Anda di halaman 1dari 21

DESAIN DAN METODOLOGI LAPORAN AUDIT KINERJA

Mata Kuliah : Audit Kinerja Pemerintah Daerah

Oleh :

Kelompok II

AL AZHARI B1C120002
DIAN AGUNG SAPUTRA B1C120016
DIYANI S. B1C120017
HARDIANTI B1C120024
HELDA YULISTINA B1C120025
KETUT RISNA WATI B1C120031
LA ODE MUHAMMAD ALI SARMAN B1C120032
LIZA PUSPITA PURNAMA B1C120034
MARDIAN B1C120035
MELANI B1C120037
MUNADIRAH B1C120043

Dosen Pengampuh : Drs. H Nasrullah Dali, M.Si.,Ak., CA

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang " Desain Dan Metodologi
Laporan Audit Kinerja".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Minggu 5 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Dan Tujuan Audit Kinerja ................................................................... 2
2.2 Metodologi Audit Kinerja ........................................................................................ 4
2.3 Pemahaman Penugasan ............................................................................................ 5
2.4 Melakukan Risk Assessment .................................................................................. 11
BAB III.................................................................................................................................... 17
PENUTUP............................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


memberikan kewenangan pada Aparat Pengawas Intern Pemerintah untuk
melaksanakan audit kinerja, sebagai suatu bentuk pengawasan. Audit kinerja
merupakan salah satu jenis audit yang clilakukan sebagai pengembangan dini audit
keuangan. Audit kinerja untuk menilai tingkat keberhasilan kinerja Pemerintah, untuk
memastikan sesuai atau tidaknya sasaran yang kegiatari yang menggunakan anggaran.

Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia mendefmisikan audit intern sebagai


kegiatan yang independen dan obyektif dalam bentuk pemberian keyakinan (assurance
activities) dan konsultansi (consulting activities), yang clirancang untuk memberi nilai
tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi. Kegiatan ini membantu
organisasi mencapai tujuarmya dengan cara menggunakan pendekatan yang sistematis
dan teratur untuk menilai dan meningkatkan efektivitas dan i proses manajemen risiko,
kontrol, dan tata kelola.

Dalam rangka mewujudkan Pemerintahan yang bersih, efektif, efisien,


akuntabel dan berorientasi pada pelayanan publik yang prima sesuai sasaran reformasi
birokrasi serta perlu memastikan bahwa seluruh pelaksanaan kebijakan pemerintah
dapat berjalan dengan baik, perlu dilalcukan audit kinerja penyelenggaraan tugas dan
fungsi perangkat daerah dilingkungan Pemerintah. Audit kinerja sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kinerja perangkat daerah dalam rangka memperbaiki
kualitas pelayanan publik yang diharapkan oleh masyaraka.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka di dapatkan rumusan masalha sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian Dan Tujuan Audit Kinerja?
2. Bagaiman Metodologi Audit Kinerja?
3. Bagaimana Pemahaman Penugasan?
4. Bagaiman Melakukan Risk Assessment?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Tujuan Audit Kinerja


Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 50 ayat (2), Audit Kinerja adalah
audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomis, efisiensi, dan audit aspek efektivitas,
serta ketaatan pada peraturan.

Tujuan dari audit kinerja adalah menilai kinerja suatu organisasi, program, atau
kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (3E). Audit
fokus pada area yang mampu memberi nilai tambah dan memiliki potensi untuk perbaikan
berkelanjutan.

Pada prinsipnya audit kinerja terkait dengan hubungan antara input, output, proses,
dan outcome.

1. Input adalah sumber daya dalam bentuk dana, sumber daya manusia (SDM), peralatan,
dan material yang digunakan untuk menghasilkan output.
2. Output adalah barang-barang yang diproduksi, jasa yang diserahkan/diberikan, atau
hasil-hasil lain dari proses atas input.
3. Proses adalah kegiatan-kegiatan operasional yang menggunakan input untuk
menghasilkan output.
4. Sedangkan outcome adalah tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui output.
Gambar di bawah menjelaskan hubungan antara input, proses, output, dan outcome.

Biaya Input Input Proses Output Outcome

Ekonomi s Efisiensi Efektivitas

Gambar: Hubungan input, proses, output dan outcome


5. Ekonomis berkaitan dengan perolehan sumber daya yang akan digunakan dalam
proses dengan biaya, waktu, tempat, kualitas, dan kuantitas yang tepat. Ekonomis

2
berarti meminimalkan biaya perolehan input yang akan digunakan dalam proses,
dengan tetap menjaga kualitas dan standar yang diterapkan.
Audit atas aspek ekonomis meliputi faktor-faktor, apakah:

a) Barang atau jasa untuk kepentingan program, aktivitas, fungsi, dan kegiatan telah
diperoleh dengan harga lebih murah dibandingkan dengan barang atau jasa yang
sama; dan
b) Barang atau jasa telah diperoleh dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan
dengan jenis barang/jasa serupa dengan harga yang sama
6. Efisiensi merupakan hubungan optimal antara input dan output. Suatu entitas
dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output maksimal dengan jumlah input
tertentu atau mampu menghasilkan output tertentu dengan memanfaatkan input
minimal.
Audit atas aspek efisiensi meliputi:

a) Apakah input yang tersedia untuk menghasilkan barang/jasa telah dipakai secara
optimal;
b) Apakah output yang sama dapat diperoleh dengan lebih sedikit input;

c) Apakah output yang terbaik dalam ukuran kuantitas dan kualitas dapat diperoleh
dari input yang digunakan.
7. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan. Efektivitas berkaitan dengan hubungan
antara output yang dihasilkan dengan tujuan yang dicapai (outcomes).
Efektif berarti output yang dihasilkan telah memenuhi tujuan yang ditetapkan.

Audit atas aspek efektivitas meliputi:

a) Apakah output yang dihasilkan telah dimanfaatkan sebagaimana diharapkan;

b) Apakah output yang dihasilkan konsisten dengan tujuan yang ditetapkan;

c) Apakah outcome yang dinyatakan berasal dari output yang dihasilkan dan bukan
dari pengaruh lingkungan luar.
Dalam melaksanakan audit kinerja, APIP harus mempertimbangkan sumber
daya yang tersedia dan risiko audit. Penugasan audit kinerja atas pelaksanaan
program/kegiatan khususnya berkenaan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah
dapat dikerjakan secara bertahap, misal audit kinerja terhadap aspek ekonomis
dilakukan pada saat proses penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau paling

3
lambat sebelum penetapan pemenang. Semakin luas aspek kinerja yang diperiksa, maka
risiko audit juga akan meningkat.

2.2 Metodologi Audit Kinerja


METODOLOGI AUDIT KINERJA
Ukuran Kinerja Audit:
- Standar Audit
- Pedoman Pengawasan/SOP
- Tujuan Penugasan
PERENCANAAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI HASIL
AUDIT

1 1 . Penyusunan
1 . Pemahaman obyek Konsep LHA
audit dan
identifikasi
masalah
1 2 . Penyusunan dan
Penyampaian
LHA
2 . Pemahaman sistem
pengendalian intern

3 . Penentuan tujuan
dan lingkup audit 7 . Pengujian Data

4 . Penentuan kriteria 8 . Penyusunan


audit Konsep Temuan
Audit

5 . Identifikasi jenis
9 . Perolehan
bukti dan prosedur
audit Tanggapan
Auditan

6 . Penyusunan 10 . Penyampaian
Program Audit Temuan kepada
Auditan

SUPERVISI – KENDALI DAN PENJAMINAN MUTU


DOKUMENTASI

4
Secara garis besar metodologi ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan komunikasi hasil audit.

1. Perencanaan
1) Pemahaman obyek audit dan identifikasi masalah;
2) Pemahaman sistem pengendalian intern;
3) Penentuan tujuan dan lingkup audit;
4) Penentuan kriteria audit;
5) Pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur audit; 6) Penyusunan program audit.
2. Pelaksanaan
1) Perolehan dan Pengujian data;
2) Penyusunan dan penyampaian konsep Temuan Audit;
3) Perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep Temuan Audit; dan 4)
Penyampaian Temuan Audit.
3. Komunikasi Hasil Audit
1) Penyusunan konsep laporan hasil audit;
2) Penyusunan dan penyampaian Laporan Hasil Audit (LHA).

2.3 Pemahaman Penugasan


Akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah pusat
maupun daerah sebagai organisasi sektor publik merupakan tujuan penting dari reformasi
akuntansi dan administrasi sektor publik. Untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan
keuangan pemerintah yang telah dilakukan aparatur pemerintah , maka fungsi akuntabilitas
dan audit atas pelaporann keuangan sektor publik harus berjalan dengan baik. Seiring
dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas,
profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit
yang tidak hanya terbatas pada keuangan dan kepatuhan saja, tetapi perlu diperluas dengan
melakukan audit terhadap kinerja sektor publik.

Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor
harus memikul tanggungjawab professional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap
anggota profesi akuntan publik yang lain.

Langkah-langkah dalam Pemahaman Penugasan Audit :


1. Mengevaluasi Integritas Manajemen

5
a. Komunikasi dengan Auditor Pendahulu

Sebelum menerima penugasan, PSA No. 16, Komunikasi Antara Auditor


Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor
pengganti untuk mengambil inisiatif untuk berkomunikasi dengan auditor
pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi harus dilakukan dengan
persetujuan klien, karena kode etik profesi melarang auditor untuk mengungkapkan
informasi rahasia yang diperoleh dalam audit tanpa ijin klien.

b. Mengajukan Pertanyaan pada Pihak Ketiga

Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dari orang-orang


yang mengenal klien, seperti penasehat hukum klien, bankir, dan pihak–pihak lain
dalam lingkungan bisnis dan keuangan yang memiliki hubungan bisnis dengan calon
klien. Sumber informasi potensial lainnya, adalah mereview berita yang berkaitan
dengan penggantian manajemen puncak di majalah atau surat kabar dan seandainya
calon klien adalah perusahaan terbuka yang menjual saham- sahamnya dipasar
modal dan pernah diaudit auditor lain, informasi bisa diperoleh dengan membaca
laporan klien ke Bapepam tantang penggantian auditor.

c. Mereview Pengalaman Masa Lalu dengan Klien

Auditor harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman berhubungan


kerja dengan manajemen klien di waktu yang lalu, seperti auditor harus
mempertimbangkan semua kekeliruan dan ketidak beresan material, serta tindakan
melawan hukum yang ditemukan dalam audit yang lalu. Auditor juga mengajukan
pertanyaan kepada manajemen mengenai berbagai hal seperti ada tidaknya
kewajiban bersyarat ( contingencies ), lengkap tidaknya notulen rapat dewan
komisaris, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Kebenaran jawaban
manajemen atas pertanyaan- pertanyaan tersebut dalam audit yang lalu harus
dipertimbangkan dengan cermat dalam mengevaluasi integritas manajemen.

2. Mengidentifikasi Keadaan-Keadaan Khusus dan Resiko Tidak Biasa


a. Mengidentifikasi Pemakai Laporan Keuangan Auditan

Auditor harus mempertimbangkan apakah klien merupakan perusahaan


publik ( menjual saham- sahamnya kepada masyarakat ) atau perusahaan privat,
kepada siapa saja atau kepada pihak ketiga mana diperkirakan klien berpotensi

6
mempunyai kewajiban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Auditor
harus mempertimbangkan apakah laporan audit yang biasa akan cukup untuk
memenuhi kebutuhan semua pemakaian laporan atau apakah perlu dibuat laporan
khusus.

b. Memperkirakan Adanya Persoalan Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien

Auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi dan menolak calon klien


yang memiliki resiko tinggi terkena gugatan hokum, seperti : investigasi aparat
pemerintah mengenai hasil produksi, dan ketidakstabilan keuangan. Bahkan apabila
tidak terdapat petunjuk adanya kesulitan yang sedang dihadapi perusahaan, auditor
harus mempertimbangkan timbulnya masalah seperti itu di masa datang bersamaan
dengan menurunnya kondisi perusahaan. Prosedur yang dapat digunakan auditor
untuk mengidentifikasi hal- hal semacam itu adalah dengan mengajukan pertanyaan
kepada manajemen, menganalisa laporan keuangan yang pernah diterbitkan baik
yang diaudit maupun tidaki diaudit, dan apabila memungkinkan dengan mereview
laporan- laporan yang disampaikan kepada berbagai instansi.

c. Mengevaluasi Auditabilitas Perusahaan Klien

Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kondisi- kondisi lain yang


menimbulkan pertanyaan mengenai auditabilitas klien. Kondisi- kondisi tersebut
antara lain misalnya perusahaan tidak memiliki catatan akuntansi atau catatan
akuntansinya buruk sekali, perusahaan tidak memiliki struktur pengendalian intern
yang memadai, atau kemungkinan adanya pembatasan dari klien atas audit yang
akan dilakukan. Bila auditor berhadapan dengan situasi demikian, maka sebaiknya
ia menolak untuk menerima penugasan, atau klien harus diberi pengertian mengenai
kemungkinan adanya pengaruh dari kondisi demikian terhadap laporan auditor.

3. Menetapkan Kompetensi untuk Melakukan Audit

Standar umum yang pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa: “Audit
harus dilaksankan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
cukup sebagai auditor”.

a. Penetapan Tim Audit

7
Tujuan elemen pengendalian mutu ini adalah untuk melihat bahwa tingkat
keahlian teknis dan pengalaman tim audit akan dapat memenuhi keburuhan untuk
menangani penugasan secara profesional. Dalam menetapkan anggota tim, perlu
dipertimbangkan pula sifat dan luasnya supervisi yang harus dipersiapkan. Tim audit
pada umumnya terdiri dari :

• Seorang partner yang bertanggung jawab penuh dan merupakan penanggung


jawab akhir dari suatu penugasan.
• Seorang manajer atau lebih yang mengkoordinasi dan melakukan supervisi
pelaksanaan program audit.
• Seorang senior atau lebih yang bertanggung jawab atas sebagian program audit
dan melakukan supervisi serta mereview pekerjaan staf asisten.
• Staf asisten yang mengerjakan berbagai prosedur audit yang diperlukan.
b. Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis

Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan penggunaan konsultasi dan


spesialis untuk membantu tim audit dalam melaksanakan audit. Elemen
pengendalian mutu yang berkaitan dengan konsultasi menyatakan bahwa kantor
akuntan publik harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk memperoleh jaminan
memadai bahwa personil kantor akuntan publik membutuhkan bantuan, sepanjang
diperlukan, dari orang atau orang- orang yang memiliki tingkat pengetahuan,
integritas, kebijaksanaan, dan otoritas yang sesuai . PSA No. 39, Penggunaan
Pekerjaan Spesialis (SA 336), menyatakan bahwa auditor bisa menggunakan
pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti kompeten. Contoh spesialis, antara lain
:

• Penilai (appraiser) untuk mendapatkan bukti tentang penilaian atas barang seni.
• Insinyur tambang untuk menentukan jumlah cadangan atau deposit barang
tambang yang ada di suatu pertambangan.
• Aktuaris untuk menentukan jumlah rupiah program pensiun yang akan
digunakan dalam akuntasi.
• Penasehat hukum untuk memperkirakan hasil akhir dari suatu perkara
pengadilan yang masih berjalan.

8
• Konsultan lingkungan untuk menentukan pengaruh undang- undang dan
peraturan tentang lingkungan.
4. Mengevaluasi Indepedensi

Standar auditing kedua menyatakan bahwa: ”Dalam semua hal yang


berhubungan dengan penugasan independensi dalam sikap mental harus dipertahankan
oleh audit”.

Selain diatur dalam standar auditing, independensi dalam penugasan audit juga
diwajibkan oleh Kode Etik IAI, disamping merupakan salah satu elemen dari elemen-
elemen pengendalian mutu. Salah satu prosedur yang ditempuh adalah mengirim surat
edaran kepada semua staf profesional KAP yang bersangkutan dengan menyebut nama
calon klien, untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya hubungan keuangan atau
bisnis dengan calon klien tersebut. Bila disimpulkan syarat independensi tidak
dipenuhi, maka penugasan harus ditolak atau calon klien harus memberi informasi
apabila audit tetap dilaksanakan, maka auditor akan memberikan pendapat ” menolak
memberi pendapat ”.

5. Menentukan Kemampuan untuk Bekerja dengan Cermat dan Seksama

Standar auditing ketiga menyatakan bahwa: ”Dalam pelaksanaan audit dan


penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama”.

a. Saat Penunjukan

Penunjukan auditor secara dini oleh klien dan penerimaan penugasan oleh
auditor akan berpengaruh pada perencanaan audit. Sebaliknya apabila penerimaan
penugasan terjadi saat mendekati atau sesudah akhir tahun buku, auditor bisa
mendapat berbagai hambatan dalam perencanaan audit dan pelaksanaan pekerjaan
lapangan.

b. Penjadwalan audit.

Pekerjaan interim yaitu pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam


kurun waktu antara tiga sampai empat bulan sebelum tanggal neraca. Pekerjaan akhir
tahun yaitu pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dilakukan dalam kurun waktu tidak
lama sebelum tanggal neraca sampai kira-kira tiga bulan setelah tanggal neraca.

9
c. Penaksiran Kebutuhan Waktu.

Dalam mempertimbangkan penerimaan penugasan, auditor biasanya


membuat suatu taksiran kebutuhan waktu audit. Pembuatan taksiran kebutuhan
waktu meliputi estimasi tentang jumlah jam yang diperkirakan dibutuhkan setiap
tingkat staff ( partner, manager, senior, dsb )untuk menyelesaikan setiap bagian audit
dengan cermat dan seksama. Angka taksiran ini akan digunakan oleh kantor akuntan
sebagai bahan diskusi dengan calon klien dalam menetapkan honorarium tertentu
yang telah ditentukan jumlahnya berdasarkan kesepakatan dengan klien ( fixed-fee
basis ), tapi honorarium audit.

d. Personal Klien.

Penggunaan personal klien juga mempunyai dampak besar dalam penentuan


staff dan penjadwalan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada honorarium audit,
pengaruh ini berkaitan dengan tiga kategori prosedur auditing, yaitu: prosedur untuk
memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien, pengujian
pengendalian, dan pengujian substantif.

6. Menyiapkan Surat Penugasan

Langkah terakhir dalam tahap penerimaan penugasan adalah penyusunan surat


penugasan. Bentuk dan isi surat penugasan berbeda-beda untuk setiap klien, namun
secara umum setiap surat penugasan hendaknya berisi hal-hal:

• Menyebutkan dengan jelas nama perusahaan atau satuan organisasi dan laporan
keuangan yang akan diperiksa.
• Menyebutkan tujuan audit.
• Menyebutkan bahwa audit akan dilakukan berdasarkan standar profesional.
• Menjelaskan tenteng sifat dan lingkup audit dan tanggung jawab auditor.
• Menyebutkan bahwa walaupun audit telah dirancang dan dilaksanakan dengan
baik.
• Mengingatkan manajemen.
• Menyebutkan bahwa manajemen akan diminta untuk mmberikan representasi
tertulis kepada auditor.
• Menjelaskan mengenai dasar perhitungan honorarium audit dan cara penagihan
honorarium.

10
• Meminta klien untuk mnegaskan kesepakatannya atas berbagai hal yang tercantum
dalam surat penugasan dengan menandatangani surat penugasan tersebut dan
mengirimkan kembali salinannya kepada auditor.

2.4 Melakukan Risk Assessment

Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko (risk based audit approach) yang
dilakukan oleh internal auditor lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk
assesment yang diformulasikan pada risk based audit plan.Berdasarkan risk assesment
tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu internal auditor untuk
menyusun risk audit matrix. Manfaat yang akan diperoleh internal auditor apabila
menggunakan risk based audit approach, antara lain internal auditor akan lebih efisien &
efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja Departemen Internal
Audit.Tulisan ini akan menyoroti masalah risk assesment, risk matrix dan risk audit matrix
serta risk based audit approach. Sebelumnya dibahas terlebih dahulu masalah pergeseran
dalam fungsi internal auditing.

1. Pergeseran Fungsi dalam Internal Auditing.

Fokus audit internal auditing telah mengalami pergeseran (perubahan). Pada


masa lalu fokus utama peran auditor internal sebagai ‘watchdog’, sehingga membuat
perannya kurang disukai kehadirannya oleh unit organisasi lain. Hal ini mungkin
merupakan konsekuensi logis dari profesi internal auditor yang tugasnya memang
tidak dapat dilepaskan dari fungsi audit, yaitu antara pemeriksa (auditor) dan pihak
yang diperiksa (auditee) berada pada posisi yang saling berhadapan. Pada saat ini
proses auditing modern telah bergeser sebagai ‘konsultan intern’ (internal consultant)
yang memberi masukan (input) untuk perbaikan (improvement) atas sistem yang telah
ada serta berperan sebagai katalis (catalyst). Fungsi konsultan bagi auditor internal
merupakan peran yang relatif baru. Peran konsultan membawa internal auditor untuk
selalu meningkatkan pengetahuan & ketrampilan (skill & knowledge) baik tentang
profesi auditor maupun aspek bisnis (business object) , sehingga diharapkan dapat
membantu manajemen dalam memecahkan suatu masalah. Kemampuan untuk
merekomendasikan pemecahan suatu masalah (problem solver) bagi internal auditor
dapat diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi
/ bagian di perusahaan.

11
Konsultasi internal saat ini merupakan aktivitas yang sangat dibutuhkan oleh
manajemen puncak (top management) yang perlu dilakukan oleh auditor internal.
Selain sebagai konsultan, auditor internal harus mampu berperan sebagai katalisator
yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran yang bersifat
konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi perkembangan perusahaan. Katalis adalah
suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut reaksi. Sehingga
apabila internal auditor diibaratkan sebagai katalis, internal auditor tidak ikut dalam
kegiatan operasional perusahaan, namun turut serta bertanggungjawab dalam
meningkatkan kinerja perusahaan melalui rekomendasi yang disampaikaan kepada
manajemen operasional. Ruang lingkup (scope) kegiatan audit semakin luas, pada saat
ini tidak sekedar audit keuangan (financial audit) dan audit ketaatan (compliance
audit), tetapi fokus perhatian ditujukan pada semua aspek yang berpengaruh terhadap
kinerja (performance) perusahaan dan pengendalian manajemen serta memperhatikan
aspek risiko bisnis (business risk) dan risiko manajemen (risk management).
Pergeseran orientasi audit menuju ke arah audit yang didasarkan atas resiko (risk
based auditing) ini akan terus berlanjut seiring dengan kebutuhan perusahaan yang
semakin kompleks di masa mendatang.

2. Risk Assesment

Internal auditor perlu melakukan risk asssment untuk mengetahui lebih jauh
risiko-risiko potensial yang mungkin dihadapi oleh perusahaan.Proses risk assesment
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

• Mengidentifikasi risiko-risiko bisnis yang melekat (inherent business risks)


dalam aktivitas perusahaan.
• Mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian (control systems) dalam rangka
monitoring inherent risk dari aktivitas bisnis (control risk).
• Menggambarkan risk matrix yang didasarkan atas inherent business risks dan
control risk.Risk assesment dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif.

Parameter yang biasa digunakan dalam metodologi risk assesment antara lain :

• Trend industri & faktor lingkungan lain.


• Kompleksitas & volume aktivitas bisnis.
• Perubahan dari fokus bisnis & lini bisnis (busines lines).

12
• Perubahan dari praktek & kebijakan akuntansi (accounting practices / policies).
• Adanya perbedaan atas kinerja yang substansial dari Anggaran (Budget)
Perusahaan.
3. Perencanaan Tahunan

Salah satu tahap terpenting dalam audit adalah perencanaan audit. Kesalahan
dalam tahap perencanaan audit akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai
tujuan dari audit. Dengan demikian tahap perencanaan audit sama pentingnya dengan
pelaksanaan audit itu sendiri.

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan


dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi
dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan
pengetahuan tentang ciri khas entitas. Dengan demikian, auditor harus merencanakan
pekerjaan auditnya sebaik-baiknya, sehingga kemungkinan menanggung risiko yang
besar dapat dihindari.

Isi audit plan (perencanaan audit) meliputi tiga hal pokok yang terdidi dari:

• Hal-hal mengenai client,


• Hal-hal yang mempengaruhi client, dan
• Rencana kerja Auditor.

Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan. Yang dimaksud
dengan auditee adalah entitas organisasi, atau bagian/ unit organisasi, atau operasi dan
program termasuk proses, aktivitas dan kondisi tertentu yang diaudit. Penyeleksian
auditee dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu:

a. Systematic Selection

Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan yang berkenaan
dengan audit yang diperkirakan akan dilaksanakan. Secara tipikal jadwal tersebut
dikembangkan dengan mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang
menunjukkan tingkat risiko yang tinggi mendapat prioritas untuk dipilih.

b. Ad Hoc Audits

Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa operasi tidak


selalu berjalan tepat seperti yang direncanakan. Manajemen dan dewan komisaris

13
sering menugaskan auditor internal untuk mengaudit bidang/ area fungsional
tertentu yang dipandang bermasalah. Dengan demikian manajemen dan dewan
komisaris memilih auditee bagi auditor internal.

c. Auditee Requests

Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input dari auditor


internal untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan pengendalian internal serta
pengaruhnya terhadap operasi yang berada di bawah supervisinya. Oleh karena itu,
mereka mengajukan permintaan untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal
tetap harus mempertimbangkan risiko dan prioritasnya.

Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik dan meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Penetapan Tujuan dan Ruang Lingkup Audit

Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk membantu


manajemen dalam mencapai akuntabilitasnya dan memberikan solusi alternatif
utnuk memperbaiki pengendalian manajemen. Secara individual, tujuan audit
internal dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 (tiga) kategori aktivitas audit.

b. Review atas File Audit

Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali laporan-laporan dan


informasi dari file audit yang telah dilakaukan sebelumnya. Review ini bermanfaat
untuk mengenal sifat operasi sebagai bahan untuk melaksanakan survai
pendahuluan.

c. Menyeleksi Tim Audit

Kegiatan ini dilakukan dengan mepertimbangkan beban tanggung-jawab


yang akan dipikul oleh masing-masing staf auditor, dan keahlian yang diperlukan
untuk mengaudit bidang-bidang tertentu.

d. Komunikasi Pendahuluan dengan Auditee dan Pihak Lain yang Berkepentingan

Kegiatan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan


dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Mengakomodasikan akses terhadap

14
fasilitas, catatan dan personal, serta untuk memperoleh informasi dari auditee atau
pihak lain yang terkait.

e. Mempersiapkan Program Audit Pendahuluan

Program audit pendahuluan ini memuat informasi seperti sasaran dan


tujuan, serta ruang lingkup audit, pertanyaan-pertanyaan khusus yang harus
terjawab selama audit dilaksanakan, prosedur audit yang akan digunakan, dan
bukti-bukti yang akan diuji.

f. Merencanakan Laporan Audit

Laporan audit merupakan media untuk mengkomunikasikan hasil audit


kepada pihak-pihak yang berkepentingan dlam organisasi. Konsekuensinya, auditor
harus mulai berfikir mengenai bagaimana laporan akan disusun, kapan akan
diberikan/ dikirimkan, dan siapa yang akan menerima laporan tersebut. Tujuannya
adalah untuk mengantisipasi detail (rincian) yang akan disajikan dalam laporan dan
untuk mengembangkan beberapa parameter dasar.

g. Persetujuan atas Program Audit dari Kepala Bagian Audit Internal

Hal ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa prosedur kerja


mendukung tujuan, sasaran, dan ruang lingkup audit.

4. Pelaksanaan Pemeriksaan

Adapun pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari:

a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.


b. Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar
yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam
bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi
yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak
mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan,
simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.

15
5. Komunikasi Audit (Pelaporan)

Laporan hasil Audit Kinerja merupakan laporan hasil analisis dan interprestasi
atas keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
yang dilaporkan oleh auditor.

Pelaporan Audit Kinerja meliputi:

a. Hasil penilaian atas kewajaran IKK.


b. Hasil Review Operasional beserta kelemahan yang ditemukan.
c. Rekomendasi yang telah disepakati.
d. Hasil pengujian atas laporan (hasil) pengujian tingkat kesehatan perusahaan.
e. Analisis perkembangan usaha.

Tujuan pelaporan Audit Kinerja:

a. Memberikan informasi yang relevan dan objektif mengenai kinerja auditan


kepada pihak terkait.
b. Menyajikan analisis dan interprestasi atas kondisi kinerja auditan serta
memberikan.
c. Menyediakan informasi untuk penetapan kebijakan dalam rangka penugasan
berikutnya.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 50 ayat (2), Audit Kinerja adalah audit
atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah
yang terdiri atas audit aspek ekonomis, efisiensi, dan audit aspek efektivitas, serta ketaatan
pada peraturan.

Pada prinsipnya audit kinerja terkait dengan hubungan antara input, output, proses,
dan outcome. Secara garis besar metodologi audit kinerja terbagi dalam tiga tahap, yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan komunikasi hasil audit.

Adapun Langkah-langkah dalam Pemahaman Penugasan Audit yaitu:


1. Mengevaluasi Integritas Manajemen
2. Mengidentifikasi Keadaan-Keadaan Khusus dan Resiko Tidak Biasa
3. Menetapkan Kompetensi untuk Melakukan Audit
4. Mengevaluasi Indepedensi
5. Menentukan Kemampuan untuk Bekerja dengan Cermat dan Seksama
6. Menyiapkan Surat Penugasan

17
DAFTAR PUSTAKA

http://id-jurnal.blogspot.co.id/2008/04/audit-kinerja-pada-organisasi-sektor.html
http://rhelife.blogspot.co.id/2010/10/penerimaan-penugasan-dan-perencanaan.html
https://internalauditindonesia.wordpress.com/2010/02/08/risk-based-internal-auditing/
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/Bab%201_10-38.pdf
https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/perencanaan-audit/
https://brigitalahutung.wordpress.com/2012/10/16/prosedur-pelaksanaan-audit-
kinerja/

18

Anda mungkin juga menyukai