BAB I
PENDAHULUAN
PT. Kresna Duta Agroindo - Muara Wahau Mill terletak di Desa Suka
Maju, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Timur. Berjarak ± 10 jam perjalanan darat dari ibu kota provinsi Kalimantan
Timur, Samarinda. Keadaan wilayah PT. Kresna Duta Agroindo berupa daerah
dataran tinggi, sehingga sangat cocok untuk pengembangan budidaya perkebunan
kelapa sawit. Penduduk yang mendiami daerah disekitar PT. Muara Wahau yaitu
penduduk asli dari daerah tersebut dan penduduk pendatang (transmigrasi) yang
berasal dari pulau Jawa, Sulawesi dan lainnya.
PKS Muara Wahau Mill merupakan salah satu pabrik di jajaran PSM 3,
Region Kalimantan Timur 1 dibawah naungan PT. Kresna Duta Agroindo yang
merupakan pabrik kedua setelah PKS Gunung Kombeng yang berada di Desa
Suka Maju, Kabupaten Kutai Timur. Lokasi PKS Muara Wahau berada di Desa
Suka Maju, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur. Pabrik ini
diresmikan pada 6 Agustus tahun 2005 oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM
Republik Indonesia ” Suryadharma Ali ”. Adapun kontraktor yang melakukan
pekerjaan pembangunan PKS Muara Wahau adalah PT. Modern Widya
Technical.
Dibawah naungan PT. Kresna Duta Agroindo PKS Muara Wahau telah
memperoleh Sertifikat RSPO, ISPO, ISO, dan ISCC (International Sustainability
and Carbon Certified) seperti pada 20 Juli 2012 dengan nomor : EU-ISCC-Cert-
D104-07781204 Reg.Number : 1516.
Misi
Secara efisien, kita menyediakan produk, solusi, serta layanan agribisnis dan
konsumen, yang berkualitas tinggi serta berkelanjutan, guna menciptakan nilai
tambah bagi para pemangku kepentingan kami.
1.5.2 Waktu
BAB II
TATA LETAK PABRIK, ORGANISASI DAN
SEGI EKONOMIS PERUSAHAAN
Tata letak pabrik Muara Wahau Mill dapat dilihat seperti gambar 2.2. Dari
gambar keseluruhan PT. Kresna Duta Agroindo akan dijelaskan tata letak
Critical Control Point di Muara Wahau Mill.
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Pabrik PT. Kresna Duta Agroindo – Muara Wahau Mill
Anggota Satpam
Factory Manager
- Tugas : memimpin pabrik kelapa sawit.
- Tanggung jawab : memberi laporan dan menjelaskan setiap proses yang
terjadi di PKS kepada PC (Production Control).
Assisten kepala (Askep)
- Tugas : memimpin semua stasiun yang ada di PKS serta memimpin
bagian maintenance dan repaired.
- Tanggung jawab : bertanggung jawab pada jalannya proses-proses yang
terjadi di PKS.
Kepala Tata Usaha (KTU)
- Tugas : menangani semua proses administrasi yang terjadi di PKS.
- Tanggung jawab : melaporkan semua administrasi kepada management.
Assisten Proses
- Tugas : membantu dan mengawasi jalannya proses produksi.
- Tanggung jawab : melaporkan semua proses produksi yang terjadi kepada
askep dan manager
Assisten Laboratorium
- Tugas : mengawasi proses analisis pada output berupa produk dan limbah
- Tanggung jawab : melaporkan hasil analisis kepada askep dan manager
Assisten K3
- Tugas : Pengawas dan pelaksana K3 yang diterapkan
- Tanggung jawab : memastikan penggunaan peralatan K3 diterapkan
dengan baik.
1. KTU
- Menyetujui dan menadatangani SPL dan daftar lembur karyawan Kantor.
- Membuat laporan keuangan bulanan atau melakukan tahapan proses tutup
buku bulanan sesuai kebijakan dan pedoman akuntansi perusahaan yang telah
ditetapkan.
- Membuat laporan operasional lain di luar laporan SAP yang telah ditetapkan,
termasuk laporan mutasi (penambahan atau pengurangan karyawan) ke
Depnaker, Jamsostek, Dana Pensiun, maupun HRD Kantor Pusat.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Bahan
3.1.1 Bahan Utama
3.2.1.2 Grading
Buah yang di grading terbagi menjadi dua kelompok, yaitu buah normal
dan buah abnormal.
1) Buah normal terdiri dari:
a) Buah matang memuaskan, yaitu buah yang memiliki brondolam lepas
antara standar minimum sampai 50% brondolan lepas dari total
brondolan per janjang.
b) Buah mentah, yaitu buah yang memiliki brondolan lepas kurang dari 3
brondolan
c) Buah kurang matang, yaitu buah yang memiliki brondolan lepas lebih
dari 3 brondolan per janjang.
d) Buah terlalu matang, yaitu buah yang memiliki lebih dari 50%
brondolan lepas dari total brondolan per janjang.
e) Janjang kosong, yaitu buah yang semua brondolannya telah terlepas dari
janjangan sampai pada lapisan buah terdalam, walaupun masih ada
beberapa brondolan yang tersangkut di janjangan.
2) Buah abnormal terdiri dari:
a) Buah keras (Hard Bunch), yaitu buah dengan ciri-ciri berwarna hitam
dan tidak membrondol.
b) Buah banci merupakan janjangan yang mempunyai bunga jantan.
c) Buah parthenocarpic, yaitu lebih dari total brondolan dipermukaan
dengan ciri-ciri tidak berminyak dan tidak ada nut.
d) Buah putus, yaitu janjangan yang terputus secara alami.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.3. (a) Buah Mentah; (b) Buah terlalu matang; (c) Janjang kosong ;
(d) Buah tangkai panjang
Tabel 3.1. Data pengamatan waktu pengisian TBS ke lori dan persiapan
Waktu Total
No Kegiatan Lori
(menit) (menit
1 3.38
Pengisian lori di
1 2 4.10 11.83
loading ramp
3 4.35
Penarikan lori 1 1.52
dari loading 2 1.70
2 5.17
ramp ke transfer
3 1.95
carriage
Mentransfer lori 1 0.93
3 di transfer 2 0.68 2.48
carriage 3 0.86
1
Penarikan lori ke
4 2 5.83 5.83
depan rebusan
3
Total waktu (menit) 25.31
Dari tabel 3.1, dapat diketahui total waktu yang digunakan dari pengisian
lori sampai dengan lori berada di depan rebusan yaitu selama 25,31 menit.
TBS yang telah berada di dalam lori akan direbus selama 80-90 menit
menggunakan steam (uap) pada tekanan dan suhu yang tinggi didalam bejana
bertekanan yang disebut sterilizer. Di PKS Muara Wahau Mill ini menggunakan
4 buah sterilizer dengan kapasitas 3 lori untuk setiap sterilizer dan setiap lori
memiliki kapasitas 10-12 ton TBS. Tujuan dari proses perebusan adalah sebagai
berikut :
1. Menonaktifkan enzim lipase yang dapat merusak minyak dan menyebabkan
kenaikan asam lemak bebas atau FFA (Free Fatty Acid).
2. Melunakkan daging buah untuk memudahkan pemisahan daging buah
dengan nut di digester.
3. Memudahkan pelepasan brondolan dari janjangan sampai lapisan terdalam.
4. Mengurangi kadar air pada buah.
5. Meregangkan cangkang dengan kernel sehingga memudahkan pemisahan
cangkang dengan kernel pada proses selanjutnya
Proses perebusan di PKS Muara Wahau Mill menggunakan sistem tiga
peak (triple peak) dengan beberapa tahapan pemberian dan pengeluaran steam
dengan waktu yang telah diatursehingga diharapkan buah dapat masak merata
dan optimal. Untuk mengatur dan mengontrol sistem perebusan, sterilizer
dilengkapi dengan PLC (Program Logic Control) untuk mengontrol sistem
perebusan secara otomatis ataupun manual dan dilengkapi dengan recorder chart
untuk mencatat aktivitas selama siklus perebusan yang berupa tekanan dalam
satuan psi atau bar.
Sistem perebusan yang digunakan pada proses ini adalah sistem triple
peak atau sistem perebusan tiga puncak. Dimana puncak pertama dengan tekanan
1,3-1,5 bar yang bertujuan untuk membuang udara yang ada di dalam rebusan,
kemudian peak kedua dengan tekanan 2,2-2,5 bar yang bertujuan untuk
membuang udara yang masih tersisa dari pembuangan puncak pertama,
sedangkan puncak ketiga dengan tekanan 2,8-3 bar disertai waktu perebusan
untuk mematangkan buah. Lama waktu perebusan yang diamati pada grafik dan
tahapan-tahapan sistem perebusan tiga puncak beserta pembukaan valve (valve
inlet, valve condensate, valve exhaust) dapat dilihat pada table 3.2 dan 3.3.
Tabel 3.2. Data pengamatan waktu dan tekanan perebusan pada grafik
Perebusan Line A Perebusan Line B
No Pengamatan
Peak I Peak II Peak III Peak I Peak II Peak III
Waktu kenaikan grafik
1 8.90 10.40 13.20 7.65 10.55 13.91
(menit)
Waktu holding
2 - - 37.16 - - 38.08
(perebusan) (menit)
Waktu Penurunan
3 4.38 6.20 6.35 4.03 6.98 6.50
grafik (menit)
Tekanan Perebusan
4 1.44 2.48 2.82 1.51 2.41 2.82
(Bar)
Waktu perebusan (menit) 13.28 16.60 56.71 11.68 17.53 58.49
86.59 87.70
Waktu buka-tutup pintu
11.6 12.87
rebusan (menit)
Total Waktu 1 siklus
98.19 100.57
perebusan (menit)
1 O O S Deaeration peak I
2 O S S Inlet peak I
Peak I
3 O O S Blowdown Condeansate
4 S O O Blow up steam
5 O O S Deaeration peak II
Peak 6 O S S Inlet peak II
II 7 O O S Blowdown Condensate
8 S O O Blow up steam
9 O O S Deaeration peak III
10 O S S Inlet peak III
11 O O S Blowdown condensate
Peak 12 O S S Inlet peak III
III 13 O O S Blowdown condensate
14 O S S Inlet peak III
15 O O S Blowdown condensate
16 S O O Blow up steam
7. Kompresor
Berfungsi untuk mensuplai udara yang digunakan untuk membuka dan
menutup pneumatic actuator valve.
8. Recorder Chart
Berfungsi mencatat tekanan steam selama proses perebusan berlangsung dan
menampilkannya ke dalam bentuk grafik.
9. Pressure gauge
Berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui tekanan di dalam tabung
rebusan.
10. Safety Valve
Berfungsi sebagai katup pengaman saat tekanan dalam sterilizer berlebih (di
atas tekanan kerja), yaitu diatas 3,2 Bar. Ketika tekanan di dalam sterilizer
berlebih, safety valve akan otomatis membuka dan membuang kelebihan
steam.
11. Program Logic Control (PLC)
Berfungsi mengatur dan mengontrol sistem perebusan yang telah terprogram
dan dapat diatur secara manual maupun otomatis. PLC ini terdapat di dalam
panel kontrol sterilizer.
Stasiun thresher merupakan stasiun dimana buah yang telah dimasak dari
sterilizer akan melalui proses bantingan untuk melepaskan brondolan dari
janjangannya. Stasiun thresher terdiri dari beberapa peralatan atau mesin yang
saling berkaitan satu sama lain. Buah yang telah masak dan masih berada di
dalam lori akan ditransfer menuju ke tippler. Tippler akan menumpahkan buah
dari lori ke hopper tippler. Buah di hopper tippler akan diteruskan oleh bunch
conveyor menuju thresher. Di thresher, buah dibanting untuk memisahkan buah
dengan janjangannnya. Buah yang telah rontok dari janjangannya akan keluar
melalui kisi-kisi thresher dan jatuh ke below thresher conveyor dan diteruskan
oleh bottom cross conveyor ke fruit elevator menuju stasiun press. Sedangkan,
untuk janjangan kosong akan keluar dari thresher dan jatuh ke horizontal empty
bunch conveyor yang kemudian diteruskan ke inclined empty bunch conveyor
menuju penampungan sementara empty bunch area sebelum dikirimkan ke kebun
untuk dijadikan pupuk.
Tujuan dari proses thresher antara lain adalah sebagai berikut :
1) Mengeluarkan tandan buah hasil rebusan dari lori menggunakan tippler.
2) Memisahkan buah dari janjangannya.
3) Meminimalkan adanya USB (Unstripped Bunch) yaitu brondolan yang
masih tertinggal di janjangan
4) Mengontrol pengumpanan buah ke digester.
Peralatan yang digunakan di stasiun thresher antara lain sebagai berikut :
1. Capstan
Capstan ini digunakan untuk menarik lori keluar dari sterilizer hingga
sampai di jalur tippler.
2. Transfer Carriage
Transfer Carriage berfungsi memindahkan lori dari jalur sterilizer menuju
jalur penuangan tippler.
3. Tippler
Tippler merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk membalikkan lori dan
menuang buah ke bunch hooper. Saat pengoperasian tippler, untuk
melakukan pembalikan lori harus dilakukan perlahan-lahan agar tidak terjadi
tumpukan. Di PKS Muara wahau terdapat 2 buah tippler yang beroperasi
secara bersamaan. Waktu penuangan lori untuk masing-masing tippler dapat
dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5.
Dari tabel 3.4 dan 3.5 dapat diketahui total waktu penuangan lori pada
tippler line A dan tippler line B. Sedangkan untuk standar waktu penuangan
lori dapat dihitung dengan persamaan 3.2.
𝒌𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒍𝒐𝒓𝒊
𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒐𝒓𝒊 = …….(3.2)
𝒌𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒕𝒊𝒑𝒑𝒍𝒆𝒓/𝒍𝒊𝒏𝒆
𝟏𝟎 𝑻𝒐𝒏
= × 𝟔𝟎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕 = 𝟐𝟎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
𝟑𝟎 𝑻𝒐𝒏/𝒋𝒂𝒎
4. Auto Feeder
Auto feeder merupakan bagian dari hopper tippler berbentuk jari-jari yang
berputar dan digerakkan oleh elektromotor. Auto feeder berfungsi untuk
Fruit Elevator
Digester
Screw Press
Crude Oil Press Cake
3.2.5.3 Digester
Digester berfungsi untuk mencabik dan mengaduk brondolan sampai
homogen. Digester terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan pisau-pisau
pengaduk. Dilengkapi dengan temperature gauge untuk mengukur suhu di dalam
digester. Suhu kerja digester dijaga pada 90-95ºC.
Terdapat 5 buah stiring arm dan 1 set expeller arm. Stiring arm berbentuk
sepasang pisau berlengan panjang dan pendek yang berlawanan arah, disusun
dengan posisi terbalik dengan arah lengkungan pisau diatasnya. Dilengkapi
dengan buffle plate siku untuk memberikan efek pencabikan yang sempurna.
Terdapat chute sebagai pengatur umpan masuk ke dalam press. Pisau digerakkan
oleh electromotor dan terdapat steam injector yang berada di setiap sisi digester.
Vibrating Screen
Oil Sludge
Solid to
Oil Tank Sludge Vibrating
drain
Screen
Oil Purifier Tank (OPT) Sludge Tank
Fungsi dan tujuan dari stasiun nut dan kernel ini antara lain :
a. Memperoleh kernel produksi yang sesuai atau bahkan di atas standar.
b. Menjaga kualitas kernel produksi sesuai standar, yaitu:
%Broken kernel : ≤15%
%Moisture dalam limit 6% - 7%
%Dirty dalam limit 5% - 6%
c. Meminimalisir losses kernel.
Untuk mencapai tujuan tersebut, nut akan diolah di stasiun nut dan kernel
dengan alur proses pada gambar 3.9.
Proses awal dari stasiun ini yaitu memisahkan nut dari fibre, gumpalan
press cake dari stasiun press dibawa oleh CBC menuju ke depericarper.
Depericarper akan memisahkan nut dengan fibre menggunakan hisapan angin.
Fibre yang memiliki berat jenis lebih ringan akan terhisap menuju ke fibre
cyclone. Sedangkan nut yang memiliki berat jenis lebih berat akan terjatuh ke nut
polishing drum. Setelah fiber yang masih melekat pada nut terpisah, nut
selanjutnya dibawa menuju destoner untuk memisahkan nut dari batu dan besi.
Kemudian nut di transfer menuju nut hopper untuk diumpankan ke ripple mill.
Nut akan dipecahkan cangkangnya di ripple mill. Campuran kernel dengan
cangkangnya ini kemudian di transfer ke LTDS 1 dan LTDS 2 untuk dipisahkan
cangkang dan kernel nya. Cangkang akan diteruskan ke boiler sebagai bahan
bakar, sedangkan kernel dan cangkang yang masih belum terpisah di LTDS akan
kembali dipisahkan pada claybath dengan berdasar pada massa jenis dengan
menggunakan media larutan kalsium karbonat CaCO3.
3.2.7.3 Destoner
Destoner ini berfungsi memisahkan nut dengan kotoran yang terikut
bersama nut misalnya batu, besi, dan partikel berat lainnya agar tidak terikut ke
ripple mill. Disini nut akan dihisap dan di transfer ke nut hopper.
tenggelam. Berat jenis larutan CaCO3 yang baik, yaitu 1,14 karena nilai ini
berada diantara berat jenis cangkang dan berat jenis kernel.
1) Sasaran
Memastikan sampel yang akan dianalisa merupakan sampel yang
representatif (dapat mewakili)
2) Frekuensi
Sampel pertama harus diambil 2 jam pertama setelah proses dimulai
dan sampel terakhir 2 jam sebelum proses berhenti
Apabila waktu pengambilan sampel bersamaan dengan jam overshift
karyawan laboratorium, maka shift yang baru masuk (shift pengganti)
wajib untuk mengambil sampel pada jam tersebut. Dan diberikan
waktu toleransi waktu maksimal 15 menit untuk persiapan.
Pengambilan terakhir sebelum overshift tetapdiambil oleh shift tersebut
dan masuk sebagai sampel shift tersebut.
Apabila pengolahan pendek < 3 jam (jika terjadi kerusakan mesin),
sehingga sampel belum dapat diambil maka data losses dan mutu
produksi diambil dari data month to date bulan tersebut
Apabila pengolahan lanjut mencapai overshift pukul 07.00 maka
dianggap stop proses pada pukul 07.00 WIB
4) Metode Quartering
a. Jumlah Sampel Quartering
Jumlah sampel yang diquartering minimal 3 sampel per shift, bila
shift pagi kurang dari 3 sampel, maka sampel digabung ke shift malam
dan begitu pula jika shift malam kurag dari 3 sampel berdasarkan hasil
estimasi buah di PKS maka sampel dapat digabung ke shift pagi pada
hari yang sama.
1. Analisa Alkalinity
Tujuan : Untuk mengetahui alkalinitas dalam air
Bahan : Air boiler, air feed tank, air softener 1 & 2, indikator
phenophthalein, indikator metil orange, larutan H2SO4 0.02 N
Alat bantu : Erlenmeyer 250 ml, buret.
Prosedur :
P. Alkalinity
Bilas erlenmeyer dengan sampel yang akan dianalisa
Masukkan 10, 25 atau 50 ml air sampel kedalam erlenmeyer (volume
sampel tergantung dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
Tambahkan 2-3 tetes indicator phenolphtalein
Jika larutan tidak berwarna merah, maka P. Alkalinity (sebagai ppm
CaCO3) = 0 ppm
Jika larutan berwarna merah, titrasi dengan larutan asam sulfat (H2SO4
0.02 N) hingga warna merah hilang
Catat ml titrasi larutan H2SO4 tersebut
Skala buret (titran) H2SO4 tersebut tidak perlu di nolkan kembali.
Gunakan sampel yang sama untuk analisa M. Alkalinity
Perhitungan :
P. alkalinity sebagai ppm CaCO3) = ml titran x A
Catatan :
A ; Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan
kimia di mill tersebut
M. Alkalinity
Tambahkan 2-5 tetes Methyl Orange Indicator, larutan akan berubah
menjadi biru
Titrasi dengan larutan H2SO4 hingga berubah warna menjadi
kekuningan (tepat berubah warna)
Catat ml titrasi larutan H2SO4 tersebut (termasuk jumlah larutan yang
digunakan untuk titrasi P. Alkalinity di atas)
Perhitungan :
M. alkalinity (sebagai ppm CaCO3) = ml titran x B
Catatan :
B ; Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan
kimia di mill tersebut
OH. Alkalinity
OH. Alkalinity (sebagai ppm CaCO3) = 2 x (P. Alkalinity) – M. Alkalinity
2. pH
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat keasaman pada air
Bahan : Raw water, Air boiler, air feed tank, air softener 1 & 2
3. TDS
Tujuan : Untuk menentukan jumlah padatan terlarut dalam air
Bahan : Air boiler, air feed tank, air softener 1 & 2
Alat : TDS meter, gelas kimia 250 ml.
Prosedur :
Putar switch range ke arah skala yang diharapkan, bila range sampel
tidak diketahui mulailah atur switch range pada skala yang paling besar
Bilas cell cup dengan sampel yang akan dianalisa sebanyak 3 kali,
usahakan sensor elektrode bagian atas juga terendam
Isi cell cup dengan sampel sampai sensor elektrode bagian atas terendam
sekitar 5-8 mm
Tekan tombol pengukuran dan perhatikan pergerakan pointer, bila pointer
tidak bergerak maka putar switch range ke arah skala yang lebih kecil
Catat hasil pengukuran dengan membaca angka yang ditunjukkan oleh
pointer dikalikan besaran switch range yang digunakan
Catatan :
4. Silica
Tujuan : Untuk menentukan kandungan SiO2 yang terlarut dalam air
Bahan : Sampel raw water, air boiler, sampel air softener, tisu
Alat : Comparator, test tube, spatula.
Prosedur :
Jika sampel yang akan diuji banyak mengandunng padatan tersuspensi
(suspended solid), biarkan mengendap hingga jernih atau saring dahulu
sebelum dianalisa
Masukkan masing-masing sampel dan larutan blangko kedalam tabung
gelas (test tube). Volume, jenis reagen dan pengenceran sesuai dengan
ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut
Masukkan tabung gelas kedalam comparator
Dicari warna standar pada tabung comparator yang sama dengan warna
sampel pada tabung gelas
Catat pembacaan pada comparator / reading disk. Bila warna sampel
berada diantara dua warna standar maka diambil nilai tengahnya
Perhitungan :
Silica (sebagai ppm SiO2) = nilai hasil pembacaan x F
Catatan :
F : Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan kimia di mill
tersebut
Analisa silica dilakukan hanya pada 3 titik sampel saja yaitu : Raw
Water, Demin Water dan Boiler Water
5. Phospate
Tujuan : Untuk menetukan kandungan PO4 yang terlarut dalam air
Bahan : Air boiler, VM reagent, phospat reducing agent, tisu.
Alat : Comparator, test tube, spatula, buret.
Prosedur :
Jika sampel yang akan diuji banyak mengandung padatan tersuspensi
(suspended solid), biarkan mengendap hingga jernih atau saring dahulu
sebelum dianalisa
Masukkan masing-masing sampel dan larutan blangko kedalam tabung
gelas (test tube). Volume, jenis reagen dan pengenceran sesuai dengan
ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut
Masukkan tabung gelas kedalam comparator
Dicari warna standar pada tabung comparator yang sama dengan warna
sampel pada tabung gelas
Catat pembacaan pada comparator / reading disk. Bila warna sampel
berada diantara dua warna standar maka diambil nilai tengahnya
Perhitungan:
Phospate (sebagai ppm PO4) = nilai hasil pembacaan x E
Catatan :
E : Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan kimia di
mill tersebut
6. Sulfite
Tujuan : Untuk mengetahui kadar sulfite yang terkandung dalam air boiler
Bahan : Air Boiler, larutan H2SO4 6.5 N, indikator starch acid, larutan KI
0.0125 N
Alat : Erlenmeyer 250 ml, pipet ukur 5 ml, spatula, buret.
Prosedur :
7. Total Hardness
Tujuan : Untuk mengetahui kandungan total hardness (Mg dan Ca) dalam
air
Bahan : Sampel air boiler, sampel air feed tank, sampel air softener 1 & 2,
buffer hardness, EBT, larutan EDTA 0.02 N
Alat : Erlenmeyer 250 ml, spatula, buret.
Prosedur :
Jika sampel yang akan dianalisa banyak mengandung padatan
tersuspensi, biarkan mengendap hingga jernih atau saring dahulu sebelum
dianalisa
Bilas erlenmeyer dengan aquadest
Masukkan 25 atau 50 ml sampel yang akan dianalisa kedalam
erlenmeyer (volume sampel tergantung dari supplier bahan kimia di mill
tersebut)
Pada pabrik dengan alat jar test 4 stirer, tes dilakukan dengan minimal 8
sampel 500 ml air per hari (4 sampel sekali pengujian, sehingga terdapat 2
set pengujian).
Banyaknya air diukur dengan measuring cylinder 500 ml dan dituangkan
kedalam beaker glass
Pada pabrik dengan alat jar test 6 stirer, tes dilakukan dengan minimal 6
sampel 500 ml air per hari (6 sampel sekali pengujian, sehingga terdapat 1
set pengujian). Banyaknya air diukur dengan measuring cylinder 500 ml
dan dituangkan kedalam beaker glass
Atur stirer dengan kecepatan maksimal untuk dosis coagulant selama 5
menit. Catat ppm coagulant untuk tiap beaker glass
Dosis pada beaker pertama dengan larutan standar coagulant 6 ppm
dibawah hasil tes harian dan naikkan dosis 2 ppm pada beaker berikutnya
dan seterusnya demikian.
contoh : Hasil tes harian = 20 ppm larutan alum
Mulailah dari 14 sampai 28
Turunkan kecepatan stirer sampai 40 rpm atau lebih rendah lagi dan biarkan
berjalan selama 2 menit. Dosis floculant yang diinjeksikan hendaknya tidak
melebihi 0.4 ppm
Hentikan stirer dan pindahkan sampel dari mesin stirer dan biarkan sampel
sampai konstan selama 15 menit
Pilih sampel dengan air yang paling jernih, tes pH dan tambahkan soda ash
sampai 7.2 . Catat berapa dosis soda yang diperlukan
Hitung dan catat jumlah bahan kimia yang diinjeksikan per hari :
1) Coagulant (alum atau polimer) .....kg
2) Floculant (N8173 atau Amerfloc) .....kg
3) Soda Ash / Caustic Soda .....kg
Perhitungan :
ppm x flowrate x jam
Jumlah bahan kimia (kg) =
1 .000.000
dimana :
ppm = ppm larutan standar yang diinjeksikan
flowrate = pengukuran flowrate dari raw water
jam = jam pengadaan air yang di treatment ke pabrik.
Catatan :
V = volume larutan natrium hidroksida yang digunakan (ml)
N = normalitas larutan natrium hidroksida
W = berat sampel minyak yang digunakan
2. Penentuan % Moisture
Prosedur analisa moisture:
Panaskan crystalizing dish dalam oven konvensional temperatur 1050C,
selama 30 menit, dinginkan selama 30 menit di desikator
Timbang cristalyzing dish tersebut sampai gr terdekat (W1). Tuang
sampel kedalamnya dan timbang sampai gr 0,0001 terdekat (W2)
Keringkan sampel minyak didalam microwave oven dengan setting
tingkat panas dan cycle (pemanasan – pendinginan) mengacu pada
besaran watt microwave oven (lihat lampiran ….Tabel waktu pengeringan
sampel) atau hasil verifikasi pengujian moisture antara oven konvensional
dengan microwave oven
Jika microwave oven rusak, durasi dan temperatur pemanasan pada oven
konvensional mengacu pada lampiran 2. Tabel waktu pengeringan
Kemudian dinginkan sampel dalam desikator selama 30 menit
Timbang wadah dan sampel kering sampai gr terdekat (W3)
Perhitungan:
% Moisture = 100 x [(W2-W3)/(W2-W1)]
3. Penentuan % dirt
Prosedur analisa dirt:
Masukkan glass fibre filter dalam gooch crucible. Panaskan dalam oven
konvensional temperatur 1050C selama 30 menit kemudian dinginkan
selama 30 menit didalam desikator
Timbang gooch crucible kering berisi glass fibre filter dan sampai 0.0001
gr terdekat (W4)
Sampel minyak kering setelah pengujian %Moisture, merupakan sampel
untuk pengujian %Dirt
Tambahkan 50 ml hexane, kemudian aduk hingga homogen
Tuangkan larutan campuran minyak dan hexane kedalam gooch crucible
dengan hati-hati dan gunakan pompa Vacum untuk menghisap campuran
tersebut
Lakukan beberapa pembilasan dengan menggunakan hexane suling
sampai keseluruhan minyak dan kotoran telah dipindahkan
Pindahkan crucible dan bersihkan bagian luarnya dengan kertas tissue
kemudian keringkan dalam oven bersuhu 1050C selama 30 menit
Timbang crucible sampai 0.0001 gr terdekat (W5)
Perhitungan :
Prosedur :
Timbang sampel CPO produksi sebanyak 0,1000 ± 0,0001 gram di dalam
labu ukur 10 ml.
Larutkan sampel di dalam labu ukur menggunakan pelarut isoctan sampai
tanda batas dan menghomogenkannya.
Tuangkan blanko (isoctan) dan sampel yang telah diencerkan ke dalam
kuvet secara perlahan-lahan dan pastikan tidak ada gelembung udara.
Bersihkan bagian halus kuvet menggunakan tissue halus dan memastikan
pengelapan dilakukan searah.
Nyalakan alat spectrofotometer
Masukkan blanko ke dalam spectro klik nomer 1 (photometric) go to
wave length ketik 446 (panjang gelombang) auto zero tunggu
sampai berbunyi keluarkan blanko dan memasukkan sampel klik start
keluar hasil (K*ABS) dan mencatatnya
Masukkan blanko klik return go to wave lenght ketik 269
(panjang gelombang) enter auto zero tunggu sampai berbunyi
keluarkan blanko dan masukkan sampel klik start keluar hasil
(K*ABS) dan mencatatnya
Matikan alat spectrofotometer dengan cara klik return dua kali pilih ok
enter , matikan tombol powernya.
Untuk panjang gelombang disesuaikan dengan hasil kalibrasi yang
direkomendasikan.
Perhitungan :
hasil dari K∗ABS 445
DOBI =
hasil dari K∗ABS 268
Isi 150 ml hexane suling pada flask dan tempatkan thimble pada
ekstraktor
ekstraksi sampel selama 4 jam pad skala regulator 8 di elektromantel
dan pastikan bahwa air pendingin mengalir selama ekstraksi
berlangsung
setelah ekstraksi selesai, sisa hexane diuapkan dengan pemanasan
berlanjut dari flask yang berisi minyak ekstrak pada heating mantel
hingga secara visual tidak ada lagi uap hexane yang keluar dari flask,
kemudian miringkan flask untuk mencegah minyak terbakar selama
penguapan sisa hexane
Minyak ekstrak dalam flask dikeringkan dalam oven konvensional pada
suhu 1050C, selama 30 menit
Timbang flask yang berisi minyak ekstrak sampai 0.0001 gr terdekat
(W5)
Perhitungan :
%O/WM = 100 x [(W5-W4)/(W2-W1)]
%DM/WM = 100 - %Moisture
%NOS = 100 - ( %Moisture + %O/WM)
%O/DM = 100 - (%O/WM / %DM/WM)
Catatan : Untuk analisa kehilangan minyak pada hasil perhitungan
%O/WM dikurangi 0.35% (sebagai minyak lilin).
3.3.2.4.2 Losses Inti Sawit
Prosedur analisa:
1. Timbang sampel sampai gr terdekat (W1)
2. Sortir dengan teliti kedalam kategori berikut :
Kernel pecah W2
Kernel bulat W3
Nut bulat dan nut setengah pecah
3. Kernel yang berasal dari nut bulat dan nut setengah pecah
dikeluarkan dengan pemecah manual dan timbang masing-masing
kategori berikut :
Kernel dari nut bulat W4
Kernel dari nut setengah pecah W5
4. Perhitungan :
%Kernel pecah = 100 x (W2/W1)
%Kernel bulat = 100 x (W3/W1)
%Kernel dari nut bulat = 100 x (W4/W1)
%Kernel dari nut setengah pecah = 100 x (W5/W1)
%Total kehilangan kernel =100x [(W2+W3+W4+W5)/W1]
Kualitas Produksi :
Moisture 6-7%
Dirt 5 – 6%
Broken Kernel < 15 %
FFA < 2%
3.4 Produk
3.4.1 Produk Utama
Produk utama yang dihasilkan pada PKS Muara Wahau Mill adalah
Crude Palm Oil (CPO) dan kernel. CPO merupakan minyak kelapa sawit mentah
yang diperoleh dari hasil pengepressan mesocrap buah kelapa sawit dan belum
mengalami pemurnian. Crude palm oil merupakan trigliserida yang terdiri dari
berbagai asam lemak yaitu mengandung hampir sejumlah asam lemak jenuh
(palmitat 44% dan stearat 4%) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat 39% dan
asam linoleat 11%). (Ketaren, 1986)
Pemanfaatan CPO sangat luas sekali baik sebagai bahan pangan maupun
non pangan. Sebagai bahan pangan CPO diolah mejadi minyak goreng, mentega
dan lain sebagainya. Sedangkan sebagai bahan non pangan dapat digunakan
sebagai farmasi, polimer, pelumas dan lain sebagainya. (Ajar,M.2017)
Untuk produk lain dari pengolahan pabrik kelapa sawit yaitu kernel yang
di hasilkan dari proses pemecahan nut oleh alat ripple mill pada stasiun kernel.
Untuk standar mutu kernel produksi PKS Muara Wahau Mill ini yaitu, kadar air
kurang dari 6% - 7%, kadar broken kernel ≤ 15% dan kadar kotoran 5% - 6%.
3.4.2 Energi
Energi di PT. Kresna Duta Agroindo dihasilkan oleh beberapa peralatan
yaitu sebagai berikut :
Turbin yang berfungsi sebagai pembangkit listrik utama dengan menggunakan
steam sebagai media penggeraknya. Turbin mampu menghasilkan energi
listrik sebesar 1200 kW dengan standar putaran pada turbin yaitu sebesar 5000
rpm dan tekanan steam sama dengan yang dihasilkan oleh boiler. Jika putaran
diatas 5000 rpm maka akan terjadi trip (turbin akan mati).
Genset berfungsi sebagai pembangkit listrik berbahan bakar solar yang
digunakan untuk start awal proses dan sebagai pembangkit listrik apabila
terjadi penurunan tekanan pada turbin. Di PT. Kresna Duta Aroindo terdapat
tiga genset yaitu genset berkapasitas 128 kW dan dua genset berkapasitas 360
kW.
3.4.3 Limbah
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses alam atau belum
mempunyai nilai ekonomi. Limbah yang dihasilkan PKS PT. Kresna Duta
Agroindo adalah sebagai berikut :
Limbah padat dari PKS berupa tandan kosong dijadikan sebagai pupuk
tanaman kelapa sawit, fiber dan shell yang dijadikan sebagai bahan bakar
boiler.
Limbah cair PKS merupakan limbah cair yang berasal dari sludge separator
dan buangan air hydrocylone yang merupakan sisa buangan yang tidak
beracun namun memiliki daya pencemaran yang tinggi karena memiliki
kandungan organik yang sangat tinggi sehingga dapat mencemari air tanah.
Oleh karena itu dilakukan pengolahan limbah cair di effluent untuk
menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah
sebelum diaplikasikan kedalam land application.
Limbah gas PKS dapat berupa uap-uap buangan steam pada beberapa stasiun
antara lain yaitu sterilizer, power house dan uap hasil pembakaran pada
boiler.
Injeksi bahan
kimia
Clarifier Tank
Softener
Chemical Boiler
Boiler
dengan resin, maka akan terjadi pertukaran beberapa ion dalam air dengan ion
lain yang terikat dalam resin. Ion yang bertukar pada proses softening ini adalah
ion–ion positif (kation), yaitu ion calcium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) bertukar
dengan ion natrium (Na+) pada resin.
Reaksi yang terjadi pada softener tank adalah :
R – Na + Ca2+ R – Ca + Na+
R – Na + Mg2+ R – Mg + Na+
Terikat pada resin Terbawa air
+
Setelah gugus Na terpakai habis (tertukar seluruhnya), maka resin
menjadi tidak aktif (jenuh), sehingga perlu diaktifkan kembali (diregenerasi)
dengan menggunakan larutan NaCl (garam dapur) sehingga akan terjadi reaksi
terbalik yaitu :
R – Ca + Na+ R – Na + Ca2+
R – Mg + Na+ R – Na + Mg2+
Resin aktif
3.5.1.8 Deaerator
Deaerator berfungsi untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut di dalam
air umpan boiler seperti oksigen yang dapat menyebabkan korosi pada pipa
boiler. Suhu di dearator tank dijaga pada 105oC. Level air pada tangki ini harus
tetap dijaga karena tangki ini merupakan penampungan terakhir sebelum
dipompakan kedalam drum boiler.
Merk : Takuma
Serial // model : 20532 // TW 16/44 - 54
Capacity : 27000 kg/hr
Feed Tank
Deaerator
Steam
Make Up
Steam
Steam Turbin
Electrictyy Steam
3.5.2.2 Deaerator
Deaerator berfungsi untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut di dalam
air umpan boiler seperti oksigen yang dapat menyebabkan korosi pada pipa
boiler. Temperatur air di dalam deaerator harus dijaga sekitar 105oC. Level air di
dalam deaerator harus dijaga sedikit di atas setengah tinggi tangki. Ruang
kosong di atas level air diperlukan untuk melepaskan oksigen.
3.5.2.6 Boiler
Boiler sebagai penghasil steam. Di PKS Muara wahau, Boiler yang
digunakan adalah Boiler dengan kapasitas 30 ton uap/jam.
Prinsip dasar boiler secara umum adalah :
1. Aliran Gas Panas
Aliran gas dapat dimungkinkan karena :
Tarikan udara secara alami (adanya chimney/cerobong asap).
Pengaturan arah aliran gas panas dilakukan oleh Baffle Plate. Efisiensi
boiler maksimal dipengaruhi oleh Baffle Plate yang baik, jangan “By Pass”
sehingga menjadi tidak terarah.
2. Sirkulasi Air
Air dipanaskan terus menerus sehingga berubah menjadi uap, dimana uap
lebih ringan dari air maka uap akan naik ke atas menuju ke header pengumpul
dan selanjutnya menuju drum atas. Kemudian air akan mengalir melalui pipa
distribusi (down comer pipe) dan ditampung di header air/drum bawah untuk
selanjutnya didistribusikan ke pipa air pembangkit uap (water wall). Kebutuhan
air per jam di boiler sedikit lebih dari kapasitas uap yang diproduksi per jam. Hal
ini dikarenakan adanya kehilangan air sebagai “blow down” dari drum dan
header. Seperangkat unit boiler terdiri atas beberapa bagian yaitu seperti berikut
ini :
1. Ruang bakar (furnace)
Fungsinya untuk tempat pembakaran bahan bakar (fiber dan
cangkang) untuk memanaskan/menguapkan air yang mengalir di dalam pipa-
pipa. Tekanan udara di dalam ruang bakar ini selalu dijaga pada tekanan
minus agar tidak terjadi back fire. Ruang bakar ini disekat pada bagian
bawahnya dengan susunan roster (fire grate).
2. Drum Boiler
4. Piping System
Pipa-pipa air untuk mengalirkan air umpan Boiler dari upper drum ke
lower drum, header samping, header bawah. Dengan mengalirkan air
melalui pipa-pipa yang dilewatkan didalam ruang pemanasan, pemanasan
inilah air akan berubah fasenya menjadi steam atau uap.
5. Fan/Blower
Ada 4 buah fan yang digunakan pada boiler di PKS Muara wahau.
a. Forced draught fan (FD Fan), berfungsi untuk membantu memasukkan
udara pembakaran kedalam ruang bakar dan sekaligus mengatur agar
pembakaran berjalan sempurna.
b. Over fire fan (SA Fan), berfungsi untuk memaksimalkan proses
pembakaran dan menghembuskan udara dari samping dan belakang
furnace.
c. Fuel Feeder Fan (FF Fan), berfungsi untuk menghembuskan bahan
bakar masuk kedalam ruang bakar.
d. Induced draught fan (ID Fan), berfungsi untuk menghisap gas panas
yang telah dihasilkan pembakaran menuju Chimney.
6. Multi Cyclone Dust Collector
Multi Cyclone Dust collector berfungsi untuk menangkap abu yang
terbawa gas panas agar tidak langsung terbuang ke udara melalui cerobong
(chimney). Terdiri dari susunan cone berjumlah 49 buah yang akan
menangkap abu berdasarkan prinsip gaya centrifugal dimana abu yang lebih
berat akan jatuh ke bawah dan gas panas akan dibuang ke cerobong
(Chimney). Abu yang tertangkap akan diatur keluarannya dari ash hooper
melalui airlock. Kemudian abu yang turun akan di transfer dengan conveyor
menuju ke tempat penampungan abu.
8. Blowdown Chamber
Blowdown chamber merupakan chamber yang berfungsi untuk
membuang gas panas yang keluar bersama air blowdown.
(Anonimc. 2014)
3.5.3.2 Turbin
Turbin berfungsi sebagai pembangkit listrik utama dengan menggunakan
steam sebagai media penggeraknya. Dimana standar putaran pada turbin yaitu
sebesar 5000 rpm dan tekanan steam sama dengan yang dihasilkan oleh boiler.
Jika putaran diatas 7500 rpm maka akan terjadi trip (turbin akan mati).
1. Sludge Pit
Sludge pit adalah suatu tempat untuk menampung heavy phase yang
keluar dari sludge separator berupa lumpur, pasir, air dan minyak yang tercecer,
sebelum dipompakan ke cooling pond. Sludge pit berfungsi untuk memisahkan
pasir yang terkandung pada heavy phase sehingga pasir tidak terikut ke cooling
pond. Apabila pada sludge pit masih terdapat minyak atau minyak yang naik
dipermukaan, maka minyak tersebut langsung dikutip dan dikirimkan ke CCT
untuk diolah kembali.
2. Cooling Pond
Cooling pond adalah tempat penampung limbah cair dari sludge pit.
Cooling pond berfungsi sebagai tempat untuk melakukan pendinginan terhadap
limbah cair yang dihasilkan pabrik. Pada umumnya limbah yang dihasilkan
masih panas dengan temperatur limbah 60-80 oC yang akan diturunkan menjadi
40-45oC dengan waktu tinggal 24 jam. Jika terdapat minyak pada kolam cooling
pond maka harus segera dikutip karena dapat membunuh bakteri yang ada di
anaerobic pond.
3. Mixing Pond
Mixing pond adalah tempat penampungan kedua dengan volume. Mixing
pond berfungsi sebagai proses pencampuran limbah cair dari cooling pond dan
dari anaerobic pond dengan rasio 1 : 1. Proses pencampuran ini merupakan
proses pembuatan makanan untuk bakteri mesophly yang ada di anaerobic pond
dengan waktu tinggal 24 jam.
4. Anaerobic Pond
Anaerobic pond adalah tempat penguraian bahan organik oleh bakteri
anerobik. Pada anaerobic pond ini terjadi perlakuan biologis menggunakan
bakteri yang berfungsi untuk mengubah limbah yang kaya akan unsur organik
menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Anaerobic pond ini
dilengkapi dengan agiator yang merupakan alat pengaduk untuk mengaduk
limbah dan high rate digestion (HRD) merupakan proses pengadukan limbah cair
menggunakan air limbah itu sendiri.
5. Buffer Pond
Buffer Pond adalah tempat penampung akhir limbah sebelum dipompakan
ke land application sebagai pupuk kelapa sawit dengan volume buffer pond yaitu
sebesar 4180,92 ton.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang industri yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah buah kelapa
sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel.
2. Sistem pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) pada pabrik Continuous
Sterilizer (CS) seluruhnya menggunakan konveyor.
3. Proses perebusan pada pabrik kelapa sawit menggunakan supply steam
terus-menerus pada tekanan dan temperatur tinggi.
4. Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil
(CPO) dan kernel melalui beberapa tahapan proses yang berlangsung
dimulai dari stasiun penerimaan, stasiun perebusan, stasiun thresher,
stasiun press, stasiun klarifikasi, dan stasiun nut and kernel.
5. Stasiun penunjang dalam proses pengolahan Buah Segar (TBS) menjadi
Crude Palm Oil (CPO) dan kernel yaitu stasiun boiler dan Water
Treatment Plan (WTP).
6. Kualitas Crude Palm Oil (CPO) dipengaruhi oleh prosentase Free Faity
Acid (FFA), moisture, dirt dan DOBI.
7. Kualitas kernel dipengaruhi oleh prosentase moisture, dirt dan broken
kernel.
8. Prosentase Free Faity Acid (FFA) dalam Crude Palm Oil (CPO) sangat
dipengaruhi oleh kualitas TBS dan brondolan.
4.2 Saran
1. Sebelum melaksanakan magang industri, sebisa mungkin mencari info
sebanyak-banyaknya mengenai tempat magang yang akan kita datangi.
2. Saat melakukan magang, berusahalah cepat menyesuaikan diri dengan
tempat tersebut, hal ini nantinya akan membantu kita ketika melaksanakan
magang terutama dalam mendapatkan ilmu yang ada.
3. Tunjukkan selalu akhlak yang baik selama berada di pabrik, berinteraksi
dengan atasan, sesama rekan kerja ataupun saat berada diluar lingkup
pabrik.
4. Selalu gunakan alat pelindung diri saat berada di pabrik, karena di dalam
pabrik terdapat banyak hal yang berbahaya apabila alat pelindung diri tidak
melekat pada tubuh kita.
5. Selalu datang tepat waktu, jangan pernah putus asa, rajin bertanya dan
mencoba mengaplikasikan teori-teori yang sudah dipelajari dikampus.
6. Kerjakan semua kegiatan dengan penuh semangat, kerjakan dengan ikhlas,
kerjakan secara cerdas, dan kerjakan sampai tuntas.
TUGAS KHUSUS
BAB I
PENDAHULUAN
analisa air boiler dan menentukan dosis optimum bahan kimia internal water
treatment di perusahaan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Boiler
Boiler adalah bejana tertutup dan bertekanan untuk menghasilkan uap
(steam) dengan memanaskan air menggunakan panas dari pembakaran bahan
bakar. Panas ini dipindahkan ke air seefisien mungkin oleh boiler. Dengan
demikian, fungsi utama boiler adalah untuk menghasilkan uap di atas tekanan
atmosfer melalui penyerapan panas yang dihasilkan pada proses pembakaran.
(Intan, 2006)
Untuk Air yang disuplai ke boiler yang akan dirubah menjadi steam
disebut air umpan. Dua sumber air umpan boiler adalah kondensat atau steam
yang mengembun yang kembali dari proses dan air makeup (air baku yang sudah
diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler serta plant proses. Steam
pada tekanan dan suhu tertentu mempunyai nilai energi yang kemudian
digunakan untuk mengalirkan panas dalam bentuk energi kalor ke proses.
Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan
dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam
dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau
dengan alat pemantau tekanan.
Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi lumpur yang mengalir bebas, yang
dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini terbatas pada boiler dimana air
umpan mengandung garam sadah yang rendah, dengan tekanan rendah,
kandungan TDS tinggi dalam boiler dapat ditoleransi, dan jika jumlah airnya
kecil. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi maka laju blowdown yang tinggi
diperlukan untuk membuang lumpur. Hal tersebut menjadi tidak ekonomis
sehubungan dengan kehilangan air dan panas.
Jenis sumber air yang berbeda memerlukan bahan kimia yang berbeda
pula. Senyawa seperti sodium karbonat, sodium aluminat, sodium fosfat, sodium
sulfit dan komponen sayuran atau senyawa inorganik seluruhnya dapat
digunakan untuk maksud ini. Untuk setiap kondisi air diperlukan bahan kimia
tertentu. Harus dikonsultasikan dengan seorang spesialis dalam menentukan
bahan kimia yang paling cocok untuk digunakan pada setiap kasus.(UNEP).
Tujuan Internal Boiler Water Treatment yaitu :
Untuk menghasilkan reaksi dengan beberapa hardness free water dan
mencegah pembentukan kerak pada metal boiler.
Untuk mengkondisikan zat-zat terlarut seperti hardness, sludge, iron
oxside, copper oxside dan aluminium oxside pada boiler dan membuat zat-
zat ini tidak lengket pada metal boiler
Untuk menyediakan pelindung anti foam dan membuat konsentrasi yang
diizinkan dari dissolved dan suspended solid dalam air boiler untuk
mrncegah foaming atau carry over
Untuk membatasi kandungan dalam air dan membuat alkalinity yang sesuai
dalam mencegah korosi
Untuk mencegah, mengkondisikan dan memodifikasi adanya silica dalam
boiler yang dapat membuat pembentukan kerak (scale).( Anonime,2014)
Phospate - 30 – 50
4) Oxygen scavenger berfungsi untuk mengikat oksigen dan gas-gas lain yang
masih terikat dalam air boiler serta mencegah terjadinya korosi pada
permukaan logam, khususnya pada bagian dalam pipa-pipa dan drum boiler.
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Tempat
Pengumpulan data dilakukan di PT. KRESNA DUTA AGROINDO pada
stasiun Boiler, gudang bahan kimia dan Laboratorium
BAB IV
Boiler (Vickers)
N 2811 (Oxygen N 22310 (Anti N 3273 (Corrosion N 8507 (Alkalinity
Tanggal
scavenger) scale) inhibitor) booster)
Kg Ppm Kg ppm Kg ppm Kg ppm
12 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
13 1.25 5.21 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
14 1.25 5.21 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
15 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
16 1.25 5.21 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
17 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
18 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
19 1.25 5.21 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
20 2.00 8.33 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
21 2.50 10.42 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
Boiler (Vickers)
Tanggal 10.5-11.3 Max 700 trace max 150 30-50 max 1800 30-50
4.2 Pembahasan
Boiler merupakan benjana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk uap panas atau steam. Pada boiler PT Kresna Duta Agroindo
termasuk katagori undustrial boiler karena memiliki spesifikasi anntara lain
digunakan sebagai penggerak turbin, menggunakan bahan bakar fiber dan cangkang,
memiliki kapasitas steam 10000 kg/jam, maksimal tekanan 12 kg/cm2G, temperatur
steam 300°C ± 5 dan boiler ini merupakan boiler pipa air.
Pada laporan tugas khusus ini membahas pengaruh penambahan bahan kimia
internal treatment terhadap hasil analisa parameter air boiler dan menentukan dosis
optimum bahan kimia internal water treatment. Internal treatment merupakan proses
perlakuan air didalam Boiler dengan tujuan untuk mencegah pembentukan kerak,
mencegah korosi serta mencegah terjadinya carry over serta untuk mengetahui jenis
dan jumlah kandungan zat yang terkandung didalamnya. Bahan kimia yang
digunakan untuk internal water di PT Kresna Duta Agroindo, yaitu oxygen scavenger
(N2811), corrosion inhobitor (N3273), anti scale (N22310) dan alkalinity booster
(N8507). Bahan kimia internal boiler ini ditampung di dalam dua drum chemical
boiler dengan kapasitas masing-masing drum 1000 L dan laju alir 41.67 L/Jam.
Untuk bahan kimia jenis N2811 di tempatkan di drum 1 sedangkan bahan kimia
lainnya ditempatkan dalam drum 2.
Oxygen scavenger berfungsi untuk mengikat oksigen dan gas-gas lain yang
masih terikat dalam air boiler serta mencegah terjadinya korosi pada permukaan
logam, khususnya pada bagian dalam pipa-pipa dan drum boiler. Parameter oxygen
scavenger pada air boiler yaitu kandungan sulfit dengan limit 30-50 ppm. Apabila
hasil analisa menunjukan kandungan sulfit pada air boiler kurang dari parameter yang
ditentukan maka dosis bahan kimia N2811 harus ditambahkan pada pembuatan
larutan selanjutnya, demikian sebaliknya jika hasil analisa sulfit diatas parameter
maka dosis N2811 harus dikurangi.
Alkalinity booster adalah bahan kimia yang berfungsi sebagai pengontrol total
alkali dan pH air boiler. Parameter Alkalinity booster pada air boiler yaitu pH 10.5-
11.3 dan total alkalinity max 700. Apabila hasil analisa air boiler menunjukkan pH
dan total alkalinity air boiler dibawah standar maka dosis bahan kimia N8507 di
tambahkan. Tetapi jika nilai pH dan total alkalinity diatas parameter, maka harus
dilakukan blowdown.
Corrotion inhibitor adalah bahan kimia yang berfungsi mencegah
terbentuknya kerak dan melarutkan lapisan kerak yang sudah terbentuk pada
permukaan dalam pipa boiler. Parameter Corrotion inhibitor pada air boiler yaitu
kandungan phospat dengan limit 30-50 ppm. Apabila hasil analisa menunjukan
kandungan phospat pada air boiler kurang dari parameter yang ditentukan maka dosis
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan dan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan:
1. Penambahan bahan kimia boiler berpengaruh terhadap parameter air boiler
dimana apabila hasil analisa menunjukan beberapa parameter air boiler
mengalami peningkatan maka perlu dikurangi pemakaian bahan kimia
tersebut dan dilakukan blowdown. Sedangkan apabila hasil analisa
menunjukkan beberapa parameter air boiler tersebut tidak mencapai standar,
maka perlu dilakukan penambahan dosis bahan kimia.
2. Dari hasil percobaan selama 10 hari, diperoleh hasil terbaik pada tanggal 13
dan 21 Mei 2018 sebagai berikut :
Dosis N2811 sebanyak 5.21 ppm (1.25 kg) dan 10.42 ppm (2.50 kg)
Dosis N8507 sebanyak 4.17 ppm (1.00 kg) dan 2.08 ppm (0.5 kg).
Dosis N22310 dan N3273 masing-masing sebanyak 4.17 ppm (1.00 kg)
dan kontinyu.
5.2 Saran
Untuk mempertahankan kinerja boiler di PT Kresna Duta Agroindo maka
penulis memberikan saran agar operator lebih memperhatikan air umpan boiler,
melakukan sport check secara teratur dan melakukan blow down sesuai instruksi
dari departemen laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Process Control Manual (PCM) Pabrik Kelapa Sawi : PT Kresna
Duta Agroindo, Muara Wahau.
Anonimb. 2014. Modul-06 Training Operator Pabrik. PT Sinar Mas Food and
Agribussines, Jakarta.
Hui, Y. H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 5 th Edition Vol 5. John
Willey & Sons, Inc, New York.7.
Pahan. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
Hingga Hilir. Niaga Swadaya. Bogor. 404 hlm
Hui, Y. H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 5 th Edition Vol 5. John
Willey & Sons, Inc, New York.7.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
M. Alkalinity
M. alkalinity (sebagai ppm CaCO3) = ml titran x B
B = 100 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
M. alkalinity = 6.0 ml x 100 = 600 ppm
OH. Alkalinity
OH. Alkalinity (sebagai ppm CaCO3) = 2 x (P. Alkalinity) – M. Alkalinity
OH. Alkalinity = 2 x (480) – 600 = 360 ppm
2. Silica
Silica (sebagai ppm SiO2) = nilai hasil pembacaan comparator x F
F = 10 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
Silica = 10 x 10 = 100 ppm
3. Phospate
Phospate (sebagai ppm PO4) = nilai hasil pembacaan x E
E = 10 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
Phospate = 4 x 10 = 40 ppm
4. Sulfite
Sulfite (sebagai ppm SO3) = ml titran x D
D = 15.875 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
Sulfite = 1.7 ml x 15. 875 = 26. 9875 ppm
1. N2811
Massa = 1.25 Kg
𝑚×𝑉
𝑝𝑝𝑚 𝑁2811 =
𝑘𝑎𝑝. 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
1.25 × 1000
𝑝𝑝𝑚 𝑁2811 = = 5.21 𝑝𝑝𝑚
10 × 24
2. N8507
Massa = 1 Kg
𝑚×𝑉
𝑝𝑝𝑚 𝑁8507 =
𝑘𝑎𝑝. 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
1 × 1000
𝑝𝑝𝑚 𝑁8507 = = 4.17 𝑝𝑝𝑚
10 × 24
3. N22310
Massa = 1 Kg
𝑚×𝑉
𝑝𝑝𝑚 𝑁22310 =
𝑘𝑎𝑝. 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
1 × 1000
𝑝𝑝𝑚 𝑁22310 = = 4.17 𝑝𝑝𝑚
10 × 24
4. N3273
Massa = 1 Kg
𝑚×𝑉
𝑝𝑝𝑚 𝑁3273 =
𝑘𝑎𝑝. 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
1 × 1000
𝑝𝑝𝑚 𝑁3273 = = 4.17 𝑝𝑝𝑚
10 × 24