Anda di halaman 1dari 107

PT.

KRESNA DUTA AGROINDO


MUARA WAHAU MILL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Profil PT. Kresna Duta Agroindo

PT. Kresna Duta Agroindo - Muara Wahau Mill terletak di Desa Suka
Maju, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Timur. Berjarak ± 10 jam perjalanan darat dari ibu kota provinsi Kalimantan
Timur, Samarinda. Keadaan wilayah PT. Kresna Duta Agroindo berupa daerah
dataran tinggi, sehingga sangat cocok untuk pengembangan budidaya perkebunan
kelapa sawit. Penduduk yang mendiami daerah disekitar PT. Muara Wahau yaitu
penduduk asli dari daerah tersebut dan penduduk pendatang (transmigrasi) yang
berasal dari pulau Jawa, Sulawesi dan lainnya.

1.2 Sejarah PT. Kresna Duta Agroindo

PKS Muara Wahau Mill merupakan salah satu pabrik di jajaran PSM 3,
Region Kalimantan Timur 1 dibawah naungan PT. Kresna Duta Agroindo yang
merupakan pabrik kedua setelah PKS Gunung Kombeng yang berada di Desa
Suka Maju, Kabupaten Kutai Timur. Lokasi PKS Muara Wahau berada di Desa
Suka Maju, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur. Pabrik ini
diresmikan pada 6 Agustus tahun 2005 oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM
Republik Indonesia ” Suryadharma Ali ”. Adapun kontraktor yang melakukan
pekerjaan pembangunan PKS Muara Wahau adalah PT. Modern Widya
Technical.

Dibawah naungan PT. Kresna Duta Agroindo PKS Muara Wahau telah
memperoleh Sertifikat RSPO, ISPO, ISO, dan ISCC (International Sustainability
and Carbon Certified) seperti pada 20 Juli 2012 dengan nomor : EU-ISCC-Cert-
D104-07781204 Reg.Number : 1516.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


1
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

1.3 Visi dan Misi PT. Kresna Duta Agroindo


 Visi
Menjadi Perusahaan agribisnis dan produk konsumen global yang terintegrasi
dan terbaik menjadi mitra pilihan.

 Misi
Secara efisien, kita menyediakan produk, solusi, serta layanan agribisnis dan
konsumen, yang berkualitas tinggi serta berkelanjutan, guna menciptakan nilai
tambah bagi para pemangku kepentingan kami.

1.4 Tujuan Magang Industri

Pelaksanaan Program Magang Industri bagi mahasiswa Politeknik


Negeri Samarinda khususnya program studi Teknologi Kimia Industri memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Memenuhi persyaratan akademik, yaitu Mata Kuliah Magang Industri
yang wajib diikuti oleh Mahasiswa S1 Terapan Program Studi Teknologi
Kimia Industri Politeknik Negeri Samarinda yang dilaksanakan minimal
4 bulan.
2. Sebagai salah satu syarat kelengkapan kurikulum dalam menempuh
pendidikan S1 Terapan Program Studi Teknologi Kimia Industri
Politeknik Negeri Samarinda .
3. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi Mahasiswa S1
Terapan Program Studi Teknologi Kimia Industri Politeknik Negeri
Samarinda agar dapat menghubungkan ilmu yang didapat di bangku
kuliah dengan praktik yang dijumpai di lapangan.
4. Mengetahui dan memahami alur proses pengolahan TBS menjadi Crude
Palm Oil dan Palm Kernel, serta analisa yang dilakukan di laboratorium.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


2
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

5. Mengetahui dan memahami permasalahan (trouble shooting) dan cara


mengatasi (problem solving).
6. Mengetahui struktur organisasi di pabrik dan juga tanggung jawab serta
masing-masing tugasnya.

1.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Industri


1.5.1 Lokasi

Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT. Kresna Duta Agroindo – Muara


Wahau Mill, yang berlokasi di desa Suka Maju, Kecamatan Kongbeng,
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

1.5.2 Waktu

Waktu pelaksanaan magang disesuaikan dengan Kalender Akademik


Politeknik Negeri Samarinda yang dilaksanakan selama 4 bulan, yakni dimulai
08 Februari 2018 sampai dengan 08 Juni 2018.

1.6 Ruang Lingkup Magang Industri

Ruang lingkup kegiatan magang indutsri di PT. Kresna Duta Agroindo –


Muara Wahau Mill adalah melihat gambaran umum proses pengolahan pada
setiap stasiun, water treatment plant, dan analisa-analisa di laboratorium PKS.

1.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data (informasi) penulis melakukan studi lapangan


dan studi pustaka.
1. Studi Lapangan
Data yang kami peroleh dari studi lapangan berasal dari:
 Pengamatan selama magang industri.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


3
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Bimbingan mentor, analist, assisten, karyawan dan narasumber lain.


2. Studi Pustaka
Yaitu mencari informasi dengan cara mempelajari jurnal, dokumen dan
buku-buku yang berhubungan.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


4
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

BAB II
TATA LETAK PABRIK, ORGANISASI DAN
SEGI EKONOMIS PERUSAHAAN

2.1 Tata Letak Pabrik


2.1.1 Lokasi Pabrik dan Letak Geografis

PT. Kresna Duta Agroindo berlokasi di Desa Suka Maju, Kecamatan


Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. PT. KDA
berada pada lokasi titik kordinat 117o01’15 - 117o01’13 BT dan 01o06’40 -
01o06’18 LU.

Gambar 2.1 Lokasi PT. Kresna Duta Agroindo

JURUSAN TEKNIK KIMIA


5
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

2.1.2 Denah Pabrik Beserta Critical Control Point

Tata letak pabrik Muara Wahau Mill dapat dilihat seperti gambar 2.2. Dari
gambar keseluruhan PT. Kresna Duta Agroindo akan dijelaskan tata letak
Critical Control Point di Muara Wahau Mill.

Gambar 2.2 Critical Control Point – Muara Wahau Mill


Keterangan :
1. Critical Control Point 01 = Security
2. Critical Control Point 02 = Jembatan Timbang (Weightbridge)
3. Critical Control Point 03 = Grading Station

JURUSAN TEKNIK KIMIA


6
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

4. Critical Control Point 04 = Despatch Pump House


5. Critical Control Point 05 = Laboratorium
6. Critical Control Point 06 = Kantor
7. Critical Control Point 07 = Kernel Bin

2.2 Organisasi dan Segi Ekonomis Perusahaan


2.2.1 Struktur Organisasi Mill

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Pabrik PT. Kresna Duta Agroindo – Muara Wahau Mill

JURUSAN TEKNIK KIMIA


7
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

2.2.2 Struktur Organisasi Kantor

Administration Sub Unit


Head (KTU)

Dantim Pembukuan Ka. Gudang

Danru Kasir Kr. Timbang Kr. Produksi Payroll Krani Gudang

Anggota Satpam

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Kantor PT. Kresna Duta Agroindo –


Muara Wahau Mill

2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab

 Factory Manager
- Tugas : memimpin pabrik kelapa sawit.
- Tanggung jawab : memberi laporan dan menjelaskan setiap proses yang
terjadi di PKS kepada PC (Production Control).
 Assisten kepala (Askep)
- Tugas : memimpin semua stasiun yang ada di PKS serta memimpin
bagian maintenance dan repaired.
- Tanggung jawab : bertanggung jawab pada jalannya proses-proses yang
terjadi di PKS.
 Kepala Tata Usaha (KTU)
- Tugas : menangani semua proses administrasi yang terjadi di PKS.
- Tanggung jawab : melaporkan semua administrasi kepada management.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


8
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Assisten MRM & MRE


- Tugas : penanganan dan perawatan mesin-mesin PKS
- Tanggung jawab : menjaga kelancaran dan kelayakan mesin-mesin serta
memberikan laporan kepada askep dan manager dengan memberikan
solusi penanganan yang akan dilakukan

 Assisten Proses
- Tugas : membantu dan mengawasi jalannya proses produksi.
- Tanggung jawab : melaporkan semua proses produksi yang terjadi kepada
askep dan manager

 Assisten Laboratorium
- Tugas : mengawasi proses analisis pada output berupa produk dan limbah
- Tanggung jawab : melaporkan hasil analisis kepada askep dan manager

 Assisten K3
- Tugas : Pengawas dan pelaksana K3 yang diterapkan
- Tanggung jawab : memastikan penggunaan peralatan K3 diterapkan
dengan baik.

2.2.4 Tugas Dan Tanggung Jawab Department Kantor

1. KTU
- Menyetujui dan menadatangani SPL dan daftar lembur karyawan Kantor.
- Membuat laporan keuangan bulanan atau melakukan tahapan proses tutup
buku bulanan sesuai kebijakan dan pedoman akuntansi perusahaan yang telah
ditetapkan.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


9
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

- Membuat laporan operasional lain di luar laporan SAP yang telah ditetapkan,
termasuk laporan mutasi (penambahan atau pengurangan karyawan) ke
Depnaker, Jamsostek, Dana Pensiun, maupun HRD Kantor Pusat.

2.2.5 Sumber Daya Manusia

 Jumlah karyawan di Muara Wahau Mill adalah sebagai berikut seperti


Karyawan SKU 110 Orang
Karyawan PKWT 43 Orang
Staff 13 Orang
Total 166 Orang
 Jam Kerja Staff dan Karyawan

Staff memiliki tanggung jawab 24 jam terhadap proses pengolahan


kelapa sawit, baik dari maintenance, laboratorium, maupun processing.
Apabila sewaktu-waktu dibutuhkan maka harus hadir. Untuk karyawan shift I
jam kerjanya adalah jam 07.30 – 17.00, sudah termasuk lembur 2.5 jam.
Sedangkan untuk shift II jam kerjanya 17.00 – 24.00 dan jam 00.01 – sampai
TBS habis dihitung sebagai lembur. Jam kerja tersebut dapat berubah-ubah
disesuaikan dengan kondisi pasokan buah ke pabrik.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


10
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Bahan
3.1.1 Bahan Utama

Kelapa sawit (Elais quineensis jack) merupakan salah satu jenis


tumbuhan tropis yang berkembang pesat di Kalimantan Timur. Pengolahan
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di PKS dimaksudkan untuk memperoleh
minyak dari daging buah (Mesocarp) dan Inti sawit (Kernel) dari biji (Nut). TBS
yang diolah di Muara Wahau Mill berasal dari perkebunan inti, Plasma (kebun
masyarakat) dan pihak ketiga (koperasi). PKS Muara Wahau Mill memiliki
kapasitas olah 60 Ton/jam.

3.1.2 Bahan Penunjang

Bahan penunjang untuk pengolahan kelapa sawit, yaitu air untuk


menghasilkan steam dan untuk kegiatan proses lainya, serta bahan-bahan kimia
untuk water treatment.

3.2 Sistem Proses PKS Muara Wahau Mill

Alur proses pengolahan pada Muara Wahau Mill (MWHM) dengan


kapasitas 60 ton TBS/jam dari kebun hingga produk serta land application
adalah sebagai berikut:

JURUSAN TEKNIK KIMIA


11
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Gambar 3.1. Diagram Proses Pengolahan Kelapa Sawit

JURUSAN TEKNIK KIMIA


12
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.2.1 Stasiun Penerimaan

Stasiun ini berfungsi untuk menerima dan mempersiapkan TBS sebelum


diproses pada stasiun selanjutnya agar dapat berjalan dengan lancer. TBS yang
diterima oleh pabrik antara lain TBS dari perkebunan inti, perkebunan plasma
dan perkebunan masyarakat. Kegiatan yang di lakukan di stasiun penerimaan,
yaitu penimbangan TBS dan grading TBS.

3.2.1.1 Jembatan Timbang (Weightbridge)

Kegiatan pertama pada stasiun penerimaan di pabrik adalah


penimbangan. Penimbangan dilakukan di jembatan timbang. Secara umum
jembatan timbang di PKS berfungsi untuk menimbang bahan baku proses yaitu
TBS yang diterima dari kebun sebelum masuk ke pabrik, serta menimbang hasil
produksi dan barang-barang lain yang masuk atau keluar pabrik.

Gambar 3.2. Jembatan Timbang PKS Muara wahau

Penimbangan barang masuk yang biasa dilakukan di jembatan timbang


antara lain:

JURUSAN TEKNIK KIMIA


13
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

1) Tandan Buah Segar (TBS)


2) Solar industry
3) Beras
4) Semen
5) Bahan-bahan kimia (CaCO3, Soda Ash, dll)
6) Material lain untuk keperluan proses
Sedangkan penimbangan barang keluar yang dilakukan di jembatan
timbang antara lain:

1) Hasil produksi (CPO dan Palm Kernel)


2) Ex. Produksi (Janjang kosong, cangkang)
3) Besi tua, dll

3.2.1.2 Grading

Kegiatan selanjutnya di stasiun penerimaan yaitu grading. Truk TBS yang


telah melakukan penimbangan di jembatan timbang akan membongkar
muatannya di area grading. Grading merupakan kegiatan penyortiran TBS
sesuai SOP. Tujuan dari proses grading, yaitu untuk mengetahui kualitas TBS
yang masuk ke PKS setiap harinya dan memastikan jumlah janjangan yang
diterima sesuai atau tidak dengan jumlah janjangan yang tertera pada SPB (Surat
Pengantar Buah).
Sistem grading yang dilakukan di PKS ini adalah sistem lantai grading.
Pada sistem ini TBS digrading di area grading yang cukup luas dan terbuka.
Semua isi truk dibongkar di lantai. Kemudian petugas grading mengatur TBS
dan mengelompokkannya berdasarkan kriteria TBS dan disusun tiap 20 buah
agar memudahkan dalam penghitungan. Setelah selesai disortasi, janjangan
kemudian didorong ke dalam hooper loading ramp menggunakan wheel loader.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


14
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Buah yang di grading terbagi menjadi dua kelompok, yaitu buah normal
dan buah abnormal.
1) Buah normal terdiri dari:
a) Buah matang memuaskan, yaitu buah yang memiliki brondolam lepas
antara standar minimum sampai 50% brondolan lepas dari total
brondolan per janjang.
b) Buah mentah, yaitu buah yang memiliki brondolan lepas kurang dari 3
brondolan
c) Buah kurang matang, yaitu buah yang memiliki brondolan lepas lebih
dari 3 brondolan per janjang.
d) Buah terlalu matang, yaitu buah yang memiliki lebih dari 50%
brondolan lepas dari total brondolan per janjang.
e) Janjang kosong, yaitu buah yang semua brondolannya telah terlepas dari
janjangan sampai pada lapisan buah terdalam, walaupun masih ada
beberapa brondolan yang tersangkut di janjangan.
2) Buah abnormal terdiri dari:
a) Buah keras (Hard Bunch), yaitu buah dengan ciri-ciri berwarna hitam
dan tidak membrondol.
b) Buah banci merupakan janjangan yang mempunyai bunga jantan.
c) Buah parthenocarpic, yaitu lebih dari total brondolan dipermukaan
dengan ciri-ciri tidak berminyak dan tidak ada nut.
d) Buah putus, yaitu janjangan yang terputus secara alami.

Adapun mutu grading yang diinginkan di PKS Muara wahau adalah:

1) Buah Matang Memuaskan max 85 %


2) Buah Mentah max 0 %
3) Buah Kurang Matang max 5 %
4) Buah Terlalu Matang max 5 %

JURUSAN TEKNIK KIMIA


15
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

5) Janjang Kosong max 1 %


6) Buah Parthenocarpic max 1 %
7) Buah Keras (hard bunch) max 3 %
8) Buah Putus max 0 %
9) Buah Banci max 0 %
10) % Brondolan Lepas 8 – 12 %
11) Tangkai Panjang 0 %

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 3.3. (a) Buah Mentah; (b) Buah terlalu matang; (c) Janjang kosong ;
(d) Buah tangkai panjang

JURUSAN TEKNIK KIMIA


16
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.2.2 Stasiun Loading Ramp

Loading ramp merupakan tempat penampungan TBS sementara dan


pendistribusian TBS ke Stasiun Perebusan. Beberapa fungsi dan tujuan loading
ramp antara lain :
1. Tempat penampungan TBS sementara sebelum menuju proses pengolahan.
2. Mendistribusikan TBS ke lori-lori.
3. Memastikan tersedianya TBS untuk stasiun perebusan.
4. Menjaga kapasitas lori tetap konstan agar throughput pabrik tercapai.

Loading ramp di pabrik Muara Mill (MWHM) memiliki 12 pintu di line


A dan 12 pintu di line B yang digerakkan dengan sistem hidrolik. Waktu
pengisian lori sampai dengan lori standby di depan rebusan dapat dilihat pada
tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data pengamatan waktu pengisian TBS ke lori dan persiapan
Waktu Total
No Kegiatan Lori
(menit) (menit
1 3.38
Pengisian lori di
1 2 4.10 11.83
loading ramp
3 4.35
Penarikan lori 1 1.52
dari loading 2 1.70
2 5.17
ramp ke transfer
3 1.95
carriage
Mentransfer lori 1 0.93
3 di transfer 2 0.68 2.48
carriage 3 0.86

JURUSAN TEKNIK KIMIA


17
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

1
Penarikan lori ke
4 2 5.83 5.83
depan rebusan
3
Total waktu (menit) 25.31

Dari tabel 3.1, dapat diketahui total waktu yang digunakan dari pengisian
lori sampai dengan lori berada di depan rebusan yaitu selama 25,31 menit.

3.2.3 Stasiun Perebusan

TBS yang telah berada di dalam lori akan direbus selama 80-90 menit
menggunakan steam (uap) pada tekanan dan suhu yang tinggi didalam bejana
bertekanan yang disebut sterilizer. Di PKS Muara Wahau Mill ini menggunakan
4 buah sterilizer dengan kapasitas 3 lori untuk setiap sterilizer dan setiap lori
memiliki kapasitas 10-12 ton TBS. Tujuan dari proses perebusan adalah sebagai
berikut :
1. Menonaktifkan enzim lipase yang dapat merusak minyak dan menyebabkan
kenaikan asam lemak bebas atau FFA (Free Fatty Acid).
2. Melunakkan daging buah untuk memudahkan pemisahan daging buah
dengan nut di digester.
3. Memudahkan pelepasan brondolan dari janjangan sampai lapisan terdalam.
4. Mengurangi kadar air pada buah.
5. Meregangkan cangkang dengan kernel sehingga memudahkan pemisahan
cangkang dengan kernel pada proses selanjutnya
Proses perebusan di PKS Muara Wahau Mill menggunakan sistem tiga
peak (triple peak) dengan beberapa tahapan pemberian dan pengeluaran steam
dengan waktu yang telah diatursehingga diharapkan buah dapat masak merata
dan optimal. Untuk mengatur dan mengontrol sistem perebusan, sterilizer
dilengkapi dengan PLC (Program Logic Control) untuk mengontrol sistem

JURUSAN TEKNIK KIMIA


18
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

perebusan secara otomatis ataupun manual dan dilengkapi dengan recorder chart
untuk mencatat aktivitas selama siklus perebusan yang berupa tekanan dalam
satuan psi atau bar.

3.2.3.1 Sistem Perebusan

Sistem perebusan yang digunakan pada proses ini adalah sistem triple
peak atau sistem perebusan tiga puncak. Dimana puncak pertama dengan tekanan
1,3-1,5 bar yang bertujuan untuk membuang udara yang ada di dalam rebusan,
kemudian peak kedua dengan tekanan 2,2-2,5 bar yang bertujuan untuk
membuang udara yang masih tersisa dari pembuangan puncak pertama,
sedangkan puncak ketiga dengan tekanan 2,8-3 bar disertai waktu perebusan
untuk mematangkan buah. Lama waktu perebusan yang diamati pada grafik dan
tahapan-tahapan sistem perebusan tiga puncak beserta pembukaan valve (valve
inlet, valve condensate, valve exhaust) dapat dilihat pada table 3.2 dan 3.3.

Tabel 3.2. Data pengamatan waktu dan tekanan perebusan pada grafik
Perebusan Line A Perebusan Line B
No Pengamatan
Peak I Peak II Peak III Peak I Peak II Peak III
Waktu kenaikan grafik
1 8.90 10.40 13.20 7.65 10.55 13.91
(menit)
Waktu holding
2 - - 37.16 - - 38.08
(perebusan) (menit)
Waktu Penurunan
3 4.38 6.20 6.35 4.03 6.98 6.50
grafik (menit)
Tekanan Perebusan
4 1.44 2.48 2.82 1.51 2.41 2.82
(Bar)
Waktu perebusan (menit) 13.28 16.60 56.71 11.68 17.53 58.49

JURUSAN TEKNIK KIMIA


19
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

86.59 87.70
Waktu buka-tutup pintu
11.6 12.87
rebusan (menit)
Total Waktu 1 siklus
98.19 100.57
perebusan (menit)

Tabel 3.3. Interval pembuakaan valve triple peak


Kondisi Valve
Peak Step Keterangan
I C E

1 O O S Deaeration peak I
2 O S S Inlet peak I
Peak I
3 O O S Blowdown Condeansate
4 S O O Blow up steam
5 O O S Deaeration peak II
Peak 6 O S S Inlet peak II
II 7 O O S Blowdown Condensate
8 S O O Blow up steam
9 O O S Deaeration peak III
10 O S S Inlet peak III
11 O O S Blowdown condensate
Peak 12 O S S Inlet peak III
III 13 O O S Blowdown condensate
14 O S S Inlet peak III
15 O O S Blowdown condensate
16 S O O Blow up steam

I : Inlet valve, C: Condensate valve, E: Exhaust valve, O: Open, S: Shut

Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh waktu perebusan


selama 98,19 menit pada line A dan 100,57 menit pada line B, sedangkan unruk
standar waktu waktu perebusan adalah 120 menit. Standar waktu perebusan dapat
dihitung menggunakan persamaan 3.1.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


20
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

𝑺𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒃𝒖𝒔𝒂𝒏 =


𝒕𝒉𝒓𝒐𝒖𝒈𝒉𝒑𝒖𝒕
…….(3.1)
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒍𝒊𝒛𝒆𝒓×𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒍𝒐𝒓𝒊 𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒔𝒆𝒕×𝒌𝒂𝒑.𝒍𝒐𝒓𝒊

3.2.3.2 Safety Rebusan


Pada stasiun perebusan, terdapat empat safety yang wajib diketahui.
Safety tersebut antara lain :
1. Pressure gauge
Berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui tekanan di dalam tabung
rebusan.
2. Safety Valve
Berfungsi sebagai katup pengaman saat tekanan dalam sterilizer berlebih (di
atas tekanan kerja), yaitu diatas 3,2 Bar.
3. Safety Device
Berfungsi untuk membuang sisa steam yang masih terdapat didalam ujung
pintu rebusan ketika pintu akan dibuka.
4. Lock Ring
Sebagai pengunci pintu sterilizer agar ring pintu rebusan tidak berputar saat
proses perebusan.

3.2.3.3 Peralatan di Stasiun Perebusan


Beberapa peralatan yang digunakan di stasiun perebusan, antara lain :
1. Vessel (Unit Sterilizer)
Vessel berfungsi sebagai tempat merebus TBS. Vessel dilengkapi dengan
dua pintu sebagai tempat keluar masuknya lori yang berisi buah. Di PKS
Muara wahau terdapat 4 buah vessel (Sterilizer) yang beroperasi. Vessel ini
memiliki panjang 21 m dengan kapasitas 3 lori untuk setiap vessel. Pada
vessel terdapat beberapa komponen, yaitu:

JURUSAN TEKNIK KIMIA


21
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

- Steam spreader, berfungsi untuk menyebarkan steam inlet ke dalam rebusan


secara merata. Steam spreader berada di sepanjang tabung sterilizer.
- Lock ring, berfungsi sebagai pengunci pintu sterilizer agar ring pintu
sterilizer tidak berputar jika terjadi pemuaian atau penyusutan ring pintu saat
proses perebusan.
- Safety device, berfungsi sebagai untuk membuang sisa steam yang masih
berada di dekat pintu rebusan ketika pintu akan dibuka.

Gambar 3.4. Sterilizer

2. Pipa Inlet Valve


Berfungsi untuk memasukkan steam ke dalam sterilizer.
3. Pipa Exhaust Valve
Berfungsi sebagai pembuangan steam eks perebusan.
4. Pipa condensate valve
Berfungsi sebagai pembuangan steam hasil kondensasi.
5. Centilever Rail Bridge
Berfungsi sebagai jembatan untuk masuk dan keluarnya lori buah dari
sterilizer.
6. Pneumatic Actuator Valve
Berfungsi untuk membuka dan menutup valve inlet, condensate dan exhaust
secara otomatis oleh program dari PLC.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


22
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

7. Kompresor
Berfungsi untuk mensuplai udara yang digunakan untuk membuka dan
menutup pneumatic actuator valve.
8. Recorder Chart
Berfungsi mencatat tekanan steam selama proses perebusan berlangsung dan
menampilkannya ke dalam bentuk grafik.
9. Pressure gauge
Berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui tekanan di dalam tabung
rebusan.
10. Safety Valve
Berfungsi sebagai katup pengaman saat tekanan dalam sterilizer berlebih (di
atas tekanan kerja), yaitu diatas 3,2 Bar. Ketika tekanan di dalam sterilizer
berlebih, safety valve akan otomatis membuka dan membuang kelebihan
steam.
11. Program Logic Control (PLC)
Berfungsi mengatur dan mengontrol sistem perebusan yang telah terprogram
dan dapat diatur secara manual maupun otomatis. PLC ini terdapat di dalam
panel kontrol sterilizer.

3.2.4 Stasiun Thresher

Stasiun thresher merupakan stasiun dimana buah yang telah dimasak dari
sterilizer akan melalui proses bantingan untuk melepaskan brondolan dari
janjangannya. Stasiun thresher terdiri dari beberapa peralatan atau mesin yang
saling berkaitan satu sama lain. Buah yang telah masak dan masih berada di
dalam lori akan ditransfer menuju ke tippler. Tippler akan menumpahkan buah
dari lori ke hopper tippler. Buah di hopper tippler akan diteruskan oleh bunch
conveyor menuju thresher. Di thresher, buah dibanting untuk memisahkan buah
dengan janjangannnya. Buah yang telah rontok dari janjangannya akan keluar

JURUSAN TEKNIK KIMIA


23
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

melalui kisi-kisi thresher dan jatuh ke below thresher conveyor dan diteruskan
oleh bottom cross conveyor ke fruit elevator menuju stasiun press. Sedangkan,
untuk janjangan kosong akan keluar dari thresher dan jatuh ke horizontal empty
bunch conveyor yang kemudian diteruskan ke inclined empty bunch conveyor
menuju penampungan sementara empty bunch area sebelum dikirimkan ke kebun
untuk dijadikan pupuk.
Tujuan dari proses thresher antara lain adalah sebagai berikut :
1) Mengeluarkan tandan buah hasil rebusan dari lori menggunakan tippler.
2) Memisahkan buah dari janjangannya.
3) Meminimalkan adanya USB (Unstripped Bunch) yaitu brondolan yang
masih tertinggal di janjangan
4) Mengontrol pengumpanan buah ke digester.
Peralatan yang digunakan di stasiun thresher antara lain sebagai berikut :
1. Capstan
Capstan ini digunakan untuk menarik lori keluar dari sterilizer hingga
sampai di jalur tippler.
2. Transfer Carriage
Transfer Carriage berfungsi memindahkan lori dari jalur sterilizer menuju
jalur penuangan tippler.
3. Tippler
Tippler merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk membalikkan lori dan
menuang buah ke bunch hooper. Saat pengoperasian tippler, untuk
melakukan pembalikan lori harus dilakukan perlahan-lahan agar tidak terjadi
tumpukan. Di PKS Muara wahau terdapat 2 buah tippler yang beroperasi
secara bersamaan. Waktu penuangan lori untuk masing-masing tippler dapat
dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


24
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Tabel 3.4. Waktu penuangan lori di tippler Line A


Waktu penuangan lori
Waktu (menit)
No Kegiatan Lori
(menit)
Lori 1 Lori 2 Lori 3

0.56 0.98 0.78


Pemindahan lori dari 1
1 belakang rebusan ke 2 2.48 1.40 1.68 1.54
transfer carriage 3 1.86
1.63 1.72

1 0.70 1.48 1.13 1.11


Transfer lori di transfer
2 2 0.60 2.68 2.35 2.32
carriage
3 0.82 2.58 2.41 2.42

2.63 2.13 2.16


1 1.84
Pemindahan lori dari 2.46 1.72
3 2 1.64
transfer carriage ke tippler 1.38 2.16 1.26
3
1.41 0.84 0.96

Total 6.24 18.26 17.12 16.25

Total waktu pemindahan dan


58.21
penuangan 3 lori

JURUSAN TEKNIK KIMIA


25
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Tabel 3.5. Waktu penuangan lori di tippler Line B


Waktu penuangan lori
Waktu (menit)
No Kegiatan Lori
(menit)
Lori 1 Lori 2 Lori 3

0.85 0.35 0.92


Pemindahan lori dari 1
1 belakang rebusan ke 2 2.62 1.74 1.24 1.27
transfer carriage 3 1.91
1.06 1.45
1 0.69 2.11 2.15 2.42
Transfer lori di transfer 1.53
2 2 0.64 2.29 2.29
carriage
3 0.79 2.34 1.29 2.18

2.38 2.56 2.37


1 2.24 2.73 2.16
Pemindahan lori dari
3 2 2.35
transfer carriage ke tippler 1.85 1.73 2.03
3
0.47 0.62 1.20

Total 7.09 17.30 17.12 16.25


Total waktu pemindahan dan 58.06
penuangan 3 lori

Dari tabel 3.4 dan 3.5 dapat diketahui total waktu penuangan lori pada
tippler line A dan tippler line B. Sedangkan untuk standar waktu penuangan
lori dapat dihitung dengan persamaan 3.2.

𝒌𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒍𝒐𝒓𝒊
𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒐𝒓𝒊 = …….(3.2)
𝒌𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒕𝒊𝒑𝒑𝒍𝒆𝒓/𝒍𝒊𝒏𝒆

𝟏𝟎 𝑻𝒐𝒏
= × 𝟔𝟎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕 = 𝟐𝟎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
𝟑𝟎 𝑻𝒐𝒏/𝒋𝒂𝒎
4. Auto Feeder
Auto feeder merupakan bagian dari hopper tippler berbentuk jari-jari yang
berputar dan digerakkan oleh elektromotor. Auto feeder berfungsi untuk

JURUSAN TEKNIK KIMIA


26
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

mengatur pengumpanan buah rebus ke dalam SFBC agar tidak berlebih.


Kecepatan putar auto feeder 6-8 rpm.
5. Thresher
Thresher merupakan mesin pembanting atau pelepasan yang akan
memisahkan brondolan dengan janjangannya dengan cara dibanting secara
berulang-ulang mengikuti alur putarannya. Thresher berputar dengan
kecepatan 20-23 rpm. Pada thresher terdapat plate dengan sudut kemiringan
antara 7-15o yang berfungsi membanting dan mendorong janjang kosong
bergerak maju dan keluar dari thresher ke EBC. Selain itu pada thresher
juga terdapat kisi-kisi dengan jarak antar kisi-kisi 2 inchi, sehingga
brondolan yang telah terlepas dari janjangnya akan lolos melewati kisi-kisi
dan jatuh ke below thresher conveyor.
6. Below Thresher Conveyor
Below thresher conveyor ini berada di bagian bawah thresher drum yang
berfungsi untuk mentransfer brondolan yang jatuh dari kisi-kisi thresher
menuju cross bottom conveyor.
7. Cross Bottom Conveyor
Berfungsi untuk mentransfer brondolan dari below thresher conveyor
menuju fruit elevator.
8. Fruit Elevator
Fruit elevator ini berfungsi untuk mengangkut brondolan ke stasiun press.
9. Horizontal Empty Bunch Conveyor
Horizontal empty bunch conveyor berfungsi untuk mengangkut janjang
kosong keluaran dari thresher.
10. Inclined Empty Bunch Conveyor
Inclined empty bunch conveyor ini merupakan kelanjutan dari horizontal
empty bunch conveyor yang berfungsi untuk mengangkut janjang kosong
menuju empty bunch area.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


27
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.2.5 Stasiun Press


Setelah mengalami proses penebahan di stasiun thresher, brondolan yang
telah terpisah dari janjangannya diteruskan ke stasiun press. Secara umum alur
proses di stasiun press dapat dilihat pada gambar 3.5.

Stasiun Thresher Cross Bottom Conveyor

Fruit Elevator

Fruit Distributing Conveyor

Digester

Screw Press
Crude Oil Press Cake

Oil Gutter Cake Breaker Conveyor

Stasiun Klarifikasi Stasiun Nut & Kernel

Gambar 3.5. Alur Proses Press Station

Pada stasiun ini, terjadi proses pemisahan minyak dari brondolan.


Brondolan dari stasiun thresher akan masuk ke cross bottom conveyor dan di
teruskan ke fruit elevator. Brondolan akan ditransfer ke digester melalui fruit
distributing conveyor. Di digester, brondolan akan di cacah dan ditahan di
digester selama 10-15 menit sebelum brondolan diteruskan ke screw press.
Brondolan yang telah dicacah akan masuk ke screw press dan dipisahkan antara
minyak dengan fiber dan nut. Fiber dan nut akan masuk ke cake breaker
conveyor dan diteruskan ke stasiun nut dan kernel, sedangkan minyak akan
masuk ke oil gutter dan diproses lebih lanjut di stasiun klarifikasi. Fungsi dan
tujuan dari stasiun press, antara lain:

JURUSAN TEKNIK KIMIA


28
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

1) Melumatkan daging buah sehingga akan memudahkan proses pemisahan


minyak dengan daging buah
2) Mengambil minyak dari daging buah semaksimal mungkin, dengan nut
pecah yang minimum
3) Menaikkan dan mempertahankan temperatur brondolan pada suhu 90-95ºC
sehingga memudahkan proses pemisahan minyak
4) Melakukan pengenceran minyak untuk mempermudah pemurnian minyak di
stasiun klarifikasi
5) Mengantarkan press cake (fiber dan nut) ke cake breaker conveyor untuk
diproses lebih lanjut di stasiun nut dan kernel.

3.2.5.1 Fruit Elevator


Fruit elevator berfungsi untuk mengangkut brondolan masak dari cross
bottom conveyor menuju fruit distributing conveyor.

3.2.5.2 Fruit Distributing Conveyor


Conveyor ini berfungsi sebagai penerima brondolan dari fruit elevator
dan mendistribusikan ke tiap digester.

3.2.5.3 Digester
Digester berfungsi untuk mencabik dan mengaduk brondolan sampai
homogen. Digester terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan pisau-pisau
pengaduk. Dilengkapi dengan temperature gauge untuk mengukur suhu di dalam
digester. Suhu kerja digester dijaga pada 90-95ºC.
Terdapat 5 buah stiring arm dan 1 set expeller arm. Stiring arm berbentuk
sepasang pisau berlengan panjang dan pendek yang berlawanan arah, disusun
dengan posisi terbalik dengan arah lengkungan pisau diatasnya. Dilengkapi
dengan buffle plate siku untuk memberikan efek pencabikan yang sempurna.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


29
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Terdapat chute sebagai pengatur umpan masuk ke dalam press. Pisau digerakkan
oleh electromotor dan terdapat steam injector yang berada di setiap sisi digester.

3.2.5.4 Screw Press


Screw press berfungsi mengekstrak minyak dari brondolan yang telah
mengalami pencabikan dan pengadukan di digester. Tujuan dari proses ini yaitu
untuk mendapatkan crude oil semaksimal mungkin dengan nut pecah seminimal
mungkin.

3.2.5.5 Oil Gutter


Oil gutter berfungsi menampung dan mengalirkan crude oil dari screw
press menuju sand trap tank, oil gutter berada di bawah mesin press. Di oil
gutter terjadi proses pengenceran minyak (dilution) dengan menggunakan air
panas dan air kondensat dari stasiun klarifikasi. Dilution water disesuaikan
dengan kondisi Crude Oil hasil press dengan perbandingan 1:1, sedangkan
temperatur antara 90 – 95ºC.

3.2.5.6 Cake Breaker Conveyor (CBC)


Cake Breaker Conveyor (CBC) berfungsi mencabik dan memecah
gumpalan fibre dengan nut, serta mendistribusikan fibre dengan nut menuju
depericarper.

3.2.5.7 Hot Water Tank


Tempat pencampuran antara air panas (hot water) dan air kondensat yang
nantinya digunakan sebagai water dillution untuk ditambahkan pada crude oil di
oil gutter. Pada hot water tank juga dilengkapi flowmeter untuk menghitung
jumlah air yang akan dicampurkan sebagai dilution water.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


30
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.2.6 Stasiun Klarifikasi

Minyak yang diperoleh dari stasiun press masih mengandung zat


pengotor berupa lumpur, pasir dan masih mengandung banyak air sehingga perlu
dilakukan proses pengolahan lebih lanjut untuk mendapatkan minyak yang sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Di stasiun ini, minyak dari stasiun
press akan mengalami empat tahap, yaitu:
1. Penyaringan
2. Pengendapan
3. Sentrifugasi
4. Pemurnian
Untuk mencapai tahapan tersebut, minyak dari stasiun press akan diproses
di stasiun klarifikasi dengan alur proses pada gambar 3.6.
Keempat tahap ini diharapkan dapat memisahkan minyak dari air,
Stasiun Press Oil ex press

Sand Trap Tank

Vibrating Screen

Crude oil tank

Vertical Clarifier Tan

Oil Sludge

Solid to
Oil Tank Sludge Vibrating
drain
Screen
Oil Purifier Tank (OPT) Sludge Tank

Oil Float Tank Static


Tank
Vacum Drier Sludge Centrifuge

Storage Tank Heavy Heavy


Phase Phase
Despatch CPO Fat Pit
Correction Tank
Gambar 3.6. Alur Proses Stasiun Klarifikasi
JURUSAN TEKNIK KIMIA
31
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

kotoran, sludge dan pengotor lainnya.


Fungsi dan tujuan dari stasiun klarifikasi, antara lain:
1) Mendapatkan minyak semaksimal mungkin
2) Mendapatkan kualitas minyak yang sesuai standar yang telah ditetapkan,
yaitu:
% Moisture dengan limit 0,12 – 0,15%
% Dirt maksimal 0,030%
% FFA maksimal 3,00%
3) Meminimalisir kehilangan minyak.

3.2.6.1 Sand Trap Tank


Sand trap tank merupakan tangki yang berfungsi menampung minyak dan
mengendapkan pasir serta pengotor lain yang terikut kedalam crude oil. Prinsip
kerja dari sand trap tank yaitu berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana pasir
dan pengotor lain yang memiliki berat jenis lebih berat akan mengendap
dibawah, sedangkan crude oil memiliki berat jenis yang lebih ringan akan naik
ke atas dan mengalir melalui pipa overflow menuju crude oil vibrating screen.
Sand trap tank berbentuk silinder dan kerucut di bagian bawahnya dan
dilengkapi dengan steam injection sebagai pemanas dengan temperature 90-95ºC.

3.2.6.2 Vibrating Screen


Vibrating Screen merupakan ayakan bergetar yang berfungsi memisahkan
Non Oil Solid (NOS) yang masih terikut dengan minyak dan tidak terendapkan di
sand trap tank. Crude oil akan lolos dari ayakan, sedangkan benda-benda yang
kasar akan tertahan di ayakan dan masuk sludge waste conveyor dan dikirim
kembali menuju bottom cross conveyor. PKS Muara wahau memiliki 4 unit
vibrating screen dengan tipe double deck dengan ukuran mesh 30 dan 40.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


32
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.2.6.3 Crude Oil Tank (COT)


Crude oil tank berfungsi mengendapkan partikel NOS halus yang masih
terikut dari vibrating screen dan sebagai tempat penampungan sementara crude
oil dari vibrating screen sebelum dipompakan ke Vertical continous tank (VCT).
Crude oil yang telah melewati vibrating screen masuk ke COT, di dalam COT
terdapat sekat-sekat. Overflow minyak yang melewati sekat akan dipompakan ke
VCT. COT dilengkapi dengan steam coil untuk memanaskan minyak dan
temperatur minyak di jaga pada 90-95oC. Karena jika terlalu rendah minyak akan
mengental dan jika terlalu tinggi minyak akan mendidih sehingga sel-sel minyak
pecah dan akan mempersulit proses pemisahan minyak dengan sludge. COT
memiliki 2 pompa yang berjalan secara otomatis sesuai dengan level minyak
pada COT.

3.2.6.4 Vertical continous tank (VCT)


VCT berfungsi sebagai tempat pemisahan minyak, sludge serta benda lain
yang terikut ke dalam crude oil. Prinsip pemisahan tersebut berdasarkan
perbedaan berat jenis dari masing-masing komponen crude oil. VCT dilengkapi
dengan alat-alat sebagai berikut :
1. Steam coil untuk menjaga temperatur di dalam tangki pada 90-95oC.
2. Stirer arm sebagai pengaduk yang membantu mempermudah pemisahan
minyak. Stirer arm digunakan dengan kecepatan pengadukan 3 rpm
sehingga minyak yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke atas dan
dikutip menggunakan oil skimmer, sedangkan yang memiliki berat jenis
lebih berat akan turun ke bawah.
3. Oil skimmer sebagai corong pengutip minyak.
4. Termometer untuk mengukur suhu minyak di dalam VCT.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


33
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Gambar 3.7. Vertical Clarifier Tank

3.2.6.5 Oil Purification Tank (OPT)


Di OPT minyak akan dipisahkan dari sisa-sisa kotoran dengan media air.
Minyak akan naik ke permukaan air sedangkan kotoran akan terikut air dan
menuju ke bawah. Kotoran akan menuju kebawah sedangkan minyak naik.
Overflow dari OPT yang berupa minyak akan langsung dialirkan ke float tank
untuk diumpan ke vacuum drier, sedangkan underflow yang berupa air akan
menuju ke parit.

3.2.6.6 Float Tank


Float tank berfungsi mengatur feeding ke tangki vacuum drier dan juga
menjaga kevakuman didalam alat vacuum drier. Float tank memiliki sebuah
bandul yang secara otomatis membuka jika ada minyak yang akan diumpankan
dan akan menutup jika tidak ada minyak sehingga inlet vacuum drier juga akan
menutup untuk mencegah masuknya udara.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


34
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.2.6.7 Vacuum Drier


Vacuum Drier berfungsi mengurangi kadar air didalam minyak dengan
cara menyemburkan minyak menggunakan nozzle ke dalam ruang vakum dengan
temperatur 90-95 ºC. Air yang telah terpisah dengan minyak akan dihisap dengan
pompa menuju hot water tank, sedangkan minyak akan di transfer ke storage tank
menggunakan oil transfer pump.

3.2.6.8 Storage Tank


Storage tank merupakan tangki yang digunakan untuk menampung
minyak hasil produksi. Storage tank ini dilengkapi dengan steam coil sebagai
pemanas untuk menjaga temperatur CPO antara 45-55oC.

3.2.6.9 Sludge Centrifuge


Sludge centrifuge berfungsi memisahkan minyak dari sludge dengan gaya
sentrifugal. Sludge (heavy phase) akan di teruskan ke fat pit, sedangkan minyak
(light phase) akan di kembalikan ke VCT.

3.2.7 Stasiun Nut dan Kernel


Press cake (fiber dan nut) dari stasiun press akan di teruskan ke stasiun
nut dan kernel. Stasiun nut dan kernel merupakan tempat pengolahan nut menjadi
kernel. Pengolahan kelapa sawit di PKS, tidak hanya untuk mendapatkan hasil
berupa minyak (CPO) saja, tetapi juga memiliki produk utama lainnya berupa
kernel. Kernel ini merupakan bagian dari buah sawit yang terbungkus dalam
cangkang dan dibungkus oleh serabut (pericarp). Di stasiun ini ada 4 tahapan
kerja pada stasiun ini, yaitu:
1. Tahap pemisahan nut
2. Tahap pemecahan nut
3. Tahap pemisahan kernel
4. Tahap pengeringan kernel

JURUSAN TEKNIK KIMIA


35
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Gambar 3.8. Stasiun Nut & Kernel

Fungsi dan tujuan dari stasiun nut dan kernel ini antara lain :
a. Memperoleh kernel produksi yang sesuai atau bahkan di atas standar.
b. Menjaga kualitas kernel produksi sesuai standar, yaitu:
%Broken kernel : ≤15%
%Moisture dalam limit 6% - 7%
%Dirty dalam limit 5% - 6%
c. Meminimalisir losses kernel.

Untuk mencapai tujuan tersebut, nut akan diolah di stasiun nut dan kernel
dengan alur proses pada gambar 3.9.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


36
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Gambar 3.9. Alur Proses Stasiun Nut & Kernel

Proses awal dari stasiun ini yaitu memisahkan nut dari fibre, gumpalan
press cake dari stasiun press dibawa oleh CBC menuju ke depericarper.
Depericarper akan memisahkan nut dengan fibre menggunakan hisapan angin.
Fibre yang memiliki berat jenis lebih ringan akan terhisap menuju ke fibre
cyclone. Sedangkan nut yang memiliki berat jenis lebih berat akan terjatuh ke nut
polishing drum. Setelah fiber yang masih melekat pada nut terpisah, nut
selanjutnya dibawa menuju destoner untuk memisahkan nut dari batu dan besi.
Kemudian nut di transfer menuju nut hopper untuk diumpankan ke ripple mill.
Nut akan dipecahkan cangkangnya di ripple mill. Campuran kernel dengan
cangkangnya ini kemudian di transfer ke LTDS 1 dan LTDS 2 untuk dipisahkan
cangkang dan kernel nya. Cangkang akan diteruskan ke boiler sebagai bahan
bakar, sedangkan kernel dan cangkang yang masih belum terpisah di LTDS akan

JURUSAN TEKNIK KIMIA


37
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

kembali dipisahkan pada claybath dengan berdasar pada massa jenis dengan
menggunakan media larutan kalsium karbonat CaCO3.

3.2.7.1 Depericarping System


Berfungsi sebagai pemisah antara fibre dengan nut. Pemisahan ini
menggunakan hisapan angina, dimana fiber yang memiliki massa lebih ringan
akan terangkat ke atas karena adanya hisapan udara oleh fibre cyclone fan.
Sedangkan nut yang memiliki massa lebih berat akan jatuh ke dalam nut
polishing drum.

3.2.7.2 Nut Polishing Drum


Nut polishing drum berfungsi membersihkan sisa-sisa fiber yang masih
menempel pada nut. Nut polishing drum merupakan drum berputar yang
memiliki plat-plat pembawa yang dipasang miring dibagian dalam nut polishing
drum. Di ujung nut polishing drum terdapat lubang-lubang sebagai tempat
keluarnya nut yang kemudian jatuh ke nut conveyor. Nut polishing drum berputar
dengan kecepatan putaran drum 11-13 rpm.

3.2.7.3 Destoner
Destoner ini berfungsi memisahkan nut dengan kotoran yang terikut
bersama nut misalnya batu, besi, dan partikel berat lainnya agar tidak terikut ke
ripple mill. Disini nut akan dihisap dan di transfer ke nut hopper.

3.2.7.4 Nut Hopper


Nut Hopper berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut
sebelum diumpankan ke ripple mill untuk dilakukan nut. Nut hopper dilengkapi
dengan rotary feeder untuk mengatur umpan ke ripple mill.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


38
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.2.7.5 Ripple Mill


Ripple mill merupakan mesin yang berfungsi untuk memecahkan
cangkang nut sehingga dapat mudah dipisahkan antara cangkang dengan kernel.
Sistem kerja dari ripple mill yaitu, nut umpan dari nut hopper masuk di antara
rotor bar dan ripple plate, rotor bar dalam keadaan berputar sedangkan ripple
plate dalam keadaan diam, sehingga nut akan terbentur diantara ripple plate dan
rotor bar. Benturan ini mengakibatkan pecahnya cangkang dan terpisah dari
kernel. Effisiensi dari ripple mill ini yaitu lebih dari 96% Di PKS Muara wahau
memiliki 4 unit riplle mill untuk dua line.

3.2.7.6 LTDS 1 & 2


LTDS (Light Transfer Dry Separator) berfungsi memisahkan pecahan
cangkang dengan kernel menggunakan daya hisap fan berdasarkan perbedaan
berat jenis. Cangkang akan terhisap ke atas oleh daya hisap fan, sedangkan
kernel akan terjatuh ke bawah. Di LTDS 1 terjadi pemisahan antara kernel dan
cangkang paling banyak dan berukuran besar dibandingkan LTDS 2. Proporsi
umpan untuk LTDS 1 yaitu 50% umpan, sedangkan proporsi umpan untuk LTDS
2 yaitu 30%. Setiap LTDS memiliki sebuah airlock yang berfungsi menangkap
kernel yang jatuh ke KDS. Besar kecilnya daya hisap LTDS sangat penting,
karena jika daya hisapnya kecil, kadar kotorannya akan naik, sedangkan apabila
hisapan terlalu kuat, kadar kotoran pada kernel akan semakin sedikit, namun
losses kernel dapat meningkat.
3.2.7.7 Claybath
Claybath berfungsi untuk memisahkan cangkang dan kernel yang belum
terpisah di LTDS 1&2, dengan menggunakan larutan CaCO3 (Calcium
Carbonate). Umpan claybath berupa broken kernel yang belum terkutip di
LTDS. Kernel yang memiliki berat jenis lebih rendah daripada larutan CaCO3
akan mengapung dan cangkang yang memiiki berat jenis lebih tinggi akan

JURUSAN TEKNIK KIMIA


39
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

tenggelam. Berat jenis larutan CaCO3 yang baik, yaitu 1,14 karena nilai ini
berada diantara berat jenis cangkang dan berat jenis kernel.

3.2.7.8 Kernel Silo


Kernel silo berfungsi menampung sementara dan mengeringkan kernel
dari yang kadar airnya 20% hingga memenuhi standar yaitu 6 - 7 %. Di dalam
kernel silo dihembuskan udara panas untuk mengeringkan kernel. Udara panas
ini berasal dari steam heater. Temperatur kernel silo drier berkisar 60-70ºC.

3.2.7.9 Kernel Storage Bin


Kernel storage bin berfungsi sebagai tempat menampung kernel
sementara sebelum dikirim untuk diolah lebih lanjut di Kernel Crushing Plant
(KCP).

3.3 Sistem Pemrosesan dan Instrumentasi


3.3.1 Laboratorium
Laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk melakukan analisa sampel
yang diambil dari beberapa titik sampel, sehingga dapat mengetahui mutu hasil
produksi.

3.3.1.1 Bahan kimia di laboratorium


1. Normal Hexane
Sebagai pelarut sempel (CPO) yang akan diuji kadar dirt nya dan sebagai
pelarut pada ekstraksi soxhlet .
2. Alkohol (Isoprophil Alcohol)
Sebagai pelarut sempel (CPO) yang akan diuji kadar FFA.
3. NaOH
Sebagai bahan titran (pentitrasi) pada proses titrasi untuk mengetahui kadar
FFA.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


40
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

4. PHP (Photassium hydroksi phallate) /KOH


5. Phenolphetalein (PP)
Sebagai indikator perubahan warna (warna ungu) pada proses titrasi yang
menyatakan bahwa proses titrasi sampel (uji FFA dan dirt) telah
jenuh/ternetralkan oleh titran.
6. Reagent Nalco
Berfungsi untuk menentukan kadar atau kandungan apa saja yang terdapat
dalam air umpan boiler.

3.3.1.2 Pengambilan dan Quartering Sampel

1) Sasaran
Memastikan sampel yang akan dianalisa merupakan sampel yang
representatif (dapat mewakili)

2) Frekuensi
 Sampel pertama harus diambil 2 jam pertama setelah proses dimulai
dan sampel terakhir 2 jam sebelum proses berhenti
 Apabila waktu pengambilan sampel bersamaan dengan jam overshift
karyawan laboratorium, maka shift yang baru masuk (shift pengganti)
wajib untuk mengambil sampel pada jam tersebut. Dan diberikan
waktu toleransi waktu maksimal 15 menit untuk persiapan.
 Pengambilan terakhir sebelum overshift tetapdiambil oleh shift tersebut
dan masuk sebagai sampel shift tersebut.
 Apabila pengolahan pendek < 3 jam (jika terjadi kerusakan mesin),
sehingga sampel belum dapat diambil maka data losses dan mutu
produksi diambil dari data month to date bulan tersebut
 Apabila pengolahan lanjut mencapai overshift pukul 07.00 maka
dianggap stop proses pada pukul 07.00 WIB

JURUSAN TEKNIK KIMIA


41
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3) Cara pengambilan sampel cairan


 Periksa bahwa kran tidak terbuat dari kuningan ataupun tembaga
 Gunakan botol sampel yang layak
 Biarkan kran terbuka selama 15 detik sebelum pengambilan sampel
 Bilas botol sampel sedikitnya 3x sebelum pengambilan sampel
 Botol sampel harus diberi label yang jelas

4) Metode Quartering
a. Jumlah Sampel Quartering
Jumlah sampel yang diquartering minimal 3 sampel per shift, bila
shift pagi kurang dari 3 sampel, maka sampel digabung ke shift malam
dan begitu pula jika shift malam kurag dari 3 sampel berdasarkan hasil
estimasi buah di PKS maka sampel dapat digabung ke shift pagi pada
hari yang sama.

b. Metode untuk Quartering Sampel Padatan


 Sampel yang akan diquartering harus diaduk sesempurna
mungkin secara manual
 Pisahkan kedalam empat bagian yang sama dimana dua bagian
yang berlawanan disingkirkan
 Dua bagian yang tersisa disatukan dan lakukan pengulangan
prosedur seperti diatas dan lakukan berulang kali sampel
diperoleh sub sampel 1 kurang lebih 0.2 kg
 Sampel akhir merupakan sampel yang homogen, kemudian
tempatkan pada kantong plastik berlabel

JURUSAN TEKNIK KIMIA


42
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

c. Metode untuk Quartering Sampel Cairan


 Kosongkan segera tiap botol sampel dengan menuangkan sampel
cairan tersebut ke dalam botol yang lebih besar.
 Sampel yang akan diquartering dikocok atau diaduk sesempurna
mungkin, sehingga sampel menjadi homogen.

d. Titik pengambilan sample yang dilakukan oleh sample boy


1. Janjang Kosong
2. Pengujian USB dan kandungan minyak di janjang kosong
sebelum self separation bunch crusher (SSBC)
3. Pengamatan Visual terhadap kondensat
4. Mass passing to digester (MPD)
5. Komposisi Press Cake
6. Fiber Cyclone
7. Campuran Pecahan Nut
8. Kernel Dry Seperation (KDS)
9. LTDS no 1
10. LTDS no 2
11. Kernel Claybath
12. Cangkang Claybath
13. Kernel Silo
14. Kernel Produksi
15. Pengiriman Kernel
16. Komposisi Crude Oil
17. Sludge Undferflow Clarifier
18. Umpan Sludge Centrifuge
19. Sludge ex Sludge Centrifuge
20. Minyak Umpan purifier
21. Minyak setelah purifier

JURUSAN TEKNIK KIMIA


43
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

22. Minyak Produksi


23. Sludge sebelum Recovery
24. Sludge setelah Recovery
25. Final Effluent
26. Pengiriman minyak

3.3.2 Analisa di laboratorium


3.3.2.1 Analisa Internal Treatment Water
Analisa air boiler ini dilakukan untuk memantau kualitas air boiler,
sehingga apabila tidak sesuai dengan standar yang ditentukan dapat di
instruksikan untuk melakukan blowdown atau menambahkan dan mengurangi
dosis bahan kimia. Terdapat beberapa analisa yang dilakukan, yaitu analisa
alkalinity, pH, TDS, silika, phosphate, sulfite, dan total hardness.

1. Analisa Alkalinity
Tujuan : Untuk mengetahui alkalinitas dalam air
Bahan : Air boiler, air feed tank, air softener 1 & 2, indikator
phenophthalein, indikator metil orange, larutan H2SO4 0.02 N
Alat bantu : Erlenmeyer 250 ml, buret.
Prosedur :
 P. Alkalinity
 Bilas erlenmeyer dengan sampel yang akan dianalisa
 Masukkan 10, 25 atau 50 ml air sampel kedalam erlenmeyer (volume
sampel tergantung dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
 Tambahkan 2-3 tetes indicator phenolphtalein
 Jika larutan tidak berwarna merah, maka P. Alkalinity (sebagai ppm
CaCO3) = 0 ppm

JURUSAN TEKNIK KIMIA


44
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Jika larutan berwarna merah, titrasi dengan larutan asam sulfat (H2SO4
0.02 N) hingga warna merah hilang
 Catat ml titrasi larutan H2SO4 tersebut
 Skala buret (titran) H2SO4 tersebut tidak perlu di nolkan kembali.
Gunakan sampel yang sama untuk analisa M. Alkalinity
 Perhitungan :
P. alkalinity sebagai ppm CaCO3) = ml titran x A
Catatan :
A ; Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan
kimia di mill tersebut
 M. Alkalinity
 Tambahkan 2-5 tetes Methyl Orange Indicator, larutan akan berubah
menjadi biru
 Titrasi dengan larutan H2SO4 hingga berubah warna menjadi
kekuningan (tepat berubah warna)
 Catat ml titrasi larutan H2SO4 tersebut (termasuk jumlah larutan yang
digunakan untuk titrasi P. Alkalinity di atas)
 Perhitungan :
M. alkalinity (sebagai ppm CaCO3) = ml titran x B
Catatan :
B ; Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan
kimia di mill tersebut

 OH. Alkalinity
OH. Alkalinity (sebagai ppm CaCO3) = 2 x (P. Alkalinity) – M. Alkalinity
2. pH
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat keasaman pada air
Bahan : Raw water, Air boiler, air feed tank, air softener 1 & 2

JURUSAN TEKNIK KIMIA


45
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Alat bantu : pH meter, gelas kimia 100 ml.


Prosedur :
 Tuang sampel yang akan diukur kedalam glass beaker 100 ml sebanyak
50 ml atau dengan ketinggian sampel sekitar 4 cm
 Bilas electrode pH meter dengan aquadest dan keringkan electrode
tersebut menggunakan tissue
 Celupkan electrode pH meter kedalam sampel diaduk perlahan-lahan
 Tunggu hingga display menampilkan nilai pH yang stabil (tidak berubah)
 Catat nilai yang muncul pada display tersebut
 Bilas kembali electrode pH meter dengan aquadest dan keringkan
electrode tersebut menggunakan tissue untuk tiap pengukuran berikutnya

3. TDS
Tujuan : Untuk menentukan jumlah padatan terlarut dalam air
Bahan : Air boiler, air feed tank, air softener 1 & 2
Alat : TDS meter, gelas kimia 250 ml.
Prosedur :
 Putar switch range ke arah skala yang diharapkan, bila range sampel
tidak diketahui mulailah atur switch range pada skala yang paling besar
 Bilas cell cup dengan sampel yang akan dianalisa sebanyak 3 kali,
usahakan sensor elektrode bagian atas juga terendam
 Isi cell cup dengan sampel sampai sensor elektrode bagian atas terendam
sekitar 5-8 mm
 Tekan tombol pengukuran dan perhatikan pergerakan pointer, bila pointer
tidak bergerak maka putar switch range ke arah skala yang lebih kecil
 Catat hasil pengukuran dengan membaca angka yang ditunjukkan oleh
pointer dikalikan besaran switch range yang digunakan
 Catatan :

JURUSAN TEKNIK KIMIA


46
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Prosedur Analisa Air ini tetap merujuk kepada prosedur yang


dikeluarkan oleh supplier bahan kimia air

4. Silica
Tujuan : Untuk menentukan kandungan SiO2 yang terlarut dalam air
Bahan : Sampel raw water, air boiler, sampel air softener, tisu
Alat : Comparator, test tube, spatula.
Prosedur :
 Jika sampel yang akan diuji banyak mengandunng padatan tersuspensi
(suspended solid), biarkan mengendap hingga jernih atau saring dahulu
sebelum dianalisa
 Masukkan masing-masing sampel dan larutan blangko kedalam tabung
gelas (test tube). Volume, jenis reagen dan pengenceran sesuai dengan
ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut
 Masukkan tabung gelas kedalam comparator
 Dicari warna standar pada tabung comparator yang sama dengan warna
sampel pada tabung gelas
 Catat pembacaan pada comparator / reading disk. Bila warna sampel
berada diantara dua warna standar maka diambil nilai tengahnya
 Perhitungan :
Silica (sebagai ppm SiO2) = nilai hasil pembacaan x F
Catatan :
F : Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan kimia di mill
tersebut

Analisa silica dilakukan hanya pada 3 titik sampel saja yaitu : Raw
Water, Demin Water dan Boiler Water

JURUSAN TEKNIK KIMIA


47
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

5. Phospate
Tujuan : Untuk menetukan kandungan PO4 yang terlarut dalam air
Bahan : Air boiler, VM reagent, phospat reducing agent, tisu.
Alat : Comparator, test tube, spatula, buret.
Prosedur :
 Jika sampel yang akan diuji banyak mengandung padatan tersuspensi
(suspended solid), biarkan mengendap hingga jernih atau saring dahulu
sebelum dianalisa
 Masukkan masing-masing sampel dan larutan blangko kedalam tabung
gelas (test tube). Volume, jenis reagen dan pengenceran sesuai dengan
ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut
 Masukkan tabung gelas kedalam comparator
 Dicari warna standar pada tabung comparator yang sama dengan warna
sampel pada tabung gelas
 Catat pembacaan pada comparator / reading disk. Bila warna sampel
berada diantara dua warna standar maka diambil nilai tengahnya
 Perhitungan:
Phospate (sebagai ppm PO4) = nilai hasil pembacaan x E
Catatan :
E : Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan kimia di
mill tersebut
6. Sulfite
Tujuan : Untuk mengetahui kadar sulfite yang terkandung dalam air boiler
Bahan : Air Boiler, larutan H2SO4 6.5 N, indikator starch acid, larutan KI
0.0125 N
Alat : Erlenmeyer 250 ml, pipet ukur 5 ml, spatula, buret.
Prosedur :

JURUSAN TEKNIK KIMIA


48
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Masukkan 50 ml sampel yang akan dianalisa kedalam erlenmeyer


(volume sampel tergantung dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
 Tambahkan 2-4 ml asam sulfat (H2SO4 6.5%)
 Tambahkan 0.5 - 1 gram Starch Acid Indicator (Iodine Indicator) dan
diaduk /dikocok sampai benar-benar larut
 Titrasi sampel dengan larutan Potassium Iodate – Iodide sampai larutan
tepat berubah warna menjadi biru
 Catat ml titrasi larutan Potassium Iodate – Iodide tersebut
 Perhitungan :
Sulfite (sebagai ppm SO3) = ml titran x D
Catatan :
D ; Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan kimia di
mill tersebut

7. Total Hardness
Tujuan : Untuk mengetahui kandungan total hardness (Mg dan Ca) dalam
air
Bahan : Sampel air boiler, sampel air feed tank, sampel air softener 1 & 2,
buffer hardness, EBT, larutan EDTA 0.02 N
Alat : Erlenmeyer 250 ml, spatula, buret.
Prosedur :
 Jika sampel yang akan dianalisa banyak mengandung padatan
tersuspensi, biarkan mengendap hingga jernih atau saring dahulu sebelum
dianalisa
 Bilas erlenmeyer dengan aquadest
 Masukkan 25 atau 50 ml sampel yang akan dianalisa kedalam
erlenmeyer (volume sampel tergantung dari supplier bahan kimia di mill
tersebut)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


49
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Tambahkan 5 tetes atau 2 ml larutan Buffer Ammonia (Larutan Total


Hardness) sambil diaduk / dikocok beberapa detik
 Tambahkan 1 ujung spatula Total Hardness Indicator (Eryochrome
Black T) dan diaduk sampai benar-benar larut
 Jika larutan berwarna biru berarti Total Hardness adalah trace
 Jika larutan berwarna pink / keunguan, berarti ada hardness dan
dilanjutkan dengan titrasi EDTA
 Titrasi sampel dengan larutan EDTA (Versenate) hingga warna pink
hilang (tepat berubah warna)
 Catat ml titrasi larutan EDTA tersebut
 Perhitungan :
Total Hardness (sebagai ppm CaCO3) = ml titran x C
Catatan :
C : Perkalian berdasarkan ketentuan dari supplier bahan kimia di
mill tersebut
3.3.2.2 Analisa Jar Test
Jar test dilakukan setiap 2 hari jika PKS memiliki kolam penampung, jika
langsung dari sungai maka jar test dilakukan setiap hari untuk menentukan dosis
bahan kimia seperti Caustic soda, Alum (Al2(SO4)3), dan Flokulan yang tepat
untuk mendapatkan tingkat kejernihan yang maksimal.
Prosedur:
 Lakukan jar test untuk penentuan dosis coagulant, floculant dan soda ash
 Kumpulkan sampel raw water dalam jumlah yang cukup dari satu titik
sebelum dosis beberapa bahan kimia
 Cek pH raw water dilaboratorium untuk menentukan perlunya mengkoreksi
pH

JURUSAN TEKNIK KIMIA


50
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Pada pabrik dengan alat jar test 4 stirer, tes dilakukan dengan minimal 8
sampel 500 ml air per hari (4 sampel sekali pengujian, sehingga terdapat 2
set pengujian).
 Banyaknya air diukur dengan measuring cylinder 500 ml dan dituangkan
kedalam beaker glass
 Pada pabrik dengan alat jar test 6 stirer, tes dilakukan dengan minimal 6
sampel 500 ml air per hari (6 sampel sekali pengujian, sehingga terdapat 1
set pengujian). Banyaknya air diukur dengan measuring cylinder 500 ml
dan dituangkan kedalam beaker glass
 Atur stirer dengan kecepatan maksimal untuk dosis coagulant selama 5
menit. Catat ppm coagulant untuk tiap beaker glass
 Dosis pada beaker pertama dengan larutan standar coagulant 6 ppm
dibawah hasil tes harian dan naikkan dosis 2 ppm pada beaker berikutnya
dan seterusnya demikian.
contoh : Hasil tes harian = 20 ppm larutan alum
Mulailah dari 14 sampai 28
 Turunkan kecepatan stirer sampai 40 rpm atau lebih rendah lagi dan biarkan
berjalan selama 2 menit. Dosis floculant yang diinjeksikan hendaknya tidak
melebihi 0.4 ppm
 Hentikan stirer dan pindahkan sampel dari mesin stirer dan biarkan sampel
sampai konstan selama 15 menit
 Pilih sampel dengan air yang paling jernih, tes pH dan tambahkan soda ash
sampai 7.2 . Catat berapa dosis soda yang diperlukan
 Hitung dan catat jumlah bahan kimia yang diinjeksikan per hari :
1) Coagulant (alum atau polimer) .....kg
2) Floculant (N8173 atau Amerfloc) .....kg
3) Soda Ash / Caustic Soda .....kg

JURUSAN TEKNIK KIMIA


51
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Perhitungan :
ppm x flowrate x jam
Jumlah bahan kimia (kg) =
1 .000.000

dimana :
ppm = ppm larutan standar yang diinjeksikan
flowrate = pengukuran flowrate dari raw water
jam = jam pengadaan air yang di treatment ke pabrik.

3.3.2.3 Analisa Mutu Produksi


3.3.2.3.1 Analisa Mutu Minyak Sawit
1. Penentuan % FFA (Free Fatty Acid)
Tujuan : Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas di dalam crude palm oil
(CPO).
Alat : Neraca analitik, erlenmeyer 250 ml, buret, pipet tetes.
Bahan : Sampel CPO produksi, sampel CPO storage, isoprophyl alcohol,
indicator phenolphthalein (PP), dan NaOH 0,1 N
Prosedur netralisasi Isopropil Alkohol:
 Masukkan 500 ml alkohol ke dalam beaker glass 600 ml.
 Tambahkan 3 tetes indicator phenolphthalein.
 Tambahkan NaOH 0,1 N sampai berubah warna ungu muda.

Prosedur analisa FFA :


 Timbang 3-5 gr sampel minyak sampai 0.0001 gr di dalam conical flask
250 ml (W)
 Tambahkan 50 ml isoprophyl alkohol yang sudah dinetralisasi dan 4 tetes
indikator phenolphtalein, kocok hingga homogen

JURUSAN TEKNIK KIMIA


52
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Titrasi dengan larutan standar natrium atau potassium hidroksida 0.1 N


tetes demi tetes sampai timbul warna jingga yang dapat bertahan minimal
30 detik.
 Perhitungan :
25,6 x V x N
% FFA (sebagai asam palmitat) =
W

Catatan :
V = volume larutan natrium hidroksida yang digunakan (ml)
N = normalitas larutan natrium hidroksida
W = berat sampel minyak yang digunakan

2. Penentuan % Moisture
Prosedur analisa moisture:
 Panaskan crystalizing dish dalam oven konvensional temperatur 1050C,
selama 30 menit, dinginkan selama 30 menit di desikator
 Timbang cristalyzing dish tersebut sampai gr terdekat (W1). Tuang
sampel kedalamnya dan timbang sampai gr 0,0001 terdekat (W2)
 Keringkan sampel minyak didalam microwave oven dengan setting
tingkat panas dan cycle (pemanasan – pendinginan) mengacu pada
besaran watt microwave oven (lihat lampiran ….Tabel waktu pengeringan
sampel) atau hasil verifikasi pengujian moisture antara oven konvensional
dengan microwave oven
 Jika microwave oven rusak, durasi dan temperatur pemanasan pada oven
konvensional mengacu pada lampiran 2. Tabel waktu pengeringan
 Kemudian dinginkan sampel dalam desikator selama 30 menit
 Timbang wadah dan sampel kering sampai gr terdekat (W3)
 Perhitungan:
% Moisture = 100 x [(W2-W3)/(W2-W1)]

JURUSAN TEKNIK KIMIA


53
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3. Penentuan % dirt
Prosedur analisa dirt:
 Masukkan glass fibre filter dalam gooch crucible. Panaskan dalam oven
konvensional temperatur 1050C selama 30 menit kemudian dinginkan
selama 30 menit didalam desikator
 Timbang gooch crucible kering berisi glass fibre filter dan sampai 0.0001
gr terdekat (W4)
 Sampel minyak kering setelah pengujian %Moisture, merupakan sampel
untuk pengujian %Dirt
 Tambahkan 50 ml hexane, kemudian aduk hingga homogen
 Tuangkan larutan campuran minyak dan hexane kedalam gooch crucible
dengan hati-hati dan gunakan pompa Vacum untuk menghisap campuran
tersebut
 Lakukan beberapa pembilasan dengan menggunakan hexane suling
sampai keseluruhan minyak dan kotoran telah dipindahkan
 Pindahkan crucible dan bersihkan bagian luarnya dengan kertas tissue
kemudian keringkan dalam oven bersuhu 1050C selama 30 menit
 Timbang crucible sampai 0.0001 gr terdekat (W5)
 Perhitungan :

% Dirt = 100 x [(W5-W4)/(W2-W1)]

4. Analisa Dobi dan Carotene


Tujuan : untuk mengetahui kualitas dobi dan carotene pada CPO. Analisa
Dobi (Deterioration Of Bleachability Index) untuk mengetahui angka
pemucatan warna pada minyak sehingga semakin besar hasil dobi maka
semakin bagus karena pada saat proses refinery tidak membutuhkan chemical
yang banyak dan analisa carotene untuk mengetahui kandungan vitamin A
pada minyak.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


54
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Prosedur :
 Timbang sampel CPO produksi sebanyak 0,1000 ± 0,0001 gram di dalam
labu ukur 10 ml.
 Larutkan sampel di dalam labu ukur menggunakan pelarut isoctan sampai
tanda batas dan menghomogenkannya.
 Tuangkan blanko (isoctan) dan sampel yang telah diencerkan ke dalam
kuvet secara perlahan-lahan dan pastikan tidak ada gelembung udara.
 Bersihkan bagian halus kuvet menggunakan tissue halus dan memastikan
pengelapan dilakukan searah.
 Nyalakan alat spectrofotometer
 Masukkan blanko ke dalam spectro klik nomer 1 (photometric) go to
wave length  ketik 446 (panjang gelombang)  auto zero  tunggu
sampai berbunyi keluarkan blanko dan memasukkan sampel klik start
keluar hasil (K*ABS) dan mencatatnya
 Masukkan blanko  klik return  go to wave lenght  ketik 269
(panjang gelombang)  enter  auto zero  tunggu sampai berbunyi
keluarkan blanko dan masukkan sampel klik start  keluar hasil
(K*ABS) dan mencatatnya
 Matikan alat spectrofotometer dengan cara klik return dua kali  pilih ok
 enter , matikan tombol powernya.
 Untuk panjang gelombang disesuaikan dengan hasil kalibrasi yang
direkomendasikan.
 Perhitungan :
hasil dari K∗ABS 445
DOBI =
hasil dari K∗ABS 268

10 ×383 × hasil dari K∗ABS 445


CAROTENE =
100 × berat sampel

JURUSAN TEKNIK KIMIA


55
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.3.2.3.2 Penentuan Mutu Inti Sawit


1. Penentuan % dirt dan % kernel pecah
Prosedur analisa:
 Timbang kernel sampai gr terdekat (W1)
 Sampel disortir kedalam kernel bulat, kernel pecah, nut bulat, nut
setengah pecah, cangkang lepas dan serabut
 Pecahkan nut bulat dan nut setengah pecah secara manual dengan hati-
hati sehingga kernel yang diperoleh dalam keadaan utuh
 Timbang cangkang secara terpisah sampai gr terdekat dalam kategori
berikut:
Cangkang dan serabut W2
Cangkang dari nut bulat W3
Cangkang dari nut setengah pecah W4
Kernel pecah W5
 Kalkulasi :
% cangkang dan serabut = 100 x (W2/W1)
% cangkang dari nut bulat = 100 x (W3/W1)
% cangkang dari nut setengah pecah = 100 x (W4/W1)
% Dirt = 100 x [(W2+W3+W4)/W1]
% kernel pecah = 100 x (W5/W1)
2. Penentuan % moisture
Prosedur analisa :
 Hasil sortasi (nut bulat, nut pecah, kernel bulat, kernel pecah dan
cangkang) kemudian diambil kernel bulat secukupnya dan digerus secara
manual dengan menggunakan mortar sampai diperoleh kehalusan
maksimal 5 mm

JURUSAN TEKNIK KIMIA


56
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Panaskan petri dish dalam oven konvensioanal temperatur 1050C, selama


30 menit, kemudain dinginkan selama 30 menit di desikator. Timbang
crystalizing dish kering sampai 0.0001 gr terdekat (W1)
 Timbang sampel kernel dalam crystalizing dish sampai 0.0001 gr terdekat
(W2)
 Keringkan sampel dalam microwave dengan setting tingkat panas dan
cycle (pemanasan – pendinginan) mengacu pada besaran watt microwave
oven ( lihat lampiran 2. Tabel waktu pengeringan sampel ) atau hasil
verifikasi pengujian moisture antara oven konvensional dengan
microwave oven
 Jika microwave oven rusak, durasi dan temperatur pemanasan pada oven
konvensional mengacu pada lampiran 2. Tabel waktu pengeringan
 Kemudian dinginkan sampel dalam desikator selama 30 menit
 Timbang crystalizing dish berisi sampel kering sampai 0.0001 gr terdekat
(W3)
 Perhitungan :
% Moisture = 100 x [(W2-W3)/(W2-W1)]

3.3.2.4 Analisa Kehilangan Produksi (Losses Produksi)


3.3.2.4.1 Losses Minyak Sawit
1. Penentuan %Moisture
Prosedur analisa:
 Panaskan petri dish 100 x 15 mm untuk sampel padatan atau beaker
glass 100 ml dimensi 50 x 70 mm untuk sampel cairan dalam oven
konvensional temperatur 1050C, selama 30 menit, dinginkan selama 30
menit di desikator
 Timbang petri dish tersebut sampai gr terdekat (W1). Khusus wadah
untuk sampel sludge / final effluent, timbang wadah beserta

JURUSAN TEKNIK KIMIA


57
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

kapaskemudian kapas dikeluarkan dari wadah sebelum penuangan


sampel.
 Tuang sampel kedalam wadah dan khusus sampel sludge / final effluent
ditutup dengan kapas pada bagian atas beaker glass. Kemudian timbang
sampai gr terdekat (W2)
 Keringkan sampel didalam microwave oven dengan setting tingkat
panas dan cycle (pemanasan – pendinginan) mengacu pada besaran
watt microwave oven ( lihat lampiran 2. Tabel waktu pengeringan
sampel ) atau hasil verifikasi pengujian moisture antara oven
konvensional dengan microwave oven
 Jika microwave oven rusak, durasi dan temperatur pemanasan pada oven
konvensional mengacu pada lampiran 2. Tabel waktu pengeringan
 Jika pengeringan menggunakan oven konvensional, maka untuk wadah
beaker glass tidak perlu menggunakan kapas.
 Kemudian dinginkan sampel dalam desikator selama 30 menit
 Timbang wadah dan sampel kering sampai gr terdekat (W3)
 Perhitungan:
%Moisture = 100 x [(W2-W3)/(W2-W1)]

2. Penentuan kandungan minyak


Prosedur analisa dengan Ekstraksi Soxhlet :
 Pindahkan sampel kering beserta kapas kedalam thimble berlabel
dengan menggunakan spatula dan bila diperlukan tambahkan beberapa
tetes hexane suling kedalam sampel
 Panaskan extraction flask selama kurang lebih 30 menit dalam oven
konvensioanal temperatur 1050C, selama 30 menit, kemudian
dinginkan selama 30 menit di desikator. Timbang extraction flask kering
sampai 0.0001 gr terdekat (W4)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


58
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Isi 150 ml hexane suling pada flask dan tempatkan thimble pada
ekstraktor
 ekstraksi sampel selama 4 jam pad skala regulator 8 di elektromantel
dan pastikan bahwa air pendingin mengalir selama ekstraksi
berlangsung
 setelah ekstraksi selesai, sisa hexane diuapkan dengan pemanasan
berlanjut dari flask yang berisi minyak ekstrak pada heating mantel
hingga secara visual tidak ada lagi uap hexane yang keluar dari flask,
kemudian miringkan flask untuk mencegah minyak terbakar selama
penguapan sisa hexane
 Minyak ekstrak dalam flask dikeringkan dalam oven konvensional pada
suhu 1050C, selama 30 menit
 Timbang flask yang berisi minyak ekstrak sampai 0.0001 gr terdekat
(W5)
 Perhitungan :
%O/WM = 100 x [(W5-W4)/(W2-W1)]
%DM/WM = 100 - %Moisture
%NOS = 100 - ( %Moisture + %O/WM)
%O/DM = 100 - (%O/WM / %DM/WM)
 Catatan : Untuk analisa kehilangan minyak pada hasil perhitungan
%O/WM dikurangi 0.35% (sebagai minyak lilin).
3.3.2.4.2 Losses Inti Sawit
Prosedur analisa:
1. Timbang sampel sampai gr terdekat (W1)
2. Sortir dengan teliti kedalam kategori berikut :
 Kernel pecah W2
 Kernel bulat W3
 Nut bulat dan nut setengah pecah

JURUSAN TEKNIK KIMIA


59
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3. Kernel yang berasal dari nut bulat dan nut setengah pecah
dikeluarkan dengan pemecah manual dan timbang masing-masing
kategori berikut :
 Kernel dari nut bulat W4
 Kernel dari nut setengah pecah W5
4. Perhitungan :
%Kernel pecah = 100 x (W2/W1)
%Kernel bulat = 100 x (W3/W1)
%Kernel dari nut bulat = 100 x (W4/W1)
%Kernel dari nut setengah pecah = 100 x (W5/W1)
%Total kehilangan kernel =100x [(W2+W3+W4+W5)/W1]

3.3.3 Quality Control


Bagian yang dilakukan pengamatan dan pengontrolan terhadap quality dan
parameternya.
1. Stasiun Sterilization dan Threshing terkontrol bila :
 % USB maksimal 3% sebelum pengutipan (recycle) USB atau sebelum
SSBC dan maksimal 1% sesudah pengutipan (recycle) USB atau sesudah
SSBC.
 Kondensat normal (tidak berminyak).
 % kehilangan minyak di janjang konsong maksimal 4% O/DM atau 0,32%
terhadap TBS.
 % kehilangan minyak di brondolan terikut di janjang kosong 0,60%/sampel
atau 0,05% terhadap TBS.
 % kehilangan kernel di brondolan terikut di janjang kosong maksimal
0,60%/sampel atau 0,02% terhadap TBS.
2. Stasiun Pressing terkontrol bila :

JURUSAN TEKNIK KIMIA


60
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 % kehilangan minyak di fibre maksimal 8% O/DM atau 0,58% terhadap


TBS.
 % kehilangan minyak di nut maksimal 1% O/DM atau 0,05% terhadap TBS.
 % nut pecah terhadap total nut maksimal 10%.

3. Stasiun Kernel Recovery terkontrol bila :


 % Kehilangan Kernel di fibre cyclone maksimal 1%/sampel atau 0,11%
terhadap TBS.
 % Kehilangan Kernel di LDTS :
 Jika dari buah inti : maksimal 1,20%/sampel atau 0,05% terhadap TBS.
 Jika plasma campur inti dengan komposisi plasma >50% : maksimal
1,50%/sampel atau 0,06% terhadap TBS.

 % Kehilangan Kernel di Claybath :


 Jika dari buah inti : maksimal 1,40%/sampel atau 0,01% terhadap TBS.
 Jika plasma campur inti dengan komposisi plasma >50% : maksimal
2,0%/sampel atau 0,02% terhadap TBS

 Mutu Kernel Produksi :


 % Moisture dalam limit 6,0 – 7,0%
 % Dirt dalam limit 5,0 – 6,0%
 % Kernel pecah ≤ 15%

 Kualitas Produksi :
 Moisture 6-7%
 Dirt 5 – 6%
 Broken Kernel < 15 %
 FFA < 2%

JURUSAN TEKNIK KIMIA


61
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Effisiensi Ripple Mill ≥ 96 %


 Volume nut hopper maksimal. 50% dari kapasitasnya
 Volume kernel silo harus penuh ( minimal 75 % dari kapasitasnya).
 Mass Balance Cracked mixture
 Ex LTDS no 1 = 50 % maksimum
 Ex LTDS no 2 = 30 % maksimum.
 Ex Claybath = 20 % maksimum.
 Kebutuhan kg CaCO3 terhadap ton TBS maksimum 0,9 kg/ton TBS.
 Kernel Loss In Fibre cyclone = maksimum 1 % terhadap sampel.

5. Stasiun Klarifikasi terkontrol bila :


 Mutu minyak sawit dengan :
4) % Moisture dengan limit 0,12 – 0,15%
5) % Dirt maksimal 0,030%
6) % FFA maksimal 3,00%

% Kandungan minyak di Sludge ex centrifuge maksimal 13% O/DM atau


0,32% terhadap TBS (menggunakan sludge centrifuge).

3.4 Produk
3.4.1 Produk Utama
Produk utama yang dihasilkan pada PKS Muara Wahau Mill adalah
Crude Palm Oil (CPO) dan kernel. CPO merupakan minyak kelapa sawit mentah
yang diperoleh dari hasil pengepressan mesocrap buah kelapa sawit dan belum
mengalami pemurnian. Crude palm oil merupakan trigliserida yang terdiri dari
berbagai asam lemak yaitu mengandung hampir sejumlah asam lemak jenuh
(palmitat 44% dan stearat 4%) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat 39% dan
asam linoleat 11%). (Ketaren, 1986)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


62
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Pemanfaatan CPO sangat luas sekali baik sebagai bahan pangan maupun
non pangan. Sebagai bahan pangan CPO diolah mejadi minyak goreng, mentega
dan lain sebagainya. Sedangkan sebagai bahan non pangan dapat digunakan
sebagai farmasi, polimer, pelumas dan lain sebagainya. (Ajar,M.2017)

Untuk produk lain dari pengolahan pabrik kelapa sawit yaitu kernel yang
di hasilkan dari proses pemecahan nut oleh alat ripple mill pada stasiun kernel.
Untuk standar mutu kernel produksi PKS Muara Wahau Mill ini yaitu, kadar air
kurang dari 6% - 7%, kadar broken kernel ≤ 15% dan kadar kotoran 5% - 6%.

Komponen yang terkandung dalam minyak kelapa sawit sangat


menentukan mutu dari minyak kelapa sawit itu sendiri. Oleh karena itu
komposisi minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor genitika dan faktor pada
saat panen.

3.4.2 Energi
Energi di PT. Kresna Duta Agroindo dihasilkan oleh beberapa peralatan
yaitu sebagai berikut :
 Turbin yang berfungsi sebagai pembangkit listrik utama dengan menggunakan
steam sebagai media penggeraknya. Turbin mampu menghasilkan energi
listrik sebesar 1200 kW dengan standar putaran pada turbin yaitu sebesar 5000
rpm dan tekanan steam sama dengan yang dihasilkan oleh boiler. Jika putaran
diatas 5000 rpm maka akan terjadi trip (turbin akan mati).
 Genset berfungsi sebagai pembangkit listrik berbahan bakar solar yang
digunakan untuk start awal proses dan sebagai pembangkit listrik apabila
terjadi penurunan tekanan pada turbin. Di PT. Kresna Duta Aroindo terdapat
tiga genset yaitu genset berkapasitas 128 kW dan dua genset berkapasitas 360
kW.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


63
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

 Back Pressure Vessel (BPV) yang berfungsi sebagai tempat


penerima/penampungan steam sisa dari turbin yang akan didistribusikan pada
stasiun-stasiun yang membutuhkan steam pada prosesnya. Adapun tekanan
steam yang berada dalam BPV sebesar 3,2 bar namun apabila digunakan
untuk proses tekanan akan turun.

3.4.3 Limbah
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses alam atau belum
mempunyai nilai ekonomi. Limbah yang dihasilkan PKS PT. Kresna Duta
Agroindo adalah sebagai berikut :
 Limbah padat dari PKS berupa tandan kosong dijadikan sebagai pupuk
tanaman kelapa sawit, fiber dan shell yang dijadikan sebagai bahan bakar
boiler.
 Limbah cair PKS merupakan limbah cair yang berasal dari sludge separator
dan buangan air hydrocylone yang merupakan sisa buangan yang tidak
beracun namun memiliki daya pencemaran yang tinggi karena memiliki
kandungan organik yang sangat tinggi sehingga dapat mencemari air tanah.
Oleh karena itu dilakukan pengolahan limbah cair di effluent untuk
menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah
sebelum diaplikasikan kedalam land application.
 Limbah gas PKS dapat berupa uap-uap buangan steam pada beberapa stasiun
antara lain yaitu sterilizer, power house dan uap hasil pembakaran pada
boiler.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


64
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5 Utilitas dan Pengolahan Limbah


3.5.1 Water Treatment Plant
Water Treatment Plant berfungsi untuk mengolah air baku atau yang
biasa disebut dengan raw water dari waduk atau sungai hingga layak digunakan
untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan juga aman untuk pengoperasian boiler.
Secara garis besar terdapat 2 tahapan, yaitu :

1) Eksternal Water Treatment


Proses penjernihan air dari padatan tersuspensi (Suspended Solids).
2) Internal Water Treatment
Proses penjernihan air dari padatan yang terlarut (Dissolved Solids)

Sungai Kolam Raw Water Tank


Air

Injeksi bahan
kimia

Clarifier Tank

Sand Filter Treated Water Tank

Softener

Feed Water Tank Deaerator

Chemical Boiler
Boiler

Gambar 3.10. Alur Proses Water Teatment Plant

JURUSAN TEKNIK KIMIA


65
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.1.1 Raw Water Tank


Raw Water Tank berfungsi menampung air dari waduk sebelum dialirkan
ke clarifier tank. Raw water tank dilengkapi dengan alat pendukung yaitu Raw
water pump yang digunakan untuk memompakan air dari waduk untuk kemudian
mengisi tangki ini. Pada pipa air dari Raw water tank menuju Clarifier tank akan
diinjeksikan alum (Al2(SO4)3) sebagai koagulan sehingga dapat menggumpalkan
padatan tersuspensi yang ada dalam air. Kemudian diinjeksikan lagi flokulant
untuk proses flokulasi yaitu menyatukan gumpalan - gumpalan menjadi lebih
besar lagi sehingga dapat dengan mudah mengendap.

3.5.1.2 Clarifier Tank


Clarifier Tank merupakan tangki yang berbentuk kerucut pada bagian
bawahnya. Tangki ini berfungsi sebagai tempat untuk pengendapan kotoran dan
flok yang telah terbentuk dan air secara over flow mengalir ke Treated water
tank. Di tanki ini diinjeksikan beberapa bahan kimia, antara lain :
1. Coagulant (Alumunium sulfat), berfungsi membentuk flok-flok partikel
kotoran dalam air (pinflock).
2. Floculant (Amerfloc), berfungsi menggumpalkan dan mengendapkan
pinflock yang telah terbentuk,
Didalam tanki ini terjadi 3 aktivitas, yaitu koagulasi atau pembentukan
flok-flok, flokulasi atau penggumpalan flok-flok, dan sedimentasi atau
pengendapan flok-flok.

3.5.1.3 Treated Water Tank


Treated water tank merupakan tangki untuk menampung air jernih
keluaran dari Clarifier tank sebelum dipompakan ke Sand filter. Tanki ini
menjaga stabilitas dan kontinuitas air umpan pada pengolahan air ekternal
maupun internal. Untuk itu harus selalu diperhatikan ketinggian level air pada
tanki ini.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


66
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.1.4 Sand Filter


Sand filter berfungsi sebagai tempat filtrasi sebelum air siap dipakai untuk
keperluan boiler maupun domestik. Filtrasi adalah proses fisik, dimana cairan
dilewatkan setumpuk media saring (filter media) berupa pasir, sehingga
impurities atau kontaminan atau dalam hubungan dengan klarifikasi, carry-over
akan tertinggal atau tertahan di pori-pori media saring dan cairan keluar
berkualitas lebih baik. Di PKS Muara wahau sendiri terdapat 3 buah Sand Filter.
Untuk mendukung kerja pada Sand filter ini maka terdapat Sand filter pump yang
berfungsi untuk memompakan air dari Treated water tank ke Sand filter tank
supaya tekanan dalam tangki tercapai. Pompa ini memberikan tekanan ± 2 bar
untuk operasional sand filter. Hal yang harus diperhatikan adalah perlakuan
backwash pada sand filter apabila terjadi selisih tekanan sebesar 0,5 bar pada
keluaran sand filter atau setiap 8 jam.
Selain itu juga perlu dilakukan pencucian dan penggantian media pasir
sand filter secara rutin untuk menjaga operasional sand filter yang optimal.

3.5.1.5 Boiler Water Tank


Boiler water tank merupakan tangki penyimpanan air bersih yang telah
melalui proses filtrasi dari Sand filter. Air yang ditampung pada tangki inilah
yang nantinya digunakan untuk air umpan boiler, air dari tangki ini akan
diberikan perlakuan lebih lanjut lagi yaitu pada internal water treatment agar
sesuai dengan standar air boiler.
3.5.1.6 Softener Tank
Softener adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengurangi kesadahan
(hardness) pada air umpan boiler sehingga pengerakan pada pipa boiler lebih
lamban. Proses softening merupakan proses pertukaran ion (ion exchange) yang
dilakukan untuk menghilangkan ion–ion terlarut yang tidak dapat dihilangkan
melalui proses external water treatment. Pada proses ini air dilewatkan pada
softener tank yang berisi resin sebagai penukar ion. Pada saat air bersentuhan

JURUSAN TEKNIK KIMIA


67
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

dengan resin, maka akan terjadi pertukaran beberapa ion dalam air dengan ion
lain yang terikat dalam resin. Ion yang bertukar pada proses softening ini adalah
ion–ion positif (kation), yaitu ion calcium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) bertukar
dengan ion natrium (Na+) pada resin.
Reaksi yang terjadi pada softener tank adalah :
R – Na + Ca2+  R – Ca + Na+
R – Na + Mg2+  R – Mg + Na+
Terikat pada resin Terbawa air
+
Setelah gugus Na terpakai habis (tertukar seluruhnya), maka resin
menjadi tidak aktif (jenuh), sehingga perlu diaktifkan kembali (diregenerasi)
dengan menggunakan larutan NaCl (garam dapur) sehingga akan terjadi reaksi
terbalik yaitu :
R – Ca + Na+  R – Na + Ca2+
R – Mg + Na+  R – Na + Mg2+
Resin aktif

Setelah proses regenerasi selesai, maka dilakukan pencucian untuk


menghilangkan regeneran yang masih tersisa. Softener tank setiap hari perlu
dilakukan backwash secara rutin untuk menghilangkan padatan yang
terperangkap pada pori–pori resin.

3.5.1.7 Feed Tank


Tangki ini berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara dari
proses di demin plant untuk persediaan air umpan ke boiler. Pada tangki ini air
akan diberikan pemanasan awal dengan temperatur dijaga 80–90 oC. Air dari
Feed tank ini selanjutnya dipompakan ke Deaerator menggunakan Deaerator
pump.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


68
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.1.8 Deaerator
Deaerator berfungsi untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut di dalam
air umpan boiler seperti oksigen yang dapat menyebabkan korosi pada pipa
boiler. Suhu di dearator tank dijaga pada 105oC. Level air pada tangki ini harus
tetap dijaga karena tangki ini merupakan penampungan terakhir sebelum
dipompakan kedalam drum boiler.

3.5.1.9 Drum Chemical Boiler


Drum Chemical boiler ini berfungsi sebagai tempat larutan bahan kimia
yang akan diinjeksikan ke dalam pipa air menuju boiler. Larutan kimia ini
berfungsi untuk menangkap oksigen yang masih terikut dalam air umpan boiler
sesudah keluar dari deaerator dan menimalisir pembentukan kerak pada pipa-
pipa boiler. Untuk menginjeksikan larutan bahan kimia tersebut maka tangki ini
dilengkapi juga dengan dosing pump. Terdapat dua buah drum chemical boiler.
Satu drum untuk sulfit dan satu drum untuk tiga bahan kimia lainnya. Bahan
kimia yang digunakan untuk boiler ada empat, yaitu:
1) Alkalinity booster adalah bahan kimia yang berfungsi sebagai pengontrol total
alkali dan pH air boiler.
2) Anti foam berfungsi mencegah terjadi nya foaming pada air boiler
3) Corrotion inhibitor adalah bahan kimia yang berfungsi mencegah
terbentuknya kerak dan melarutkan lapisan kerak yang sudah terbentuk pada
permukaan dalam pipa boiler.
4) Oxygen scavenger berfungsi untuk mengikat oksigen dan gas-gas lain yang
masih terikat dalam air boiler serta mencegah terjadinya korosi pada
permukaan logam, khususnya pada bagian dalam pipa-pipa dan drum boiler.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


69
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.2 Boiler Plant


Boiler adalah sebuah unit penghasil steam dengan bahan baku air.
Peranan boiler sangatlah penting, dimana boiler berfungsi sebagai pembangkit
energi dan mensuplai steam untuk pembangkit listrik dan menunjang proses
pengolahan kelapa sawit. Steam menghasilkan listrik dengan jalan menggerakkan
Steam Turbin, kemudian energi gerak tersebut dikonversi menjadi energi listrik.
Listrik tersebut untuk menjalankan (operasional) pabrik dan untuk kebutuhan
listrik perumahan (domestik).
Selain untuk pembangkit turbin, steam yang dihasilkan juga digunakan
untuk keperluan proses seperti proses sterilisasi yang membutuhkan uap untuk
operasionalnya. Selain itu beberapa stasiun lain pun membutuhkan steam untuk
keperluan operasionalnya seperti digesting & press station, clarification, nut &
kernel station, dan storage tank.
Pada PKS Muara wahau memiliki 2 buah boiler untuk mencukupi
kebutuhan steam untuk operasional. Boiler ini berbeda merk antara satu dan
yang lain.

 Spesifikasi Boiler 1 sebagai berikut :


Merk : Vickers Hoskins
Serial // mode : 20532 // TW 16/44 - 54
Capacity : 22700 kg/hr
Year Manufacture : 2004
Work pressure : 2500 N/mm2
Design pressure : 2500 N/mm2

 Dan Boiler 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut :

Merk : Takuma
Serial // model : 20532 // TW 16/44 - 54
Capacity : 27000 kg/hr

JURUSAN TEKNIK KIMIA


70
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Year Manufacture : 2011


Work pressure : 2700 N/mm2
Design pressure : 2700 N/mm2
Fungsi dan tujuan Stasiun Boiler ini adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan steam dengan tekanan konstan sebagaimana yang
dibutuhkan Steam turbin.
2) Pemanfaatan limbah padat (cangkang & serat) hasil pengolahan TBS
untuk bahan bakar boiler.
3) Penggunaan bahan bakar yang efektif (tidak boros bahan bakar).

Feed Tank

Deaerator

Fiber & Shell Fiber


Boiler
Conveyor Shell

Steam
Make Up
Steam

Steam Turbin

Electrictyy Steam

Main Switch Board Back Pressure Vessel


(MCB) (BPV)

Power Supply untuk Steam untuk Proses


Proses domestik Pengolahan

Gambar 3.11 Alur Proses Stasiun Boiler

JURUSAN TEKNIK KIMIA


71
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.2.1 Feed Tank


Tangki ini berfungsi sebagai tempat penampungan air umpan ke boiler.
Pada tangki ini air akan diberikan pemanasan sebagai pemanasan awal sebelum
diumpankan ke boiler. Temperatur air pada Feed tank dijaga 80 – 90oC. Level air
pada feed tank dijaga dalam kondisi penuh sepanjang proses pengolahan untuk
menghindari kurangnya pasokan air ke boiler.

3.5.2.2 Deaerator
Deaerator berfungsi untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut di dalam
air umpan boiler seperti oksigen yang dapat menyebabkan korosi pada pipa
boiler. Temperatur air di dalam deaerator harus dijaga sekitar 105oC. Level air di
dalam deaerator harus dijaga sedikit di atas setengah tinggi tangki. Ruang
kosong di atas level air diperlukan untuk melepaskan oksigen.

3.5.2.3 Feed Water Pump


Feed water pump berfungsi untuk memompakan air dari Deaerator
menuju drum atas (Upper drum) boiler. Tekanan pompa yang diinginkan untuk
memompakan air ke boiler adalah 32-34 bar.

3.5.2.4 Water level modulating valve


Water level modulating valve ini berfungsi untuk mengatur umpan air
(feed water) yang masuk ke boiler, agar water level air pada boiler tetap terjaga
normal. Valve ini bekerja dengan sistem pneumatic dengan udara yang berasal
dari compresor.

3.5.2.5 Air Receiver Tank


Air receiver tank ini adalah tangki udara yang digunakan untuk
menampung udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor. Udara bertekanan
yang ditampung ini digunakan untuk mengaktifkan kerja Water level modulating
valve atau valve lain yang bekerja secara pneumatic.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


72
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.2.6 Boiler
Boiler sebagai penghasil steam. Di PKS Muara wahau, Boiler yang
digunakan adalah Boiler dengan kapasitas 30 ton uap/jam.
Prinsip dasar boiler secara umum adalah :
1. Aliran Gas Panas
Aliran gas dapat dimungkinkan karena :
 Tarikan udara secara alami (adanya chimney/cerobong asap).

 Adanya Induced Draft Fan (ID Fan) tarikan secara paksa.

Pengaturan arah aliran gas panas dilakukan oleh Baffle Plate. Efisiensi
boiler maksimal dipengaruhi oleh Baffle Plate yang baik, jangan “By Pass”
sehingga menjadi tidak terarah.

2. Sirkulasi Air
Air dipanaskan terus menerus sehingga berubah menjadi uap, dimana uap
lebih ringan dari air maka uap akan naik ke atas menuju ke header pengumpul
dan selanjutnya menuju drum atas. Kemudian air akan mengalir melalui pipa
distribusi (down comer pipe) dan ditampung di header air/drum bawah untuk
selanjutnya didistribusikan ke pipa air pembangkit uap (water wall). Kebutuhan
air per jam di boiler sedikit lebih dari kapasitas uap yang diproduksi per jam. Hal
ini dikarenakan adanya kehilangan air sebagai “blow down” dari drum dan
header. Seperangkat unit boiler terdiri atas beberapa bagian yaitu seperti berikut
ini :
1. Ruang bakar (furnace)
Fungsinya untuk tempat pembakaran bahan bakar (fiber dan
cangkang) untuk memanaskan/menguapkan air yang mengalir di dalam pipa-
pipa. Tekanan udara di dalam ruang bakar ini selalu dijaga pada tekanan
minus agar tidak terjadi back fire. Ruang bakar ini disekat pada bagian
bawahnya dengan susunan roster (fire grate).
2. Drum Boiler

JURUSAN TEKNIK KIMIA


73
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

a. Upper drum (drum atas), berfungsi untuk menampung uap (steam).


Menampung air umpan untuk didistribusikan ke pipa air pembangkit
steam. Mengalirkan dan mendistribusikan air umpan ke header dan
lower drum boiler. Pada drum atas ini terdapat sight glass untuk
mengetahui level air yang ada didalam drum.
b. Lower drum (drum bawah), merupakan drum bagian bawah.
c. Drum header, berfungsi untuk menampung dan mendistribusikan air ke
pipa-pipa dan header-header antara drum atas dan drum bawah
dihubungkan dengan rangkaian pipa-pipa boiler yang mendapat
pemanasan secara konveksi dari gas asap hasil pembakaran. Didalam
upper drum boiler terdapat alat pemisah antara steam dengan air agar air
tidak terikut masuk keluar menuju turbin.
3. Header
Header berfungsi sebagai tempat penampungan air atau steam
didalam ruang bakar boiler sebelum mengalir melalui pipa-pipa.
Ada 2 jenis header didalam boiler :
a. Header Air umpan, Merupakan bejana baja berbentuk silinder dipasang
disekeliling dapur dan di bawah fire grate pada dinding depan boiler.
Berfungsi untuk menampung air umpan dan selanjutnya didistribusikan
ke pipa air pembangkit uap (water wall).
b. Header Steam, header uap berfungsi sebagai penampung uap dari pipa
air pembangkit uap dan selanjutnya mendistribusikan ke drum uap
(drum atas).

4. Piping System
Pipa-pipa air untuk mengalirkan air umpan Boiler dari upper drum ke
lower drum, header samping, header bawah. Dengan mengalirkan air
melalui pipa-pipa yang dilewatkan didalam ruang pemanasan, pemanasan
inilah air akan berubah fasenya menjadi steam atau uap.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


74
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

5. Fan/Blower
Ada 4 buah fan yang digunakan pada boiler di PKS Muara wahau.
a. Forced draught fan (FD Fan), berfungsi untuk membantu memasukkan
udara pembakaran kedalam ruang bakar dan sekaligus mengatur agar
pembakaran berjalan sempurna.
b. Over fire fan (SA Fan), berfungsi untuk memaksimalkan proses
pembakaran dan menghembuskan udara dari samping dan belakang
furnace.
c. Fuel Feeder Fan (FF Fan), berfungsi untuk menghembuskan bahan
bakar masuk kedalam ruang bakar.
d. Induced draught fan (ID Fan), berfungsi untuk menghisap gas panas
yang telah dihasilkan pembakaran menuju Chimney.
6. Multi Cyclone Dust Collector
Multi Cyclone Dust collector berfungsi untuk menangkap abu yang
terbawa gas panas agar tidak langsung terbuang ke udara melalui cerobong
(chimney). Terdiri dari susunan cone berjumlah 49 buah yang akan
menangkap abu berdasarkan prinsip gaya centrifugal dimana abu yang lebih
berat akan jatuh ke bawah dan gas panas akan dibuang ke cerobong
(Chimney). Abu yang tertangkap akan diatur keluarannya dari ash hooper
melalui airlock. Kemudian abu yang turun akan di transfer dengan conveyor
menuju ke tempat penampungan abu.

7. Cerobong Asap (Chimney)


Cerobong ini berfungsi untuk membuang gas sisa pembakaran ke
atmosfer. Chimney selain untuk membuang gas sisa pembakaran juga untuk
menurunkan temperatur gas panas dari dapur boiler tersebut sebelum
dibuang ke udara (250 - 3000C).

JURUSAN TEKNIK KIMIA


75
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

8. Blowdown Chamber
Blowdown chamber merupakan chamber yang berfungsi untuk
membuang gas panas yang keluar bersama air blowdown.

9. Sonic Shoot Blower


Sonic shoot blower berfungsi untuk membersihkan pipa-pipa boiler
dari debu dan partikel lain yang menempel pada pipa menggunakan getaran
suara. Dapat bekerja secara otomatis dengan periode atau waktu yang
ditentukan.

10. Heat Insulation


Berfungsi untuk mengurangi panas yang hilang yang disebabkan
tingginya temperatur pada dapur boiler serta menjaga keamanan lingkungan
dan efisiensi boiler.

Pengawasan & pengoperasian boiler memerlukan perhatian khusus


karena selain manfaatnya yang besar, bahaya yang bisa ditimbulkannya pun
juga sangat besar. Oleh karena itu, boiler juga dilengkapi dengan alat-alat
pendukung untuk sistem keamanan seperti Safety valve, Water level
indicator, Sight glass, Pressure gauge, Termometer, sirine dan pendukung
lainnya. Safety valve berfungsi untuk menjaga tekanan pada drum agar tidak
melebihi tekanan kerja yang diizinkan / telah diatur. Tekanan kerja yang
diinginkan dari Boiler adalah 30,2 Kg/Cm2. Jika tekanan melebihi dari
tekanan kerja tersebut maka Safety valve akan bekerja membuang steam
untuk mengurangi tekanan.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


76
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.2.7 Smart Fiber Hooper


Smart Fiber Hooper adalah sebuah tempat penimbunan bahan bakar
yang berfungsi menyuplai bahan bakar boiler selain dari stasiun nut & kernel.
Alat ini berupa sebuah hooper yang terdapat scraper untuk menarik bahan bakar
dan menjatuhkannya ke dalam retrival fuel conveyor.

3.5.2.8 Fuel Balancing System


Yaitu sebuah mekanisme pengisian bahan bakar secara otomatis
disesuaikan dengan tekanan steam dan steam flow rate yang diperlukan saat
operasional boiler. Hal ini membuat penggunaan bahan bakar lebih efisien
sehingga dapat menghemat bahan bakar dan menghemat beban kerja operator
boiler untuk mengorek abu sisa pembakaran.

3.5.2.9 Masalah Yang Sering Terjadi Di Boiler


Adapun masalah yang sering terjadi di boiler dapat dilihat pada tabel 3.6
berikut ini :
Tabel 3.6 Masalah yang sering terjadi di boiler
Masalah Sebab Akibat Pencegahan
pengendapan hardness
terhambatnya perpindahan
pada air umpan Menjaga kualitas
panas dari dinding ke air
kristalisasi zat terlarut dalam pipa, overheating, air umpan dan
Kerak/ pecahnya pipa boiler dan
dalam air umpan pada melakukan internal
scaling menurunkan efisiensi
permukaan dimana boiler. water treatment
perpindahan panas secara kimia
terjadi
Logam/metal kembali penipisan dinding logam Menghilangkan
ke sifat asalnya sebagai pada pipa dan drum boiler atau mengurangi
Korosi serta bocornya pipa boiler.
suatu oksigen karena jumlah oksigen
bereaksi dengan pada air umpan

JURUSAN TEKNIK KIMIA


77
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

oksigen/ boiler secara


carbondioksida mekanik
Alkalinity yang (deaerator) atau
berlebihan pada suatu kimiawi (pengikat
tempat oksigen)
Endapan yang
Mengontrol air
menempel pada
umpan boiler
dinding pipa dan drum Terhambatnya proses
bebas dari
boiler yang berasal dari perpindahan panas,
hardness dan
Deposit Oksida metal akibat menurunnya effisiensi
silika, mengontrol
korosi pada system air boiler, terjadi overheating
kualitas air boiler
umpan dan zat organik dan pecahnya pipa boiler
menggunakan
yang terikut masuk
bahan kimia
dalam air umpan.
Pengoperasian boiler Menjaga operasi
pada beban tinggi dan boiler (tidak
merusak sudu turbin
level ketinggian beroperasi pada
akibat hantaman butiran
permukaan air dalam beban lebih,
air berkecepatan tinggi
Carry drum pada high level. mengontrol tinggi
yang terbawa bersama
Over Sirkulasi air boiler permukaan air
aliran steam, terjadi korosi
tidak lancer akibat pada drum,
dan erosi serta kerusakan
proses pembakaran menjaga proses
mekanis pada pipa
terganggu dan tekanan pembakaran dan
superheater, steam valve
operasi terlalu rendah sirkulasi air boiler
dan jaringan peralatan
konsetrasi zat terlarut, lancer, menjaga
yang menggunakan aliran
zat tidak terlarut dan tekanan operasi
Foaming steam.
silika tinggi sehingga boiler). Menjaga
membentuk busa yang konsentrasi zat

JURUSAN TEKNIK KIMIA


78
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

terbawa oleh aliran terlarut dan silika


steam sampai ke turbin menggunakan
serta peralatan lain bahan kimia anti
yang menggunakan foam.
aliran steam
(Anonime. 2014)

Tabel 3.7 Parameter Kontrol Internal Boiler Water Treatment


Batas Kontrol

Parameter Air Air


Umpan Boiler

pH 7.0 – 8.0 10.5 – 11.5


Total Disolve Solid (ppm) Maks 140 1500-1800
T. Hardness (ppm as CaCO3) Trace Trace
Phenolphetalein alkalinity (ppm as CaCO3) - -
Total Alkalinity (ppm as CaCO3) - Maks 700
Caustic Alkalinity (ppm as CaCO3) - Min 2,5 x SiO2
Silica (ppm SiO2) Maks 5 150
Iron ( ppm Fe) - < 1 ppm Fe
Sodium Sulfite ( ppm as Na2SO3) - 30 – 50
Phospate - 30 – 50
Chloride (ppm as NaCl) Maks 300 Maks 300
Turbidity (ppm) Maks 1 -

(Anonimc. 2014)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


79
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.3 Power House


Power House adalah rangkaian kegiatan mengubah energi tekanan steam
menjadi energi listrik yang melewati turbin dan steam sisa dari turbin akan
didistribusikan pada stasiun-stasiun yang membutuhkan steam. Kemudian listrik
akan didistribusikan ke seluruh stasiun-stasiun pabrik, perumahan dan kantor
dengan panel-panel control. Power House juga merupakan tempat untuk
mengoperasikan genset, yang terdiri tiga genset berkapasitas 128 kW dan dua
genset berkapasitas 360 kW.

3.5.3.1 Steam Separator


Steam separator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan air dengan
steam (uap panas). Steam yang dikirim oleh boiler dikhawatirkan terdapat
kandungan air. Cara kerja steam separator adalah dengan steam yang masuk
dengan tekanan tinggi sehingga steam berbenturan dengan dinding dari steam
separator itu sendiri. Dengan air yang turun mengikuti uliran di dalam steam
separator. Terdapat steam yang ikut turun bersama air, tetapi steam akan
terperangkap oleh steam trap dan steam akan naik kembali ke steam separator
dan lanjut menuju ke turbin. Sedangkan air nya akan terbuang.

3.5.3.2 Turbin
Turbin berfungsi sebagai pembangkit listrik utama dengan menggunakan
steam sebagai media penggeraknya. Dimana standar putaran pada turbin yaitu
sebesar 5000 rpm dan tekanan steam sama dengan yang dihasilkan oleh boiler.
Jika putaran diatas 7500 rpm maka akan terjadi trip (turbin akan mati).

3.5.3.3 Gear Box


Gear box berfungsi untuk mengkonversi kecepatan putaran turbin sebesar
5000 rpm menjadi 1500 rpm.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


80
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3.5.3.4 BPV (Back Pressure Vessel)


BPV berfungsi sebagai tempat penerima/penampungan steam sisa dari
turbin yang akan didistribusikan pada stasiun-stasiun yang membutuhkan steam
pada prosesnya. Adapun tekanan steam yang berada dalam BPV sebesar 3.2 bar
namun apabila digunakan untuk proses tekanan akan turun. Dan BPV dilengkapi
dengan safety valve yang berfungsi membuang steam apabila teakanan melebihi
dari 3.2 bar.

3.5.3.5 Generator Set


Genset berfungsi sebagai pembangkit listrik berbahan bakar solar yang
digunakan untuk start awal proses dan sebagai pembangkit listrik apabila terjadi
penurunan tekanan pada turbin sehingga beban bisa ditanggung bersama antara
turbin dengan genset.

3.5.4 Pengolahan Limbah (Effluent Treatment)


Limbah cair kelapa sawit merupakan limbah cair yang berasal atau
dihasilkan pabrik dari hasil pengolahan air kondensat, air claybath, air pencucian
alat, dan stasiun klarifikasi yang merupakan sisa buangan yang tidak beracun
namun memiliki daya pencemaran yang tinggi karena memiliki kandungan
organik yang sangat tinggi. Tujuan dari pengolahan limbah cair (effluent) adalah
untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah
sebelum diaplikasikan kedalam land application. Pengolahan limbah cair
(effluent) terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Sludge Pit
Sludge pit adalah suatu tempat untuk menampung heavy phase yang
keluar dari sludge separator berupa lumpur, pasir, air dan minyak yang tercecer,
sebelum dipompakan ke cooling pond. Sludge pit berfungsi untuk memisahkan

JURUSAN TEKNIK KIMIA


81
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

pasir yang terkandung pada heavy phase sehingga pasir tidak terikut ke cooling
pond. Apabila pada sludge pit masih terdapat minyak atau minyak yang naik
dipermukaan, maka minyak tersebut langsung dikutip dan dikirimkan ke CCT
untuk diolah kembali.

2. Cooling Pond
Cooling pond adalah tempat penampung limbah cair dari sludge pit.
Cooling pond berfungsi sebagai tempat untuk melakukan pendinginan terhadap
limbah cair yang dihasilkan pabrik. Pada umumnya limbah yang dihasilkan
masih panas dengan temperatur limbah 60-80 oC yang akan diturunkan menjadi
40-45oC dengan waktu tinggal 24 jam. Jika terdapat minyak pada kolam cooling
pond maka harus segera dikutip karena dapat membunuh bakteri yang ada di
anaerobic pond.

3. Mixing Pond
Mixing pond adalah tempat penampungan kedua dengan volume. Mixing
pond berfungsi sebagai proses pencampuran limbah cair dari cooling pond dan
dari anaerobic pond dengan rasio 1 : 1. Proses pencampuran ini merupakan
proses pembuatan makanan untuk bakteri mesophly yang ada di anaerobic pond
dengan waktu tinggal 24 jam.

4. Anaerobic Pond
Anaerobic pond adalah tempat penguraian bahan organik oleh bakteri
anerobik. Pada anaerobic pond ini terjadi perlakuan biologis menggunakan
bakteri yang berfungsi untuk mengubah limbah yang kaya akan unsur organik
menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Anaerobic pond ini
dilengkapi dengan agiator yang merupakan alat pengaduk untuk mengaduk
limbah dan high rate digestion (HRD) merupakan proses pengadukan limbah cair
menggunakan air limbah itu sendiri.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


82
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Pengadukan ini berfungsi untuk mempercepat kontak bakteri dengan


makanan sehingga perombakan penurunan BOD lebih cepat, untuk
menghomogenkan sehingga mencegah pengendapan sludge/pendangkalan dan
menaikkan pH. Dengan parameter kimiawi dan parameter visual untuk
mengentrol performance anaerobic pond dapat dilihat pada tabel 3.8 dan tabel
3.9 berikut :

Tabel 3.8 Parameter Kimiawi


Parameter Control Kondisi Ideal Kondisi Kritis Kondisi Mati
pH 7,8 – 8,0 < 6,8 <6
VFA (ppm) < 1000 1500 – 2000 > 2000
Alkalinity (ppm) >3500 < 3000 < 2000
VFA/Alkalinity < 0,25 >0.5 1
BOD (ppm) < 5000 - -
(Anonimb. 2014)

5. Buffer Pond
Buffer Pond adalah tempat penampung akhir limbah sebelum dipompakan
ke land application sebagai pupuk kelapa sawit dengan volume buffer pond yaitu
sebesar 4180,92 ton.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


83
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang industri yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :

1. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah buah kelapa
sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel.
2. Sistem pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) pada pabrik Continuous
Sterilizer (CS) seluruhnya menggunakan konveyor.
3. Proses perebusan pada pabrik kelapa sawit menggunakan supply steam
terus-menerus pada tekanan dan temperatur tinggi.
4. Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil
(CPO) dan kernel melalui beberapa tahapan proses yang berlangsung
dimulai dari stasiun penerimaan, stasiun perebusan, stasiun thresher,
stasiun press, stasiun klarifikasi, dan stasiun nut and kernel.
5. Stasiun penunjang dalam proses pengolahan Buah Segar (TBS) menjadi
Crude Palm Oil (CPO) dan kernel yaitu stasiun boiler dan Water
Treatment Plan (WTP).
6. Kualitas Crude Palm Oil (CPO) dipengaruhi oleh prosentase Free Faity
Acid (FFA), moisture, dirt dan DOBI.
7. Kualitas kernel dipengaruhi oleh prosentase moisture, dirt dan broken
kernel.
8. Prosentase Free Faity Acid (FFA) dalam Crude Palm Oil (CPO) sangat
dipengaruhi oleh kualitas TBS dan brondolan.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


84
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

4.2 Saran
1. Sebelum melaksanakan magang industri, sebisa mungkin mencari info
sebanyak-banyaknya mengenai tempat magang yang akan kita datangi.
2. Saat melakukan magang, berusahalah cepat menyesuaikan diri dengan
tempat tersebut, hal ini nantinya akan membantu kita ketika melaksanakan
magang terutama dalam mendapatkan ilmu yang ada.
3. Tunjukkan selalu akhlak yang baik selama berada di pabrik, berinteraksi
dengan atasan, sesama rekan kerja ataupun saat berada diluar lingkup
pabrik.
4. Selalu gunakan alat pelindung diri saat berada di pabrik, karena di dalam
pabrik terdapat banyak hal yang berbahaya apabila alat pelindung diri tidak
melekat pada tubuh kita.
5. Selalu datang tepat waktu, jangan pernah putus asa, rajin bertanya dan
mencoba mengaplikasikan teori-teori yang sudah dipelajari dikampus.
6. Kerjakan semua kegiatan dengan penuh semangat, kerjakan dengan ikhlas,
kerjakan secara cerdas, dan kerjakan sampai tuntas.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


85
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

TUGAS KHUSUS

JURUSAN TEKNIK KIMIA


86
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Boiler adalah bejana tertutup dan bertekanan untuk menghasilkan uap
(steam) dengan memanaskan air menggunakan panas dari pembakaran bahan
bakar. Boiler mempunyai peranan yang sangat penting dalam kelangsungan
kinerja dari sebuah pabrik kelapa sawit dengan kata lain sebagai jantung dari
pabrik kelapa sawit. Fungsi dari boiler adalah menghasilkan steam yang akan
digunakan untuk memutar turbin sebagai penghasil energi listrik untuk
kebutuhan pabrik serta domestik dan steam keluaran turbin digunakan untuk
proses pengolahan di pabrik PT Kresna Duta Agroindo. Di pabrik kelapa sawit
steam menjadi kebutuhan utama , dimana steam dibutuhkan untuk stasiun
perebusan (sterilizer), stasiun press (digester), stasiun klarifikasi, stasiun kernel
dan storage tank CPO.
Hal yang perlu diperhatikan pada sistem boiler yaitu air umpan boiler.
Air yang berasal dari sungai, danau, dan sumur, tidak dapat langsung digunakan
untuk air umpan ketel. Sehingga air yang akan digunakan harus diolah terlebih
dahulu, karena jika tidak, maka masa pakai ketel akan berkurang. Air umpan
seringkali mengandung unsur pengotor yang mengakibatkan terbentuknya kerak
dan korosi pada dinding dan pipa boiler. Bahan kimia dapat digunakan untuk
mengatasi masalah yang diakibatkan oleh unsur pengotor tersebut.
Untuk meningkatkan kualitas air umpan dan uap yang baik, bahan kimia
dapat diinjeksikan secara langsung ke air umpan yang digunakan. Dosis bahan
kimia yang digunakan juga perlu diperhatikan agar air yang digunakan dapat
sesuai dengan standar air boiler. Untuk mengetahui kualitas air umpan boiler
yang ada di pabrik PT Kresna Duta Agroindo, maka penulis akan melakukan

JURUSAN TEKNIK KIMIA


87
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

analisa air boiler dan menentukan dosis optimum bahan kimia internal water
treatment di perusahaan tersebut.

1.2 Batasan Masalah


Pada penyusunan tugas khusus ini penulis hanya membahas “Pengaruh
penambahan bahan kimia internal treatment terhadap hasil analisaparameter air
boiler dan menentukan dosis optimum bahan kimia internal water treatment”.

1.3 Tujuan Tugas Khusus


Tujuan penulisan tugas khusus ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan kimia internal treatment
terhadap hasil analisa parameter air boiler
2. Untuk menentukan dosis optimum bahan kimia internal water treatment

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pengambilan data tugas khusus di PT Kresna Duta Agroindo
yakni pada stasiun boiler dan laboratorium.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


88
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Boiler
Boiler adalah bejana tertutup dan bertekanan untuk menghasilkan uap
(steam) dengan memanaskan air menggunakan panas dari pembakaran bahan
bakar. Panas ini dipindahkan ke air seefisien mungkin oleh boiler. Dengan
demikian, fungsi utama boiler adalah untuk menghasilkan uap di atas tekanan
atmosfer melalui penyerapan panas yang dihasilkan pada proses pembakaran.
(Intan, 2006)
Untuk Air yang disuplai ke boiler yang akan dirubah menjadi steam
disebut air umpan. Dua sumber air umpan boiler adalah kondensat atau steam
yang mengembun yang kembali dari proses dan air makeup (air baku yang sudah
diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler serta plant proses. Steam
pada tekanan dan suhu tertentu mempunyai nilai energi yang kemudian
digunakan untuk mengalirkan panas dalam bentuk energi kalor ke proses.
Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan
dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam
dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau
dengan alat pemantau tekanan.

2.2 Internal Boiler Water Treatment


Internal Boiler Water Treatment merupakan pengolahan air boiler dengan
penambahan bahan kimia ke boiler untuk mencegah pembentukan kerak.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


89
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi lumpur yang mengalir bebas, yang
dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini terbatas pada boiler dimana air
umpan mengandung garam sadah yang rendah, dengan tekanan rendah,
kandungan TDS tinggi dalam boiler dapat ditoleransi, dan jika jumlah airnya
kecil. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi maka laju blowdown yang tinggi
diperlukan untuk membuang lumpur. Hal tersebut menjadi tidak ekonomis
sehubungan dengan kehilangan air dan panas.
Jenis sumber air yang berbeda memerlukan bahan kimia yang berbeda
pula. Senyawa seperti sodium karbonat, sodium aluminat, sodium fosfat, sodium
sulfit dan komponen sayuran atau senyawa inorganik seluruhnya dapat
digunakan untuk maksud ini. Untuk setiap kondisi air diperlukan bahan kimia
tertentu. Harus dikonsultasikan dengan seorang spesialis dalam menentukan
bahan kimia yang paling cocok untuk digunakan pada setiap kasus.(UNEP).
Tujuan Internal Boiler Water Treatment yaitu :
 Untuk menghasilkan reaksi dengan beberapa hardness free water dan
mencegah pembentukan kerak pada metal boiler.
 Untuk mengkondisikan zat-zat terlarut seperti hardness, sludge, iron
oxside, copper oxside dan aluminium oxside pada boiler dan membuat zat-
zat ini tidak lengket pada metal boiler
 Untuk menyediakan pelindung anti foam dan membuat konsentrasi yang
diizinkan dari dissolved dan suspended solid dalam air boiler untuk
mrncegah foaming atau carry over
 Untuk membatasi kandungan dalam air dan membuat alkalinity yang sesuai
dalam mencegah korosi
 Untuk mencegah, mengkondisikan dan memodifikasi adanya silica dalam
boiler yang dapat membuat pembentukan kerak (scale).( Anonime,2014)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


90
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Tabel 2.1 Parameter Kontrol Internal Boiler Water Treatment


Batas Kontrol
Parameter
Air Umpan Air Boiler

pH 7.0 – 8.0 10.5 – 11.5

Total Disolve Solid (ppm) Maks 140 1500-1800

T. Hardness (ppm as CaCO3) Trace Trace

Phenolphetalein alkalinity (ppm as CaCO3) - -

Total Alkalinity (ppm as CaCO3) - Maks 700

Caustic Alkalinity (ppm as CaCO3) - Min 2,5 x SiO2

Silica (ppm SiO2) Maks 5 150

Iron ( ppm Fe) - < 1 ppm Fe

Sodium Sulfite ( ppm as Na2SO3) - 30 – 50

Phospate - 30 – 50

Chloride (ppm as NaCl) Maks 300 Maks 300

Turbidity (ppm) Maks 1 -


(Anonimc, 2014)

Bahan kimia yang digunakan untuk boiler ada empat, yaitu:


1) Alkalinity booster adalah bahan kimia yang berfungsi sebagai pengontrol
total alkali dan pH air boiler.
2) Anti foam berfungsi mencegah terjadi nya foaming pada air boiler
3) Corrotion inhibitor adalah bahan kimia yang berfungsi mencegah
terbentuknya kerak dan melarutkan lapisan kerak yang sudah terbentuk pada
permukaan dalam pipa boiler.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


91
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

4) Oxygen scavenger berfungsi untuk mengikat oksigen dan gas-gas lain yang
masih terikat dalam air boiler serta mencegah terjadinya korosi pada
permukaan logam, khususnya pada bagian dalam pipa-pipa dan drum boiler.

2.3 Exsternal Boiler Water Treatment


Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi,
padatan telarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab
utama pembentukan kerak) dan gas- gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida).
Proses perlakuan eksternal yang ada adalah:
 Pertukaran ion
 De-aerasi (mekanis dan kimia)
 Osmosis balik
 Penghilangan mineral/ demineralisasi
Sebelum digunakan cara diatas, perlu untuk membuang padatan dan
warna dari bahan baku air, sebab bahan tersebut dapat mengotori resin yang
digunakan pada bagian pengolahan berikutnya. Metode pengolahan awal adalah
sedimentasi sederhana dalam tangki pengendapan atau pengendapan dalam
clarifiers dengan bantuan koagulan dan flokulan. Penyaring pasir bertekanan,
dengan aerasi untuk menghilangkan karbon dioksida dan besi, dapat digunakan
untuk menghilangkan garam-garam logam dari air sumur. Tahap pertama
pengolahan adalah menghilangkan garam sadah dan garam non-sadah.
Penghilangan hanya garam sadah disebut pelunakan, sedangkan penghilangan
total garam dari larutan disebut penghilangan mineral atau demineralisasi
(UNEP).

JURUSAN TEKNIK KIMIA


92
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

2.4 Masalah Yang Sering Terjadi Di Boiler


Suatu boiler yang dioperasikan tanpa kondisi air yang baik, cepat atau
lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kinerja dan
kualitas dari sistem boiler. Banyak masalah-masalah yang ditimbulkan akibat
dari kurangnya penanganan dan perhatian khusus terhadap penggunaan air
umpan boiler. Akibat kurangnya penanganan terhadap air umpan boiler akan
menimbulkan masalah-masalah yang sering terjadi yaitu dapat dilihat pada tabel
2.2.
Tabel 2.2 Masalah-Masalah Pada Boiler
Masalah Sebab Akibat Pencegahan
pengendapan hardness
terhambatnya perpindahan
pada air umpan Menjaga kualitas
panas dari dinding ke air
kristalisasi zat terlarut dalam pipa, overheating, air umpan dan
Kerak/ pecahnya pipa boiler dan
dalam air umpan pada melakukan internal
scaling menurunkan efisiensi
permukaan dimana boiler. water treatment
perpindahan panas secara kimia
terjadi
Logam/metal kembali Menghilangkan
ke sifat asalnya sebagai atau mengurangi
suatu oksigen karena jumlah oksigen
penipisan dinding logam
bereaksi dengan pada air umpan
pada pipa dan drum boiler
Korosi oksigen/ serta bocornya pipa boiler. boiler secara
carbondioksida mekanik
Alkalinity yang (deaerator) atau
berlebihan pada suatu kimiawi (pengikat
tempat oksigen)
Endapan yang Terhambatnya proses Mengontrol air
Deposit
menempel pada perpindahan panas, umpan boiler

JURUSAN TEKNIK KIMIA


93
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

dinding pipa dan drum menurunnya effisiensi bebas dari


boiler yang berasal dari boiler, terjadi overheating hardness dan
Oksida metal akibat danpecahnya pipa boiler silika, mengontrol
korosi pada system air kualitas air boiler
umpan dan zat organik menggunakan
yang terikut masuk bahan kimia
dalam air umpan.
Pengoperasian boiler
Menjaga operasi
pada beban tinggi dan
boiler (tidak
level ketinggian
beroperasi pada
permukaan air dalam
beban lebih,
Carry drum pada high level. merusak sudu turbin
mengontrol tinggi
Over Sirkulasi air boiler akibat hantaman butiran
permukaan air
tidak lancer akibat air berkecepatan tinggi
pada drum,
proses pembakaran yang terbawa bersama
menjaga proses
terganggu dan tekanan aliran steam, terjadi korosi
pembakaran dan
operasi terlalu rendah dan erosi serta kerusakan
sirkulasi air boiler
konsetrasi zat terlarut, mekanis pada pipa
lancer, menjaga
zat tidak terlarut dan superheater, steam valve
tekanan operasi
silika tinggi sehingga dan jaringan peralatan
boiler). Menjaga
membentuk busa yang yang menggunakan aliran
konsentrasi zat
Foaming terbawa oleh aliran steam.
terlarut dan silika
steam sampai ke turbin
menggunakan
serta peralatan lain
bahan kimia anti
yang menggunakan
foam.
aliran steam
( Anonime,2014)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


94
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

2.5 Analisa Air Boiler


Analisa air boiler ini dilakukan untuk memantau kualitas air boiler,
sehingga apabila tidak sesuai dengan standar yang ditentukan dapat diperbaiki
dengan mengatur penambahan bahan kimia. Terdapat beberapa analisa yang
dilakukan yaitu :
1. Analisa Silika berfungsi untuk menentukan kandungan SiO2 yang terlarut
dalam air
2. Analisa Fe berfungsi menentukan kandungan besi pada air.
2. Analisa Phosphate berfungsi menetukan kandungan PO4 yang terlarut
dalam air
3. Analisa Turbidity berfungsi menentukan tingkat kekeruhan pada air
4. Analisa Alkalinity berfungsi mengetahui alkalinitas dalam air
5. Analisa Total Hardness berfungsi mengetahui kandungan total hardness
(Mg dan Ca) dalam air
6. Analisa Sulfite berfungsi mengetahui kadar sulfite yang terkandung dalam
air boiler
7. Analisa Chloride berfungsi mengetahui chloride yang terkandung dalam air
boiler
8. Analisa pH berfungsi mengetahui tingkat keasaman pada air
9. Analisa Total Disolve berfungsi menentukan jumlah padatan terlarut dalam
air

JURUSAN TEKNIK KIMIA


95
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

BAB III
METODOLOGI

3.1 Tanggal dan tempat


3.1.1 Tanggal
Periode tugas khusus ini dilakukan pada tanggal 12 Mei hingga 21 Mei 2018.

3.1.2 Tempat
Pengumpulan data dilakukan di PT. KRESNA DUTA AGROINDO pada
stasiun Boiler, gudang bahan kimia dan Laboratorium

3.2 Prosedur Kerja


1. Mengambil bahan kimia yang digunakan untuk internal water treatment, yaitu
N2811, N3273, N8507 dan N22310 masing-masing sebanyak 1 Kg.
2. Masukkan bahan kimia ke dalam drum chemical. Drum 1 untuk N2811,
sedangkan drum 2 untuk tiga bahan kimia lainnya. Kemudian masukkan 1000
L air untuk melarutkan bahan kimia.
3. Menghitung konsentrasi awal bahan kimia yang diinjeksikan ke boiler
4. Lakukan pengambilan sampel air boiler setelah 2 jam boiler start awal
5. Analisa sampel air boiler dan menghitung konsentrasinya.
6. Mengambil kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan yakni menentukan
dosis optimum bahan kimia internal water treatment boiler.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


96
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Tabel 4.2 Data Penggunaan Bahan Kimia Boiler Tanggal 12 – 21 Mei 2018

Boiler (Vickers)
N 2811 (Oxygen N 22310 (Anti N 3273 (Corrosion N 8507 (Alkalinity
Tanggal
scavenger) scale) inhibitor) booster)
Kg Ppm Kg ppm Kg ppm Kg ppm
12 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
13 1.25 5.21 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
14 1.25 5.21 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
15 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
16 1.25 5.21 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17
17 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
18 1.00 4.17 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
19 1.25 5.21 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
20 2.00 8.33 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08
21 2.50 10.42 1.00 4.17 1.00 4.17 0.50 2.08

JURUSAN TEKNIK KIMIA


97
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Tabel 4.2 Data Analisa Air Boiler Tanggal 12 – 21 Mei 2018

Boiler (Vickers)

Tanggal 10.5-11.3 Max 700 trace max 150 30-50 max 1800 30-50

pH M. Alk TH SiO2 Sulfite TDS Posphat

12 11.19 600 Trace 100 26.99 1400 40

13 11.27 500 Trace 100 30.16 1400 40

14 11.21 520 Trace 100 57.15 1700 40

15 11.26 610 Trace 100 17.46 1500 40

16 11.27 645 Trace 137 49.87 1850 45

17 11.30 620 trace 125 48.28 1850 45

18 11.30 600 trace 125 26.99 1900 40

19 11.30 570 trace 125 23.81 1200 30

20 11.30 420 trace 100 17.46 1400 40

21 11.26 550 trace 112 41.28 1500 35

4.2 Pembahasan
Boiler merupakan benjana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk uap panas atau steam. Pada boiler PT Kresna Duta Agroindo
termasuk katagori undustrial boiler karena memiliki spesifikasi anntara lain
digunakan sebagai penggerak turbin, menggunakan bahan bakar fiber dan cangkang,
memiliki kapasitas steam 10000 kg/jam, maksimal tekanan 12 kg/cm2G, temperatur
steam 300°C ± 5 dan boiler ini merupakan boiler pipa air.
Pada laporan tugas khusus ini membahas pengaruh penambahan bahan kimia
internal treatment terhadap hasil analisa parameter air boiler dan menentukan dosis

JURUSAN TEKNIK KIMIA


98
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

optimum bahan kimia internal water treatment. Internal treatment merupakan proses
perlakuan air didalam Boiler dengan tujuan untuk mencegah pembentukan kerak,
mencegah korosi serta mencegah terjadinya carry over serta untuk mengetahui jenis
dan jumlah kandungan zat yang terkandung didalamnya. Bahan kimia yang
digunakan untuk internal water di PT Kresna Duta Agroindo, yaitu oxygen scavenger
(N2811), corrosion inhobitor (N3273), anti scale (N22310) dan alkalinity booster
(N8507). Bahan kimia internal boiler ini ditampung di dalam dua drum chemical
boiler dengan kapasitas masing-masing drum 1000 L dan laju alir 41.67 L/Jam.
Untuk bahan kimia jenis N2811 di tempatkan di drum 1 sedangkan bahan kimia
lainnya ditempatkan dalam drum 2.
Oxygen scavenger berfungsi untuk mengikat oksigen dan gas-gas lain yang
masih terikat dalam air boiler serta mencegah terjadinya korosi pada permukaan
logam, khususnya pada bagian dalam pipa-pipa dan drum boiler. Parameter oxygen
scavenger pada air boiler yaitu kandungan sulfit dengan limit 30-50 ppm. Apabila
hasil analisa menunjukan kandungan sulfit pada air boiler kurang dari parameter yang
ditentukan maka dosis bahan kimia N2811 harus ditambahkan pada pembuatan
larutan selanjutnya, demikian sebaliknya jika hasil analisa sulfit diatas parameter
maka dosis N2811 harus dikurangi.
Alkalinity booster adalah bahan kimia yang berfungsi sebagai pengontrol total
alkali dan pH air boiler. Parameter Alkalinity booster pada air boiler yaitu pH 10.5-
11.3 dan total alkalinity max 700. Apabila hasil analisa air boiler menunjukkan pH
dan total alkalinity air boiler dibawah standar maka dosis bahan kimia N8507 di
tambahkan. Tetapi jika nilai pH dan total alkalinity diatas parameter, maka harus
dilakukan blowdown.
Corrotion inhibitor adalah bahan kimia yang berfungsi mencegah
terbentuknya kerak dan melarutkan lapisan kerak yang sudah terbentuk pada
permukaan dalam pipa boiler. Parameter Corrotion inhibitor pada air boiler yaitu
kandungan phospat dengan limit 30-50 ppm. Apabila hasil analisa menunjukan
kandungan phospat pada air boiler kurang dari parameter yang ditentukan maka dosis

JURUSAN TEKNIK KIMIA


99
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

bahan kimia N3273 harus ditambahkan pada pembuatan larutan selanjutnya,


demikian sebaliknya jika hasil analisa phospat diatas parameter maka dosis 3273
harus dikurangi.
Data penggunaan bahan kimia boiler dan data hasil analisa air boiler dapat
dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penggunaan bahan
kimia untuk N2811 dan N8507 cenderung berubah-ubah setiap tergantung dari hasil
analisa pada tabel 4.2. Sedangkan dari hasil analisa, nilai sulfit dan TDS cenderung
berubah-ubah. Penggunaan bahan kimia ini juga dapat berpengaruh terhadap nilai
TDS dalam air boiler. Apabila terlalu banyak bahan kimia yang digunakan, nilai TDS
dapat meningkat sehingga perlu dilakukan blowdown. Untuk mengontrol nilai TDS,
dilakukan analisa TDS per 2 jam sehingga apabila TDS diatas standar, langsung
diinstruksikan untuk blowdown. Dari hasil percobaan selama 10 hari, diperoleh hasil
terbaik pada tanggal 13 dan 21 Mei 2018, dimana pada tanggal tersebut semua
parameter air boiler tercapai dengan dosis N2811 pada tanggal 13, 21 Mei 2018
sebanyak 5.21 ppm (1.25 kg) dan 10.42 ppm (2.50 kg), dosis N8507 pada tanggal 13,
21 Mei 2018 sebanyak 4.17 ppm (1 kg) dan 2.08 ppm (0.5 kg), sedangkan dosis
N22310 dan N3273 masing-masing sebanyak 4.17 ppm (1 kg) dan kontinyu.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


100
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan dan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan:
1. Penambahan bahan kimia boiler berpengaruh terhadap parameter air boiler
dimana apabila hasil analisa menunjukan beberapa parameter air boiler
mengalami peningkatan maka perlu dikurangi pemakaian bahan kimia
tersebut dan dilakukan blowdown. Sedangkan apabila hasil analisa
menunjukkan beberapa parameter air boiler tersebut tidak mencapai standar,
maka perlu dilakukan penambahan dosis bahan kimia.
2. Dari hasil percobaan selama 10 hari, diperoleh hasil terbaik pada tanggal 13
dan 21 Mei 2018 sebagai berikut :
 Dosis N2811 sebanyak 5.21 ppm (1.25 kg) dan 10.42 ppm (2.50 kg)
 Dosis N8507 sebanyak 4.17 ppm (1.00 kg) dan 2.08 ppm (0.5 kg).
 Dosis N22310 dan N3273 masing-masing sebanyak 4.17 ppm (1.00 kg)
dan kontinyu.

5.2 Saran
Untuk mempertahankan kinerja boiler di PT Kresna Duta Agroindo maka
penulis memberikan saran agar operator lebih memperhatikan air umpan boiler,
melakukan sport check secara teratur dan melakukan blow down sesuai instruksi
dari departemen laboratorium.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


101
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

DAFTAR PUSTAKA

Ajar, M. 2017. Teknologi minyak nabati, Samarinda:Politeknik Kimia Industri

Anonim. 2016. Process Control Manual (PCM) Pabrik Kelapa Sawi : PT Kresna
Duta Agroindo, Muara Wahau.

Anonima. 2014. Instruksi Kerja. PT Kresna Duta Agroindo, Muara Wahau.

Anonimb. 2014. Modul-06 Training Operator Pabrik. PT Sinar Mas Food and
Agribussines, Jakarta.

Anonimc. 2014. Standar Operasional Prosedur (SOP) : PT Kresna Duta Agroindo,


Muara Wahau.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, (2009), "Teknologi


Budidaya Kelapa Sawit", Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Bogor, hal. 1-2.

Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.


Jakarta : Sekretaris Jenderal.

Hui, Y. H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 5 th Edition Vol 5. John
Willey & Sons, Inc, New York.7.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas


Indonesia: Jakarta.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


102
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

Pahan. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
Hingga Hilir. Niaga Swadaya. Bogor. 404 hlm

Hui, Y. H. 1996. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 5 th Edition Vol 5. John
Willey & Sons, Inc, New York.7.

Sa’diah, H., (2009), "Pengaruh Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap


Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit yang Terdapat pada Ampas Press
di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba ", Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia.

Sudarmadji, S., B. Haryono., dan Suhardi.1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan.


Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta. 160 hal. Suprapti, M. L. 1993.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


103
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

LAMPIRAN

JURUSAN TEKNIK KIMIA


104
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

PERHITUNGAN

A. Analisa Air Boiler (Tanggal 12 Mei 2018)


1. Analisa Alkalinity
 P. Alkalinity
P. alkalinity sebagai ppm CaCO3) = ml titran x A
A = 100 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
P. alkalinity = 4.8 ml x 100 = 480 ppm

 M. Alkalinity
M. alkalinity (sebagai ppm CaCO3) = ml titran x B
B = 100 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
M. alkalinity = 6.0 ml x 100 = 600 ppm

 OH. Alkalinity
OH. Alkalinity (sebagai ppm CaCO3) = 2 x (P. Alkalinity) – M. Alkalinity
OH. Alkalinity = 2 x (480) – 600 = 360 ppm

2. Silica
Silica (sebagai ppm SiO2) = nilai hasil pembacaan comparator x F
F = 10 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
Silica = 10 x 10 = 100 ppm

3. Phospate
Phospate (sebagai ppm PO4) = nilai hasil pembacaan x E
E = 10 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
Phospate = 4 x 10 = 40 ppm

JURUSAN TEKNIK KIMIA


105
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

4. Sulfite
Sulfite (sebagai ppm SO3) = ml titran x D
D = 15.875 (ketentuan dari supplier bahan kimia di mill tersebut)
Sulfite = 1.7 ml x 15. 875 = 26. 9875 ppm

B. Penentuan Konsentrasi Bahan Kimia (Tanggal 13 Mei 2018)


V drum = 1000 L
Kap.boiler = 10 Ton uap/ hr
Waktu operasi = 24 Jam

1. N2811
Massa = 1.25 Kg

𝑚×𝑉
𝑝𝑝𝑚 𝑁2811 =
𝑘𝑎𝑝. 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

1.25 × 1000
𝑝𝑝𝑚 𝑁2811 = = 5.21 𝑝𝑝𝑚
10 × 24

2. N8507
Massa = 1 Kg

𝑚×𝑉
𝑝𝑝𝑚 𝑁8507 =
𝑘𝑎𝑝. 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

1 × 1000
𝑝𝑝𝑚 𝑁8507 = = 4.17 𝑝𝑝𝑚
10 × 24

JURUSAN TEKNIK KIMIA


106
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
PT. KRESNA DUTA AGROINDO
MUARA WAHAU MILL

3. N22310
Massa = 1 Kg

𝑚×𝑉
𝑝𝑝𝑚 𝑁22310 =
𝑘𝑎𝑝. 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

1 × 1000
𝑝𝑝𝑚 𝑁22310 = = 4.17 𝑝𝑝𝑚
10 × 24

4. N3273
Massa = 1 Kg

𝑚×𝑉
𝑝𝑝𝑚 𝑁3273 =
𝑘𝑎𝑝. 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

1 × 1000
𝑝𝑝𝑚 𝑁3273 = = 4.17 𝑝𝑝𝑚
10 × 24

JURUSAN TEKNIK KIMIA


107
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Anda mungkin juga menyukai