Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada beberapa pendapat tentang etika. Etika (Yunani Kuno: "ethikos",
berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.
Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika
adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.
Sedangkan Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku dan
berbudaya. Tujuan kode etik agar profesionalisme memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik akan
melindungi perbuatan yang tidak profesional. Dalam hal ini, standar etika yang
lebih tinggi biasanya dilakukan oleh seseorang bukan karena takut melanggar
hukum tetapi karena memikirkan akibat yang ditimbulkan. Standar tertinggi
perilaku etis muncul dalam diri seseorang karena alasan kebenaran dan
mendorong orang untuk berperilaku etis dan profesional serta bertindak
berdasarkan hati nurani. Sehingga tidaklah heran jika setiap profesi memiliki
kode etik dan menjadikan kode etik sebagai pedoman berperilaku dalam
menjalankan profesi. Menurut Jusup, Al Haryono, etika profesi merupakan
tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap sebuah profesi. Hal ini berarti,
apabila etika profesi ini dilanggar maka akan mengakibatkan kepercayaan
masyarakat terhadap profesi tersebut berkurang.

1
Itulah mengapa etika sangat penting untuk dipelajari mengingat
pentingnya etika dalam rana kehidupan secara khusus berkaitan dengan
profesi. Oleh karena pentingnya etika yang disajikan dalam kode etik tersebut,
maka kelompok dalam makalah ini akan menyajikan pentingnya kode etik
dalam pasar modal.

1.2 Rumusan Masalah


Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah
tersebut antara lain :
a. Pentingnya Kode Etik
b. Kode Etik Pasar Modal
c. Kode Etik Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE)
d. Etika bagi Emiten dan Investor
e. Persepsi Kode Etik di Pasar Modal

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wacana
seputar kode etik serta segala hal yang berkaitan dengan pasar modal dan juga
sebagai jawaban atas tugas yang di berikan oleh Dosen Etika Bisnis dan
Profesi, sekaligus membuka wawasan pengetahuan kita akan kode etik pada
pasar modal.

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa/i S1 Akuntansi yang sedang
mempelajari mata kuliah etika bisnis dan profesi untuk menambah wawasan
mengenai kode etik di pasar modal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Kode Etik


Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada
saat yang dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi
segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense)
dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian kode etik adalah refleksi
dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat
dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri.
Etika bisnis memiliki fungsi sentral dalam pasar modal sebagai
pedoman berperilaku di pasar modal. Unsur pertama etika bisnis adalah
kepercayaan dan accuntability, pasar modal tidak bisa beroperasi tanpa
kepercayaan. Kepercayaan itu ditunjukan dan diberikan pada pemakai jasa.
Sedangkan accuntability menyangkut pendelegasian wewenang dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan pemodal yang dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka. Agar kedua unsur dapat tercapai pasar
modal menetapkan peraturan khusus mengenai prinsip keterbukaan mengingat
terjadinya benturan kepentingan , masalahnya bukan pada perilaku tetapi pada
kondisi tertentu berdasarkan kode etik. Karena itulah kode etik dapat dikatakan
penting dalam pasar modal.

2.2 Kode Etik Pasar Modal


Apa sebenarnya yang mendasari perlunya kode etik bagi setiap
professional Pasar Modal? Sesungguhnya manusia itu cenderung egois, lebih
mementingkan dirinya sendiri daripada kepentingan orang lain, sementara
industri Pasar Modal berhubungan langsung dengan pengelolaan dana milik
orang lain.

3
Sementara yang menjadi prinsip dasar yang harus dipegang oleh semua
pelaku dari industri Pasar Modal adalah “Trust and Accountability” serta
“Good Corporate Governance”. Tanpa ke 3 konsep dasar ini maka industri ini
tidak akan menunjukkan tujuan yang sesungguhnya.

Pada dasarnya pembatasan dalam prilaku adalah:


1. Jangan melanggar Undang Undang, peraturan, dan ketentuan
2. Jangan melanggar norma norma yang telah disepakati
3. Jangan melanggar martabat pribadi.
Hal-hal yang dihadapi para professional Pasar Modal yaitu :
1. Dilema Etika
Para Sales Equity atau Marketing yang bekerja di sebuah
perusahaan sekuritas akan mendapatkan Komisi dari pekerjaannya yang
dihitung berdasarkan jumlah lot transaksi. Komisi menjadi pendorong
adanya berbagai konflik kepentingan yang sering cederung tidak adil.
Benturan kepentingan, perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris,
atau pemegang saham utama perusahaan. Semuanya terjadi didalam
sebuah Perusahaan Efek (Perantara Pedagang Efek/PPE) , dalam hal ini
diwakili oleh Wakil Perantara Pedagang Efek/WPPE) sebagai pihak yang
berhubungan langsung dengan investor.

Berkaitan dengan kode etik, Asosiasi WPPE/Wakil Perantara


Pedagang Efek (AWP2EI), menerbitkan Kode Etik WPPE yang antara
lain memuat :
a. Memahami dan mematuhi segala ketentuan, peraturan, dan
perudang-undangan Pasar Modal di Indonesia.
b. Tuntutan untuk bertindak dan bersikap profesional.
c. Dilarang melakukan transaksi efek baik langsung maupun tidak
langsung untuk dan atas nama pribadi.
d. Dalam melaksanakan Amanat, kepentingan Nasabah didahulukan
berdasarkan prioritas waktu dan prioritas harga.

4
2. Fiduciary Duties
 Prinsip yang merujuk kepada kemampuan dan kehati-hatian (duty of
skill and care/prudent).
 Prinsip yang merujuk kepada itikad baik untuk semata-mata
bertindak untuk kepentingan pemodal (duty of loyality).
 Prinsip untuk tidak mengambil keuntungan pribadi atas suatu
kesempatan yang sebenarnya milik/diperuntukan bagi investor (no
secret profit rule).

Prinsip Duty of Loyality, akan terlihat jelas dalam kasus adanya


benturan kepentingan (conflict of interest) berupa self dealing dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Transaksi antara pribadi manajer investasi dengan investor yang
portofolio nya dikuasakan kepada manajer investasi.
b. Transaksi antar beberapa investor yang manajer investasinya sama.
c. Transaksi yang mendahulukan kepentingan manajer investasi
secara pribadi sebelum kepentingan Investor.
d. Kepentingan usaha antar manajer investasi secara pribadi dengan
perusahaan efek, dimana yang bersangkutan bekerja.
3. Penipuan, Manipulasi Pasar, Dan Perdagangan Orang Dalam (UU No. 8
th 1995 Pasal 90 tentang Pasar Modal)

Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara


langsung atau tidak langsung :
 menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana
dan atau cara apapun.
 turut serta menipu atau mengelabui pihak lain.
 membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material,
atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan
yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi
pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan
atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau

5
dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau
menjual efek.
4. Manipulasi pasar (UU No. 8 th 1995, tentang Pasar Modal, pasal 90)
 Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun
tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu
atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar,
atau harga Efek di Bursa Efek.
 Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama sama Pihak lain,
dilarang melakukan 2 transaksi Efek atau lebih, baik langsung
maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa
Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain
untuk membeli, menjual, atau menahan Efek
 Setiap Pihak dilarang, dengan cara apapun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek.
5. Perdagangan Orang Dalam (UU No. 8 th 1995 tentang Pasar Modal pasal
90)
Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai
informasi orang dalam, dilarang melakukan pembelian atau penjualan
atas Efek.
1) Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau
2) Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau
Perusahaan Publik yang bersangkutan.

Orang dalam dilarang:


 mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek dimaksud; atau
 memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut
diduganya dapat menggunakaninformasi dimaksud untuk
melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.

Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang


dalam dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian

6
memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang
berlaku bagi orang dalam.

Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang


dalam dan kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak
dikenakan larangan sepanjang informasi tersebut disediakan oleh Emiten
atau Perusahaan Publik tanpa pembatasan.

Yang dimaksud dengan Orang Dalam, yaitu:

1) Manajemen perusahaan (anggota Direksi, dan anggota Dewan


Komisaris).
2) Pegawai perusahaan.
3) Pihak yang berhubungan langsung dengan perusahaan dalam rangka
pekerjaan (KAP, Konsultan Hukum, Konsultan Manajemen,
Supplier, Perusahaan Penilai, Research Analyst, dan Penjamin
Emisi).

Pihak 1, 2 dan 3, masih dikatakan orang dalam sampai dengan waktu


6 bulan setelah efektif berhenti atau tidak memiliki hubungan lagi
dengan perusahaan.

Menurut pengamatan penulis, bagi setiap profesional di Pasar


Modal, masalah etika ini menjadi penting, walaupun sepenuhnya
tergantung dari komitmen moral yang ingin dipertanggungjawabkan
secara terbuka untuk menunjukkan komitmen yang kuat atas
profesionalisme pada industri ini.

2.3 Kode Etik Wakil Perantara Pedagang Efek

7
Kode etik Wakil Perantara Pedagang Efek Indonesia terdiri atas 6 bab
dengan 23 pasal, sebagai berikut :

Bab I : Umum

1. WPPEI adalah orang perorangan yang telah mendapat ijin perorangan


Wakil Perantara Pedagang Efek Dari Bapepam.
2. Pedoman dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil perantara pedagang
efek.
3. Kewajiban WPPEI untuk mentaati seluruh peraturan dan perundangan di
bidang pasar modal.
4. Kewajiban WPPEI untuk bertindak dan bersikap profesional serta
mempunyai wawasan yang luas dalam menjalankan tugasnya.
5. WPPEI dianggap telah memahami hak dan kewajibannya sebagai WPPE
dari suatu perusahaan efek, termasuk sanksi yang melekat pada
kewajibannya.

Bab II : Tanggung Jawab Terhadap Perusahaan Efek Yang Diwakilinya

1. WPPEI mewakili kepentingan perusahaan efek yang diwakilinya sesuai


dengan kewenangan yang diberikan kepadanya.
2. WPPEI bertanggung jawab atas segala aktivitas transaksi efek yang
dilakukannya.
3. WPPEI dilarang melakukan transaksi efek baik langsung maupun tidak
langsung untuk dan atas nama pribadi.
4. WPPEI tidak dibenarkan bekerja rangkap di perusahaan efek lain.

BAB III : Tanggung Jawab Terhadap Nasabah

1. Hubungan WPPEI sebagai penerima amanat dengan para nasabahnya


harus didasarkan pada tingkat kejujuran dan kepercayaan yang tinggi.
2. Dalam melaksanakan amanat, kepentingan nasabah didahulukan dengan
berdasarkan prioritas waktu dan prioritas harga.
3. WPPEI bertanggung jawab atas penyampaian konfirmasi kepada Nasabah
sehubungan dengan pelaksanaan amanat dari nasabah yang bersangkutan.

8
4. WPPEI wajib menyelenggarakan dan memelihara catatan-catatan
sehubungan dengan transaksi-transaksi yang dilakukan.
5. WPPEI tidak dibenarkan menggunakan efek-efek milik nasabah untuk
kepentingan lain tanpa seijin pemiliknya.
6. WPPEI dilarang memungut biaya-biaya lain diluar ketentuan yang telah
ditetapkan perusahaan untuk kepentingan pribadi.
7. WPPEI wajib menolak amanat yang tidak etis, atau amanat yang tidak
sesuai dengan ketentuan, peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, yang dapat merusak citra pasar modal Indonesia, serta dapat
merugikan pihak lain.
8. WPPEI dilarang memberikan informasi-informasi yang menyesatkan atau
dapat menimbulkan kerugian pihak lain, baik kerugian materi maupun non
materi.

Bab IV : Hubungan Dengan Sesama WPPEI

1. WPPEI dilarang melakukan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan


yang dapat merugikan WPPEI lainnya, dengan cara antara lain :
 Untuk dan atas nama perusahaan efek melakukan transaksi semu atau
merekayasa keadaan bursa untuk maksud dan tujuan tertentu.
 Menjual efek yang belum dikuasainya atau belum siap untuk dijual.
 Melakukan manipulasi sehubungan dengan data-data atau informasi-
infotrmasi yang melekat pada efek yang diperjualbelikan di bursa.
2. Dalam bertransaksi WPPEI harus konsekwen dan menjunjung tinggi
kesepakatan yang telah diputuskan.
3. WPPEI dilarang memberikan amanat jual maupun beli kepada perusahaan
efek lain.

Bab V : Sanksi

Bagi WPPEI yang melanggar kode etik akan dikenakan sanksi berupa :

9
1. Teguran Lisan
2. Peringatan Tertulis
3. Usulan pengenaan skorsing kepada instansi yang berwenang
4. Pencabutan Keanggotaan dari Asosiasi Wakil Perantara Pedagang Efek

2.4 Etika Bagi Emitmen dan Investor


1. Etika Bagi Emiten
Dalam menanamkan dana, investor menilai kondisi dan kinerja
perusahaan. Untuk itulah informasi yang menggambarkan kondisi dan
kinerja emiten menjadi hal yang sangat krusial dalam pasar modal. Dengan
posisinya sebagai pihak yang pasif dan tidak mengetahui secara detail seluk-
beluk perusahaan, investor berpotensi menjadi pihak yang dirugikan dalam
kaitannya dengan keandalan informasi. Untuk itulah, pemerintah melalui
Bapepam-LK melindungi kepentingan investor melalui aturan-aturan, salah
satunya adalah Undang-Undang yang mengatur mengenai pasar modal di
Indonesia adalah UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Meskipun telah dilindungi dengan aturan, investor masih merupakan


pihak yang berpotensi dirugikan. Hal ini disebabkan karena banyak celah
yang belum diatur oleh peraturan dan sifat dari akuntansi yang memiliki
berbagai alternatif dalam menyajikan kondisi atau aktivitas ekonomi
emiten. Dengan sifat akuntansi yang demikian, maka laporan keuangan
yang dihasilkan juga dapat disajikan dengan berbagai pendekatan. Emiten
sebagai pengelola dana tidak boleh sekedar memenuhi batasan-batasan yang
tertuang dalam aturan. Emiten harus mengutamakan kepentingan investor
meskipun tidak diatur dalam aturan. Dalam hal ini kepentingan investor
adalah laporan keuangan yang handal dan relevan.

Terkait dengan penyajian laporan keuangan, Bapepam-LK


mewajibkan emiten untuk menyerahkan laporan keuangan tahunan dan
laporan keuangan triwulanan. Laporan keuangan tahunan wajib diaudit oleh
akuntan publik yang terdaftar di Bapepam-LK. Sedangkan laporan
keuangan triwulanan tidak wajib diaudit.

10
Fungsi dari audit yang dilakukan oleh akuntan publik adalah untuk
meningkatkan keandalan informasi dalam laporan keuangan. Setiap upaya
emiten untuk menyajikan informasi yang bersifat menyesatkan akan
diminimalisir dan dikoreksi oleh akuntan publik, sehingga investor dapat
menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan investasi.
Karena hanya laporan keuangan tahunan yang diwajibkan untuk diaudit,
maka terdapat celah bagi emiten untuk menyajikan informasi yang tidak
semestinya dalam laporan triwulanan.

Meskipun pada periode audit akan dikoreksi oleh akuntan publik,


investor telah menyajikan informasi yang tidak semestinya selama tiga
triwulan. Dalam periode tiga triwulan tersebut, investor berpotensi
membuat keputusan yang tidak efisien terkait alokasi modal yang dimiliki
sebagai akibat dari laporan keuangan triwulanan yang disajikan oleh emiten.
Dampak negatif dari pembuatan keputusan yang tidak efisien tersebut akan
terakumulasi pada kuartal ke empat setelah laporan keuangan tahunan yang
diaudit oleh akuntan publik disajikan.

Dengan memperjualbelikan sahamnya pada bursa, secara langsung


manajemen memiliki kepentingan terhadap harga saham. Perusahaan yang
dianggap memiliki kinerja baik oleh para investor akan diapresiasi ke dalam
peningkatan harga saham, dan peningkatan harga saham tersebut
merupakan salah satu dasar yang digunakan untuk memberikan kompensasi
kepada manajemen perusahaan. Adanya kepentingan tersebut membuat
manajemen emiten melakukan tindakan-tindakan yang mampu
meningkatkan harga saham perusahaan dengan cara yang tidak beretika,
yang pada akhirnya akan menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan
para investor. Beberapa macam praktik penyimpangan yang terjadi pada
pasar modal:

1) Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90
huruf c, adalah: membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta
material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan

11
yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada
saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan
tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam
perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak
lepas dari jerat pasal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), penipuan diatur dalam pasal 378 tentang penipuan.

2) Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
Pasal 91 adalah, tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara
langsung maupun tidak dengan maksud untuk menciptakan gambaran
semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau
harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap
pihak yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam hal modal dan
teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa melakukan
penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan
merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar. Manipulasi
pasar yang terjadi di pasar modal antara lain:

a. Insider Trading
Insider trading merupakan perdagangan efek yang dilakukan
oleh orang dalam perusahaan, dimana perdagangan efek tersebut
didasarkan karena adanya informasi dari orang dalam perusahaan
yang penting dan mengandung fakta material. Umumnya para
pelaku insider trading mengharapkan keuntungan ekonomi. Orang-
orang yang menempati posisi tersebut disebut sebagai insiders
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 95 UU No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal adalah:

 Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud


 Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau
Perusahaan Publik yang bersangkutan.

12
Dijelaskan dalam penjelasan Pasal 95 yang dimaksud dengan
“orang dalam” dalam termasuk:
1. Komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan
Publik.
2. Pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik.
3. Orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya
atau karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan
Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi
orang dalam.
4. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi
menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
atau huruf c di atas.

b. Marking the close


Marking the close yaitu tindakan merekayasa harga
permintaan atau penawaran Efek pada saat atau mendekati saat
penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau
harga pembukaan yang tinggi pada hari perdagangan berikutnya.

c. Painting the tape


Painting the tape yaitu kegiatan perdagangan antara rekening
efek satu dengan rekening efek lain yang masih berada dalam
penguasaan satu pihak atau mempunyai sedemikian rupa sehingga
tercipta perdagangan semu.

d. Cornering the market


Cornering the market yaitu membeli efek dalam jumlah
besar sehingga dapat menguasai pasar (menyudutkan pasar).

e. Pools
Pools yaitu penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh
sekelompok investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker
atau seseorang yang memahami kondisi pasar. Manager dari pools
tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada

13
anggota kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuensi
jual beli Efek sehingga dapat meningkatkan harga Efek tersebut.

f. Wash Sale
Wash Sale yaitu transaksi yang terjadi antara pihak pembeli
dan penjual yang tidak menimbulkan perubahan kepemilikan
dan/atau manfaatnya (beneficiary of ownership) atas transaksi
saham tersebut. Tujuannya untuk membentuk harga naik, turun
atau tetap dengan memberi kesan seolah-olah harga terbentuk
melalui transaksi yang berkesan wajar. Selain itu juga untuk
memberi kesan bahwa Efek tersebut aktif diperdagangkan.

2. Etika Bagi Investor


Dalam melakukan investasi di pasar modal kebanyakan investor
mencari dan memfokuskan perhatiannya terhadap investasi yang aman dan
menjanjikan keuntungan yang tinggi, hanya sedikit yang memperhatikan
investasi yang beretika. Apabila investor akan melakukan investasi yang
berdasar etika, hendaklah perhatian utamanya ditujukan kepada produk dan
jasa perusahaan tersebut. Misalnya, jangan melakukan investasi di
perusahaan yang memproduksi bahan-bahan yang mengakibatkan penyakit
atau merusak lingkungan. Selanjutnya, memperhatikan bagaimana dana
yang diperoleh perusahaan tersebut disalurkan, misalnya investasi di
reksadana dapat menjadi investasi yang tidak beretika apabila dana yang
dihimpun diinvestasikan di perusahaan- perusahaan yang produksinya
mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan.

Bagi investor yang tidak aktif menjalankan bisnis itu sendiri terdapat tiga
pendekatan yang dapat digunakan yaitu:

 Pendekatan Negatif
Pendekatan negatif ini disebut juga teori penghindaran, di mana para
investor yang beretika, akan menghindari investasi di bidang atau
perusahaan yang tidak disukainya, atau bertentangan dengan prinsip
etika bisnis yang dianutnya atau juga melakukan kegiatan bisnis di

14
bidang-bidang yang melanggar ketentuan lingkungan, produksi zat
kimia yang berbahaya, produksi senjata, atau melakukan investasi di
negara-negara yang melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia.

 Pendekatan Positif
Dalam hal ini para investor hanya akan melakukan investasi pada
bidang usaha atau bisnis yang sesuai dengan etika bisnis yang
dianutnya. Dalam penerapannya investor dapat menyusun daftar
perusahaan atau bidang bisnis yang dipandang sesuai dengan etika
bisnis yang umum.

 Pendekatan Aktif
Dengan pendekatan ini para investor akan melakukan investasi di
bidang bisnis yang menurutnya tidak sesuai dengan etika bisnis yang
umum dianut, dan dalam melakukan investasi di bidang itu terkandung
tujuan untuk mengambil alih kontrol terhadap perusahaan tersebut
untuk selanjutnya melakukan perubahan agar perusahaan tersebut
menjalankan bisnis sesuai dengan etika bisnis yang umum.

2.5 Persepsi Kode Etik di Pasar Modal

Persepsi Kode Etik di Pasar Modal Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1995: 215) persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari
sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal yang
dialami oleh setiap orang, dalam memahami setiap informasi tentang
lingkungan melalui panca indera (melihat, mendengar, mencium, menyentuh,
dan merasakan). Sedangkan kata persepsi sendiri berasal dari bahasa Latin
perception, yang berarti penerimaan, pengertian atau pengetahuan. Sedangkan
persepsi kode etik di pasar modal berkaitan dengan pandangan akan kode etik
di pasar modal. Beberapa sumber mengatakan bahwa pada tahun 1980-an etika
bisnis belum mendapat perhatian di Pasar Modal. Di Amerika sendiri jurnal
mengenai etika bisnis di Pasar Modal masih terbatas. Contoh masalah etika
antara lain seperti, proses penjatahan IPO, informasi selain prospektus yang

15
bisa dipublikasikan, pemberian yang terlalu berharga. Nah, berkaitan dengan
masalah-masalah ini persepsi kode etik dengan sendirinya akan terjadi. Akan
ada pihak-pihak yang memberikan persepsi atau pandangan atau penilaian
berkaitan dengan masalah-masalah yang terjadi di pasar modal. Inilah yang
dimaksudkan dengan peersepsi di pasar modal.

2.6 Kasus

Setelah serangkaian pelanggaran dilakukan PT Brent Securities, Otoritas


Jasa Keuangan (OJK) memutuskan untuk mencabut izin usaha perusahaan efek ini.
Keputusan tersebut dikeluarkan pada Selasa (13/2) juga mencabut izin usaha
penjamin emisi efek Brent.

OJK memaparkan sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh Brent


Securities. Pertama, perusahaan ini selaku kustodian telah memindahkan saham PT
Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) dari rekening efek nasabah Sophie
Soelaiman. Pemindahan tersebut tanpa sepengetahuan dan perintah tertulis nasabah
yang bersangkutan. Hal tersebut menurut OJK melangkahi pasal 45 undang-undang
nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal.

Masalah kedua yang dibikin Brent adalah tidak mengkonfirmasi mutasi


saham dari rekening nasabah Sophie dari Februari 2010 sampai Mei 2014. Brent
juga tidak menyampaikan dan mengirimkan laporan rekening efek yang memuat
portofolio efek nasabah setiap bulan kepada Sophie sebagai pemegang rekening
efek.

Selain berkasus dengan Sophie, Brent juga menyalahi aturan tentang


pedoman akuntansi perusahaan efek. OJK memaparkan dalam laporannya, Brent
tidak mencatat seluruh transaksi yang dilaksanakan setiap hari sesuai standar
akuntansi keuangan.

Sistem akuntansi yang dilanggar adalah tidak terdapat informasi mengenai


pencatatan pendapatan komisi atas aktivitas penjualan MTN PT Trinisyah Ersa
Pratama pada laporan keuangan per 31 Desember 2013. Perusahaan ini juga tidak

16
menyajikan rekening bank Brent Securities pada laporan keuangan per 31
Desember 2013. Pada laporan modal kerja bersih disesuaikan (MKBD), Brent tidak
memapang transfer dana atas pendapatan komisi atas aktivitas penjualan MTN PT
Trinisyah Ersa Pratama.

Terakhir, Brent Securities gagal memenuhi ketentuan nilai MKBD


minimum yakni Rp 25 miliar. MKBD Brent telah negatif selama 392 hari sejak 7
November 2013 sampai dengan 17 Juni 2015.

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II selaku Plt Deputi Komisioner


Pengawas Pasar Modal I OJK Fakhri Hilmi mengatakan, Brent gagal memenuhi
nilai minimum selama lebih dari 30 hari kerja secara berturut-turut, bahkan 60 hari
kerja dalam 12 bulan terakhir.

Atas keputusan OJK yang tertuang dalam KEP-5/D.04/2018 pada Selasa


lalu maka Brent dilarang menjadi perantara pedagang efek dan penjamin emisi efek.
Tak hanya mencabut izin Brent, Fakhri bilang, izin wakil penjamin emisi efek
Yandi Gondoprawiro sebagai direktur utama Brent juga dicabut. Keputusan
tersebut dikeluarkan OJK sejak 22 Oktober 2015.

Brent telah mengalihkan administrasi atas kepemilikan efek atas nasabah


kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia sejak 29 Desember 2017. Rekening
dana nasabah pun telah dialihkan kepada PT Bank Mandiri, PT Bank CIMB Niaga
dan PT Bank Central Asia.

"Bagi nasabah Brent Securities yang masih memiliki efek atau dana dapat
dipindahbukukan dan mengajukan klaim kepada KSEI atau bank terkait," kata
Fakhri.

2.7 Analisis Kasus

Dari materi yang telah disajikan sebelumnya bahwa brent securities ini telah
melalukan pelanggaran kode etik dalam pasar modal melalui penipuan yang dimana
produk investasi yang ditawarkan bukan produk yang terdaftar dan dilindungi oleh

17
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan menipu masyarakat yang kurang mengetahui
tentang pasar modal itu sendiri atau masyarakat yang awam pada produk pasar
modal yang resmi seperti saham, obligasi, dan reksadana.

Dari kutipan “OJK memaparkan sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh


Brent Securities. Pertama, perusahaan ini selaku kustodian telah memindahkan
saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) dari rekening efek nasabah
Sophie Soelaiman tanpa sepengetahuan nasabah yang bersangkutan” dapat kita
tentukan bahwa Brent securities telah melalukan pelanggaran kode etik dalam pasar
modal yakni melepaskan tanggung jawab atas penyampaian konfirmasi kepada
Nasabahnya, dan melakukan penipuan berupa transaksi semu dimana produk
investasi yang ditawarkan bukan produk yang dilindungi oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Serta Brent Securities telah melakukan pelanggaran operasional.

Menurut kami, Brent securities juga tidak sepenuhnya salah karena mereka
sudah memberitahu hal tersebut kepada nasabahnya bahwa dana yang dikumpulkan
akan diinvestasikan pada instrumen properti tetapi dengan imbalan akan hasil yang
tinggi sehingga masyarakat cenderung tertarik terhadap produk investasi mereka
yang tidak resmi. Dalam kasus ini, nasabah seharusnya juga cermat dan tidak
percaya begitu saja terhadap produk investasi yang ditawarkan oleh sekuritas.
Dengan hal itu, tidak hanya BEI dan OJK tetapi hendaknya calon investor juga
harus memiliki edukasi yang baik sebelum membeli produk investasi di securities.
Bagi Nasabah Shopie Soelaiman pun seharusnya dalam melakukan investasi di
pasar modal harus mencari dan memfokuskan perhatiannya terhadap investasi yang
aman dan beretika, tidak hanya fokus pada keuntungan tinggi yang menjanjikan.

Tetapi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah melakukan tindakan yang
benar dengan mencabut izin usahanya karena hal itu akan menjadi efek jera kepada
brent securities dan sebagai pembelajaran terhadap perantara pedagang efek yang
lain. Karena aktivitas yang dilakukan oleh brent securities bahwa produk yang
ditawarkan sudah lari dari jalur pasar modal karena idealnya securities hanya
menjual saham, obligasi atau reksadana tetapi juga ada transaksi dibawah tangan
dimana brent menjual di luar pasar modal seperti instrumen properti. Selain itu juga

18
brent securities telah menyalahi aturan tentang pedoman akuntansi perusahaan efek
dengan tidak membuat transaksi-transaksi yang terjadi.

Dari kasus di atas, yang dapat kami gunakan sebagai penyelesaian adalah
memperhatikan bagaimana dana yang diperoleh perusahaan tersebut disalurkan,
Serta sebagai perusahaan yang bertanggungjawab atas aset orang lain sebaiknya
melaksanakan amanat para nasabahnya harus berdasarkan pada tingkat kejujuran
dan dilarang melakukan transaksi efek baik langsung maupun tidak langsung untuk
dan atas nama pribadi.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah disajikan sebelumnya dalam makalah ini,
dapat kelompok katakan bahwa, kode etik merupakan dasar pedoman yang
harus ditaati dan dijalankan dalam pasar modal. Adanya kode etik ini adalah
untuk melindungi masyarakat dan pihak yang terkait seperti perusahaan
emiten, dalam berkiprah di pasar modal terutama untuk mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan.
Ketentuan kode etik WPPE yang lebih menitikberatkan dari segi
tanggung jawab juga semakin mendukung terciptanya kondisi yang
mendukung dalam kegiatan di pasar modal. Ketentuan pidana yang ada pun
memberikan antisipasi dan memperkecil resiko kecurangan yang terjadi di
pasar modal. Sehingga dapat dikatakan bahwa adanya kode etik dan standar
profesi di pasar modal adalah hal yang keberadaannya memegang peran
penting demi terciptanya kondisi pasar modal yang baik. Hingga pada akhirnya
nasabah atau emiten, merasa nyaman dalam melakukan kegiatan di pasar
modal.

3.2 Saran
Adapun dalam penyusunan makalah ini, kelompok menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kelompok sangat
mengharapkan masukan atau saran dan kritikan dari Ibu Ayu Oktaviani, Selaku
Dosen Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi dan segenap pengguna makalah
ini, demi pemahaman yang lebih baik berkaitan dengan isi dari makalah ini
selanjutnya

20
DAFTAR PUSTAKA

Artawan, I Made. 2005. Diktat Pengantar Pasar Modal, Universitas Warmadewa

https://keuangan.kontan.co.id/news/serangkaian-dosa-brent-securities-hingga-
izinnya-dicabut

http://dexsuar.wordpress.com/2013/10/29/etika-dalam-praktik-pasar-modal-dan-
investasi/

https://stockbrokersinfo.wordpress.com/2013/01/22/kode-etik-wppe/

21

Anda mungkin juga menyukai