Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN TUGAS BESAR

PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU


PENERAPAN EUROPEAN FOUNDATION FOR QUALITY
MANAGEMENT’S (EFQM) PADA PERUSAHAAN
JASA PELAKSANA KONSTRUKSI
“CV AGUNG WIJAYA PUTRA (AWP)”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Naniek Utami Handayani, S.Si, M.T.

Disusun Oleh:
Addana Zulfaan Dzakirizq (21070118130109)

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur telah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar Mata
Kuliah Pengendalian dan Penjaminan Mutu ini dengan baik, lancar, dan tepat waktu
dalam pengumpulan yang telah ditentukan.
Dalam proses pengerjaan tugas besar ini, kami mendapat bantuan dari banyak
pihak. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Naniek Utami H., S.Si, M.T., selaku Dosen Mata Kuliah Pengendalian dan
Penjaminan Mutu, Teknik Industri Universitas Diponegoro.
2. Seluruh teman-teman Teknik Industri Angkatan 2018 yang saling memberikan
dukungan untuk dapat menyelesaikan Laporan Praktikum dengan maksimal.
3. Pihak dari perusahaan CV Agung Wijaya Putra yang telah memberi saya
kesempatan untuk melakukan penelitian terkait penerapan European Foundation
for Quality Management’s (EFQM) pada perusahaan jasa pelaksana konstruksi.
Penulis menyadari bahwa, masih banyak kekurangan yang mendasar pada
Laporan Tugas Besar Mata Kuliah Pengendalian dan Penjaminan Mutu. Oleh karena
itu, penulis mengajak para pembaca untuk dapat memberikan saran mengenai
kekurangan dari penulisan Laporan ini, supaya kedepannya penulis dapat membenahi
kekurangan tersebut dan menjadi lebih baik. Semoga Laporan Tugas Besar Mata Kuliah
Pengendalian dan Penjaminan Mutu ini dapat berkenan bagi pembaca dan dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 28 September 2020

Addana Zulfaan Dzakirizq


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi terus bertambah. Hal ini tampak
pada data di Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sesuai dengan data-base
pada Asosiasi Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi. Undang–Undang Republik
Indonesia No. 18 tahun 1999, menyatakan bahwa Jasa Pelaksana Konstruksi merupakan
salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan
penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional.
Globliasi merupakan fennomena yang akan dihadapi dalam tatanan keidupan
manusia. Globalisasi dapat mengakibatkan keuntungan maupun kerugian. Keuntungan
yang mungkin terjadi adalah hubungan kerjasama dapat berjalan lebih luas karena
banyak perusahaan- perusahaan baru yang muncul, sedangkangkan kerugiannya adalah
meningkatnya pesaing yang memungkinkan terjadinya penurunan ketertarikan pada
suatu jasa maupun porduk karena semakin banyak penyedia lain yang muncul. Pada
penyedia jasa pelaksana konstruksi, seiring dengan globalisasi maka akan lebih banyak
terjadi persaingan karena semua peluang lebih terbuka. Dimana pemanfaatan
teknologi/mesin juga semakin diterapkan di era Industri 4.0 ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi harus
mempunyai Kinerja yang baik. Perusahaan perlu menilai faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja. Perusahaan dikatakan mempunyai Kinerja yang baik apabila
unggul pada indikator profitabilitas, pertumbuhan, berkelanjutan dan daya saing.
(Sudarto, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Kinerja Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi khususnya perlu dikaji untuk
diketahui lebih jelas terkait :
1. Faktor Internal apa saja yang dominan mempengaruhi Kinerja Perusahaan
Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra (AWP)?
2. Faktor Eksternal apa saja yang dominan mempengaruhi Kinerja Perusahaan
Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra (AWP)?
3. Faktor situasi pasar apa saja yang dominan mempengaruhi Kinerja
Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra (AWP)?
4. Program pengembangan dan pelatihan yang tepat bagi Sumber Daya
Manusia Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra
(AWP)?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kinerja perusahaan CV Agung Wijaya Putra (AWP)
dengan metode EFQM
2. Untuk mengetahui aspek apa saja yang dapat diperbaiki perusahaan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan
3. Untuk memberikan pemodelan pengembangan dan pelatihan Perusahaan
Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra (AWP).

1.4 Manfaat Penelitian


Mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai pemodelan kinerja perusahaan di
bidang jasa pelaksana konstruksi serta memberikan poin-poin yang tepat bagi
perusahaan supaya perusahaan mengetahui ukuran kinerja secara tepat untuk
mewujudkan visi perusahaan terkait.

1.5 Batasan Masalah


Untuk lebih memfokuskan mengenai permasalahan yang diteliti, terdapat
batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di CV Agung Wijaya Putra yang merupakan suatu
perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Pelaksana Konstruksi yang
berlokasi di Jalan Sriwijaya nomor 57, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu satu semester (semester lima)
2. Penilaian kinerja yang dilakukan berfokus pada lingkup kegiatan tahapan
perencanaan konstruksi, dengan tujuan mendapatkan masalah yang akan
diperbaiki dalam bentuk perencanaan kegiatan di tahun yang akan datang.
1.6 Sistematika Penulisan
Berikut merupakan sistematika penulisan laporan penelitian dalam tugas besar
mata kuliah pengendalian dan penjaminan mutu ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi dasar teori dan konsep yang menjadi landasan berpikir serta
dasar dalam penyusunan kerangka penelitian. Teori-teori yang digunakan yaitu
konsep penilaian European Foundation for Quality Managements (EFQM) dan
tahapannya, serta teori lainnya yang relevan dengan topik kajian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dari
awal sampai akhir untuk menyelesaikan masalah.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi pengumpulan data yang terdiri dari data-data yang mendukung
pemecahan masalah beserta pengolahan data yang akan digunakan untuk
melakukan analisis sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.
BAB V ANALISIS
Bab ini berisi analisis terkait interpretasi dari hasil pengolahan data penelitian
dengan berlandaskan teori sesuai dengan metodologi penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang dirumuskan dari pembahasan masalah sesuai
dengan tujuan penelitian serta dan saran-saran yang berhubungan dengan
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengukuran Kinerja


Menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young dalam Sony Yuwono, dkk, (2006
: 21-23) mendefinisikan pengukuran kinerja yaitu “The activity of measuring the
performance of an activity or the entire value chain.“
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah
pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada
perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang
akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana
perusahaan memerlukan penyesuaian – penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan
pengendalian.

2.2 Faktor Mempengaruhi Kinerja Perusahaan


Kinerja suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdiri dari faktor
internal, faktor eksternal dan faktor situasi pasar. Menurut Teng (2002) dan Venegas
dan Alarcon (1997) dalam Sudarto (2011), ketiga faktor tersebut terdiri dari beberapa
hal, yaitu:
1. Faktor internal perusahaan yang terdiri dari sumber daya manusia,
manajemen, organisasi pelanggan dan manajemen sumber daya manusia;
2. Faktor eksternal perusahaan yang terdiri dari lingkungan sosial politik,
lingkungan yang menurut hukum, lingkungan yang kompetitif, lingkungan
yang berteknologi dan lingkungan ekonomi makro; dan
3. Faktor situasi pasar yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

2.3 Pengukuran Kinerja Perusahaan


Pengukuran kinerja telah berkembang pesat selama beberapa erjas terakhir
(Ibrahim & Zainuddin, 2012). Pengukuran kinerja juga berkembang ketika manajemen
memprioritaskan penyelarasan alat manajemen dengan metode-metode penilaian
(Srimai, Radford, & Wright, 2011).
Namun, masih kurangnya penelitian ada pada evaluasi kinerja dalam erjasam
tertentu, termasuk perusahaan yang berorientasi layanan atau jasa layanan (Liu, Fan, &
Huang, 2008).
Adapun jenis-jenis pengukuran kinerja ada 2 yaitu
1. Pengukuran Kinerja Perusahaan
2. Pengukuran Kinerja Manusia
Macam-macam metode pengukuran kinerja perusahaan contohnya:
1. Balance Scorecard
2. ABC Analysis
3. EFQM
4. IPMS
5. PMES
6. MBNQA
7. PRISM
8. PPS
9. SINK 7
Dalam penelitian ini akan menggunakan metode European Foundation for
Quality Management's (EFQM).

2.4 Siklus Pengukuran Kinerja


Siklus pengukuran kinerja terdiri dari beberapa aktivitas,yang pertama yaitu
perencanaan (plan), kegiatan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukannya. Di dalam perencanaan pengukuran kinerja terdapat beberapa
aktivitas, yaitu performance agreement, personal development planning, performance,
dan performance review. Performance agreement, diawali dengan pendefinisian peran
dimana bidang utama dan persyaratan kompentensi disetujui,lalu mendefinisikan apa
yang harus dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan, bagaimana kinerja nantinya
akan diukur, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk memberikan hasil yang
diharapkan. Personal development planning, menetapkan tindakan yang harus oleh
individu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka serta
meningkatkan level mereka. Performance review, merupakan tahap evaluasi formal
ketika peninjauan kinerja selama periode kerja berlangsung yang meliputi prestasi,
kemajuan, dan permasalahan sebagai dasar untuk bagian selanjutnya pada siklus
pengukuran kinerja. Aktivitas kedua pada siklus ini yaitu tindakan (act), melaksanakan
pekerjaan yang diperlukan untuk mengimplementasikan rencana pengukuran kinerja
yang sudah dibuat. Ketiga yaitu monitor, melakukan pemeriksaan terus menerus tentang
apa yang sedang dilakukan dan mengukura hasilnya untuk menilai kemajuan dala
mengimplementasikan rencana. Keempat yaitu peninjauan ulang (review),
mempertimbangkan apa yang telah dicapai dan menetapkan apa yang perlu dilakukan
dan tindakan perbaikan apa yang dibutuhkan jika kinerja yang dihasilkan tidak sesuai
dengan rencana. (Amstrong, 2006)

2.5 Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode European Foundation for


Quality Management (EFQM).
European Foundation for Quality Management (EFQM) adalah suatu alat untuk
mengukur kualitas manajemen di suatu perusahaan sehingga dapat diketahui kelemahan
dan kekuatan dalam manajemen perusahaan tersebut. EFQM dikembangkan di Eropa
yang telah terbukti dapat merumuskan manajemen yang terbaik (excellent) sehingga
meningkatkan kinerja perusahaan. Konsep manajemen terbaik (Exellence) memiliki
orientasi pada hasil produksi yang memilkirkan kepuasan dari kebutuhan seluruh
stakeholder yang terkait (termasuk karyawan, pelanggan, mitra pemasok barang,
pemerintah, dan sosial masyarakat)
Gambar 2.1 Siklus Pengukuran Kinerja

Keuntungan menggunakan konsep ini adalah :


 Menambah nilai-nilai kepada semua stakeholder
 Sukses yang berkesinambunga dengan waktu yang panjang
 Keuntungan dari kedua belah pihak sebagai mitra
 Pengukuran yang tepat, termasuk indikator utama, di suatu tingkatan area
untuk semua stakeholder.

Dengan menerapkan model EFQM ini dalam meningkatkan kinerja perusahaan


jasa konstruksi. Sembilan pilar yang ada di EFQM yaitu kepemimpinan, kebijakan dan
strategi, tenaga kerja (staf), sumber daya dan kemitraan, proses, kepuasan pelanggan,
kepuasan staf, dampak kepada masyarakat.

Gambar 2.2 Sembilan Pilar EFQM

Konsep Model Excellence EFQM adalah memiliki beberapa focus orientasi


yaitu orientasi pada hasil produksi, focus pada pelanggan, focus pada kepemimpinan
dan tujuan, fokus pada manajemen yang berdasarkan proses dan fakta.
Ada 9 kriteria dalam EFQM Excellence Model, yaitu:
1. Kepemimpinan
Organisasi yang excellence memiliki pemimpin yang dapat membentuk masa
depan dan mewujudkannya, bertindak sebagai panutan untuk nilai-nilai dan
etika serta kepercayaan yang menginspirasi setiap saat. Mereka fleksibel,
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dan mencapai pada waktu
yang tepat untuk memastikan keberhasilan organisasi yang sedang
berlangsung.
2. Strategi
Organisasi yang excellence menerapkan Misi dan Visi mereka dengan
mengembangkan strategi yang berfokus pada pemangku kepentingan.
Kebijakan, rencana, tujuan, dan proses dikembangkan dan digunakan untuk
menyampaikan strategi.
3. Kepegawaian
Organisasi yang excellence menghargai karyawan mereka dan menciptakan
budaya yang memungkinkan pencapaian tujuan organisasi dan pribadi yang
saling menguntungkan. Mereka mengembangkan kemampuan orang-orang
mereka dan mempromosikan keadilan dan kesetaraan. Mereka peduli,
berkomunikasi, menghargai dan mengenali, dengan cara yang memotivasi
orang, membangun komitmen dan memungkinkan mereka untuk
menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka untuk kepentingan
organisasi.
4. Kemitraan & Sumber Daya
Organisasi yang excellence merencanakan dan mengelola kemitraan
eksternal, pemasok, dan sumber daya internal untuk mendukung strategi,
kebijakan, dan operasi proses yang efektif. Mereka memastikan bahwa
mereka secara efektif mengelola dampak lingkungan dan sosial mereka.
5. Proses, Produk & Layanan
Organisasi yang excellence merancang, mengelola, dan meningkatkan
proses, produk, dan layanan untuk menghasilkan peningkatan nilai bagi
pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya.
6. Hasil dari Pelanggan
Organisasi yang luar biasa mencapai dan mempertahankan hasil yang luar
biasa yang memenuhi atau melampaui kebutuhan dan harapan pelanggan
mereka.
7. Hasil dari Orang-orang Internal
Organisasi yang luar biasa mencapai dan mempertahankan hasil yang luar
biasa yang memenuhi atau melampaui kebutuhan dan harapan orang-orang
internal mereka.
8. Hasil dari Masyarakat
Organisasi unggulan mencapai dan mempertahankan hasil luar biasa yang
memenuhi atau melampaui kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan
terkait dalam masyarakat.
9. Hasil dari Bisnis
Organisasi yang luar biasa mencapai dan mempertahankan hasil yang luar
biasa yang memenuhi atau melampaui kebutuhan dan harapan para pemangku
kepentingan bisnis mereka.

EFQM Excellence Model bertujuan untuk mendefinisikan kinerja performa


organisasi, kinerja organisasi terhadap targetnya sendiri, dan kinerja dibandingkan
dengan pesaing dan organisasi yang’terbaik di kelasnya’ (Potter dan Tanner, 1996 di
Verweire, K. dan L. Van den Berghe, 2003). Organisasi yang excellence dapat
memperoleh hingga 1000 poin yang didistribusikan di antara erjasam kategori Model
Keunggulan EFQM (EFQM, 1999 di Verweire, K. dan L. Van den Berghe, 2003).
EFQM Excellence Model berfokus pada mendorong penerapan praktik yang baik di
semua kegiatan manajemen organisasi (Lamotte dan Carter, 2000 di Verweire, K. dan
L. Van den Berghe, 2003). EFQM mendefinisikan penilaian diri sebagai tinjauan
komprehensif, sistematis, dan teratur dari kegiatan dan hasil organisasi. Proses penilaian
diri memungkinkan organisasi untuk melihat dengan jelas kekuatannya, bidang
peningkatan, dan erjasam peningkatan untuk memantau kemajuan (EFQM, 1994 dalam
Verweire, K. dan L. Van den Berghe, 2003).
EFQM Excellence Model memperkenalkan lebih banyak peluang untuk
kreativitas, seluruh pendekatannya membuat lebih kompleks dan digunakan untuk
penilaian diri dan orientasi jangka panjang.
2.6 Key Performance Indicator (KPI)
Parmenter (2010: 1) melalui Wibowo, SE, M.Phil., Prof. Dr. (2014) menyatakan
bahwa ada empat jenis ukuran kinerja yang pada dasarnya adalah hierarki ukuran
kinerja, yaitu: Key Result Indicators (KRI), Indikator Kinerja (PI), Indikator Resut (RI),
dan Indikator Kinerja Utama (KPI).
Indikator Kinerja membantu menyelaraskan diri dengan strategi organisasi dan
menunjukkan apa yang dilakukan organisasi Anda, tetapi bukan faktor utama dalam
proses bisnis. Key Performance Indicator adalah indikator untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan strategis yang telah ditentukan (Louis, 2007 dalam Wibowo, S.E.,
M.Phil., Prof. Dr., 2014). KPI menunjukkan apa yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan kinerja. KPI adalah seperangkat pengukuran yang berfokus pada aspek
kinerja untuk keberhasilan organisasi saat ini dan masa depan.
Parmenter (2007) melalui Wibowo, S.E., M.Phil., Prof. Dr. (2014)
mendefinisikan tujuh karakteristik KPI efektif:
1. Pengukuran non-finansial (tidak dinyatakan dalam $, ¥, £, €, dan lainnya)
2. Sering diukur
3. Diperlakukan oleh CEO dan tim manajemen senior
4. Semua karyawan memahami pengukuran danl hal-hak apa yang diperlukan
5. Tanggung jawab dapat diberikan kepada tim yang bekerja bersama
6. Memiliki dampak signifikan

KPI harus mengikuti kriteria SMART. Pengukuran harus memiliki tujuan


khusus untuk bisnis, terukur untuk mendapatkan nilai, norma yang ditetapkan harus
dapat diraih, peningkatan KPI harus relevan dengan keberhasilan organisasi, dan
akhirnya harus bertahap waktu. KPI terkait dengan nilai-nilai target organisasi yang
dapat memenuhi harapan atau tidak untuk dievaluasi. KPI digunakan dari atribut yang
digunakan dari kriteria mereka dalam EFQM Excellence Model Framework dalam
penelitian ini.

2.7 Proyek Konstruksi


Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan
dan umumnya berjangka waktu pendek dimana terdapat suatu proses yang mengolah
sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan (Ervianto,
2002). Sedangkan menurut (Soeharto, 2001) proyek merupakan suatu kegiatan
sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya
tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan
dengan jelas. Kegiatanutama proyek konstruksi adalah studi kelayakan, design
engineering, pengadaan dan konstruksi. Umumnya, hasil proyek konstruksi berupa
pembangunan jembatan, erjas, erjasama, jalan raya, dan sebagainya. Pengerjaan
proyek konstruksi biasanya membutuhkan sumber daya yang besar. (Husen, 2009).
Menurut (Soeharto, 2001) terdapat 3 batasan dalam proses mencapai tujuan sebuah
proyek yakni anggaran (cost), jadwal (schedule) dan mutu (scope). Artinya proyek
harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, sesuai dengan waktu
yang dijadwalkan dan hasil kegiatan harus memenuhi waktu yang ditentukan. Batasan
tersebut lebih dikenal dnegan istilah triple constraint.

Gambar 2.2 Triple Constranit (Ervianto,2002)

2.8 Visi dan Misi


Visi merupakan suatu acuan tujuan yang dimiliki suatu perusahaan, organisasi
maupun suatu instansi. Adanya visi yang tepat dan baik akan menjadi suatu tujuan yang
harus dicapai dalam setiap kegiatan yang bersangkutan, meliputi perencanaan strategis,
perencanaan kinerja tahunan, pengelolaan sumber daya, pengembangan indikator
kinerja, pengukuran kinerja dan evaluasi pengukuran kinerja dan evaluasi pengukuran
kinerja instansi atau organisasi.
Adapun kriteria dari visi yang baik antara lain sebagai berikut:
1. Visi dirumuskan secara singkat, padat dan mudah diingat
2. Visi bersifat inspiratif dan menantang untuk mencapainya
3. Visi merupakan sesuatu yang ideal yang ingin dicapai dimasa yang akan
datang yang membawa eksistensi, keberadaan suatu organisasi
4. Menarik bagi seluruh anggota organisasi dan pihak yang terkait (Stakeholder)
5. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
6. Mampu menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis yang
terdapat dalam suatu organisasi
7. Memiliki orientasi terhadap masa depan sehingga segenap jajaran organisasi
ikut berperan dalam pencapaiannya
8. Mampu menumbuhkan komitmet seluruh anggota organisasi
9. Menjamin kesinambungan kepemimpinan dan kebijakan organisasi serta
menjembatani keadaan masa sekarang dan masa yang akan datang
10. Memungkinkan untuk perubahan atau penyesuaian dengan
perkembangan/perubahan tugas dan fungsi.

Suatu perusahaan, organisasi maupun instansi yang memiliki visi dapat


dipastikan juga memiliki misi. Memungkinkan untuk perubahan/penyesuaian dengan
perubahan visi. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukan dan
bagaimana melakukannya, berikut merupakan kriteria dari misi yang baik (Hutabarat &
Martani):
1. Rumusan misi sejalan dengan visi satuan organisasi/ satuan kerja
2. Misi dirumuskan secara jelas dengan erjas yang lugas
3. Rumusan misi menggambarkan perkerjaan atau fungsi yang harus
dilaksanakan
4. Misi yang dijabarkan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu
5. Memungkinkan untuk perubahan/penyesuaian dengan perubahan visi.
2.9 Gambaran Umum Perusahaan
Pada Laporan Pengukuran kinerja dengan menggunakan metode European
Foundation of Quality Management ini, objek yang digunakan adalah Perusahaan Jasa
Konstruksi, dalam Laporan ini menggunakan studi kasus sebuah Perusahaan Jasa
Konstruksi Kecil-Menengah yaitu Perusahaan CV Agung Wijaya Putra (AWP).
Perusahaan ini merupakan perusahaan perorangan yang bergerak dibidang jasa
pelaksana konstruksi. Sejak berdiri tahun 2006, Perusahaan ini telah menyelesaikan
berbagai jenis pekerjaan konstruksi, mulai dari pembangunan perumahan, toko, sekolah,
masjid, dan jasa pelaksana konstruksi lainnya. Dalam menjalankan proses bisnisnya,
terdapat 4 jenis kesepakatan pembayaran yang ditawarkan. Pertama, sistem borong total
dimana bahan baku dan upah pekerja ditanggung oleh perusahaan dengan biaya yang
telah disepakati diawal. Jika terdapat kekurangan/kelebihan biaya, maka menjadi
tanggung jawab perusahaan. Jenis kesepakatan yang kedua adalah borong upah. Borong
upah merupakan kesepakatan pembayaran dimana upah pekerja ditanggung oleh
perusahaan dengan biaya yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan untuk bahan
baku disediakan oleh klien dengan biaya diluar kesepakatan. Kesepakatan yang ketiga
adalah persentase hasil. Sistem kesepakatan ini mirip dengan sistem borong total,
namun jika terjadi kelebihan biaya maka akan dikembalikan kepada klien. Perusahaan
akan mendapatkan keuntungan dari presentase yang telah disepakati diawal kontrak.
Kesepakatan yang terakhir adalah jasa pengawasan, dimana klien menyewa CV Agung
Wujaya Putra (AWP) untuk melaksanakan serta mengawasi proses konstruksi.
2.9.1 Visi Perusahaan
Menjadi Market Leader dalam bidang konstruksi umumnya dalam bidang
Gedung, Jalan, Jembatan dan Drainase.
2.9.2 Misi Perusahaan
 Peningkatan setiap langkah menuju perusahaan yang mapan dari segala
aspek dengan peningkatan derajat kehidupan karyawan
 Mampu dan selalu berinovasi dalam bidang konstruksi gedung dan jasa
konstruksi lainnya dengan mengembangkan sumber daya yang handal
 Memenuhi kepuasan pelanggan
 Selalu memperhatikan keselamatan kerja (K3) serta menjaga lingkungan
internal maupun eksternal.

2.10 Riset yang Terkait dengan Penelitian Ini


Ada banyak penelitian mengenai penerapan EFQM Excellence Model.
Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah:
1. Laksmi, Arievana Ayu (2015). Menggunakan Model Pengukuran EFQM
Exellence Model untuk pengukuran di DPPKA Sidoarjo untuk mengukur
karyawan, pelanggan, partnerships dll dengan dasar aspek finansial
2. Usman, Yuslely., dkk (2008). Menggunakan Model Pengukuran EFQM di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk Meningkatkan kinerja Dinas, EFQM
dapat diterapkan dalam menilai kinerja dinas Kesehatan
3. Penindra (2017). Menggunakan Model Pengukuran EFQM pada Pengukuran
Kinerja Jurusan Teknik Universitas Udayana.

2.11 Pelatihan dan Pengembangan


Sumber daya manusia dalam organisasi perlu dikembangkan agar terwujudnya
keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan pegawai dengan tuntutan organisasi.
Perkembangan dan pruduktivitas sangat tergantung pada pembagian tugas pokok dan
fungsi berdasarkan kompetensi pegawai. Managemen sumber daya manusia sangat
penting artinya bagi organisasi khususnya dalam mengatur, mengelola ,dan
memanfaatkan pegawai sehngga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya
tujuan organisasi.
Pelatihan dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan
kinerja para tenaga kerja staf atau karyawan yang dianggap belum mampu untuk
mengemban pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat dalarn
dunia perbankan. Sumber daya manusia dalam organisasi perlu dikelola secara
profesional agar terwujudnya keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan pegawai
dengan tuntutan organisasi. Perkembangan dan pruduktivitas sangat tergantung pada
pembagian tugas pokok dan fungsi berdasarkan kompetensi pegawai. Managemen
sumber daya manusia sangat penting artinya bagi organisasi khususnya dalam
mengatur, mengelola, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara
produktif untuk tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Mariot Tua Efendi H (2014) pelatihan dan pengembangan dapat
didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai. Selanjutnya mariot Tua
menambahkan pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan.Tetapi, dilihat dari
tujuannya, umumnya kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih
ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan yang spesifik
pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk
melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Tillon (2013) dengan judul “Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Restorant A&W di City Of Tomorrow
Surabaya”. Ojek penilitian ini adalah Dinamika Lingkungan yang selalu berubah
menuntut perusahaan untuk memperoleh SDM yang berkualitas. Pelatihan dan
Pengembangan merupakan hal umum yang sering dilakukan oleh perusahaan, karena
penempatan karyawan secara langsung dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan
berhasil. Karyawan baru sering sering merasa tidak pasti tentang peranan dan tanggung
jawab mereka. Sehingga dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat
penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap
pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan.
Dalam dunia kerja, pelatihan dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya
meningkatkan kinerja para tenaga kerja yang dianggap belum mampu untuk
mengemban pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat dalam
pendidikan. Secara deskripsi tertentu potensi para pekerja mungkin sudah memenuhi
syarat administrasi pada pekerjaanya, tapi secara aktual para pekerja harus mengikuti
atau mengimbangi perkembangan perusahaan sesuai dengan tugas yang dijabat atau
yang akan dijabatnya. Hal ini yang mendorong perusahaan untuk memfasilitasi
pelatihan dan pengembangan karir para tenaga kerja guna mendapatkan hasil kinerja
yang baik, efektif dan efisien.
Menurut Hadari (2005 : 208). Pelatihan adalah program- program untuk
memperbaiki kemampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok
dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi atau perusahaan. Pengembangan
karir adalah usaha yang dilakukan secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan
pada peningkatan dan penambahan kemampuan seorang pekerja. Dan pengertian ini
menunjukkan bahwa fokus pengembangan karir adalah peningkatan kemampuan mental
tenaga kerja. lstilah pelatihan dan pengembangan merujuk pada struktur total dan
program di dalam dan luar pekerjaan karyawan yang dimanfaatkan perusahaan dalam
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk kinerja pekerjaan dan
promosi karir agar mencapai tujuan yang diinginkan melalui Pelatihan dan
Pengembangan.
Menurut Simamora (2006 : 278). Pelatihan mempunyai andil besar dalam
menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi.
Beberapa manfaat nyata dari program pelatihan dan pengembangan
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar
kinerja yang dapat diterima.
3. Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan
4. Memenuhi kebutuhan perencanaan sember daya manusia.
5. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

Menurut Hasibuan (2005 : 70). Tujuan diselenggarakan pelatihan dan


pengembangan kerja untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan
kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.
Berikut adalah jenis jenis pelatihan dan pengembangan karyawan
(https://www.linovhr.com/, 2018):
1. Skill Training
Pelatihan dan pengembangan pertama yang bisa dilakukan pada SDM
atau karyawan perusahaan adalah dengan melatih keahliannya atau bisa
disebut juga skill training. Pelatihan ini juga cukup sering dilakukan oleh
beberapa perusahaan. Program pelatihan ini terbilang sederhana, caranya
bisa dengan menilai apa yang menjadi kebutuhan ataupun kekurangan
yang kemudian bisa diidentifikasikan lewat penilaian yang lebih teliti.
2. Retraining
Perusahaan juga bisa melakukan pelatihan ulang atau disebut juga
retraining agar bisa memberikan keahlian yang benar-benar dibutuhkan
oleh SDM yang ada. Hal ini dilakukan guna menghadapi kondisi tuntutan
pekerjaan yang akan terus berubah. Sehingga dengan pelatihan ini SDM
yang ada di dalam perusahaan bisa bekerja dengan lebih percaya diri
ketika menyelesaikan suatu pekerjaan.
3. Cross Functional Training
Pelatihan dan pengembangan yang bisa dilakukan selanjutnya adalah
melakukan pelatihan lintas fungsional. Ini merupakan pelatihan yang
akan melibatkan para karyawan perusahaan agar bisa melakukan
aktivitas kerja di dalam bidang yang lainnya, selain pekerjaan utamanya.
4. Team Training
Memberikan pelatihan tim kepada SDM perusahaan merupakan hal yang
sangat dianjurkan. Karena bagaimanapun juga karyawan di dalam
perusahaan tidak akan bekerja sendirian, mereka harus bisa
menyelesaikan masalah atau pekerjaan secara tim agar tujuan perusahaan
bisa tercapai.
5. Pelatihan Kreatifitas
Proses pelatihan kreativitas atau disebut juga creativity training
merupakan program pelatihan dan pengembangan yang bisa memberikan
peluang agar SDM perusahaan bisa mengeluarkan sebuah gagasan
berdasarkan nilai rasional. Gagasan itu nantinya akan lebih
dikembangkan agar bisa membangun perusahaan menjadi lebih baik lagi.
6. Pelatihan Teknologi
Perusahaan tidak dapat menutup mata bahwa pastinya ada saja teknologi
yang mempengaruhi sistem kerja dalam perusahaan. Bila tidak bisa
menerimanya maka bukan tidak mungkin malah akan menyebabkan
ketertinggalan dan tidak akan berkembang. Oleh sebab itulah, ketika
menyadari bahwa pengaruhnya cukup besar, sebaiknya perusahaan
memberikan sebuah pelatihan kepada SDM di dalamnya agar tidak gagap
teknologi atau gaptek.
7. Pelatihan Bahasa
Pelatihan dan pengembangan mengenai bahasa juga sebaiknya harus
dipertimbangkan bila perusahaan ingin lebih berkembang. Jangan
menutup mata dengan perbedaan bahasa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flowchart
Berikut adalah flowchart pada metodologi penelitian:

Mulai

Studi Pendahuluan di
CV Agung Wijaya Putra

Identifikasi dan
Perumusan Masalah

Menentukan Tujuan
Penelitian

Studi Pustaka Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pembuatan Gap Analisis


berdasarkan data yang
diperoleh

Analisis
Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart

3.2 Desain Penelitian


Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif pada penelitian ini. Pendekatan
kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa,
perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam
dalam bentuk narasi.

3.3 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian


Objek penelitian adalah objek yang diteliti dan dianalisis. Dalam penyusunan
laporan tugas besar ini yang dijadikan objek penelitian adalah evaluasi kesiapan
perusahaan CV Agung Wijaya Putra Semarang yang bergerak pada bidang jasa
pelaksana konstruksi menggunakan metode European Foundation for Quality
Management’s (EFQM).

3.4 Metode Penelitian


Metode pengumpulan data merupakan metode penelitian yang mempunyai
tujuan untuk mendapatkan sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan
penelitian, dimana data tersebut dapat menunjang dalam penelitian ini. Metode
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian lapangan (field
research) berupa penelitian yang dilakukan pada perusahaan untuk mendapatkan
informasi mengenai data-data yang dibutuhkan. Penelitian lapangan dapat dilakukan
melalui:
1. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data menggunakan pertanyaan secara lisan
kepada pihak-pihak yang dapat dipercaya untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan selama penelitian.
2. Kuesioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang memakai pertanyaan yang
dijawab sesuai bentuk angket. Cara menjawab pada angket cukup dengan
memasukkan nilai-nilai pada kriteria dan subkriteria dari pilar pada model
EFQM.
3. Penelitian Kepustakaan
Merupakan penelitian yang digunakan untuk memperoleh data sekunder
dengan memakai informasi dari buku-buku ataupun sumber lainnya yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

3.5 Sumber Data


Berikut merupakan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
penelitian yang mengisi kuesioner. Dalam penelitian ini kuesioner diberikan
kepada karyawan dan pimpinan dari CV Agung Wijaya Putra.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara pada
pimpinan CV Agung Wijaya Putra mengenai data profil perusahaan, visi &
misi, motto dari perusahaan dan juga diperoleh dari literatur yang
berhubungan dengan analisis yang digunakan sehingga diperoleh
pemahaman yang lebih jelas dalam menganalisis permasalahan.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Profil Perusahaan


CV Agung Wijaya Putra adalah company yang bergerak pada bidang jasa
pelaksana konstruksi pada bidang penataan/renovasi ruang dan wilayah, arsitektur,
struktur, mekanikal, kelistrikan, plumbing, dan bidang engineering lainnya. Selama
tujuh tahun terakhir CV Agung Wijaya Putra telah melayani lebih dari 163 pengguna
jasa dari berbagai bidang. Mulai dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), Kementerian, Pemerintah Daerah sampai dengan mitra
dan/atau korporasi baik lokal maupun asing. CV Agung Wijaya Putra selalu berupaya
menawarkan dan memberikan solusi terbaik dalam melaksanakan pekerjaaan sesuai
kontrak yang disepakati. Dengan pengalaman yang teruji kami bangga untuk
memberikan solusi dan layanan terbaik untuk menggapai tujuan proyek anda. Kualitas
sumber daya manusia menjadi kunci kehandalan layanan CV Agung Wijaya Putra.
Kami memberikan layanan penuh dengan sumber daya manusia profesional di
bidangnya. Kualitas yang kami jaga dan terus tingkatkan sejak CV Agung Wijaya
Putra berdiri di tahun 2004.

4.2 Visi dan Misi Perusahaan


1. Visi
Berikut merupakan visi dari CV Agung Wijaya Putra:
Menjadi Market Leader dalam bidang konstruksi, umumnya dalam bidang
konstruksi gedung; jalan; jembatan dan drainase.
2. Misi
Berikut merupakan misi dari CV Agung Wijaya Putra:
I. Peningkatan setiap langkah menuju perusahaan yang mapan dari segala
aspek dengan peningkatan derajat kehidupan karyawan
II. Mampu dan selalu berinovasi dalam bidang konstruksi gedung dan jasa
pelaksana konstruksi lainnya dengan mengembangkan sumber daya yang
andal
III. Memenuhi kepuasan para pelanggan maupun mitra kerja
IV. Selalu memperhatikan keselamatan kerja (K3) serta menjaga lingkungan
internal maupun eksternal supaya selalu harmonis.

4.3 Scoring European Foundation Quality Model (EFQM)


Scoring metode EFQM diperoleh dari jawaban-jawaban yang kemudian
diberikan penilaian terhadap kondisi organisasi. Petunjuk skoring dilakukan dengan
melihat panduan skoring yang ada untuk kriteria 1-9 penilaian terhadap CV Agung
Wijaya Putra (AWP). Wawancara dan kuisioner dilakukan berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan pada metode EFQM. Dari wawancara tersebut diperoleh hasil berupa
jawaban-jawaban yang kemudian diberi penilaian dan kuisioner terhadap kondisi
organisasi. Dalam pemberian penilaian itu sendiri terdapat pedoman dari EFQM pada
metode RADAR.
Untuk menilai setiap pendekatan RADAR tersebut mempunyai nilai-nilai
spesifik yang harus diperhatikan seperti dibawah ini:
1. Approach yaitu dinilai dengan sound (bagaimana pendekatannya) dan
integrated (pendekatan apakah sesuai dan sudah dapat mendukung kebijakan
dan strategi).
2. Deployment yaitu dinilai dengan systematic (terlaksana dengan suatu system
yang jellas ) dan implemented (telah dikerjakan sesuai dengan area tujuan
organisasi).
3. Assessment and Review yaitu dinilai dengan measurement (bagaimana cara
mengukurnya), learning (seluruh aktivitas menjadi bahan untuk pembelajarn
dianalisa, diidentifikasi, diprioritaskan, dan direncanakan untuk perbaikan).
4. Results yaitu dinilai dengan melihat trends (dilihat secara menyeluruh terjadi
peningkatan hasil dari tahun ke tahun), targets (dilihat target dan
pencapaiannya), comparasion (perbandingan nilai dengan konsultan
kontruksi lain), causes (hasil yang berhubungan dengan pilar 1-5), dan scope
(hasil yang dicapai sesuai dengan area yang diperlukan).
Seluruh nili-nilai spesifik yang telah disebutkan diatas dinilai berdasarkan
pedoman yang telah ditentukan sebagai berikut
Sangat Tidak Puas (STP) = 0-10 : jika tidak ada bukti
Kurang Puas (KP) = 15-35 : jika ada beberapa bukti
Cukup Puas (CP) = 40-60 : terbukti
Puas (P) = 65-85 : terdapat bukti yang jelas
Sangat Puas (SP) = 90-100 : terdapat bukti yang lengkap
Semua pilar yang terdiri dari kriteria dan subkriteria dinilai dengan metode
RADAR tersebut. Untuk mendapatkan nilai setiap sub kriterianya dilakukan dengan
menghitung rata-rata dari jumlah semua nilai spesifik yang telah diberikan. Nilai akan
berkisar dari 0 sampai dengan 100.
Untuk penilaian akhir setiap pilar dilakukan perhitungan rata-rata nilai
subkriteria dan dikalikan bobot masing-masing pilar yang sudah terformat sebagai
berikut: kepemimpinan mempunyai bobot 1,0; kebijakan dan strategi mempunyai bobot
0,8; kepegawaian mempunyai bobot 0,9; kemitraan dan manajemen sumber daya
mempunyai bobot 0,9; proses mempunyai bobot 1,4; kinerja staf mempunyai bobot 0,9;
kepuasan pelanggan mempunyai bobot 2,0; dampak pada masyarakat mempunyai bobot
0,6; dan kinerja konsultan konstruksi mempunyai bobot 1,5. Sehingga total bobot
bernilai 10.

4.4 Hasil dan Pembahasan


Telah dilakukan penilaian kinerja CV Agung Wijaya Putra menggunakan model
EFQM yang dikembangkan sesuai dengan area kerja perusahaan tersebut. Penilaian
yang dilakukan menggunakan model EFQM terdiri dari 9 pilar kriteria yaitu
kepemimpinan, kebijakan dan strategi, manajemen kepegawaian, sumber daya, proses,
kepuasan pelanggan, kepuasan staff, kepuasan sosial masyarakat, dan pencapaian
indikator kunci.
Penilaian yang dilakukan mempunyai tujuan untuk mendapatkan masalah yang
akan diberikan saran perbaikan. EFQM mempunyai perbedaan dengan ISO, EFQM
menggunakan untuk memperbaiki yang kurang, sedangkan ISO memiliki tujuan untuk
mendapatkan legalitas standar yang diakui. EFQM bisa digunaan sebagai tools sebelum
mencapai ISO.
4.4.1 Penilaian Kriteria Kepemimpinan
Dalam model peningkatan kinerja jasa pelaksana konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepemimpinan kualitas
memiliki lima prinsip, yaitu:
1. A. Menerangkan batasan kerja, ruang lingkup pekerjaan, dan spesifikasi
dengan baik kepada semua stakeholder proyek
1. B. Melakukan koordinasi terhadap semua stakeholder yang terlibat dalam
proyek
1. C. Memimpin rapat-rapat rutin dalam merencanakan dan menyelesaikan
masalah di lapangan
1. D. Secara berkala membuat laporan/ monitoring & evaluasi terhadap
kemajuan pelaksanaan pekerjaan
1. E. Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan
dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan konstruksi
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Kriteria/ Pilar Kepemimpinan CV. Agung Wijaya Putra

Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

1. A 100 100 100 100 94.7

1. B 95 90 100 95

1. C 90 90 90 90
1. D 100 100 100 100

1. E 90 85 90 88

Dari penelitian diatas ditemukan nilai kepemimpinan yang terbaik ditemukan


pada subkriteria 1.D yaitu membuat laporan/ monitoring & evaluasi terhadap kemajuan
pelaksanaan pekerjaan secara berkala dan 1.E yaitu menyusun laporan dan berita acara
dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan
konstruksi. Sedangkan nilai kepemimpinan yang terendah ditemukan pada subkriteria
1.C yaitu memimpin rapat-rapat rutin dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah
di lapangan.
Kepemimpinan yang efektif menurut konsep manajemen kualitas adalah
kepemimpinan yang sensitive atau peka terhadap perubahan dan melakukan
pekerjaannya secara terfokus. Memimpin berarti menentukan hal-hal yang tepat untuk
dikerjakan, menciptakan dinamika organisasi yang dikehendaki agar semua orang
memberikan komitmen, bekerja dengan semangat dan antusias untuk mewujudkan hal-
hal yang ditetapkan. Memimpin juga berarti mengkomunikasikan visi dan prinsip
organisasi kepada seluruh karyawan/ staf. Deming, Juran, dan Crosby sebagai guru
dalam manajemen kualitas telah mengidentifikasikan bahwa proses perbaikan kualitas
memerlukan keseimbangan antara perbaikan proses dan peningkatan atau perbaikan
sumber daya manusia yang dikendalikan oleh kepemimpinan yang berkualitas. Model
kepemimpinan kualitas di beberapa perusahaan dunia yang terkenal lainnya disamping
perusahaan di Eropa, pada umumnya hampir sama dengan metode EFQM.

4.4.2 Penilaian Kriteria Kebijakan dan Strategi


Organisasi yang excellent adalah dapat mengimplementasikan visi dan misi
dengan membangun suatu strategi stakeholder yang terfokus yang dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan dala proses yang dilakukannya. Kebijakan, rencana, tujuan, dan
proses dikembangkan dan dilaksanakan melalui suatu strategi.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kebijakan dan strategi
memiliki lima prinsip, yaitu:
2. A. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap penggunaan sumber
daya : tenaga kerja, bahan/material, peralatan dan biaya
2. B. Mengendalikan dan memastikan proyek tepat waktu (sesuai dengan
rencana)
2. C. Mengendalikan dan memastikan proyek tepat biaya (sesuai dengan
rencana)
2. D. Melakukan pemeriksaan, koreksi, dan persetujuan terhadap setiap
pelaksanaan pekerjaan (shop drawings) yang diajukan pelaksana konstruksi
2. E. Melakukan pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
spesifikasi
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Kriteria/ Pilar Kebijakan Dan Strategi CV. Agung Wijaya Putra

Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

2. A 100 100 100 100 96.6

2. B 90 85 90 88

2. C 100 100 100 100

2. D 100 95 100 98

2. E 95 100 96 97
Dari penelitian diatas ditemukan nilai kebijakan dan strategi yang terbaik
ditemukan pada subkriteria 2.A yaitu melakukan pengendalian dan pengawasan
terhadap penggunaan sumber daya : tenaga kerja, bahan/material, peralatan dan biaya,
2.B yaitu mengendalikan dan memastikan proyek tepat waktu (sesuai dengan rencana),
2.C yaitu mengendalikan dan memastikan proyek tepat biaya (sesuai dengan rencana),
dan 2.E yaitu melakukan pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
spesifikasi. Sedangkan nilai kebijakan dan strategi yang terendah ditemukan pada
subkriteria 2.D yaitu melakukan pemeriksaan, koreksi, dan persetujuan terhadap setiap
pelaksanaan pekerjaan (shop drawings) yang diajukan pelaksana konstruksi.
Pilar kebijakan dan strategi dibuat berdasarkan kebutuhan konsultan konstruksi
baik untuk saat ini maupun untuk masa mendatang serta dibuat sesuai dengan harapan
stakeholders yang memiliki nilai tinggi.

4.4.3 Penilaian Kriteria Manajemen dan Sumber Daya Manusia


Organisasi excellent mengatur, mengembangkan, dan mendukung potensial
individual staf secara penuh, membangun kerja sama dan peningkatan karir. Organisasi
excellent menciptakan keadilan dan kesetaraan dan membangun dan mendukung
stafnya. Organisasi excellent perhatian terhadap komunikasi, reward, dalam
menciptakan motivasi staf dan membangun komitmen untuk menggunakan
keterampilan dan pengetahuan mereka dalam rangka membangun organisasi.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar manajamen staf memiliki
empat prinsip, yaitu:
3. A. Setiap Individu yang terlibat sebagai tim Konsultan MK adalah ahli pada
bidangnya
3. B. Memahami secara komperhensif dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
3. C. Kooperatif dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan
3. D. Terbuka dan menerima masukan yang konstrukstif
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kriteria/ Pilar Manajemen Dan Sumber Daya Manusia CV. Agung
Wijaya Putra

Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

3. A 95 85 100 93 93.8

3. B 95 85 100 93

3. C 90 90 100 93

3. D 95 90 100 95

Dari penelitian diatas ditemukan nilai manajemen dan sumber daya manusia
yang terbaik ditemukan pada subkriteria 3.D yaitu terbuka dan menerima masukan yang
konstrukstif. Sedangkan nilai manajemen dan sumber daya manusia yang terendah
ditemukan pada subkriteria 3.A yaitu setiap Individu yang terlibat sebagai tim
Konsultan MK adalah ahli pada bidangnya, 3.B yaitu memahami secara komperhensif
dokumen untuk pelaksanaan konstruksi, dan 3.C yaitu kooperatif dalam setiap tindakan
dan pengambilan keputusan.

4.4.4 Penilaian Kriteria Manajemen Sumber Daya dan Kemitraan


Organisasi excellent merencanakan dan mengatur kemitraan dengan pihak luar
seperti konsultan konstruksi lainnya, supplier dan mengatur sumber daya internal untuk
mendukung kebijakan dan strategi sehingga proses dapat berjalan efektif. Selama
perencanaaan dan menjalin kemitraan, organisasi bersikap seimbang terhadap
kebutuhan organisasi, masyarakat, dan lingkungan.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar manajamen sumber daya dan
kemitraan memiliki empat prinsip, yaitu:
4. A. Pengelolaan kemitraan yang baik
4. B. Pengelolaan keuangan
4. C. Pengelolaan teknologi
4. D. Pengelolaan Informasi dan Pengetahuan
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Kriteria/ Pilar Manajemen Sumber Daya Dan Kemitraan CV. Agung
Wijaya Putra

Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

4. A 95 90 85 93 96.3

4. B 95 95 100 97

4. C 100 95 100 98

4. D 100 100 100 100

Dari penelitian diatas ditemukan nilai manajemen sumber daya dan kemitraan
yang terbaik ditemukan pada subkriteria 4.A yaitu pengelolaan kemitraan yang baik.
Sedangkan nilai manajemen sumber daya dan kemitraan yang terendah ditemukan pada
subkriteria 4.D yaitu pengelolaan Informasi dan Pengetahuan.

4.4.5 Penilaian Kriteria Proses


Organisasi excellent membentuk, mengatur, dan meningkatkan proses dalam
rangka memberikan kepuasan, meningkatkan nilai-nilai indicator secara umum, kepada
pelanggan dan stakeholder.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar proses memiliki empat
prinsip, yaitu:
5. A. Memberikan rekomendasi perubahan ruang lingkup (bahan/ material,
maupun metode pelaksanaan) yang lebih baik jika diperlukan
5. B. Memberikan pelayanan konsultasi setiap saat (selama proyek
berlangsung) kepada seluruh stakeholder proyek
5. C. Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas hasil pekerjaan agar sesuai
dengan spesifikasi
5. D. Mendeteksi dan memberikan koreksi terhadap defect/ cacat pada hasil
pekerjaan
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Kriteria/ Pilar Proses CV. Agung Wijaya Putra

Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

5. A 90 90 100 93 90.75

5. B 90 80 90 87

5. C 90 90 90 90

5. D 90 90 100 93

Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 5.C yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kualitas hasil pekerjaan agar
sesuai dengan spesifikasi. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan pada
subkriteria 5.B yaitu memberikan pelayanan konsultasi setiap saat (selama proyek
berlangsung) kepada seluruh stakeholder proyek.

4.4.6 Penilaian Kriteria Kepuasan Pelanggan


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan pelanggannya. Pelanggan konsultan konstruksi yang
telah diidentifikasikan adalah kontraktor. Hal ini didasarkan pada tugas pokok dan
fungsi konsultan konstruksi sebagai instan yang memberikan penyesuaian keadaan
lapangan dengan keinginan pemilik proyek.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan pelanggan
memiliki dua prinsip, yaitu:
6. A. Pengukuran persepsi pelanggan terhadap pelayanan Konsultan Kontruksi
6. B. Indikator performa kepuasan pelanggan
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Kriteria/ Pilar Kepuasan Pelanggan CV. Agung Wijaya Putra

Sub Kriteria Result Element Average

6. A 93 83 88
6. B 80 84 82
Dari penelitian diatas ditemukan nilai kepuasan pelanggan yang terbaik
ditemukan pada subkriteria 6.A yaitu pengukuran persepsi pelanggan terhadap
pelayanan Konsultan Kontruksi. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan pada
subkriteria 6.B yaitu indikator performa kepuasan pelanggan.

4.4.7 Penilaian Kriteria Kepuasan Staf


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan stafnya. Yang termasuk staf dalam organisasi konsultan
konstruksi adalah seluruh staf yang bertugas di konsultan konstruksi.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan staf memiliki dua
prinsip, yaitu:
7. A. Pengukuran persepsi staf terhadap pelayanan Konsultan Kontruksi
7. B. Indikator performa kepuasan staf
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kriteria/ Pilar Kepuasan Staf CV. Agung Wijaya Putra

Sub Kriteria Result Element Average

7. A 90 75 83

7. B 95 80 88
Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 7.B yaitu indikator performa kepuasan staf. Sedangkan nilai proses yang
terendah ditemukan pada subkriteria 7.A yaitu pengukuran persepsi staf terhadap
pelayanan Konsultan Kontruksi.

4.4.8 Penilaian Kriteria Hasil Sosial Masyarakat


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan masyarakat.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya Putra yang
dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan masyarakat memiliki dua
prinsip, yaitu:
8. A. Persepsi masyarakat terhadap Konsultan Konstruksi
8. B. Indikator performa kepuasan masyarakat
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Kriteria/ Pilar Hasil Social Masyarakat CV. Agung Wijaya Putra

Sub Kriteria Result Element Average

8. A 90 90 90

8. B 88 84 86
Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang sama besar antara subkriteria
8.A yaitu persepsi masyarakat terhadap Konsultan Konstruksi dan subkriteria 8.B yaitu
indikator performa kepuasan masyarakat.

4.4.9 Penilaian Kriteria Kepuasan Sosial Masyarakat


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan masyarakat.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan social masyarakat
memiliki dua prinsip, yaitu:
9. A. Kinerja inti
9. B. Indikator kinerja
Tabel 4.9 Hasil Kenilaian Kriteria/ Pilar Kepuasan Social Masyarakat CV. Agung Wijaya Putra

Sub Kriteria Result Element Average

9. A 95 80 88

9. B 90 75 83
Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 9.A yaitu Kinerja inti. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan
pada subkriteria 9.B yaitu Indikator kinerja.

4.5 Hasil Perhitungan


Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan perhitungan
akhir nilai CV Agung Wijaya Putra. Berikut merupakan hasil perhitungan dari 9
kriteria/ pilar EFQM:
Tabel 4.10 Hasil perhitungan niali total EFQM CV. Agung Wijaya Putra
Fakto
Kriteria Skor Poin
r
Kepemimpinan 94.7 1.0 94.7
Kebijakan dan strategi 96.6 0.8 77.28
Manajemen sumber daya manusia 93.8 0.9 84.42
Manajemen sumber daya manusia dan kemitraan 96.3 0.9 86.67
Proses 90.75 1.4 127.05
Kepuasan pelanggan 85 2.0 170
Kepuasan staf 85.5 0.9 76.95
Kepuasan Masyarakat 88 0.6 52.8
Kepuasan Sosial 85.5 1.5 128.25
Total 898.12
Table 4.10 memperlihatkan skor CV Agung Wijaya Putra yang diukur dengan
metode EFQM. Terlihat setelah dikalikan dengan factor (pembobotan) dari Sembilan
pilar yang mendapat nilai terendah adalah kepuasan masyarakat (52.8), menyusul
kepuasan staf (76.95). Sementara nilai tertinggi diperoleh pada pilar kepuasan
pelanggan (170). Rendahnya nilai kepuasan masyarakat dan kepuasan staf ini
disebabkan karena CV Agung Wijaya Putra belum pernah melakukan pengukuran
terhadap kedua pilar secara sistematis, terperinci, dan metodologi yang jelas.
Pada saat penilaian setiap pilar enablers dengan menggunakan metode ADAR,
terlihat bahwa nilai dari Approach, Deployment, dan Assesment & Review yang
dilakukan telah mendapat nilai yang baik. Dalam system ADAR, setiap pendekatan
(approach), pelaksanaan (deployment), dan monitoring (Assesment & Review), dilihat
apakah mempunyai bukti yang jelas. Nilai tinggi dalam setiap pilar akan
mempengaruhi kepercayaan pihak owner terhadap pihak konsultan, terutama pada
pekerjaan yang berasal dari pemerintah. Dengan track record yang bagus akan
meningkatkan kepercayaan terhadap pihak Konsultan Kontruksi dalam menangani
proyek yang bersifat penunjukan langsung atau pemilihan langsung.
Kelebihan dalam system organisasi Konsultan Konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang menjadi sampel penelitian ini bahwa setiap bukti pendekatan, pelaksanaan,
dan monitoring terdapat bukti yang cukup jelas. Namun ketika melakukan penilaian
terhadap pilar kepuasan staf dan kepuasan masyarakat, pihak konsultan konstruksi
belum mengarah pada kepuasan staf dan kepuasan masyarakat sebagai arah kebijakan.
Hal ini terbukti karena pihak konsultan konstruksi belum pernah secara tersturktur dan
analitik melakukan pengukuran terhadap kepuasan staf dan kepuasan masyarakat.
Organisasi yang baik akan melakukan pengukuran terhadap kepuasan staf dan
kepuasan masyarakat secara periodic dan melakukan analisis untuk bahan membuat
kebijakan dan strategi yang akan datang.
Pilar enablers yaitu kepemimpinan, kebijakan dan strategi, kepegawaian,
kemitraan dan sumber daya, dan proses adalah hal yang dapat diperbaiki untuk
meningkatkan hasil yang terdapat dalam 4 pilar selanjutnya yaitu kepuasan pelanggan,
kepuasan staf, kepuasan masyarakat, dan indicator kunci utama. Perbaikan pada pilar
enablers dapat dilakukan setelah mengidentifikasi atau menilai pilar-pilar tersebut
dengan menggunakan subkriteria yang terdapat pada setiap pillar/kriteria. Jika
subkriteria dapat ini dapat terpenuhi dengan bukti nyata, makan nilai EFQM untuk
organisasi akan tinggi. Peningkatan indicator kunci utama merupakan penilaian
terhadap kinerja suatu organisasi. Setelah dilakukan penilaian dengan menggunakan
subkriteria yang ada dalam EFQM ini dapat diketahui kelemahan dan hal yang perlu
diperbaiki untuk memperbaiki hasil indicator kunci utama. Saran perbaikan
berdasarkan pada kelemahan yang ditemukan pada setiap subkiriteria yang dinilai.
BAB V
ANALISIS DATA

5.1 Analisis Terhadap Penilaian Kriteria EFQM


5.1.1 Kriteria Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan
agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi
(Hasibuan, 2011 : 170). Menurut Badeni (2013 : 2), kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah
tercapainya tujuan. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah sifat atau karakter atau cara seseorang dalam upaya membina dan
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mau bekerjasama, komitmen dan
setia untuk melaksanakan semua kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan yang efektif menurut konsep manajemen kualitas adalah
kepemimpinan yang sensitive atau peka terhadap perubahan dan melakukan
pekerjaannya secara terfokus. Memimpin berarti menentukan hal-hal yang tepat untuk
dikerjakan, menciptakan dinamika organisasi yang dikehendaki agar semua orang
memberikan komitmen, bekerja dengan semangat dan antusias untuk mewujudkan hal-
hal yang ditetapkan. Memimpin juga berarti mengkomunikasikan visi dan prinsip
organisasi kepada seluruh karyawan/staf.
Pada kriteria kepemimpinan, hasil penilaian (awarded) menghasilkan nilai
sebesar 94.7. Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan
perhitungan akhir nilai dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian dengan
factor bobot sebesar 1.0 sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan sebesar
94.7. Dari penelitian diatas ditemukan nilai kepemimpinan yang terbaik ditemukan
pada subkriteria 1.D yaitu membuat laporan/ monitoring & evaluasi terhadap kemajuan
pelaksanaan pekerjaan secara berkala dan 1.E yaitu menyusun laporan dan berita acara
dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan
konstruksi. Sedangkan nilai kepemimpinan yang terendah ditemukan pada subkriteria
1.C yaitu memimpin rapat-rapat rutin dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah
di lapangan.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria kepemimpinan perusahaan
memiliki hubungan yang baik dengan karyawan & selalu memberi dukungan yang
positif dengan bukti yang cukup jelas.

5.1.2 Kriteria Kebijakan dan Strategi


Organisasi yang excellent adalah dapat mengimplementasikan visi dan misi
dengan membangun suatu strategi stakeholder yang terfokus yang dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan dala proses yang dilakukannya. Kebijakan, rencana, tujuan, dan
proses dikembangkan dan dilaksanakan melalui suatu strategi. Pilar kebijakan dan
strategi dibuat berdasarkan kebutuhan konsultan konstruksi baik untuk saat ini maupun
untuk masa mendatang serta dibuat sesuai dengan harapan stakeholders yang memiliki
nilai tinggi.
Pada kriteria kebijakan dan strategi, hasil penilaian (awarded) menghasilkan
nilai sebesar 96.6. Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan
perhitungan akhir nilai dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian dengan
factor bobot sebesar 0.8 sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan sebesar
77.28. Dari penelitian diatas ditemukan nilai kebijakan dan strategi yang terbaik
ditemukan pada subkriteria 2.A yaitu melakukan pengendalian dan pengawasan
terhadap penggunaan sumber daya : tenaga kerja, bahan/material, peralatan dan biaya,
2.B yaitu mengendalikan dan memastikan proyek tepat waktu (sesuai dengan rencana),
2.C yaitu mengendalikan dan memastikan proyek tepat biaya (sesuai dengan rencana),
dan 2.E yaitu melakukan pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
spesifikasi. Sedangkan nilai kebijakan dan strategi yang terendah ditemukan pada
subkriteria 2.D yaitu melakukan pemeriksaan, koreksi, dan persetujuan terhadap setiap
pelaksanaan pekerjaan (shop drawings) yang diajukan pelaksana konstruksi.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria kebijakan dan strategi
perusahaan memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baik dalam melayani
pelanggannya. Selain itu, perusahaan dapat membuktikan dan mengimplementasikan
kebijakan dan strategi yang dibuat sudah sesuai harapan dari stakeholder sehingga dapat
memberikan kepuasan pada stakeholder.
5.1.3 Kriteria Manajemen dan Sumber Daya Manusia
Organisasi excellent mengatur, mengembangkan, dan mendukung potensial
individual staf secara penuh, membangun kerja sama dan peningkatan karir. Organisasi
excellent menciptakan keadilan dan kesetaraan dan membangun dan mendukung
stafnya. Organisasi excellent perhatian terhadap komunikasi, reward, dalam
menciptakan motivasi staf dan membangun komitmen untuk menggunakan
keterampilan dan pengetahuan mereka dalam rangka membangun organisasi.
Pada kriteria manajemen dan sumber daya manusia, hasil penilaian (awarded)
menghasilkan nilai sebesar 93.8. Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM
dilakukan perhitungan akhir nilai dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian
dengan factor bobot sebesar 0.9 sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan
sebesar 84.42. Dari penelitian diatas ditemukan nilai manajemen dan sumber daya
manusia yang terbaik ditemukan pada subkriteria 3.D yaitu terbuka dan menerima
masukan yang konstrukstif. Sedangkan nilai manajemen dan sumber daya manusia yang
terendah ditemukan pada subkriteria 3.A yaitu setiap Individu yang terlibat sebagai tim
Konsultan MK adalah ahli pada bidangnya, 3.B yaitu memahami secara komperhensif
dokumen untuk pelaksanaan konstruksi, dan 3.C yaitu kooperatif dalam setiap tindakan
dan pengambilan keputusan.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria manajemen dan sumber
daya manusia perusahaan dapat secara terbuka dan menerima masukan yang
konstruktif. Selain itu, sumber daya manusia perusahaan memahami secara
komperehensif proses konstruksi serta kooperatif dalam setiap tindakan dan
pengambilan keputusan.

5.1.4 Kriteria Manajemen Sumber Daya dan Kemitraan


Organisasi excellent merencanakan dan mengatur kemitraan dengan pihak luar
seperti konsultan konstruksi lainnya, supplier dan mengatur sumber daya internal untuk
mendukung kebijakan dan strategi sehingga proses dapat berjalan efektif. Selama
perencanaaan dan menjalin kemitraan, organisasi bersikap seimbang terhadap
kebutuhan organisasi, masyarakat, dan lingkungan.
Pada kriteria manajemen sumber daya dan kemitraan, hasil penilaian (awarded)
menghasilkan nilai sebesar 96.3. Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM
dilakukan perhitungan akhir nilai dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian
dengan factor bobot sebesar 0.9 sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan
sebesar 86.67. Dari penelitian diatas ditemukan nilai manajemen sumber daya dan
kemitraan yang terbaik ditemukan pada subkriteria 4.A yaitu pengelolaan kemitraan
yang baik. Sedangkan nilai manajemen sumber daya dan kemitraan yang terendah
ditemukan pada subkriteria 4.D yaitu pengelolaan Informasi dan Pengetahuan.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria manajemen sumber daya dan
kemitraan perusahaan sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan lain seperti
supplier untuk mengembangkan perusahaan.
5.1.5 Kriteria Proses
Organisasi excellent membentuk, mengatur, dan meningkatkan proses dalam
rangka memberikan kepuasan, meningkatkan nilai-nilai indicator secara umum, kepada
pelanggan dan stakeholder.
Pada kriteria proses, hasil penilaian (awarded) menghasilkan nilai sebesar 90.75.
Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan perhitungan akhir nilai
dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian dengan factor bobot sebesar 1.4
sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan sebesar 127.05. Dari penelitian
diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada subkriteria 5.C yaitu
melakukan pemeriksaan terhadap kualitas hasil pekerjaan agar sesuai dengan
spesifikasi. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan pada subkriteria 5.B yaitu
memberikan pelayanan konsultasi setiap saat (selama proyek berlangsung) kepada
seluruh stakeholder proyek.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria proses perusahaan memiliki
pelayanan konsultasi konstruksi yang dilakukan perusahan sudah dirancang sesuai
dengan kebutuhan pelanggannya dengan bukti yang cukup bahwa kriteria ini sudah
terintegrasi dengan baik dengan kriteria lainnya. Kriteria proses sudah dirancang dan
dikelola dengan cukup sistematis, tetapi masih banyak memerlukan implementasi dan
perbaikan yang cukup agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja prosesnya.
5.1.6 Kriteria Kepuasan Pelanggan
Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan pelanggannya. Pelanggan konsultan konstruksi yang
telah diidentifikasikan adalah kontraktor. Hal ini didasarkan pada tugas pokok dan
fungsi konsultan konstruksi sebagai instan yang memberikan penyesuaian keadaan
lapangan dengan keinginan pemilik proyek.
Pada kriteria kepuasan pelanggan, hasil penilaian (awarded) menghasilkan nilai
sebesar 85. Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan perhitungan
akhir nilai dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian dengan factor bobot
sebesar 2 sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan sebesar 170. Dari
penelitian diatas ditemukan nilai kepuasan pelanggan yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 6.A yaitu pengukuran persepsi pelanggan terhadap pelayanan Konsultan
Kontruksi. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan pada subkriteria 6.B yaitu
indikator performa kepuasan pelanggan.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria kepuasan pelanggan
perusahaan memiliki tujuan untuk memberikan kepuasan pada pelanggan. Dalam
kriteria kepuasan pelanggan, belum ada pengukuran dan indikator yang jelas untuk
mengukur persepsi pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan
pengukuran persepsi pelanggan terhadap pelayanan konsultan konstruksi secara
sistematis agar mengerti tingkat kepuasan pelanggan.

5.1.7 Kriteria Kepuasan Staf


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan stafnya. Yang termasuk staf dalam organisasi konsultan
konstruksi adalah seluruh staf yang bertugas di konsultan konstruksi.
Pada kriteria kepuasan staf, hasil penilaian (awarded) menghasilkan nilai
sebesar 85.5. Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan
perhitungan akhir nilai dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian dengan
factor bobot sebesar 0.9 sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan sebesar
76.95. Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 7.B yaitu indikator performa kepuasan staf. Sedangkan nilai proses yang
terendah ditemukan pada subkriteria 7.A yaitu pengukuran persepsi staf terhadap
pelayanan Konsultan Kontruksi.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria kepuasan staf perusahaan
memiliki persepsi terhadap pelayanan konsultan konsturksi dimana perusahaan
memiliki tujuan untuk memberikan kepuasan staf. Maka dari itu, perusahaan melakukan
pengukuran presepsi kepuasan staf secara sistematis agar mengetahui tingkat kepuasan
staf sehingga dapat dikelola dan difasilitasi oleh perusahaan.

5.1.8 Kriteria Hasil Sosial Masyarakat


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan masyarakat.
Pada kriteria hasil social masyarakat, hasil penilaian (awarded) menghasilkan
nilai sebesar 88. Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan
perhitungan akhir nilai dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian dengan
factor bobot sebesar 0.6 sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan sebesar
52.8. Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang sama besar antara subkriteria
8.A yaitu persepsi masyarakat terhadap Konsultan Konstruksi dan subkriteria 8.B yaitu
indikator performa kepuasan masyarakat.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria hasil social masyarakat
perusahaan sudah dapat diterima oleh masyarakat, tetapi masih perlu pendekatan yang
lebih efektif dari perusahaan dalam berkontribusi di masyarakat. Selain itu, perusahaan
perlu meningkatan dan mengintegrasikan kriteria tersebut dengan kriteria lain agar
masyarakat lebih menerima keberadaan perusahaan.

5.1.9 Kriteria Kepuasan Sosial Masyarakat


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan masyarakat.
Pada kriteria kepuasan social masyarakat, hasil penilaian (awarded) menghasilkan nilai
sebesar 85.5. Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan
perhitungan akhir nilai dari kriteria kepemimpinan dengan proses perkalian dengan
factor bobot sebesar 1.5 sehingga didapatkan nilai akhir kriteria kepemimpinan sebesar
128.25. Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 9.A yaitu Kinerja inti. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan
pada subkriteria 9.B yaitu Indikator kinerja.
Dari penilaian tersebut, dapat dilihat bahwa kriteria kepuasan sosial perusahaan
memerlukan perbaikan kinerja inti perusahaan, seperti aspek-aspek penting berupa
proses, kepuasan pelanggan, sumber daya manusa, dan lain-lain. Selain itu, sebaiknya
perusahaan memiliki indikator kinerja yang terstruktur dan sistematis agar pelaksanaan
aspek penting bisa terfokus dan bisa tercapai.

5.2 Analisis Kinerja CV Agung Wijaya Putra


Berikut merupakan table rekap perhitungan poin kriteria EFQM pada CV Agung
Wijaya Putra:
Table 5.1 Rekap Poin Kriteria EFQM

Kriteria Skor Faktor Poin


Kepemimpinan 94.7 1.0 94.7
Kebijakan dan strategi 99.7 0.8 77.28
Manajemen sumber daya manusia 93.8 0.9 84.42
Manajemen sumber daya manusia dan kemitraan 96.3 0.9 86.67
Proses 92.5 1.4 127.05
Kepuasan pelanggan 90 2.0 170
Kepuasan staf 85 0.9 76.95
Kepuasan Masyarakat 88 0.6 52.8
Kepuasan Sosial 85 1.5 128.25
Total 898.12
Table 5.1 memperlihatkan skor CV Agung Wijaya Putra yang diukur dengan
metode EFQM. Terlihat setelah dikalikan dengan factor (pembobotan) dari Sembilan
pilar yang mendapat nilai terendah adalah kepuasan masyarakat (52.8), menyusul
kepuasan staf (76.95). Sementara nilai tertinggi diperoleh pada pilar kepuasan
pelanggan (170). Rendahnya nilai kepuasan social masyarakat dan kepuasan staf ini
disebabkan karena CV Agung Wijaya Putra belum pernah melakukan pengukuran
terhadap kedua pilar secara sistematis, terperinci, dan metodologi yang jelas.
Pada saat penilaian setiap pilar enablers dengan menggunakan metode ADAR,
terlihat bahwa nilai dari Approach, Deployment, dan Assesment & Review yang
dilakukan telah mendapat nilai yang baik. Dalam system ADAR, setiap pendekatan
(approach), pelaksanaan (deployment), dan monitoring (Assesment & Review), dilihat
apakah mempunyai bukti yang jelas. Nilai tinggi dalam setiap pilar akan
mempengaruhi kepercayaan pihak owner terhadap pihak konsultan, terutama pada
pekerjaan yang berasal dari pemerintah. Dengan track record yang bagus akan
meningkatkan kepercayaan terhadap pihak Konsultan Kontruksi dalam menangani
proyek yang bersifat penunjukan langsung atau pemilihan langsung.
Kelebihan dalam system organisasi Konsultan Konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang menjadi sampel penelitian ini bahwa setiap bukti pendekatan, pelaksanaan,
dan monitoring terdapat bukti yang cukup jelas. Namun ketika melakukan penilaian
terhadap pilar kepuasan staf dan kepuasan masyarakat, pihak konsultan konstruksi
belum mengarah pada kepuasan staf dan kepuasan masyarakat sebagai arah kebijakan.
Hal ini terbukti karena pihak konsultan konstruksi belum pernah secara tersturktur dan
analitik melakukan pengukuran terhadap kepuasan staf dan kepuasan masyarakat.
Organisasi yang baik akan melakukan pengukuran terhadap kepuasan staf dan
kepuasan masyarakat secara periodic dan melakukan analisis untuk bahan membuat
kebijakan dan strategi yang akan datang.

5.3 Analisis Perbaikan CV Agung Wijaya Putra


Setelah didapatkan poin/ skor total dari CV Agung Wijaya Putra lalu ditentukan
kategori EFQM untuk perusahaan. Kategori EFQM diperoleh dengan cara menghitung
total skor maksimal dan minimal dari EFQM. Hasil dari perhitungan skor maksimal dan
minimal digunakan untuk menentukan kriteria hasil dari EFQM. Kriteria tersebut
sebagai berikut (Meirina Hapsah dkk, 2019):
Sangat Tidak Puas (STP) = 0-10 : jika tidak ada bukti
Kurang Puas (KP) = 15-35 : jika ada beberapa bukti
Cukup Puas (CP) = 40-60 : terbukti
Puas (P) = 65-85 : terdapat bukti yang jelas
Sangat Puas (SP) = 90-100 : terdapat bukti yang lengkap
Sesuai dengan kategori, maka hasil perhitungan EFQM pada penerapannya di
CV Agung Wijaya Putra masuk dalam kategori sangat sesuai. Artinya, 9 kriteria yang
telah ditentukan dengan 30 sub kriteria pada daftar pertanyan pada European
Foundation for Quality Management (EFQM) sangat sesuai dengan CV Agung Wijaya
Putra. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja dari perusahaan telah mencapai
kesesuaian dengan EFQM.
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN

6.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari penelitian ini:
1. Penggunaan metode European Foundation for Quality Managements
(EFQM) membantu dalam proses pengambilan keputusan terhadap penilaian
kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi A ini menggunakan metode
European Foundation of Quality Management (EFQM) yang terbagi menjadi
2 Kriteria yaitu Enablers dan Results yang dijelaskan menjadi 9 Pilar yaitu
yaitu kepemimpinan, kebijakan dan strategi, tenaga kerja (staf), sumber daya
dan kemitraan, proses, kepuasan pelanggan, kepuasan staf, dampak kepada
masyarakat.
2. Factor-faktor perencana yang berpengaruh terhadap kinerja konsultan
perencana dapat diketahui dengan membuat scoring dengan menggunakan
metode EFQM dengan RADAR. RADAR merupakan suatu istilah untuk
menilai kesembilan pilar EFQM dimana: pilar 1-5 (kepemimpinan,
kebijakan dan strategi, kepegawaian, kemitraan dan manajemen sumber
daya, proses) yang disebut dengan enablers kriteria, dinilai dengan ADAR
(Approach, Deployment, Assesment, and Review) dan pilar 6-9 (kepuasan
staf, kepuasan pelanggan, dampak pada masyarakat, dan pencapaian
indicator kinerja) yang disebut dengan Results kriteria, dinilai dengan R
(result).
3. Penerapan metode EFQM pada CV Agung Wijaya Putra dengan melakukan
penilaian terhadap 9 pilar diantaranya Kepemimpinan dengan poin 94,7,
Kebijakan dan Strategi dengan poin 77.28, Manajemen Sumber Daya
Manusia dengan poin 84.42, Manajemen Sumber Daya dan Kemitraan
dengan poin 86,67, Proses dengan poin 127.05, Kepuasan Pelanggan dengan
poin 170, Kepuasan Staf dengan poin 76.95, Kepuasan Masyarakat dengan
poin 52,8 , dan Kepuasan Sosial dengan poin 128.25. Pilar dengan skor
tertinggi yaitu Kepuasan Pelanggan dengan poin 170 dimana pelanggan yang
melakukan konsultasi dengan CV Agung Wijaya Putra sudah puas, hal ini
terbukti dengan selalu adanya pelanggan baru dan permintaan terhadap
konsultasi perencana konstruksi meningkat. Sedangkan pilar dengan skor
terendah yaitu Kepuasan Masyarakat dengan poin 52.8 dimana perusahaan
masih kurang dalam keterlibatannya di dalam masyarakat. Hasil skor metode
EFQM pada CV Agung Wijaya Putra yaitu 898.12.

6.2 Saran
Berikut merupakan saran dari penelitian ini:
1. Dengan segala keterbatasan dalam pengukuran kinerja konsultan konstruksi
dengan metode European Foundation for Quality Managements (EFQM) ini
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan indicator
kinerja yang sesuai untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan konsultan
konstruksi.
2. Diperlukan metode penilaian setiap kriteria/ pilar yang lebih terstruktur dan
dapat dianalisis secara kuantitatif sehingga alat yang telah didefinisikan
dalam penelitian ini perlu dikembangkan lebih jelas dan dapat diukur dengan
mudah.
3. Diharapkan setelah perencanaan kegiatan dilaksanakan, dapat dilakukan
pengukuran kembali dengan metode yang sama agar dapat dinilai sebab
akibatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ar Rasyid, Muhammad Rizal.2017. PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN


KINERJA
MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA
KONSTRUKSI
(STUDI KASUS: PERUSAHAAN A). Tugas Akhir Teknik Industri ITS 2017.

Davies, J. 2014. The Implementation of European Foundation for Quality


Management's (EFQM) Excellence Model in Academic Units of United Kingdom
Universities. Management Research Institute, School of Management. Salford,
University of Salford. Doctor of Philosophy.

EFQM. (2000). The EFQM Excellence Model in Action, EFQM Publisher.


EFQM. (2012). EFQM Framework of Innovation Agencies, Pro Inno Europe.
Eygelaar, U. (2004). The Application of Excellence Model to Enhance Health Service
Delivery and Performance Excellence in A State Department. Human Resource
Management 2(3): 32-41.

Geralde de Valence., 2011. Modern Constructio Economics, Theory And Applications.


Spon Press, London.

Kloot, L. and J. Martin 2000. Strategic Performance Management: A Balanced


Approach to Performance Management Issues in Local Government. Management
accounting research 11(2): 231-251.

Lien, N. T. H. 2010. The Usefulness of A Self-Assessment Approach Based on A


Business Excellence Model: Case Studies of Textile And Garment Enterprises in
Vietnam. Newcastle Business School. Newcastle, University of Northumbria at
Newcastle. Doctor of Philosophy.

Laksmi, Arievana Ayu., 2015. PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA


BERDASARKAN EFQM EXCELLENCE MODEL DI DPPKA SIDOARJO. Tugas
Akhir Teknik Industri ITS 2015.

Penindra, I Made Dwi Budiana., 2017. Penerapan european foundation for quality
management’s (efqm)
excellence model pada sistem pengukuran kinerja jurusan Teknik Mesin Universitas
Udayana.. Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 10 No. 2, Oktober 2017 (60-65)

Rusjan, B. 2005. Usefulness of EFQM Excellence Model: Theoretical Explanation of


Some Conceptual and Methodological Issues. Total Quality Management & Business
Excellence 16(3): 363-380.

www.pengadaan.web.id (2016,10 Oktober), Pengertian dan Jenis usaha konstruksi


diakses 15 April 2020 , dari https://www.pengadaan.web.id/2016/10/pengertian-dan-
jenis-usaha-jasa-konstruksi.html
LAMPIRAN

 Kuesioner EFQM
 Dokumentasi Lapangan
PENERAPAN EUROPEAN FOUNDATION OF QUALITY MANAGEMENT’S
(EFQM)
PADA PERUSAHAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI
(Studi Kasus: “CV AGUNG WIJAYA PUTRA”)

Nama Mahasiswa : Addana Zulfaan Dzakirizq


NIM : 21070118130109
E-mail : addanazulfaan@students.undip.ac.id
Departemen : Teknik Industri
Mata Kuliah : Pengendalian dan Penjaminan Mutu
Dosen Pembimbing : Dr. Naniek Utami Handayani, S.Si, M.T.

ABSTRAK
Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra (AWP)
merupakan salah satu perusahaan konstruksi dengan kualifikasi golongan usaha kecil-
menengah yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. CV AWP memiliki induk
perusahaan yaitu PT Sendang Agung Mandiri (SAM). Perusahaan ini memulai
usahanya pada tahun 2006 dengan lingkup proyek terletak di sekitar Kota Semarang.
Akan tetapi pada tahun 2011, proyek yang ditangani CV AWP ini mulai mengalami
penurunan yang disinyalir karena meningkatnya jumlah perusahaan jasa konstruksi
sejenis. Sedangkan keadaan ini tidak diimbangi dengan kesiapan strategi AWP,
sehingga Perusahaan ini kurang bersaing dengan perusahaan lain dan berakibat pada
menurunnya jumlah proyek. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada AWP, maka
penelitian ini dilakukan untuk merumuskan strategi perusahaan pada pembangunan
Bangungan Sipil dan Gedung yang sesuai dengan visi perusahaan. Sebagai sebuah
perusahaan yang sering mendapatkan kepercayaan dari instansi pemerintah maupun
umum maka Perusahaan ini berusahaa untuk mendapatkan predikat excellence,
Organisasi yang Excellence dapat diukur menggunakan EFQM Excellence Model.
Kata Kunci : Pengukuran Kinerja, Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi, EFQM.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jumlah Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi terus bertambah. Hal ini tampak
pada data di Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sesuai dengan data-base
pada Asosiasi Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi. Undang–Undang Republik
Indonesia No. 18 tahun 1999, menyatakan bahwa Jasa Pelaksana Konstruksi merupakan
salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan
penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional.
Globliasi merupakan fennomena yang akan dihadapi dalam tatanan keidupan
manusia. Globalisasi dapat mengakibatkan keuntungan maupun kerugian. Keuntungan
yang mungkin terjadi adalah hubungan kerjasama dapat berjalan lebih luas karena
banyak perusahaan- perusahaan baru yang muncul, sedangkangkan kerugiannya adalah
meningkatnya pesaing yang memungkinkan terjadinya penurunan ketertarikan pada
suatu jasa maupun porduk karena semakin banyak penyedia lain yang muncul. Pada
penyedia jasa pelaksana konstruksi, seiring dengan globalisasi maka akan lebih banyak
terjadi persaingan karena semua peluang lebih terbuka. Dimana pemanfaatan
teknologi/mesin juga semakin diterapkan di era Industri 4.0 ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi harus
mempunyai Kinerja yang baik. Perusahaan perlu menilai faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja. Perusahaan dikatakan mempunyai Kinerja yang baik apabila
unggul pada indikator profitabilitas, pertumbuhan, berkelanjutan dan daya saing.
(Sudarto, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Kinerja Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi khususnya perlu dikaji untuk
diketahui lebih jelas terkait :
1. Faktor Internal apa saja yang dominan mempengaruhi Kinerja
Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra
(AWP)?
2. Faktor Eksternal apa saja yang dominan mempengaruhi Kinerja
Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra
(AWP)?
3. Faktor situasi pasar apa saja yang dominan mempengaruhi Kinerja
Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra
(AWP)?
4. Program pengembangan dan pelatihan yang tepat bagi Sumber Daya
Manusia Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya
Putra (AWP)?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kinerja perusahaan CV Agung Wijaya Putra (AWP)
dengan metode EFQM
2. Untuk mengetahui aspek apa saja yang dapat diperbaiki perusahaan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan
3. Untuk memberikan pemodelan pengembangan dan pelatihan
Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra (AWP).

1.4 Manfaat Penelitian


Mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai pemodelan kinerja perusahaan di
bidang jasa pelaksana konstruksi serta memberikan poin-poin yang tepat bagi
perusahaan supaya perusahaan mengetahui ukuran kinerja secara tepat untuk
mewujudkan visi perusahaan terkait.

1.5 Batasan Masalah


Untuk lebih memfokuskan mengenai permasalahan yang diteliti, terdapat
batasan-batasan masalah sebagai berikut:
Penelitian dilakukan di CV Agung Wijaya Putra yang merupakan suatu
perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Pelaksana Konstruksi yang berlokasi di
Jalan Sriwijaya nomor 57, Kota Semarang, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan
dalam waktu satu semester (semester lima)
Penilaian kinerja yang dilakukan berfokus pada lingkup kegiatan tahapan
perencanaan konstruksi, dengan tujuan mendapatkan masalah yang akan diperbaiki
dalam bentuk perencanaan kegiatan di tahun yang akan datang.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Mutu
Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem
perkembangan di Amerika Serikat. Buah pikiran tersebut pada mulanya kurang
diperhatikan oleh masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari
mereka merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep
mutu. Sejak 1980, keterlibatan dalam manajemen terpadu telah dihargai di seluruh
dunia. Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu secara garis besar dapat
dikemukakan berikut ini.
Menurut F.W Taylor (2006), menyatakan bahwa telah berkembangnya satu
seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis
dengan pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual
memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The Father of Scientific
Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang
teori manajemen, yaitu sebagai berikut:
a. Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan
dalam satu hari
b. Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan
tugas yang menjadi bagiannya.
c. Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
d. Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai
sasaran yang telah ditentukan (personal loss).
Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia
memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja. Mutu
(kualitas) bersifat relatif, mutu yang baik dalam pandangan seseorang terkadang
berbeda dengan pandangan orang lain.
Sistem Manajemen Mutu merupakan suatu tatanan yang menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran mutu yang direncanakan. Namun pengertian
standar manajemen akan lebih spesifik jika menjadi standar manajemen mutu, untuk
mendukung standarisasi pada setiap mutu produk yang di hasilkan perusahan maka
hadirlah Organisasi Internasional untuk Standarisasi yaitu Internasional Organization
for Standardization (ISO) berperan sebagai badan penetap standar internasional yang
terdiri dari wakil-wakil badan standarisasi nasional setiap negara. Pengertian Sistem
Manajemen Mutu menurut Gasperz (2002;10) adalah sebagai berikut: “Suatu Sistem
Manajemen Mutu merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-
praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari
suatu proses dan produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan itu
ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi”.

2.2 European Foundation for Quality Managements (EFQM)


2.2.1 Definisi EFQM
The European Quality Award ditetapkan pada tahun 1992 oleh the European
Foundation for Quality Management dan the European Organization for Quality.
EFQM Excellence Model mula-mula diperkenalkan sebagai suatu kerangka kerja yang
digunakan untuk menilai aplikasi The European Quality Award, tetapi kemudian dapat
diterapkan sebagai suatu pengukur kinerja organisasi apapun bentuknya
EFQM  Excellence  Model adalah merupakan suatu Kerangka Kerja Sistem
Manajemen strategis yang dipersiapkan untuk menghadapi Era Globalisasi dengan
perubahan yang sangat cepat dan kompleks. EFQM Excellence Model adalah suatu
Sistem Manajemen Strategis yang pragmatis  and  praktis, untuk menstimulasi
organisasi melaksanakan peningkatan kinerja secara berkesinambungan.
EFQM Excellence Model adalah alat sederhana untuk membantu organisasi
menerapkan sistem jaminan mutu dengan mengukur kinerja sistem tersebut
dibandingkan dengan kondisi istimewa/idealnya; membantu organisasi dalam
memahami perbedaan; dan menstimulasi solusi. EFQM Excellence Model dapat
diterapkan pada organisasi-organisasi dengan berbagai ukuran, struktur, dan juga sektor.
Watson (2000) menyebutkan bahwa EFQM Model menyediakan sistem mutu
yang sangat terfokus dengan mekanismenya yang dimilikinya untuk pencapaian
perbaikan organisasi terus menerus. Weile et al. (1997) mengatakan kriteria dari model
tersebut membantu para manajer untuk memahami makna TQM dalam hubungannya
dengan pengelolaan perusahaan.

2.2.2 Kerangka Model EFQM


Kerangka Model EFQM didasarkan pada 9 kriteria dengan lima kriteria
merupakan “enablers” dan empat kriteria merupakan “results”. Enablers mencangkup
apa yang dikerjakan oleh organisasi. Sedangkan results apa yang dicapai organisasi.
Results disebabkan oleh enablers dan umpan balik dari results adalah membantu
meningkatkan enablers.

Gambar 2.1 Kerangka Model EFQM


Berikut merupakan lima kriteria dari enablers :
1. Leaderships
Leaderships merupakan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin untuk
mendorong implementasi Total Quality Management (TQM). Pemimpin ikut
terlibat dalam pengembangan budaya dan penentuan kualitas budaya yang
kemudian akan memberikan contoh bagi karyawan dan hal seperti itu akan
mengarah pada keberhasilan organisasi.
2. People Management
Employee management merupakan system manajemen SDM di dalam
organisasi, SDM merupakan faktor penting agar organisasi dapat beroperasi,
mampu bersaing, dan bertahan di pasar.
3. Policy and Strategics
Policy and Strategics merupakan hal-hal dalam perumusan dan
pengembangan kebijakan organisasi, dan tindakan strategis organisasi dalam
perencanaan bisnisnya. Penerapan aktualisasi strategi dapat berupa
kebijakan, target, timeline atau jadwal, dan proses
4. Partnership and Resources
Partnership and Resources merupakan salah satu inti dalam sistem
manajemen organisasi untuk melakukan kerja sama dengan pihak luar dan
mengatur penggunaan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara
efektif dan efisien.
5. Processes
Processes merupakan sistem dan proses organisasi dalam memproduksi dan
melayani stakeholder terutama pelanggan untuk menciptakan nilai tambah
Berikut merupakan empat kriteria dari results :
1. Customer Satisfaction
Customer satisfaction merupakan hasil kinerja yang dicapai organisasi yang
berupa peningkatan kepuasan pelanggan.
2. People Satisfaction
People Satisfaction merupakan hasil kinerja yang dicapai organisasi yang
berupa peningkatan terhadap kepuasan pekerjanya.
3. Impact on Society
Impact on Society merupakan hasil kinerja organisasi dalam usahanya
memenuhi harapan dan permintaan dari lingkungan sekitar.
4. Key Performance Result
Key Performance Result merupakan hasil kinerja yang dicapai organisasi
dalam mencapai tujuan organisasinya.

2.2.3 Langkah-langkah EFQM


Langkah-langkah dalam metode EFQM sebagai berikut :
1. Membuat klasifikasi kinerja organisasi berdasarkan 9 kriteria EFQM, yang
terdiri dari enablers dan results
2. Membuat daftar-daftar pertanyaan yang sesuai dengan 32 sub kriteria yang
telah ditentukan pada EFQM.
3. Melakukan penilaian pada pertanyaan dengan rincian skor 0 – 5, dengan
keterangan sebagai berikut:
- 0 = tidak ada,
- 1= sangat tidak sesuai,
- 2= tidak sesuai,
- 3= cukup sesuai,
- 4= sesuai,
- 5= sangat sesuai
4. Menghitung total skor dari hasil penilaian
5. Menentukan kategori organisasi berdasarkan skor akhir penilaian.
Analisis dilakukan secara komperehensif dengan memanfaatkan metode EFQM
dan membuat scoring dengan menggunakan metode RADAR. RADAR merupakan
suatu istilah untuk menilai kesembilan pilar EFQM dimana : pilar 1 – 5 (kepemimpinan,
kebijakan dan strategi, kepegawaian, sumber daya dan kemitraan dan proses) yang
disebut dengan enablers kriteria, dinilai dengan ADAR (Approach, Deployment,
Assessment, and Review) dan pilar 6 – 9 (kepuasan staf, Kepuasan pelanggan, kepuasan
social masyarakat dan pencapaian indicator kinerja) yang disebut dengan Result kriteria,
dinilai dengan R (result).

2.2.4 Keuntungan EFQM


Keuntungan dasar dari EFQM Excellence Model ini sebagai berikut:
1. Peningkatan efektivitas biaya; orientasi pada hasil; fokus pada pelanggan;
kerja sama; manajemen pengetahuan; performa dan pembelajaran. (European
Foundation for Quality Management, 1999)
2. Model ini didesain sederhana (mudah dimengerti dan digunakan); holistik
(mencakup semua aspek aktivitas dan hasil organisasi); dinamis
(menyediakan alat manajemen yang mendukung perbaikan dan berwawasan
masa depan); fleksibel (dapat diaplikasikan pada berbagai jenis organisasi
dan unit dalam organisasi); dan inovatif. (European Foundation for Quality
Management, 1999);

3. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data merupakan metode penelitian yang mempunyai
tujuan untuk mendapatkan sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan
penelitian, dimana data tersebut dapat menunjang dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan
pada penelitian ini diawali dengan melakukan studi literatur tentang Total Quality
Management (TQM) dan European Foundation for Quality Management (EFQM).
Selanjutnya, peneliti akan menentukan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
batasan masalah penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini, yaitu penelitian lapangan (field research) berupa penelitian yang dilakukan pada
perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai data-data yang dibutuhkan. Hasil
pengolahan data tersebut kemudian dianalisis untuk sehingga pada tahap akhir peneliti
dapat menentukan kesimpulan serta saran perbaikan bagi CV Agung Wijaya Putra.

4. Pengumpulan dan Pengolahan Data


4.1 Scoring European Foundation for Quality Managements
Penelitian ini adalah penelitian tentang konsulrtan konstruksi dengan
mengggunakan data kuantitatif dan kualitatif dan menggabungkan beberapa
pendekatan serta konsep “consultant services research” dan “European Foundation
for Quality Management”. Desain penelitian adalah potong lintang dengan analisis
enggunakan konsep penilaian dalam metode “European Foundation for Quality
Management” pada objek yaitu Konsultan Kontruksi CV Agung Wijaya Putra.
Analisis dilakukan secara komperehensif dengan memanfaatkan metode EFQM
dan membuat scoring dengan menggunakan metode EFQM dengan RADAR. RADAR
merupakan suatu istilah untuk menilai kesembilan pilar EFQM dimana: pilar 1-5
(kepemimpinan, kebijakan dan strategi, kepegawaian, kemitraan dan manajemen
sumber daya, proses) yang disebut dengan enablers kriteria, dinilai dengan ADAR
(Approach, Deployment, Assesment, and Review) dan pilar 6-9 (kepuasan staf,
kepuasan pelanggan, dampak pada masyarakat, dan pencapaian indicator kinerja) yang
disebut dengan Results kriteria, dinilai dengan R (result).
Semua pilar yang terdiri dari kriteria dan subkriteria dinilai dengan metode
RADAR tersebut. Untuk mendapatkan nilai setiap sub kriterianya dilakukan dengan
menghitung rata-rata dari jumlah semua nilai spesifik yang telah diberikan. Nilai akan
berkisar dari 0 sampai dengan 100.
Untuk penilaian akhir setiap pilar dilakukan perhitungan rata-rata nilai
subkriteria dan dikalikan bobot masing-masing pilar yang sudah terformat sebagai
berikut: kepemimpinan mempunyai bobot 1,0; kebijakan dan strategi mempunyai bobot
0,8; kepegawaian mempunyai bobot 0,9; kemitraan dan manajemen sumber daya
mempunyai bobot 0,9; proses mempunyai bobot 1,4; kinerja staf mempunyai bobot 0,9;
kepuasan pelanggan mempunyai bobot 2,0; dampak pada masyarakat mempunyai
bobot 0,6; dan kinerja konsultan konstruksi mempunyai bobot 1,5. Sehingga total
bobot bernilai 10.

4.2 Hasil dan Pembahasan


4.1.1 Penilaian Kriteria Kepemimpinan
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepemimpinan kualitas
memiliki lima prinsip, yaitu:
2. A. Menerangkan batasan kerja, ruang lingkup pekerjaan, dan spesifikasi
dengan baik kepada semua stakeholder proyek
2. B. Melakukan koordinasi terhadap semua stakeholder yang terlibat dalam
proyek
2. C. Memimpin rapat-rapat rutin dalam merencanakan dan menyelesaikan
masalah di lapangan
5. D. Secara berkala membuat laporan/ monitoring & evaluasi terhadap
kemajuan pelaksanaan pekerjaan
3. E. Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan
dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan konstruksi
Tabel 4.1 Hasil penilaian kriteria/ pilar kepemimpinan CV. Agung Wijaya Putra
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

1. A 90 90 90 90 94.7

1. B 95 90 100 95

1. C 90 85 90 88

1. D 100 100 100 100

1. E 100 100 100 100


4.1.2 Penilaian Kriteria Kebijakan Strategi
Organisasi yang excellent adalah dapat mengimplementasikan visi dan misi
dengan membangun suatu strategi stakeholder yang terfokus yang dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan dala proses yang dilakukannya. Kebijakan, rencana, tujuan, dan
proses dikembangkan dan dilaksanakan melalui suatu strategi.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kebijakan dan strategi
memiliki lima prinsip, yaitu:
4. A. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap penggunaan sumber
daya : tenaga kerja, bahan/material, peralatan dan biaya
3. B. Mengendalikan dan memastikan proyek tepat waktu (sesuai dengan
rencana)
3. C. Mengendalikan dan memastikan proyek tepat biaya (sesuai dengan
rencana)
3. D. Melakukan pemeriksaan, koreksi, dan persetujuan terhadap setiap
pelaksanaan pekerjaan (shop drawings) yang diajukan pelaksana konstruksi
3. E. Melakukan pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
spesifikasi
Tabel 4.2 Hasil penilaian kriteria/ pilar kebijakan dan strategi CV. Agung Wijaya
Putra
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

2. A 100 100 100 100 99.7

2. B 100 100 100 100

2. C 100 100 100 100

2. D 100 95 100 98
2. E 100 100 100 100

4.1.3 Penilaian Kriteria Manajemen dan Sumber Daya Manusia


Organisasi excellent mengatur, mengembangkan, dan mendukung potensial
individual staf secara penuh, membangun kerja sama dan peningkatan karir. Organisasi
excellent menciptakan keadilan dan kesetaraan dan membangun dan mendukung
stafnya. Organisasi excellent perhatian terhadap komunikasi, reward, dalam
menciptakan motivasi staf dan membangun komitmen untuk menggunakan
keterampilan dan pengetahuan mereka dalam rangka membangun organisasi.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar manajamen staf memiliki
empat prinsip, yaitu:
4. A. Setiap Individu yang terlibat sebagai tim Konsultan MK adalah ahli pada
bidangnya
4. B. Memahami secara komperhensif dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
4. C. Kooperatif dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan
5. D. Terbuka dan menerima masukan yang konstrukstif
Tabel 4.3 Hasil penilaian kriteria/ pilar manajemen dan sumber daya manusia
CV. Agung Wijaya Putra
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

3. A 95 85 100 93 93.8

3. B 95 85 100 93

3. C 90 90 100 93

3. D 95 90 100 95

4.1.4 Penilaian Kriteria Manajemen Sumber Daya dan Kemitraan


Organisasi excellent merencanakan dan mengatur kemitraan dengan pihak luar
seperti konsultan konstruksi lainnya, supplier dan mengatur sumber daya internal untuk
mendukung kebijakan dan strategi sehingga proses dapat berjalan efektif. Selama
perencanaaan dan menjalin kemitraan, organisasi bersikap seimbang terhadap
kebutuhan organisasi, masyarakat, dan lingkungan.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar manajamen sumber daya dan
kemitraan memiliki empat prinsip, yaitu:
6. A. Pengelolaan kemitraan yang baik
5. B. Pengelolaan keuangan
5. C. Pengelolaan teknologi
6. D. Pengelolaan Informasi dan Pengetahuan
Tabel 4.4 Hasil penilaian kriteria/ pilar manajemen sumber daya dan kemitraan
CV. Agung Wijaya Putra
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

4. A 100 100 100 100 96.3

4. B 95 95 100 97

4. C 100 95 100 98

4. D 95 90 85 93

4.1.5 Penilaian Kriteria Proses


Organisasi excellent membentuk, mengatur, dan meningkatkan proses dalam
rangka memberikan kepuasan, meningkatkan nilai-nilai indicator secara umum, kepada
pelanggan dan stakeholder.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar proses memiliki empat
prinsip, yaitu:
7. A. Memberikan rekomendasi perubahan ruang lingkup (bahan/ material,
maupun metode pelaksanaan) yang lebih baik jika diperlukan
6. B. Memberikan pelayanan konsultasi setiap saat (selama proyek
berlangsung) kepada seluruh stakeholder proyek
6. C. Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas hasil pekerjaan agar sesuai
dengan spesifikasi
10. D. Mendeteksi dan memberikan koreksi terhadap defect/ cacat pada hasil
pekerjaan
Tabel 4.5 Hasil penilaian kriteria/ pilar proses CV. Agung Wijaya Putra
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review

5. A 90 90 100 93 92.5

5. B 90 80 90 87

5. C 100 90 100 97

5. D 90 90 100 93

4.1.6 Penilaian Kriteria Kepuasan Pelanggan


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan pelanggannya. Pelanggan konsultan konstruksi yang
telah diidentifikasikan adalah kontraktor. Hal ini didasarkan pada tugas pokok dan
fungsi konsultan konstruksi sebagai instan yang memberikan penyesuaian keadaan
lapangan dengan keinginan pemilik proyek.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan pelanggan
memiliki dua prinsip, yaitu:
11. A. Pengukuran persepsi pelanggan terhadap pelayanan Konsultan Kontruksi
10. B. Indikator performa kepuasan pelanggan
Tabel 4.6 Hasil penilaian kriteria/ pilar kepuasan pelanggan CV. Agung Wijaya
Putra

Sub Kriteria Result Element Average

6. A 100 85 93

6. B 95 80 88

4.1.7 Penilaian Krtieria Kepuasan Staf


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan stafnya. Yang termasuk staf dalam organisasi konsultan
konstruksi adalah seluruh staf yang bertugas di konsultan konstruksi.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan staf memiliki dua
prinsip, yaitu:
12. A. Pengukuran persepsi staf terhadap pelayanan Konsultan Kontruksi
11. B. Indikator performa kepuasan staf
Tabel 4.7 Hasil penilaian kriteria/ pilar kepuasan staf CV. Agung Wijaya Putra

Sub Kriteria Result Element Average

7. A 90 75 83

7. B 95 80 88
4.1.8 Penilaian Kriteria Hasil Sosial Masyarakat
Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan masyarakat.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya Putra yang
dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan masyarakat memiliki dua
prinsip, yaitu:
13. A. Persepsi masyarakat terhadap Konsultan Konstruksi
12. B. Indikator performa kepuasan masyarakat
Tabel 4.8 Hasil penilaian kriteria/ pilar hasil social masyarakat CV. Agung
Wijaya Putra

Sub Kriteria Result Element Average

8. A 95 80 88

8. B 95 80 88

4.1.9 Penilaian Kriteria Kepuasan Sosial Masyarakat


Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan masyarakat.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya
Putra yang dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan social masyarakat
memiliki dua prinsip, yaitu:
14. A. Kinerja inti
13. B. Indikator kinerja
Tabel 4.9 Hasil penilaian kriteria/ pilar kepuasan social masyarakat CV. Agung
Wijaya Putra

Sub Kriteria Result Element Average

9. A 95 80 88

9. B 90 75 83
4.3 Hasil Perhitungan
Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan perhitungan
akhir nilai CV Agung Wijaya Putra. Berikut merupakan hasil perhitungan dari 9
kriteria/ pilar EFQM:
Tabel 4.10 Hasil perhitungan niali total EFQM CV. Agung Wijaya Putra
Kriteria Skor Faktor Poin
Kepemimpinan 94.7 1.0 94.7
Kebijakan dan strategi 99.7 0.8 79.76
Manajemen sumber daya manusia 93.8 0.9 84.42
Manajemen sumber daya manusia dan kemitraan 96.3 0.9 86.67
Proses 92.5 1.4 129.5
Kepuasan pelanggan 90 2.0 180
Kepuasan staf 85 0.9 76.5
Kepuasan Masyarakat 88 0.6 52.8
Kepuasan Sosial 85 1.5 127.5
Total 898.12
Table 4.10 memperlihatkan skor CV Agung Wijaya Putra yang diukur dengan
metode EFQM. Terlihat setelah dikalikan dengan factor (pembobotan) dari Sembilan
pilar yang mendapat nilai terendah adalah kepuasan masyarakat (52.8), menyusul
kepuasan staf (76.95). Sementara nilai tertinggi diperoleh pada pilar kepuasan
pelanggan (170). Rendahnya nilai kepuasan social masyarakat dan kepuasan staf ini
disebabkan karena CV Agung Wijaya Putra belum pernah melakukan pengukuran
terhadap kedua pilar secara sistematis, terperinci, dan metodologi yang jelas.
Setelah didapatkan poin/ skor total dari CV Agung Wijaya Putra lalu ditentukan
kategori EFQM untuk perusahaan. Kategori EFQM diperoleh dengan cara menghitung
total skor maksimal dan minimal dari EFQM. Hasil dari perhitungan skor maksimal dan
minimal digunakan untuk menentukan kriteria hasil dari EFQM. Kriteria tersebut
sebagai berikut (Meirina Hapsah dkk, 2019):
Sangat Tidak Puas (STP) = 0-10 : jika tidak ada bukti
Kurang Puas (KP) = 15-35 : jika ada beberapa bukti
Cukup Puas (CP) = 40-60 : terbukti
Puas (P) = 65-85 : terdapat bukti yang jelas
Sangat Puas (SP) = 90-100 : terdapat bukti yang lengkap
Sesuai dengan kategori, maka hasil perhitungan EFQM pada penerapannya di
CV Agung Wijaya Putra masuk dalam kategori sangat sesuai. Artinya, 9 kriteria yang
telah ditentukan dengan 30 sub kriteria pada daftar pertanyan pada European
Foundation for Quality Management (EFQM) sangat sesuai dengan CV Agung Wijaya
Putra. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja dari perusahaan telah mencapai
kesesuaian dengan EFQM.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
Penggunaan metode European Foundation for Quality Managements (EFQM)
membantu dalam proses pengambilan keputusan terhadap penilaian kinerja pada
Perusahaan Jasa Konstruksi A ini menggunakan metode European Foundation of
Quality Management (EFQM) yang terbagi menjadi 2 Kriteria yaitu Enablers dan
Results yang dijelaskan menjadi 9 Pilar yaitu yaitu kepemimpinan, kebijakan dan
strategi, tenaga kerja (staf), sumber daya dan kemitraan, proses, kepuasan pelanggan,
kepuasan staf, dampak kepada masyarakat.
Factor-faktor perencana yang berpengaruh terhadap kinerja konsultan perencana
dapat diketahui dengan membuat scoring dengan menggunakan metode EFQM dengan
RADAR. RADAR merupakan suatu istilah untuk menilai kesembilan pilar EFQM
dimana: pilar 1-5 (kepemimpinan, kebijakan dan strategi, kepegawaian, kemitraan dan
manajemen sumber daya, proses) yang disebut dengan enablers kriteria, dinilai dengan
ADAR (Approach, Deployment, Assesment, and Review) dan pilar 6-9 (kepuasan staf,
kepuasan pelanggan, dampak pada masyarakat, dan pencapaian indicator kinerja) yang
disebut dengan Results kriteria, dinilai dengan R (result).
Penerapan metode EFQM pada CV Agung Wijaya Putra dengan melakukan
penilaian terhadap 9 pilar diantaranya Kepemimpinan dengan poin 94,7, Kebijakan dan
Strategi dengan poin 77.28, Manajemen Sumber Daya Manusia dengan poin 84.42,
Manajemen Sumber Daya dan Kemitraan dengan poin 86,67, Proses dengan poin
127.05, Kepuasan Pelanggan dengan poin 170, Kepuasan Staf dengan poin 76.95,
Kepuasan Masyarakat dengan poin 52,8 , dan Kepuasan Sosial dengan poin 128.25.
Pilar dengan skor tertinggi yaitu Kepuasan Pelanggan dengan poin 170 dimana
pelanggan yang melakukan konsultasi dengan CV Agung Wijaya Putra sudah puas, hal
ini terbukti dengan selalu adanya pelanggan baru dan permintaan terhadap konsultasi
perencana konstruksi meningkat. Sedangkan pilar dengan skor terendah yaitu Kepuasan
Masyarakat dengan poin 52.8 dimana perusahaan masih kurang dalam keterlibatannya
di dalam masyarakat. Hasil skor metode EFQM pada CV Agung Wijaya Putra yaitu
898.12.

6.3 Saran
Berikut merupakan saran dari penelitian ini:
Dengan segala keterbatasan dalam pengukuran kinerja konsultan konstruksi
dengan metode European Foundation for Quality Managements (EFQM) ini sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan indicator kinerja yang sesuai
untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan konsultan konstruksi.
Diperlukan metode penilaian setiap kriteria/ pilar yang lebih terstruktur dan
dapat dianalisis secara kuantitatif sehingga alat yang telah didefinisikan dalam
penelitian ini perlu dikembangkan lebih jelas dan dapat diukur dengan mudah.
Diharapkan setelah perencanaan kegiatan dilaksanakan, dapat dilakukan
pengukuran kembali dengan metode yang sama agar dapat dinilai sebab akibatnya.

Anda mungkin juga menyukai