Oleh :
Kelompok II
AL AZHARI B1C120002
DIAN AGUNG SAPUTRA B1C120016
DIYANI S. B1C120017
HARDIANTI B1C120024
HELDA YULISTINA B1C120025
KETUT RISNA WATI B1C120031
LA ODE MUHAMMAD ALI SARMAN B1C120032
LIZA PUSPITA PURNAMA B1C120034
MARDIAN B1C120035
MELANI B1C120037
MUNADIRAH B1C120043
JURUSAN AKUNTANSI
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang " Desain Dan Metodologi
Laporan Audit Kinerja".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Dan Tujuan Audit Kinerja ................................................................... 2
2.2 Metodologi Audit Kinerja ........................................................................................ 4
2.3 Pemahaman Penugasan ............................................................................................ 5
2.4 Melakukan Risk Assessment .................................................................................. 11
BAB III.................................................................................................................................... 17
PENUTUP............................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan dari audit kinerja adalah menilai kinerja suatu organisasi, program, atau
kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (3E). Audit
fokus pada area yang mampu memberi nilai tambah dan memiliki potensi untuk perbaikan
berkelanjutan.
Pada prinsipnya audit kinerja terkait dengan hubungan antara input, output, proses,
dan outcome.
1. Input adalah sumber daya dalam bentuk dana, sumber daya manusia (SDM), peralatan,
dan material yang digunakan untuk menghasilkan output.
2. Output adalah barang-barang yang diproduksi, jasa yang diserahkan/diberikan, atau
hasil-hasil lain dari proses atas input.
3. Proses adalah kegiatan-kegiatan operasional yang menggunakan input untuk
menghasilkan output.
4. Sedangkan outcome adalah tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui output.
Gambar di bawah menjelaskan hubungan antara input, proses, output, dan outcome.
2
berarti meminimalkan biaya perolehan input yang akan digunakan dalam proses,
dengan tetap menjaga kualitas dan standar yang diterapkan.
Audit atas aspek ekonomis meliputi faktor-faktor, apakah:
a) Barang atau jasa untuk kepentingan program, aktivitas, fungsi, dan kegiatan telah
diperoleh dengan harga lebih murah dibandingkan dengan barang atau jasa yang
sama; dan
b) Barang atau jasa telah diperoleh dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan
dengan jenis barang/jasa serupa dengan harga yang sama
6. Efisiensi merupakan hubungan optimal antara input dan output. Suatu entitas
dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output maksimal dengan jumlah input
tertentu atau mampu menghasilkan output tertentu dengan memanfaatkan input
minimal.
Audit atas aspek efisiensi meliputi:
a) Apakah input yang tersedia untuk menghasilkan barang/jasa telah dipakai secara
optimal;
b) Apakah output yang sama dapat diperoleh dengan lebih sedikit input;
c) Apakah output yang terbaik dalam ukuran kuantitas dan kualitas dapat diperoleh
dari input yang digunakan.
7. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan. Efektivitas berkaitan dengan hubungan
antara output yang dihasilkan dengan tujuan yang dicapai (outcomes).
Efektif berarti output yang dihasilkan telah memenuhi tujuan yang ditetapkan.
c) Apakah outcome yang dinyatakan berasal dari output yang dihasilkan dan bukan
dari pengaruh lingkungan luar.
Dalam melaksanakan audit kinerja, APIP harus mempertimbangkan sumber
daya yang tersedia dan risiko audit. Penugasan audit kinerja atas pelaksanaan
program/kegiatan khususnya berkenaan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah
dapat dikerjakan secara bertahap, misal audit kinerja terhadap aspek ekonomis
dilakukan pada saat proses penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau paling
3
lambat sebelum penetapan pemenang. Semakin luas aspek kinerja yang diperiksa, maka
risiko audit juga akan meningkat.
1 1 . Penyusunan
1 . Pemahaman obyek Konsep LHA
audit dan
identifikasi
masalah
1 2 . Penyusunan dan
Penyampaian
LHA
2 . Pemahaman sistem
pengendalian intern
3 . Penentuan tujuan
dan lingkup audit 7 . Pengujian Data
5 . Identifikasi jenis
9 . Perolehan
bukti dan prosedur
audit Tanggapan
Auditan
6 . Penyusunan 10 . Penyampaian
Program Audit Temuan kepada
Auditan
4
Secara garis besar metodologi ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan komunikasi hasil audit.
1. Perencanaan
1) Pemahaman obyek audit dan identifikasi masalah;
2) Pemahaman sistem pengendalian intern;
3) Penentuan tujuan dan lingkup audit;
4) Penentuan kriteria audit;
5) Pengidentifikasian jenis bukti dan prosedur audit; 6) Penyusunan program audit.
2. Pelaksanaan
1) Perolehan dan Pengujian data;
2) Penyusunan dan penyampaian konsep Temuan Audit;
3) Perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep Temuan Audit; dan 4)
Penyampaian Temuan Audit.
3. Komunikasi Hasil Audit
1) Penyusunan konsep laporan hasil audit;
2) Penyusunan dan penyampaian Laporan Hasil Audit (LHA).
Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor
harus memikul tanggungjawab professional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap
anggota profesi akuntan publik yang lain.
5
a. Komunikasi dengan Auditor Pendahulu
6
mempunyai kewajiban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Auditor
harus mempertimbangkan apakah laporan audit yang biasa akan cukup untuk
memenuhi kebutuhan semua pemakaian laporan atau apakah perlu dibuat laporan
khusus.
Standar umum yang pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa: “Audit
harus dilaksankan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
cukup sebagai auditor”.
7
Tujuan elemen pengendalian mutu ini adalah untuk melihat bahwa tingkat
keahlian teknis dan pengalaman tim audit akan dapat memenuhi keburuhan untuk
menangani penugasan secara profesional. Dalam menetapkan anggota tim, perlu
dipertimbangkan pula sifat dan luasnya supervisi yang harus dipersiapkan. Tim audit
pada umumnya terdiri dari :
• Penilai (appraiser) untuk mendapatkan bukti tentang penilaian atas barang seni.
• Insinyur tambang untuk menentukan jumlah cadangan atau deposit barang
tambang yang ada di suatu pertambangan.
• Aktuaris untuk menentukan jumlah rupiah program pensiun yang akan
digunakan dalam akuntasi.
• Penasehat hukum untuk memperkirakan hasil akhir dari suatu perkara
pengadilan yang masih berjalan.
8
• Konsultan lingkungan untuk menentukan pengaruh undang- undang dan
peraturan tentang lingkungan.
4. Mengevaluasi Indepedensi
Selain diatur dalam standar auditing, independensi dalam penugasan audit juga
diwajibkan oleh Kode Etik IAI, disamping merupakan salah satu elemen dari elemen-
elemen pengendalian mutu. Salah satu prosedur yang ditempuh adalah mengirim surat
edaran kepada semua staf profesional KAP yang bersangkutan dengan menyebut nama
calon klien, untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya hubungan keuangan atau
bisnis dengan calon klien tersebut. Bila disimpulkan syarat independensi tidak
dipenuhi, maka penugasan harus ditolak atau calon klien harus memberi informasi
apabila audit tetap dilaksanakan, maka auditor akan memberikan pendapat ” menolak
memberi pendapat ”.
a. Saat Penunjukan
Penunjukan auditor secara dini oleh klien dan penerimaan penugasan oleh
auditor akan berpengaruh pada perencanaan audit. Sebaliknya apabila penerimaan
penugasan terjadi saat mendekati atau sesudah akhir tahun buku, auditor bisa
mendapat berbagai hambatan dalam perencanaan audit dan pelaksanaan pekerjaan
lapangan.
b. Penjadwalan audit.
9
c. Penaksiran Kebutuhan Waktu.
d. Personal Klien.
• Menyebutkan dengan jelas nama perusahaan atau satuan organisasi dan laporan
keuangan yang akan diperiksa.
• Menyebutkan tujuan audit.
• Menyebutkan bahwa audit akan dilakukan berdasarkan standar profesional.
• Menjelaskan tenteng sifat dan lingkup audit dan tanggung jawab auditor.
• Menyebutkan bahwa walaupun audit telah dirancang dan dilaksanakan dengan
baik.
• Mengingatkan manajemen.
• Menyebutkan bahwa manajemen akan diminta untuk mmberikan representasi
tertulis kepada auditor.
• Menjelaskan mengenai dasar perhitungan honorarium audit dan cara penagihan
honorarium.
10
• Meminta klien untuk mnegaskan kesepakatannya atas berbagai hal yang tercantum
dalam surat penugasan dengan menandatangani surat penugasan tersebut dan
mengirimkan kembali salinannya kepada auditor.
Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko (risk based audit approach) yang
dilakukan oleh internal auditor lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk
assesment yang diformulasikan pada risk based audit plan.Berdasarkan risk assesment
tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu internal auditor untuk
menyusun risk audit matrix. Manfaat yang akan diperoleh internal auditor apabila
menggunakan risk based audit approach, antara lain internal auditor akan lebih efisien &
efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja Departemen Internal
Audit.Tulisan ini akan menyoroti masalah risk assesment, risk matrix dan risk audit matrix
serta risk based audit approach. Sebelumnya dibahas terlebih dahulu masalah pergeseran
dalam fungsi internal auditing.
11
Konsultasi internal saat ini merupakan aktivitas yang sangat dibutuhkan oleh
manajemen puncak (top management) yang perlu dilakukan oleh auditor internal.
Selain sebagai konsultan, auditor internal harus mampu berperan sebagai katalisator
yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran yang bersifat
konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi perkembangan perusahaan. Katalis adalah
suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut reaksi. Sehingga
apabila internal auditor diibaratkan sebagai katalis, internal auditor tidak ikut dalam
kegiatan operasional perusahaan, namun turut serta bertanggungjawab dalam
meningkatkan kinerja perusahaan melalui rekomendasi yang disampaikaan kepada
manajemen operasional. Ruang lingkup (scope) kegiatan audit semakin luas, pada saat
ini tidak sekedar audit keuangan (financial audit) dan audit ketaatan (compliance
audit), tetapi fokus perhatian ditujukan pada semua aspek yang berpengaruh terhadap
kinerja (performance) perusahaan dan pengendalian manajemen serta memperhatikan
aspek risiko bisnis (business risk) dan risiko manajemen (risk management).
Pergeseran orientasi audit menuju ke arah audit yang didasarkan atas resiko (risk
based auditing) ini akan terus berlanjut seiring dengan kebutuhan perusahaan yang
semakin kompleks di masa mendatang.
2. Risk Assesment
Internal auditor perlu melakukan risk asssment untuk mengetahui lebih jauh
risiko-risiko potensial yang mungkin dihadapi oleh perusahaan.Proses risk assesment
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
Parameter yang biasa digunakan dalam metodologi risk assesment antara lain :
12
• Perubahan dari praktek & kebijakan akuntansi (accounting practices / policies).
• Adanya perbedaan atas kinerja yang substansial dari Anggaran (Budget)
Perusahaan.
3. Perencanaan Tahunan
Salah satu tahap terpenting dalam audit adalah perencanaan audit. Kesalahan
dalam tahap perencanaan audit akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai
tujuan dari audit. Dengan demikian tahap perencanaan audit sama pentingnya dengan
pelaksanaan audit itu sendiri.
Isi audit plan (perencanaan audit) meliputi tiga hal pokok yang terdidi dari:
Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan. Yang dimaksud
dengan auditee adalah entitas organisasi, atau bagian/ unit organisasi, atau operasi dan
program termasuk proses, aktivitas dan kondisi tertentu yang diaudit. Penyeleksian
auditee dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu:
a. Systematic Selection
Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan yang berkenaan
dengan audit yang diperkirakan akan dilaksanakan. Secara tipikal jadwal tersebut
dikembangkan dengan mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang
menunjukkan tingkat risiko yang tinggi mendapat prioritas untuk dipilih.
b. Ad Hoc Audits
13
sering menugaskan auditor internal untuk mengaudit bidang/ area fungsional
tertentu yang dipandang bermasalah. Dengan demikian manajemen dan dewan
komisaris memilih auditee bagi auditor internal.
c. Auditee Requests
Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik dan meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
14
fasilitas, catatan dan personal, serta untuk memperoleh informasi dari auditee atau
pihak lain yang terkait.
4. Pelaksanaan Pemeriksaan
15
5. Komunikasi Audit (Pelaporan)
Laporan hasil Audit Kinerja merupakan laporan hasil analisis dan interprestasi
atas keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
yang dilaporkan oleh auditor.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 50 ayat (2), Audit Kinerja adalah audit
atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah
yang terdiri atas audit aspek ekonomis, efisiensi, dan audit aspek efektivitas, serta ketaatan
pada peraturan.
Pada prinsipnya audit kinerja terkait dengan hubungan antara input, output, proses,
dan outcome. Secara garis besar metodologi audit kinerja terbagi dalam tiga tahap, yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan komunikasi hasil audit.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://id-jurnal.blogspot.co.id/2008/04/audit-kinerja-pada-organisasi-sektor.html
http://rhelife.blogspot.co.id/2010/10/penerimaan-penugasan-dan-perencanaan.html
https://internalauditindonesia.wordpress.com/2010/02/08/risk-based-internal-auditing/
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/Bab%201_10-38.pdf
https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/perencanaan-audit/
https://brigitalahutung.wordpress.com/2012/10/16/prosedur-pelaksanaan-audit-
kinerja/
18