Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Audit Sektor Publik

Dosen Pengampu:

Ibu Ade Febry Nurfitriani, M. Ak

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Tasya Febriani A 2008205005


Ayu Khaerunisa 2008205016
Firdana Hanifah 2008205024
Vartiniva Ekaninda 2008205010
Rodhiyah 2008205018

AKUNTANSI SYARIAH / 7A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Kel.Sunyaragi Kec. Kesambi Kota Cirebon Telp.
(02318491642)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
dan kesempatan kepada kami untuk dapat melaksanakan tugas kuliah dan sekaligus
presentasi kelompok tentang “STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK”. Dan berkat
Rahmat-Nya, kami dapat menyusun sebuah Makalah sebagai tugas yang diberikan oleh
Dosen yang bersangkutan pada Mata Kuliah Audit Sektor Publik yaitu Ibu Ade Febry
Nurfitriani, M. Ak.
Kami tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Audit
Sektor Publik atas dukungan moral serta materiil sehingga terbentuknya Makalah ini,
terima kasih juga kepada teman satu tim yang telah membantu selesainya tugas ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk dijadikan pembelajaran bagi pembaca
sebagai penyelesaian tugas Makalah, sebagai bahan motivasi untuk kami agar semakin
semangat dalam menuntut ilmu dan selalu saling berbagi dalam keilmuan, serta untuk
menambah wawasan Mahasiswa/i mengenai materi ini. Kami sadar bahwa dalam
penyusunan Makalah ini masih memiliki kekurangan dan kesalahan, baik dalam
penyampaian materi atau dalam memilih pembahasannya. Sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Cirebon, 2 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Standar Audit Sektor Publik.....................................................2
B. Standar Audit Sektor Publik.............................................................................2
C. Fungsi Standar Audit Sektor Publik.................................................................8
D. Kerangka Pikir Audit Sektor Publik.................................................................9
E. Objek Audit Sektor Publik................................................................................10
F. Persiapan Pelaksanaan Standar Auditor Sektor Publik.....................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Audit sektor publik pada dasarnya memiliki tugas dan kewajiban yang lebih luas terutama
untuk melaporkan adanya indikasi kecurangan dan korupsi. Secara keseluruhan, audit
mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan
(pengguna laporan keuangan), dengan keyakinan yang memadai, apakah laporan tersebut
dapat diandalkan, pengendalian internal efektif, dan sesuai dengan undang-undang atau
peraturan yang berlaku. Perencanaan audit dapat dikelompokkan ke dalam perencanaan
jangka pendek dan perencanaan jangka panjang berdasarkan jangka waktu perencanaan. Di
antara keseluruhan kategori perencanaan audit, perencanaan penugasan audit merupakan
prioritas. Perencanaan penugasan audit menentukan tipe, jumlah unit dan jangka waktu
penugasan audit dalam periode yang telah ditentukan, yang sebelum dilaksanakan harus
diserahkan kepada lembaga audit untuk mendapatkan persetujuan.

Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional
auditor seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan dan bahan bukti. Standar
auditing berbeda dengan prosedur auditing yaitu prosedur berkaitan dengan tindakan yang
harus dilaksanakan sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja
tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan
prosedur tersebut. Standar auditing tidak hanya berkaitan dengan kualitas profesional auditor
namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan
dalam laporannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Standar Audit Sektor Publik ?
2. Bagaimana Standar Audit Sektor Publik ?
3. Bagaimana Fungsi Standar Audit Sektor Publik ?
4. Bagaimana Kerangka Pikir Audit Sektor Publik ?
5. Bagaimana Objek Audit Sektor Publik ?
6. Bagaimana Persiapan Pelaksanaan Standar Auditor Sektor Publik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Perkembangan Standar Audit Sektor Publik.
2. Untuk mengetahui Standar Audit Sektor Publik.
3. Untuk mengetahui Fungsi Standar Audit Sektor Publik.
4. Untuk mengetahui Kerangka Pikir Audit Sektor Publik.
5. Untuk mengetahui Objek Audit Sektor Publik.
6. Untuk mengetahui Persiapan Pelaksanaan Standar Auditor Sektor Publik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Tahun 1972 Ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan,
yang disahkan di dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Pada tanggal 19 April
1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim
Pengesahan, serta disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma
pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas
laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan
Akuntan Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan
suplemen No.1 sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2.
Indonesia merubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik. Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi
judul “Standar ProfesionalAkuntan Publik per 1 Januari 2001”.
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar, yaitu:
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan InterpretasiPernyataan
Standar Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan InterpretasiPernyataan
Standar Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi denganInterpretasi
Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi denganInterpretasi
Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).
Pada ICA (International Congress cof Accounting) ke 10 di Sidney, Australia pada tahun
1972 untuk membentuk organisasi profesi akuntan internasional untuk mengembangkan
standar akuntansi yang bisa diterima secara keseluruhan. Kemudian, dibentuklah
Internasional Cordinator Committee Accounting Professsion (ICCAP) dan International
Accounting Sandars Communitee (IASC) pada tahun 1973. Pada bulan Agustus 1972, Badan
Pembidan struktur Pasar Uang dan Modal membentuk panitia penghimpunan bahan dan
struktur Generally Accepted Accounting Principles and Generallty accepted Auditing
Standard. Pada awal tahun 2007, BPK berhasil menyelesaikan penyusunan standar
pemeriksaan yang diberi nama “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara” atau disingkat
dengan SPKN yang dinaungi oleh peraturan BPK-RI No. 1 tahun 2007 sebagai pengganti
standar pemeriksaan sebelumnya yaitu setandar audit pemerintah (SAP) 1995.

B. STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Audit sektor publik yaitu landasan tata kelola sektor publik yang baik. Di Indonesia standar
audit publik dikenal dengan standar pemeriksaan keuangan Negara. Standar pemeriksaan
keuangan Negara disusun agar memenuhi pasal 5 UU No 15 Tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dan Pasal 9 Ayat 1 huruf e

2
UU No. 15 Tahun 2006 tentang badan pemeriksaan keuangan. Setandar yang terdapat dalam
pemeriksaan keuangan Negara:

1.Standar Umum
Berkaitan dengan ketentuan dasar untuk menjamin kredibilitas hasil pemeriksaan. Standar
umum memberikan kerangka dasar untuk menerapkan standar pelaksanaan dan standar
pelaporan secara efektif. Dengan demikian standar umum harus diikuti oleh seluruh
pemeriksaan dan organisasi yang melakukan pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan.
 Pernyataan standar umum yang pertama yaitu tentang persaratan kemampuan atau
keahlian ialah pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan propesional yang
memadai untuk melaksankan tugas pemeriksaan.
 Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan organisasi
pemeriksaan dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dan
gangguan peribadi, ekstrnal dan organisasi yang bisa memenuhi independensi.
 Dalam pelaksanaan pemeriksaaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan professional kemahirannya, secara cermat dan
seksama.
 Setiap organisasi pemeriksaan yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan standar
pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai dan sistem
mutu harus direview oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstrnal).
2.Standar Pemeriksa Keuangan
Untuk memeriksa standar keuangan memberlakukan 3 pernyataan standar pekerja lapangan
yang ditetapkan IAI yaitu:
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten
harus di supervise terlebih dahulu.
 Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
 Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasr memadai untuk menyatakan
pendapat atau laporan keuangan yang diaudit.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan:
 Komunikasi pemeriksa.
 Pertimbangan terhadap hasil pemeriksa sebelumnya.
 Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatuhan (abouse).
 Pengembangan temuan pemeriksaan.
Standar pelaporan pemeriksa keuangan:
 Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang yang
berlaku secara komprehensif.
 Laporan auditor harus menunjukan, jika ada ketidak kosistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam priode sebelumnya.
 Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai
kecuali, dinyatakan lain dalam laporan audit.

3
 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,
laporan keuangan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan
audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan berikut:
a. Pernyataan Kepatuhan Terhadap Standar Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah: “Laporan hasil pemeriksaan
harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan”.
b. Pelaporan tentang Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan
Pernyataan standar pelaporan kedua adalah: “laporan hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung
dan material terhadap perjanjian laporan keuangan”.
c. Pelaporan tentang Pengendalian Interen
Pernyataan setandar tambahan ketiga yaitu: Laporan atas pengendalian internal harus
mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang
dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”.
d. Pelaporan Tanggapan dari Pejabat yang bertanggung jawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat: laporan hasil pemeriksaan yang
memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern kecurangan, penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketidakpatutan harus dilengkapi tanggapan
dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai
temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.
e. Pelaporan Informasi Rahasia
Pernyataan standar laporan tambahan kelima: “Informasi rahasia yang dilarang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak
diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan, namun laporan hasil pemeriksaan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”.
f. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan keenam yaitu “laporan hasil pemeriksaan
diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai
kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan kepada pihak lain yang diberi wewnang
untuk menerima hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.

3.Standar Pemeriksaan Kinerja


Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
a. Perencanaan
Pernyataan standar pelaksanaan pertama yaitu: “Pekerjaan harus direncanakan secara
memadai”.
Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa (auditor) terlebih dahulu harus
mendefinisikan tujuan pemeriksaan dan lingkup serta metodologi pemeriksaan untuk

4
mencapai tujuan pemeriksaan tersebut. Tujuan pemeriksaan yaitu mengungkapkan apa
yang ingin dicapai dan pemeriksaan tersebut. Lingkup pemeriksaan adalah batas
pemeriksaan dan harus terkait langsung dengan tujuan pemeriksaan. Metodologi
pemeriksaan meliputi jenis dan perluasan prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan. Dalam merencanakan sesuatu pemeriksaan kinerja, peme
riksa (auditor) harus:
 Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial pengguna
laporan hasil pemeriksaan.
 Memperoleh suatu pemahaman mengenai program yang diperiksa.
 Mempertimbangkan pengendalian internal.
 Merancang pemriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan peraturan
perundang-undangan, kecurangan dan ketidakpatutan.
 Mengidentifikasi kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal yang
harus diperiksa.
 Mengidentifikasi temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang signifikan terlebih
dahulu yang dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan.
 Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemeriksaan lain dan ahli lain dapat
digunakan untuk mencapai beberapa tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan.
 Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain untuk
melaksanakan pemeriksaan.
 Mengomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta informasi
umum lainnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan
tersebut kepada manajemen dan pihak-pihak lain yang terkait.
 Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan tertulis.
b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua yaitu: “Staf harus disuoervisi dengan baik”.
Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli
yang terkibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai.
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga yaitu: “Bukti yang cukup kompeten dan relevan har
us diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi peeriksa”.
Dalam mengidentifikasi sumber data potensi yang dapat digunakan sebagai bukti pemeriks
aan, pemeriksa harus mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk d
ata yang dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa data yang disusun oleh pemeriksa atau da
ta yang diberikan oleh pihak tersebut.
d. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah; “Pemeriksa harus mempersiapkan
memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen
pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukuo untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman
tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulam
dan rekomendasi pemeriksa”. Dokumen pemriksaan memberikan 3 manfaat, yaitu:
 Memberikan dukungan utama terhadap laporan hasil pemeriksaan.
 Membantu pemeriksaan dalam melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
pemeriksaan.

5
 Memungkinkan orang lain untuk mereview kualitas pemeriksaan.
Didalam dokumen pemeriksaan harus berisi:
 Tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan termasuk kriteria pengambilan uji petik
yang digunakan.
 Dokumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk mendukung pertimbangan
profesional dan temuan pemeriksaan.
 Bukti tentang supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan.

4.Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja


a. Bentuk
Pernyataan standar pelaporan pertama yaitu: “Pemeriksaan harus membuat laporan hasil
pemeriksaan untuk mengomunikasikan setiap hasil pemeriksaan”. Laporan pemeriksaan berf
ungsi untuk:
 Mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang berdasrkan
peraturan perunfang-undangan yang berlaku.
 Membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman.
 Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan oleh
intansi terkait.
 Memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
b. Isi Laporan
Pernyataan standar pelaporan kedua adalah:
Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:
o Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan.
o Tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan.
o Hasil pemeriksaan berupa pemeriksaan, simpulan dan rekomendasi.
o Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan.
o Pelaporan informasi rahasia apabila ada.

c.Unsur-unsur Kualitas Laporan


Pernyataan standar pelaporan ketiga yaitu: “Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu,
lengkap, akurat, objektif, meyakinkan serta jelas dan seringkas mungkin”.
1. Tepat waktu agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan hasil
pemeriksaan harus tepat waktu.
2. Lengkap. Agar menjadi lengkap laporan hasil pemeriksaan harus memuat semua
informasi dari bukti yang dibutuhkan.
3. Akurat, yaitu bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan dengan tepat.
4. Objektif ialah penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi dan nada.
5. Meyakinkan, maka laporan harus dapat menjawab tujuan pemeriksaan, menyajikan
temuan, simpulan dan rekomendasi yang logis.
6. Jelas. Laporan harus mudah dibaca dan dipahami.
7. Ringkas yaitu laporan yang tidak lebih panjang dari yang diperlukan untuk
menyampaikan dan mendukung pesan.
e. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan keempat yaitu:”Laporan hasil pemeriksaan diserahkan
kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai

6
kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab
untuk melakuykan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan kepada pihak lain yang diberi
wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

5.Standar Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu


a. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Untuk Tujuan tertentu
Hubungan dengan standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI berikut:
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan sistem harus
disupervisi dengan semestinya.
 Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan
yang dinyatakan dalam laporan.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu berikut:
 Komunikasi Pemeriksaan
Pernyataan setandar pelaksanaan tambahan pertama adalah: “Pemeriksaan harus mengomuni
kasi informasi yang berkaitan dengan sifat, saat dan lingkup pengujian serta laporan yang dire
ncanakan atas hal yang akan dilakukan pemeriksaan kepada manajemen entitas yang diperiks
a dan pihak meminta pemeriksaan”.
 Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua yaitu: “Pemeriksaan harus memperti
mbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang si
gnifikan dan berkaitan dengan hal yang diperiksa”.
 Pengendalian Internal
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga yaitu: “Dalam merencanakan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu dalam bentuk eksaminasi dan merancang
prosedur untuk mencapai tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus memperoleh
pemahaman yang memadai tentang pengendalian internal yang bersifat material
terhadap hal yang diperiksa”.
o Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud) serta
ketidakpatutan (abuse).
o Dokumentasi pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah: “Pemeriksa harus memperiapkan
dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kertas kerja pemeriksaan”.
Dokumentasi pemeriksaan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksaan yang
perpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat
memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut saat menjadi bukti yang mendukung
pertimbangan dan simpulan pemeriksaan”.

b. Standar Pelaporan Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu


Hubungan dengan standar profesional akuntan publik yang dutetapkan oleh IAI
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, standar pemeriksaan memberikan 4 pernyataan
standar pelaporan perikatan atau penugasan atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai
berikut:

7
 Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporakan dan menyatakan sifat perikatan
atestasi yang bersangkutan.
 Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah arsesi disajikan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai
alat pengukur.
 Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang
perikatan dan penyajian asersi.
 Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu arsesi yang disusun berdasarkan
kriteria yang disepakati atau berdasrkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur
yang disepakati harus berisi suatu pernytaan tentang keterbatasan pemakaian laporan
hanya oleh pihak yang menyepakati atau prosedur tersebut.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan dengan tujuan tertentu sebagai
berikut:
 Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan
Pernyataan kepatuhan pelaporan tambahan pertama adalah: “Laporan hasil pemeriksaan
harus menyatakn bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengfan standar pemeriksaan”.
 Pelapor tentang kelemahan internal, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga yaitu: “Laporan hasil pemeriksaan yang
memuat adanya kelemahan dalam pengendalian internal, kecurangan, penyimpangan dari
ketetntuan peraturan perundang-undang dan ketidakpatuhan harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan
dan simpulan serta tindakan koreksi yang direncanakan”.
 Pelaporan Informasi Rahasia
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah: “Informasi rahasia yang dilarang
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak
diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan, namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporakan tersebut dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”.
 Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima yaitu: “Laporan hasil diserahkan kepada
lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk
mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil pemeriksaan dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima
laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang yang
berlaku”.

C. FUNGSI STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Pemeriksaan harus mengikuti standar yang berlaku bagi suatu jenis pemeriksaan (Standar
Pemeriksaan Keuangan, Standar Pemeriksaan Kinerja atau Standar Pemeriksaan dengan
tujuan tertentu). Standar audit berfungsi mengatur semua aktivitas pekerjaan auditnya
akuntan publik. Standar mengatur muali dari syarat auditor misalnya independensi dan
kompetensi auditor sampai bagaimana memuat laporan audit. Hal ini mengakibatkan akuntan
publik dapat melakukan pekerjaan auditnya:
a. Sesuai dengan syarat minimal atau kualifikasi auditor.

8
b. Melakukan perencanaan audit dengan jelas.
c. Melaksanakan audit dimeja atau di lapangan dengan baik, karena sudah diatur dalam
standar.
d. Melakukan pelaporan audit yang jelas.
Standar audit mengikat seseorang auditor dengan etika profesional karena pekerjaan auditor
dalam standar harus dilandasi dengan moral dan etika. Sehingga fungsi standar audit dalam
pekerjaan akuntan publik ini akan melandasi seluruh pekerjaan akuntan publikkhususnya
dalam bidang auditing. Standar menjadi pedoman dan pegangan akuntan publik, sehingga
kewajiban dan larangan akuntan publik dapat dipenuhi dengan baik. Standar audit berfungsi
sebagai pengendali secara preventif terhadap kecurangan, ketidakjujuran dan kelalaian.
Standar audit dapat mendorong akuntan publik menggunakan kemahiran jabatannya, menjaga
kerahasiaan informasi atau data yang diperoleh melakukan pengendalian mutu dan bersikap
profesional.

D. KERANGKA PIKIR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Pengawasan yang efektif oleh legislatif secara komperhensif, audit ekstrnal yang kompeten
dan didukung oleh standar internasional tentang audit memungkinkan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan kebijakan fisikal dan pengeluaran. Kerangka pikir audit sektor publik adalah:
1. Kerangka Kelembagaan
Pengangkatan dan kekuasaan auditor harus tercakup dalam undang-undang audit. Konstitusi
dan undang-undang yang relevan menyediakan bagi presiden untuk menunjuk auditor umum
dengan mandat untuk mengaudit semua badan pemerintah.
2. Pengaturan Standar Audit
Undang-undang audit memperdayakan auditor umum untuk menetapkan standar audit.
Bidang praktik audit mendasr yaitu sebagai berikut: audit bukti, dokumentasi, audit
materialistis, penipuan, audit kesalahan, audit pendapat, perencanaan audit, mengendalikan
penilaian lingkungan, pengawas pekerjaan staf audit.
3. Kode Etik
Auditor umum harus mengadopsi kode etik INTONSAL. Kode etik INTONSAL dianggap
pelengkap penting. Sebuah kode etik adalah pernyataan nilai dan prinsip pekerjaan sehari-
hari dari para auditor.
4. Akuntabilitas Badan Pemeriksa Keuangan
Lembaga rencana pembangunan dalam memperkuat kantor auditor umum dengan membantu
dalam desain laporan keuangan tahunan yang dibutuhkan oleh UU keuangan publik.
5. Kemandirian
Undang-undang audit harus memberikan kemerdekaan yang efektif kepada auditor
umumsebagimana prinsip inti dari kemandirian.
6. Kualifikasi dan Keterampilan Auditor
Peningkatan pendidikan diperlukan untuk menetapkan standar yang diperlukan untuk
pelatihan dan pendidikan. Kualitas pendidikan akuntansi dan audit serta pengaturan pelatihan
seharusnya memenuhi kebutuhan akuntansi modern dan manajemen keuangan.
7. Pelatihan
Sebuah analisis keterampilan program berdasarkan standar internasional untuk kompetensi
harus dilakukan.
8. Kompetensi Audit.
9. Jaminan Audit

9
Di Indonesia standar pemeriksaan keuangan negara dan SPKN memiiki peran penting dalam
pelaksanaan tugas BPK yaitu sebagai patokan atau arahan pertahunan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bagi pemeriksa. SPKN berlaku bagi BPK
dan akuntansi publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara untuk nama badan pemeriksa keuangan. SPKN berisi
tentang persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan dan persyaratan
laporan pemeriksaan yang profesional.

E. OBJEK AUDIT SEKTOR PUBLIK


Objek audit pada dasarnya meliputi semua kegiatan organisasi sejak perencanaan,
pelaksanaan kegiatan oprasional sampai dengan pelaporan pertanggungjawaban akhir periode
dari suatu organisasi atau lembaga. Terdapat 3 jenis organisasi atau lembaga yaitu:
a. Organisasi atau lembaga sektor komersial, yang bertujuan untuk mencari laba.
b. Organisasi atau lembaga sektor publik yang bertujuan murni nirlaba.
c. Kuasai sektor publik yaitu unit yang tidak semata-mata mencari laba.

Standar Nomenklatur
Didefinisikan sebagai daftar atau akun buku besar yang ditetapkan dan disusun secara
sistematis untuk memudahkan perencanaan. Tujuan Penyusunan Nomenklatur:
a. Mengidentifikasi data akuntansi secara fisik.
b. Meringkas data.
c. Mengklasifikasikan rekening atau transaksi.
d. Menyampaikan makna tertentu.

F. PERSIAPAN PELAKSANAAN STANDAR AUDITOR SEKTOR PUBLIK


Pada saat merencanakan Audit pada umumnya auditor mempertimbangkan pemahaman
entitas, review pengendalian internal, menilai resiko terjadinya penyimpangan dari hukum
dan peraturan, kecurangan,ketidakpatuhan, mengidentifikasi hasil audit terdahulu yang
signifikan dengan tujuan audit yang berjalan, mengidentifikasikan kriteria audit yang akan
dipakai, dan merencanakan metode audit yang tepat. Selanjutnya auditor melakukan
pengumpulan bukti, mengembangkan temuan, dan membuat kesimpulan dan rekomendasi
audit.

Kesiapan Kapasitas Auditor


Pelatihan perlu diberikan pada para auditor untuk memenuhi standar umum pemeriksaan
yang pertama yang berbunyi "pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan
profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan" salah satu cara untuk
memenuhi standar tersebut adalah dengan memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan
(SPKN paragraf 6 standar umum). Pelatihan perlu diberikan kepada para auditor dengan
masa kerja lebih dari lima tahun untuk selalu menyegarkan ingatan para auditor tentang
perlunya menjaga kualitas audit, sementara pelatihan yang diberikan kepada Auditor dengan
kedudukan sebagai pemimpin tim baik junior maupun senior dimaksudkan supaya auditor
tidak merasa bahwa bekal pengalaman mereka sudah cukup sehingga melupakan hal-hal
penting yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun sebuah program kinerja audit.

Penentuan Format Laporan

10
Tahap pelaporan merupakan tahapan dalam audit sektor publik yang harus dilaksanakan
karena adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat atas pertanggungjawaban pengelolaan
sumber daya publik.
Florent dalam Hatherly (1980) menyarankan bahwa pendahuluan laporan audit kinerja
meliputi :
a. Lingkup pekerjaan yang dilakukan
b. Aktivitas yang diuji
c. Maksud pengujian
d. Jenis pengujian
e. Dan kriteria pengukuran atau evaluasi.

Penentuan Aturan Audit


Standar auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI). IAPI berdiri di tahun 1957 yang merupakan perkumpulan akuntan
pertama di Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia


Diawal masa kemerdekaan Indonesia, warisan dari penjajahan Belanda masih dirasakan
dengan tidak adanya satupun akuntan yang dimiliki dan dipimpin oleh bangsa Indonesia.
Situasi tersebut maka berdirilah perkumpulan akuntan Indonesia pada tanggal 23 Desember
1957 di aula universitas Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia - Seksi Akuntan Publik (IAI-SAP)


Dimasa pemerintahan orde baru, terjadi banyak perubahan signifikan dalam perekonomian
Indonesia, antara lain seperti terbitnya undang-undang penanaman modal asing(PMA) dan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) serta berdirinya pasar modal. Maka pada tanggal 7
April 1977 IAI membentuk seksi akuntan publik sebagai wadah para akuntan publik di
Indonesia untuk melaksanakan program-program pengembangan akuntansi publik.

Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP)


Anggota IAI sepakat untuk memberikan hak otonomi kepada akuntan publik dengan
mengubah seksi akuntan publik menjadi Kompartemen Akuntan Publik.

Instiut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)


Setelah hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia, tepatnya pada
tanggal 24 Mei 2007 berdirilah institut akuntan publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi
akuntan publik yang independen dan mandiri dengan berbadan hukum yang diputuskan
melalui rapat umum anggota luar biasa IAI -Kompartemen Akuntan Publik.

Studi Kasus

“Kasus Dugaan Suap Pejabat Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dan Auditor BPK”

11
Kasus dugaan suap terkait pemberian opini wajar tanpa pengecualian terhadap anggaran
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi oleh BPK.
Keempatnya mencakup Inspektur Jenderal Kemendes Sugito, pejabat Eselon III Kemendes
Jarot Budi Prabowo, pejabat Eselon I BPK Rachmadi Saptogiri, dan Auditor BPK Ali Sadli.
Penyidik KPK menemukan uang sebesar Rp40 juta di ruang auditor BPK, Ali Sadli.
Kemudian diruangan eselon I BPK yaitu Rachmadi Saptogiri, KPK mendapati US$3.000 dan
Rp1,145 miliar. KPK menduga uang ini hasil dari dugaan kasus suap pemberian opini
WTP.Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT)
terkait kasus suap yang melibatkan pejabat Kementrian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) dan pejabat serta auditor Badan Pemeriksa Keuangan
RI. Ketua KPK Agus Rahardjo menuturkan, kronologi OTT dalam kasus suap ini berawal
dari penyelidik KPK atas laporan masyarakat atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi.
Pada sekitat Maret 2017, KPK memeriksa laporan keuangan Kemendes PDTT Tahun
Anggaran 2016. KPKyang melakukan penyelidikan kemudian melakukan OTT di Kantor
BPK RI di Jln. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, pada Jumat (26/5/2017) sekitar pukul 15.00
WIB.Dari kantor BPK, KPK sempat mengamankan enam orang, yakni pejabat Eselon I BPK
Rochmadi Saptogiri (RS), Auditor BPK Ali Sadli (ALS), pejabar eselon III Kemendes PDTT
Jarot BudiPrabowo (JBP), Sekretaris RS, sopir JBP, dan satu orang satpam. KPK juga
melakukan penggeledahan di sejumlah ruangan di kantor BPK. Untuk kepentingan
pengamanan barang bukti dilakukan penyegelan sejumlah ruangan di BPK, disegel dua
ruangan, yakni ruangan ALS dan RS.
Di ruang Ali Sadli, KPK menemukan uang Rp 40 Juta yang diduga merupakan bagian dari
total commitment fee Rp 240 juta untuk suap bagi pejabat BPK. Uang Rp 40 juta ini
merupakan pemberian tahap kedua ketika tahap pertama sebesar Rp 200 juta diduga telah
diserahkan pada awal Mei 2017. KPK kemudian mempelajari ruangan milik Rochmadi
Saptogiri, dan ditemukan uang Rp1,145 miliar dan 3.000 dollar AS atau setara 39,8 juta di
dalam brankas. Di Kemendes PDTT, KPK menyengel empat ruangan, di antaranya ruangan
Sugito dan ruangan Jarot Budi Prabowo. Setelah melakukan rangkaian penangkapan dan
penggeledahan, dari hasil gelar perkara KPK meningkatkan status perkara kasus ini menjadi
penyidikan. Dari tujuh orang yang diamankan, empat diantaranya menjadi tersangka yaitu
Sugito, Jarot Budi Prabowo, Rochmadi Saptogiri dan Ali Sadli. KPK menyimpulkan adanya
dugaan tindak pidana korupsi peneriamaan hadiah atau terkait janjidengan pemeriksaan BPK
RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016. KPK menemukan
dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
oleh BPK RI terhadap laporan keuangan kemendes PDTT tersebut. Inspektur Jenderal
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT)
Sugito dan Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan Inspektorat Kemendes,Jarot Budi
Prabowo dituntut pidana masing-masing dua tahun penjara, dikurangi masa tahanan. Tuntutan
tersebut dibacakan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi dalam persidangan kasus dugaan
suap pada pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDT Ttahun 2016, di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Rabu (11/10/2017). Selain itu, kedua terdakwa jugadituntut membayar denda. Sugito
dituntut untuk membayar denda Rp 250 juta subsider 6 bulan kurungan, sementara Jarot
dituntut membayar denda Rp 200 juta subsider 6 bulan kurungan. Dua Auditor BPK yang
ditangkap KPK beda Keterangan soal Uang dari Kemendes "Menyatakan terdakwa Sugito
dan Jarot Budi Prabowo terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut," kata jaksa KPK, saat membacakan
tuntutan di ruang sidang Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu. Hal itu sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2002 tentang Tipikor Jo Pasal 55
ayat (1) ke 1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagaimana dakwaan alternatif pertama.

12
Menurut jaksa, hal yang memberatkan perbuatan para terdakwa tidak mendukung program
pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme.
Sementara, hal yang meringankan, para terdakwa mengaku dan berterus terang dipersidangan
danmenyesali perbuatannya. Dalam tuntutannya, jaksa juga meminta agar kedua terdakwa
tetap ditahan. Sugito yang didakwa bersama-sama Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan
Itjen Kemendes, Jarot Budi Prabowo, diduga memberikan uang Rp 240 juta kepada dua
pejabat BPK tersebut. Menurut jaksa, uang Rp 240 juta itu diduga diberikan dengan maksud
agar Rochmadi menentukan opini WTP terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas
Laporan Keuangan Kemendes tahun anggaran 2016. Selain itu, suap tersebut diduga untuk
menutupi temuan dalam Laporan HasilPemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan
Kemendes pada 2015 dan Semester I 2016, sebesarRp 550 miliar.
Sucipto yang menjabat sebagai sekretaris jenderal Forum Indonesia Transparansi Anggaran
(FITRA) memandang dugaan pemberian suap untuk mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian dari BPK terjadi lantaran adanya persepsi di masyarakat bahwa wajar tanpa
pengecualian samadengan nihil korupsi. Kepada wartawan, anggota BPK, Agung Firman
Sampurna, menyatakan pemeriksaan laporan keuangan lembaga pemerintah bukan ditujukan
untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan sumber daya maupun sumber dana dari entitas
yang diperiksa. Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK juga bukan ditujukan khusus untuk
mengungkapkan ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan seperti lembaga penegak
hukum walau BPK wajib mengungkapkannya jika menemukan hal seperti itu. Langkah
pemeriksaan laporan keuangan dilakukan guna memastikan kementerian dan lembaga negara
telah menyajikan kesesuaian laporan dengan standar akuntansi pemerintah, kecukupan
pengungkapan, serta apakah kementerian dan lembaga negara efektif mengelola keuangan
negara. Apabila semua aspek dinilai memadai dan sesuai standar, maka BPK akan
memberikan predikatwajar tanpa pengecualian.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Audit terhadap sektor publik sangat diperlukan karena instansi pemerintaha rentan akan
permasalah korupsi,kolusi serta rendahnya tingkat efisiensi dan efektifitas yang mampu
ditunjukan oleh pemerintah.

Audit terhadap sektor publik harus memiliki standar yang jelas dan tegas agar dipatuhi oleh
instansi pemerintah. Pengawasan pelaksanaa terhadap audit sektor publik harus lebih
ditingkatkan untuk memperoleh perbaikan dalam kualitas audit terhadap sektor publik dan
tentu hal ini akan mengakibatkan meningkatnya kualitas laporan keuangan pemerintah yang
lebih bertanggung jawab.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra.(2014). Audit Sektor Publik Pemriksaan Pertanggungjawaban Pemerintah


Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta.

Murwanto, Rahmadi. (2012). Audit Sektor Publik Suatu Pengantar Bagi Pembangunan
Akuntabilitas Instansi Pemerintah. LPKPAP

Alejos, H. (2017). No Title‫ جرائم تتغذى على طفرة «التواصل ال‬..‫االبتزاز اإللكتروني‬. Universitas Nusan
tara PGRI Kediri, 01, 1–7. http://www.albayan.ae

15

Anda mungkin juga menyukai