Publik
NAMA KELOMPOK
9:
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan atas segala anugrah-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................................................................II
BAB I............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................................1
1.3 TUJUAN PENELITIAN.......................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
2.1 Penilaian Kinerja berdasarkan Value For Money Audit....................................................2
2.2 Penguraian Balanced Scorecard di Sektor Publik..............................................................8
2.3 Rasio-Rasio Keuangan bagi Organisasi Sektor Publik....................................................11
BAB III........................................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................17
II
BAB I
PENDAHULUAN
Tekanan terhadap organisasi sektor publik, khusus nya organisasi pemerintahan baik pusat
dan daerah, serta perusahaan milik pemerintah, dan organisasi sektor publik lainnya untuk
memper baiki kinerja nya mendorong dibangunnya sistem manajemen organisasi publik
berbasis kinerja. Fokusnya adalah pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang
berorientasi pada penilaian hasil dan bukan lagi penilaian pada input atau output saja.
Pemerintah selama beberapa dekade telah bergulat dengan pengukuran input dan output ,
bukan outcome. Pembahasan antara eksekutif dan legislatif hanya berkutat pada anggaran dan
realisasi anggaran. Penilaian demikian hanya berfokus pada penjelasan bagaimana sibuknya
pemerintah, namun tidak menjelaskan mengenai dampak nyata aktivitas pemerintah terhadap
masyarakat. Padahal bagi masyarakat yang terpenting adalah hasilnya. Hal itu tidak berarti
penilaian input tidak penting bagi pemerintah. Namun jika penilaian kinerja hanya berfokus
pada input dan output saja, akibatnya organisasi sektor publik tidak akan mampu melihat
keberadaannya sendiri bahwa ia ada untuk melayani masyarakat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
efisiensi: Berdaya guna dalam penggunaan sumber daya efektivitas: berhasil guna dalam
arti mencapai tujuan dan sasaran. equity: Keadilan dalam mendapatkan pelayanan
publik. equality: Kesetaran dalam penggunaan sumber daya.
3
Ekonomi mempunyai arti biaya terendah. Efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara
output dengan biaya (input), karena diukur dalam unit yang berbeda maka efisiensi dapat
terwujud dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal, atau output dapat
dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya.
Pada audit ekonomi & efisiensi, ukuran output idealnya dispesifikasikan oleh organisasi yang
bersangkutan dan ukuran tersebut digunakan untuk mengukur kinerja manajer. Auditor harus
mampu menilai apakah output telah dihasilkan dengan biaya yang lebih rendah atau apakah
biaya yang terjadi dapat menghasilkan output yang lebih besar.
Untuk mengetahui apakah organisasi menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya
yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada periode yang
bersangkutan dengan :
a. Standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
b. Kinerja tahun – tahun sebelumnya,
c. Unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.
2. Audit Efektivitas
4
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Menurut Audit Commission (1986), efektivitas
berarti menyediakan jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk
mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya. Tujuan audit efektivitas (audit program) untuk
menentukan:
a. Tingkat pencapaian hasil/manfaat yang diinginkan
b. Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya
c. Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain
yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang terendah.
Tujuan pelaksanaan audit efektivitas/audit program secara rinci adalah :
a. Menilai tujuan program (baru/sedang berjalan) apakah sudah memadai dan tepat;
b. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
c. Menilai efektivitas program dan/atau unsur program secara terpisah;
d. Mengidentifikasi faktor penghambat kinerja yang baik & memuaskan;
e. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif pelaksanakan
program yang memberi hasil lebih baik & biaya lebih rendah;
f. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait;
g. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih
baik;
h. Menilai ketaatan terhadap peraturan yang berlaku untuk program tersebut;
i. Menilai apakah SPM sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan, &
memantau tingkat efektivitas program;
j. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah & dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.
Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Mengukur
efektivitas kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Jika belum
tersedia, auditor bekerja sama dengan top management & badan pembuat keputusan untuk
menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pd tujuan pelaksanaan program. Meskipun
efektivitas program tak dapat diukur secara langsung, beberapa alternatif untuk mengevaluasi
pelaksanaan program yaitu proksi untuk mengukur dampak/ pengaruh, evaluasi oleh konsumen,
5
evaluasi yang menitikberatkan pada proses bukan pada hasil.
Tingkat komplain & permintaan dari pengguna jasa dapat sebagai proksi pengukuran
standar kinerja. Evaluasi pelaksanaan program mempertimbangkan hal:
a. Apakah program tersebut relevan atau realistis
b. Apakah ada pengaruh dari program tersebut,
c. Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan
d. Apakah ada cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.
6
yang menerima laporan yang terdiri dari beberapa kelompok antara lain: tingkatan yang
lebih tinggi dalam organisasi yang sama, dewan komisaris, stockholder, masyarakat, &
investor secara individual/kelompok. Untuk menjadi profesional auditor sektor publik
diperlukan beberapa syarat:
1) Seorang auditor harus telah diakui dapat melakukan pemeriksaan (audit);
a) Mempunyai pemahaman tentangg akun yang ada, sesuai dengan peraturan yang
berlaku serta mentaati perundangan.
b) Auditor telah diakui kemampuannya dalam melakukan praktik audit.
c) Auditor harus dapat memahami apakah klien telah memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki secara ekonomis, efisien, & efektif.
2) Seorang auditor harus mematuhi kode etik yang berlaku.
3) Seorang auditor harus dapat melakukan audit dengan bertanggungjawab, karena
terdorong oleh kesadaran bahwa audit yang akan dilaksanakannya pada organisasi sektor
publik, terutama untuk memenuhi kepentingan masyarakat.
4) Dua prosedur utama praktik auditing terhadap kinerja orang secara komprehensif
yaitu management and technical review dan special studies.
b. Hubungan akuntabilitas antara auditee (subordinate) & audit recipent (otoritas
yang lebih tinggi)
c. Independensi antara auditor & auditee
d. Pengujian & evaluasi terdiri atas aktivitas yang menjadi tanggung jawab auditee
oleh auditor untuk audit recipent.
7
Publik pada perusahaan publik dan semakin rumitnya masalah-masalah yang
dihadapi oleh organisasi publik dalam menjalankan fungsi pengendalian dan
pengawasan kegiatan perusahaan. Untuk mencapai Akuntabilitas Publik yang
baik dengan digunakannya pengukuran kinerja Value For Money. Maka menurut
Mardiasmo (2004:121) dalam bukunya “Akuntansi Sektor Publik” menyatakan
bahwa: “Akuntabilitas Publik bukan sekedar kemampuan menunjukan bagaimana
uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukan bahwa
uang publik tersebut telah dibelanjaka secara ekonomis, efisien dan efektif (Value
For Money).”
8
itu. Ada beberapa keuntungan bagi pemerintahan apabila menggunakan BSC yaitu :
a. BSC menempatkan seluruh organisasi dalam proses pembelajaran;
b. Keputusan penganggaran yang lebih rasional;
c. Memfasilitasi perbaikan kinerja;
d. Memperbaiki komunikasi kepada stakeholders;
e. Memberikan data untuk acuan (benchmark)
9
Implementasi sistem pengukuran kinerja harus selalu dimonitor karena organisasi
selalu menghadapi lingkungan yang dinamis. Kondisi pada saat sistem
didesaian sangat mungkin tidak relevan lagi akibat perubahan lingkungan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring terhadap ukuran yang telah
ditetapkan dan hasilnya secara terus menerus secara konsisten, dan
mengevaluasinya untuk memperbaiki sistem pengukuran pada periode
berikutnya. Menghadapi turbulensi lingkungan ini, organisasi kemungkinan
mengubah strategi pencapaian tujuannya. Monitoring dilakukan dengan
mengidentifikasi permasalahan berkaitan dengan (1) Bagaimana organisasi
berjalan sampai saat ini?, (2) Bagaimana efektivitas strategi organisasi dalam
pencapaian tujuan?, (3) Bagaimana strategi berubah sejak awal hingga akhir?
(3) Bagaimana sistem pengukuran bisa mencapai strategi yang berubah-ubah?
(4) Bagaimana organisasi bisa memperbaiki sistem pengukuran?.
10
c. Mengintegrasikan model pengukuran kinerja BSC dalam suatu manajemen
strategic, manajemen kinerja, dan sistem penghargaan pegawai.
Pada dasarnya manajemen kinerja dan penilaian kualitas bukan ditujukan untuk
memperbaiki pelayanan, tetapi hanya membantu mengidentifikasi area yang perlu
diperbaiki sehingga bisa lebih focus. BSC digunakan sebagai alat pendukung untuk
komunikasi, motivasi, dan mengevaluasi strategi organisasi utama. Dengan BSC ini
manajemen bisa lebih efektif, tetapi BSC tidak menjamin manajemen efektif. Hal ini
bisa terjadi jika manajemen tidak tepat men-derived visi dan strategi organisasi dalam
ukuran-ukuran kinerja BSC.
11
Menurut Hersley dan Blanchard ( dalam Halim 2007 :169) dikemukakan hubungan tentang pemerin
tah pusat dengan daerah dalam melaksanakan kebijakan otonomi daerah, yang paling utama yaitu m
engenai hubungan pelaksanaan undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah p
usat dengan pemerintah daerah yaitu :
12
4. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah
tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah.
2 Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
setiap pemerintahan telah memiliki estimasi Pendapatan Asli Daerah yang tentunya disusun ber
dasarkan potensi-potensi yang dimiliki suatu daerah. Tidak tertutup kemungkinan dalam realisas
inya, Pendapatan Asli Daerah lebih besar atau lebih kecil dari yang telah diestimasikan. Rasio Ef
ektivitas PAD ini menunjukkan seberapa efektif suatu daerah dalam merealisasikan PAD yang t
elah dianggarkan tersebut.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) / Target Peneri
maan PAD yang ditetapkan Berdasarkan Potensi Riil Daerah
(Semakin tinggi rasio di atas maka semakin baik kinerja suatu lembaga sektor publik, karena se
mua rencana benar-benar terlaksana dan hal itu berarti bahwa kinerjanya terbukti)
Adapun rumus menghitung Rasio Efektifitas PAD adalah
13
Kinerja pemerintahan daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien
apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau di bawah 100%.
4. Rasio Aktivitas
rasio ini melakukan perbandingan antara aktivitas-aktivitas baik dari segi apa yang dilaksanakan
maupun kapan pelaksanaannya.
Secara garis besar aktivitas yang membutuhkan belanja dalam pemerintahan adalah dibag
i menjadi dua kelompok besar yaitu belanja rutin dan belanja pembangunan. Demikian pula pel
aksanaan aktivitas tersebut dapat terbagi-bagi dalam beberapa periode (bagian dalam tahunan).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuang
an Daerah khususnya pasal 37 menyebutkan bahwa daerah menyampaikan laporan triwulan pela
ksanaan APBD kepada DPRD. Tujuan dari pelaporan triwulan tersebut disamping sebagai kontr
ol jangka pendek juga diharapkan adanya pemerataan pelaksanaan dalam tiap periodenya. Apabi
la dalam tiap periodenya tidak merata berarti ada pemanfaatan tenaga kerja tidak merata pula. Te
rkadang pula dalam pelaporan triwulan khususnya pada triwulan awal belanja akan diperkecil se
hingga laporan APBD terlihat surplus (dengan asumsi realisasi penerimaan sesuai dengan anggar
an) ini berarti akan terjadi penumpukan beban pada triwulan akhir.
Rasio belanja terhadap APBD = Total belanja rutin / Total APBN
Rasio belanja pembangunan terhadap APBN = Total belanja pembangunan / Total APBD
Rasio Aktivitas ini akan melihat keserasian antara belanja rutin terhadap APBD dan keserasian a
ntara belanja pembangunan terhadap APBD.
14
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan pemerintah daerah
dalam membiayai belanja daerah. Berdasarkan ukuran tersebut dapat diketahui besaran kema
mpuan penghimpunan dana yang berasal dari daerah itu sendiri. Selanjutnya ukuran ini dinya
takan sebagai Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal adalah
suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerint
ahan yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintah dan pelayanan publi
c sesuai dengan banyaknya kewenangan pemerintah yang dilimpahkan.
Derajat Desentralisasi = Pendapatan Asli Daerah (PAD) / Total Penerimaan Daerah
6. Rasio Ketergantungan
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat ketergantungan
pemerintah daerah menggunakan dana-dana yang diberikan pemerintah.
Rasio Ketergantungan =Pendapatan Transfer/ Total Penerimaan Daerah
(Semakin tinggi rasio ketergantungan maka semakin buruk pemerintah daerah karena tidak adan
ya dana dari penghasilan daerah sendiri yang seharusnya dapat membiayai kebutuhan daerahnya
sendiri)
15
ukkan kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberh
asilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Sebaiknya pertumbuhan ini
dinyatakan dalam bentuk persentase.
Pertumbuhan yang diukur dalam organisasi sektor publik meliputi :
a. Pertumbuhan Aset = Mengukur perubahan dari aset antara satu periode dengan periode y
ang lain.
Rumusnya : (Aset akhir – Aset Awal) (100%) / Aset awal
b. Pertumbuhan Utang = Mengukur perubahan dari Utang antara satu periode dengan perio
de yang lain.
Rumusnya : (Utang akhir – Utang Awal) (100%) / Utang awal
c. Pertumbuhan Ekuitas = Mengukur perubahan dari Ekuitas antara satu periode dengan per
iode yang lain.
Rumusnya : (Ekuitas akhir – Ekuitas Awal) (100%) / Ekuitas awal
e. Pertumbuhan Belanja = Mengukur perubahan dari Belanja antara satu periode dengan per
iode yang lain.
Rumusnya : ( Belanja Akhir – Belanja Awal) (100%) / Belanja awal
16
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
'Nilai untuk uang' (VFM) adalah istilah yang digunakan untuk menilai apakah organisasi
telah memperoleh manfaat maksimal dari barang dan jasa yang baik memperoleh dan
memberikan, dalam sumber daya yang tersedia untuk itu. Beberapa elemen mungkin subyektif,
sulit diukur, tidak berwujud dan disalahpahami. Penghakiman Oleh karena itu diperlukan ketika
mempertimbangkan apakah VFM telah tercapai atau tidak memuaskan.
Balance Scorecard (BSC) adalah sistem manajemen (bukan hanya sebuah sistem
pengukuran) yang dapat membantu organisasi untuk menjelaskan visi dan strategi mereka dan
menerapkannya dalam kegiatan operasinya. BSC memberikan umpan balik, baik dari sisi proses
kegiatan internal maupun hasil-hasil dari luar, dalam rangka perbaikan kinerja dan hasil suatu
organisasi secara terus menerus. Ketika diimplementasikan, BSC mentransformasikan
perencanaan strategis dari hanya sekedar wacana akademis menjadi sesuatu yang nyata. BSC
pun dapat dipergunakan di dalam pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
17
Penulis. 2011. “NIM 7123220008 CHAPTER II”.
http://digilib.unimed.ac.id/5662/9.%20NIM %20%207123220008%20CHAPTER
%20II.pdf
Moh Mahsun. 2011. “Pengukuran Kinerja Di Sektor Publik”.
http://mohmahsun.blogspot.co.id/2011/04/balance-scorecard-di-organisasi-sektor.html
Zetsu. 2010. “balance Scorecard di Sektor Publik”.
http://zetzu.blogspot.co.id/2010/10/balance-scorecard-di-sektor-publik.html
Moh Mahsun. 2010. Value For Money Audit Economy”.
http://mohmahsun.blogspot.co.id/2011/04/value-for-money-audit-economy.html
Desiana Nurul Aini. 2011. “Value For Money Sebagai Salah Satu Metode
Pengukuran Kinerja”.
http://sayabisamelakukansemuanyadisini.blogspot.co.id/2011/06/value-for-money-
sebagai-salah-satu.html
Icka Chaz Guinea. 2011. “Rasio Rasio Yang digunakan Untuk Menganalisis
Laporan Keuangan Sektor Publik”. http://icka-imckaz.blogspot.com/2012/10/rasio-rasio-
yang-digunakan-untuk.html
Amelia Mustika. 2022. RMK Bab 9 Rasio Keuangan Sektor Publik”.
https://id.scribd.com/document/453901721/rmk-bab-9-rasio-keuangan-sektor-publik
18