebih kecil luas penampangnya
dibandingkan keda ujungnya adar patahan terjadi pada bagian tengah. Panjang ukur
(gauge length) adalah daerah dibagian tengah dimana elongasi diukur atau alat
extensometer diletakkan untuk pengukuran data yang diukur secara manual, yakni
diameter specimen. • Luas penampang A, dan data yang terekam dari mesin tarik,
berupa beban F yang diberikan (load cell) dan strain ε (extensometer), direduksi
menjadi kurva tegangan-tegangan dimana:
σ Tarik ( MPa)
f (MPa)
E’
D Kekuatan Tarik
E
Patah f (MPa)
σ Tarik ( MPa)
Daerah elastis MUTU TINGGI
B Daerah Perkuatan Regangan
A C
Titik Leleh
MUTU
RENDAH
0 ε ( %)
0 ε ( %)
Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan
dengan metode Rockwell.
HR = E - e
Dimana :
F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)
F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm
E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang
untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell skala
dan range uji dalam skala Rockwell.
Tabel 1 Rockwell Hardness Scales
F0 F1 F
Scale Indentor E
(kgf) (kgf) (kgf) Jenis Material Uji
A Diamond cone 10 50 60 100 Exremely hard materials, tugsen carbides, dll
B 1/16" steel ball 10 90 100 130 Medium hard materials, low dan medium
carbon steels, kuningan, perunggu, dll
C Diamond cone 10 140 150 100 Hardened steels, hardened and tempered
alloys
D Diamond cone 10 90 100 100 Annealed kuningan dan tembaga
E 1/8" steel ball 10 90 100 130 Berrylium copper,phosphor bronze, dll
F 1/16" steel ball 10 50 60 130 Alumunium sheet
G 1/16" steel ball 10 140 150 130 Cast iron, alumunium alloys
H 1/8" steel ball 10 50 60 130 Plastik dan soft metals seperti timah
K 1/8" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
L 1/4" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
M 1/4" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji kekerasan maka
kita harus memikirkan apa yang harus kita ketahui untuk menentukan metode uji
kekerasan yang digunakan, untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah ini
:
a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji
PROSEDUR UJI KEKERASAN
1.2. Standar
ASTM E10
ISO 6506
2.2. Standar
ASTM E 384 – Rentang micro (10g – 1000g)
ASTM E 92 – Rentang macro (1kg – 100kg)
ISO 6507 – Rentang micro dan macro
Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid
loading). Agar dapat memahami uji impak terlebih dahulu mengamati fenomena
yang terjadi terhadap kapal titanik yang berada pada suhu rendah ditengah laut,
sehingga menyebabkan materialnya menjadi getas dan mudah patah. Disebabkan
laut memiliki banyak beban (tekanan) dari arah manapun. Kemudian kapal
tersebut menabrak gunung es, sehingga tegangan yang telah terkonsentrasi
disebabkan pembebanan sebelum sehingga menyebabkan kapal tersebut terbelah
dua
2. Patah Ulet
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan pada
material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retakakan berhenti. Patah ulet
ini ditandai dengan penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang cukup
besar di sekitar patahan, sehingga permukaan patahan nampak kasar, berserabut
(fibrous), dan berwarna kelabu. Selain itu komposisi material juga mempengaruhi
jenis patahan yang dihasilkan, jadi bukan karena pengaruh beban saja. Biasanya
patah ulet terjadi pada material berstruktur bainit yang merupakan baja dengan
kandungan karbon rendah (duta, 2011).
Ciri-cirinya :
a. Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial
b. Tempo terjadinya patah lebih lama.
c. Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban
d. Permukaan patahannya terdapat garis-
garis benang serabut (fibrosa), berserat,
menyerap cahaya, danpenampilannya buram.
E. Ketangguhan Bahan
Ketangguhan suatu bahan adalah kemampuan suatu bahan material untuk menyerap
energi pada daerah plastis atau ketahanan bahan terhadap beban tumbukan atau
kejutan. Penyebab ketangguhan bahan adalah pencampuran antara satu bahan
dengan bahan lainnya. Misalnya baja di campur karbon akan lebih tangguh
dibandingkan dengan baja murni. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
ketangguhan bahan adalah :
1. Bentuk takikan
Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena adanya
perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing takikan tersebut
yang mengakibatkan energi impak yang dimilikinya berbeda-beda pula. Ada
beberapa jenis takikan berdasarkan kategori masing-masing. Berikut ini adalah
urutan energi impak yang dimiliki oleh suatu bahan berdasarkan bentuk
takikannya. Takikan dibagi menjadi beberapa macam antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Takikan segitiga
Memiliki energi impak yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini
disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik saja,
yaitu pada ujung takikan.
2. Beban
Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impak semakin kecil yang
dibutuhkan untuk mematahkan specimen, dan demikianpun sebaliknya. Hal ini
diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh
gaya yang sangat besar.
3. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari spesimen, maka ketangguhannya semakin tinggi
dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan
temperatur yang lebih rendah. Namun temperatur memiliki batas tertentu dimana
ketangguhan akan berkurang dengan sendirinya.