Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ETIKA BISNIS DAN PROFESI


“Kode Etik Profesi Akuntan Publik”

Dosen Pengajar : Dr. Wahyudin Nor, SE, M.Si, Ak, CA

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Miriyanti Zaidatun A 1610313120027
Nazla Raisaleni 1610313220044

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
S1-AKUNTANSI
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi allah SWT yang telah mengajarkan kepada
manusia apa-apa yang belum di ketahuinya dan memberikan hidayah dan
rahmatNya antara lain berupa kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat
merampungkan penyusunan makalah ini dengan segala keterbatasan dan
kekurangan.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun
sangat diperlukan penulis demi kesempurnaan penulisan makalah ini pada masa
yang akan mendatang.

Akhir kata dengan segala kerendahan hari penulis mengucapkan mohon


maaf dan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

Banjarmasin, Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul ............................................................................................................ i
Kata pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. Profesi Akuntan Publik ...................................................................... 4
B. Kode Etik Profesi Akuntan Publik ..................................................... 7
C. Studi Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik.............. 19
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 23
A. Kesimpulan ....................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................. 23

Daftar Pustaka .............................................................................................. 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha yang kompleks membuat kemajuan

dibidang ekonomi diiringi dengan munculnya kecurangan oleh orang yang

tak bertanggung jawab. Hal tersebut menuntut para auditor khususnya harus

dapat memahami kecurangan tersebut. Kecurangan tersebut merupakan

perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan

tertentu oleh orang- orang, baik didalam maupun diluar organisasi dengan

menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan dan secara

langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain. Seorang auditor

dalam menilai suatu kecurangan tergantung pada pengetahuan dan

pengalaman. Pengalaman memiliki faktor penting dalam penilaian

kecurangan, dalam hal ini adalah kualitas auditnya.

Kualitas audit yang baik tidak menjamin dapat melindungi auditor dari

kewajiban hukum yang merupakan konsekuensi dari kegagalan audit.

Pengalaman dalam hal ini ialah auditor yang sudah lama mengusut kasus

kecurangan dan tahu akan tindakan- tindakan yang akan dilakukan. Kualitas

audit menjadi isu penting bagi profesi akuntan. Agar dapat memenuhi

kualitas audit yang baik, maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai

pemeriksa harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi, dan

standar akuntansi keuangan yang berlaku.

1
Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar

negeri memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap

profesi akuntan publik. Hasil pekerjaan auditor dipengarugi Akuntabilitas

auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan hal

penting yang harus dimiliki auditor. Setiap auditor harus mempertahankan

integritas dan obyekivitas dalam melaksanakan tugasnya dengan jujur, tegas,

sehingga dapat bertindak independen tanpa tekanan atau permintaan pihak

tertentu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Profesi Akuntan Publik ?

2. Apa yang dimaksud dengan Kode Etik Profesi ?

3. Apa saja kode etik Profesi Akuntan Publik ?

4. Apa kasus yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik profesi

akuntan publik ?

5. Bagaimana pemecahan kasus dari pelanggaran kode etik profesi

Akuntan Publik tersebut ?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Profesi Akuntan Publik.

2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kode Etik Profesi.

3. Untuk menerapkan etika-etika yang semestinya dilakukan dalam

berprofesi sehari-hari, secara khusus untuk pembelajaran Etika Profesi

Akuntan Publik.

2
4. Untuk mengetahui kasus yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik

profesi akuntan publik.

5. Untuk mengetahui pemecahan kasus dari pelanggaran kode etik

profesi Akuntan Publik tersebut.

D. Manfaat Penulisan

Kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat

yang dapat diimplementasikan yang diantaranya :

1. Manfaat Akademisi

Sebagai referensi dan bahan informasi tambahan atau masukan

sekaligus sebagai media pembelajaran bagi pembaca khususnya

mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat.

2. Manfaat Praktis

Bagi pihak internal (profesi akuntan publik) bisa dijadikan salah

satu sumber bacaan yang dapat dipertimbangkan untuk megetahui

perkembangan yang terjadi saat ini di dunia profesi akuntan publik,

dan bagi pihak eksternal (umum) sebagai gambaran untuk bisa

mengenali karakteristik dan cara beretika yang seharusnya dimiliki

oleh seorang auditor

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profesi Akuntan Publik

Akuntan publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang

diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari

menteri Keuangan Republik Indonesia untuk memberikan jasa audit umum

dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit khusus serta jasa

dalam bidang non atestasi lainnya seperti jasa konsultasi, jasa kompilasi, dan

jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan

ketentuan mengenai praktek akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-

undang nomor 34 Tahun 1954 yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya

dapat dipakai oleh mereka yang menyelesaikan pendidikannya dari perguruan

tinggi dan telah terdaftar pada Departemen keuangan Republik

Indonesia.Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di

Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan

Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak

memperoleh sebutan Certified Public Accountant of Indonesia (CPA

Indonesia) dan sertifikat tersebut akan dikeluarkan oleh Institut Akuntan

Publik Indonesia (IAPI). Sertifikat Akuntan Publik tersebut merupakan salah

satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai Akuntan

Publik dari Departemen Keuangan.

Mengingat penggunaan jasa dari Kantor Akuntan Publik / KAP tidak

hanya klien (pemberi penugasan), namun juga pihak-pihak lain yang terkait,

4
seperti pemegang saham, pemerintah, investor, kreditor, pajak, otoritas bursa,

Bapepam-LK, publik (masyarakat umum), serta pemangku kepentingan

(Stakeholder) lainnya, maka jasa Profesi Akuntan Publik harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan tersebut.

Terdapat sepuluh standar auditing – atau 10 Generally Auditing

Standards (GAAS). Sejak disusun oleh American Institute of Certified Public

Accountant (AIPCA) tahun 1947 yang kemudian diadaptasi oleh Ikatan

Akuntansi Indonesia (IAI) di Indonesia sejak 1973 dan sekarang disebut

Standar Auditing yang ditetepkan Ikatan Akuntansi Indonesia (SA-IAI).

Standar-standar ini tidak cukup spesifik untuk dapat dipakai sebagai pedoman

kerja oleh auditor, tetapi menggambarkan suatu kerangka sebagai landasan

interpretasi oleh AIPCA atau IAI. Kesepuluh standar tersebut terbagi menjadi

3 standar pokok yang diantaranya adalah :

1. Stadar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor

b. Dalam semua hal yang behubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor

c. Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya

5
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus

diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan

lingkup pengujian yang harus dilakukan

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar

yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

yang diaudit

3. Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan telah disusun

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

b. Laporan audit harus menunjukan keadaan yang di dalamnya,

prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam

penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam

hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

periode sebelumnya

c. Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus

dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit

d. Laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan

demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat keseluruhan tidak

dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan

6
B. Etika Profesi Akuntan Publik

1. Kode Etik Profesi

Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral

atau nilai. Masing-masing orang memiliki perangkat nilai, sekalipun

tidak dapat diungkapkan secara eksplisit.

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para

pelaksana sebagai seseorang yang profesional supaya tidak dapat

merusak etika profesi dan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas

profesi yang bersangkutan. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari

norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan

dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas dan

merinci kembali norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun

sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi.

Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang

ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan

tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang

harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional.

Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam

masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.

2. Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan

EtikaKompartemen Akuntan Publik). KEPAP adalah aturan etika yang

harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia dan staf

7
profesional (baik anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang

bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua

bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini

menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka

konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini

memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut

pada situasi tertentu.

Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi

yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik

(KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun

yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional

yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang

tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan

Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut ”Praktisi”.

Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan

tidak memberikan jasa profesional seperti tersebut di atas tetap harus

mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau

Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan

ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode

Etik ini.

Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip

dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali

bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-

8
undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku

ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh

prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-

undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku

tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan

etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.

Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat

keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga

masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang handal

sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.

Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan

global dan tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas

penyajian Laporan Keuangan, IAPI merasa adanya suatu kebutuhan

untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan

pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar

Profesi International. Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan

menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik, yang berlaku efektif

tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar Profesional Akuntan Publik,

Dewan Standar Profesi sedang dalam proses “adoption” terhadap

International Standar on Auditing yang direncanakan akan selesai di

tahun 2010, berlaku efektif 2011.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,

setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan

profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai

9
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.

Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab

kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus

selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota

untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan

masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur

dirinya sendiri.

100.1 Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan
profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik
dalam melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung
jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada
kepentingan klien atau pemberi kerja. Ketika bertindak untuk
kepentingan Publik, setiap praktisi harus mematuhi dan
menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang
diatur dalam Kode Etik ini.

Kode etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh

IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu :

a. Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari

timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas

yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi

anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.

110.1 Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk


tegas,jujur,dan adil dalam hubungan profesional dan
hubungan bisnisnya.
110.2 Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi, atau
informasi lainnya yang diyakininya terdapat:

10
a) kesalahan yang material atau pernyataan yang
menyesatkan;
b) pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak
hati-hati; atau
c) penghilangan atau penyembunyian yang dapat
menyesatkan atas informasi yang seharusnya
diungkapkan.

b. Objektivitas

Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai

atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan

anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak

berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau

dibawah pengaruh pihak lain.

Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan

harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.

120.1 Prinsip objektivitas mengharuskan Praktisi untuk tidak


membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain
mempengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya.
120.2 praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat
mengurangi objektivitasnya.karena beragamnya situasi
tersebut, tidak mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi
tersebut. Setiap praktisi harus menghindari setiap hubungan
yang bersifat subjektif atau yang dapat mengakibatkan
pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.

11
c. Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian

Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan

berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban

untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional

pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau

pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik

yang paling mutakhir. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan

pengalaman. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan

pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang

memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan

kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional

melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib

melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain

yang lebih kompeten.

130.1 Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian


profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk:
a) Memelihara pengertahuan dan keahlian profesional
yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa
profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi
jasa; dan
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
seksama sesuai dengan standar profesi dan kode etik
profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
130.2 Pemberian jasa profesional yang kompenen membutuhkan
pertimbangan yang cermat dalam menerapkan pengetahuan

12
dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut:
a) Pencapaian dan kompetensi profesional; dan
b) Pemeliharaan kompetensi profesional
130.3 Pemberian jasa profesional yang kompenen kesadaran dan
pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan
bisnis yang relevan. Pengembangan dan pendidikan
profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan memellihara kemampuan Praktisi agar
dapat melaksanakan pekerjaannya secara kompeteten dalam
lingkungan profesional.
130.4 Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan
setiap Praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati
menyeluruh, dan tepat waktu, sesuai dengan persyaratan
penugasan.
130.5 Setiap Praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan
penyeliaan yang tepat bagi mereka yang bekerja di bawah
wewenangnya dalam kapasitas profesional.
130.6 Bila dipadang 1 perlu, Praktisi harus menjelaskan keterbatasan
jasa profesional yang diberikan kepada klien, pemberi kerja,
atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari
terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang
terkait dengan jasa profesional yang diberikan.

d. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang

diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh

memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,

kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk

13
mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan

setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

140.1 Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk tidak


melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
a) Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang
diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan
bisnis kepada pihak diluar KAP atau Jaringan KAP
tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus,
kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum
atau peraturan lainnya yang berlaku; dan
b) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang
diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan
bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
140.2 Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan,
termasuk dalam lingkungan sosialnya. Setiap Praktisi harus
waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tdak
sengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan
jangka panjang dengan rekan bisnis maupun anggota
keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
140.3 Setiap Praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang
diungkapkan oleh klien atau pemberi kerja.
140.4 Setiap Praktisi harus mempertimbangkan pentingnya
kerahasiaan informasi terjaga dalam KAP atau Jaringan
KAP tempatnya bekerja.
140.5 Setiap Praktisi harus menerapkan semua prosedur yang
dianggap perlu untuk memastikan terlaksananya prinsip
kerahasiaan oleh mereka yang bekerja dibawah
wewenangnya, serta pihak lain yang memberikan saran dan
bantuan profesionalnya.
140.6 Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus
berlanjut, bahkan setelah berakhirnya hubungan antara

14
Praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika berpindah
kerja atau memperoleh klien baru, Praktisi berhak untuk
menggunakan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dari
hubungan profesional atau hubungan bisnis.
140.7 Dibawah ini merupakan situasi-situasi yang mungkin
mengharuskan Praktisi untuk mengungkapkan informasi
yang bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut
dianggap tepat:
a) Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan
disetujui oleh klien atau pemberi kerja;
b) Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai
contoh:
1) Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam
sidang pengadilan; atau
2) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat
mengenai suatu pelanggaran hukum; dan
c) Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban
profesional untuk mengungkapkan, selama tidak
dilarang oleh ketentuan hukum:
1) Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu
yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
2) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi
yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator;
3) Dalam melindungi kepentingan profesional
Praktisi dalam sidang pengadilan; atau
4) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik
profesi yang berlaku.
140.8 Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang
bersifat rahasia, setiap Praktisi harus mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:

15
a) Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk
pihak ketiga, jika klien atau pemberi kerja mengizinkan
pengungkapan informasi oleh Praktisi;
b) Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua
informasi yang relevan. Ketika fakta atau kesimpulan
tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak
lengkap, pertimbangan profesional harus digunakan
untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus
dilakukan; dan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju.
Setiap Praktisi harus memastikan tepat tidaknaya pihak
yang dituju dalam komunikasi tersebut.

e. Prilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi

profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku

yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota

sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak

ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

150.1 Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk


mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mecakup setiap tindakan
yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang
negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang
dapat menurunkan reputasi profesi.
150.2 Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan
pekerjaannya, setiap Praktisi tidak boleh merendahkan

16
martabat profesi. Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan
tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai
berikut:
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa
profesional yang dapat diberikan, kualifikasi yang
dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil
pekerjaan Praktisi lain.

Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan
mengenai hal-hal berikut ini:
a. Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
b. Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
c. Seksi 220 Benturan Kepentingan
d. Seksi 230 Pendapat Kedua
e. Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
f. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
g. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan
Lainnya
h. Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien
i. Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
j. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance

3. Kewajiban Bagi Seorang Akuntan Publik (AP) Dan Kantor Akuntan


Publik (KAP)
Terdapat lima kewajiban Akuntan Publik dan KAP, yaitu :
a. Bebas dari kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta
menggunakan kemahiran jabatannya (due professional care) dalam
menjalankan tugas profesinya.
b. Menjaga kerahasiaan informasi / data yang diperoleh dan tidak
dibenarkan memberikan informasi rahasia tersebut kepada yang

17
tidak berhak. Pembocoran rahasia data / informasi klien kepada
pihak ketiga secara sepihak merupakan tindakan tercela.
c. Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan Beragam (Omnibus
Statement) Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah
ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
(DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), terutama SPM
Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik
(SPM-KAP).
d. Mempunyai staf / tenaga auditor yang profesional dan memiliki
pengalaman yang cukup. Para auditor tersebut harus mengikuti
Pendidikan Profesi berkelanjutan (Continuing Profesion education)
sebagai upaya untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang audit dan proses bisnis (business process).
Dalam rangka peningkatan kapabilitas auditor, organisasi profesi
mensyaratkan pencapaian poin (SKP) tertentu dalam kurun / periode
waktu tertentu. Hal ini menjadi penting, karena auditor harus
senantiasa mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara
terus menerus.
e. Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya
dengan baik. KKA tersebut merupakan perwujudan dari langkah-
langkah audit yang telah dilakukan oleh auditor dan sekaligus
berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari temuan-temuan audit
(audit evidence) dan opini laporan audit (audit report). KKA
sewaktu-waktu juga diperlukan dalam pembuktian suatu kasus di
sidang pengadilan.

4. Larangan Bagi Seorang Akuntan Publik ( AP ) Dan Kantor Akuntan


Publik ( KAP )
Akuntan Publik dilarang melakukan tiga hal berikut :
a. Dilarang memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan
(general audit) untuk klien yang sama berturut-turut untuk kurun
waktu lebih dari 3 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah

18
terjadinya kolusi antara Akuntan Publik dengan klien yang
merugikan pihak lain.
b. Apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap
pemberi penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.
c. Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak
diperbolehkan oleh ketentuan perundang-undangan / organisasi
profesi seperti sebagai pejabat negara, pimpinan atau pegawai pada
instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta, atau badan hukum
lainnya, kecuali yang diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen
perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan struktural dan atau
komisaris atau komite yang bertanggung jawab kepada komisaris
atau pimpinan usaha konsultansi manajemen.

Sedangkan, KAP harus menjauhi 4 larangan berikut :

a. Memberikan jasa kepada suatu pihak, apabila KAP tidak dapat


bertindak independen.
b. Memberikan jasa audit umum (general audit) atas laporan keuangan
untuk klien yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 5
(lima) tahun.
c. Memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan
dan manajemen.
d. Mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak Terasosiasi yang
menolak atau tidak bersedia memberikan keterangan yang
diperlukan dalam rangka pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan
KAP.

C. Studi Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntan Publik

1. Kasus Pelanggaran etika Profesi Akuntan Publik

Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Sugito dan Kepala

19
Bagian Tata Usaha dan Keuangan Inspektorat Kemendes, Jarot Budi

Prabowo dituntut pidana masing-masing dua tahun penjara, dikurangi

masa tahanan.

Tuntutan tersebut dibacakan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam persidangan kasus dugaan suap pada pemberian opini wajar tanpa

pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI terhadap

laporan keuangan Kemendes PDTT tahun 2016, di Pengadilan Tipikor

Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Selain itu, kedua terdakwa juga dituntut membayar denda. Sugito

dituntut untuk membayar denda Rp 250 juta subsider 6 bulan kurungan,

sementara Jarot dituntut membayar denda Rp 200 juta subsider 6 bulan

kurungan.

"Menyatakan terdakwa Sugito dan Jarot Budi Prabowo terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi

secara bersama-sama dan berlanjut," kata jaksa KPK, saat membacakan

tuntutan di ruang sidang Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu.

Hal itu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 5 ayat

1 UU Nomor 20 Tahun 2002 tentang Tipikor Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1

KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagaimana dakwaan alternatif

pertama.

Menurut jaksa, hal yang memberatkan perbuatan para terdakwa

tidak mendukung program pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan

yang bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme.

20
Sementara, hal yang meringankan, para terdakwa mengaku dan

berterus terang dipersidangan dan menyesali perbuatannya. Dalam

tuntutannya, jaksa juga meminta agar kedua terdakwa tetap ditahan.

Seperti diketahui, dalam perkara ini, Inspektur Jenderal Kemendes

Sugito, didakwa menyuap Rochmadi Saptogiri selaku Auditor Utama

Keuangan Negara III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Ali Sadli,

selaku Kepala Sub Auditorat III Auditorat Keuangan Negara.

Sugito yang didakwa bersama-sama Kepala Bagian Tata Usaha dan

Keuangan Itjen Kemendes, Jarot Budi Prabowo, diduga memberikan

uang Rp 240 juta kepada dua pejabat BPK tersebut.

Menurut jaksa, uang Rp 240 juta itu diduga diberikan dengan

maksud agar Rochmadi menentukan opini WTP terhadap Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Kemendes tahun anggaran

2016.

Selain itu, suap tersebut diduga untuk menutupi temuan dalam

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Kemendes

pada 2015 dan Semester I 2016, sebesar Rp 550 miliar.

2. Pembahasan Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Dalam kasus Audit Kemenkes terjadi pelanggaran Kode Etik

Profesi Akuntan Publik yang dilakukan oleh Auditor BPK, yaitu

penerimaan suap dari Kemendes dengan tujuan agar Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Kemendes tahun anggaran

2016 yang diperiksa diberi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

21
Suap tersebut juga ditujukan untuk menutupi temuan dalam Laporan

Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Kemendes pada 2015

dan Semester I 2016. Seorang Auditor dalam melakukan tugasnya harus

berdasarkan pada Kode Etik Profesi Akuntan Publik.

Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik, seorang auditor dituntut

untuk memiliki integritas terhadap pekerjaannya, objektif terhadap

Laporan Keuangan Klien yang diperiksa, bersikap kompeten dan berhati-

hati dalam mencari bukti temuan, bersikap Profesional dan menjaga

nama baik profesi. Secara garis besar seorang Akuntan Publik atau

Auditor dilarang untuk melakukan kecurangan seperti menerima suap

dan menghilangkan bukti temuan untuk kepentingan Klien. Oleh karena

itu, apa yang telah dilakukan oleh auditor BPK yang menangani

Kemenkes telah melanggar Kode Etik Profesi Akuntan Publik.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari laporan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa

apapun profesi yang dijalani tidak lepas dari adanya aturan dan etika yang

berlaku baik di profesi yang bersangkutan maupun secara garis besar (umum).

Menyangkut dengan etika profesi yang kami diskusikan diatas, bahwasannya

seorang akuntan publik harus benar-benar memahami standar akuntan publik

dan mematuhi kode etik yang sudah diatur bedasarkan keputusan yang di

ambil bersama oleh Institut Akunta Publik Indonesia (IAPI). Karena seperti

yang kita ketahui setiap pelanggaran kode etik yang dilakukan khususnya

untuk profesi akuntan publik terdapat sanksi-sanksi yang dapat menjeratnya

baik secara perdana maupun perdata sesuai dengan peraturan hukum yang ada

di Indonesia.

B. Saran

Dikutip dari kesimpulan diatas, maka saran kami adalah sebagai berikut:

1. Bagi para pekerja profesional yang berprofesi sebagai akuntan publik

baik yang sudah berpengalaman atau lebih khususnya lagi bagi baru

akan menggeluti bidang tersebut hendaknya untuk menpersiapkan dan

mempelajari segala sesuatunya yang berhubungan dengan aturan-aturan

dan etika profesi akuntan publik dengan seksama.

23
2. Terlepas dari judul diatas, kita sebagai mahluk individu dan sosial

tentunya kita harus selau menjaga sikap, etika dan mematuhi norma-

norma yang ada didalam kehidupan sehari-hari.

24
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2009). Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.


Belarminus, R. (2017, Oktober Selasa). nasional.kompas.com. Retrieved from
Kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2017/10/11/16054571/kasus-suap-
auditor-bpk-dua-pejabat-kemendes-dituntut-2-tahun-penjara
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2008). Kode Etik Profesi Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Manroe, D. (2014, November 11). dewimanroe.wordpress.com. Retrieved from
dewimanroe.wordpress.com:
https://dewimanroe.wordpress.com/2014/11/04/tugas-7-kode-etik-akuntan-
publik/
Yohanes. (2013, Januari). tugas04-etika-profesi.blogspot.co.id. Retrieved from
tugas04-etika-profesi.blogspot.co.id: http://tugas04-etika-
profesi.blogspot.co.id/2013/01/kode-etik-profesi-akuntan-publik.html

25

Anda mungkin juga menyukai