Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ETIKA DAN PROFESI BISNIS

“KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL”

Dosen :
Dr.Wahyudin Nor, SE, M.Si, Ak, CA.
Disusunoleh:
KhairunNisa 1610313320024
Raudatul Jannah 1610313320049

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya perekonomian yang saat ini mengarah pada globalisasi,
maka kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan pun semakin
meningkat. Pengaruh globalisasi juga membawa dampak negatif pada jasa audit, pelaku
profesi auditor independen atau akuntan publik dituntut untuk menunjukan
profesionalismenya.Akuntan atau auditor harus dapat memberikan jasa kualitas terbaik
dengan bertanggung jawab dan menjaga kepercayaan masyarakat.

Dalam menghadapi tantangan di masa mendatang, para professional diharuskan


memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam suatu profesi, selain itu untuk
menjalankan suatu profesi sangatlah penting adanya etika profesi. Di dalam kode etik
terdapat muatan-muatan etika, yang dalam bahasa yunani terdiri dari dua kata yaitu ethos
yang berarti kebiasaan atau adat, dan ethikos yang berarti perasaan batin atau
kecenderungan batin yang mendorong manusia dalam bertingkah laku. Etika profesi
meliputi suatu standar dari sikap para anggota profesi yang dirancang agar sedapat
mungkin terlihat praktis dan realitis, namun tetap idealistis.Setiap akuntan harus
mematuhi etika profesi mereka agar tidak menyimpangi aturan dalam menyelesaikan
laporan keuangan kliennya.

Dengan adanya kode etik profesi, akuntan diharapkan berperilaku secara benar dan
tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan.Meski begitu terkadang pelanggaran
tetap saja terjadi.Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengetahuan dalam
menerapkan etika secara memadai.Oleh karena itu diperlukan adanya landasan pada
standar moral dan etika tertentu. Untuk mendukung profesionalisme akuntan, Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), sejak tahun 1975 telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan
Indonesia” yang telah mengalami revisi pada tahun 1986, tahun 1994 dan terakhir pada
tahun 1998. Dalam Mukadimah Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1998 ditekankan
pentingnya prinsip etika bagi akuntan.Dengan menjadi anggota, seorang akuntan
mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin dan memenuhi segala hukum dan
peraturan yang telah disyaratkan.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan akuntansi di Indonesia ?


2. Apa saja sistem akuntansi yang ada di negara maju ?
3. Jelaskan kode etik profesi akuntan dibeberapa negara ?
4. Bagaimana etika seorang akuntan atau auditor dalam menghadapi profesinya di era
globalisasi ?
5. Bagaimana profesi akuntan di era global menurut analisis SWOT ?
6. Berikan contoh studi kasus beserta analisisnya !

1.3 Manfaat Penulisan Makalah

Selain bermanfaat bagi penulis secara pribadi, penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca selaku pelaku maupun pengamat dunia audit diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui perkembangan akuntansi di Indonesia.
2. Mengetahui sistem akuntansi di negara maju.
3. Mengetahui kode etik profesi akuntan di beberapa negara.
4. Mengetahui sikap seorang akuntan atau auditor dalam menghadapi profesinya di era
globalisasi.
5. Mengetahui profesi akuntan di era global menurut analisis SWOT.
6. Mengetahui contoh studi kasus beserta analisisnya.

1.4 Tujuan Penulisan Makalah

Selain bertujuan untuk menulis atau membuat makalah ini, penulis juga bertujuan untuk
di antaranya sebagai berikut :
1. Dapat mengenal kode etik profesi akuntan di Indonesia dan kode etik profesi IFAC.
2. Memahami bagaimana sikap seorang akuntan atau auditor dalam menghadapi profesinya
diera globalisasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Akuntansi di Indonesia

Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642.Akan tetapi bukii yang
jelas terdapat pada pembukuan Amphioen Societeit yang berdiri di Jakarta sejak
1747.Selanjutnya akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan
pada tahun 1870.Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang
menanamkan modalnya di Indonesia.

Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17
(ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995).Jejak yang jelas berkaitan dengan
praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang
dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995).Pada era ini
Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli.Perusahaan VOC milik Belanda-yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan-memainkan peranan penting
dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997).

Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-
Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan
publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada
tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan
H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant
Dienst (Soemarso 1995).

Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan
publik.Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang
diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September
1929 (Soemarso 1995).

Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945,
dengan mundurnya Belanda dari Indonesia.Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan

4
yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model
Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi
atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia
pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).

Perkembangan akuntansi di Indonesia mulanya menganut Sistem Kontinental, sama


seperti yang dipakai oleh kerajaan Belanda. Sistem Kontinental ini yang kemudian disebut
juga sebagai Tata Buku atau Pembukuan.Ada perbedaan antara Tata buku dengan Akuntansi
perbedaan tersebut terletak pada :

 Tata Buku : menyangkut kegiatan-kegiatan yang yang bersifat konstruktif dari


proses akuntansi, seperti pencatatan, peringkasan, penggolongan, dan aktivitas lain
yang bertujuan untuk menciptakan informasi akuntansi yang berdasarkan pada data.

 Akuntansi : menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dan


analitikal, seperti kegiatan analisis dan interpretasi yang berdasarkan pada informasi
akuntansi.

Dengan demikian maka Tata buku atau yang biasa dikenal dengan istilah Pembukuan
sebenarnya adalah merupakan salah satu dari bagian dari Akuntansi. Dalam perkembangan
berikutnya, penggunaan Tata buku semakin banyak ditinggalkan para pemakai akuntansi
seiring dengan perkembangan ekonomi negara-negara dan banyaknya tuntutan masyarakat
dunia usaha atasa penyediaan informasi yang cepat, tepat dan akurat, maka di Indonesia atau
orang kemudian mulai beralih dengan menggunakan atau mulai menerapkan Sistem
akuntansi Anglo Saxon .Pesatnya penggunaan Sistem Anglo Saxon ini di Indonesia
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

 Adanya penanaman modal asing ( PMA ) di Indonesia semakin banyak menimbulkan


dampak postitif terhadap perkembangan akuntansi, seperti beralihnya sistem
akuntansi yang sebelumnya menggunakan sistem tata buku ( Sistem Kontinental ) kini
beralih ke Sistem Anglo Saxon . Perkembangan ini terjadi karena sebagian besar PMA
menggunakan sistem akuntansi Amerika Serikat ( Anglo Saxon ).

5
 Hampir sebagian besar mereka yang aktif dan berperan dalam kegiatan
pengembangan akuntansi di Indonesia, mereka pada umumnya telah menempuh
pendidikan nya di Amerika Serikat., kemudian mereka menerapkan ilmunya di
Indonesia. Dengan demikian maka penggunaan dan pengetahuan tentang Sistem
Anglo Saxon akan lebih dominan mempengaruhi perkembangan akuntansi di
Indonesia.

Sedangkan untuk Tantangan Profesi Akuntan Global sendiri saat ini, sedikitnya ada 2
persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat mendukung ke arah
kesatuan ekonomi global, yaitu:

a. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri,
yang terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.

b. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar


prilaku etis profesi akuntansi. Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada 3 aliran akuntansi
dan audit yang dominan diterapkan oleh perusahaan, yaitu:
a. Sistem Anglo-Saxon yang dimotori AS
b. Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa negara Eropa
lainnya
c. Sistem yang berlaku di Inggris dan negara-negara persemakmuran.
Kelambatan dan kesulitan dalam mengembangkan standar teknis audit, akuntansi dan
kode etik profesi akuntan global, antara lain disebabkan oleh banyaknya pihak yang
berkepentingan dan banyaknya badan yang merasa punya otoritas untuk
mengembangkan, membina, dan mengawasi profesi akuntan itu sendiri. Pihak-pihak
yang berkaitan langsung dengan profesi akuntansi, antara lain:
a. Pemerintah dan lembaga legislatif melalui produk peraturan dan perundang-
undangan
b. Badan pengatur-otoritas pasar modal
c. Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara
d. Badan/organisasi mandiri internasional
e. Para pemakai/pengguna laporan keuangan
f. Dsb

6
Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dalam rangka mengantisipasi
keberadaan profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu yang tak terlalu
lama lagi, organisasi IAI telah sepakat untuk mengadopsi standar audit, akuntansi, dan
kode etik internasional yang dikeluarkan IFAC.

2.2 Sistem akuntansi di negara maju

Jepang
Akuntansi dan Pelaporan keuangan di Jepang mencerminkan gabungan berbagai
pengaruh domestik dan internasional, untuk memahami akuntansi Jepang, seseorang harus
memahami budaya, praktik usaha dan sejarah Jepang. Perusahaan – perusahaan Jepang saling
memiliki akuitas saham satu sama lain, dan sering kali bersama-sama memiliki perusahaan
lain. Investasi yang saling bertautan ini menghasilkan konglomerasi industri yang meraksasa
– yang disebut sebagai keiretsu
Modal usaha keiretsu, ini sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi struktural
yang dilakukan Jepang untuk mengatasi stagnasi ekonomi yang berawal pada tahun 1990-an.
Krisis keuangan yang mengikuti pecahnya ekonomi gelembung Jepang juga mendorong
dilakukannya evaluasi menyeluruh atas standar pelaporan keuangan Jepang.

Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi


Pemerintah nasional masih memiliki pengaruh paling signifikan terhadap akuntansi di
Jepang. Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga undang – undang : Hukum Komersial,
Undang-undang pasar modal dan Undang-undang pajak penghasilan perusahaan. Hukum
komersial diatur oleh Kementrian Kehakiman (MOJ), hukum tersebut merupakan inti dari
regulasi akuntansi di Jepang dan paling memiliki pengaruh besar.
Perusahaan milik publik harus memenuhi ketentuan lebih lanjut dalam undang undang
pasar modal yang diatur oleh kementrian keuangan dibuat berdasarkan Undang-undang pasar
modal AS dan diberlakukan terhadap Jepang oleh Amerika Serikat selama masa pendudukan
AS setelah perang dunia II Tujuan utama SEL adalah untuk memberikan informasi dalam
pengambilan keputusan.

Pelaporan Keuangan

7
Perusahaan yang didirikan menurut Hukum Komersial diwajibkan untuk menyusun
laporan wajib yang harus mendapat persetujuan dalam rapat tahunan pemegang saham, yang
berisi hal-hal berikut :

1. Neraca

2. Laporan Laba rugi

3. Laporan Usaha

4. Proposal atas Penentuan Penggunaan (apropriasi) Laba ditahan

5. Skedul Pendukung

Perusahaan yang mencatatkan sahamnya juga harus menyusun laporan keuangan


sesuai dengan Undang-undang pasar modal yang secara umum mewajibkan laporan keuangan
dasar yang sama dengan Hukum komersial ditambah dengan laporan arus kas.

Pengukuran Akuntansi
Hukum komersial mewajibkan perusahaan perusahaan besar untuk menyusun laporan
konsolidasi, perusahaan yang mencatat saham harus menyusun laporan konsolidasi sesuai
dengan SEL. Akun perusahaan secara terpisah merupakan dasar bagi laporan konsolidasi dan
umumnya prinsip akuntansi yang sama digunakan untuk keduannya. Anak perusahaan
dikonsolidasikan jika induk perusahaan secara langsung dan tidak langsung mengendalikan
kebijakan keuangan dan operasionalnya.

Meskipun metode penyatuan kepemilikan diperbolehkan, metode pembelian untuk


penggabungan usaha umumnya digunakan. Goodwill diukur menurut dasar nilai wajar aktiva
bersih yang diakuisisi dan diamortisasi selama maksimum 20 tahun, metode ekuitas
digunakan untuk mencatat usaha patungan.

Belanda

8
Akuntansi di Belanda memiliki beberapa paradoks yang menarik. Belanda memiliki
ketentuan akuntansi dan pelaporan keuangan yang relatif permisif, tetapi standar praktik
profesiona yang sangat tinggi. Belanda merupakan negara hukum kode, namun akuntansinya
berorientasi pada penyajian wajar. Pelaporan keuangan dan akuntansi pajak merupakan dua
aktivitas terpisah.

Akuntansi Belanda bersedia untuk mempertimbangkan ide-ide dari luar. Belanda


merupakan salah satu pendukung pertama atas standar internasional untuk akuntansi dan
pelaporan keuangan, dan pernyataan IASB menerima perhatian besar dalam menentukan
praktik yang dapat diterima.

Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi

Regulasi di Belanda tetap liberal sehingga tahun 1970 ketika Undang-undang Laporan
Keuangan Tahunan diberlakukan, Undang-undang tahun 1970 memperkenalkan audit wajib.
Undang-undang tersebut juga mendorong pembentukan kelompok Studi Akuntansi Tiga
Pihak (Tripaartif) (yang digantikan oleh Dewan Pelaporan Tahunan pada Tahun 1981)

Dewan pelaporan Tahunan mengeluarkan tuntunan terhadap prinsip akuntansi yang


dapat diterima (bukan diterima) secara umum, Dewan tersebut memiliki anggota berasal dari
tiga kelompok yang berbeda :

1. Penyusunan laporan keuangan (perusahaan)

2. Pengguna laporan keuangan (perwakilan serikat buruh dan analis keuangan)

3. Auditor laporan keuangan (institut Akuntansi Terdaftar Belanda atau NivRA)

Pelaporan Keuangan
Kualitas pelaporan keuangan Belanda sangat seragam, laporan keuangan wajib harus disusun
dalam bahasa Belanda, namun dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman dapat diterima.
Laporan Keuangan harus memuat hal-hal berikut :

1. Neraca

9
2. Laporan Laba Rugi

3. Catatan-catatan

4. Laporan Direksi

5. Informasi lain yang direkomendasikan

Pengukuran Akuntansi

Metode yang digunakan adalah metode pembelian, goodwill merupakan perbedaan


antara biaya akusisi dengan nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dibeli. Fleksibilitas
Belanda dalam pengukuran akuntansi dapat terlihat dengan diperbolehkannya penggunaan
nilaii kini untuk aktiva berwujud seperti persediaan dan aktiva yang disusutkan. Karena
perusahaan – perusahaan Belanda Memiliki Flesibilitas dalam menerapkan aturan
pengukuran, dapat diduga bahwa terdapat kesempatan untuk melakukan perataan laba. Pos –
pos tertentu dapat mengabaikan laporan laba rugi dan langsung disesuaikan terhadap
cadangan dalam ekuitas pemegang saham. Hal ini antara lain :

 Kerugian akibat bencana yang tidak mungkin atau tidak umum untuk diasuransikan

 Kerugian akibat nasionalisasi atau sejenis penyitaan lainnya

 Onsekuensi akibat restrukturisasi keuangan

Inggris
Warisan Inggris bagi dunia sangat penting. Inggris merupakan negara pertama di dunia yang
mengembangkan profesi akuntansi yang kita kenal sekarang. Konsep penyajian hasil dan
posisi keuangan yang wajar (pandangan benar dan wajar) juga berasal dari Inggris.

Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi


Dua sumber utama standar akuntansi keuangan di Inggris adalah hukum perusahaan dan
profesi akuntansi. Undang-undang tahun 1981 menetapkan lima prinsip dasar akuntansi :

10
1. Pendapatan dan beban harus ditandingkan menurut dasar akrual

2. Pos aktiva dan kewajiban secara terpisah dalam setiap kategori aktiva, dan kewajiban
dinilai secara terpisah

3. Prinsip konservatisme

4. Penerapan kebijakan akuntansi yang konsisten dari tahun ke tahun diwajibkan

5. Prinsip kelangsungan usaha diterapkan untuk perusahaan yang menggunakan


akuntansi

Undang-undang tersebut berisi aturan penilaian yang luas dimana akun-akun dapat ditentukan
berdasarkan biaya historis atau biaya kini.

Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan Inggris termasuk yang paling komprehensif di dunia. Laporan keuangan
umumnya mencakup :

1. Laporan Direksi

2. Laporan Laba dan Rugi dan Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. Laporan Total Keuntungan dan Kerugian yang diakui

5. Laporan Kebijakan akuntansi

6. Catatan atas Referensi dalam Laporan Keuangan

7. Laporan Auditor

Pengukuran Akuntansi

11
Inggris memperbolehkan baik metode akusisi dan merger dalam mencatat akuntansi untuk
Penggabungan usaha. Meskipun demikian, kondisi penggunaan metode merger begitu ketat
sehingga hampir tidak pernah digunakan.

Pada Tahun 2003, Departemen perdagangan dan Perindustrian mengumumkan bahwa mulai
bulan Januari 2005, Seluruh perusahaan Inggris diperbolehkan untuk menggunakan IFRS,
selain GAAP

Amerika Serikat
Akuntansi di Amerika Serikat diatur oleh Badan Sektor Swasta (Badab Standar Akuntansi
Keuangan/FASB), hingga tahun 2002 Institut Amerika untuk Akuntan Publik Bersertifikat.

Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi

Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) terdiri dari seluruh standar,
aturan, dan regulasi keuangan yang harus diperhatikan ketika menyusun laporan keuangan,
laporan keuangan seharusnya menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu perusahaan dan
hasil operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secar umum.

Pelaporan keuangan

Laporan tahunan yang semestinya dibuat sebuah perusahaan AS yang besar meliputi :

1. Laporan manajemen

2. Laporan auditor independen

3. Laporan keuangan utama (laporan laba rugi,arus kas,laba komprehensif, ekuitas


pemegang saham)

4. Diskusi manajemen dan analisis atas hasil operasi dan kondisi keuangan

5. Pengungkapan atas kebijakan akuntansi dengan pengaruh paling penting terhadap


laporan keuangan

12
6. Catatan atas laporan keuangan

7. Perbandingan data keuangan tertentu selama lima atau sepuluh tahun

8. Data kuartal terpilih

Laporan keuangan konsolidasi bersifat wajib dan laporan keuangan AS yang diterbitkan
biasanya tidak memuat hanya laporan induk perusahaan saja. Aturan konsolidasi
mengharuskan seluruh anak perusahaan yang dikendalikan (yaitu, dengan kepemilikan yang
melebihi 50 persen dari saham dengan hak suara) harus dikonsolidasikan secara penuh,
walaupun operasi anak perusahaan tersebut tidak homogen. Laporan keuangan interim
(kuartalan) diwajibkan untuk perusahaan yang sahamnya tercatat pada bursa efek utama.
Laporan ini biasanya hanya berisi laporan keuangan ringkas yang tidak diaudit dan komentar
manajemen secara singkat.

Pengukuran Akuntansi

Aturan pengukuran akuntansi di Amerika Serikat mengasumsikan bahwa suatu entitas usaha
akan terus melangsungkan usahanya. Pengukuran dengan dasar akrual sangat luas dan
pengakuan transaksi dan peristiwa sangat tergantung pada konsep penanding.

2.3 Kode etik profesi akuntan di beberapa negara

2.3A KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi,
2001: 53)

1. Tanggung Jawab profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
13
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan
yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia
bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan
etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik
kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang

14
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi,
perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan
sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik
dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya,
anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa
dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien
kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk

15
menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau
pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa
berakhir.

7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan

16
2.3B KODE ETIK PROFESI AKUNTAN: INTERNASIONAL FEDERATION OF
ACCOUNTANTS (IFAC)

Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik seara
lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian ; Bagian A berisi
prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan
juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut; Bagian B berisi
penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental
pada bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka yang berpraktik sebagai
akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka konsep dan
prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk diterapkan pada situasi-situasi khusus,
terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan manajemen).

Struktur dan Kerangka Dasar


Menurut Brooks (2007), ada 4 pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC
sebagai berikut: Memahami Struktur Kode Etik, Memahami Kerangka Dasar Kode Etik
untuk melakukan penilaian yang bijak, Proses Menjamin Independensi Pikiran (independence
in mind) dan Independensi Penampilan (independence in appearance), Pengamanan untuk
mengurangi Risiko Situasi konflik Kepentingan.
Kerangka dasar Kode Etik IFAC dijelaskan sebagai berikut:
1. Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban akuntan adalah
untuk melayani kepentingan publik.
2. Harus dipahami bahwa tanggung jawab akuntan tidak secara eklusif hanya melayani klien
(dari sudut pandang akuntan publik), atau hanya melayani atasan (dari sudut pandang akuntan
bisnis), melainkan melayani kepentingan publik dalam arti luas.
3. Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan profesionalisme,
kinerja, dan kepentingan publik.
4. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu kredibilitas,
profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.
5. Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi oleh prinsip-
prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas:integritas, objektivitas, kompetensi profesional
dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.
6. Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika akuntan
mempunyai sikap independen, baik independensi dalam pikiran (independence in mind)
maupun independen dalam penampilan (independence in appearance).

Konsep-konsep yang memerlukan penjelasan antara lain: Prinsip-prinsip Fundamental Etika,


Independensi, Ancaman terhadap Independensi, Pengamanan terhadap Ancaman
Independensi.
Prinsip-prinsip Fundamental Etika: Integritas (integrity), Objektivitas (objektivity),
Kompetensi profesional dan kehati-hatian, Kerahasiaan (confidentiality), Perilaku profesional
(profesional behavior)
Independensi : a. Dalam pikiran: suatu keadaan pikiran yang memungkinkan pengungkapan
suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mempromosikan penilaian profesional.
b. Dalam penampilan: penghindaran fakta dan kondisi yang sedekimian signifikan sehingga
pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional - dengan memiliki pengetahuan.
Ancaman terhadap Independensi: Kepentingan diri (self-interest), review diri (self-review),
Advokasi (advocacy), Kekerabatan (familiarity), Intimidasi (intimidation).
Ancaman Independensi Akuntan Publik

17
Contoh langsung Ancaman Kepentingan Diri untuk akuntan bisnis: Kepentingan keuangan,
pinjaman, dan garansi; Perjanjian kompensasi insentif; Penggunaan harta perusahaan yang
tidak tepat; Tekanan komersial dari pihak di luar perusahaan.
Pengamanan terhadap ancaman
Ada dua kategori pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu: Pengamanan
melalui profesi, legislasi, atau regulasi; Pengamanan lingkungan kerja.

2.3C KODE ETIK AKUNTAN DI AS


Enam manfaat dari kode etik profesi,yaitu:
1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat (peer
pressure) dengan memelihara seperangkat harapan perilaku yang diakui umum yang
harus dipertimbangkan dalam proses keputusan.

2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah daripada
mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoe.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
(ambiguous situational).
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat
juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers).
5. kode etik dapat merinci tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri.
6. kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengewasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak
mengawasinya.

Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management Accountants
(IMA). Kode etik AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang berpraktik pada
kantor akuntan publik, sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi para akuntan
yang berprofesi sebagai akuntan manajemen di suatu organisasi perusahaan.

2.4 Etika seorang akuntan atau auditor dalam menghadapi profesi akuntan di era
globalisasi

Pada umumnya masyarakat memandang profesi akuntan sebagai seorang yang profesional.
Dalam hal ini, masyarakat mempunyai presepsi bahwa seorang akuntan itu telah mematuhi
standar dan tata nilai yang berlaku di profesi akuntan. Nilai-nilai Etika yang terdapat dalam
diri seorang akuntan atau audit dalam menghadapi era globalisasi, dapat dicirikan sebagai
berikut:

1. Integritas, merupakan segala perbuatan dan tutur kata pelaku profesi menunjukan
sikap yang transparan, juju dan konsistensi.

18
2. Kerjasama, merupakan kemampuan untuk bekerja dalam tim.

3. Inovasi, merupakan kemampuan memberi nilai tambah kepada pelanggan dan peroses
kerja dengan metode yang baru.

4. Simplisitas,merupakan kemampuan memberikan pemecahan masalah yang timbul


dan menyederhanakan masalah yang bersifat kompeks.

2.5 Profesi akuntan di era globalisasi menurut analisis SWOT

Pada era globalisasi seperti saat ini profesi akuntan publik semakin berkembang.Jasa dari
auditor yang independen digunakan manajemen perusahaan untuk meyakinkan pihak luar
seperti investor dan kreditor bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi informasi yang
dapat dipercaya. Akuntan publik harus meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan
produk audit yang dapat diandalkan perusahaan. Kinerja auditor adalah kemampuan dari
seorang auditor menghasilkan temuan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan.

Selain itu, kualitas lulusan akuntansi di Indonesia masih kurang dalam hal profesionalitas,
dan tidak hanya itu lulusan akuntansi di Indonesia masih kurang up to date dengan kondisi
terbaru, juga penerapan teknologi informasi dalam bidang akuntansinya. Hal ini di karenakan
kurangnya kesadaran para lulusan akuntansi akan pentingnya penerapan sikap yang selalu
ingin maju dan mengikuti perkembangan zaman, sehingga tidak hanya diam pada zona
amannya saja melainkan siap mengahadapi tantangan-tantangan baru. Perubahan mindset
adalah modal utama profesi Akuntan untuk selalu bisa inline dengan zaman.

Disini sedikit akan membahas tentang Analisis SWOT terhadap Profesi Akuntan di Era
Global, yaitu Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan
ancaman (Threats).

1. Kekuatan (Strengths) Profesi Akuntan di Era Global


Peraturan atau ketentuan mengenai akuntan publik ini diatur dalam UU Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik serta Peraturan Menterei Keungan Nomor
443/KMK.01/2011 mengenai Penetapan Institut Akutnan Publik Indonesia yang berfungsi
sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik Indonesia. Dari sini setiap akuntan publik wajib

19
menjadi member IAPI atau Institut Akuntan Publik Indonesia, sebuah asosiasi profesi resmi
yang diakui oleh Pemerintah.Ini menjadi kekuatan untuk seorang menjadi akuntan.
Kekuatan yang lain adalah semakin sadarnya membutuhkan jasa akuntan. Baik dari
Pemerintah, Dunia Usaha, dan Organisasi Lain.
Kekuatan yang dimiliki oleh profesi akuntan Indonesia sekarang :
• Adanya ketetapan PMK Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara.
Dengan ditetapkannya PMK Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara
yang berlaku untuk profesi akuntan nasional pada saat ini yaitu tidak melainkan untuk
meningkatkan kualitas para profesi akuntan Indonesia untuk menjadi professional akuntansi
yang lebih baik lagi dan dapat bersaing pada era global saat ini.
Pemerintah menerbitkan ketentuan mengenai Akuntan Beregister Negara melalui penetapan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014.Penetapan peraturan tersebut
sekaligus menggantikan ketentuan mengenai Akuntan Beregister Negara sebelumnya, yakni
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 331/KMK.017/1999.
PMK tersebut antara lain mengatur mengenai Register Negara Akuntan, mekanisme registrasi
ulang, pembinaan akuntan profesional Indonesia, pendidikan profesi akuntansi, ujian
sertifikasi akuntan profesional, dan mekanisme pendirian Kantor Jasa Akuntansi (KJA) serta
Asosiasi Profesi Akuntan. Penerbitan PMK ini bertujuan untuk mewujudkan terciptanya
akuntan yang profesional dan memiliki daya saing di tingkat global.

• Asosiasi Profesi Akuntan (Ikatan Akuntan Indonesia-IAI) dan pemerintah bersatu untuk
memastikan Akuntan yang terdaftar dalam Register Negara Akuntan adalah Qualified
Professional Accountant.
Bersama Asosiasi Profesi Akuntan (Ikatan Akuntan Indonesia-IAI), pemerintah bersatu untuk
memastikan Akuntan yang terdaftar dalam Register Negara Akuntan adalah Qualified
Professional Accountant yang memiliki kompetensi dengan kapabilitas mendasar, yaitu
professional knowledge, professional skill, professional values, professional ethics, dan
professional attitudes.

• Efektivitas, kelenturan dan kehandalan strukturnya telah teruji oleh waktu sejak 56 tahun
yang lalu yaitu IAI menjadi organisasi yang adaptif dan solid dalam menghadapi berbagai
tantangan.
Layaknya sebuah living organism, profesi Akuntan di Indonesia mengalami fase kelahiran,
tumbuh dan berkembang.Setiap fasenya ditandai dengan momentum yang menjadi fondasi

20
bagi transformasi selanjutnya. “Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi
mutu pendidikan akuntan, dan mempertinggi mutu pekerjaan Akuntan” adalah reason d’etre
lahirnya IAI, sebuah alasan penciptaan yang akan menjadi penentu warna organisasi ini
sepanjang perjalanannyasebagai organisasi yang menghimpun, melindungi, melayani dan
mengembangkan profesi Akuntan nusantara. Sejak awal pendiriannya 56 tahun yang lalu, IAI
menjadi organisasi yang adaptif dan solid dalam menghadapi berbagai tantangan.Efektivitas,
kelenturan dan kehandalan strukturnya telah teruji oleh waktu, untuk tetap tumbuh dan
berkembang melalui pasang surut dinamika lingkungan yang menjadikanorganisasi ini
semakin kuat.

• Pembenahan kualifikasi individu anggota IAI memenuhi Statement Membership


Obligations (SMOs) International Federation of Accountants (IFAC).
Pembenahan kualifikasi individu anggota IAI memenuhi Statement Membership Obligations
(SMOs) International Federation of Accountants (IFAC) adalah tonggak momentum yang
dicanangkan untuk mempersiapkan kualitas tinggi akuntan Indonesia sesuai standar
internasional.Kelengkapan unsur mendasar profesi seperti ujian sertifikasi akuntan
profesional (ujian CA), kode etik, penegakan disiplin anggota, serta standar profesi menjadi
unsur yang secara efektif harus dipersiapkan dengan matang dan ditegakkan
implementasinya.Sebagai satu-satunya organisasi profesi akuntan Indonesia yang merupakan
anggota IFAC, IAI memiliki keuntungan dipandu secara global memenuhi SMOs IAI sesuai
standar internasional.

2. Kelemahan (Weaknesses) Profesi Akuntansi di era Global


Perkembangan Akuntan Publik di Indonesia tergolong lebih lambat dibandingkan dengan
Negara-negara ASEAN lainnya. Selain dari faktor jumlah Akuntan Publik dibandingkan
dengan jumlah yang membutuhkan akan jasa dari Akuntan Publik tersebut jauh lebih sedikit
juga dipengaruhi oleh Struktur usia akuntan publik di Indonesia yang berusia di atas 60 tahun
sebesar 39% atau keseluruhan terdapat 67% yang berusia di atas 50 tahun, sedangkan tidak
semua lulusan CPA menjadi akuntan publik atau hanya sekitar 26% yang menjadi akuntan
publik. Selain dari beberapa faktor tersebut juga dipengaruhi oleh sulitnya ujian CPA
dibandingkan dengan era sebelum tahun 1990an dan kemungkinan juga dipengaruhi juga
oleh diberlakukannya UU Akuntan Publik yang memberikan sanksi pidana dan denda yang
nilainya cukup signifikan, hal inilah yang menjadi faktor penghambat perkebangan jumlah
akuntan publik di Indonesia. Akibat dari kondisi tersebut maka ketika akuntan publik yang
berusia di atas 60 tahun sudah tidak berpraktek lagi, maka dalam kurun waktu 5-10 tahun ke
depan akan terjadi penurunan jumlah akuntan publik yang sangat besar.

3. Peluang (Opportunities) Akuntan di Era Global


Kebutuhan profesi akuntan publik ke depan akan semakin besar, sejak diberlakukannya
21
sejumlah peraturan yang mewajibkan laporan keuangan yang transparan dan akuntabel,
profesi akuntan publik memiliki prospek yang potensial dan bergengsi. Oleh karena itu
kenyataan ini seharusnya menjadi peluang besar bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi atau
program studi akuntansi untuk mengembangkan diri menjadi akuntan publik.
Peluang profesi Akuntan publik meliputi :
• Satu-satunya profesi yang diberi kewenangan untuk memberikan jasa audit oleh
Departemen Keuangan Republik Indonesia.
• Undang-undang Perseroan Terbatas (PT) mewajibkan perseroan dengan aset di atas 50
milyard wajib di audit.
• BPK akan melimpahkan audit keuangan Negara kepada akuntan publik baik langsung
ataupun atas nama BPK
• Perusahaan Terbuka berdasarkan Undang-undang hanya bisa di atudit oleh Akuntan Publik
• Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah serta Perusahaan Daerah auditnya
bisa dilakukan oleh akuntan publik
• Audit dan Pelaporan di Sektor perpajakan
• Sektor perbankan sudah mewajibkan audit bagi nasabahnya yang memperoleh fasilitas
kredit dalam jumlah tertentu.
• Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang mewajibkan untuk melampirkan laporan
keuangan auditan
• Audit dana Kampanye, Pemilu
• Audit dana hibah
• Perusahaan yang terkait dengan penggunaan dana masyarakat
• Dalam Wajib Daftar Perusahaan, mewajibkan perusahaan dengan nilai asset 25 milyard,
wajib melampirkan Laporan keuangan yang telah diaudit (LKTP)
• Banyak UU mewajibkan perusahaan diaudit oleh KAP sehingga butuh akuntan agar dapat
menyajikan laporan keuangan secara benar sesuai standar akuntansi yang berlaku. Misalnya:
UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Pasal 68).
• Pemerintah Pusat, Pemda, dan lembaga non kementerian, laporan keuangannya diaudit.
• Era otonomi daerah mengharuskan Pemda membuat laporan keuangan terpisah dan sesuai
standar akuntansi pemerintahan (UU 32/2004 dan diubah dalam UU 23/2014 tentang
Pemerintahan Daerah).
Jika akuntan Indonesia memiliki kompetensi yang mencukupi, maka tidak perlu takut dengan
akuntan asing. Bila akuntan Indonesia dan asing samasama memiliki kompetensi yang sama
(bisa dilihat dari sertifikat profesi internasional yang dimiliki), maka secara teoritis memiliki

22
kemampuan/kompetensi yang setara. Akuntan Indonesia yang kompeten bebas bekerja di
negara ASEAN lainnya yang memberikan imbalan dan masa depan lebih baik dari
perusahaan/institusi di Indonesia (strategi ofensif).

4. Ancaman atau Tantangan (Threats) Akuntan di Era Global


• Ancaman serius datang dari Thailand, Malaysia, dan Singapura. Persyaratan dalam PMK
No. 25/PMK.01/2014 relatif tidak sulit dipenuhi untuk akuntan asing.
• Akuntan Indonesia didorong untuk memiliki sertifikasi kompetensi yang berlaku
internasinal (misalnya: CA). Sertifikasi profesi tak hanya dibutuhkan dalam menghadapi
MEA, tetapi memang dibutuhkan sebagai bukti bahwa akuntan memiliki kompetensi yang
mencukupi dan berstandar internasional.
• Diberlakukannya liberalisasi Jasa Akuntansi di ASEAN dan harus ditindaklanjuti dengan
MRA antar negara.
• Adanya barrier to entry yang ketat akibat lamanya dan mahalnya pendidikan sesudah
seseorang menyelesaikan S1 Akuntansi.
• Terjadinya krisis global di seluruh dunia yang berdampak menunculnya ririko tentang
pelaporan keuangan paupun hukum.
• Meningkatnya kompleksitas pelaporan keuangan (nilai wajar, Standar lebih banyak menjadi
Principled Based, bukan Ruled Based lagi.
• Audit dalam lingkungan global dan dinamis ; Banyak terjadinya merger dan akuisisi yang
berskala Internasional; diberlakukannya IFRS dan ISA
• Meingkatnya kebutuhan transparansi keuangan perusahaan secara tepat waktu dan interaktif
yang diharapkan dapat disediakan oleh Akuntan Publik.
Guna meminimalisadi tantangan tersebut maka diperlukan peran aktif Akademisi untuk
meningkatkan daya saing profesi akuntan publik Indonesia yaitu dengan :
o Melakukan Benchmark pendidikan nasional akuntansi dengan standar internasional yang
ditetapkan IFAC Education committee
o Mendorong akademisi untuk meng ubdate bahan ajar yang merefleksikan perubahan dunia
yang riil dalam lingkungan bisnis agar dapat merefleksikan perkembangan baru seperti
meningkatnya penggunaan IFRS, ISA, keputusan bisnis berbasis risiko, dan pelaporan nilai
wajar.
o Mendorong mahasiswa untuk mempelajari perkembangan teknologi dalam pelaporan
keuangan dan audit seperti eXtensible Business Reporting Language XBRL) dan Electronic

23
Audit. (Dept Keu)
Strategi Akuntan (Individu) di Era MEA
Untuk memenangkan persaingan di era MEA, akuntan tidak cukup mengandalkan
kompetensi yang dimiliki saat ini. Setidaknya perlu area pengembangan sbb.:
1. Meningkatkan soft skills
Interpersonal skills: leadership, motivasi, komunikasi efektif, negosiasi, problem solving,
dll.
Intra-personal skills: integritas, profesional, character building, creative thinking, dll.
2. Terus tingkatkan kompetensi
Tidak cukup sekedar memenuhi persyaratan minimal pendidikan profesionalisme
berkelanjutan (PPL).
Bila hanya memenuhi persyaratan PPL, maka belum memiliki keunggulan kompetitif
dibandingkan akuntan lainnya.
3. Bangun networking
Membangun networking yang kuat dan luas dengan individu dan institusi.
4. Memiliki sertifikasi akuntan profesional
Akuntan diharapkan memiliki sertifikasi akuntan yang diakui secara internasional.
5. Memiliki integritas yang tinggi
Bersaing tidak berarti menghalalkan segala cara, tetapi menjunjung kejujuran.
Industri atau pemakai jasa akuntan profesional akan memilih akuntan yang berintegritas.
6. Persiapan mental menjadi “Player”
Optimis menghadapi MEA dan tidak gentar dengan akuntan asing.
Targetnya adalah berperan sebagai “Player”, bukan “Victim”.
Kurangnya jumlah akuntan akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan daya saing suatu
negara apabila tidak ditangani secara komprehensif (World Bank, 2014).
IAI adalah satu-satunya asosiasi profesi akuntan yang ditetapkan Pemerintah (KMK Nomor
263/KMK.01/2014 tanggal 17 Juni 2014).

2.6 Studi kasus dan analisis

2.7a Studi Kasus

Mitra Ernst & Young Indonesia Didenda Rp 13 Miliar di AS


SABTU, 11 FEBRUARI 2017 20:46 WIB

24
Ernst & Young di New York Times Square. AP/Richard Drew

TEMPO.CO, Washington - Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young’s (EY) di
Indonesia, yakni KAP Purwantono, Suherman & Surja sepakat membayar denda senilai US$
1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal
melalukan audit laporan keuangan kliennya.

Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik AS (Public
Company Accounting Oversight Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu
Washington. Kasus itu merupakan insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik,
sehingga menimbulkan keprihatinan apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek
usahanya di negara berkembang sesuai kode etik.

“Anggota jaringan EY di Indonesia yang mengumumkan hasil audit atas perusahaan


telekomunikasi pada 2011 memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang tidak
memadai,” demikian disampaikan pernyataan tertulis PCAOB, seperti dilansir Kantor
Berita Reuters, dikutip Sabtu, 11 Februari 2017.

Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit
kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan
telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih
dari 4 ribu unit tower selular. “Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit
dengan status wajar tanpa pengecualian,” demikian disampaikan PCAOB.

PCAOB juga menyatakan tak lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan pada
2012, afiliasi EY di Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang “tidak benar”
sehingga menghambat proses pemeriksaan. PCAOB selain mengenakan denda US$ 1 juta
juga memberikan sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit pada 2011.

“Dalam ketergesaan mereka atas untuk mengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY dan
dua mitranya lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti audit
yang cukup,” ujar Claudius B. Modesti, Direktur PCAOB Divisi Penegakan dan Invstigasi.

Manajemen EY dalam pernyataan tertulisnya menyatakan telah memperkuat proses


pengawasan internal sejak isu ini mencuat. “Sejak kasus ini mengemuka, kami terus
melanjutkan penguatan kebijakan dan pemeriksaan audit global kami,” ungkap Manajemen
EY dalam pernyataannya.

25
Pada dua bulan lalu, kantor akuntan publik lainnya yakni Deloitte & Touche LLP melalui unit
usahanya di Brazil setuju membayar denda kepada PCAOB sebesar US$ 8 juta karena
divonis menutupi laporan audit palsu.

2.7b Analisis Kasus

Disebutkan pada kasus diatas, KAP Purwantono, Suherman & Surja telah merilis hasil audit
sebuah perusahaan telekomunikasi Indonesia pada 2011, yang menampilkan opini
berdasarkan bukti-bukti yang tidak memadai. Sebuah perusahaan mitra EY di AS yang
mengkaji kembali hasil audit tersebut menemukan kejanggalan bahwa hasil audit perusahan
telekomunikasi itu tidak menyajikan dukungan yang memadai, mengenai pencatatan sewa
4.000 ruang di menara telpon selular.

PCAOB mengungkapkan, hasil audit perusahaan akuntan publik afiliasi E&Y itu malah
memberi opini wajar tanpa pengecualian. PCAOB juga mengungkapkan bahwa tak lama
sebelum memeriksa hasil audit tahun 2012, KAP Purwantono, Suherman & Surja membuat
lusinan audit baru “yang tidak semestinya”, yang menghambat penyelidikan.
Ketergesa-gesaan mereka dalam menerbitkan laporan audit kepada kliennya, firma dan kedua
mitra tersebut melalaikan tugas dasarnya untuk menyajikan bukti audit yang memadai.
Kemudian pihak pemain lama, Wirahardja dan Leali, mantan direktur praktik professional ET
untuk Asia Pasifik juga tidak mengakui dan juga menyangkal mengenai kesalahan tersebut.
EY sendiri dalam pernyataannya mengakui bahwa perilaku dalam permasalahan tersebut
telah melanggar kode etik profesi akuntan antara lain : Dari segi integritas, mitra EY tidak
dapat memelihara atau meningkatkan kepercayaan publik karena telah gagal melakukan audit
laporan keuangan pada kliennya.dan dari segi prilaku profesional dan standar teknis, Mitra
EY tidak menjalankan sesuai standar teknis dan mengurangi perilaku profesionalnya yang
membuat keprihatinan apakah kantor akuntan publik di negara yang berkembang bisa
menjalankan praktek usahanya.

BAB III
PENUTUP

26
3.1 Kesimpulan
Dua persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat
mendukung kearah kesatuan ekonomi global yaitu:

1. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri, yang
terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.
2. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar perilaku
etis profesi akuntansi.

Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang dominan
diterapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu:

a. Sistem Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS,


b. Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa Negara Eropa
lainnya,
c. Sistem yang berlaku di Inggris dan Negara-negara persemakmuran.

Perbedaan sistem dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu saja sangat menyulitkan
perusahaan-perusahaan multisional/perusahaan-perusahaan yang telah beroperasi melampaui
batas-batas wilayah negaranys, untuk menyusun laporan keuangan gabungan / laporan
keuangan konsolidasi sebagai satu kesatuan entitas.Belum lagi, jika suatu entitas perusahaan
ingin go public di suatu negara, maka setiap pengatur (regulator) di negara tersebut
mengharuskan perusahaan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku di negara pengatur tersebut.
Seiring dengan berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang kemudian disebut
sebagai era Globalisasi. Globalisasi tidak bisa dihindari, masih banyak hal-
hal perekonomian di Indonesia yang perlu diperbaiki demi menyambut era globalisasi.
Seperti halnya akuntan Indonesia memiliki kekurangan s e p e r t i , k u a n t i t a s
a k u n t a n y a n g m a s i h r e l a t i f k e c i l d i b a n d i n g a k a n p a s a r y a n g dibutuhkan. 'an
kualitas akuntan seperti kurangnya kemampuan bahasa inggris, penggunaan komputer,
keterampiulan berperilaku, berpikir kritis, sikap mentaldan moral.Maka dari itu, baiknya
Akuntan Indonesia diharapkan mengikuti aturan kode etik profesi akuntan yang sesuai
dengan peraturan yang sudah ditetapkan negara atau bisa mengukur suatu perekonomian
melalui analisis SWOT.

DAFTAR PUSTAKA

27
https://merryinriama.wordpress.com/2016/05/23/perbedaan-tujuan-laporan-keuangan-antara-
anglo-saxon-dengan-non-anglo-saxon/
http://keuanganlsm.com/kode-etik-perhimpunan-auditor-internal-indonesia/
https://airanursyahidah90.wordpress.com/kode-etik-akuntan-indonesia/
https://blog.ruangguru.com/sejarah-akuntansi-di-dunia-dan-indonesia
https://baracellona.wordpress.com/sejarah-dan-perkembangan-akuntansi-di-indonesia-dan-
internasional/
http://etheses.uin-malang.ac.id/2494/5/10520072_Bab_1.pdf
https://keyturns.wordpress.com/2015/11/14/perilaku-etika-dalam-profesi-akuntansi-kode-
etik-profesi-akuntansi-etika-dalam-auditing/

https://atikanafridayanti.wordpress.com/2017/03/17/analisis-swot-terhadap-profesi-akuntan-
di-era-global/

https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/845604/mitra-ernst-young-indonesia-
didenda-rp-13-miliar-di-as

28

Anda mungkin juga menyukai