ETIKA PROFESIONAL
Disusun oleh:
1. Akbar Firmansyah (1910313310002)
2. Andhika Bayu Amarta (1910313210006)
3. Wulan Purnamasari (1910313120001)
Puji syukur kehadirat Allah Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
kepada kami para penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
para penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Profesinal” dengan tepat waktu.
Makalah “Etika Profesional” disusun guna memenuhi tugas dosen pengampu yaitu Ibu
Lili Safrida S.E., M.Si.,Ak. pada Mata Kuliah Auditing I di Jurusan S1 Akuntansi. Selain itu,
para penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca
tentang pentingnya keberagaman dalam suatu organisasi baik itu keberagaman dari luar maupun
dari dalam diri.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Lili Safrida
S.E.,M.Si.,Ak. selaku dosen Mata Auditing I karena tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami para penulis tekuni. Para penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Para penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1. Pengertian Etika Umum dan Etika Profesional...............................................................2
A. Pengertian Etika Secara Umum....................................................................................2
B. Kode Etik Profesi Akuntan Publik................................................................................3
C. Ancaman dan Pencegahan.............................................................................................6
D. Penyelesaian Masalah yang Terkait Dengan Etika Profesi.........................................8
2.2. Prinsip Dasar.......................................................................................................................9
2.3. Aturan Etika Profesi.........................................................................................................14
BAB III PENUTUP......................................................................................................................19
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang, para profesioanal diharuskan
memilii kemampuan dan keahlian khusus dalam suatu profesi, selain itu untuk menjlankan
sesuatu profesi sangatlah penting adanya etika profesi. Di dalam kode etik terdapat muatan –
muatan etika, yang di dalam Bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu ethos yang berarti
kebiasaan atau adat, dan ethikos yang berarti perasaan batin atau kecenderungan batin yang
mendorong manusia dalam bertingkah laku. Etika profesi meliputi suatu standar dari sikap para
anggota profesi yang dirancang agar sedapat mungkin terlihat praktis dan realistis. Setiap
akuntan harus mematuhi etika profesi mereka agar tidak menyimpangi aturan dalam
menyelesaikan laporan keuangan kliennya.
Dengan adanya kode etik profesi, akuntan diharapkan berprilaku secara benar dan tidak
melakukan perbuatan yang melanggar aturan. Meski begitu terkadang pelanggaran tetap saja
terjadi. Hal itu dikarenakan kurangnya pemahaman etika secara memadai. Oleh karena itu,
makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan kita mengenai kode etik profesi.
1.3. Tujuan
1. Memahami pengertian etika umum dan etika profesional
2. Memahami kode etik profesi akuntan
3. Memahami prinsip-prinsip dasar etika profesi
4. Memahami aturan etika profesi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
besar terhadap reputasi serta kepercayaan masyarakat pada profesi yang bersangkutan. Kode
etik berkembang dari waktu ke waktu dan terus berubah sejalan dengan perubahan dalam
praktik yang dijalankan akuntan publik.
Para praktisi harus menjaga agar klien memandang akuntan publik sebagai orang
atau orang-orang yang kompeten dan tidak bias. Apabila pemakai jasa berpendapat bahwa
akuntan publik tidak melaksanakan jasa yang bermanfaat (menurunkan resiko informasi),
maka nilai laporan audit dan laporan atestasi lainnya akan menurun dan permintaan akan
jasa-jasa tersebut dengan sendirinya akan berkurang pula. Oleh karena itu menjadi tuntutan
bagi kantor-kantor akuntan publik untuk berperilaku dengan tingkat profesionalitas yang
tinggi.
Etika Profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiak tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi
mereka.
Dan juga dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi
tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak
boleh bersikap atau melakukan tindakan yang yang tidak pantas, contoh tindakannya sebagai
berikut :
- Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah di peroleh
- Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.
3
Pada akhir 2018, Komite Etika Profesi IAPI telah memutakhirkan Kode Etik yang
diadopsi dari Handbook Code of Ethics for Professional Accountants 2016 edition yang
diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC) untuk berlaku efektif pada 1
Juli 2019. Adopsi ini diterapkan tanpa memasukkan bagian Non-Compliance with Laws &
Regulations (“NOCLAR”). Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu kepada para Akuntan
Publik agar dapat beradaptasi dengan Kode Etik yang 2016 terlebih dahulu. NOCLAR
merupakan suatu ketentuan bagi CPA dan Akuntan Publik bagaimana mengomunikasikan
ketidakpatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan regulator. Bagian NOCLAR akan diberlakukan pada revisi Kode Etik
berikutnya. Tujuan pemutakhiran kode etik ini untuk meningkatkan profesi Akuntan Publik
di Indonesia, terutama dalam meningkatkan kompetensi, kualitas, daya saing, dan
profesionalisme Akuntan Publik, sehingga profesi Akuntan Publik di Indonesia dapat selalu
mengikuti dan memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
Kode etik tersebut harus dipatuhi oleh seluruh pemegang sertifikat CPA dan Akuntan
Publik yang memuat tiga bagian, yaitu bagian A yang mengatur prinsip dasar etika profesi
bagi seluruh CPA, bagian B yang mengatur penerapan prinsip dasar etika profesi bagi setiap
CPA yang berpraktik melayani publik seperti Akuntan Publik dan KAP, serta bagian C yang
mengatur penerapan prinsip dasar etika profesi bagi CPA yang bekerja di perusahaan.
Bagian A dari Kode Etik menetapkan prinsip dasar etika profesi untuk setiap Praktisi
dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Kerangka
konseptual tersebut memberikan pedoman terhadap prinsip dasar etika profesi. Setiap
Praktisi wajib menerapkan kerangka konseptual tersebut untuk mengidentifikasi ancaman
4
(threats) terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dan mengevaluasi signifikansi
ancaman tersebut. Jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara
jelas tidak signifikansi (suatu hal yang tidak penting dan tidak mempunyai dampak), maka
pencegahan (safeguards) yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima,
sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga.
1. Ancaman terhadap kepatuhan Praktisi pada prinsip dasar etika profesi dapat terjadi
dalam situasi tertentu ketika Praktisi melaksanakan pekerjaannya. Karena beragamnya
situasi tersebut, tidak mungkin untuk menjelaskan setiap situasi yang dapat
menimbulkan ancaman tersebut beserta pencegahan yang tepat dalam Kode Etik ini.
Selain itu, karena berbedanya sifat perikatan dan penugasan pekerjaan, pencegahan yang
diterapkan untuk menghadai ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi dapat berbeda untuk situasi yang berbeda. Kerangka konseptual mengharuskan
Praktisi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menangani setiap ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan
publik, serta tidak hanya mematuhi seperangkat peraturan khusus yang dapat bersifat
subjektif.
2. Jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak
signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau dengan mengurangi ke tingkat yang dapat di
terima, sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga.
3. Setiap Praktisi harus mengevaluasi setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi ketika ia mengetahui, atau seharusnya dapat mengetahui, keadaan
5
atau hubungan yang dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap prinsip dasar etika
profesi.
5. Praktisi mungkin saja melanggar suatu ketentuan dalam Kode Etik ini secara tidak
sengaja. Tergantung dari sifat dan signifikansi, pelanggaran tersebut mungkin saja tidak
mengurangi kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi jika pelanggaran tersebut dapat
dikoreksi sesegera mungkin ketika ditentukan dan pencegahan yang telah ditetapkan.
Ancaman terhadap prinsip dasar etika profesi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman yang terjadi yang berasal dari pihak
Praktisi sendiri atau orang terdekat praktisi.
3. Ancaman advokasi, yaitu ancaman yang terjadi saat Praktisi menyatakan sikap
atau pendapat mengenai suatu hal yang dapat mengurangi objektivitas dari
Praktisi sendiri.
4. Ancaman kedekatan, yaitu ancaman yang terjadi karena adanya kedekatan antara
Praktisi dengan pihak lain yang menimbulkan rasa simpati.
6
5. Ancaman intimidasi, yaitu ancaman yang terjadi karena praktisi dihalangi untuk
bersikap objektif.
Untuk menghilangkan ancaman tersebut atau mengurangi ke tingkat yang dapat diterima,
pencegahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Sistem pengaduan yang efektif dan dapat diketahui secara umum yang
dikelola oleh pemberi kerja, profesi atau regulator, yang memungkinkan
para pengguna jasa Praktisi untuk melaporkan perilaku praktisi yang
tidak professional atau tidak sesuai dengan etika profesi.
7
Sifat pencegahan yang diterapkan sangat beragam, tergantung pada
situasinya. Dalam memberikan pertimbangan profesionalnya terhadap
pencegahan tersebut, setiap Praktisi harus mempertimbangkan hal-hal
yang dapat menyebabkan tidak dapat diterimanya pertimbangan tersebut
oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai
semua informasi yang relevan, termasuk pengetahuan mengenai
signifikansi ancaman dan pencegahan yang diterapkan.
8
Jika masalah etika professional yang signifikan tidak dapat diselesaikan, maka
praktisi dapat meminta nasehat professional dari organisasi profesi yang relevan
atau penaschat hukum untuk memperoleh pedoman dalam penyeleasaian masalah
etika profesi yang terjadi tanpa melanggar prinsip kerahasiaan.
Jika setelah mendalami semua kemungkinan yang relevan namun masalah
tersebut tetap tidak dapat diatasi, maka praktisi haras menolak untuk dikaitkan
dengan hal yang menimbulkan masalah etika profesi tersebut. Dalam hal tertentu,
praktisi dapat membatalkan keterlibatatan dirinya dalam tim perikatan atau
penugasan tertentu atau bahkan mengundurkan diri dari perikatan tersebut atau
dari KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.
Bagian dari Kode Etik ini mencakup contoh-contoh yang memberikan ilustrasi
mengenai penerapan kerangka konseptual bagi Praktisi. Contoh-contoh tersebut
bukan merupakan suatu daftar lengkap mengenai semua situasi yang dihadapi
oleh Praktisi yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi. Oleh karena itu, tidak cukup bagi Praktisi untuk hanya
mematuhi contoh-contoh yang diberikan, melainkan harus menerapkan juga
kerangka konseptual tersebut dalam berbagai situasi yang dihadapinya.
1. Integritas
2. Objektivitas
3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
4. Kerahasiaan
5. Perilaku Profesional
1. PRINSIP INTEGRITAS
Prinsip integritas mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur dan adil dalam hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya.
9
Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi. atau informasi lainnya yang
diyakininya terdapat:
Praktisi tidak melanggar paragraf di atas ( paragraph 110.2 dari Kode Etik ini) jika ia
memberikan laporan yang dimodifikasi atas hal-hal yang diatur dalam paragraf 110.2
tersebut.
2. PRINSIP OBJEKTIVITAS
10
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat
dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjad dua tahap yang terpisah sebagai berikut:
Setiap Praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi
mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.
Bila dipandang perlu, Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang
diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk
menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jase
profesional yang diberikan.
4. PRINSIP KERAHASIAAN
11
b) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap Praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap Praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien
atau pemberi kerja.
Setiap Praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk memastikan
terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah wewenangnya, serta
pihak lain yang memberikan saran dan bantuan profesionalnya.
a) Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetuiu oleh klien atau pemberi
kerja;
12
c) Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapkan,
selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum: (i) Dalam mematuhi pelaksanaan
penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi profesi atau regulator; (ii) Dalam
menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator; (iii) Dalam melindungi kepentingan profesional Praktisi dalam sidang
pengadilan; atau (iv) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang
berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersitat rahasia, setiap Praktisi
harus mempertimbangkan hal-hal sebagal berikut:
a) Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau
pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh Praktisi;
b) Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yany relevan. Ketika fakla
atau kesimpulan tidak didukung bukti, ale ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan
profesional harde digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang hau
dilakukan; dan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap Praktisi harus
memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi
profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap Praktisi tidak boleh
merendahkan martabat profesi. Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap
atau melakukan tindakan sebagai berikut:
13
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
1. Seksi 200 Anacaman dan Pencegahan, berisikan tentang situasi-situasi yang dapat
menimbulkan ancaman seperti ancaman intimidasi, advokasi, kepentingan pribadi bagi
Praktisi, kedekatan, serta berisikan bagaimana cara mencegah situasi-situasi tersebut.
2. Seksi 210 Penunjulan Praktisi, KAP atau Jaringan KAP, berisikan tentang syarat syarat
dalam penerimaan klien danpenerimaan perikatan.
3. Seksi 220 Benturan Kepentingan, berisikan tentang bagaimana scorang praktisi dapat
mengambil keputusan agar tidak terjadi benturan kepentingan dan bagaimana
pencegahannya.
4. Seksi 230 Pendapat Kedua, berisikan tentang bagaimana sikap scorang praktisi ketika
diminta untuk memberikan pendapat kedua agar tidak menimbulkan ancaman serta
hagaimana pencegahannya.
5. Seksi 240 Imabalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi, berisikan tentang
bagaimana sikap scorang praktisi dalam melakukan negosiasi jasa dan mengusulkan
jumlah imbalan jasa yang dipandang sesuai agar tidak menimbulkan ancaman serta
bagaimana cara pencegahannya.
6. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional, berisikan tentang bagaimana sikap seorang
praktisi jika mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran lainnya.
14
7. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan, berisikan tentang
bagaimana sikap seorang praktisi ketika ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramahtamahan oleh klien,
8. Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien, berisikan tentang sikap scorang praktisi yang
tidak bolch mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau aset lainnya milik klien
9. Seksi 280 Objektivitas-Semua Jasa Profesional, berisikan tentang sikap praktisi dalam
mempertimbangkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas.
1. Independensi
Independensi yang diatur dalam kode etik ini mewajibkan setiap Praktisi untuk bersikap
b. Independensi dalam penampilan, sikap yang menghindari tindakan atau sistuasi yang
dapat menyebabkan pihak ketiga meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme
profesional dari anggota tim assurance, KAP, atau Jaringan KAP. Independensi yang
berdiri sendini dapat menimbulkan kesalahpahanman schingga mengakibatkan pengamat
beranggapan bahwa sescorang yang menggunakan pertimbangan harus bebas dari
pengaruh hubungan baik ekonomi, keuangan, dan lainnya. Ancaman yang diilustrasikan
timbul ketika adanya:
2. Pinjaman dan penjaminan yang diberikan oleh klien assurance serta simpanan
yang ditempatkan pasa klien assurance, bank atau institusi sejenis tidak akan
15
menimbulkan ancaman terhadap independensi jika pinjaman tersebut diberikan
melalui prosedur, kondisi dan persyaratan yang lazim serta kumlah pinjaman
tidak material bagi KAP dan klien assurance.
3. Hubungan bisnis yang dekat dengan klien ass urance, hubungan ini akan
melibatkan kepentingan keuangan yang bersifat komersial atau umum, serta
dapat menimbuikan ancaman kepentingan pribadi dan ancaman intimidasi.
4. Hubungan keluarga dan hubungan pribadi dengan klien assurance, hal ini terjadi
antara tim assurance dengan karyawan tertentu, direktur, maupun pejabat lainnya
yang dapat menimbilkan ancaman kepentingan pribadi, kedekatan atau
intimidasi.
5. Personil KAP yang bergabung dengan klien assurance, dapat terancam ketika
direktur maupun pejabat lainnya yang dalam kedudukannya memiliki pengaruh
langsung dan signifikan atas informasi hal pokok dari perikatan assurance, pemah
menjadi anggota tim assurance atau rekan KAP.
7. Rangkap jabatan personil KAP sebagai direktur atau pejabat klien assurance,
ketika rekan atau karyawan KAP juga merupakan direktur atau pejabat klien
assurance, ancaman telaah prinadi atau kepentingan pribadi yang dapat terjadi
demikian signifikan, sehingga tidak ada satupun pencegajan yang dapat
mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima.
8. Keterkaitan yang cukup lama antara personil senior KAP dengan klien
assurance, ancaman kedekatan dapat terjadi ketika personil senipr yang sama
digunakan dalam perikatan assurance untuk suatu periode yang cukup lama.
16
Suatu besaran yang relatif, ancaman kepentingan pribadi dapay terjadi
ketika proporsi jumlah imbalan profesional yang diperoleh dari suatu
klien assurance demikian signifikan dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan imbalan yang diperoleh pleh KAP atau Jaringan KAP, yang
menyebabkan ketergantungan KAP maupun jaringan pada suatu klien.
Yang telah lewat waktu, ancaman kepantingan pribadi dapat terjadi ketika
imbalan jasa profesional dari klien assurance belum terlunasi untuk
jangka waktu yang cukup lama, terutama ketika bagian yang signifikan
dari imbalan jasa profesional tersecbut belum terlunasi sebelum terbitnya
laporan assurance berikutnya.
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara umum etika yaitu dapat didefinisikan sebagai rangkaian prinsip atau nilai
moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai tersebut,walaupun kita memperhatikan atau
tidak memperhatikannya secara eksplisit. Para ahli filsafat, berbagai organisasi keagamaan,
serta beragam organisasi lainnya telah mendefinisikan rangkaian prinsip dan nilai moral ini
dengan berbagai cara. Contoh serangkaian prinsip dan nilai moral yang telah ditentukan pada
tingkat pelaksanaannya adalah peraturan per undang-undangan, doktrin gereja, kode etik
bisnis bagi beragam kelompok profesi seperti akuntan public, serta kode etik dalam berbagai
organisasi individual.
Etika Profesional lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip
perilaku untuk orang-orang profesional yang dirancang baik untuk tujuan praktis maupun
untuk tujuan idealistis. Oleh karena kode etik profesional antara lain dirancang untuk
mendorong perilaku ideal, maka kode etik harus realistis dan dapat dilaksanakan. Agar
bermanfaat, kode etik seyogyanya lebih tinggi dari undang-undang tetapi di bawah ideal.
Alasannya adalah untuk memelihara kepercayaan masyarakat (public confidence) akan jasa
yang diberikan profesi, siapa pun yang melaksanakannya. Dalam kaitannya dengan akuntan
publik, kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan atas kualitas audit dan jasa
profesional lainnya sangat penting artinya. Bayangkan apabila pengguna jasa tidak
memercayai dokter, hakim, atau akuntan publik, maka kemampuan profesi yang
bersangkutan dapat memberikan jasa kepada klien dan masyarakat akan menurun.
Prinsip Dasar yang disajikan pada Bagian A Kode Etik terdiri dari 5 prinsip, yaitu:
1. Integritas
2. Objektivitas
3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
4. Kerahasiaan
5. Perilaku Profesional
19
Bagian B Kode Etik memuat Aturan Profesi yang terdiri dari 10 seksi yang tersebar
dalam 224 paragraf. Bagian B ini berisikan tentang penerapan kerangka konseptual dan contoh
pencegahan yang diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar.
20
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Haryono. 2014. Auditing Edisi II. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN
21