Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“KARAKTERISTIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK”

Dosen Pengampu: Drs. Ec. H. Akhmad Sayudi Ak., M. Si.


Oleh Kelompok 1:
1. Wulan Purnamasari (1910313120001)
2. Endang Lestari (1910313220008)
3. Fitriana (1910313220087)

PROGRAM STUDI: S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN 2020

I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, Terima Kasih.

Banjarmasin, 17 Agustus 2021

Tim Penulis

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Organisasi Sektor Publik 2
B. Domain Organisasi Sektor Publik 4
C. Persamaan Dan Perbedaan Sektor Publik Dan Sektor Swasta 6
D. Akuntansi Sektor Publik 11
E. Tujuan Akuntansi Sektor Publik 15
F. Ruang Lingkup Dan Perkembangan Akuntansi Sektor Publik 16
G. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik (Pemerintahan) Di Indonesia 19
H. Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik 21
I. Akuntansi Untuk Ekonomi, Efisiensi, Dan Efektivitas 36
J. Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa Publik 40
BAB III PENUTUP 41

Kesimpulan 41

DAFTAR PUSTAKA 42

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi keuangan sektor publik sangat erat kaitannya dengan fungsi akuntansi
sebagai penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternal organisasi. Di sektor
publik, kebutuhan akan informasi akuntansi semakin tinggi seiring dengan semakin
meningkatnya akuntabilitas publik dan transparansi oleh lembaga-lembaga publik.
Laporan keuangan sektor publik menjadi instrument utama untuk menciptakan
akuntabilitas publik. Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang
relevan dan handal, maka diperlukan standar akuntansi keuangan sektor publik dan
sistem akuntansi sektor publik. Pengembangan standar akuntansi secara langsung
akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud organisasi sektor publik?

b. Apa ruang lingkup organisasi sektor publik?

c. Apa sifat dan karakteristik akuntansi sektor publik?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Memahami yang dimaksud organisasi sektor publik

b. Memahami ruang lingkup organisasi sektor publik

c. Memahami sifat dan karakteristik akuntansi sektor publik

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

PENGERTIAN SEKTOR PUBLIK

Organisasi sektor publik sering diartikan sebagai organisasi yang berorientasi pada
kepentingan publik. Karena orientasinya pada kepentingan publik maka organisasi ini biasanya
tidak berorientasi pada laba (profit) sebagai tujuan akhirnya. Namun sebagai sebuah organisasi,
proses manajemen tetap berjalan dalam organisasi sektor publik. Kegiatan perencanaan,
pengendalian biaya dan kegiatan serta evaluasi dan pengendalian tetap dijalankan di organisasi
sektor publik seperti halnya di sektor swasta. Istilah sektor publik dalam beberapa hal berbeda
dengan sektor swasta.

“Pengertian mengenai organisasi sektor publik bisa jadi berbeda-beda berdasarkan cara
pandang dari disiplin ilmu yang berbeda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor
publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha
untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan hak publik. Permasalahannya adalah bahwa kebutuhan publik beragam dan tak
terbatas sehingga diperlukannya adanya prioritas kebijakan dan negosiasi publik untuk
menyeleksi berbagai alternatif yang ada.”

Organisasi sektor publik sebagian besar adalah merupakan suatu organisasi pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Adapula yang menjalankan aktivitasnya
dalam berbagai bentuk yayasan mulai dari yayasan yang menyelenggarakan pendidikan, yayasan
yang bergerak di bidang sosial sampai dengan yayasan-yayasan yang bidangnya sangat khusus
seperti beasiswa. Jika dilihat dari definisi dan peran para sektor publik tersebut di atas, maka
dengan kata lain sektor publik adalah government (pemerintah) yang berfungsi untuk
mensejahterakan masyarakat, dimana pemerintah diberi kekuasaan oleh masyarakat untuk
mengatur dan menjamin pemenuhan kebutuhan barang dan jasa publik yang berdasarkan hukum.

ARTI PENTING SEKTOR PUBLIK

2
Tujuan organisasi publik memengaruhi misi, strategi, dan program yang akan dilaksanakan.
Masalah yang dihadapi sektor publik dalam hal ini adalah tujuan yang tidak jelas dan samar-
samar, karena outputnya tidak seluruhnya dapat diukur secara andal, karena pada organisasi
sektor publik tidak berorientasi pada memaksimalkan laba sebagaimana yang menjadi tujuan
organisasi bisnis. Pada sektor bisnis/swasta tujuan utamanya adalah untuk memperoleh laba yang
maksimal, sedangkan pada organisasi sektor publik lebih pada pemberian pelayanan publik,
seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, penegakan hukum, keamanan, transportasi publik, dan
penyediaan barang kebutuhan publik seperti kebutuhan pokok masyarakat, sehingga pada
organisasi swasta lebih menekankan pada tujuan finansial daripada organisasi sektor publik. Dari
segi proses dalam organisasi, sektor publik lebih bernuansa politis dibandingkan pada organisasi
bisnis, sehingga pelaku didalamnya juga dituntut memiliki kemampuan berpolitik selain
kemampuan profesionalitas sebagaimana di sektor swasta. Tujuan organisasi yang tidak jelas
mengandung ketidakpastian yang tinggi. Hal ini disebabkan adanya benturan kepentingan dalam
interaksi sosial di lingkungan organisasi. Dengan demikian, ada beberapa alasan mengapa sektor
publik diperlukan, yaitu:

1. Sektor publik berfungsi untuk menyediakan barang-barang publik yang sangat


dibutuhkan masyarakat dan tidak disediakan oleh sektor privat maupun sektor sosial;
2. Sektor publik diperlukan sebagai regulator;
3. Sektor publik diperlukan sebagai pengelola negara dan pengemban amanah konstitusi
melalui fungsi birokrasi pemerintahan.

Masyarakat membutuhkan berbagai barang publik (public goods), sementara itu tidak ada
pihak yang mau menyediakan barang-barang publik yang dibutuhkan masyarakat tersebut selain
pemerintah atau negara. Barang publik yang dibutuhkan masyarakat misalnya keamanan,
kepolisian dan pengadilan. Sektor bisnis tidak mau menyediakan barang-barang publik tersebut
karena dua alasan utama yaitu tidak menguntungkan dan sangat besar biayanya. Sementara itu
sektor sosial juga tidak mau menanganinya karena tidak mampu membiayainya dan bukan
sebagai yang beri mandat untuk penyediaan pelayanan publik yang telah menjadi tanggungjawab
negara.

3
Alasan lain diperlukannya sektor publik karena kebutuhan regulasi. Sektor bisnis perlu
regulasi agar terjadi kompetisi yang sehat dan terhindar dari kegagalan pasar (market failure).
Masyarakat perlu dilindungi dari perilaku merugikan para pelaku pasar.

Sektor publik juga diperlukan sebagai pelaksana birokrasi pemerintahan. Beberapa tugas dan
fungsi sektor publik memang dapat juga dilakukan oleh sektor privat terutama yang berkaitan
dengan penyediaan barang campuran yaitu barang semi privat dan juga barang semi publik,
seperti layanan trasportasi umum, pos dan telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, air minum,
jalan tol dan pertamanan.

B. DOMAIN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

Di setiap negara, cakupan organisasi sektor publik sering tidak sama. Tidak ada satu
definisi yang secara komprehensif dan lengkap bisa digunakan untuk semua sistem pemerintahan.
Area organisasi sektor publik bahkan sering berubah-ubah tergantung pada kegiatan historis dan
suasana politik yang berkembang di suatu negara.

Di Indonesia, berbagai organisasi termasuk dalam cakupan sektor publik antara lain
pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, sejumlah perusahaan dimana pemerintah mempunyai
saham (BUMN dan BUMD), organisasi bidang pendidikan, kesehatan, dan organisasi-organisasi
massa. Organisasi sektor publik bukan semata-mata organisasi sosial yang non-profit oriented.
Banyak yang menganggap organisasi sektor publik pasti non-profit. Anggapan itu kurang tepat,
karena organisasi sektor publik ada yang bertipe quasi nonprofit yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan motif surplus (laba) agar terjadi keberlangsungan organisasi
dan memberikan kontribusi pendapatan negara atau daerah, misalnya BUMN dan BUMD. Jadi
perlu ditegaskan bahwa organisasi sektor publik bukan hanya organisasi sosial bukan hanya
organisasi non profit dan juga bukan hanya organisasi pemerintahan.

Organisasi sektor publik adalah suatu organisasi yang berhubungan dengan kepentingan
umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapat
negara lain yang diatur dengan hukum. Sektor publik berada pada area dengan batasan-batasan
antara lain:

1. Penyelenggaraan layanan atau pengadaan barang kebutuhan masyarakat umum;

4
2. Bukan konsumsi individual;
3. Pemerintah ikut serta mengendalikan dengan saham atau sejumlah regulasi yang
mengikat;
4. Harga tidak semata-mata ditentukan berdasarkan mekanisme pasar.

Jika di cermati dari batasan-batasan di atas, jenis-jenis organisasi sektor publik dapat
dibagi menjadi: instansi pemerintah, organisasi nirlaba milik pemerintah organisasi nirlaba milik
swasta.

1. Instansi Pemerintah
Tatanan organisasi pemerintahan negara adalah sejumlah organisasi atau lembaga yang
dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, berupa organisasi
kenegaraan dan organisasi pemerintahan. Instansi pemerintah adalah sebutan kolektif
meliputi satuan kerja/satuan organisasi kementrian/departemen. Lembaga Pemerintah
Non Departemen, kesekretariatan lembaga tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya,
baik pusat maupun daerah, termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik
Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah.
2. Organisasi Nirlaba Milik Pemerintah
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran
pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu
tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari
laba (moneter). Organisasi nirlaba milik pemerintahan merupakan bagian organisasi
sektor publik yang bentuknya bukan instansi pemerintah, tetapi milik pemerintah.
Adapun Organisasi Nirlaba Milik Pemerintah contohnya:
1. Perguruan Tinggi BHMN;
2. Rumah Sakit milik pemerintah;
3. Yayasan-yayasan milik pemerintah.

Pada perkembangannya, sebagian organisasi dalam kelompok ini dapat dikategorikan


dalam kelompok yang lebih khusus, yaitu Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD).

5
4. Organisasi Nirlaba Milik Swasta
Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari
beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada
pemupukan laba atau kekayaan semata. Lembaga nirlaba atau organisasi non profit
merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi
penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin
banyak keterlibatan lembaga nirlaba. Organisasi nirlaba pada prinsipnya adalah alat
untuk mencapai tujuan (aktualisasi filosofi) dari sekelompok orang yang memilikinya.
Karena itu bukan tidak mungkin di antara lembaga yang satu dengan yang lain
memiliki filosofi (pandangan hidup) yang berbeda, maka operasionalisasi dari filosofi
tersebut kemungkinan juga akan berbeda. Karena filosofi yang dimiliki organisasi
nirlaba sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan lingkungan
poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba itu ada.

C. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK DAN SWASTA

Pengertian sektor publik dapat kita ketahui melalui perbandingan sektor ini dengan sektor
komersial. Sebelumnya, sektor publik menggunakan basis kas (PP 24/2005), sekarang telah
diubah dengan basis akrual (PP 71/2010). Ada beberapa persamaan dan perbedaan yang dapat
dibandingkan antara keduanya. Beebrapa kesamaan antara sektor publik dengan sektor komersial
antara lain sebagai berikut:

1. Keduanya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah sistem
perekonomian nasional yang secara bersama-sama menggunakan sumber daya dalam
sistem perekonomian tersebut, baik sumber daya finansial, modal, maupun manusia.
Keduanya juga saling bertransaksi dan membutuhkan.
2. Keduanya sama-sama menghadapi sumber daya ekonomi yang terbatas untuk mencapai
tujuan-tujuannya. Oleh karena itu, keduanya sama-sama memiliki kebutuhan untuk
melakukan manajemen keuangan dengan baik.

6
3. Keduanya mempunyai pola manajemen keuangan yang sama yang dimulai dari
perencanaan sampai dengan pengendalian dimana penggunaan akuntansi menjadi
kebutuhan dalam hal ini.
4. Dalam beberapa hal, keduanya mempunyai output produk yang sama. Misalnya,
pemerintahan menyediakan alat transportasi publik, sementara ada juga pihak swasta
yang bergerak di sektor yang sama dan menyediakan sarana transportasi umum untuk
umum.

Sementara itu, hal-hal umum yang membedakan organisasi sektor publik dengan perusahaan
di sektor privat secara signifikan ditampilkan pada tabel di bawah ini:

PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK SEKTOR SWASTA


Tujuan Organisasi Nonprofit Motive Provit Motive
Sumber Pendanaan Pajak, Retribusi, Hutang, Pembiayaan Internal: Modal
Obligasi Pemerintah, Laba Sendiri, Laba ditahan,
BUMN/BUMD, Penjualan Penjualan Aktiva
Aset Negara
Pembiayaan Eksternal:
Hutang bank, Obligasi,
Penerbitan Saham
Pertanggungjawaban Masyarakat (Publik) dan Pemegang Saham dan
Parlemen (DPR/DPRD) Kreditor
Struktur Organisasi Birokrasi Kaku dan Hierarkis Fleksibel, Datar, Piramid,
Lintas Fungsional, dsb
Karakteristik Anggaran Terbuka untuk Publik Tertutup untuk Publik
Sistem Akuntansi Basis Akuntansi Kas Basis Akuntansi Akrual

1. Tujuan Organisasi
Perbedaan menonjol antara organisasi sektor publik dengan sektor privat terletak pada
tujuan untuk memperoleh laba. Pada sektor swasta terdapat semangat untuk
memaksimumkan laba, sedangkan pada sektor publik tujuan utama organisasi bukan

7
untuk memaksimumkan laba tetapi pemberian pelayanan publik, seperti pendidikan,
kesehatan masyarakat, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyediaan
barang kebutuhan publik. Meskipun tujuan utama sektor publik adalah pelayanan publik
tidak berarti organisasi sektor publik juga memiliki tujuan yang bersifat finansial, akan
tetapi hal tersebut berbeda secara filosofi. Usaha pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan negara, peningkatan laba pada perusahaan-perusahaan milik negara atau
milik daerah, upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya
(PAD) adalah contoh adanya tujuan finansial pada organisasi sektor publik.
2. Sumber Pembiayaan
Struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor privat dalam hal bentuk, jenis,
dan tingkat resiko. Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan retribusi,
laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dengan
obligasi pemerintah, dan lain-lain pendapatan yang sah yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan yang telah ditetapkan. Sumber pembiayaan pada sektor privat
lebih fleksibel dan memiliki variasi yang lebih banyak. Pada sektor privat sumber
pembiayaan dipisahkan menjadi sumber pembiayaan internal dan sumber pembiayaan
eksternal. Sumber pembiayaan internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan
kembali ke perusahaan dan modal pemilik. Sedangkan sumber pembiayaan eksternal
misalnya utang bank, penerbitan obligasi, dan penerbitan saham baru untuk mendapatkan
dana dari publik. Kebijakan pemilihan struktur modal pada sektor swasta lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, seperti tingkat suku bunga, nilai tukar, dan tingkat
inflasi. Sedangkan pada sektor publik, keputusan pemilihan struktur pembiayaan tidak
hanya dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi semata, tetapi juga pertimbangan politik
dan sosial.
3. Pola Pertanggungjawaban
Pola pertanggungjawaban manajemen sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Manajemen pada sektor swasta bertanggung jawab kepada masing-masing pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik
manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan
organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal dari
masyarakat (public funds). Pada pertanggungjawaban di sektor publik bersifat vertikal

8
dan horizontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah
pertangggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepda pemerintah pusat kepada parlemen.
Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas. Kedua jenis kelompok pertanggungjawaban sektor publik
tersebut merupakan elemen penting dari semua akuntabilitas publik.
4. Struktur Organisasi
Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor swasta.
Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokrasi, kaku, dan hierarkis, sedangkan
struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Struktur organisasi pada sektor
swasta dapat berbentuk datar, piramid, lintas fungsional (cross functional), dan lainnya
sesuai dengan pilihan organisasi. Struktur organisasi sangat erat hubungannya dengan
fungsi, strategi, dan tujuan organisasi. Salah satu faktor utama yang sangat membedakan
sektor publik dengan sektor swasta adalah adanya pengaruh politik yang sangat tinggi
pada setiap organisasi sektor publik. Tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi
kebijakan publik, sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada sektor
publik. Sektor publik memiliki fungsi yang lebih kompleks dibandingkan dengan sektor
swasta.
5. Karakteristik Anggaran dan Stakeholder
Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran
dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan.
Anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran pada sektor swasta
bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan. Adapun
perbedaan stakeholder antara sektor publik dengan sektor swasta ditampilkan pada tabel
berikut:

9
STAKEHOLDER SEKTOR PUBLIK STAKEHOLDER SEKTOR PRIVAT
Stakeholder Eksternal: Stakeholder Eksternal:
 Masyarakat pengguna jasa publik.  Bank sebagai kreditor
 Masyarakat pembayar pajak.  Serikat buruh
 Perusahaan dan organisasi sosial  Pemerintah
ekonomi yang menggunakan  Pemasok
pelayanan publik sebagai input atas  Distributor
aktivitas organisasi.  Pelanggan
 Bank sebagai kreditor pemerintah.  Masyarakat
 Badan-badan internasional, seperti  Setikat dagang (trade union)
Bank Dunia, IMF, ADB, PBB, dsb.  Pasar modal
 Investor asing dan Country
Analiyst.
 Generasi yang akan datang.

Stakeholder Internal: Stakeholder Internal:


 Lembaga negara (misalnya:  Manajemen.
Kabinet, MPR, DPR/DPRD, dsb.  Karyawan.
 Kelompok politik (partai politik).  Pemegang saham.
 Manajer Publik (Gubernur, Bupati,
Direktur BUMN/BUMD).
 Pegawai pemerintah.

Publik dalam organisasi sektor publik memiliki makna yang berbeda dengan yang
dipahami oleh organisasi swasta. Pengertian publik terkait dengan stakeholder organisasi.
Sektor publik memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan sektor swasta, sehingga
stakeholder pada sektor publik lebih beragam dibandingkan dengan sektor swasta.

6. Sistem Akuntansi
Perbedaan berikutnya adalah sistem akuntansi yang digunakan. Sistem akuntansi adalah
metode dan prosedur untuk mencatat dan melaporkan informasi keuangan yang

10
disediakan bagi perusahaan atau suatu organisasi bisnis. Sistem akuntansi yang
diterapkan dalam perusahaan besar sangat kompleks. Kompleksitas sistem tersebut
disebabkan oleh kekhususan dari sistem yang dirancang untuk suatu organisasi bisnis
sebagai akibat dari adanya perbedaan kebutuhan akan informasi oleh manajer, bentuk dan
jalan transaksi laporan keuangan. Sistem akuntansi yang biasa digunakan pada sektor
swasta adalah akuntansi berbasis akrual (accrual accounting), sedangkan pada sektor
publik lebih banyak menggunakan sistem akuntansi berbasis kas (cash accounting).

D. AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGERTIAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Dari berbagai buku Anglo Amerika, akuntansi sektor publik diartikan sebagai mekanisme
akuntansi swasta yang diberlakukan dalam praktik-praktik organisasi publik. Dari buku lama
terbitan Eropa Barat, akuntansi sektor publik disebut akuntansi pemerintahan. Dan diberbagai
kesempatan disebut juga sebagai proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian,
penganalisaan dan pelaporan transaksi keuangan dalam domain organisasi publik yang
menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk
pengambilan keputusan.

Perkembangan terakhir menyebutkan bahwa akibat dampak dari penerapan accrual base
di Selandia Baru, pemahaman akan sektor publik berubah. Akuntansi dana sektor publik
didefinisikan sebagai akuntansi dana masyarakat. Akuntansi dana masyarakat dapat diartikan
sebagai: “…… mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana
masyarakat”.

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi
pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan luasnya
jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya
lingkungan yang memengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, domain
publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit
kerja pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik
dan organisasi massa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Universitas, dan organisasi nirlaba

11
lainnya. Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi oleh banyak faktor tidak
hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi faktor politik, sosial budaya, dan historis juga
memiliki pengaruh yang signifikan. Sektor publik tidak seragam dan sangat heterogen. Untuk itu
ketika mendefinisikan akuntansi untuk ranah publik juga menjadi cukup beragam dan
bergantung pada kompleksitas domain lingkungan publik tersebut.

SIFAT DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Perbedaan sifat dan karakteristik antara akuntansi sektor publik dengan akuntansi sektor
swasta disebabkan oleh karena adanya perbedaan lingkungan yang memengaruhi. Organisasi
publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan turbulance. Komponen lingkungan
yang memengaruhi organisasi publik meliputi faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi.

a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang memengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
 Pertumbuhan ekonomi
 Tingkat inflasi
 Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
 Struktur produksi
 Tenaga kerja
 Arus modal dalam negeri
 Cadangan devisa
 Nilai tukar mata uang
 Utang dan bantuan luar negeri
 Infrastruktur
 Teknologi
 Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
 Sektor informal
b. Faktor politik
Faktor politik yang memengaruhi sektor publik antara lain:
 Hubungan negara dan masyarakat
 Legitimasi pemerintah

12
 Tipe rezim yang berkuasa
 Ideologi negara
 Elit politik dan massa
 Jaringan internasional
 Kelembagaan
c. Faktor kultural
Faktor kultural yang memengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
 Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya
 Sistem nilai di masyarakat
 Historis
 Sosiologi masyarakat
 Karakteristik masyarakat
 Tingkat pendidikan
d. Faktor demografi
Faktor demografi yang memengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
 Pertumbuhan penduduk
 Struktur usia penduduk
 Migrasi
 Tingkat kesehatan

VALUE FOR MONEY

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefesiensi, pemborosan, sumber kebocoran
dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik
memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan
konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomi, efesiensi, dan efektivitas.

 Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan
dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik

13
dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari
pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
 Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan
input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan
output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
 Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa pihak
berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu
keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equility). Keadilan mengacu pada adanya
kesempatan sosial (social opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang
berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara
merata (equality). Artinya, penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi
pada kelompok tertentu saja melainkan dilakukan secara merata.

Input

Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program,
dan aktivitas. Contoh input adalah: dokter di rumah sakit, tanah untuk jalan baru, guru di
sekolah, dan sebagainya. Input dapat dinyatakan secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter,
luas tanah, jumlah guru, dan sebagainya. Input dapat pula dinyatakan dengan nilai uang,
misalnya biaya dokter, harga tanah, gaji guru, dan sebagainya. Masalah dalam pengukuran
input terletak pada metode penentuan harga, apakah menggunakan harga pasar atau tidak?
Bagaimana jika tidak tersedia harga pasar? Apakah biaya kesempatan (opportunity cost)
relevan untuk dipertimbangkan?

Output

Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan. Pada
umumnya output yang diinginkan saja yang dibicarakan, sedangkan yang tidak diinginkan
atau efek sampingnya, misalnya peningkatan polusi yang terjadi akibat dibuatnya jalan baru,
jarang dibicarakan. Mengukur output lebih sulit dilakukan terutama untuk pelayanan sosial,
seperti pendidikan, keamanan atau kesehatan. Misalnya, output yang dihasilkan polisi adalah

14
tegaknya hukum dan peraturan atau rasa aman masyarakat. Akan tetapi bagaimana mengukur
output tersebut? Barangkali dapat dikatakan bahwa ukuran output adalah turunnya angka
kriminalitas, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena turunnya angka kriminalitas
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti peran pendidikan, perbaikan ekonomi, dan
sebagainya, sedangkan aktivitas polisi hanyalah salah satu faktor saja. Data statistik yang ada
hanya menunjukkan kriminalitas yang dilaporkan atau tercatat, bukan kriminalitas yang
sesungguhnya terjadi. Pada pelayanan kesehatan masyarakat, output diukur dengan kenaikan
jumlah pasien yang mampu bertahan hidup dan kembali sehat, peningkatan angka harapan
hidup, penurunan angka kematian bayi, atau peningkatan kualitas hidup. Ringkasnya, output
merupakan kenaikan nilai atau nilai tambah.

Sasaran Antara (Troughput)

Analisis value for money memerlukan data input dan output yang memadai karena value for
money mempunyai kaitan erat dengan pengukuran output dan input. Permasalahan yang
sering kali muncul adalah tidak tersedianya data yang lengkap terutama data output. Tidak
tersedianya data output yang lengkap tidak berarti analisis value for money tidak dapat
dilakukan. Karena untuk mengukur output sering kali terdapat kesulitan, organisasi sektor
publik menggunakan output antara (intemediate output) atau indikator kinerja (performance
indicator) sebagai alat ukur output. Banyak ukuran yang dianggap menunjukkan output pada
kenyataannya adalah throughput bukan output, sebagai contoh volume aktivitas. Jumlah
operasi yang dilakukan di rumah sakit merupakan throughput bukan output. Output yang
lebih tinggi yang hendak dicapai rumah sakit adalah memperbaiki kesehatan masyarakat,
meningkatkan angka harapan hidup dan sebagainya.

E. TUJUAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Setiap perusahaan yang telah didaftarkan secara hukum di Indonesia diwajibkan membuat
laporan akuntansi. Kewajiban melakukan pembukuan setiap perusahaan didasarkan pada kitab
Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) pasal 6, yang berbunyi: Tiap-tiap orang yang
melakukan/menjalankan perusahaan menyelenggarakan pembukuan perusahaan, sehingga
diketahui segala hak dan kewajibannya. Tujuan yang akan dicapai adalah untuk mendapatkan
informasi-informasi tentang transaksi keuangan dan transasik barang agar dapat ditentukan

15
dengan tepat kebijaksanaan selanjutnya. Selain KUHD pasal 6, juga UU Pajak tahun 2000 pasal
28 ayat 1-12 yang mewajibkan perusahaan menyelenggarakan pembukuan perusahaan sehingga
diketahui hak dan kewajibannya. Pembukuan yang baik memudahkan pengusaha menghitung
laba rugi dan menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Begitu pula pembukuan yang
diselenggarakan dengan baik akan memungkinkan investor melakukan penilaian keadaan
perusahaan apakah sehat atau tidak. Tujuan utama akuntansi adalah untuk mencatat, melaporkan
dan menginterpretasikan data-data ekonomi untuk digunakan sebagai pengambil keputusan.
American Accounting Association (1990) dalam Glynn (1993) membagi tujuan akuntansi pada
organisasi sektor publik adalah untuk:

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisensi dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control).
Informasi akuntansi sektor publik merupakan alat yang digunakan oleh pengguna
informasi untuk pengambilan keputusan, terutama oleh pemerintah dan pelaku bisnis.
Informasi akuntansi sektor publik sangat diperlukan pemerintah dan privat dalam
merumuskan berbagai keputusan dan memecahkan segala permasalahan yang dihadapi.
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan pelaksanaan
tanggungjawab mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya
yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk
melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik.
Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (Accountability).

F. RUANG LINGKUP DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Sejarah organisasi sektor publik sebenarnya telah ada sejak sama. kemunculan
akuntansi sektor publik lebih dipengaruhi pada interaksi dan kekuatan sosial yang terjadi
dalam masyarakat. masyarakat umumnya berbentuk organisasi sektor publik ini dapat
diklasifikasikan dalam: semangat kapitalis, peristiwa politik dan ekonomi, inovasi
teknologi. perkembangan sektor publik sudah ada sejak zaman kerajaan Mesir sekitar 4000
tahun yang lalu meskipun model akuntansi untuk sektor publik berupa catatan-catatan
kekayaan negara pada saat itu tidak lagi ditemukan secara utuh. hingga saat ini,

16
perkembangan akuntansi sektor publik di seluruh dunia telah menjadi perhatian utama di
masing-masing negara.

Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang
dilakukan. berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat dengan cepat diterima
dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan urusan publik. akuntansi
sektor publik pada awalnya merupakan aktivitas yang terspesialisasi dari suatu proses yang
relatif kecil. Namun demikian, saat ini akuntansi sektor publik sedang mengalami proses
untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial keberadaannya. Berikut
merupakan beberapa fase perkembangan akuntansi sektor publik.

1. Fase tahun 1900 an:

Praktik akuntansi sektor publik dapat dikatakan berkembang lebih lambat dibanding
abad ke-19 dan ke-20 titik interpretasi yang salah mulai muncul dengan penyamaan akuntansi
sektor publik adalah proses pencatatan penarikan Pajak yang dipungut pihak pemerintah. di
Inggris, penekanan ini dinyatakan dalam penunjukan pejabat publik sebagai penanggung
jawab pengumpulan pajak, sekaligus pembelanjaan dana kerajaan Pipik satu-satunya
perkembangan di masa itu adalah dimulainya praktik audit dana pemerintah putik pada saat
itu, para pejabat pemerintah yang bertugas mengaudit juga memiliki tanggung jawab
administratif lain seperti penjaga Permata mahkota, pengawas utang berbunga, dan
sebagainya. di tahun 1932, dibentuk komisi audit yang melaporkan ke dewan perwakilan
rakyat tentang pelaksanaan pengeluaran dana.

2. Fase tahun 1950 sampai 1960:

Pada era ini berbagai kritik mengenai peran organisasi sektor publik dalam
pembangunan telah mengalami perubahan yang dramatis. Pada tahun 1950 an dan 1960 an
sektor publik memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksanaan Strategi
Pembangunan. Istilah sektor publik mulai dipakai pertama kali pada tahun 1952. Pada waktu
itu, sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro yang
terkait dengan pembangunan dan lembaga pelaksana suatu pembangunan.

3. Fase tahun 1970 an:

17
Pada tahun 1970 an, dengan adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori
pembangunan radikal menunjukkan kesan ini mempertanyakan kembali peran sektor publik
dalam pembangunan. Organisasi sektor publik dalam menggerakkan dan mempertahankan
proses pembangunan? Berbagai kritik muncul terhadap organisasi sektor publik yang
keberadaannya dianggap tidak efisien dan jauh tertinggal dengan Kemajuan dan
perkembangan yang terjadi di sektor swasta. Sektor publik dianggap lebih rendah
kedudukannya dibanding dengan sektor swasta dan bahkan dianggap mengganggu ekonomi
dan sosial itu sendiri dengan alasan sektor publik sering dijadikan sebagai sarang pemborosan
dan inefisiensi ekonomi. Kedudukan sektor publik bertambah lemah karena orientasi
pembangunan lebih banyak diarahkan pada pembangunan sektor swasta dan cenderung
mengabaikan pembangunan sektor publik.

4. Fase tahun 1980-an:

Pada tahun 1980 an, reformasi sektor publik telah dilakukan di negara-negara industri
maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan dilakukan
misalnya dengan mengadopsi pendekatan new public management (NPM) dan reinventing
government di banyak negara terutama negara Anglo Saxon NPM berakar dari teori
manajemen yang pada dasarnya beranggapan bahwa praktik bisnis komersial dan manajemen
sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan kinerja sektor publik perlu diadopsi
beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor
publik seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender, dan privatisasi perusahaan
perusahaan publik. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap praktek akuntansi
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah perusahaan milik negara atau daerah, dan
berbagai organisasi publik lainnya dibandingkan dengan pada masa-masa
sebelumnya.Terdapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat untuk dilakukan suatu prinsip
transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Dalam
pemerintahan sendiri sudah mulai ada perhatian yang lebih besar terhadap penilaian
kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang mencakup perlunya dilakukan perbaikan
terhadap sistem akuntansi manajemen sistem akuntansi keuangan perencanaan keuangan dan
pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan, serta berbagai implikasi finansial atas
kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah. jika diamati secara lebih mendalam

18
akuntansi sektor publik memiliki peranan yang vital dan menjadi subjek untuk didiskusikan
baik oleh para kalangan akademisi maupun praktisi sektor publik.

G. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (PEMERINTAHAN) DI


INDONESIA

Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia terjadi Sudah beberapa dekade


dimulai dari era orde lama baru hingga orde reformasi titik di tahun 1959 pemerintahan orde
lama mulai melakukan kebijakan-kebijakan berupa nasionalisasi perusahaan asing yang
ditransformasi menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tetapi karena tidak dikelola
oleh manajer profesional dan terlalu banyak ‘politisasi atau juga campur tangan pemerintah,
mengakibatkan perusahaan tersebut hanya dijadikan ‘sapi perah’ oleh para birokrat. sehingga
sejarah kehadirannya tidak memperlihatkan hasil yang baik dan tidak menggembirakan.

Kondisi ini terus berlangsung pada masa orde baru. lebih bertolak belakang lagi pada
saat dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1983 tentang fungsi dari BUMN.
dengan memperhatikan beberapa fungsi tersebut, konsekuensi yang harus ditanggung oleh
BUMN sebagai perusahaan publik adalah menonjolkan keberadaannya sebagai suatu Agent of
development daripada sebagai business entity. Terlepas dari itu semua, bahwa keberadaan
praktik akuntansi sektor publik di Indonesia dengan status hukum yang jelas telah ada sejak
beberapa tahun bergulir dari pemerintahan yang sah. salah satunya adalah Perusahaan Umum
Telekomunikasi tahun 1989. Berikut beberapa fase penting perkembangan akuntansi
pemerintahan di Indonesia yaitu:
1. Fase Tahun 1975

Pada tahun ini belum ada sistem akuntansi, yang ada baru sebatas sistem administrasi atau
dikenal dengan istilah tata usaha keuangan daerah. Pelaksanaan pengelolaan keuangan
pemerintah khususnya pada pemerintahan daerah didasarkan pada :

a. Undang-Undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.


b. Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggung jawaban, dan
Pengawasan Keuangan Daerah.
c. Peraturan pemerintah No.6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD.

19
2. Fase Tahun 1979-1980

Adapun beberapa perkembangan akuntasi pemerintahan yang selama tahun 1979-1980


adalah :

a. Sistem administrasi pemerintah masih dilakukan secara manual, belum dikenal sistem
komputerisasi yang terintegrasi.
b. Belum dimiliki standar akuntasi pemerintah.
c. Satu-satunya laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah kepada DPS berupa
perhitungan anggaran negara (PAN) yang disajikan berdasarkan suatu sumbangan
perhitungan anggaran negara dari departemen atau lembaga yang disusun secra manual
dan single entry.
d. Penyampaian laporan PAN oleh pemerintah kepada DPR dilaksanakan dalam waktu 2-3
tahun.
e. Departemen keuangan mulai membuat rencana studi modernisasi sistem akuntansi
pemerintah.
f. Departemen Dalam Negeri mengeluarkan keputusan Mentri Dalam Negeri No. 900-099
Tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA), yang menjaadi
pedoman pencatatan keuangan daerah yang pada dasarnya sebatas tata buku bukan
merupakan suatu sistem akuntasi.
3. Fase Tahun 1986

Adapun beberapa perkembangan yang terjadi selama tahun 1986 adalah:

a. Dibuat desain perkembangan sistem akuntasi pusat dan sistem akuntasi instasi dengan
mengusulkan disusunnya bagan akun standar dan stadndar dari akuntasi pemerintah.
b. Dikeluarkannya kepmendagri No.29 Tahun 2002 yang mulai mengenalkan penggunaan
akuntasi basis kemodifikasian (modified cash basis) serta pembukuan berpasang (double
entry bookkeeping) untuk pencatatan keuangan pemerintah daerah.
4. Fase Tahun 2003-2004

Adapun beberapa perkembangan yang terjadi selama tahun-tahun ini adalah reformasi
akuntasu sektor publik yang dimulai dengan diterbitkannya 3 undang-undang keuangan negara,
yaitu:

20
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pemngelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
5. Fase Tahun 2005
Ada beberapa perkembangan yang terjadi selama tahun ini adalah:
a. standar akuntansi pemerintahan (KSAP/ Standard setter body) dibentuk dengan Keppres
Nomor 84 tahun 2004, diubah dengan Keppres Nomor 2 Tahun 2005 Keppres Nomor 3
Tahun 2009.
b. standar akuntansi pemerintahan untuk pertama kali dimiliki dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005. PP No. 24 Tahun 2005 menggunakan
Pendekatan Cash Towards Accrial (CTA) dalam sistem pencatatan akuntansinya.
c. Mulai tahun 2005, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.
6. Fase Tahun 2010
Dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahin 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan menggantikan PP No. 24 Tahun 2005. Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010
pemerintah pusat dan daerah harus menerapkan akuntansi akrual penuk (full accrual acccounting)
tidak lagi cash towards accrual selambat0lambatnya tahun 2015.

H. SIFAT DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Akuntansi sektor publik merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan untuk mencapai
hasil tertentu dan hasil tersebut harus memiliki manfaat bagi publik. Dalam beberapa hal,
akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan
karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang
mempengaruhi. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik adalah
sebagai berikut:
FAKTOR EKONOMI
Eonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan
dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Secara garis bedar, ekonomi

21
diartikan sebaggai “aturan rumah tangga” atau disebut juga “manajemen rumah tangga”. faktor
ekonomi meliputi antara lain:
1) Pertumbuhan ekonomi
2) Tingkat inflasi
3) Tenaga kerja
4) Nilai tukar mata uang
5) Infrastruktur
6) Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
FAKTOR POLITIK
Politik merupakan salah satu cabang bidang ilmu yang terus mengalami perkembangan seiring
dengan dinamika perkembangan masyarakat politik yang menjadi kajiannya. Perkembangan ilmu
politik terlihat dari beragamnya teori yang diantaranya lahir dari studi-studi empiris mengenai
fenomena politik, baik dari hasil studi kasus maupun hasil dari perbandingan mengenai
fenomena serupa di sejumlah negara atau wilayah. Perkembangan ini tidak lepas dari semakin
kompleksnya fenomena politik di berbagai negara di dunia, baik level negara, kelompok maupun
individu. Faktor politik antara lain meliputi:
1) Hubungan negara dan masyarakat
2) Legitimasi pemeeerintah
3) Tipe rezim yang berkuasa
4) Ideologi negara
5) Elit politik dan massa
6) Jaringan internasional
7) Kelembagaan

AKTOR KULTURAL
Kultur merupakan satu sudut pandang yang pada saat yang bersamaan dijadikan jalan
hidup oleh suatu masyarakat. Tidak terdapat masyarakat tanpa suatu kultur, dan kultur
tidak eksis diluar masyarkat. Jika demikian, maka kultur atau jalan hidup meliputi sistem
kepercayaan umum yang sesuai dengan gaya perilaku atau juga pemikiran dan
pengetahuan teknis yang diharapkan. Kultur memengaruhi pola teladan perilaku manusia
yang teratur karena kultur mengggambarkan perilaku yang sesuai untuk situasi tertentu.
Faktor kultural meliputi antara lain :

22
1. Keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya
2. Sistem nilai dimasyarakat
3. Historis
4. Sosiologi masyarakat
5. Karakteristik masyarakat
6. Tingkat pendidikan

FAKTOR DEMOGRAFI
Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi
meliputi ukuran, struktur, dan distribusi publk, serta bagaimana jumlah penduduk
berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis
kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu
yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas
teretntu. Faktor demografi meliputi antara lain :
1. Pertumbuhan penduduk
2. Struktur usia penduduk
3. Migrasi
4. Tingkat kesehatan

PERAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Akuntansi selalu dipandang sebagai sistem informasi. Pandangan ini mengasumsikan
akuntansi sebagai suatu proses yang menghubungkan sumber informasi saluran
komunikasi, dan sekumpulan penerima. Untuk itu, akuntansi memiliki peran dan
dibutuhkan oleh setiap organisasi baik organisasi publik, privat dan sosial. Peran
akuntansi dalam organisasi sektor publik antara lain : (1) Pengelolaan Keuangan Negara,
(2) Pelaporan Keuangan, (3) Pemeriksaan, (4) Transparansi, (5) Akuntabilitas Publik, (6)
Tata Kelola Pemerintahan yang baik, (7) Ekonomi, Efisiensi dan Efektivitas.

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Akuntansi sektor publik memainkan peran penting dalam pengelolaan keuangan negara.
Peran akuntansi dalam pengelolaan keuangan negara meliputi manajemen keuangan

23
sektor publik dan akuntansi manajemen sektor publik. Manajemen keuangan sektor
publik terkait dengan: (1) Manajemen pendapatan negara, (2) Manajemen belanja negara,
(3) Manajemen utang negara, (4) Manajemen aset negara, (5) Manajemen kas, (6)
Manajemen investasi publik.
Sedangkan peran akuntansi manajmene sektor publik dalam pengelolaan
keuangan negara meliputi: (1) perencanaan strategi sektor publik, (2) pemberian
informasi biaya sektor publik, (3) penilaian investasi publik, (4) penganggaran sektor
publik, (5)pengendalian pusat pertanggungjawaban, (6) penentuan harga atau tarif
pelayanan, (7) pengukuran kinerja.

PELAPORAN KEUANGAN
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh IAI tujuan laporan keuangn
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besra pemakai. Namaun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
nonkeuangan. Akuntansi sektor publik memiliki peran penting dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan sektor publik. Laporan keuangan sektor publik meliputi: (1)
Laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP), (2) Laporan keuangan pemerintah daerah,
(3) Laporan keuangan kementrian/lembaga (LK-K/L), (4) Laporan keuangan satuan kerja
perangkat daerah (LK-SKPD).

Tabel 1.3. Peran akuntansi sektor publik dalam pasal 30 dan 31 Undang-undang No. 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara
PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH

24
1 Presiden menyampaikan rancangan 1 Gubernur/Bupati/Walikota
Undang-undang tentang menyampaikan rancangan peraturan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN daerah tentang pertanggungjawaban
kepada DPR berupa laporan keuangan pelaksanaan APBD kepada DPRD
yang telah diperiksa oleh Badan berupa laporan keuangan yang telah
Pemeriksa Keuangan, selambat- diperiksa oleh Badan Pemeriksa
lambatnya 6 bulan setelah tahun Keuangan, selambat-lambatnya 6 bulan
anggaran berakhir setelah tahun anggaran berakhir
2 Laporan keuangan dimaksud setidak- 2 Laporan keuangan dimaksud setidak-
tidaknya meliputi laporan realisasi tidaknya meliputi laporan realisasi
APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan, yang Catatan atas Laporan Keuangan, yang
dilampiri dengan laporan keuangan dilampiri dengan laporan
perusahaan negara dan badan lainnya keuanganperusahaan daerah

Laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah meliputi: (1) laporan posisi
keuangan (neraca), (2) Laporan realisasi anggaran (LRA), (3) Laporan perubahan saldo
anggaran lebih (SAL), (4) Laporan operasional, (5) Laporan perubahan ekuitas (LPE), (6)
Laporan arus kas, (7) Catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan sektor publik menunjukkan apa yang telah dilakukan
pemerintah atau pertanggungjawaban pemerintah atas sumber daya yang telah
dipercayakan kepadanya. Masyarakat yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban pemerintah berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan tentang jalannya roda pemerintahan.

Tabel 1.4. Peran akuntansi sektor publik dalam pasal 55 dan 56 undang-undang N0. 1 tahun 2004
tentang Perbendaaraan Negara
PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAHAN DAERAH
1 Menteri keuangan selaku pengelola fiskal 1 Kepala Satuan Kerja Pengelola
menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Keuangan Daerah selaku Pejabat

25
Pusat untuk disampaikan kepada Presiden Pengelola Keuangan Daerah menyusun
dalam rangka memenuhi laporan keuangn pemerintah daerah
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN untuk disampaikan kepada
gubernur/bupati/walikota dalam rangka
memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
2 Dalam penyusunan Laporan Keuangan 2 Dalam penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud Pemerintah Daerah sebagaimana
pada ayat (1): dimaksud pada ayat (1):
a. Menteri/pemimpin lembaga selaku a. Kepala satuan kerja perangkat
Pengguna Anggaran/Pengguna daerah selaku Pengguna
Barang menyusun dan anggaran/Pengguna Barang
menyampaikan laporan Keuangan menyususn dan menyampaikan
yang meliputi Laporan Realisasi laporan keuangan yang meliputi
Anggaran, Neraca, dan Catatan laporan realisasi anggran, neraca,
atas Laporan Keuangan dilampiri dan catatan atas laporan
Laporan Keuangan Badan keuangan.
Layanan Umum pada Kementrian. b. Laporan keuangan sebagaimana
b. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada kepala
disampaikan Presiden kepada satuan kerja pengelola keuangan
Badan Pemeriksa Keuangan paling daerah selambat-lambatnya 2
lambat 3 bulan setelah tahun bulan setelah tahun anggaran
anggaran terakhir. berakhir.
c. Menteri Keuangan selaku c. Kepala Satuan Kerja Pengelola
Bendahaar Umum Negara Keuangan Daerah selaku
menyusun Laporan Arus Kas Bendahara Umum Daerah
pemerintah pusat. menyusun Laporan Arus Kas
d. Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Daerah.
Pemerintah Pusat dalam d. Gubernur/Bupati/Walikota yang
kepemilikan kekayaan negara yang selaku wakil pemerintah daerah

26
dipisahkan menyusun ikhtisar dalam kepemilikan kekayaan
laporan keuangan perusahaan daerah yang dipisahkan
negara. menyusun ikhtisar laporan
keuangan oerusahaan daerah.
3 Laporan keuangan sebagaimana dimaksud 3 Laporan Keuangan sebagaimana
pada ayat (1) disampaikan Presiden dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Badan Pemeriksa Keuangan gubernur/bupati/walikota kepada Badan
paling lambat 3 bulan setelah tahun Pemeriksa Keuangan paling lambat 3
naggaran berakhir. bulan setelah tahun anggarn berakhir.
4 Menteri/pimpinan lembaga selaku 4 Kepala Satuan Kerja perangkat daerah
Pengguna Anggaran/Pengguna barang selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
memeberikan pernyataan Barang memberikan pernyataan bahwa
bahwapengelolaan APBN telah pengelolaan APBD telah diselenggarakan
diselenggarakan berdasarkan berdasarkan sistem pengendalian intern
pengendalian intern yang memadai dan yang memadai dan akuntansi keuangn
akuntansi keuangan telah diselenggarakan telah diselenggarakn sesuai dengan
sesuai dengan standar akuntansi standar akuntansi pemerintahan.
pemerintahan.
5 Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan
keuangan dan kinerja instansi pemerintah
diatur dengan peraturan pemrintah.

PEMERIKSAAN
Akuntansi sektor publik juga memainkan peran penting dalam pemeriksaan sektor publik.
Pemeriksaan dalam organisasi sektor publik meliputi audit keuangan negara, review
laporan keuangan, audit kepatuhan, audit kinerja, dan audit investasi. Pelaksanaan audit
sektor publik membutuhkan tenaga ahli di bidang akuntansi dan auditing. Kebutuhan
terhadap pemeriksaan (auditing) sektor publik sangat tinggi untuk memberikan jasa
atestasi dan audit assurance.

AKUNTANSI UNTUK TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK

27
Secara konseptual pengertian kata baik (good) dalam istilah keperintahan yang baik
mengandung dua pemahaman yaitu: Pertama, nilai yang menjunjung tinggi
keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningtakan kepampuan rakyat
dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan
keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan government (pemerintah) dalam bahasa indonesia berarti sebuah
“Pengarahan dan administrasi yang berwenang ats kegiatan orang-orang dalam sebuah
negara, negara bagian, atau kota dan sebagainya” bisa juga berarti lembaga atau badan
yang menyelenggarakan pemerintahan negara, negara bagian, atau kota dan sebagainya.
Sedangkan istilah kepemerintahan atau governance mempunyai art yaitu tindakan,fakta,
pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian, governance
adalah suatu kegiatan atau proses, bahwa governance lebih merupakan serangkaian
proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai
bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas
kepentingan-kepentingan tersebut.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) mengemukakan bahwa good governance
berorientasi pada: (1) orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan
nasional, (2) pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif, efisien dalam
melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi pertama mengacu pada
demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-elemen konstituennya seperti:
legitimasi, akunabilitas, dan lain sebagainya. Sedangkan orientasi kedua, tergantung pada
sejauh mana pemerintah mempunyai kompetensi dan sejauhmana struktur dan
mekanisme politik dan administrative berfungsi secara efektif dan efisien.
LAN menyimpulkan bahwa wujud good governance adalah penyelenggaraan
negara yang solid dan bertanggungjawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga
kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan
masyarakat. Selain itu Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000, merumuskan arti good
governance adalah kepemerintahan yang mengemban dan menerapkan prinsip-prinsip
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi,
efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

28
1. Penerapan Prinsip Kepemerintahan yang Baik pada Sektor Publik
Prinsip yang melandasi perbedaan antara konsepsi pemerintahan yang
tradisionaladalah terletak pada adanya tuntutan yang kuat agar peranan pemerintah dikurangi
dan peranan masyarakat (termasuk dunia usaha dan lembaga Swadaya masyarakat/Organisasi
Non Pemerintah) semakin ditingkatkan dan terbuka aksesnya. UNDP mengelompokkan
prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik, meliputi:
1. Partisipasi
Semua warga negara berhak terlibat dalam pengambilan keputusan, dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas
untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Peran Hukum
Proses mewujudkan cita good governance harus diimbangi dengan komitmen
untuk penegakan hukum, dengan karakter : (a) supremasi hukum, (b) kepastian
hukum, (c) hukum yang responsif, (d) penegak hukum yang konsisten dan non
diskriminatif, dan (e) independensi peradilan.
3. Transparansi
Keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan, untuk memberantas KKN
diperlukan keterbukaan dalam transaksi dan pnegelolaan keuangan negara, serta
pengelolaan sektor-sektor publik.
4. Tanggap
Peka dan cepat tanggap atas persoalan masyarakat. Pemerintah harus memiliki
etik individual, dan etik sosial. Dalam merumuskan kebijakan pembangunan
sosial, pemerintah harus memperhatikan karakteristik kultural, dan perlakuan
yang humanis pada masyarakat.
5. Orientasi Konsensus
Pengambilan keputusan melalui musyawarah dan semaksimal mungkin
berdasarkan kesepakatan bersama.
6. Kesetaraan dan Keadilan

29
Kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Pemerintah harus memberikan
kesempatan pelayanan dan perlakuan yang sama dalam koridor kejujuran dan
keadilan.
7. Efektif dan Efisien
Berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas diukur dengan parameter
produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari
berbagai kelompok dan lapisan sosial. Efisiensi diukur dengan rasionalitas biaya
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat. Pemerintah harus
mampu menyususn perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat,
rasional, dan terukur.
8. Akuntabilitas
Pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberikan
kewanangan untuk mengurus kepentingannya. Ada akuntabilitas vertikal
(pemegang kekuasaan dengan rakyat; pemerintah dengan warga negara; para
pejabat dengan pejabat diatasnya), dan akuntabilitas horizontal (para pemegang
jabatan publik dengan lembaga setara; profesi setara).
9. Visi Strategik
Pandangan strategis untuk menghadapi maasyarakat oleh pemimpin dan publik.
Hal ini penting, karena setiap bangsa perlu memiliki sensitivitas terhadap
perubahan serta prediksi perubahan kedepan akibat kemajuan teknologi, agar
dapat merumuskan berbagai kebijakan untuk mengatasi dan mengantisipasi
sejumlah permasalahan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka hendkanya prinsip good governance dapat
diterapkan diseluruh sektor dengan memperhtikan agenda kebijakan pemerintah untuk
beberapa tahun mendatang diarahkan pada :
1. Stabilitas moneter, khususnya kurs dollar AS (USD) hingga mencapai tingkat wajar
dan stabilitas harga kebutuhan pokok pada tingkat yang terjangkau.
2. Penanganan dampak krisis moneter khusus pengembangan proyek padat karya untuk
mengatasi pengangguran, percukupan kebutuhan pangan bagi masyarakat yang
kekuarangan.
3. Rekapitalisasi kecil, menengah yang sebenarnya sehat dna prosuktif.

30
4. Operasionalisasi langkah reformasi meliputi kebijaksanaan moneter, sistem
perbankan, kebijakan fiskal dan anggaran serta penyelesaian hutang swasta dan
restrukturisasi sektor riel.
5. Melanjutkan langkah mengatasi era globalisasi khususnya untuk meningkatkan
ketahanan dan daya saing ekonomi.
Dalam praktek good governance perlu dikembangkan indikator keberhasilan
pelaksanaan good governance. Keberhasilan secara umum dapat dilihat dari sejumlah
indikator ekonomi makro atau tujuan-tujuan pembangunan atau indikator quality of life
yang dituju. Untuk negara-negara terkena krisis, indikator recovery. Tetapi bisa juga
secara sektoral (produksi tertentu), peningkatan ekspor, investasi, jaringan jalan, tingkat
dan penyebaran pendidikan.

2. Dampak Penerapan Kepemerintahan yang Baik Terhadap Swasta


Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance pada BUMN, maka ditetapkan bahwa Corporate
Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jagka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Stakeholder adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN, baik
langsung maupun tidak langsung yaitu Pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan
pengawas, direksi dan karyawan serta pemerintah, kreditur dan pihak berkepentingan lainnya.
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pelaksanannya, yaitu:
1. Transparansi
2. Kemandirian
3. Akuntabilitas
4. Pertanggungjawaban, dan
5. Kewajaran
Penerapan prinsip tersebut diharapkan dapat diimplementasikan dalam eragai sektor
dengan penerapan pola interaksi dan kolaborasi antara pemerrintah dengan swasta dan
masyarakat yang disebut kemitraan. Kemitraan antara pemerintah dengan swasta dan

31
masyarakat madani untuk malakukan transformasi dan reformasi disegala bidang sudah
mulai dilakukan namun belum sesuai dengan harapan. Sehingga dewasa ini, terbentuknya
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfungsi dan mengendalikan jalannya
pemerintahan dan pelayanan publik sebagai wujud dari kemitraan.
Dari sinilah muncul pemikiran baru yang mengaraah kepada perubahan pola
penyelenggaraan pemerintah, yaitu dari pola tradisional atau konvensional dengan
melibatkan kolaborasi antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat, yang dikenal
dengan pergeseran paradigma dari pemerintahan (government) menjadi kepemerintahan
(governance).
Diharapkan perubahan paradigma tersebut, akan memiliki dampak yang signifikan
khususnya dalam kepercayaan masyarakat akan kinerja dari pemerintah ( good governance
and clean government). Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat diwujudkan dengan cara
melakukan pembangunan kulatitas manusia sebagai pelaku good governance, yaitu:
1. Pembangunan oleh dan untuk masyarakat.
2. Pokok pikiran community information planning sistem, dapat diwujudkan dengan
“sharing” sumber daya terutama sumber daya informasi yang dimiliki oleh badan
pemerintah kepada masyarakat.
3. Lembaga legislative perlu berbagi informasi kepada masyarakat aats apa yang mereka
ketahui mengenai sumber daya potensial yang diperlukan birokrat pada masyarakat.
4. Birokrasi harus menjalin kerjasama dengan rakyat.
5. Birokrasi membuka dialog dengan masyarakat, untuk memperkuat interaksi yang lebih
besra antara birokrat dengan rakyat atau pejabat yang dipilih.
6. Nilai managemen strategis, berupaya mengembangkan organisasi yang mampu
beradaptasi dan menanggapi tuntutan dengan lingkungannya.
Perwujudan “clean and good governance” dengan manajemen penyelenggaraan
pemerintah yang baik dan handal, yakni manajemen yang kondusif, responsif dan adaptif
perlu didukung dengan penciptaan administrasi publik yang mengandung unsur sistem
koperasi dan pendekatan pelayanan publik yang relevan bagi masyarakat, maka hal ini dapat
ditempuh dengan cara membentuk:
1. Kerangka kerja tim antar organiasi, departemen dan antar wilayah.

32
2. Hubungan kemitraan antara pemerintah dengan setiap unsur dalam masyarakat negara
yang bersangkutan tadi sekedar kemitraan internal diantara jajaran isntansi pemerintah
saja.
3. Pemahaman dan komitemen akan manfaat dan arti pentingnya tanggungjawab bersama
dan kerjasama dalam suatu keterpaduan serta sinergisme dalam pencapaian tujuan.
4. Adanya dukungan dan sistem kemampuan dan keberanian menanggung resiko dan
berinisiatif, sepanjang hal ini secara relistis dapat dikembangkan.
5. Adanya kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai internal (kode etik) administrasi
publik, juga terhadap nilai etika dan moralitas yang diakui dan dijunjung tinggi secara
bersma-sama dengan masyarakat yang dilayani.
6. Adanya pelayanan administrasi publik yang berorientasi kepada masyarakat yang
dilayani, inklusi, administrasi publik yang mudah dijangkau masyarakat dan bersifat
bersahabat, berdaarkan pemerataan yang berkeadilan dalam setiap tindakan dan layanan
yang diberikan kepada masyarakat, mencerminkan wajah dari pemerintah yang
sebenarnya atau tidak menerapkan standar ganda dalam menentukan kebijakan dan
memberikan pelayanan terhadpa masyarakat berfokus pada kepentingan masyarakat dan
bukannya kepentigan internal organisasi pemerintah, bersikap professional dan bersifat
tidak memihak.
Tiga pilar untuk menyokong konsepsi pemerintahan yang baik yaitu pemerintah,
dunia usaha atau sektor swasta dan masyarakat madani sejalan dengan konsepsi dan
prinsip “Reinventing Goverment”. Pemerintah hendaknya berperan sebagai katalis
dimana pemerintah hanya dibatasi pada peran “steering rather than rowing”.

Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik menghendaki adanya akutabilitas,


transparansi, keterbukaan dan rule of law. Sementara pemerinthana yang bersih menuntut
terbebasnya praktek yang menyimpang dari “etika administrasi negara”. Sedang
pemerintah yang berwibawa menuntut adanya ketundukan, ketaatan dan kepatuhan rakyat
terhadap undang-undang pemerintah dan kebijakan pemerintah.
AKUNTANSI UNTUK TRANSPARANSI

Transparansi adalah suatu prinsip menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin suatu kemudahan di dalam memperoleh

33
informasi. Transparansi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan
informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang di sediakan nya kepada masyarakat.
Dalam konteks pembangunan, transparansi adalah keandaan dimana setiap orang dapat
mengetahui proses pembuatan dan pengambilan keputusan di pemerintahan umum. Menurut UU
no.28 tahun 2000 tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme, asas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah adalah asas untuk membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan
tetap memperhatikan perlindungan hak azasi pribadi golongan dan rahasia negara.

Jika dikaitkan dengan konteks penyelenggaraan urusan publik, transparansi adalah suatu kondisi
dimana masyarakat mengetahui apa-apa yang terjadi dan dilakukan oleh pemerintah termasuk
berbagai prosedur, serta keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam pelaksanaan
urusan publik.

Menurut UNDP, transparansi akan tercapai dengan cara membagi atau menyebarkan informasi
dan bertindak dengan cara yang terbuka. Hal tersebut berarti memperbolehkan para stakeholder
untuk memperoleh informasi. Sistem yang transparan memiliki prosedur yang jelas dalam
pengambilan keputusan publik dan adanya saluran komunikasi yang terbuka antara berbagai
stakeholder dengan aksesibilitas yang baik terhadap sumber informasi. Transparansi dibangun
berdasarkan kebebasan untuk memperoleh informasi. Proses kelembagaan, dan informasi
tersebut secara langsung terutama bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

AKUNTANSI UNTUK AKUNTABILITAS PUBLIK

Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah
menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
periodik.

34
Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas
aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pemerintah, baik pusat
maupun daerah, harus dapat menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-
hak publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya.
Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas kebijakan, dan kejujuran, akuntabilitas
manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial.
Akuntabilitas manajerial merupakan bagian terpenting untuk menciptakan krebilitas manajemen
pemerintah daerah tidak dipenuhinya prinsip pertanggungjawaban dapat menimbulkan implikasi
yang luas. Jika masyarakat menilai pemerintah daerah tidak akuntabel, masyarakat dapat
menuntut pergantian pemerintahan, penggantian pejabat, dan sebagainya. Rendahnya tingkat
akuntabilitas juga meningkatkan risiko berinvestasi dan mengurangi kemampuan untuk
berkompetisi serta melakukan efisiensi.

Manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena dana yang digunakan dalam
penyediaan layanan berasal dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Pola
pertanggungjawaban pemerintah daerah sekarang ini lebih bersifat horizontal dimana pemerintah
daerah bertanggung jawab baik terhadap DPRD maupun pada masyarakat luas (dual horizontal
accountability). namun dmeikian, pada kenyataannya sebaian besar pemerintah daerah lebih
menitikberatkan pertanggung jawabannya kepada DPRD daripada masyarakat luas.

Governmental Accounting Standards Board (GASB, 1999) dalam concepts Statement No, 1
tentang Objectives of Financial reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar
pelaporan keuangan dipemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk
mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya.
Concepts Statement No.1 menekankan pula bahwa laporan keuangan pemerintah harus dapat
membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik dengan
membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan, menilai kondisi keuangan
dan hasil operasi, membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan
yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan lainnya, serta membantu dalam
mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas.

Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat
pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan pemerintah atas aktivitas pengelolaan

35
sumber daya publik. Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal harus
dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami. Transparansi dapat dilakukan
apabila ada kejelasan tugas dan kewenangan, ketersediaan informasi kepada publik, proses
penganggaran yang terbuka, dan jaminan integritas dari pihak independen mengenai prakiraan
fiskal, informasi, dan penjabarannya.

I. AKUNTANSI UNTUK EKONOMI, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas dikenal dengan konsep value for money. Konsep value
for money atau nilai waktu untuk uang merupakan salah satu definisi dari kualitas. Kualitas nilai
uang melihat kualitas dalam hal pengembalian investasi. Jika hasil uang sama dapat dicapai
dengan biaya rendah atau hasil yang lebih baik dapat dicapai dengan biaya yang sama, maka
pelanggan memiliki kualitas produk atau jasa. Kecenderungan yang berkembang untuk
pemerintah untuk meminta pertanggungjawaban dari pendidikan tinggi mencerminkan
pendekatan nilai untuk uang (value for money). definisi value for money yang lain yaitu nilai
untuk uang adalah nilai uang untuk menilai biaya suatu produk atau layanan terhadap kualitas
persediaan. Dalam hal ini value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik yang mendasarkan pada 3 elemen utama, yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

1. Ekonomi

Ekonomi berkaitan dengan hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). pengertian
ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara
hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan
ekonomis jika dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu. Ekonomi memiliki
pengertian bahwa sumber daya input hendaknya diperoleh secara hemat yaitu dengan harga yang
lebih rendah (spending less) atau lebih murah dengan kualitas tertentu. Kehematan harga
biasanya di ukur dengan harga pasar. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dengan
nilai rupiah. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat ekonomi adalah:

Ekonomi = Input/Anggran
(Rp)
2. Efisiensi

36
Efisiensi (daya guna mempunyai pengertian yang berhubungan erat dengan konsep produktivitas.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan suatu perbandingan antara output yang
dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). proses kegiatan operasional dapat
dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat di capai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). jadi, pada
dasarnya ada pengertian yang serupa antara makna efisiensi dengan ekonomi karena keduanya
menghendaki penghapusan atau penurunan biaya (cost reduction).

Efisiensi = Output/Input (Rp)

3. Efektivitas

Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang
harus dicapai, pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan
atau target kebijakan. Kegiatan operasional di katakan efektif apabila proses kegiatan tersebut
mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). indikator efisiensi dan efektivitas
harus digunakan secara bersama-sama. Karena di satu pihak, mungkin pelaksanaannya sudah
dilakukan secara ekonomis dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai dengan
target yang diharapkan. Sedang di pihak lain. Sebuah program dapat dikatakan efektif dalam
mencapai tujuan, tetapi mungkin dicapai dengan cara yang tidak ekonomis dan efisien. Jika
program dapat dilakukan dengan efisien dan efektif maka program tersebut dapat dikatakan cost-
effectivenes.

Efektivitas = Outcome/Output
(Rp)
.Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok dari konsep value for money, namun beberapa
sumber berpendapat bahwa ke tiga elemen itu saja belum cukup. Perlu ditambah elemen lain,
yaitu:

1. Equity, kesempatan sosial yang sama untuk memperoleh pelayanan publik.

2. Equality. Pemerataan penggunaan dana publik dilakukan secara merata.

3. Input, sumber daya yang dapat digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program dan
aktivitas.

37
4. Output, merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan juga kebijakan.

5. Outcome, adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu.

Konsep value for money menghendaki organisasi sektor publik harus dapat memenuhi prinsip
ekonomi, efisiensi dan efektivitas tersebut secara bersama-sama yang berarti mampu
menggunakan uang publik (anggaran) secara hemat, cermat dan tepat untuk mencapai target,
sasaran dan tujuan.

Contoh konsep value for money pada sektor publik adalah pada program pelayanan kesehatan
BPJS. Program ini merupakan program yang dibuat pemerintah untuk menjamin kebutuhan
kesehatan bagi masyarakat kurang mampu. BPJS melanjutkan program terdahulunya yaitu
akseskin, kartu sehat, jamksemas yang semuanya memiliki tujuan yang sama, untuk menjamin
pembiayaan kesehatan masyarakat kurang mampu. Masalah yang seringkali ditemukan di
lapangan berkaitan dengan aktivitas program BPJS.

BARANG PUBLIK

Secara umum barang publik biasa dipahami sebagai sesuatu yang dapat dinikmati atau
dibutuhkan oleh semua orang. Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat
dibatasi siapa penggunaan nya dan se bisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk mendapatkannya. Contoh barang publik ini di antaranya udara, cahaya matahari,
papan marka jalan, lampu lalu lintas, pertahanan nasional, pemerintahan dan sebagainya. Akan
sulit untuk menentukan siapa saja yang boleh menggunakan papan marka jalan misalnya karena
keberadaannya memang untuk konsumsi semua orang.

BARANG PRIVAT

Barang Privat dapat diartikan sebagai barang-barang yang memiliki sifat berkebalikan dengan
barang publik. Barang privat secara tipikal adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme
pasar, dimana titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme pasar, dimana titik

38
temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Oleh karena itu, kepemilikan
barang privat biasanya dapat ter identifikasi dengan baik.

Eksklusivitas kepemilikan menjadi faktor pembeda utama barang privat dengan barang publik.
Sifat-sifat barang privat adalah sebagai berikut:

1. Rivalrous Consumption, di mana konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi atau
menghilangkan kesempatan pihak lain untuk melakukan hal serupa.

2. Excludable consumption. Di mana konsumsi suatu barang dapat dibatasi hanya pada mereka
yang memenuhi persyaratan tertentu (biasanya harga), dan mereka yang tidak membayar atau
tidak memenuhi syarat dapat dikecualikan dari akses untuk mendapatkan barang tersebut
(excludable). barang yang excludable, tapi daya saingnya rendah disebut toll goods, yaitu bisa
digunakan secara bersama-sama, namun orang yang memanfaatkan tetap dikenai biaya. Adalagi
barang yang daya saingnya tinggi tetapi nonexcludable disebut common pool goods, yaitu barang
yang nonexcludable. Namun penggunaannya yang berlebihan akan mengurangi kesempatan.

3. Scarcity/depletability/finite. Yaitu kelangkaan atau keterbatasan dalam jumlah kelangkaan dan


ketersediaan da;am jumlah yang diskrit atau terbatas inilah yang menimbulkan kedua sifat
sebelumnya.

Barang privat biasanya memang di adakan untuk mencari profit atau laba karena sifat-sifatnya
tadi, barang privat dapat menjaga efisiensi pasar dalam pengadaannya. Efisiensi inilah yang
menarik minat sektor swasta dan menimbulkan pemahaman bahwa barang privat adalah barang
yang diproduksi oleh sektor swasta. Meskipun begitu sebenarnya dapat berlaku sebagai sektor
swasta dan menjadi bagian dari pasar dalam penyediaan barang privat untuk tujuan tertentu.

SIFAT BARANG PUBLIK

Barang publik memiliki dua sifat yang terkait dengan penggunaannya yaitu:

1. Non-rivalry

39
Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap
suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi
barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa memengaruhi
manfaat yang diperoleh oleh orang lain.

2. Non-excludable

Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak
ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau
dengan kata lain, setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka
baik mereka yang membayar maupun tidak membayar dapat menikmati barang tersebut.

J. KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK

Dalam bidang pengadaan barang dan jasa, pemerintah telah menerbitkan Keppres No. 61 Tahun
2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai
penyempurnaan dari aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Kepres 80 Tahun 2003. peraturan-
peraturan tersebut merupakan implementasi dari UU No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, UU
No. 5 Tahun 2000 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat.
UU No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN;
semuanya ditujukan untuk mengatur pengguna barang/jasa yang dibutuhkan instansi pemerintah
dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan, serta
dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut ketentuan dan tata cara yang
berlaku.

40
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Organisasi sektor publik sering diartikan sebagai organisasi yang berorientasi pada kepentingan
publik. Karena orientasinya pada kepentingan publik maka organisasi ini biasanya tidak
berorientasi pada laba (profit) sebagai tujuan akhirnya. Pengertian sektor publik dapat kita
ketahui melalui perbandingan sektor ini dengan sektor komersial.Perbedaan sifat dan
karakteristik antara akuntansi sektor publik dengan akuntansi sektor swasta disebabkan oleh
karena adanya perbedaan lingkungan yang memengaruhi. Transparansi adalah suatu prinsip
menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin suatu kemudahan di dalam memperoleh informasi.

41
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Pubik. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo, 2018. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

42

Anda mungkin juga menyukai