Kelompok 4 :
Christy Saleh 2017-30-053
Marsya D. Tahya 2017-30-183
Alfian Luturmas 2017-30-186
Erika Luhukay 2017-30-203
Elitha Molle 2017-30-333 AKUNTANSI
Stanley Soplanit 2017-30-354 SEKTOR PUBLIK
Jofanny Manuputty 2017-30-366
Frans Malessy 2017-30-382
Pieter Tahalele 2017-30-393
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PATTIMURA
KATA PENGATAR
Penulis
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Secara umum proses audit sektor publik, selain untuk menguji kelayakan
penyajian laporan keuangan, auditor juga disyaratkan untuk menguji efektifitas
pengendalian intern, memeriksa kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap
peraturan perundangan serta memeriksa kemungkinan terjadinya kecurangan dan
ketidakpatuhan. Temuan audit yang berupa temuan atas pengendalian intern,
temuan atas ketaatan terhadap peraturan perundangan dan temuan kecurangan dan
ketidakpatuhan selanjutnya harus disajikan menurut elemen temuan yang terdiri
dari kriteria, kondisi, sebab, dan akibat. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
manajemen atau lembaga pengawas auditan dalam memahami perlunya untuk
melakukan tindakan perbaikan. Sebagai tambahan auditor juga harus memberikan
rekomendasi untuk tindakan perbaikan.
Menurut ISO 9000, temuan audit adalah hasil evaluasi dari bukti audit yang
dikumpulkan terhadap kriteria audit. Temuan audit dapat mengindikasikan, baik
kesesuaian ataupun ketidak sesuaian dengan kriteria audit atau peluang perbaikan.
Temuan audit ini harus mudah dan cepat dipahami pembaca, untuk kemudian
mengkomunikasikan dengan entitas yang diaudit. Kegiatan menyusun temuan
audit merupakan tahap akhir dari dari pelaksanaan audit (audit terinci), sebelumnya
melangkah pada tahap pelaporan.
Temuan audit merupakan bagian dari suatu proses audit kinerja dimana
bagian ini memuat pesan pokok yang ingin disampaikan auditor ke pembaca
laporan, dan merupakan alasan utama dibuatnya laporan tersebut. Temuan audit
adalah kesimpulan akhir dari kegiatan pemeriksaan, yaitu auditor melakukan
pemeriksaan dengan mengumpulkan bahan bukti audit (audit evidence collection)
kemudian melakukan analisis/evaluasi terhadap bahan bukti audit (audit evidence
evaluation).
b. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Teori Pembuatan Daftar Temuan ?
2. Bagaimana Sistem Pembuatan Daftar Temuan ?
3. Bagaimana Siklus Pembuatan Daftar Temuan ?
4. Bagaimana Teknik Pembuatan Daftar Temuan ?
5. Bagaimana Contoh Daftar Temuan ?
c. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan Tentang Teori Pembuatan Daftar Temuan
2. Menjelaskan Bagaimana Sistem Pembuatan Daftar Temuan
3. Menjelaskan Tentang Siklus Pembuatan Daftar Temuan
4. Menjelaskan Bagaimana Teknik Pembuatan Daftar Temuan
5. Memberikan Contoh Daftar Temuan
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi
"Kondisi" menunjukkan suatu kesimpulan, masalah, atau kesempatan yang dicatat
selama review audit. Kondisi ini mengarahkan secara langsung tujuan yang
dikendaJikan atau beberapa standar kinerja lainnya. Contoh pernyataan kondisi,
antara lain:
"Pihak yang mempunyai kewenangan tidak memberikan otorisasi dokumen
ini''.
"Rekening tidak direkonsiliasi selama tiga bulan''.
"Proses dapat dirampingkan untuk menghemat waktu kerja enam jam per
hari''.
Saat pendokumentasian, kondisi, kerincian, dan penjelasan masalah amat
diperlukan. Seseorang yang tidak berpartisipasi dalam audit, tetapi pemahaman
tentang masalah atau mekanisme kerja objek, diperlukan agar seseorang dapat
diikutkan dalam tim.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikaitkan dengan kondisi adalah:
Apakah masalahnya? (What is it?)
Apakah kekurangannya? (What is defective?)
Apakah yang tidak dipenuhi? (What is deficient?)
Apakah yang ada di dalam kesalahan tersebut? (Whatis in error?)
Apakah masalahnya telah diisolasi atau telah menyebar (is theproblem
isolated or widespread?)
Kriteria
Elemen ini menguraikan standar yang digunakan sebagai pedoman untuk evaluasi.
Dengan kata lain, kriteria menggambarkan kondisi yang ideal. Kriteria dapat
menunjuk suatu kebijakan, prosedur atau peraturan pemerintah yang spesifik.
Kriteria dapat jadi hanya berupa logika umum (common sense) atau praktik-praktik
bisnis dan aktivitas organisasi yang hati-hati (prudent).
Jenis-jenis kriteria antara lain:
1) Persyaratan tertulis, seperti hukum, peraturan, instruksi, prosedur, pedoman,
pengarahan dan sebagainya.
2) Logika umum.
3) Pengalaman auditor.
4) Pendapat ahli yang independen.
5) Praktik usaha yang baik.
6) lnstruksi tidak tertulis.
7) Tujuan keseluruhan dari departemen atau organisasi.
8) Standar dan prinsip-prinsip yang berterima umum.
Sebab
Pernyataan sebab menerangkan mengapa masalah-masalah yang diidentifikasikan
terjadi. Sebab mungkin merupakan atribut paling kritis dari pembentukan temuan.
Tanpa penentuan mengapa kondisi tersebut terjadi, situasi tadi tidak dapat
diperbaiki dengan semestinya.
Dalam mendokumentasikan sebab, auditor harus mengidentifikasikan
alasan alasan yang mendasar yang ada di dalam masalah tersebut. Penjelasan
dangkal yang gagal untuk mengungkap sebab dasar (root cause) tidak akan
mengarahkan ke rekomendasi yang efektif.
Akibat
Pernyataan akibat menggambarkan risiko-risiko tertentu yang muncul sebagai hasil
dari kondisi atau masalah. Pada intinya, akibat adalah menjawab pertanyaan "so
what?" (lalu apa?). Pernyataan akibat sering memperbincangkan potensi kerugian,
ketidaktaatan, atau ketidakpuasan pelanggan yang ditimbulkan oleh masalah
tersebut.
Manajemen berharap membidik tepat langsung ke informasi yang diberikan
pada aspek ini dalam temuan audit, sehingga informasi ini memungkinkan
manajemen untuk mengetahui bagaimana kondisi tersebut akan memberikan
dampak negatif ke jajaran bawah. Sebagai hasilnya, pernyataan akibat sering kali
berfungsi sebagai katalis atau perubahan positif.
Satu catatan yang harus diperhatikan adalah risiko yang disarankan/
dikemukakan oleh pernyataan akibat tidak boleh dilebihkan (overblown). Auditor
harus bertanggung jawab dalam pengungkapan risiko-risiko yang berkaitan dengan
tidak bekerjanya pengendalian. Jika auditan memperlakukan dengan sungguh
sungguh dan menghargai apa yang disampaikan, risiko harus dibicarakan dengan
cara realistis atau tidak dilebih-lebihkan.
Jenis-jenis akibat, antara lain:
1) Kekurangan pelatihan.
2) Kekurangan komunikasi.
3) Ketidak jujuran.
4) Kecerobohan atau kekurang perhatian .
5) Keputusan, prosedur, aturan atau standar yang ada tidak berjalan atau
ketinggalan jaman/usang.
6) Ketidakpahaman atas peraturan-peraturan.
7) Keputusan atau instruksi yang hati-hati untuk menyimpang dari instruksi.
8) Kekurangan sumber-sumber.
9) Kegagalan untuk menggunakan pertimbangan atas logika yang baik.
10) Ketidak hati-hatian bahwa suatu masalah (kondisi) ada/terjadi.
11) Perhatian atau usaha yang tidak cukup.
12) Kekurangan pengawasan yang efektif atau yang cukup atau kekurangan
review pengawasan.
13) Ketidakmauan untuk berubah.
14) Kekurangan perencanaan
15) Penyusunan organisasi atau pendelegasian wewenang yang tidak sempurna
atau tidak efektif.
Rekomendasi
Aspek temuan ini menyarankan bagaimana memperbaiki kondisi. Rekomendasi
yang efektif berkaitan secara langsung dengan dan menghilangkan sebab. Bagi
manajemen, pernyataan rekomendasi harus menjelaskan bagaimana perbaikan itu
dapat dicapai, bukan hanya identifikasi kebutuhan perbaikan.
Suatu rekomendasi yang baik menjaga keseimbangan yang layak antara
risiko yang disajikan dan biaya yang mengendalikannya. Sebelum pembuatan
rekomendasi, auditor harus memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut.
Apakah rekomendasi memecahkan masalah dan menghilangkan atau
mengurangi risiko?
Apakah rekomendasi dapat diimplementasikan dalam lingkungan sekarang?
Apakah rekomendasi merupakan cost effective?
Apakah rekomendasi tersebut bertindak sebagai penyelesaian sementara atau
suatu pemecahan permanen?
Contoh Rekomendasi yang efektif sebagai berikut.
Misalnya mencakup review atas semua pengeluaran melebihi dari Rpl0.000.000
untuk memastikan bahwa persetujuan yang sesuai atau melakukan rekonsiliasi
triwulanan, telah ada.
Saran lain dapat ditambahkan untuk menyusun rekomendasi:
sebisa mungkin spesifik dan bermanfaat/mendukung. Jangan hanya saran
agar peraturan ditaati, dan
menunjuk dan mengarahkan pejabat-pejabat yang harus melaksanakan
tindakan perbaikan.
Komunikasi Temuan
Temuan harus dikomunikasikan kepada pihak yang diaudit untuk mendapatkan
tanggapan. Tanggapan ini dapat menjadikan hasil audit lebih objektif dan tidak
menimbulkan masalah di kemudian hari. Hasil audit ini akan disetujui kedua belah
pihak dan memudahkan penyelesaian tindak lanjutnya. Komunikasi
temuan/laporan ini, membutuhkan keahlian tersendiri, agar sasaran audit tidak
dikesampingkan dalam pembahasan.
Temuan Kinerja
Audit kinerja adalah audit terhadap aspek ekonomi, efisiensi dan evektivitas
operasi organisasi sektor public. Michael Amstrong (1994) mendefinisikan proses
manajemen kinerja (Performance Management) sebagai sebuah pendekatan
sistematis untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerja maupun kompetensi
karyawan, baik sebagai individu maupun sebagai tim untuk meningkatkan
efektivitas organisasi secara keseluruhan. Lebih lanjut Michael Amstrong (1994)
menyebutkan bahwa proses manajemen kinerja dalam proses manajemen
membantu mengarahkan tindakan karyawan untuk mencapai target/hasil kerja
yang telah direncanakan dan disepakati.
Sistem ini memfokuskan pada target/hasil kerja apa yang diharapkan dan
bagaimana cara untuk mencapainya. Manajemen kinerja juga menekankan aspek
pengembangan karyawan, yaitu membantu karyawan untuk belajar dan
menyediakan dukungan yang diperlukan karyawan untuk melakukan pekerjaannya,
baik untuk saat ini maupun di masa yang akan datang.
Empat langkah pokok dalam proses manajemen kinerja (Performance
management), yaitu :
1. Merencanakan manajemen kinerja.
2. Mengelola kinerja.
3. Meninjau kinerja.
4. Memberi imbalan untuk kinerja.
Simanjuntak (2005) mendefinisikan evaluasi kinerja adalah suatu metode
dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok
orang atau unit-unit kerja dalam suatu organisasi sesuai dengan standar kinerja atau
tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Kinerja individu adalah tingkat
pencaapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas
yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Kinerja organisasi adalah
tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang harus dicapai oleh organisasi dalam
kurun waktu tertentu.
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencpaian sasaran atau
tujuan perusahaan. Sedangkan maksud dari evaluasi kineja (Simanjuntak, 2005)
adalah untuk mengetahui:
Pencapaian sasaran organisasi.
Pencapaian sasaran unit kerja.
Pencapaian sasaran kelompok.
Pencapaian sasaran individu.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas diketahu bahwa temuan audit merupakan himpunan
data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan diuji selama melaksanakan tugas
audit atas kegiatan instansi tertentu yang disajikan secara analitis menurut elemen-
elemen/unsur-unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Tetapi mempunyai tujuan yang lebih spesifik, yaitu mencapai
keefektifan dan efisiensi dalam suatu perusahaan tersebut.
Saran
Dari uraian makalah ini, kelompok kami merekomendasikan pentingnya
untuk menguasai konsep Temuan Audit, karena hal tersebut akan dapat membantu
mengevaluasi kegiatankegiatan audit yang dilakuakan dalam suatu perusahaan.
Dan hasilnya memberikan umpan balik tentang fungsi temuan audit bagi para
mahasiswa dalam melakukan tugas sebagai auditor.