DOSEN PENGAMPU:
Dr. Naniek Utami Handayani, S.Si, M.T.
Disusun Oleh:
Addana Zulfaan Dzakirizq (21070118130109)
3.1 Flowchart
Berikut adalah flowchart pada metodologi penelitian:
Mulai
Studi Pendahuluan di
CV Agung Wijaya Putra
Identifikasi dan
Perumusan Masalah
Menentukan Tujuan
Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review
1. B 95 90 100 95
1. C 90 90 90 90
1. D 100 100 100 100
1. E 90 85 90 88
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review
2. B 90 85 90 88
2. D 100 95 100 98
2. E 95 100 96 97
Dari penelitian diatas ditemukan nilai kebijakan dan strategi yang terbaik
ditemukan pada subkriteria 2.A yaitu melakukan pengendalian dan pengawasan
terhadap penggunaan sumber daya : tenaga kerja, bahan/material, peralatan dan biaya,
2.B yaitu mengendalikan dan memastikan proyek tepat waktu (sesuai dengan rencana),
2.C yaitu mengendalikan dan memastikan proyek tepat biaya (sesuai dengan rencana),
dan 2.E yaitu melakukan pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
spesifikasi. Sedangkan nilai kebijakan dan strategi yang terendah ditemukan pada
subkriteria 2.D yaitu melakukan pemeriksaan, koreksi, dan persetujuan terhadap setiap
pelaksanaan pekerjaan (shop drawings) yang diajukan pelaksana konstruksi.
Pilar kebijakan dan strategi dibuat berdasarkan kebutuhan konsultan konstruksi
baik untuk saat ini maupun untuk masa mendatang serta dibuat sesuai dengan harapan
stakeholders yang memiliki nilai tinggi.
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review
3. A 95 85 100 93 93.8
3. B 95 85 100 93
3. C 90 90 100 93
3. D 95 90 100 95
Dari penelitian diatas ditemukan nilai manajemen dan sumber daya manusia
yang terbaik ditemukan pada subkriteria 3.D yaitu terbuka dan menerima masukan yang
konstrukstif. Sedangkan nilai manajemen dan sumber daya manusia yang terendah
ditemukan pada subkriteria 3.A yaitu setiap Individu yang terlibat sebagai tim
Konsultan MK adalah ahli pada bidangnya, 3.B yaitu memahami secara komperhensif
dokumen untuk pelaksanaan konstruksi, dan 3.C yaitu kooperatif dalam setiap tindakan
dan pengambilan keputusan.
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review
4. A 95 90 85 93 96.3
4. B 95 95 100 97
4. C 100 95 100 98
Dari penelitian diatas ditemukan nilai manajemen sumber daya dan kemitraan
yang terbaik ditemukan pada subkriteria 4.A yaitu pengelolaan kemitraan yang baik.
Sedangkan nilai manajemen sumber daya dan kemitraan yang terendah ditemukan pada
subkriteria 4.D yaitu pengelolaan Informasi dan Pengetahuan.
Assessment
Sub Kriteria Approaches Deployment Average Awarded
& Review
5. A 90 90 100 93 90.75
5. B 90 80 90 87
5. C 90 90 90 90
5. D 90 90 100 93
Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 5.C yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kualitas hasil pekerjaan agar
sesuai dengan spesifikasi. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan pada
subkriteria 5.B yaitu memberikan pelayanan konsultasi setiap saat (selama proyek
berlangsung) kepada seluruh stakeholder proyek.
6. A 93 83 88
6. B 80 84 82
Dari penelitian diatas ditemukan nilai kepuasan pelanggan yang terbaik
ditemukan pada subkriteria 6.A yaitu pengukuran persepsi pelanggan terhadap
pelayanan Konsultan Kontruksi. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan pada
subkriteria 6.B yaitu indikator performa kepuasan pelanggan.
7. A 90 75 83
7. B 95 80 88
Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 7.B yaitu indikator performa kepuasan staf. Sedangkan nilai proses yang
terendah ditemukan pada subkriteria 7.A yaitu pengukuran persepsi staf terhadap
pelayanan Konsultan Kontruksi.
8. A 90 90 90
8. B 88 84 86
Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang sama besar antara subkriteria
8.A yaitu persepsi masyarakat terhadap Konsultan Konstruksi dan subkriteria 8.B yaitu
indikator performa kepuasan masyarakat.
9. A 95 80 88
9. B 90 75 83
Dari penelitian diatas ditemukan nilai proses yang terbaik ditemukan pada
subkriteria 9.A yaitu Kinerja inti. Sedangkan nilai proses yang terendah ditemukan
pada subkriteria 9.B yaitu Indikator kinerja.
6.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari penelitian ini:
1. Penggunaan metode European Foundation for Quality Managements
(EFQM) membantu dalam proses pengambilan keputusan terhadap penilaian
kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi A ini menggunakan metode
European Foundation of Quality Management (EFQM) yang terbagi menjadi
2 Kriteria yaitu Enablers dan Results yang dijelaskan menjadi 9 Pilar yaitu
yaitu kepemimpinan, kebijakan dan strategi, tenaga kerja (staf), sumber daya
dan kemitraan, proses, kepuasan pelanggan, kepuasan staf, dampak kepada
masyarakat.
2. Factor-faktor perencana yang berpengaruh terhadap kinerja konsultan
perencana dapat diketahui dengan membuat scoring dengan menggunakan
metode EFQM dengan RADAR. RADAR merupakan suatu istilah untuk
menilai kesembilan pilar EFQM dimana: pilar 1-5 (kepemimpinan,
kebijakan dan strategi, kepegawaian, kemitraan dan manajemen sumber
daya, proses) yang disebut dengan enablers kriteria, dinilai dengan ADAR
(Approach, Deployment, Assesment, and Review) dan pilar 6-9 (kepuasan
staf, kepuasan pelanggan, dampak pada masyarakat, dan pencapaian
indicator kinerja) yang disebut dengan Results kriteria, dinilai dengan R
(result).
3. Penerapan metode EFQM pada CV Agung Wijaya Putra dengan melakukan
penilaian terhadap 9 pilar diantaranya Kepemimpinan dengan poin 94,7,
Kebijakan dan Strategi dengan poin 77.28, Manajemen Sumber Daya
Manusia dengan poin 84.42, Manajemen Sumber Daya dan Kemitraan
dengan poin 86,67, Proses dengan poin 127.05, Kepuasan Pelanggan dengan
poin 170, Kepuasan Staf dengan poin 76.95, Kepuasan Masyarakat dengan
poin 52,8 , dan Kepuasan Sosial dengan poin 128.25. Pilar dengan skor
tertinggi yaitu Kepuasan Pelanggan dengan poin 170 dimana pelanggan yang
melakukan konsultasi dengan CV Agung Wijaya Putra sudah puas, hal ini
terbukti dengan selalu adanya pelanggan baru dan permintaan terhadap
konsultasi perencana konstruksi meningkat. Sedangkan pilar dengan skor
terendah yaitu Kepuasan Masyarakat dengan poin 52.8 dimana perusahaan
masih kurang dalam keterlibatannya di dalam masyarakat. Hasil skor metode
EFQM pada CV Agung Wijaya Putra yaitu 898.12.
6.2 Saran
Berikut merupakan saran dari penelitian ini:
1. Dengan segala keterbatasan dalam pengukuran kinerja konsultan konstruksi
dengan metode European Foundation for Quality Managements (EFQM) ini
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan indicator
kinerja yang sesuai untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan konsultan
konstruksi.
2. Diperlukan metode penilaian setiap kriteria/ pilar yang lebih terstruktur dan
dapat dianalisis secara kuantitatif sehingga alat yang telah didefinisikan
dalam penelitian ini perlu dikembangkan lebih jelas dan dapat diukur dengan
mudah.
3. Diharapkan setelah perencanaan kegiatan dilaksanakan, dapat dilakukan
pengukuran kembali dengan metode yang sama agar dapat dinilai sebab
akibatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Penindra, I Made Dwi Budiana., 2017. Penerapan european foundation for quality
management’s (efqm)
excellence model pada sistem pengukuran kinerja jurusan Teknik Mesin Universitas
Udayana.. Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 10 No. 2, Oktober 2017 (60-65)
Kuesioner EFQM
Dokumentasi Lapangan
PENERAPAN EUROPEAN FOUNDATION OF QUALITY MANAGEMENT’S
(EFQM)
PADA PERUSAHAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI
(Studi Kasus: “CV AGUNG WIJAYA PUTRA”)
ABSTRAK
Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi CV Agung Wijaya Putra (AWP)
merupakan salah satu perusahaan konstruksi dengan kualifikasi golongan usaha kecil-
menengah yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. CV AWP memiliki induk
perusahaan yaitu PT Sendang Agung Mandiri (SAM). Perusahaan ini memulai
usahanya pada tahun 2006 dengan lingkup proyek terletak di sekitar Kota Semarang.
Akan tetapi pada tahun 2011, proyek yang ditangani CV AWP ini mulai mengalami
penurunan yang disinyalir karena meningkatnya jumlah perusahaan jasa konstruksi
sejenis. Sedangkan keadaan ini tidak diimbangi dengan kesiapan strategi AWP,
sehingga Perusahaan ini kurang bersaing dengan perusahaan lain dan berakibat pada
menurunnya jumlah proyek. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada AWP, maka
penelitian ini dilakukan untuk merumuskan strategi perusahaan pada pembangunan
Bangungan Sipil dan Gedung yang sesuai dengan visi perusahaan. Sebagai sebuah
perusahaan yang sering mendapatkan kepercayaan dari instansi pemerintah maupun
umum maka Perusahaan ini berusahaa untuk mendapatkan predikat excellence,
Organisasi yang Excellence dapat diukur menggunakan EFQM Excellence Model.
Kata Kunci : Pengukuran Kinerja, Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi, EFQM.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jumlah Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi terus bertambah. Hal ini tampak
pada data di Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sesuai dengan data-base
pada Asosiasi Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi. Undang–Undang Republik
Indonesia No. 18 tahun 1999, menyatakan bahwa Jasa Pelaksana Konstruksi merupakan
salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan
penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional.
Globliasi merupakan fennomena yang akan dihadapi dalam tatanan keidupan
manusia. Globalisasi dapat mengakibatkan keuntungan maupun kerugian. Keuntungan
yang mungkin terjadi adalah hubungan kerjasama dapat berjalan lebih luas karena
banyak perusahaan- perusahaan baru yang muncul, sedangkangkan kerugiannya adalah
meningkatnya pesaing yang memungkinkan terjadinya penurunan ketertarikan pada
suatu jasa maupun porduk karena semakin banyak penyedia lain yang muncul. Pada
penyedia jasa pelaksana konstruksi, seiring dengan globalisasi maka akan lebih banyak
terjadi persaingan karena semua peluang lebih terbuka. Dimana pemanfaatan
teknologi/mesin juga semakin diterapkan di era Industri 4.0 ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi harus
mempunyai Kinerja yang baik. Perusahaan perlu menilai faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja. Perusahaan dikatakan mempunyai Kinerja yang baik apabila
unggul pada indikator profitabilitas, pertumbuhan, berkelanjutan dan daya saing.
(Sudarto, 2011).
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Mutu
Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem
perkembangan di Amerika Serikat. Buah pikiran tersebut pada mulanya kurang
diperhatikan oleh masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari
mereka merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep
mutu. Sejak 1980, keterlibatan dalam manajemen terpadu telah dihargai di seluruh
dunia. Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu secara garis besar dapat
dikemukakan berikut ini.
Menurut F.W Taylor (2006), menyatakan bahwa telah berkembangnya satu
seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis
dengan pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual
memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The Father of Scientific
Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang
teori manajemen, yaitu sebagai berikut:
a. Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan
dalam satu hari
b. Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan
tugas yang menjadi bagiannya.
c. Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
d. Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai
sasaran yang telah ditentukan (personal loss).
Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia
memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja. Mutu
(kualitas) bersifat relatif, mutu yang baik dalam pandangan seseorang terkadang
berbeda dengan pandangan orang lain.
Sistem Manajemen Mutu merupakan suatu tatanan yang menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran mutu yang direncanakan. Namun pengertian
standar manajemen akan lebih spesifik jika menjadi standar manajemen mutu, untuk
mendukung standarisasi pada setiap mutu produk yang di hasilkan perusahan maka
hadirlah Organisasi Internasional untuk Standarisasi yaitu Internasional Organization
for Standardization (ISO) berperan sebagai badan penetap standar internasional yang
terdiri dari wakil-wakil badan standarisasi nasional setiap negara. Pengertian Sistem
Manajemen Mutu menurut Gasperz (2002;10) adalah sebagai berikut: “Suatu Sistem
Manajemen Mutu merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-
praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari
suatu proses dan produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan itu
ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi”.
3. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data merupakan metode penelitian yang mempunyai
tujuan untuk mendapatkan sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan
penelitian, dimana data tersebut dapat menunjang dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan
pada penelitian ini diawali dengan melakukan studi literatur tentang Total Quality
Management (TQM) dan European Foundation for Quality Management (EFQM).
Selanjutnya, peneliti akan menentukan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
batasan masalah penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini, yaitu penelitian lapangan (field research) berupa penelitian yang dilakukan pada
perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai data-data yang dibutuhkan. Hasil
pengolahan data tersebut kemudian dianalisis untuk sehingga pada tahap akhir peneliti
dapat menentukan kesimpulan serta saran perbaikan bagi CV Agung Wijaya Putra.
1. A 90 90 90 90 94.7
1. B 95 90 100 95
1. C 90 85 90 88
2. D 100 95 100 98
2. E 100 100 100 100
3. A 95 85 100 93 93.8
3. B 95 85 100 93
3. C 90 90 100 93
3. D 95 90 100 95
4. B 95 95 100 97
4. C 100 95 100 98
4. D 95 90 85 93
5. A 90 90 100 93 92.5
5. B 90 80 90 87
5. C 100 90 100 97
5. D 90 90 100 93
6. A 100 85 93
6. B 95 80 88
7. A 90 75 83
7. B 95 80 88
4.1.8 Penilaian Kriteria Hasil Sosial Masyarakat
Organisasi excellent menilai secara komperehensif dan mencapai hasil yang
dikeluarkan untuk memuaskan masyarakat.
Dalam model peningkatan kinerja konsultan konstruksi CV Agung Wijaya Putra yang
dikembangkan dalam penelitian ini, pada pilar kepuasan masyarakat memiliki dua
prinsip, yaitu:
13. A. Persepsi masyarakat terhadap Konsultan Konstruksi
12. B. Indikator performa kepuasan masyarakat
Tabel 4.8 Hasil penilaian kriteria/ pilar hasil social masyarakat CV. Agung
Wijaya Putra
8. A 95 80 88
8. B 95 80 88
9. A 95 80 88
9. B 90 75 83
4.3 Hasil Perhitungan
Dengan menggunakan metode skoring dalam EFQM dilakukan perhitungan
akhir nilai CV Agung Wijaya Putra. Berikut merupakan hasil perhitungan dari 9
kriteria/ pilar EFQM:
Tabel 4.10 Hasil perhitungan niali total EFQM CV. Agung Wijaya Putra
Kriteria Skor Faktor Poin
Kepemimpinan 94.7 1.0 94.7
Kebijakan dan strategi 99.7 0.8 79.76
Manajemen sumber daya manusia 93.8 0.9 84.42
Manajemen sumber daya manusia dan kemitraan 96.3 0.9 86.67
Proses 92.5 1.4 129.5
Kepuasan pelanggan 90 2.0 180
Kepuasan staf 85 0.9 76.5
Kepuasan Masyarakat 88 0.6 52.8
Kepuasan Sosial 85 1.5 127.5
Total 898.12
Table 4.10 memperlihatkan skor CV Agung Wijaya Putra yang diukur dengan
metode EFQM. Terlihat setelah dikalikan dengan factor (pembobotan) dari Sembilan
pilar yang mendapat nilai terendah adalah kepuasan masyarakat (52.8), menyusul
kepuasan staf (76.95). Sementara nilai tertinggi diperoleh pada pilar kepuasan
pelanggan (170). Rendahnya nilai kepuasan social masyarakat dan kepuasan staf ini
disebabkan karena CV Agung Wijaya Putra belum pernah melakukan pengukuran
terhadap kedua pilar secara sistematis, terperinci, dan metodologi yang jelas.
Setelah didapatkan poin/ skor total dari CV Agung Wijaya Putra lalu ditentukan
kategori EFQM untuk perusahaan. Kategori EFQM diperoleh dengan cara menghitung
total skor maksimal dan minimal dari EFQM. Hasil dari perhitungan skor maksimal dan
minimal digunakan untuk menentukan kriteria hasil dari EFQM. Kriteria tersebut
sebagai berikut (Meirina Hapsah dkk, 2019):
Sangat Tidak Puas (STP) = 0-10 : jika tidak ada bukti
Kurang Puas (KP) = 15-35 : jika ada beberapa bukti
Cukup Puas (CP) = 40-60 : terbukti
Puas (P) = 65-85 : terdapat bukti yang jelas
Sangat Puas (SP) = 90-100 : terdapat bukti yang lengkap
Sesuai dengan kategori, maka hasil perhitungan EFQM pada penerapannya di
CV Agung Wijaya Putra masuk dalam kategori sangat sesuai. Artinya, 9 kriteria yang
telah ditentukan dengan 30 sub kriteria pada daftar pertanyan pada European
Foundation for Quality Management (EFQM) sangat sesuai dengan CV Agung Wijaya
Putra. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja dari perusahaan telah mencapai
kesesuaian dengan EFQM.
6.3 Saran
Berikut merupakan saran dari penelitian ini:
Dengan segala keterbatasan dalam pengukuran kinerja konsultan konstruksi
dengan metode European Foundation for Quality Managements (EFQM) ini sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan indicator kinerja yang sesuai
untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan konsultan konstruksi.
Diperlukan metode penilaian setiap kriteria/ pilar yang lebih terstruktur dan
dapat dianalisis secara kuantitatif sehingga alat yang telah didefinisikan dalam
penelitian ini perlu dikembangkan lebih jelas dan dapat diukur dengan mudah.
Diharapkan setelah perencanaan kegiatan dilaksanakan, dapat dilakukan
pengukuran kembali dengan metode yang sama agar dapat dinilai sebab akibatnya.