Anda di halaman 1dari 8

BIAYA BAHAN BAKU

Bahan Baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari pada
produk jadi

Semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku sampai dengan
bahan baku siap untuk diolah merupakan Harga Pokok Bahan Baku yang
dibeli/Harga Perolehan Bahan Baku.

Unsur-unsur Harga Pokok Bahan Baku terdiri dari :


1. Harga Beli (dalam faktur) Mudah diperhitungkan
2. Biaya Angkut BB
3. Biaya Pesanan (order cost)
4. Biaya Penerimaan BB
5. Biaya Pembongkaran BB
6. Biaya Pemeriksaan BB Sulit diperhitungkan
7. Biaya Asuransi BB Manfaat dan biaya tidak seimbang
8. Biaya Pergudangan BB
9. Biaya Akuntansi BB BOHP

Perlakuan Biaya Angkut dalam penentuan HP BB yang dibeli :


a. Sebagai tambahan HP BB yang dibeli
b. Sebagai unsur BOHP

 Diperlakukan sebagai tambahan HP BB yang dibeli, dengan cara :

 Perbandingan Kuantitas tiap jenis BB yang dibeli

Contoh 1 :

Dalam faktur pembelian diperoleh data bahan baku yang dibeli :

Jenis Quantitas Harga satuan Jumlah


A 20 Kg Rp. 4.000,- Rp. 80.000,-
B 30 Kg Rp. 2.000,- Rp. 60.000,-
50 kg Rp. 140.000,-
Biaya Angkut yang dikeluarkan sebesar Rp. 21.000,-

Alokasi Biaya Angkut Hp BB HP BB/Kg


A = 20/50 x Rp. 21.000,- = Rp. 8.400,- Rp. 88.400,- Rp. 4.420,-
B = 30/50 x Rp. 21.000,- = Rp. 12.600,- Rp. 72.600,- Rp. 2.420,-

Jurnal yang diperlukan :

Persediaan BB Rp. 140.000,-


Kas/Hutang

Biaya Angkut Rp. 21.000,-


Kas/Hutang

Persediaan BB Rp. 21.000,-


Biaya Angkut

 Perbandingan Harga Faktur tiap Jenis BB

Contoh 2 :
Seperti Contoh 1

Alokasi Biaya Angkut Hp BB HP BB/Kg


A = Rp. 80.000/140.000 x Rp. 21.000,- = Rp. 12.000,- Rp. 92.000,- Rp. 4.600,-
B = Rp. 60.000/140.000 x Rp. 21.000,- = Rp. 9.000,- Rp. 69.000,- Rp. 2.300,-

 Berdasarkan tariff yang ditentukan di muka

Contoh 3:
Dalam tahun 200X PT. Alif akan membeli Bahan Baku sebanyak 10.000
Kg, sedangkan biaya angkut diperkirakan sebesar Rp. 2.000.000,-

Rata-rata biaya angkut per Kg Rp. 200,- (Rp. 2.000.000/10.000 Kg)

Jenis Kuantitas Harga Faktur Alokasi By Hrg Perolehan HP BB/Kg


Angkut Bhn Baku
A 4.000 Kg Rp. 6.000.000 Rp. 800.000 Rp. 6.800.000 Rp. 1.700
B 6.000 Kg Rp. 10.000.000 Rp. 1.200.000 Rp. 11.200.000 Rp. 1.866,67
Rp. 16.000.000
Bila terjadi selisih yang material antara biaya angkut atas dasar tarif
dengan sesungguhnya, maka selisih tersebut dibebankan ke rekening :

 Persediaan BB
 Persediaan PDP
 Persediaan Produk Jadi
 Harga Pokok Penjualan

Bila tidak material langsung dibebankan ke Harga Pokok Penjualan

Dari contoh di atas, misalkan Biaya Angkut sesungguhnya


Rp. 2.050.000,- (tidak material) dibebankan ke Harga Pokok
Penjualan.

Jurnal yang diperlukan :

a. Saat Pembebanan Biaya Angkut

Persediaan Bahan Baku 2.000.000,-


Biaya Angkut

b. Saat Pembelian Bahan Baku

Persediaan Bahan Baku 16.000.000,-


Kas/Hutang

c. Saat Pencatatan Biaya Angkut Sesungguhnya

Biaya Angkut 2.050.000,-


Kas/Hutang

d. Penutupan Saldo Biaya Angkut ke Rekening Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan 50.000,-


Biaya Angkut

 Biaya Angkut diperlakukan sebagai BOHP

Pada awal periode di taksir/diestimasi Biaya Angkut selama 1 periode


dan dimasukkan sebagai unsur dalam penentuan tarif BOHP
Jurnal :
BOHP XXX
Biaya Angkut

Pencatatan Biaya Angkut Sesungguuhnya.

Biaya Angkut XXX


Kas/Hutang

 Metode Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yang dipakai.


1. Metode identifikasi khusus
2. Metode FIFO
3. Metode LIFO
4. Metode Rata-rata Bergerak
5. Metode Biaya Standar
6. Metode Harga Pokok BB akhir bulan

Masalah Khusus Bahan Baku

1. Sisa Bahan (Scrap Materials)


Merupakan bahan baku yang mengalami kerusakan dalam pengerjaan
produk.

Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan :


a. Pengurang biaya bahan baku untuk pesanan ybs.
Jurnal yang diperlukan :

Kas/Piutang Dagang XXX


PDP-By Bhn Baku

b. Pengurang biaya overhead pabrik sesungguhnya.


Jurnal yang diperlukan :

Kas/Piutang Dagang XXX


BOHP-sesungguhnya
c. Penghasilan di luar usaha.
Jurnal yang diperlukan :

Kas/Piutang Dagang XXX


Hasil Penjualan sisa bahan

2. Produk Cacat (Defective Goods)


Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar yang ditentukan,
namun dengan mengeluarkan tambahan biaya tertentu dapat produk tsb.
Dapat menjadi produk yang memenuhi standar.

Biaya tambahan dapat dibebankan pada :


 Tambahan biaya produksi pesanan ybs.

Contoh :
PT. Dalia menerima 100 pesanan produk A. Biaya produksi yang
dikeluarkan :
Bahan Baku Rp. 50.000,-
Biaya Tenaga Kerja Rp. 40.000,-
BOHP 150 % dari Biaya Tenaga Kerja.
Setelah akhir produksi ternyata ada 5 produk cacat, dengan biaya tambahan
Biaya tenaga kerja Rp. 2.000,- dan BOHP sesuai dengan tarif yang
berlaku.

Jurnal yang diperlukan :


1. Mencatat biaya produksi 100 produk A :

PDP-Biaya Bahan Baku Rp. 50.000,-


PDP-Biaya Tenaga Kerja 40.000,-
PDP-BOHP 60.000,-
Persediaan Bahan Baku Rp. 50.000,-
Biaya Gaji & Upah 40.000,-
BOHP yg dibebankan 60.000,-

2. Mencatat biaya perbaikan produk cacat (5 produk)

PDP-Biaya Tenaga Kerja Rp. 2.000,-


PDP-BOHP 3.000,-
Biaya Gaji & Upah Rp. 2.000,-
BOHP yg dibebankan 3.000,-
3. Mencatat Harga Pokok Produk selesai :

Persediaan Produk Jadi Rp. 155.000,-


PDP-Biaya Bahan Baku Rp. 50.000,-
PDP-Biaya Tenaga Kerja 42.000,-
PDP-BOHP 63.000,-

 Didebit dalam rekening BOHP-Sesunggunya

Jurnal yang diperlukan :


1. Mencatat biaya produksi 100 produk A :

PDP-Biaya Bahan Baku Rp. 50.000,-


PDP-Biaya Tenaga Kerja 40.000,-
PDP-BOHP 60.000,-
Persediaan Bahan Baku Rp. 50.000,-
Biaya Gaji & Upah 40.000,-
BOHP yg dibebankan 60.000,-

2. Mencatat biaya perbaikan produk cacat (5 produk)

BOHP-Sesungguhnya Rp. 5.000,-


Biaya Gaji & Upah Rp. 2.000,-
BOHP yg dibebankan 3.000,-

3. Mencatat Harga Pokok Produk selesai :

Persediaan Produk Jadi Rp. 150.000,-


PDP-Biaya Bahan Baku Rp. 50.000,-
PDP-Biaya Tenaga Kerja 40.000,-
PDP-BOHP 60.000,-

4. Produk Rusak (Spoiled Goods)

Produk rusak adalah produk yang secara ekonomis tidak


menguntungkan untuk diperbaiki.
Produk rusak berarti telah menyerap biaya bahan, tenaga kerja dan
BOHP.

Perlakuan terhadap produk rusak :


1. Jika pengerjaan pesanan tertentu SULIT terjadi produk
RUSAK.
HP.Produk Rusak dibebankan kepada HP.Produk sempurna dalam
pesanan ybs.

Contoh :
Sebuah perusahaan menerima 100 unit pesanan, dalam pengerjaan
ternyata harus mengerjakan 105 unit, karena 5 unit mengalami
kerusakan. Adapun biaya produksi yang terjadi terdiri dari :
Biaya bahan baku Rp. 200.000,-
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 122.500,-
BOHP dibebankan atas dasar tarif 75 % dari Bahan Baku

Jurnal untuk mencatat biaya produksi :

PDP-Biaya Bahan Baku Rp. 200.000,-


PDP-Biaya TK Langsung 122.500,-
PDP-BOHP 150.000,-
Persediaan Bahan Baku Rp. 200.000,-
Gaji & Upah 122.500,-
BOHP yg dibebankan 150.000,-

Seandainya tidak terjadi produk rusak maka HP.Produk :


(Rp. 472.500,- : 105 unit) = Rp. 4.500,-/unit

HP.Produk rusak dibebankan ke HP.Produk sempurna, HP.Produk :


(Rp. 472.500,- : 100 unit) = Rp. 4.725,-/unit

Jika produk rusak diperkirakan laku dijual Rp. 3.000,-/unit :


Biaya produksi menjadi (Rp. 472.500 – Rp. 15.000) = Rp. 457.500,-

Jurnal mencatat persediaan produk rusak :

Persediaan produk rusak Rp. 15.000,-


PDP-Biaya Bahan Baku Rp. 6.350,-
PDP-Biaya TK Langsung Rp. 3.890,-
PDP-BOHP yang dibebankan Rp. 4.760,-

Bahan Baku = (200.000 : 472.500 x 15.000) = Rp. 6.350 (pembulatan)

Mencatat persediaan produk jadi :


Persediaan Produk Jadi Rp. 457.500,-
PDP-Biaya Bahan Baku Rp. 193.650,-
PDP-Biaya TK Langsung Rp. 118.610,-
PDP-BOHP yang dibebankan Rp. 145.240,-

Anda mungkin juga menyukai