Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Audit Sektor Publik
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 4
AKUNTANSI SYARIAH / 7A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Kel.Sunyaragi Kec. Kesambi Kota Cirebon Telp.
(02318491642)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
dan kesempatan kepada kami untuk dapat melaksanakan tugas kuliah dan sekaligus
presentasi kelompok tentang “STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK”. Dan berkat
Rahmat-Nya, kami dapat menyusun sebuah Makalah sebagai tugas yang diberikan oleh
Dosen yang bersangkutan pada Mata Kuliah Audit Sektor Publik yaitu Ibu Ade Febry
Nurfitriani, M. Ak.
Kami tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Audit
Sektor Publik atas dukungan moral serta materiil sehingga terbentuknya Makalah ini,
terima kasih juga kepada teman satu tim yang telah membantu selesainya tugas ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk dijadikan pembelajaran bagi pembaca
sebagai penyelesaian tugas Makalah, sebagai bahan motivasi untuk kami agar semakin
semangat dalam menuntut ilmu dan selalu saling berbagi dalam keilmuan, serta untuk
menambah wawasan Mahasiswa/i mengenai materi ini. Kami sadar bahwa dalam
penyusunan Makalah ini masih memiliki kekurangan dan kesalahan, baik dalam
penyampaian materi atau dalam memilih pembahasannya. Sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Standar Audit Sektor Publik.....................................................2
B. Standar Audit Sektor Publik.............................................................................2
C. Fungsi Standar Audit Sektor Publik.................................................................8
D. Kerangka Pikir Audit Sektor Publik.................................................................9
E. Objek Audit Sektor Publik................................................................................10
F. Persiapan Pelaksanaan Standar Auditor Sektor Publik.....................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Audit sektor publik pada dasarnya memiliki tugas dan kewajiban yang lebih luas terutama
untuk melaporkan adanya indikasi kecurangan dan korupsi. Secara keseluruhan, audit
mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan
(pengguna laporan keuangan), dengan keyakinan yang memadai, apakah laporan tersebut
dapat diandalkan, pengendalian internal efektif, dan sesuai dengan undang-undang atau
peraturan yang berlaku. Perencanaan audit dapat dikelompokkan ke dalam perencanaan
jangka pendek dan perencanaan jangka panjang berdasarkan jangka waktu perencanaan. Di
antara keseluruhan kategori perencanaan audit, perencanaan penugasan audit merupakan
prioritas. Perencanaan penugasan audit menentukan tipe, jumlah unit dan jangka waktu
penugasan audit dalam periode yang telah ditentukan, yang sebelum dilaksanakan harus
diserahkan kepada lembaga audit untuk mendapatkan persetujuan.
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional
auditor seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan dan bahan bukti. Standar
auditing berbeda dengan prosedur auditing yaitu prosedur berkaitan dengan tindakan yang
harus dilaksanakan sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja
tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan
prosedur tersebut. Standar auditing tidak hanya berkaitan dengan kualitas profesional auditor
namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan
dalam laporannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Standar Audit Sektor Publik ?
2. Bagaimana Standar Audit Sektor Publik ?
3. Bagaimana Fungsi Standar Audit Sektor Publik ?
4. Bagaimana Kerangka Pikir Audit Sektor Publik ?
5. Bagaimana Objek Audit Sektor Publik ?
6. Bagaimana Persiapan Pelaksanaan Standar Auditor Sektor Publik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Perkembangan Standar Audit Sektor Publik.
2. Untuk mengetahui Standar Audit Sektor Publik.
3. Untuk mengetahui Fungsi Standar Audit Sektor Publik.
4. Untuk mengetahui Kerangka Pikir Audit Sektor Publik.
5. Untuk mengetahui Objek Audit Sektor Publik.
6. Untuk mengetahui Persiapan Pelaksanaan Standar Auditor Sektor Publik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
UU No. 15 Tahun 2006 tentang badan pemeriksaan keuangan. Setandar yang terdapat dalam
pemeriksaan keuangan Negara:
1.Standar Umum
Berkaitan dengan ketentuan dasar untuk menjamin kredibilitas hasil pemeriksaan. Standar
umum memberikan kerangka dasar untuk menerapkan standar pelaksanaan dan standar
pelaporan secara efektif. Dengan demikian standar umum harus diikuti oleh seluruh
pemeriksaan dan organisasi yang melakukan pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan.
Pernyataan standar umum yang pertama yaitu tentang persaratan kemampuan atau
keahlian ialah pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan propesional yang
memadai untuk melaksankan tugas pemeriksaan.
Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan organisasi
pemeriksaan dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dan
gangguan peribadi, ekstrnal dan organisasi yang bisa memenuhi independensi.
Dalam pelaksanaan pemeriksaaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan professional kemahirannya, secara cermat dan
seksama.
Setiap organisasi pemeriksaan yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan standar
pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai dan sistem
mutu harus direview oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstrnal).
2.Standar Pemeriksa Keuangan
Untuk memeriksa standar keuangan memberlakukan 3 pernyataan standar pekerja lapangan
yang ditetapkan IAI yaitu:
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten
harus di supervise terlebih dahulu.
Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasr memadai untuk menyatakan
pendapat atau laporan keuangan yang diaudit.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan:
Komunikasi pemeriksa.
Pertimbangan terhadap hasil pemeriksa sebelumnya.
Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatuhan (abouse).
Pengembangan temuan pemeriksaan.
Standar pelaporan pemeriksa keuangan:
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang yang
berlaku secara komprehensif.
Laporan auditor harus menunjukan, jika ada ketidak kosistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam priode sebelumnya.
Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai
kecuali, dinyatakan lain dalam laporan audit.
3
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,
laporan keuangan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan
audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan berikut:
a. Pernyataan Kepatuhan Terhadap Standar Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah: “Laporan hasil pemeriksaan
harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan”.
b. Pelaporan tentang Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan
Pernyataan standar pelaporan kedua adalah: “laporan hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung
dan material terhadap perjanjian laporan keuangan”.
c. Pelaporan tentang Pengendalian Interen
Pernyataan setandar tambahan ketiga yaitu: Laporan atas pengendalian internal harus
mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang
dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”.
d. Pelaporan Tanggapan dari Pejabat yang bertanggung jawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat: laporan hasil pemeriksaan yang
memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern kecurangan, penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketidakpatutan harus dilengkapi tanggapan
dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai
temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.
e. Pelaporan Informasi Rahasia
Pernyataan standar laporan tambahan kelima: “Informasi rahasia yang dilarang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak
diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan, namun laporan hasil pemeriksaan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”.
f. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan keenam yaitu “laporan hasil pemeriksaan
diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai
kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan kepada pihak lain yang diberi wewnang
untuk menerima hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.
4
mencapai tujuan pemeriksaan tersebut. Tujuan pemeriksaan yaitu mengungkapkan apa
yang ingin dicapai dan pemeriksaan tersebut. Lingkup pemeriksaan adalah batas
pemeriksaan dan harus terkait langsung dengan tujuan pemeriksaan. Metodologi
pemeriksaan meliputi jenis dan perluasan prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan. Dalam merencanakan sesuatu pemeriksaan kinerja, peme
riksa (auditor) harus:
Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial pengguna
laporan hasil pemeriksaan.
Memperoleh suatu pemahaman mengenai program yang diperiksa.
Mempertimbangkan pengendalian internal.
Merancang pemriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan peraturan
perundang-undangan, kecurangan dan ketidakpatutan.
Mengidentifikasi kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal yang
harus diperiksa.
Mengidentifikasi temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang signifikan terlebih
dahulu yang dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan.
Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemeriksaan lain dan ahli lain dapat
digunakan untuk mencapai beberapa tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan.
Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain untuk
melaksanakan pemeriksaan.
Mengomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta informasi
umum lainnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan
tersebut kepada manajemen dan pihak-pihak lain yang terkait.
Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan tertulis.
b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua yaitu: “Staf harus disuoervisi dengan baik”.
Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli
yang terkibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai.
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga yaitu: “Bukti yang cukup kompeten dan relevan har
us diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi peeriksa”.
Dalam mengidentifikasi sumber data potensi yang dapat digunakan sebagai bukti pemeriks
aan, pemeriksa harus mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk d
ata yang dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa data yang disusun oleh pemeriksa atau da
ta yang diberikan oleh pihak tersebut.
d. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah; “Pemeriksa harus mempersiapkan
memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen
pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukuo untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman
tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulam
dan rekomendasi pemeriksa”. Dokumen pemriksaan memberikan 3 manfaat, yaitu:
Memberikan dukungan utama terhadap laporan hasil pemeriksaan.
Membantu pemeriksaan dalam melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
pemeriksaan.
5
Memungkinkan orang lain untuk mereview kualitas pemeriksaan.
Didalam dokumen pemeriksaan harus berisi:
Tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan termasuk kriteria pengambilan uji petik
yang digunakan.
Dokumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk mendukung pertimbangan
profesional dan temuan pemeriksaan.
Bukti tentang supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan.
6
kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab
untuk melakuykan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan kepada pihak lain yang diberi
wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
7
Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporakan dan menyatakan sifat perikatan
atestasi yang bersangkutan.
Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah arsesi disajikan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai
alat pengukur.
Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang
perikatan dan penyajian asersi.
Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu arsesi yang disusun berdasarkan
kriteria yang disepakati atau berdasrkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur
yang disepakati harus berisi suatu pernytaan tentang keterbatasan pemakaian laporan
hanya oleh pihak yang menyepakati atau prosedur tersebut.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan dengan tujuan tertentu sebagai
berikut:
Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan
Pernyataan kepatuhan pelaporan tambahan pertama adalah: “Laporan hasil pemeriksaan
harus menyatakn bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengfan standar pemeriksaan”.
Pelapor tentang kelemahan internal, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga yaitu: “Laporan hasil pemeriksaan yang
memuat adanya kelemahan dalam pengendalian internal, kecurangan, penyimpangan dari
ketetntuan peraturan perundang-undang dan ketidakpatuhan harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan
dan simpulan serta tindakan koreksi yang direncanakan”.
Pelaporan Informasi Rahasia
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah: “Informasi rahasia yang dilarang
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak
diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan, namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporakan tersebut dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”.
Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima yaitu: “Laporan hasil diserahkan kepada
lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk
mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil pemeriksaan dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima
laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang yang
berlaku”.
8
b. Melakukan perencanaan audit dengan jelas.
c. Melaksanakan audit dimeja atau di lapangan dengan baik, karena sudah diatur dalam
standar.
d. Melakukan pelaporan audit yang jelas.
Standar audit mengikat seseorang auditor dengan etika profesional karena pekerjaan auditor
dalam standar harus dilandasi dengan moral dan etika. Sehingga fungsi standar audit dalam
pekerjaan akuntan publik ini akan melandasi seluruh pekerjaan akuntan publikkhususnya
dalam bidang auditing. Standar menjadi pedoman dan pegangan akuntan publik, sehingga
kewajiban dan larangan akuntan publik dapat dipenuhi dengan baik. Standar audit berfungsi
sebagai pengendali secara preventif terhadap kecurangan, ketidakjujuran dan kelalaian.
Standar audit dapat mendorong akuntan publik menggunakan kemahiran jabatannya, menjaga
kerahasiaan informasi atau data yang diperoleh melakukan pengendalian mutu dan bersikap
profesional.
9
Di Indonesia standar pemeriksaan keuangan negara dan SPKN memiiki peran penting dalam
pelaksanaan tugas BPK yaitu sebagai patokan atau arahan pertahunan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bagi pemeriksa. SPKN berlaku bagi BPK
dan akuntansi publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara untuk nama badan pemeriksa keuangan. SPKN berisi
tentang persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan dan persyaratan
laporan pemeriksaan yang profesional.
Standar Nomenklatur
Didefinisikan sebagai daftar atau akun buku besar yang ditetapkan dan disusun secara
sistematis untuk memudahkan perencanaan. Tujuan Penyusunan Nomenklatur:
a. Mengidentifikasi data akuntansi secara fisik.
b. Meringkas data.
c. Mengklasifikasikan rekening atau transaksi.
d. Menyampaikan makna tertentu.
10
Tahap pelaporan merupakan tahapan dalam audit sektor publik yang harus dilaksanakan
karena adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat atas pertanggungjawaban pengelolaan
sumber daya publik.
Florent dalam Hatherly (1980) menyarankan bahwa pendahuluan laporan audit kinerja
meliputi :
a. Lingkup pekerjaan yang dilakukan
b. Aktivitas yang diuji
c. Maksud pengujian
d. Jenis pengujian
e. Dan kriteria pengukuran atau evaluasi.
Studi Kasus
“Kasus Dugaan Suap Pejabat Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dan Auditor BPK”
11
Kasus dugaan suap terkait pemberian opini wajar tanpa pengecualian terhadap anggaran
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi oleh BPK.
Keempatnya mencakup Inspektur Jenderal Kemendes Sugito, pejabat Eselon III Kemendes
Jarot Budi Prabowo, pejabat Eselon I BPK Rachmadi Saptogiri, dan Auditor BPK Ali Sadli.
Penyidik KPK menemukan uang sebesar Rp40 juta di ruang auditor BPK, Ali Sadli.
Kemudian diruangan eselon I BPK yaitu Rachmadi Saptogiri, KPK mendapati US$3.000 dan
Rp1,145 miliar. KPK menduga uang ini hasil dari dugaan kasus suap pemberian opini
WTP.Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT)
terkait kasus suap yang melibatkan pejabat Kementrian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) dan pejabat serta auditor Badan Pemeriksa Keuangan
RI. Ketua KPK Agus Rahardjo menuturkan, kronologi OTT dalam kasus suap ini berawal
dari penyelidik KPK atas laporan masyarakat atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi.
Pada sekitat Maret 2017, KPK memeriksa laporan keuangan Kemendes PDTT Tahun
Anggaran 2016. KPKyang melakukan penyelidikan kemudian melakukan OTT di Kantor
BPK RI di Jln. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, pada Jumat (26/5/2017) sekitar pukul 15.00
WIB.Dari kantor BPK, KPK sempat mengamankan enam orang, yakni pejabat Eselon I BPK
Rochmadi Saptogiri (RS), Auditor BPK Ali Sadli (ALS), pejabar eselon III Kemendes PDTT
Jarot BudiPrabowo (JBP), Sekretaris RS, sopir JBP, dan satu orang satpam. KPK juga
melakukan penggeledahan di sejumlah ruangan di kantor BPK. Untuk kepentingan
pengamanan barang bukti dilakukan penyegelan sejumlah ruangan di BPK, disegel dua
ruangan, yakni ruangan ALS dan RS.
Di ruang Ali Sadli, KPK menemukan uang Rp 40 Juta yang diduga merupakan bagian dari
total commitment fee Rp 240 juta untuk suap bagi pejabat BPK. Uang Rp 40 juta ini
merupakan pemberian tahap kedua ketika tahap pertama sebesar Rp 200 juta diduga telah
diserahkan pada awal Mei 2017. KPK kemudian mempelajari ruangan milik Rochmadi
Saptogiri, dan ditemukan uang Rp1,145 miliar dan 3.000 dollar AS atau setara 39,8 juta di
dalam brankas. Di Kemendes PDTT, KPK menyengel empat ruangan, di antaranya ruangan
Sugito dan ruangan Jarot Budi Prabowo. Setelah melakukan rangkaian penangkapan dan
penggeledahan, dari hasil gelar perkara KPK meningkatkan status perkara kasus ini menjadi
penyidikan. Dari tujuh orang yang diamankan, empat diantaranya menjadi tersangka yaitu
Sugito, Jarot Budi Prabowo, Rochmadi Saptogiri dan Ali Sadli. KPK menyimpulkan adanya
dugaan tindak pidana korupsi peneriamaan hadiah atau terkait janjidengan pemeriksaan BPK
RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016. KPK menemukan
dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
oleh BPK RI terhadap laporan keuangan kemendes PDTT tersebut. Inspektur Jenderal
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT)
Sugito dan Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan Inspektorat Kemendes,Jarot Budi
Prabowo dituntut pidana masing-masing dua tahun penjara, dikurangi masa tahanan. Tuntutan
tersebut dibacakan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi dalam persidangan kasus dugaan
suap pada pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDT Ttahun 2016, di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Rabu (11/10/2017). Selain itu, kedua terdakwa jugadituntut membayar denda. Sugito
dituntut untuk membayar denda Rp 250 juta subsider 6 bulan kurungan, sementara Jarot
dituntut membayar denda Rp 200 juta subsider 6 bulan kurungan. Dua Auditor BPK yang
ditangkap KPK beda Keterangan soal Uang dari Kemendes "Menyatakan terdakwa Sugito
dan Jarot Budi Prabowo terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut," kata jaksa KPK, saat membacakan
tuntutan di ruang sidang Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu. Hal itu sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2002 tentang Tipikor Jo Pasal 55
ayat (1) ke 1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagaimana dakwaan alternatif pertama.
12
Menurut jaksa, hal yang memberatkan perbuatan para terdakwa tidak mendukung program
pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme.
Sementara, hal yang meringankan, para terdakwa mengaku dan berterus terang dipersidangan
danmenyesali perbuatannya. Dalam tuntutannya, jaksa juga meminta agar kedua terdakwa
tetap ditahan. Sugito yang didakwa bersama-sama Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan
Itjen Kemendes, Jarot Budi Prabowo, diduga memberikan uang Rp 240 juta kepada dua
pejabat BPK tersebut. Menurut jaksa, uang Rp 240 juta itu diduga diberikan dengan maksud
agar Rochmadi menentukan opini WTP terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas
Laporan Keuangan Kemendes tahun anggaran 2016. Selain itu, suap tersebut diduga untuk
menutupi temuan dalam Laporan HasilPemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan
Kemendes pada 2015 dan Semester I 2016, sebesarRp 550 miliar.
Sucipto yang menjabat sebagai sekretaris jenderal Forum Indonesia Transparansi Anggaran
(FITRA) memandang dugaan pemberian suap untuk mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian dari BPK terjadi lantaran adanya persepsi di masyarakat bahwa wajar tanpa
pengecualian samadengan nihil korupsi. Kepada wartawan, anggota BPK, Agung Firman
Sampurna, menyatakan pemeriksaan laporan keuangan lembaga pemerintah bukan ditujukan
untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan sumber daya maupun sumber dana dari entitas
yang diperiksa. Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK juga bukan ditujukan khusus untuk
mengungkapkan ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan seperti lembaga penegak
hukum walau BPK wajib mengungkapkannya jika menemukan hal seperti itu. Langkah
pemeriksaan laporan keuangan dilakukan guna memastikan kementerian dan lembaga negara
telah menyajikan kesesuaian laporan dengan standar akuntansi pemerintah, kecukupan
pengungkapan, serta apakah kementerian dan lembaga negara efektif mengelola keuangan
negara. Apabila semua aspek dinilai memadai dan sesuai standar, maka BPK akan
memberikan predikatwajar tanpa pengecualian.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Audit terhadap sektor publik sangat diperlukan karena instansi pemerintaha rentan akan
permasalah korupsi,kolusi serta rendahnya tingkat efisiensi dan efektifitas yang mampu
ditunjukan oleh pemerintah.
Audit terhadap sektor publik harus memiliki standar yang jelas dan tegas agar dipatuhi oleh
instansi pemerintah. Pengawasan pelaksanaa terhadap audit sektor publik harus lebih
ditingkatkan untuk memperoleh perbaikan dalam kualitas audit terhadap sektor publik dan
tentu hal ini akan mengakibatkan meningkatnya kualitas laporan keuangan pemerintah yang
lebih bertanggung jawab.
14
DAFTAR PUSTAKA
Murwanto, Rahmadi. (2012). Audit Sektor Publik Suatu Pengantar Bagi Pembangunan
Akuntabilitas Instansi Pemerintah. LPKPAP
Alejos, H. (2017). No Title جرائم تتغذى على طفرة «التواصل ال..االبتزاز اإللكتروني. Universitas Nusan
tara PGRI Kediri, 01, 1–7. http://www.albayan.ae
15