Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

AUDIT SEKTOR PUBLIK

“PELAKSANAAN AUDIT SEKTOR PUBLIK”


D

OLEH

KELOMPOK 3

MEILIA F TOMASOA (201730402)

AUGY ELLY (201730005)

JUAN HEUMASSE (201730119)

CHALY SIAHAYA (201730372)

BELVY ELUWAR (201730169)

RAFAEL PATTIKAWA (201730318)

VALENSYO MASPAITELA (201730349)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pelaksanaan Audit Sektor Publik” ini dengan baik. Pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Audit Sektor Publik”.
Kami menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan sumbangan saran dan kritik dari
semua pihak yang membaca makalah ini yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik berupa material maupun non material. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Ambon 04 2020

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Pelaksanaan Audit Sektor Publik.................................................2

2.1.1 Pengertian Pelaksanaan Audit......................................................2

2.1.2 Indikator Pelaksanaan Audit yang Baik......................................2

2.1.3 Struktur Pengendalian Internal....................................................4

2.1.4 Sifat-sifat Pengujian Audit............................................................8

2.1.5 Terminologi Pengujian...................................................................11

2.2 Sistem Pelaksanaan Audit Sektor Publik...............................................17

2.2.1 Pengumpulan Data.........................................................................17

2.2.2 Analisis Data...................................................................................18

2.3 Siklus Pelaksanaan Audit Sektor Publik................................................19

2.3.1 Pengujian Kepatuhan.....................................................................19

2.3.2 Pengujian Substantif......................................................................19

2.3.3 Penyusunan Kuesioner...................................................................20

2.3.4 Prosedur Analitis............................................................................21

2.4 Teknik Pelaksanaan Audit Sektor Publik..............................................21

2.4.1 Teknik Mengelolah Risiko Audit Sektor Publik..........................21

iii
2.4.2 Teknik Menulis Kertas Kerja Audit.............................................22

2.5 Contoh Pelaksanaan Audit Sektor Publik..............................................25

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi sektor publik dalam hal ini pemerintah, merupakan lembaga yang
menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari
masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya, pemerintahan haruslah “bersih”.
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilar
utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen tersebut
adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik
harus membuka pintu seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait berperan serta
atau berpartisipasi secara aktif. Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan
secara transparan dan pelaksanaan pemerintah tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
melaksanakan audit pada organisasi sektor publik. Audit yang dilakukan tidak
hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, melainkan sampai pada audit
kinerja apalagi pada sektor pemerintahan.
Sebelum pelaksanaan audit pada organisasi sektor publik terlebih dahulu kita
harus memahami teori dan bagaimana implementasi serta sistem dan teknik dalam
pelaksanaan audit sektor publik. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan
lebih rinci mengenai “Pelaksanaan Audit Sektor Publik”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah teori pelaksanaan audit sektor publik ?
2. Bagaimana sistem pelaksanaan audit sektor publik ?
3. Bagaimana siklus pelaksanaan audit sektor publik ?
4. Apa dan bagaimana teknik dalam pelaksanaan audit sektor publik ?
5. Contoh pelaksanaan audit sektor publik ?
1.3 Tujuan
1. Memahami teori pelaksanaan audit sektor publik.
2. Mengetahui sistem pelaksanaan audit sektor publik.
3. Mengetahui siklus pelaksanaan audit sektor publik.
4. Dapat mengetahui teknik pelaksanaan audit sektor publik.
5. Mengetahui contoh pelaksanaan audit sektor publik yang terjadi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Pelaksanaan Audit Sektor Publik


2.1.1 Pengertian Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan audit adalah salah satu tahapan dalam proses audit di mana
auditor akan mengembangkan suatu program audit, menilai keefektifan
system pengendalian internal organisasi dan melakukan pengujian-pengujian
yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang memadai. Secara
menyeluruh tujuan audit laporan keuangan sector public adalah menyatakan
pendapat tentang laporan keuangan klian apakah sudah tersaji secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum. Pernyataan pendapat tentang laporan keuangan klien
harusdidukung dengan bukti yang cukup dan kompoten. Oleh karena itu
dalam pelaksanaan audit, auditor dan tim audit memiliki tugas utama untuk
mengumpulkan bukti yang mendukung pendapat atas laporan keuangan klien.

2.1.2 Indikator pelaksanaan audit yang baik.


Indikator pelaksanaan audit sektor publik yang baik adalah yang
dilakukan sesuai dengan standar seperti yang telah ditetapkan, baik standar
internasional maupun standar yang ditetapkan di dalam Negara yang
bersangkutan. Prinsip dasar audit sektor publik internasional harus
dipertimbangkan auditor sebelum dimulainya dan selama proses audit.
Berikut adalah prinsip pelaksanaan proses audit:
1) Terkait kegiatan pelaksanaan audit
 Audit harus memastikan bahwa prosedur audit memberikan
bukti audit yang cukup tepat untuk mendukung tujuan audit
2) Kegiatan yang berkaitan dengan mengevaluasi bukti audit
menyimpulkan dan pelaporan hasil audit
 Auditor harus mengevaluasi bukti audit dan menarik
kesimpulan

2
 Auditor harus menyiapkan laporan tertulis berdasarkan
kesimpulan yang diambil

IaSebagai contoh di Indonesia, indicator pelaksanaan audit sektor


publik yang baik adalah yang dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan
keuangan Negara (SPKN). Di dalam SPKN memberlakukan tiga pernyataan
standar pekerjaan lapangan ( pelaksanaan) yang diterapkan Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) sebagai berikut:

a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan


tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas pengedalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
c. Bukti audit yang kompoten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit.

Selain itu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) juga


menetapkan standar pelaksanaan tambahan sebagai berikut:

a. Komunikasi pemeriksa
“Pemeriksa harus mengkonfirmasikan informasi yang berkaitan
dengan sifat, taat, lingkup pengujian pelaporan yang direncanakan dan
tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang diperiksa dan pihak
yang meminta pemeriksaan”.
Standar tambahan ini mensyaratkan pemeriksa untuk
memperoleh pemahaman mengenai entitas yang diperiksa dan
melakukan komunikasi dengan entitas yang diperiksa.standar
pemeriksaan member kesempatan untuk memperluas pihak yang akan
diajak berkomunikasi tentang hal yang berkaitan dengan informasi
tertentu selama perencanaan pemeriksaan termasuk kemungkinan
adanya pembatasan dalam pelaporan untuk mengurangi risiko slah
interpretasi atas hasil laporan pemeriksaan.

3
b. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
“Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya
serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan
dengan tujuan pemeriksaan”.
Hal ini mensyaratkan pemeriksa harus memperoleh informasi
dari entitas yang diperiksa untuk mengidentifikasi pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja,pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau
studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan dan berkaitan dengan
tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan.
c. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan serta
ketidakpatutan.
d. Pengembangan temuan pemeriksaan
Pemeriksa harus merencanakan dan melasanakan prosedur
pemeriksaan untuk mengembangkan unsur- unsur temuan pemeriksaan.
e. Dokumentasi pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi
pemeriksaan dalam bentuk kerja kerja pemeriksaan. Dokumentasi
pemeriksaan harus berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai
hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang
mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa.

2.1.3 Struktur pengendalian internal


Suatu prosesyang dijalankan oleh eksekutif ( kepala daerah, instansi,/
dinas, pimpinan organisasi sektor public dan segenap personel yang ada
didalamnya) didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan sebagai berikut:
a. Keandalan laporan keuagan
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

4
c. Efektifitas dan efesiensi operasional.

Apabila system pengedalian internal organisasi baik maka akan menjadi


sebuah proses penyaringan dan mencegah atau mendeteksi tingkat salah
saji.hai itu sejalan bahwa sebuah system yang baik akan mengurangi tingkat
penguajian substantif. Meskipun pada dasarnya penguajian substantif tidak
bias dihilangkan karena laporan auditor subtantifnya adalah melaporkan
jumlah angka yang ada dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material
bukan pada system yang mengasilkan angka- angka dalam laporan keuangan.
Konsep pengendalian internal
Pengendalian internal seharusnya bias membuat para pegawai
bertanggungjawab serta berbagi tugasnya, pengendalian akuntansi membuat
para pengawai akuntabel terhadap tindakan-tindakannya ( Part, Michael J,
Robert M. Kenedy dan jack Horrocks, 1985)
Jenis-jenis pengedalian internal
a. Organisasi
Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur pelaporan
untuk semua aspek operasi, dan pengendaliannya seharusnya disebutkan
secara rinci dan jelas.
b. Pemisahan tugas
Salah satu fungsi utama pengendalian adalah pemisahan tugas dan
tanggung jawab. Apabila kedua hal tersebut digabungkan maka
seseorang mampu melakukan pencatatan dan memproses sebuah
transaksi secara leengkap.
c. Fisik
Pengedalian ini berhubungan dengan supervisi aset. Prosedur dan
keamanan yang memadai dirancang untuk member keyakinan bahwa
akses baik langsung maupun tidak langsung lewat dokumentasi terhadap
aset terbatas pada personel yang berwenang.
d. Persetujuan dan otorisasi
Seluruh transaksi seharusnya diotorisasi ataupun disetujui oleh orang
yang tepat.
e. Akuntansi

5
Pengecekan keakuratan catatan, menghitung jumlah total, rekonsiliasi,
pemakaian nomor rekening, jurnal- jurnal dan akuntansi untuk
dokumen.
f. Personel
Keberadaan prosedur menjamin penempatan personel sesuai kemampuan
dan tanggung jawabnya.
g. Supervise
Setiap system pengendalian internal seharusnya mencakup supervisi oleh
atasan yang bertanggung jawab atas transaksi dan pencatatannya setiap
hari.
h. Manajemen
Ini adalah pengendalian yang dilakukan manajemen diluar tugas
rutinya.dimana hal ini meliputi pengendalian secara keseluruhan, fungsi
pengendalian internal dan prosedur review khusus lainnya.
Pengedalian operasional
Pengendalian ini berkaitan dengan cara dimana organisasi yang diaudit
mengelola pegawainya . beberapa cirri berikut seharusnya terdapat dalam
sebuah organisasi agar struktur organisasi kondusif dengan pengedalian
internal yang memadai
1) Perekrutan dan pelatihan personel yang jujur dan kompoten
2) Pemisahan fungsi
3) Pembagian tugas dan fungsi akuntansi
4) Tanggung jawab yang dirinci yang baik untuk semua personel.
Pengedalian supervisory
Aspek penting dari pengendalian adalah supervisi manajemen terhadap
aktivitas organisasi yang diaudit secara keseluruhan dan keefektifan
pengendalian internal khusus lainnya. Supervise yang efektif dihasikan dalam
pelibatan manjemen pada titik- titik penting system pengendalian internal
yaitu laporan keuangan dan analisis selisih anggaran.
Pengendalian organisasional dan pengendalian supervisory merupakan
dasar penting untuk evaluasi auditor terhadap system yang berlaku. Apabila

6
ada elemen pengendalian yang hilang, maka auditor mungkin tidak
mempunyai keyakian memadai terhadap internal khusus lainnya.
Pengedalian terhadap kelengkapan dan keakuran transaksi
Ada empat teknik pengendalian yang berhubungan secara khusus
dengan kelengkapan dan keakuratan pembrosesan tranksaksi
1) Sequence checking
Dokumen kunci seharusnya diberi nomor urut bercetak dan secara rutin
dicek untuk menghindari kehilangan pencatatan.
2) Perbandingan
Perbandingan antara sekumpulan dokumen atau catatan akuntansi
dengan yang lainnya mendeteksi ada tidaknya bukti-bukti atau catatan
yang hilang.
3) Control totals
Manfaat perbandingan atau sekumpulan dokumen atau catatan pada
permukaan proses perbandingan dan sekumpulan yang ada pada saat
proses tersebut sudah selesai.
4) Reperformance
Reperformance merupakan teknik pengendalian dimana sebuah prosedur
dilakukan oleh seorang personel dan kemudian dilakukan kembali secara
independen oleh seorang lainnya yang kemudian membandingkan
hasilnya dengan hasil asli.
Rancangan pengedalian untuk penjagaan aset
Manajemen mempunyai tanggung jawabuntuk menjaga aset- aset
organisasi. Pengendalian ini dikategori signifikan bagi auditor terutama dalam
hubungannya dengan keterjadian dan keberadaan sebuah aset.pembatasan
akses terhadap aset adalah contoh pengendalian preventif.
Pengedalian dokumentasi
Pengendalian ini memberi keyakinan bahwa system di buat sesuai
dengan tujuan awal, yaitu memberikan pemahaman yang jelas kepada
personel organisasi mengenai tugas dan tanggung jawabnya dan membuat
catatan transaksi dengan benar secara sederhana.
Ketebatasan pengendalian internal.

7
Ciri- ciri system pengendalian yang baik
1) Independen dalam prosedur pembrosesan
2) Harus ada kolusi untuk melewatinya
3) Personel dengan senioritas yang memadai
4) Secara tepat waktu.
5) Pengendalian internal yang bergantung pada pemisahan tugas dapat
dihindari dengan kolusi
6) Otorisasi dapat diabaikan dengan seseorang mempunyai kedudukan
tertentu atau oleh manajemen.
7) Personel keliru dalam memahami perintah akibat kelalaian tidak
perhatian maupun kelelahan.
Prosedur pengujian pengedalian
Jika auditor memperoleh keyakinan bahwa prosedur pengendalian
dilakukan dengan baik maka auditor harus mendapatkan bukti mengenai
keefektifan pengendalian selama periode tersebut secara keseluruhan. Ada
beberapa alternative prosedur yang dapat dilakukan yaitu:
1) Hasil pengujian pengendalian sebelumnya
2) Berdasarkan pertanyaan yang dibuat, apakah pengendalian tetap sama
untuk waktu yang tersisa sampai berakhirnya periode tersebut.
3) Sifat dan ukuran transaksi dan jumlah akun yang terlibat
4) Pengujian substantif yang dilakukan tanpa melihat kecakupan prosedur
pengendalian.
Unsur –unsur pengendalian internal
1) Lingkungan pengendalian
2) Penaksiran risiko
3) Informasi komunikasi
4) Aktivitas pengendalian
5) Pemantauan.

2.1 4 Sifat- sifat pengujian audit


Sifat pengujian audit mengacuh pada sifat dan efetifitas pengujian audit
yang akan dilaksanakan pertama prosedur audit tersebut harus dapat
memberikan bukti tentang kinerja komporatif suatu entitas atau terkait dengan

8
tujuan spesifik yang ingin dicapai auditor. Auditor juga harus
mempertimbangkan biaya relative dan efektivitas prosedur dalam kaitannya
dengan tujuan audit yang spesifik.

2.1.5 Bukti audit


Bukti audit sangat mudah memengaruhi sifat pekerjaan audit yang
tercantum pada standar ketiga pekerjaan lapangan yang menyatakan bahwa
bahan bukti kompoten yang mencukupi dapat dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi yang digunakan
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit. Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan bukti audit
yaitu:
1) Kecukupan bukti audit
2) Kompotensi bukti audit
3) Dasar yang memadai atau rasional
4) Prosedur yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti audit
Jenis bukti audit
Jenis- jenis bukti audit laporan keuangan dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Bukti fisik
Bukti fisik banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud
terutama kas dan persedian. Pemeriksaan langsung oleh auditor secara
fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam
menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan.
2) Bukti konfirmasi
Bukti konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi tingkat
reabilitasnya. Hal ini dikarenakan bukti informasi berisi informasi yang
berasal dari pihak ketiga secara langsung.
3) Bukti dokumenter
Bukti documenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit.
Bukti documenter berupa notulen rapat, faktur pembelian, dan kontrak
proyek.
4) Catatan akuntansi

9
Catatan akuntansi berupa jurnal dan buku besar, merupakan sumber data
yang digunakan untuk membuat laporan keuangan.
5) Bukti surat pernyataan tertulis
surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani satu
individu yang bertanggung jawab memiliki pengetahuan mengenai
rekening, kondisi atau kejadian tertentu.
6) Bukti matematis
Bukti matematis diperoleh auditor melalui pengulangan pekerjaan
klerikal yang telah dilakukan klien.bukti matematis merupakan bukti
audit yang bersifat kuantitatif. Bukti ini dapat digunakan untuk
membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien.
7) Bukti lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pekerjaan auditor sehingga
auditor berkesempatan mengajukan pertanyaan secara lisan.
8) Bukti analitis dan perbandingan
Bukti analitis merupakan bukti yang diperoleh dari perbandingan dan
hubungan antar data yang menentukan apakah saldo akun yang disajikan
cukup masuk akal. Bukti analitis mencakup penggunan rasio dan
perbandingan data klien dengan anggaran standar akuntan kinerja atau
kondisi alokasi umum.
9) Struktur pengendalian internal
Struktur pengendalian internal dapat digunakan untuk mengecek
ketelitian dan dapat dipercaya tidaknya data akuntansi
10) Bukti elektronik
Bukti elektronik yang dimkasud adalah informasi yang dihasilkan oleh
alat elektronik yang digunakana auditor sebagai dasar dalam memberikan
pendapat tentang penegasan.Yang termasuk bukti elektronik meliputi
penggunaan computer, sensor, magnetic, media, scanner.

2.1.6 Terminologi Pengujian

10
Secara terminologi menurut kamus besar bahasa Indonesia pengujian
berasal dari kata uji yang berarti proses,cara,pemeriksaan atau transaksi
keuangan. Pengujian dalam audit berkaitan dengan kewajaran penajian
laporan keuangan dan materialitas. Kewajaran laporan keuangan dinilai
berdasarkan asersi eksekutif.
Sedangakan aspek materialitas adalaj besarnya nilai yang dihilangkan
atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya. Waktu pengujian dapat dilakukan sebelum tanggal neraca,
saat tanggal neraca, dan setelah tanggal neraca.

Waktu Pengujian:
 Sebelum Tanggal Neraca
 Menjelang Tanggal Neraca
 Saat Tanggal Neraca
 Sesudah Tanggal Neraca

Luas Pengujian:

 Sedikit Sampel
 Banyak Sampel
 Seluruh Sampel

Di didalam pengujian audit, terdapat dua kelompok istilah, yaitu


kontroversial dan istilah nonkontroversial.

a. Istilah Kontroversial
1) Pengawasan dan Pengendalian
“Pengawasan” adalah segala yang berkaitan dengan dengan
proses pemilikan, penjagaan serta pengarahan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh, agar objek yang diawasi berjalan
menurut semestinya.“Pengendalian” adalah suatu rangkaian
kegiatan yang mencakup pengawasan atas kemajuan kegiatan
serta pemanfaatan hasil pengawasan tersebut untuk melaksanakan
tindakan korektif dalam rangka mengarahkan pelaksanaan
kegiatan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

11
2) Audit dan Pemeriksaan
Dalam hal ini audit didefinisikan sebagai suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi.
3) Audit Keuangan dan Audit Umum
Audit umum bukanlah merupakan suatu jenis audit,
penggunaan audit umum harus diartikan sebagai istilah yang
menggambarkan sifat Financial Audit yaitu yang mencakup
sasaran menyeluruh meliputi aktiva, hutang, dan modal.
4) Audit Operasional, Audit Manajemen, Audit atas Program, dan
Audit kinerja
Audit kinerja secara subtansial tidak berbeda dengan Audit
Operasional yang didalamnya mencakup pengertian Audit
Manajemen dan Audit atas Program, dalam hal ini sama-sama
mengandung unsur evaluasi atas efektivitas.
5) Audit Komprehensif
Audit komprehensif adalah suatu pendekatan audit dengan
menetapkan berbagai tipe audit, seperti audit atau laporan
keuangan, audit kinerja, dan atau audit lainnya atas berbagai aspek
yang menjadi linkup adil dalam suatu penugasan audit.
6) Pemeriksaan Serentak (Pemtak)
Pelaksanaan serentak tidak tepat dikatakan sebagai jenis audit
melainkan hanya merupakansalah satu teknis yang mencerminkan
waktu atau saat auditor melaksanakan audit.
7) Pemeriksaan Kemudian (Post Audit)
Pemeriksaan Kemudian adalah audit yang dilakukan ketika
periode akuntansi untuk seluruh kegiatan yang diaudit telah selesai,
dengan kata lain telah tersedia asersi manejemen yang akan
diverifikasi, atau kejadian yang telah selesai.
8) Audit Khusus (Special Audit)

12
Audit Khusus adalah audit yang dilakukan atas lingkup audit
yang bersifat khusus. Dengan demikian audit khusus yang
bertujuan menilai kasus tidak lancarnya pelaksanaan pembangunan
dapat digunakan istilah audit khusus atau ketidaklancaran
pelaksanaan pembangunan.
9) Pengawasan Aspek Strategi
Pengawasan Astra merupakan istilah dari audit Operasional
atau Audit atas Program dengan lingkup tertentu yang sifatnya
strategis atau sebagai hal yang strategis dari kebijaksanaan
pemerintah.
10) Evaluasi
Secara historis, evaluasi merupakan bagian dari langkah audit
yang terstandarkan, namun telah berkembang sehingga meliputi
kegiatan penilaian dalam arti luas.
11) Pengawasan Sejak Tahap Perencanaan
Pengawasan Sejak Tahap Perencanaan merupakan suatu
upaya penerapan prinsip pengendalian manajemen dalam tiap tahap
proses perencanaan pembangunan untukmeyakinkan bahwa
perencanaan pembangunan terdokumentasi, dapat diverifikasi dan
dapat dipertanggungjawabka.
12) Pengawasan Melekat (Waskat)
Waskat bukanlah sesuatu yang dapat dipisahkan dari
organisasi dan manajemen, dalam hal ini waskat melekat pada
sistem yang dikembangkan. Pengawasan atasan langsung
merupakan sub sistem pengawasan berupa supervisi dari atasan
kepada bawahan.
13) Pengawasan Fungsional (Wasnal)
Pengawasan Fungsional menunjkan pengawasan yang
dilakukan oleh orang atau lembaga yang ditugaskan khusus untuk
fungsi pengawasan.

14) Pengawasan Masyarakat (Wasmas)

13
Pengawasan Masyarakat adalah merupakan usaha
pengikutsertaan masyarakat dalam pengawasan agar kebijakan
pembangunan berjalan sebagaimana mestinya, dan mengandung
maksud mendorong akuntabilitas publik.
b. Istilah Non Kontroversial
1) Tax Auditing
Istilah Tax Auditing hendaknya disebut dengan istilah audit
pajak yang didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk
mencari, mengumpulkan, dan mengelolah data dan atau keterangan
lainnya.
2) Fraud Audit
Fraud Audit hendaknya disebut dengan istilah audit atas
kecurangan, yang dapat didefinisikan sebagai audit khusus yang
dimaksudkan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya
penyimpangan atau kekurangan atas transaksi keuangan.
3) Social Audit
Social Audit adalah audit yang menyangkut pemantauan,
penilaian, dan pengukuran prestasi organisasi dan keterlibatannya
dengan masalah-masalah sosial.
4) Quality Audit
Quailty audit atau audit mutu dapat didefenisikan sebagai
suatu pemerikasaan yang sistematik dan independen untuk
menentukan apakah kualitas aktifitas dan pencapaian hasil sesuai
dengan rencana yang sudah dirancang, dan apakah rancangan
tersebut dapat diimplementasikan secara efektif dalam pencapaian
tujuan.
5) Single Audit
Single audit bukanlah jenis audit, melainkan merupakan
pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan audit secara
efisien.

6) Risk Based Audititng

14
Risk based auditing atau audit berpeduli resiko adalah suatu
audit yang dimulai dengan proses penilaian resiko audit, sehingga
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih
difokuskan pada area-area penting yang beresiko dari
penyimpangan, kekurangan.
7) Legal Auditing
Legal audit atau audit kekuatan adalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan apakah kegiatan suatu entitas itu
sesuai atau tidak dengan standar atau kebijakan yang dikeluarkan
manajemen atau hukum dan peraturan pemerintah yang berlaku.
8) Due Diligence Audit
Due diligence audit didefenisikan sebagai suatu audit yang
mendalam dan menyeluruh dari segala aspek yang diarahkan untuk
suatu tujuan tertentu, agar dapat melindungi kepentingan klien
(umumnya dikalangan perbankan).
9) Audit Lingkungan
Audit lingkungan adalah proses verifikasi sistematis dan
terdokumentasi terhadap perolehan dan evaluasi buktiaudit yang
dilakukan secara objektif untuk menentukan bahwa suatu aktivitas
lingkungan, kejadian, kondisi, sistem manajemen, atau informasi
tertentu tentang maslah lingkungan sesuai dengan kriteria audit,
dan melaporkan hasil dari proses itu kepada klien.
10) Katalisator
Katalisator dalam internal auditing merupakan suatu fungsi
auditor internal untuk membantu organisasi secara langsung dalam
mempercepat penyelesaian suatu masalahdan pencapaian tujuan
sesuai dengan ruang lingkup kewenangannya.
11) Objek Pemeriksaan (Obrik)
Istilah obrik tidak hanya dimaksudkan sebagai entitas
ekonomi atau instansi yang diaudit tetapi dapat berupa aktivitas,
program, fungsi, atau operasi suatu entitas yang dinilai mempunyai
masalah audit yang potensial.

15
12) Electronic Data Procesing (EDP) Audit
EDP audit adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi
bukti untuk menetapkan apakah sistem (pembukuan) komputer
dapat mengamankan harta, menjaga integritas data, tujuan
organisasi dapat tercapai dengan efektif dengan penggunaan
sumber - sumber daya secara efisien.
13) Audit Eksternal dan Audit Internal
Audit eksternal adalah suatuproses pemeriksaan yang
sistematik dan objektif yang dilakukan oleh auditor eksternal
(Independen) terhadap laporan keuangan suatu organisasi atau unit
organisasi lain dengan tujuan untuk memberikan pendapat
mengenai kewajaran keadaan keuangan dan hasil usaha organisasi.
Audit internal merupakan pengawasan manajerial yang
fungsinya mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian
dengan tujuan membantu semua anggota manajemen dalam
mengelola secara efektif pertanggungjawaban dengan cara
menyediakan analaisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-
komentar yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang
ditelaah.
14) Audit Pemerintah
Audit pemerintah adalah pengawasan terhadap
penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan, dengan presiden
selaku top eksekutif yang menjalankan pemerintahannya ssuai
amanat stakholder.
15) Audit Independen
Audit Independen adalah pengawasan yang dilakukan dengan
sikap mental yang tidak memihak, kecuali kepada fakta yang
didapat dalam proses pelaksanaan audit.

2.2 Sistem Pelaksanaan Audit Sektor Publik


2.2.1 Pengumpulan Data

16
Berikut kegiatan pengumpulan data :
a. Wawancara
Hal-hal terkait wawancara adalah :
1) Pertanyaan pembukaan
Pada tahap permulaan dari wawancara hendaknya pertanyaan
berkisar pada masalah yang netral dan ringan.
2) Gaya bicara
Gaya bicara dalam wawancara hendaknya tersusun baik, jengen
berbelit-belit.
3) Nada dan irama dalam memberi pertanyaan
Nada berfungsi agar orang yang diwawancara mengerti dan dapat
memberikan jawaban yang dibutuhkan. Sedangkan, irama bicara
juga dapat membantu kelancaran wawancara.
4) Sikap Pewawancara
Sikap pewawancara idealnya dapat menimbulkan suasana penuh
keakraban, suasana yang bebas dan tidak kaku serta penuh
kehangatan.
5) Uraian dengan kata-kata sendiri.
Peranan pewawancara adalah harus dapat membentuk pihak yang
diwawancara agar dapat merumuskan keterangannya dalam kata-
kata yang lebih tepat dan begitu juga pewawancara terhadap
dirinya sendiri.
6) Membuat catatan
Sebaiknya dibuat catatan dari hasil wawancara yang diperoleh
7) Menilai jawaban
Ketelitian dari pencatatan tegantung kepada ketepatan penilaian
pewawancara terhadap jawaban ataupun informasi yang diberikan
pihak yang diwawancarai.

b. Me-review Dokumen

17
1) Auditor harus mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan sasaran dan ruang lingkup pekerjaan audit.
2) Bukti audit harus cukup, kompeten, relevan, dan bermanfaat
untuk memberikan dasar bagi temuan-temuan audit dan
penyusunan rekomendasi.
3) Prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti audir
harus diseleksi lebih lanjut, dapat dipraktikan dan diperluas atau
diubah bila situasi memungkinkan.
4) Guna memelihara objektivitasnya dan untuk mencapai sasaran
audit, pengumpulan, penganalisisan, intepretasi dan
pendokumentasian bukti audit harus diawasi (disupervisi).
5) Kertas kerja audit harus disiapkan dan di-review guna
mendokumentasikan bukti audit.
c. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Macam-macam
observasi yaitu observasi partisipatif, observasi terus terang atau
tersamar, dan observasi tak berstruktur.

2.2.2 Analisis Data


Terdapat 3 pendekatan yang dilakukan oleh auditor dalam memeriksa
laporan keuangan klien yang telah mempergunakan Sistem Informasi
Akuntansi :
a. Pemeriksaan sekitar komputer. Asumsi yang digunakan untuk
pendekatan ini adalah bila sampel output dari suatu sistem ternyata benar
berdasarkan masukan sistem tadi, maka pemrosesannya tentunya dapat
diandalkan.
b. Pemeriksaan dengan komputer. Pendekatanni digunakan untuk
mengotomatisasi banyak kegiatan audit.

18
c. Pemeriksaan melalui komputer. Pendekatan ini lebih menekankan pula
langkah pemrosesan serta pengendalian program yang dilakukan oleh
sistem komputer.

2.3 Siklus Pelaksanaan Audit Sektor Publik


2.3.1 Pengujian Kepatuhan
Dalam audit kinerja, auditor melaksanakan pengujian kepatuhan
organisasi terhadap ketentun peraturan perundang-undangan dan
pengendalian internal. Saat melakukan audit kinerja, auditor harus
mengkomunikasikan sifat pekerjaan audit dan tingkat keyakinan, dengan
memberikan penekanan bahwa pekerjaan audit dan pelaporan yang berkaitan
dengan pengujian pengendalian internal, kepatuhan atas ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengujian validitas bukti transaksi
Pengujian validitas bukti transaksi dilakukan untuk menentukan :
1) Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien
2) Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam
jurnal
3) Kebenaran pelaksanaan posting atau transaksi tersebut ke dalam
buku besar dan buku pembantu.
Pengujian pelaksanaan peraturan/regulasi
Entitas pemerintahan, organisasi nirlaba, atau perusahaan dapat
menugasi auditor untuk mengaudit laporan keuangan entitas tersebut
berdasarkan Standar Audit Pemerintah. Dalam melaksanakan audt
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, auditor harus memikul
tanggungjawab melampaui tanggungjawab yang dipikul dalamaudit
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik
Indonesia.

2.3.2 Pengujian Substantif


Perancangan Pengujian Substantif
Perancangan substantif meliputi:
a. Sifat Pengujian

19
b. Waktu Pengujian
c. Luas pengujian substantif

Prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif


a. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan
kinerja tugas mereka
b. Pengamatan atau observasi
c. Menginspeksi dokumen dan catatan
d. Melakukan perhitungan
e. Konfirmasi
f. Analisis
g. Tracing atau pengutusan
h. Vouching atau penelusuran
Sifat atau jenis substantif
a. Pengujian rinci atau detail saldo
1. Menilai materialitas dan resiko bawaan suatu akun
2. Menetapkan resiko pengendalian
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap
tujuan spesifik audit secara memuaskan.
b. Pengujian rinci atau detail transaksi
c. Pengujian detail akun

Penentuan saat pelaksanaan pengujian substantif


Tingkat resiko deteksi yang dapat diterima, mempengaruhi penentuan
waktu pelaksanaan pengujian substantif. Jika resiko deteksi rendah, maka
pengujian substantif lebih baik dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal
neraca.
Luas pengujian substantif

20
Semakin rendah tingkat resiko deteksi dapat diterima, ssemakin banyak
bukti diperlukan. Auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun
dengan cara mengubah luas pengujian substantif yang dilakukan.

2.3.3 Penyusunan Kuisioner


Pengumpulan data yang dilakukan auditor meliputi pengamatan dan
pengukuran. Terdapat banyak metode untuk mengumpulkan data, diantaranya
adalah kuisioner, wawancara, observasi langsung dan perhitungan.
Kemahiran auditor mendesain dan menerapkan metode yang dipilihnya
merupakan kunci untuk memastikan bahwa data yang diperoleh merupakan
bukti yang cukup, kompeten dan relevan.
2.3.4 Prosedur Analitis
Prosedur analitis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang
dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data
keuangan dan data nonkeuangan.
Ada enam langkah yang harus dilakukan auditor dalam melakukan
prosedur analitis, yaitu :
1. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan
dibuat.
2. Mengembangkan ekspetasi.
3. Melakukan perhitungan dan perbandingan.
4. Menganalisis data.
5. Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak
diharapkan yang signifikan
6. Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan terhadap
perencanaan audit.

2.4 Siklus Pelaksanaan Audit Sektor Publik


2.4.1 Teknik Mengelolah Risiko Audit Sektor Publik
Risiko audit merupakan salah satu yang menjadi perhatian auditor
dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab profesionalnya dan

21
kemungkinan terjadinya risiko audit. Risiko audit dapat ditimbulkan dari
tingkat penemuan yang direncanakan dalam menghadapi penyimpangan.
Risiko audit berarti auditor menerima tingkat ketidakpastian tertentu
dalam melaksanakan audit.
Mengetahui Risiko
Risiko deteksi (detection risk) adalah risiko bahwa auditor tidak akan
mendeteksi salah saji material menggunakan prosedur analitik atau pengujian
substantif risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
Alasan tingginya risiko deteksi :
a. Badan pengatur sedikit dan lemah
b. Umumnya miskin kualitas auditor
c. Hukuman yang rendah untuk pelanggaran
1) Inherent Risk
Inherent Risk adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat pengendalian yang terkait (maksudnya bahwa risiko bawaaan
timbul dengan asumsi pengendalian internal dalam organisasi tidak ada.
Jika sekiranya pengendalian internal dalam organisasi memadai serta
efektif dalam pelaksanaannya dengan sendirinya risiko bawaan akan
dapat diminimalisasi.
2) Risiko Pengendalian (Control Risk)
Control Risk adalah risiko hahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal entitas.
3) Audit Risk
Seperti yang dijelaskan dalam SPAP PSA seksi 312 paragraf 28 bahwa
risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi.
Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini
auditor, semakin besar adanya risiko deteksi yang dapat diterima.
Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko
pengendalian, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
2.4.2 Teknik Menulis Kertas Kerja Audit

22
Kertas kerja audit adalah kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama
melakukan pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan
yang telah dilaksanakan, metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta
kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat.
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit :
 Untuk mengkoordinasi dan mengorgani jikasasi semua tahap
pengauditan.
 Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan
atas laporan keuangan yang diaudit.
 Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi
pengauditannya.
 Sebagai pedoman dalam pengauditan berikutnya.
Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit ;
 Pembuatan heading
 Nomor indeks
 Tick marks
 Pencatuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan
tanggal pembuatan serta penelaahan.
Faktor Yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Kertas Kerja Audit ;
 Kertas kerja harus dibuat lengkap
 Teliti
 Ringkas
 Jelas
 Rapi
Tipe Kertas Kerja ;
 Audit Program
 Working Trial Balance
 Summary of Adjusment Journal Entries
 Top Schedules
 Supporting Schedules
Review Kertas Kerja Dan Keseimpulan

23
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, dan informasi
yang diperolehnya. Dan, keseimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan
pelaksanaan audit. Kertas kerja merupakan media penghubung antara catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, pembuatan dan penyimpangan kertas kerja
merupakan pekerjaan yang penting dalam audit.
Isi Kertas Kerja
Dalam SA 339, SPAP – IAI dan SAP 7.63, kertas kerja biasanya berisi
dokumentasi yang memperlihatkan :
a. Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik yang
menunjukan dilaksanakanya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang telah dilakukakn.
c. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan,
dan pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompoten
yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan standar
pekerjaan lapangan ketiga.
Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Membuat Kertas Kerja
Untuk membuktikakn kecakapan teknis dan keahlian profesional, seorang
auditor dapat menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat. Agar kertas kerja
bermanfaat, hal-hal tertentu harus diperhatikan dalam pembuatannya. Untuk itu,
kertas kerja yang dibuat harus
a. Lengkap
 Beriasi semua informasi pokok
 Tidak memerlukan penjelasan lisan sebagai tambahan.
b. Teliti
Harus bebas dari kesalahan, baik kesalahan penulisan maupun kesalahan
dalam penjumlahan.
c. Ringkas
d. Jelas

24
Auditor harus menggunakan istilah-istilah yang tidak menimbulkan
pengertian ganda.
e. Rapi
Jenis Kertas Kerja
a. Program audit
b. Working trial balance
c. Ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali.
d. Daftar pendukung
e. Daftar utama
f. Memorandum audit dan dokumentasi informasi pendukung.
Penelaahan Kertas Kerja
Penelaahan pada umumnya dilakukan dengan 2 tahap. Tahap pertama
dilakukan jika pekerjaan pemeriksaan pada suatu segmen tertentu sudah selesai.
Penelaahan yang kedua dilakukan bila semua pekerjaan lapangan sudah
diselesaikan.
Pemilikan Dan Penyimpanan Kertas Kerja
Kertas kerja adalah milik lembaga yang mengaudit, bukan milik pribadi
auditor maupun yayasan. Kertas kerta tidak boleh diaangap sebagai bagian maupun
sebagai pengganti catatan akuntansi klien. Auditor harus menerapkan prosedur
yangmemadai untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan kertas kerja, dan harus
menyimpannya minimal selama sepuluh tahun.
Hubungan Antar Kertas Kerja Audit
Untuk suatu bagian tugas pengauditan yang saling berkaitan, kertas kerja
audit yang dihasilakan tentu saling berkaitan pula. Dengan demikian, antar kertas
kerja dapat terjadi saling hubungan cek silang.
Isi Dan Bentuk Laporan
Laporan hasil audit disiapkan dengan pengarahan ketua tim yang bertanggung
jawab atas keakuratan dan kelengkapan laporan hasil audit. Laporan audit berisi
tentang pelaksanaan audit secara lengkap. Dalam laporan audit harus dicantumkan
tanggal dan diotorisasi oleh ketua tim audit dan pimpinan teraudit. Laporan hasil
audit harus dibuat tertulis, sistematis serta diuraikan secara singkat dan mudah
dipahami.

25
2.5 Contoh Pelaksanaan Audit Sektor Publik

Contoh pelaksanaan audit pendapatan dan verifikasi kinerja program


pendapatan pemeriksaan atas Pos Pendapatan Asli Daerah

1) Lakukan pengujian untuk menentukan, apakah nilai realisasi pos pendapatan


pajak daerah dan pos retribusi daerah yang dibukukan telah mencakup seluruh
hak daerah yang telah diterima oleh kas daerah pada tahun anggaran
perhitungan. untuk itu, salinan rekening koran kas daerah diperoleh, kemudian
diteliti apakah terdapat setoran melalui transfer atas pajak dan retribusi daerah
yang dilakukan pada tahun anggaran perhitungan dan telah diterima oleh kas
daerah tercantum pada sisi kredit rekening koran kas daerah dan telah dibukuka
pada sisi debet, tetapi belum dibukukan dalam ayat bersangkutan dan belum
disajikan dalam lampiran perhitungan anggaran pendapatan. Apabila terjadi hal
demikian, lakukan koreksi tambah sejumlah setora yang belum dibukkan dan
belum disajikan dalam lampiran tersebut. Lakukan koreksi kurang apabila terjadi
hal yang sebaliknya, yaitu setoran pajak dan retribusi daerah yang diterima oleh
kas daerah pada tahun anggaran yang lalu tetapi baru di bukukan dan disajiakn
dalam lampiran tahun anggaran perhitungan.
2) Lakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan uang berupa Surat Tanda
Setoran (STS) untuk menentukan apakah posting atas penerimaan pajak dan
retribusi daerah tersebut telah sesuai dengan ayat pendapatan yang bersangkutan
dan apakah telah disajikan sesuai dengan ayat tersebut. Apabila terjadi kesalaan
pembebanan, lakukan koreksi tambah dan koreksi kurang pada masing-masing
ayat dimaksud.
3) Laukakan konfirmasi pada instansi yang terkait dengan pemungutan pajak
daerah seperti PT PLN atas pemungutan PPJU, yaitu untu menentukan apakah
jumlah PPJU yang disetorkan ke kas daerah telah dibukukan dan ayat
pendapatan PPJU, adalah pendapatan bruto yang belum dipotong upah pungut
dan belum dikompensasikan dengan pembayaran rekening listrik pemda.
Apabila pendapatan PPJU yang dibukukan dan disajikan dalam lampiran

26
tersebut, adalah pendapatan neto, maka koreksi tambah pada ayat pendapatan
PPJU dilakukan sebesar upah pungut ditambah biaya rekening listrik pemda,
sekaligus lakukan pula koreksi tambah pada pasal biaya upah pungut dan pasar
belanja ongkos kantor untuk langganan listrik.
4) Dari hasil konfirmasi tersebut diatas, kesalahan penyetoran atas pendapatan
PPJU oleh PT PLN diketahui, misalnya PPJU yang semestinya merupakan hak
pemerintah daerah “X”/ tetapi , oleh PT PLN disetorkan ke kas pemerintah
daerah “y”. Hal ini berati bahwa, bagi pemerintah daerah ”Y”, ada bagian
pendapatan PPJU yang bukan haknya; atas kejadian, apabila sampai akhir tahun
anggaran belum disetorkan kembali dan tidak disajikan sebagai pendapat dalam
perhitungan UKP tahun anggaran perhitungan pemerintah daerah “Y”, lakukan
koreksi kurang pada lampiran ayat pendapatan PPJU sebesar pendapatan PPJU
yang bukan haknya, dan lakukan pula koreksi tambah sebesar PPJU yang bukan
haknya tersebut.
5) Apabila kejadian seperti tersebut diatas (butir 4), oleh pemerintah daerah “Y”
pada tahun anggaran perhitungan telah dikembalikan kepada pemerintah daerah
“X”, tetapi nilainya melebihi dan yang bukan menjadi haknya, dan ternyata atas
kelebihan pengeluaran tersebut tidak dimuat dalam bagian, pos, pasal belanja ,
maka koreksi tambah sebesar kelebihan tersebut dilakukan atas belanja dan
lakukan koreksi dengan memuat pada sisi pendapatan sejumlah PPJU yang
menjadi hak pemerintah daerah “X” dan memuat pada sisi belanja sejumlah
yang dikembalikan (termasuk kelebihannya).
6) Lakukan pengujian untuk menentukan, apakah pengembalian pajak daerah
skepada wajib pajak yang dilakukan dengan penerbitan SPMU pada tahun
anggaran perhitungan yang telah diperhitungkan dengan mengurangi nilai
realisasi penerimaan pajak daerah yang disajikan dalam lampiran pada ayat
bersangkutan. Bila belum dikurangkan, lakukan koreksi kurang sebesar
pengembalian pajak tersebut.

Contoh pelaksanaan audit pembiayaan dan verifikasi kinerja program


pembiayaan
 Dokumen sumber transaksi pembiayaan penerimaan

27
Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat
transaksi pembiayaan penerimaan adalah :

No Jenis Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen


Sumber

1 Penggunaan SILPA tahun Copy surat perintah - Nota kredit


anggaran sebelumnya. pemindahbukuan. bank

2 Pencairan dana cadang. Copy surat perintah - Nota kredit


pemindahbukuan. bank

3 Hasil penjualan kekayaan daerah Surat tanda setor. - Nota kredit


yang dipisahkan. bank

4 Penerimaan pinjaman daerah. - Surat tanda - Nota kredit


bukti bank
penerimaan/b
ukti transfer.
- Bukti
penjualan
obligasi.

5 Penerimaan kembali pemberian Surat Tanda Setor - Bukti


pinjaman. (STS) transfer.
- Nota kredit
bank.

6 Penerimaan piutang daerah Surat Tanda Setor - Bukti


(STS) transfer.
- Nota kredit
bank.

 Dokumen sumber transaksi pembiayaan pengeluaran

28
Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat
transaksi pembiayaan pengeluaran adalah :

No Jenis Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen


Sumber

1 Pengisian dana cadangan. Surat perintah - SPD


pencairan dana - SPM
(SP2D) perda
tentang dana
cadangan.

2 Penyertaan modal pemerintah Surat Perintah - SPD


daerah. Pencairan Dana - SPM
(SP2D)

3 Pembayaran pokok pinjaman. Surat Perintah - SPD


Pencairan Dana - SPM
(SP2D)

4 Pemberian pinjaman daerah. Surat Perintah - SPD


Pencairan Dana - SPM
(SP2D) - Perjanjian
pinjaman.

Contoh Pelaksanaan Audit Dan Verifikasi Kinerja Aktiva Tetap


 Pengertian
aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam kegiatan
operasi penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah pusat/daerah atau
entitas sektor publik, serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
 Klasisfikasi
Aktiva tetap dikelompokkan sebagai berikut :

29
1) Tanah.
2) Jalan dan Jembatan.
3) Bangunan Air.
4) Instalansi.
5) Jaringan.
6) Bangunan Gedung.
7) Monumen.
8) Alat-alat Besar.
9) Alat-alat Angkutan.
10) Alat Bengkel.
11) Alat-alat Pertanian.
12) Alat Kantor Dan Rumah Tangga.
13) Alat Studio.
14) Alat Kedokteran.
15) Alat Labolatorium.
16) Buku/Perpustakaan.
17) Barang Bercorak Kesenian.
18) Hewan, Tumbuh-tumbuhan, Ternak.
 Prosedur Pencatatan dan Pelaporan
Semua pengeluaran pembangunan yang menghasilkan aktiva tetap
akan dicatat sebagai aktiva tetap pemerintah pusat/daerah pada saat selesai
dibangun dan diserahterimakan.
Pencatatan aktiva tetap secara rinci dilakukan pada kartu aktiva tetap
yang berfungsi seagai buku tambahan. Apabila proses pencatatn dilakukan
dengan menggunakan aplikasi komputer, maka kartu aktiva tetap tidak
berupa fisik tetapi berupa file data komputer. Agar memudahkan melakukan
kompilasi dan penelusuran kembali data suatu aktiva tetap, maka setiap
kartu aktiva tetap harus diberi nomor dan sistematis.
 Prosedur Aktiva Tetap
Pelaku Aktivitas
Sub Bagian Umum  Mengirimkan kartu aktiva tetap dan
bukti memorial
pemakaian/penyusutan aktiva tetap.

30
 Mengajukan surat permohonan
pembelian aktiva tetap.
 Menerima surat keputusan otoritas
(SKO).
 Menerima uang dari bendaharawan.
 Mangarsipkan kartu aktiva tetap
Kepala Dinas  Menerima kartu kativa tetap, bukti
memorial dan surat permohonan.
 Membuat SKO.
 Mendistribusikan SKO, kartu aktiva
tetap dan bukti memorial.
Bendaharawan  Menerima SKO dan bukti
memorial.
 Mengirimkan bukti memorial ke
Sub Bagian Keuangan.

Contoh Pelaksanaan Audit Dan Verifikasi Kinerja Jasa Personalia

Audit pada:

1) Asersi keberadaan dan keterjadian.


a. Transaski biaya gaj tercatat menggambarkan kompensasi atas jasa yang
dihasilkan pegawai dalam suatu periode, dan seperti yang tercantum
dalam laporan laba rugi.
b. Pajak penghasilan gaji tercatat menggambarkan pajak penghasilan yang
harus dipotong dan dibayarkan sesuai jumlah kompensasi yang diterima
pegawai dalam suatu periode.
c. Saldo utang gaji, dan utang pajak menggambarkan jumlah yang harus
dibayar entitas pada tanggal neraca.
2) Asersi kelengkapan.
a. Biaya gaji, dan pajak penghasilan pegawai yang tercatat, meliputi
seluruh biaya yang dikeluarkan sebagai imbalan atas jasa pegawai
selama satu periode.

31
b. Pajak penghasialn gaji tercatat meliputi seluruh pajak penghasilan yang
pegawai harus dipotong dan dibayarkan atas seluruh kompensasi yang
diterima pegawai dalam suatu periode.
c. Saldo utang gaji, dan pajak penghasilan, yang tercatat, meliputi seluruh
jumlah yang menjadi kewajiban entitas pada tanggal neraca.
3) Asersi hak dan kewajiban.
Auditor berkaitan dengan asersi ini, berusaha memastikan apakah
entitas mempunyai kewajiban legal atas biaya gaji, utang gaji, dan pajak
penghasilan pegawai. Tujuan asersi hak dan kewajiban adalah bahwa utang
gaji, serta pajak penghasilan yang dibebankan merupakan kewajiban legal
entitas pada tanggal neraca.
4) Asersi penilaian dan pengalokasian.
a. Biaya gaji merupakan ringkasan jumlah akurat dari penerimaan bruto
pegawai yang dihitung secara tepat untuk setiap periode pembayaran.
b. Biaya pajak penghasilan pegawai telah dihitung secara tepat dengan
menggunakan tarif penghasilan yang tepat.
c. Utang biaya gaji dan biaya pajak penghasilan pada tanggal neraca telah
ditentukan secara tepat.
5) Asersi pelaporan dan pengungkapan.
a. Biaya gaji, pajak penghasilan pegawai, telah diidentifikasikan dan
dikelompokkan secara tepat dalam laporan laba rugi.
b. Rekening utang biaya gaji, dan utang pajak penghasilan pegawai telah
diidentifikasikan dan dikelompokkan secara tepat dalam neraca sebagai
utang lancar.

Contoh Pelaksanaan Audit Dan Verifikasi Kinerja Investasi


 Pengujian Substantif Saldo Investasi
Dalam rangka untuk merancang pengujian substantif, auditor pertama
kali harus menentukan tingkat risiko deteksi yang diterima untuk masing-
masing asersi terkait signifikan. tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung
pada besarnya risiko audit yang ditetapkan, risiko bawaan dan risiko
pengendalian.
 Pemeriksaan Atas Pos Pinjaman Pemerintah Daerah.

32
1) Lakukan pengujian untuk menentukan, apakah nilai realisasi
penerimaan pinjaman daerah yang dibukukan dan disajikan dalam
lampiran adalah benar-benar merupakan realisasi penerimaan
pinjaman yang teah diterima oleh kas daerah dalam tahun anggaran
perhitungan dan bukan jumlah pinjaman berdasarkan surat perjanjian
pinjaman.
2) Lakukan pengujian untuk menentukan, apakah nilai realisasi
penerimaan pinjaman daerah pada lampiran daftar utang/kewajiban
yang belum dibayar pada akhir tahun anggaran yang belum
kadaluwarsa sama dengan yang disajikan dalam lampiran yaitu
realisasi penerimaan pinjaman yang telah diterima oleh kas daerah
dalam tahun anggaran perhitungan dan bukan jumlah pinjaman
berdasarkan surat perjanjian pinjaman.

Contoh Pelaksanaan Audit Dan Verifikasi Kinerja Saldo Kas


 Mengusut (Tracing) Transfer Bank
Kebanyakan pemerintah daerah mempunyai beberapa rekening
dalam beberapa bank. Hal ini membuka kesempatan terjadinya kitting.
Pemerintah daerah melakukan kitting dengan dua alternatif alasan
sebagai berikut :
a. Pegawai yang bertugas mengelola cek melakukan pencurian uang atau
korupsi, dan pegawai yang melakukan kitting untuk menyembunyikan
adanya korupsi.
b. Pimpinan ingin agar akun kas dalam neraca overstate sehingga posisi
keuangan organisasi tampak baik.

Contoh Pelaksanaan Audit Dan Verifikasi Kinerja Ekuitas


 Prosedur Pemeriksaan Permodalan/Ekuitas.
1. Pelajari dan evaluasi pengendalian internal permodalan transaksi jual
beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham.

33
2. Minta salinan akte pendirian, SK pengesahan MenKeh dan HAM, SK
BKPM/BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden untuk disimpan
dalam permanent file.
3. Cocokkan data akte pendirian dengan modal yang tercantum di neraca
dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan yang mempunyai tambahan
setoran modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran,
dan pembukuan lainnya, otorisasi dari pejabat berwenang dan instansi
pemerintah.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan ;
a. Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta
premium dan discount dari penjualan saham.
b. Jenis saham yang dimiliki.
c. Rincian pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung setiap ada perubahan dalam perkiraan
Retained Earnings Deficit.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa ;
a. Bentuk pembagian dividen
b. Kebenaran pencatatan.
c. Otorisasi pejabat yang berwenang.
d. Kesesuaian aspek perpajakan dengan peraturan perpajakan.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah melebihi modal
disetor, kalau ini terjadi pertimbangan going concern perusahaan.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegamg saham atau
Biro Administrasi Efek (Stock Transfer Agent).
10. Seandainya ada treasury stock, periksa ;
a. Bukti pembelian dan otoritasnya.
b. Bukti penjualan dan otoritasnya (jika treasury stock dijual
kembali).
c. Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock.
11. Periksa penyajian ekuitas di neraca.

34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Audit pada organisasi sektor publik telah menjadi isu penting dalam
mewujudkan good governance. Audit sangat penting dilakukan untuk menilai dan
melihat bagaimana kinerja pemerintah dalam melayani masyarakat pada umumnya.
Sistem pelaksanaan audit sektor publik meliputi pengumpulan data dan juga
analisis data. Adapun siklus dalam pelaksanaan audit sektor publik adalah ;
1. Pengujian kepatuhan
2. Pengujian substantf
3. Penyusunan koesioner
4. Prosedur analitis.

35
Didalam pelaksanaan audit sektor publik, secara garis besar teknik audit
mencakup ;
1. Teknik mengelolah risiko audit sektor publik
2. Teknik menulis kertas kerja

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra.2013. Audit Sektor Publik. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

36

Anda mungkin juga menyukai