Disusun Oleh :
Kelompok 8
Miriyanti Zaidatun A 1610313120027
Nazla Raisaleni 1610313220044
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi allah SWT yang telah mengajarkan kepada
manusia apa-apa yang belum di ketahuinya dan memberikan hidayah dan
rahmatNya antara lain berupa kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat
merampungkan penyusunan makalah ini dengan segala keterbatasan dan
kekurangan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul ............................................................................................................ i
Kata pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tak bertanggung jawab. Hal tersebut menuntut para auditor khususnya harus
tertentu oleh orang- orang, baik didalam maupun diluar organisasi dengan
Kualitas audit yang baik tidak menjamin dapat melindungi auditor dari
Pengalaman dalam hal ini ialah auditor yang sudah lama mengusut kasus
kecurangan dan tahu akan tindakan- tindakan yang akan dilakukan. Kualitas
audit menjadi isu penting bagi profesi akuntan. Agar dapat memenuhi
kualitas audit yang baik, maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai
pemeriksa harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi, dan
1
Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar
tertentu.
B. Rumusan Masalah
akuntan publik ?
C. Tujuan penulisan
Akuntan Publik.
2
4. Untuk mengetahui kasus yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Akademisi
2. Manfaat Praktis
3
BAB II
PEMBAHASAN
dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit khusus serta jasa
dalam bidang non atestasi lainnya seperti jasa konsultasi, jasa kompilasi, dan
undang nomor 34 Tahun 1954 yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya
Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan
hanya klien (pemberi penugasan), namun juga pihak-pihak lain yang terkait,
4
seperti pemegang saham, pemerintah, investor, kreditor, pajak, otoritas bursa,
Standar-standar ini tidak cukup spesifik untuk dapat dipakai sebagai pedoman
interpretasi oleh AIPCA atau IAI. Kesepuluh standar tersebut terbagi menjadi
1. Stadar Umum
seksama
5
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
yang diaudit
3. Standar Pelaporan
periode sebelumnya
6
B. Etika Profesi Akuntan Publik
merusak etika profesi dan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang
ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan
tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang
Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam
harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia dan staf
7
profesional (baik anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua
bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini
konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik
(KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun
yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang
tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan
Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan
mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau
ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode
Etik ini.
dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali
bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-
8
undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku
ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh
prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-
tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan
global dan tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas
9
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
dirinya sendiri.
100.1 Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan
profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik
dalam melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung
jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada
kepentingan klien atau pemberi kerja. Ketika bertindak untuk
kepentingan Publik, setiap praktisi harus mematuhi dan
menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang
diatur dalam Kode Etik ini.
Kode etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh
a. Integritas
10
a) kesalahan yang material atau pernyataan yang
menyesatkan;
b) pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak
hati-hati; atau
c) penghilangan atau penyembunyian yang dapat
menyesatkan atas informasi yang seharusnya
diungkapkan.
b. Objektivitas
11
c. Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian
Profesional
12
dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut:
a) Pencapaian dan kompetensi profesional; dan
b) Pemeliharaan kompetensi profesional
130.3 Pemberian jasa profesional yang kompenen kesadaran dan
pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan
bisnis yang relevan. Pengembangan dan pendidikan
profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan memellihara kemampuan Praktisi agar
dapat melaksanakan pekerjaannya secara kompeteten dalam
lingkungan profesional.
130.4 Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan
setiap Praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati
menyeluruh, dan tepat waktu, sesuai dengan persyaratan
penugasan.
130.5 Setiap Praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan
penyeliaan yang tepat bagi mereka yang bekerja di bawah
wewenangnya dalam kapasitas profesional.
130.6 Bila dipadang 1 perlu, Praktisi harus menjelaskan keterbatasan
jasa profesional yang diberikan kepada klien, pemberi kerja,
atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari
terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang
terkait dengan jasa profesional yang diberikan.
d. Kerahasiaan
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
13
mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan
setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
14
Praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika berpindah
kerja atau memperoleh klien baru, Praktisi berhak untuk
menggunakan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dari
hubungan profesional atau hubungan bisnis.
140.7 Dibawah ini merupakan situasi-situasi yang mungkin
mengharuskan Praktisi untuk mengungkapkan informasi
yang bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut
dianggap tepat:
a) Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan
disetujui oleh klien atau pemberi kerja;
b) Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai
contoh:
1) Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam
sidang pengadilan; atau
2) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat
mengenai suatu pelanggaran hukum; dan
c) Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban
profesional untuk mengungkapkan, selama tidak
dilarang oleh ketentuan hukum:
1) Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu
yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
2) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi
yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
3) Dalam melindungi kepentingan profesional
Praktisi dalam sidang pengadilan; atau
4) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik
profesi yang berlaku.
140.8 Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang
bersifat rahasia, setiap Praktisi harus mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:
15
a) Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk
pihak ketiga, jika klien atau pemberi kerja mengizinkan
pengungkapan informasi oleh Praktisi;
b) Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua
informasi yang relevan. Ketika fakta atau kesimpulan
tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak
lengkap, pertimbangan profesional harus digunakan
untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus
dilakukan; dan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju.
Setiap Praktisi harus memastikan tepat tidaknaya pihak
yang dituju dalam komunikasi tersebut.
e. Prilaku profesional
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
16
martabat profesi. Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan
tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai
berikut:
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa
profesional yang dapat diberikan, kualifikasi yang
dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil
pekerjaan Praktisi lain.
Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan
mengenai hal-hal berikut ini:
a. Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
b. Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
c. Seksi 220 Benturan Kepentingan
d. Seksi 230 Pendapat Kedua
e. Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
f. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
g. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan
Lainnya
h. Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien
i. Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
j. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance
17
tidak berhak. Pembocoran rahasia data / informasi klien kepada
pihak ketiga secara sepihak merupakan tindakan tercela.
c. Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan Beragam (Omnibus
Statement) Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah
ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
(DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), terutama SPM
Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik
(SPM-KAP).
d. Mempunyai staf / tenaga auditor yang profesional dan memiliki
pengalaman yang cukup. Para auditor tersebut harus mengikuti
Pendidikan Profesi berkelanjutan (Continuing Profesion education)
sebagai upaya untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang audit dan proses bisnis (business process).
Dalam rangka peningkatan kapabilitas auditor, organisasi profesi
mensyaratkan pencapaian poin (SKP) tertentu dalam kurun / periode
waktu tertentu. Hal ini menjadi penting, karena auditor harus
senantiasa mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara
terus menerus.
e. Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya
dengan baik. KKA tersebut merupakan perwujudan dari langkah-
langkah audit yang telah dilakukan oleh auditor dan sekaligus
berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari temuan-temuan audit
(audit evidence) dan opini laporan audit (audit report). KKA
sewaktu-waktu juga diperlukan dalam pembuktian suatu kasus di
sidang pengadilan.
18
terjadinya kolusi antara Akuntan Publik dengan klien yang
merugikan pihak lain.
b. Apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap
pemberi penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.
c. Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak
diperbolehkan oleh ketentuan perundang-undangan / organisasi
profesi seperti sebagai pejabat negara, pimpinan atau pegawai pada
instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta, atau badan hukum
lainnya, kecuali yang diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen
perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan struktural dan atau
komisaris atau komite yang bertanggung jawab kepada komisaris
atau pimpinan usaha konsultansi manajemen.
19
Bagian Tata Usaha dan Keuangan Inspektorat Kemendes, Jarot Budi
masa tahanan.
dalam persidangan kasus dugaan suap pada pemberian opini wajar tanpa
kurungan.
Hal itu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 5 ayat
pertama.
20
Sementara, hal yang meringankan, para terdakwa mengaku dan
Keuangan Negara III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Ali Sadli,
2016.
21
Suap tersebut juga ditujukan untuk menutupi temuan dalam Laporan
nama baik profesi. Secara garis besar seorang Akuntan Publik atau
itu, apa yang telah dilakukan oleh auditor BPK yang menangani
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
apapun profesi yang dijalani tidak lepas dari adanya aturan dan etika yang
berlaku baik di profesi yang bersangkutan maupun secara garis besar (umum).
dan mematuhi kode etik yang sudah diatur bedasarkan keputusan yang di
ambil bersama oleh Institut Akunta Publik Indonesia (IAPI). Karena seperti
yang kita ketahui setiap pelanggaran kode etik yang dilakukan khususnya
baik secara perdana maupun perdata sesuai dengan peraturan hukum yang ada
di Indonesia.
B. Saran
Dikutip dari kesimpulan diatas, maka saran kami adalah sebagai berikut:
baik yang sudah berpengalaman atau lebih khususnya lagi bagi baru
23
2. Terlepas dari judul diatas, kita sebagai mahluk individu dan sosial
tentunya kita harus selau menjaga sikap, etika dan mematuhi norma-
24
DAFTAR PUSTAKA
25