Dosen :
Dr.Wahyudin Nor, SE, M.Si, Ak, CA.
Disusunoleh:
KhairunNisa 1610313320024
Raudatul Jannah 1610313320049
1
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya perekonomian yang saat ini mengarah pada globalisasi,
maka kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan pun semakin
meningkat. Pengaruh globalisasi juga membawa dampak negatif pada jasa audit, pelaku
profesi auditor independen atau akuntan publik dituntut untuk menunjukan
profesionalismenya.Akuntan atau auditor harus dapat memberikan jasa kualitas terbaik
dengan bertanggung jawab dan menjaga kepercayaan masyarakat.
Dengan adanya kode etik profesi, akuntan diharapkan berperilaku secara benar dan
tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan.Meski begitu terkadang pelanggaran
tetap saja terjadi.Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengetahuan dalam
menerapkan etika secara memadai.Oleh karena itu diperlukan adanya landasan pada
standar moral dan etika tertentu. Untuk mendukung profesionalisme akuntan, Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), sejak tahun 1975 telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan
Indonesia” yang telah mengalami revisi pada tahun 1986, tahun 1994 dan terakhir pada
tahun 1998. Dalam Mukadimah Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1998 ditekankan
pentingnya prinsip etika bagi akuntan.Dengan menjadi anggota, seorang akuntan
mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin dan memenuhi segala hukum dan
peraturan yang telah disyaratkan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Selain bermanfaat bagi penulis secara pribadi, penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca selaku pelaku maupun pengamat dunia audit diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui perkembangan akuntansi di Indonesia.
2. Mengetahui sistem akuntansi di negara maju.
3. Mengetahui kode etik profesi akuntan di beberapa negara.
4. Mengetahui sikap seorang akuntan atau auditor dalam menghadapi profesinya di era
globalisasi.
5. Mengetahui profesi akuntan di era global menurut analisis SWOT.
6. Mengetahui contoh studi kasus beserta analisisnya.
Selain bertujuan untuk menulis atau membuat makalah ini, penulis juga bertujuan untuk
di antaranya sebagai berikut :
1. Dapat mengenal kode etik profesi akuntan di Indonesia dan kode etik profesi IFAC.
2. Memahami bagaimana sikap seorang akuntan atau auditor dalam menghadapi profesinya
diera globalisasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642.Akan tetapi bukii yang
jelas terdapat pada pembukuan Amphioen Societeit yang berdiri di Jakarta sejak
1747.Selanjutnya akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan
pada tahun 1870.Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang
menanamkan modalnya di Indonesia.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17
(ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995).Jejak yang jelas berkaitan dengan
praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang
dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995).Pada era ini
Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli.Perusahaan VOC milik Belanda-yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan-memainkan peranan penting
dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-
Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan
publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada
tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan
H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant
Dienst (Soemarso 1995).
Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan
publik.Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang
diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September
1929 (Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945,
dengan mundurnya Belanda dari Indonesia.Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan
4
yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model
Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi
atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia
pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Dengan demikian maka Tata buku atau yang biasa dikenal dengan istilah Pembukuan
sebenarnya adalah merupakan salah satu dari bagian dari Akuntansi. Dalam perkembangan
berikutnya, penggunaan Tata buku semakin banyak ditinggalkan para pemakai akuntansi
seiring dengan perkembangan ekonomi negara-negara dan banyaknya tuntutan masyarakat
dunia usaha atasa penyediaan informasi yang cepat, tepat dan akurat, maka di Indonesia atau
orang kemudian mulai beralih dengan menggunakan atau mulai menerapkan Sistem
akuntansi Anglo Saxon .Pesatnya penggunaan Sistem Anglo Saxon ini di Indonesia
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
5
Hampir sebagian besar mereka yang aktif dan berperan dalam kegiatan
pengembangan akuntansi di Indonesia, mereka pada umumnya telah menempuh
pendidikan nya di Amerika Serikat., kemudian mereka menerapkan ilmunya di
Indonesia. Dengan demikian maka penggunaan dan pengetahuan tentang Sistem
Anglo Saxon akan lebih dominan mempengaruhi perkembangan akuntansi di
Indonesia.
Sedangkan untuk Tantangan Profesi Akuntan Global sendiri saat ini, sedikitnya ada 2
persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat mendukung ke arah
kesatuan ekonomi global, yaitu:
a. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri,
yang terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.
6
Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dalam rangka mengantisipasi
keberadaan profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu yang tak terlalu
lama lagi, organisasi IAI telah sepakat untuk mengadopsi standar audit, akuntansi, dan
kode etik internasional yang dikeluarkan IFAC.
Jepang
Akuntansi dan Pelaporan keuangan di Jepang mencerminkan gabungan berbagai
pengaruh domestik dan internasional, untuk memahami akuntansi Jepang, seseorang harus
memahami budaya, praktik usaha dan sejarah Jepang. Perusahaan – perusahaan Jepang saling
memiliki akuitas saham satu sama lain, dan sering kali bersama-sama memiliki perusahaan
lain. Investasi yang saling bertautan ini menghasilkan konglomerasi industri yang meraksasa
– yang disebut sebagai keiretsu
Modal usaha keiretsu, ini sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi struktural
yang dilakukan Jepang untuk mengatasi stagnasi ekonomi yang berawal pada tahun 1990-an.
Krisis keuangan yang mengikuti pecahnya ekonomi gelembung Jepang juga mendorong
dilakukannya evaluasi menyeluruh atas standar pelaporan keuangan Jepang.
Pelaporan Keuangan
7
Perusahaan yang didirikan menurut Hukum Komersial diwajibkan untuk menyusun
laporan wajib yang harus mendapat persetujuan dalam rapat tahunan pemegang saham, yang
berisi hal-hal berikut :
1. Neraca
3. Laporan Usaha
5. Skedul Pendukung
Pengukuran Akuntansi
Hukum komersial mewajibkan perusahaan perusahaan besar untuk menyusun laporan
konsolidasi, perusahaan yang mencatat saham harus menyusun laporan konsolidasi sesuai
dengan SEL. Akun perusahaan secara terpisah merupakan dasar bagi laporan konsolidasi dan
umumnya prinsip akuntansi yang sama digunakan untuk keduannya. Anak perusahaan
dikonsolidasikan jika induk perusahaan secara langsung dan tidak langsung mengendalikan
kebijakan keuangan dan operasionalnya.
Belanda
8
Akuntansi di Belanda memiliki beberapa paradoks yang menarik. Belanda memiliki
ketentuan akuntansi dan pelaporan keuangan yang relatif permisif, tetapi standar praktik
profesiona yang sangat tinggi. Belanda merupakan negara hukum kode, namun akuntansinya
berorientasi pada penyajian wajar. Pelaporan keuangan dan akuntansi pajak merupakan dua
aktivitas terpisah.
Regulasi di Belanda tetap liberal sehingga tahun 1970 ketika Undang-undang Laporan
Keuangan Tahunan diberlakukan, Undang-undang tahun 1970 memperkenalkan audit wajib.
Undang-undang tersebut juga mendorong pembentukan kelompok Studi Akuntansi Tiga
Pihak (Tripaartif) (yang digantikan oleh Dewan Pelaporan Tahunan pada Tahun 1981)
Pelaporan Keuangan
Kualitas pelaporan keuangan Belanda sangat seragam, laporan keuangan wajib harus disusun
dalam bahasa Belanda, namun dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman dapat diterima.
Laporan Keuangan harus memuat hal-hal berikut :
1. Neraca
9
2. Laporan Laba Rugi
3. Catatan-catatan
4. Laporan Direksi
Pengukuran Akuntansi
Kerugian akibat bencana yang tidak mungkin atau tidak umum untuk diasuransikan
Inggris
Warisan Inggris bagi dunia sangat penting. Inggris merupakan negara pertama di dunia yang
mengembangkan profesi akuntansi yang kita kenal sekarang. Konsep penyajian hasil dan
posisi keuangan yang wajar (pandangan benar dan wajar) juga berasal dari Inggris.
10
1. Pendapatan dan beban harus ditandingkan menurut dasar akrual
2. Pos aktiva dan kewajiban secara terpisah dalam setiap kategori aktiva, dan kewajiban
dinilai secara terpisah
3. Prinsip konservatisme
Undang-undang tersebut berisi aturan penilaian yang luas dimana akun-akun dapat ditentukan
berdasarkan biaya historis atau biaya kini.
Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan Inggris termasuk yang paling komprehensif di dunia. Laporan keuangan
umumnya mencakup :
1. Laporan Direksi
7. Laporan Auditor
Pengukuran Akuntansi
11
Inggris memperbolehkan baik metode akusisi dan merger dalam mencatat akuntansi untuk
Penggabungan usaha. Meskipun demikian, kondisi penggunaan metode merger begitu ketat
sehingga hampir tidak pernah digunakan.
Pada Tahun 2003, Departemen perdagangan dan Perindustrian mengumumkan bahwa mulai
bulan Januari 2005, Seluruh perusahaan Inggris diperbolehkan untuk menggunakan IFRS,
selain GAAP
Amerika Serikat
Akuntansi di Amerika Serikat diatur oleh Badan Sektor Swasta (Badab Standar Akuntansi
Keuangan/FASB), hingga tahun 2002 Institut Amerika untuk Akuntan Publik Bersertifikat.
Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) terdiri dari seluruh standar,
aturan, dan regulasi keuangan yang harus diperhatikan ketika menyusun laporan keuangan,
laporan keuangan seharusnya menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu perusahaan dan
hasil operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secar umum.
Pelaporan keuangan
Laporan tahunan yang semestinya dibuat sebuah perusahaan AS yang besar meliputi :
1. Laporan manajemen
4. Diskusi manajemen dan analisis atas hasil operasi dan kondisi keuangan
12
6. Catatan atas laporan keuangan
Laporan keuangan konsolidasi bersifat wajib dan laporan keuangan AS yang diterbitkan
biasanya tidak memuat hanya laporan induk perusahaan saja. Aturan konsolidasi
mengharuskan seluruh anak perusahaan yang dikendalikan (yaitu, dengan kepemilikan yang
melebihi 50 persen dari saham dengan hak suara) harus dikonsolidasikan secara penuh,
walaupun operasi anak perusahaan tersebut tidak homogen. Laporan keuangan interim
(kuartalan) diwajibkan untuk perusahaan yang sahamnya tercatat pada bursa efek utama.
Laporan ini biasanya hanya berisi laporan keuangan ringkas yang tidak diaudit dan komentar
manajemen secara singkat.
Pengukuran Akuntansi
Aturan pengukuran akuntansi di Amerika Serikat mengasumsikan bahwa suatu entitas usaha
akan terus melangsungkan usahanya. Pengukuran dengan dasar akrual sangat luas dan
pengakuan transaksi dan peristiwa sangat tergantung pada konsep penanding.
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi,
2001: 53)
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan
yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia
bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan
etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik
kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang
14
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi,
perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan
sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik
dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya,
anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
15
menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau
pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa
berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan
16
2.3B KODE ETIK PROFESI AKUNTAN: INTERNASIONAL FEDERATION OF
ACCOUNTANTS (IFAC)
Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik seara
lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian ; Bagian A berisi
prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan
juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut; Bagian B berisi
penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental
pada bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka yang berpraktik sebagai
akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka konsep dan
prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk diterapkan pada situasi-situasi khusus,
terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan manajemen).
17
Contoh langsung Ancaman Kepentingan Diri untuk akuntan bisnis: Kepentingan keuangan,
pinjaman, dan garansi; Perjanjian kompensasi insentif; Penggunaan harta perusahaan yang
tidak tepat; Tekanan komersial dari pihak di luar perusahaan.
Pengamanan terhadap ancaman
Ada dua kategori pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu: Pengamanan
melalui profesi, legislasi, atau regulasi; Pengamanan lingkungan kerja.
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah daripada
mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoe.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
(ambiguous situational).
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat
juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers).
5. kode etik dapat merinci tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri.
6. kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengewasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak
mengawasinya.
Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management Accountants
(IMA). Kode etik AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang berpraktik pada
kantor akuntan publik, sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi para akuntan
yang berprofesi sebagai akuntan manajemen di suatu organisasi perusahaan.
2.4 Etika seorang akuntan atau auditor dalam menghadapi profesi akuntan di era
globalisasi
Pada umumnya masyarakat memandang profesi akuntan sebagai seorang yang profesional.
Dalam hal ini, masyarakat mempunyai presepsi bahwa seorang akuntan itu telah mematuhi
standar dan tata nilai yang berlaku di profesi akuntan. Nilai-nilai Etika yang terdapat dalam
diri seorang akuntan atau audit dalam menghadapi era globalisasi, dapat dicirikan sebagai
berikut:
1. Integritas, merupakan segala perbuatan dan tutur kata pelaku profesi menunjukan
sikap yang transparan, juju dan konsistensi.
18
2. Kerjasama, merupakan kemampuan untuk bekerja dalam tim.
3. Inovasi, merupakan kemampuan memberi nilai tambah kepada pelanggan dan peroses
kerja dengan metode yang baru.
Pada era globalisasi seperti saat ini profesi akuntan publik semakin berkembang.Jasa dari
auditor yang independen digunakan manajemen perusahaan untuk meyakinkan pihak luar
seperti investor dan kreditor bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi informasi yang
dapat dipercaya. Akuntan publik harus meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan
produk audit yang dapat diandalkan perusahaan. Kinerja auditor adalah kemampuan dari
seorang auditor menghasilkan temuan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan.
Selain itu, kualitas lulusan akuntansi di Indonesia masih kurang dalam hal profesionalitas,
dan tidak hanya itu lulusan akuntansi di Indonesia masih kurang up to date dengan kondisi
terbaru, juga penerapan teknologi informasi dalam bidang akuntansinya. Hal ini di karenakan
kurangnya kesadaran para lulusan akuntansi akan pentingnya penerapan sikap yang selalu
ingin maju dan mengikuti perkembangan zaman, sehingga tidak hanya diam pada zona
amannya saja melainkan siap mengahadapi tantangan-tantangan baru. Perubahan mindset
adalah modal utama profesi Akuntan untuk selalu bisa inline dengan zaman.
Disini sedikit akan membahas tentang Analisis SWOT terhadap Profesi Akuntan di Era
Global, yaitu Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan
ancaman (Threats).
19
menjadi member IAPI atau Institut Akuntan Publik Indonesia, sebuah asosiasi profesi resmi
yang diakui oleh Pemerintah.Ini menjadi kekuatan untuk seorang menjadi akuntan.
Kekuatan yang lain adalah semakin sadarnya membutuhkan jasa akuntan. Baik dari
Pemerintah, Dunia Usaha, dan Organisasi Lain.
Kekuatan yang dimiliki oleh profesi akuntan Indonesia sekarang :
• Adanya ketetapan PMK Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara.
Dengan ditetapkannya PMK Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara
yang berlaku untuk profesi akuntan nasional pada saat ini yaitu tidak melainkan untuk
meningkatkan kualitas para profesi akuntan Indonesia untuk menjadi professional akuntansi
yang lebih baik lagi dan dapat bersaing pada era global saat ini.
Pemerintah menerbitkan ketentuan mengenai Akuntan Beregister Negara melalui penetapan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014.Penetapan peraturan tersebut
sekaligus menggantikan ketentuan mengenai Akuntan Beregister Negara sebelumnya, yakni
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 331/KMK.017/1999.
PMK tersebut antara lain mengatur mengenai Register Negara Akuntan, mekanisme registrasi
ulang, pembinaan akuntan profesional Indonesia, pendidikan profesi akuntansi, ujian
sertifikasi akuntan profesional, dan mekanisme pendirian Kantor Jasa Akuntansi (KJA) serta
Asosiasi Profesi Akuntan. Penerbitan PMK ini bertujuan untuk mewujudkan terciptanya
akuntan yang profesional dan memiliki daya saing di tingkat global.
• Asosiasi Profesi Akuntan (Ikatan Akuntan Indonesia-IAI) dan pemerintah bersatu untuk
memastikan Akuntan yang terdaftar dalam Register Negara Akuntan adalah Qualified
Professional Accountant.
Bersama Asosiasi Profesi Akuntan (Ikatan Akuntan Indonesia-IAI), pemerintah bersatu untuk
memastikan Akuntan yang terdaftar dalam Register Negara Akuntan adalah Qualified
Professional Accountant yang memiliki kompetensi dengan kapabilitas mendasar, yaitu
professional knowledge, professional skill, professional values, professional ethics, dan
professional attitudes.
• Efektivitas, kelenturan dan kehandalan strukturnya telah teruji oleh waktu sejak 56 tahun
yang lalu yaitu IAI menjadi organisasi yang adaptif dan solid dalam menghadapi berbagai
tantangan.
Layaknya sebuah living organism, profesi Akuntan di Indonesia mengalami fase kelahiran,
tumbuh dan berkembang.Setiap fasenya ditandai dengan momentum yang menjadi fondasi
20
bagi transformasi selanjutnya. “Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi
mutu pendidikan akuntan, dan mempertinggi mutu pekerjaan Akuntan” adalah reason d’etre
lahirnya IAI, sebuah alasan penciptaan yang akan menjadi penentu warna organisasi ini
sepanjang perjalanannyasebagai organisasi yang menghimpun, melindungi, melayani dan
mengembangkan profesi Akuntan nusantara. Sejak awal pendiriannya 56 tahun yang lalu, IAI
menjadi organisasi yang adaptif dan solid dalam menghadapi berbagai tantangan.Efektivitas,
kelenturan dan kehandalan strukturnya telah teruji oleh waktu, untuk tetap tumbuh dan
berkembang melalui pasang surut dinamika lingkungan yang menjadikanorganisasi ini
semakin kuat.
22
kemampuan/kompetensi yang setara. Akuntan Indonesia yang kompeten bebas bekerja di
negara ASEAN lainnya yang memberikan imbalan dan masa depan lebih baik dari
perusahaan/institusi di Indonesia (strategi ofensif).
23
Audit. (Dept Keu)
Strategi Akuntan (Individu) di Era MEA
Untuk memenangkan persaingan di era MEA, akuntan tidak cukup mengandalkan
kompetensi yang dimiliki saat ini. Setidaknya perlu area pengembangan sbb.:
1. Meningkatkan soft skills
Interpersonal skills: leadership, motivasi, komunikasi efektif, negosiasi, problem solving,
dll.
Intra-personal skills: integritas, profesional, character building, creative thinking, dll.
2. Terus tingkatkan kompetensi
Tidak cukup sekedar memenuhi persyaratan minimal pendidikan profesionalisme
berkelanjutan (PPL).
Bila hanya memenuhi persyaratan PPL, maka belum memiliki keunggulan kompetitif
dibandingkan akuntan lainnya.
3. Bangun networking
Membangun networking yang kuat dan luas dengan individu dan institusi.
4. Memiliki sertifikasi akuntan profesional
Akuntan diharapkan memiliki sertifikasi akuntan yang diakui secara internasional.
5. Memiliki integritas yang tinggi
Bersaing tidak berarti menghalalkan segala cara, tetapi menjunjung kejujuran.
Industri atau pemakai jasa akuntan profesional akan memilih akuntan yang berintegritas.
6. Persiapan mental menjadi “Player”
Optimis menghadapi MEA dan tidak gentar dengan akuntan asing.
Targetnya adalah berperan sebagai “Player”, bukan “Victim”.
Kurangnya jumlah akuntan akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan daya saing suatu
negara apabila tidak ditangani secara komprehensif (World Bank, 2014).
IAI adalah satu-satunya asosiasi profesi akuntan yang ditetapkan Pemerintah (KMK Nomor
263/KMK.01/2014 tanggal 17 Juni 2014).
24
Ernst & Young di New York Times Square. AP/Richard Drew
TEMPO.CO, Washington - Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young’s (EY) di
Indonesia, yakni KAP Purwantono, Suherman & Surja sepakat membayar denda senilai US$
1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal
melalukan audit laporan keuangan kliennya.
Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik AS (Public
Company Accounting Oversight Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu
Washington. Kasus itu merupakan insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik,
sehingga menimbulkan keprihatinan apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek
usahanya di negara berkembang sesuai kode etik.
Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit
kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan
telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih
dari 4 ribu unit tower selular. “Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit
dengan status wajar tanpa pengecualian,” demikian disampaikan PCAOB.
PCAOB juga menyatakan tak lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan pada
2012, afiliasi EY di Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang “tidak benar”
sehingga menghambat proses pemeriksaan. PCAOB selain mengenakan denda US$ 1 juta
juga memberikan sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit pada 2011.
“Dalam ketergesaan mereka atas untuk mengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY dan
dua mitranya lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti audit
yang cukup,” ujar Claudius B. Modesti, Direktur PCAOB Divisi Penegakan dan Invstigasi.
25
Pada dua bulan lalu, kantor akuntan publik lainnya yakni Deloitte & Touche LLP melalui unit
usahanya di Brazil setuju membayar denda kepada PCAOB sebesar US$ 8 juta karena
divonis menutupi laporan audit palsu.
Disebutkan pada kasus diatas, KAP Purwantono, Suherman & Surja telah merilis hasil audit
sebuah perusahaan telekomunikasi Indonesia pada 2011, yang menampilkan opini
berdasarkan bukti-bukti yang tidak memadai. Sebuah perusahaan mitra EY di AS yang
mengkaji kembali hasil audit tersebut menemukan kejanggalan bahwa hasil audit perusahan
telekomunikasi itu tidak menyajikan dukungan yang memadai, mengenai pencatatan sewa
4.000 ruang di menara telpon selular.
PCAOB mengungkapkan, hasil audit perusahaan akuntan publik afiliasi E&Y itu malah
memberi opini wajar tanpa pengecualian. PCAOB juga mengungkapkan bahwa tak lama
sebelum memeriksa hasil audit tahun 2012, KAP Purwantono, Suherman & Surja membuat
lusinan audit baru “yang tidak semestinya”, yang menghambat penyelidikan.
Ketergesa-gesaan mereka dalam menerbitkan laporan audit kepada kliennya, firma dan kedua
mitra tersebut melalaikan tugas dasarnya untuk menyajikan bukti audit yang memadai.
Kemudian pihak pemain lama, Wirahardja dan Leali, mantan direktur praktik professional ET
untuk Asia Pasifik juga tidak mengakui dan juga menyangkal mengenai kesalahan tersebut.
EY sendiri dalam pernyataannya mengakui bahwa perilaku dalam permasalahan tersebut
telah melanggar kode etik profesi akuntan antara lain : Dari segi integritas, mitra EY tidak
dapat memelihara atau meningkatkan kepercayaan publik karena telah gagal melakukan audit
laporan keuangan pada kliennya.dan dari segi prilaku profesional dan standar teknis, Mitra
EY tidak menjalankan sesuai standar teknis dan mengurangi perilaku profesionalnya yang
membuat keprihatinan apakah kantor akuntan publik di negara yang berkembang bisa
menjalankan praktek usahanya.
BAB III
PENUTUP
26
3.1 Kesimpulan
Dua persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat
mendukung kearah kesatuan ekonomi global yaitu:
1. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri, yang
terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.
2. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar perilaku
etis profesi akuntansi.
Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang dominan
diterapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu:
Perbedaan sistem dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu saja sangat menyulitkan
perusahaan-perusahaan multisional/perusahaan-perusahaan yang telah beroperasi melampaui
batas-batas wilayah negaranys, untuk menyusun laporan keuangan gabungan / laporan
keuangan konsolidasi sebagai satu kesatuan entitas.Belum lagi, jika suatu entitas perusahaan
ingin go public di suatu negara, maka setiap pengatur (regulator) di negara tersebut
mengharuskan perusahaan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku di negara pengatur tersebut.
Seiring dengan berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang kemudian disebut
sebagai era Globalisasi. Globalisasi tidak bisa dihindari, masih banyak hal-
hal perekonomian di Indonesia yang perlu diperbaiki demi menyambut era globalisasi.
Seperti halnya akuntan Indonesia memiliki kekurangan s e p e r t i , k u a n t i t a s
a k u n t a n y a n g m a s i h r e l a t i f k e c i l d i b a n d i n g a k a n p a s a r y a n g dibutuhkan. 'an
kualitas akuntan seperti kurangnya kemampuan bahasa inggris, penggunaan komputer,
keterampiulan berperilaku, berpikir kritis, sikap mentaldan moral.Maka dari itu, baiknya
Akuntan Indonesia diharapkan mengikuti aturan kode etik profesi akuntan yang sesuai
dengan peraturan yang sudah ditetapkan negara atau bisa mengukur suatu perekonomian
melalui analisis SWOT.
DAFTAR PUSTAKA
27
https://merryinriama.wordpress.com/2016/05/23/perbedaan-tujuan-laporan-keuangan-antara-
anglo-saxon-dengan-non-anglo-saxon/
http://keuanganlsm.com/kode-etik-perhimpunan-auditor-internal-indonesia/
https://airanursyahidah90.wordpress.com/kode-etik-akuntan-indonesia/
https://blog.ruangguru.com/sejarah-akuntansi-di-dunia-dan-indonesia
https://baracellona.wordpress.com/sejarah-dan-perkembangan-akuntansi-di-indonesia-dan-
internasional/
http://etheses.uin-malang.ac.id/2494/5/10520072_Bab_1.pdf
https://keyturns.wordpress.com/2015/11/14/perilaku-etika-dalam-profesi-akuntansi-kode-
etik-profesi-akuntansi-etika-dalam-auditing/
https://atikanafridayanti.wordpress.com/2017/03/17/analisis-swot-terhadap-profesi-akuntan-
di-era-global/
https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/845604/mitra-ernst-young-indonesia-
didenda-rp-13-miliar-di-as
28