Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

ETIKA AKUNTAN PROFESIONAL

Disusun oleh:
Elsah
01044822225003

Dosen Pengajar :
Dr. Hj. Relasari, S.E., M.Si., Ak., CA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas Rahmat dan
karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Etika
Akuntan Profesional” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Pengantar Manajemen.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan atau
menambah wawasan yang luas terkait judul makalah bagi para pembaca maupun
bagi penyusun. Penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga membantu penulis dalam menyusun makalah
ini. Penulis menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari
segi penulisan maupun dari cara penyajian. Oleh karena itu penulis menerima
saran dan kritik dari pembaca.

Palembang, September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntan.............................................................3

2.2 Macam-Macam Profesi Akuntan...............................................................4

2.4 Kasus WorldCom....................................................................................15

2.4.1 Dampak / Stabilitas Perekonomian..................................................16

2.4.2 Solusi................................................................................................17

BAB III KESIMPULAN......................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya
mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang
memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk
bekerja secara profesional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki adalah
suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di dunia usaha sekarang ini.
Namun, selain kemampuan dan keahlian khusus, suatu profesi harus memiliki
etika yang merupakan aturan-aturan khusus yang harus ditaati oleh pihak yang
menjalankan profesi tersebut. Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang
sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di
Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis karena
selama ini perilaku etis selalu diabaikan. Etis menjadi kebutuhan penting bagi
semua profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari
hukum.
Perusahaan dalam menyusun dan memeriksa laporan keuangannya
memerlukan seorang ahli dalam bidang akuntansi. Peran akuntan dalam penyajian
informasi keuangan sangatlah besar. Akuntan merupakan orang yang ada di
belakang informasi keuangan yang disajikan oleh sebuah perusahaan. Informasi
inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan maka
informasi keuangan harus disajikan secara relevan dan andal.
Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah satu-satunya organisasi profesi akuntan
Indonesia yang beranggotakan auditor dari berbagai tipe (auditor pemerintah,

1
auditor intern dan auditor independen), akuntan manajemen, akuntan yang bekerja
sebagai pendidik, serta akuntan yang bekerja di luar profesi auditor.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai
jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku
profesionalnya. Selain itu, prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.
Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia disebutkan bahwa tujuan profesi
akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme
tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan
publik. Ikatan Akuntansi Indonesia telah berupaya untuk melakukan penegakan
etika profesi bagi akuntan. Namun, perilaku tidak etis dari para akuntan masih
tetap ada. Etika profesi berperan penting dalam membentuk tenaga–tenaga yang
profesional dengan mempertahankan kode etik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun telah membuat makalah yang
akan membahas materi mengenai hal tersebut. Makalah ini berjudul “ETIKA
PROFESI AKUNTAN”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa saja kode etik profesi akuntan publik?
2. Bagaimana IFAC Code of Ethics?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Etika Profesi dan Tata Kelola
Korporat.
2. Untuk menambah wawasan tentang materi pembelajaran khususnya
mengenai teori etika akuntan profesional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntan


1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika adalah nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
2. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral.
3. Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “etika adalah seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus
dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau
segolongan masyarakat atau profesi”.
Dari asal usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti
adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Perkembangan etika yaitu studi tentang
kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang
berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada
umumnya.
Ketentuan mengenai praktik Akuntan di Indonesia diatur dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan
(Accountant) yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh
mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah
terdaftar pada Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Etika profesi akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Etika sebagai salah satu
unsur utama dari profesi menjadi landasan bagi akuntan dalam menjalankan
kegiatan profesional. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi
akuntan di Indonesia telah memiliki Kode Etik IAI yang merupakan amanah dari

3
AD/ART IAI dan peraturan yang berlaku, yaitu Keputusan Menteri Keuangan No.
263/KMK.01/2014 tentang Penetapan Ikatan Akuntan Indonesia sebagai
Organisasi Profesi Akuntan. Kode etik tersebut perlu untuk dimutakhirkan dengan
perkembangan saat ini dan ketentuan kode etik akuntan profesional yang berlaku
secara internasional.

2.2 Macam-Macam Profesi Akuntan


Bidang profesi akuntan dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu :
1. Akuntan Publik
Akuntan publik adalah sebuah profesi yang membuka praktik
untuk melayani kebutuhan masyarakat atau pihak-pihak yang
membutuhkan keahliannya dengan menerima honor. Tugas seorang
akuntan publik, antara lain sebagai pemeriksa (audit) yang meliputi
penyusunan sistem akuntansi, memberikan penyempurnaan organisasi
perusahaan, dan memberi nasihat-nasihat lain yang berkaitan dengan
masalah ekonomi perusahaan, misalnya membuat budget dan feasibility
study untuk memperoleh kredit. Setiap akuntan publik wajib menjadi
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang
diakui oleh pemerintah.

2. Akuntan Swasta
Akuntan swasta adalah akuntan yang bekerja di perusahaan-
perusahaan swasta sebagai penasihat atau pembantu tugas-tugas pemilik
atau pemimpin perusahaan yang bersangkutan. Tugas akuntan swasta
adalah mengatur pencatatan, membuat laporan keuangan, dan membuat
sistem akuntansi perusahaan dan pemeriksaan intern.

3. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-
badan pemerintah terutama bertugas mengawasi keuangan milik negara.

4
Badan yang sangat membutuhkan jasa akuntan pemerintah, antara lain
Badan Pemeriksa Keuangan Negara dan Direktorat Akuntan Negara.

4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang menjadi tenaga pengajar di
perguruan tinggi dan bertugas mengembangkan pendidikan akuntansi.
Mereka umumnya tidak semata-mata mengajar, tetapi merangkap dengan
pekerjaan lain, misalnya dengan membuka praktik untuk melayani
kebutuhan masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan keahliannya.

2.3 Prinsip Dasar Etika Profesi Akuntan


1) ET
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota
mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut,
anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan
sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur
dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi. Tanggung jawab profesi dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
b. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk

5
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat,
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.

2) Kepentingan Publik
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan
institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini
menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama
profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa
akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan
etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua
anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas
kepercayaan yang diberikan publik kepadanya,anggota harus secara terus menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Kepentingan publik dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di
masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien,
pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis
dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan
integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat
dan negara.

6
b. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya
dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang
menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan
utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi dan sesuai
dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi
tersebut.
c. Dalam mememuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak
dengan penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota
memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa
terlayani dengan sebaik-baiknya.
d. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota
untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, obyektivitas,
keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota
diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa
yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan
tingkat profesionalisme yang konsisten dengan prinsip etika profesi ini.
e. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik.
Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara
terus-menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi.
f. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan
tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititik-
beratkan pada kepentingan publik, misalnya:
1) Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari
laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk
mendukung pemberian pinjaman dan kepada pemegang saham untuk
memperoleh modal;

7
2) Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen
dalam organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan
efektivitas dari penggunaan sumber daya organisasi;
3) Auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian
internal yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan
dari pemberi kerja kepada pihak luar.
4) Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta
penerapan yang adil dari sistem pajak; dan
5) Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan
umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.

3) Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan
publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji
keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk,
antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip. Integritas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
b. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

8
c. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak
terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat
yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya
dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang
berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga
integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik
bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
d. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas
dan kehati-hatian profesional.

4) Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitas adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan
atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang
berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.
Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta
konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah.Mereka juga
mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun
jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
memelihara obyektivitasnya. Obyektivitas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap
adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak
lain.

9
b. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam
praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi
manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas
keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan.
Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam
profesi. Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
c. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan
dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang
cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor berikut:
1) Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan
mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan
ini dapat mengganggu obyektivitasnya.
2) Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua
situasi dimana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran
(reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk
mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak
obyektivitas anggota.
3) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.
4) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.
5) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau
entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-
orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari
situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.

10
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing
masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang
diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini
mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik.
b. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau
pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam
semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk
mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa
yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti
disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi
menjadi 2 (dua) fase yang terpisah :
1) Pencapaian Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi profesional
pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti
oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-
subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola
pengembangan yang normal untuk anggota.
2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
a) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan peningkatan profesional secara
berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
b) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk
terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di

11
antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan
lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.
c) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
c. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang
anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam
hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan,
anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak
lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk
menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan,
pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung
jawab yang harus dipenuhinya.
d. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima
jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab
untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan
mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.
e. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan
mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi
tanggung jawabnya.

6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan
profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan
didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota

12
mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien
atau pemberi jasa berakhir.
a. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional
yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah
hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
b. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah
diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk
mengungkapkan informasi.
c. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah
pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan.
d. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.
Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi
selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat
menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan
pihak ketiga.
e. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang
penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu,
anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui
(unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk
pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab anggota
berdasarkan standar profesional.
f. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dapat atau perlu diungkapkan. Berikut ini adalah contoh hal-hal

13
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi
rahasia dapat diungkapkan :
1) Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk
mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak
termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh harus
dipertimbangkan.
2) Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana
anggota diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia
adalah :
a) untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses
hukum; dan
b) untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.
3) Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan :
a) untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti
itu tidak bertentangan dengan prinsip etika ini;
b) untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang
pengadilan;
c) untuk menaati penelaahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI atau
badan profesional lainnya;.dan
d) untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan
pengatur.

7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. Perilaku
Profesional merupakan kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan

14
tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf,
pemberi kerja dan masyarakat umum.

8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya
dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus
ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan
perundang-undangan yang relevan. Standar Teknis merupakan Standar teknis dan
standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan
oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan
pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

2.4 Kasus WorldCom


WorldCom merupakan perusahaan penyedia layanan telepon jarak jauh
yang didirikan oleh Bernard Ebbers di tahun 1983 dan pada tahun 1989
WorldCom terdaftar dalam bursa efek di Amerika dengan Bernard Ebbers sebagai
CEO. WorldCom berkembang pesat pada tahun 1990-an sehingga menjadi salah
satu perusahaan terbesar dalam industri telekomunikasidengan mengakuisisi
beberapa perusahaan. Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat
worlcom mengambil alih perusahaan MCI yaitu perusahaan kedua terbesar.i
Amerika yang bergerak pada bidang telekomunikasi. Dan pada tahun
yang sama WorldCom membeli perusahaan UUNet, Compuserve, dan jaringan
data AOL (americanOnline) yang mengukuhkan posisi WorldCom menjadi
operator no 1 dalam infrastruktur internet.WorldCom merupakan perusahaan
telekomunikasi yang menyediakan berbagai macamproduk di seluruh dunia seperti
data, Internet, komunikasi telepon, layananteleconfrencemelalui video, sampai

15
penjualan kartu telepon prabayar untuk sambungan internasional.Perusahaan
dengan kode saham Wcom di bursa Nasdaq ini memiliki 73.000 pegawai
yangtersebar di seluruh dunia. Sebanyak 8.300 di antaranya adalah pegawai yang
tinggal diEropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap
perusahaan telekomunikasi lain yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari
$152 juta pada tahun 1990 menjadi $392 milyar pada 2001, yang pada akhirnya
menempatkan worldcom pada posisi ke 42 dari 500 perusahan lainnya menurut
versi majah fortune.
Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat worlcom
mengambil alih perusahaan MCI yaitu peruahaan kedua terbesar di Amerika yang
bergerak pada bidang telekomunikasi jarak jauh. Dan pada tahun yang sama
Worldcom membeli perusahaan UUNet, Compuserve, dan jaringan data AOL
(american Online) yang mengukuhkan posisi Worldcom menjadi operator no 1
dalam infrastruktur internet.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada Worldcom
yaitu terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada
tahun 1998 Amerika mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap
infrastruktur internet berkurang drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan
Worldcom yang menurun drastis sehingga pendapatan ini jauh dari yang
diharapkan padahal untuk biaya akuisisi dan untuk membiayai investasi
infrastruktur Worldcom menggunakan sumber pendanaan dari luar atau utang.

2.4.1 Dampak / Stabilitas Perekonomian


25 Juni 2002, saham Worldcom dari $64,5 pada pertengahan 1999 menjadi
kurang dari $2 per saham. Dan turun lagi hingga kurang dari $1 yang akhirnya
nilai sahamnya kurang dari 1 sen. Para pegawai Worldcom yang mempunyai
saham perusahaan sebagai bagian dari dana pensiun mereka juga mengalami
kerugian. Pada akhir tahun 2000 sekitar 32 % atau $642,3 juta dana pensiun

16
mereka berupa saham dan mengumumkan akan memberhentikan 17.000 karyawan
dari total 85 ribu karyawan.
21 Juli 2002, Worldcom mengikuti program proteksi kebangkrutan
sementara dari departemen kehakiman Amerika serikat. Worldcom melaporkan
aset sebesar $103 milyar dengan total utang $41 milyar. Kebangkrutan Worldcom
merupakan kebangkrutan yang paling besar di Amerika Serikat. Pada tahun 2004
Worldcom berubah nama mnjadi MCI, dan CEO Worldcom diganti dari Ebbers
menjadi john Sidgemore. Scott D. Sullivan didakwa dengan hukuman penjara
maksimum 25 tahun penjara sedangkan Ebbers didakwa dengan hukuman penjara
lebih dari 25 tahun.

2.4.2 Solusi
Profesi akuntan dan khususnya para auditor sangatlah berarti. Berbagai
peristiwa telah memberi tantangan tetapi juga kesempatan dan pertumbuhan yang
besar. Belum pernah permintaan atas akuntan yang andal dan auditor dengan
integritas tinggi menjadi sangat tinggi. Kantor Akuntan Publik (KAP) dan auditor
seharusnya bisa bersikap independen, dan jangan sampai kehilangan
objektivitasnya dalam mengaudit laporan keuangan dan mengevaluasi metode
akuntansi perusahaan yang diauditnya, juga menjunjung tinggi independensi,
profesionalisme dan tidak melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar
dari tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat. Agar fenomena mega
skandal seperti Enron dan WorldCom tidak terulang kembali dan kejadian-
kejadian tersebut telah memberikan lonceng peringatan kepada para akuntan,
maka diharapkan profesi ini akan menjadi lebih kuat dan dinilai lebih tinggi dari
sebelumnya.

17
BAB III
KESIMPULAN

Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku


perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Tujuan profesi akuntansi
adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi,
mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada kepentingan publik.
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 kebutuhan dasar yang harus terpenuhi :
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan
sistem informasi.
2. Profesionalisme. Diperluikan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di
bidang akuntansi.
3. Kualitas jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesioanal yang melandasi pemberian jasa
oleh akuntan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant: Etika Profesi Dan
Tata Kelola Korporat.

https://123dok.com/document/y6p5k1oq-makalah-etika-bab-dan-kasus-
worldcom.html . Diakses Pada Tanggal 24 September 2022

https://www.academia.edu/19628049/Makalah_Etika_Profesi_Akuntansi. Diakses
Pada Tanggal 24 September 2022

19

Anda mungkin juga menyukai