Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

TUGAS KELOMPOK 1
Dosen : Dr. Venus Fernando F., Ir. SE. M.M

1. Wiranti Almira (2014190040)


2. Wahyu Yulianto (2014190044)
3. Mohammad Hakemal Haikal Harfaz (2014190059)

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI (S-1)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kamipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Karakteristik Dan Lingkungan Sektor Publik”. Tujuan penulisan makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang dibimbing oleh Bapak
Dr. Venus Fernando F., Ir. SE. M.M dan bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikanbanyak terima kasih kepada :

1. Dr. Venus Fernando F., Ir. SE. M.Mselaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik
2. Semua rekan yang membantu menyelesaikan pembuatan makalah ini
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari adanya ketidak sempurnaan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang dapat mengarahkan makalahini
lebih baik sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat
bagimahasiswa akuntansi khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 9 Maret 2023

Penulis

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 0
Daftar Isi .................................................................................................................................................. 2
Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik............................................................................................ 3
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik ................................................................ 3
B. Sifat dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik .............................................................................. 4
C. Value for Money ............................................................................................................................. 5
D. Perbedaan dan Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta ........................................................ 8
E. Tujuan Akuntansi Sektor Publik .................................................................................................... 14
F. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik ....................................................................................... 15
G. Akuntansi Sektor Publik dan Good Governance ........................................................................... 17
H. Akuntabilitas Publik ...................................................................................................................... 19
I. Ikhtisar .......................................................................................................................................... 21

2
Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik


Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami
perkembang- an yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap
praktik Akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga sektor pemerintah,
perusahaan milik negara/daerah, dan berbagai organisasi publik lainnya dibandingkan
dengan pada masa-masa sebelumnya. Terdapat tuntutan yang lebih besar dari
masyarakat untuk dilakukan transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-
lembaga sektor publik.

Dalam pemerintahan sendiri, sudah mulai ada perhatian yang lebih besar terhadap
penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang mencakup perlunya
dilakukan perbaikan sistem akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan,
perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan, serta
berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah. Jika
diamati secara mendalam, akuntansi sektor publik memiliki peran yang vital dan
menjadi subjek untuk didiskusikan baik oleh kalangan akademisi maupun praktisi
sektor publik.

Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien,
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas
yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat dengan cepat
diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan
publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan aktivitas yang terspesialisasi
dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun demikian, saat ini akuntansi sektor publik
sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan dan
substansial keberadaannya.

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas
dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah publik tidak
hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, akan
tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang memengaruhi lembaga-lembaga
publik tersebut. Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan
milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan organisasi massa,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), universitas, dan organisasi nirlaba lainnya. Jika
dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi oleh banyak faktor tidak
hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi faktor politik, sosial, budaya, dan historis
juga memiliki pengaruh yang signifikan. Sektor publik tidak seragam dan sangat
heterogen.

3
Istilah "sektor publik sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut
merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmut
(ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang
berbeda- beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai
suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang
dan jasa pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh sektor
swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik, seperti
layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik, dan sebagainya.
Akan tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh
sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan. Sebagai konsekuensinya,
akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda dengan akuntansi pada sektor
swasta.

Meskipun terdapat perbedaan di antara kedua sektor tersebut, yang perlu ditekankan
bukan pada mencari perbedaan dan mempertentangkan antara sektor publik dengan
sektor swasta. Fokus perhatian hendaknya lebih ditekankan pada upaya untuk
memajukan sektor publik yang dianggap kurang efisien dan kurang menarik agar tidak
tertinggal jauh dengan sektor swasta yang dipandang lebih maju dan efisien.

B. Sifat dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Tujuan
akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus memiliki
manfaat. Akuntansi digunakan baik pada sektor swasta maupun sektor publik untuk
tujuan-tujuan yang berbeda. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda
dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi
tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang memengaruhi.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan
turbulence. Komponen lingkungan yang memengaruhi organisasi sektor publik
meliputi faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi.
a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang memengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
❖ Pertumbuhan ekonomi
❖ Tingkat inflasi
❖ Pertumbuhan pendapatan per kapital (GNP/GDP)
❖ Struktur produksi
❖ Tenaga kerja
❖ Arus modal dalam negeri Cadangan devisa
❖ Nilai tukar mata uang
❖ Utang dan bantuan luar negeri
❖ Infrastruktur
4
❖ Teknologi
❖ Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
❖ Sektor informal

b. Faktor politik
Faktor politik yang memengaruhi sektor publik antara lain:
❖ Hubungan negara dan masyarakat
❖ Legitimasi pemerintah
❖ Tipe rezim yang berkuasa
❖ Ideologi negara
❖ Elit politik dan massa
❖ Jaringan internasional
❖ Kelembagaan

c. Faktor Kultural
❖ Faktor kultural yang memengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya
❖ Sistem nilai di masyarakat
❖ Historis
❖ Sosiologi masyarakat
❖ Karakteristik masyarakat
❖ Tingkat pendidikan

d. Faktor demografi
Faktor demografi yang memengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
❖ Pertumbuhan penduduk
❖ Struktur usia penduduk
❖ Migrasi
❖ Tingkat kesehatan

C. Value for Money


Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran
dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor
publik memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for
money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
• Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value
yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan
yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

5
• Efisiensi: pencapai output yang maksimum dengan input tertentu atau
pengguna- an input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan.

• Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.


Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa pihak
berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu
keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada
adanya kesempatan sosial (sosial opportunity) yang sama untuk mendapatkan
pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan, perlu
dilakukan distribusi secara merata (equality). Artinya, penggunaan uang publik
hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melainkan di
lakukan secara merata.

Secara skematis, value for money dapat digambarkan sebagai berikut:

Ekonomi Efisiensi Efektivitas

Nilai Input
Input Output Outcome
( Rp )

Input
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan,
program, dan aktivitas. Contoh input adalah: dokter di rumah sakit, tanah untuk jalan
baru, guru di sekolah, dan sebagainya. Input dapat dinyatakan secara kuantitatif
misalnya jumlah dokter, luas tanah, jumlah guru, dan sebagainya. Input dapat pula
dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya dokter, harga tanah, gaji guru, dan
sebagainya. Masalah dalam pengukuran input terletak pada metode penentuan harga,
apakah menggunakan harga pasar atau tidak? Bagaimana jika tidak tersedia harga
pasar? Apakah biaya kesempatan (opportunity cost) relavan untuk dipertimbangkan?

6
Output
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan. Pada
umumnya output yang diinginkan saja yang dibicarakan, sedangkan output yang tidak
diinginkan atau efek samping, misalnya peningkatan polusi yang terjadi akibat
dibuatnya jalan baru, jarang dibicarakan. Mengukur output lebih sulit dilakukan
terutama untuk pelayanan sosial, seperti pendidikan, keamanan atau kesehatan.
Misalnya, output yang dihasilkan polisi adalah tegaknya hukum dan peraturan ataurasa
aman masyarakat. Akan tetapi bagaimana mengukur output tersebut? Barangkali dapat
dikatakan bahwa ukuran output adalah turunnya angka kriminalitas, tetapi hal tersebut
tidak sepenuhnya benar karena turunnya angka kriminalitas dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti peran pendidikan, perbaikan ekonomi, dan sebagainya, sedangkan
aktivitas polisi hanyalah salah satu faktor saja. Data statistik yang ada hanya
menunjukkan kriminalitas yang dilaporkan atau tercatat, bukan kriminalitas yang
sesungguhnya terjadi. Pada pelayanan kesehatan masyarakat, output diukur dengan
kenaikan jumlah pasien yang mampu bertahan hidup dan kembali sehat, peningkatan
angka harapan hidup, penurunan angka kematian bayi, atau peningkatan kualitas hidup.
Ringkasnya, output merupakan kenaikan nilai atau nilai tambah.

Sasaran Antara (Throughput)


Analisis value for money memerlukan data input dan output yang memadai karena
value for money mempunyai kaitan erat dengan pengukuran output dan input.
Permasalah- an yang sering kali muncul adalah tidak tersedianya data yang lengkap
terutama data output. Tidak tersedianya data output yang lengkap tidak berarti analisis
value for money tidak dapat dilakukan. Karena untuk mengukur output sering kali
terdapat kesulitan, organisasi sektor publik menggunakan output antara (intermediate
output) atau indikator kinerja (performance indicator) sebagai alat ukur output. Banyak
ukuran yang dianggap menunjukkan output pada kenyataannya adalah throughput
bukan output, sebagai contoh volume aktivitas. Jumlah operasi yang dilakukan di
rumah sakit merupakan throughput bukan output. Output yang lebih tinggi yang hendak
dicapai rumah sakit adalah memperbaiki kesehatan masyarakat, meningkatkan angka
harapan hidup dan sebagainya.

Outcome
Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu. Sebagai contoh,
outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan sampah oleh dinas
kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan kota yang bersih dan sehat. Outcome
sering kali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai.

Penetapan dan pengukuran terhadap outcome sering kali lebih sulit dibandingkan
penetapan dan pengukuran terhadap input maupun output. Ada beberapa hal yang
menyebabkan mengapa outcome lebih sulit ditetapkan dan diukur:
• Outcome sering kali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana yang
memudahkan proses monitoring (pemantauan).

7
• Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome. Misal: untuk
mengubah pola pembiayaan sektor publik sangat tergantung pada siapa yang
berkuasa, bagaimana arah kebijakan politiknya.

• Dalam penentuan outcome sangat perlu diperhitungkan dimensi kualitas. Jika


input sudah dapat diturunkan, output yang dihasilkan sudah meningkat, operasi
sudah lebih ekonomis dan efisien, tetapi apa yang dihasilkan ternyata tidak
berkualitas, tentu akan merugikan organisasi yang bersangkutan.

Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input
paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi sektor
publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas publik dan
pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money diyakini dapat
memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik.
Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik antara
lain:
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan
tepat sasaran;
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntabilitas publik.

D. Perbedaan dan Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta


a. Perbedaan Sektor Publik dengan Sektor Swasta
Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat
dilihat Dengan membandingkan beberapa hal, yaitu:
1. Tujuan organisasi,
2. Sumber pembiayaan,
3. Pola pertanggungjawaban,
4. Struktur organisasi,
5. Karakteristik anggaran,
6. Stakeholder yang dipengaruhi, dan
7. Sistem akuntansi yang digunakan.

8
Perbedaan Sifat dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik dengan Sektor Swasta

Perbedaan Sektor Publik Sektor Swasta


Tujuan Organisasi Nonprofit motive Profit motive
Pembiayaan internal: Modal
Perpajakan, retribusi Utang, sendiri, laba ditahan,
obligasi pemerintah, laba penjualan aktiva.
Sumber pendanaan
BUMN/ BUMD, penjualan Pembiayaan eksternal: utang
aset negara, dsb bank, obligasi, penerbitan
saham
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada
Pertanggungjawaban Kepada masyarakat (publik) pemegang saham dan
dan parlemen (DPR/DPRD) kreditur
Birokratis, kaku, dan
Struktur Organisasi
hierarkis
Karakteristik anggaran Terbuka untuk public Tertutup untuk publik
❖ Cash Basis
❖ Cash Toward Accrual/
Cash Transitioning to
Accrual Accrual Basis
Sistem Akuntansi ❖ Accrual Basis

1. Tujuan Organisasi
Setiap organisasi memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang hendak dicapai. Tujuan
organisasi dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan kuantitatif dan kualitatif
tersebut masih dapat dipilah lagi menjadi tujuan yang bersifat finansial dan
nonfinansial. Tujuan yang bersifat kuantitatif misalnya adalah pencapaian laba
Maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktivitas.
Tujuan kualitatif misalnya efisiensi dan efektivitas organisasi, manajemen organisasi
yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi organisasi, stabilitas, pelayanan.
Kepada masyarakat, corporate image, dan sebagainya.

Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Perbedaan yang menonjol terletak pada tujuan untuk memeroleh laba. Pada sektor
swasta terdapat semangat untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan pada
sektor publik tujuan utama organisasi bukan untuk memaksimalkan laba tetapi
pemberian pelayanan publik (public services), seperti: pendidikan, kesehatan
masyarakat, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyediaan barang
kebutuhan publik (misalnya: penyediaan barang kebutuhan pokok masyarakat).
Meskipun tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan publik, tidak berarti
organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan yang bersifat finansial.
Organisasi sektor publik juga memiliki tujuan finansial, akan tetapi hal tersebut berbeda

9
baik secara filosofi, konseptual, dan operasionalnya dengan tujuan profitabilitas pada
sektor swasta. Usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara, peningkatan
laba pada perusahaan-perusahaan milik negara atau milik daerah (BUMN/BUMD),
upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
contoh adanya tujuan finansial pada organisasi sektor publik. Jika pada sektor swasta
tujuan finansial diorientasikan pada maksimalisasi laba untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham, maka pada sektor publik tujuan finansial
diorientasikan untuk memaksimalkan pelayanan publik, karena untuk memberikan
pelayanan publik diperlukan dana.

2. Sumber Pembiayaan
Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber pendanaan
organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur modal atau struktur
pembiayaan. Struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor swasta Dalam
hal bentuk, jenis, dan tingkat risiko. Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari
perpajakan dan retribusi, charging for services, laba perusahaan milik negara, pinjaman
pemerintah berupa utang luar negeri dan obligasi pemerintah, dan lain-lain pendapatan
yang sah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang telah ditetapkan.
Sumber pembiayaan pada sektor swasta dipisahkan menjadi sumber pembiayaan
internal dan sumber pembiayaan eksternal. Sumber pembiayaan internal terdiri atas
bagian laba yang diinvestasikan kembali ke perusahaan (retained earnings) dan modal
pemilik. Sedangkan sumber pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan
obligasi, dan penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana dari publik. Kebijakan
pemilihan struktur modal pada sektor swasta lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, seperti tingkat suku bunga, nilai tukar, dan tingkat inflasi. Sedangkan pada
sektor publik, keputusan pemilihan struktur pembiayaan tidak hanya dipengaruhi oleh
pertimbangan ekonomi semata, tetapi juga pertimbangan politik dan sosial.

3. Pola Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban manajemen sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan
(pemegang saham) dan kreditur atas dana yang diberikan. Pada sektor publik manaje-
men bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan
organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal dari
masyarakat (public money). Pola pertanggungjawaban di sektor publik bersifat vertikal
dan horizontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah daerah di atasnya atau
kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada parlemen. Pertanggungjawab-
an horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban sektor publik tersebut merupakan
elemen penting dari proses akuntabilitas publik.

10
Pertanggungjawaban manajemen (managerial accountability) merupakan bagian
terpenting untuk menciptakan kredibilitas manajemen baik di sektor publik maupun
swasta. Tidak dipenuhinya prinsip pertanggungjawaban dapat menimbulkan implikasi
yang luas. Sebagai misal, kreditur dapat mempailitkan perusahaan jika perusahaan tidak
dapat mengembalikan utang-utangnya tepat waktu. Atau, pemegang saham dapat saja
mengganti manajer apabila dinilai tidak kompeten dan profesional. Demikian juga pada
sektor publik, jika masyarakat menilai pemerintah tidak akuntabel, msyarakat dapat
menuntut pergantian pemerintahan, reshuffle kabinet, penggantian pejabat, dan
sebagainya. Kreditur dapat menunda memberikan pinjaman atau justru membatalkan
bantuan. Rendahnya tingkat akuntabilitas sektor publik juga dapat meningkatkan risiko
berinvestasi di suatu negara yang menyebabkan enggannya investor untuk melakukan
investasi.

4. Struktur Organisasi
Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor swasta.
Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis, sedang-
kan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Struktur organisasi pada
sektor swasta dapat berbentuk datar, piramid, lintas fungsional (cross functional), dan
lainnya sesuai dengan pilihan organisasi. Struktur organisasi sangat erat hubungannya
dengan fungsi, strategi, dan tujuan organisasi. Salah satu faktor utama yang
membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah adanya pengaruh politik yang
sangat tinggi pada organisasi sektor publik. Tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan
orientasi kebijakan politik, akan sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi
pada sektor publik. Sektor publik memiliki fungsi yang lebih kompleks dibandingkan
dengan sektor swasta. Kompleksitas organisasi akan berpengaruh terhadap struktur
organisasi. Sebagai contoh, pemerintah memiliki fungsi yang lebih beragam
dibandingkan fungsi sektor swasta. Fungsi sektor swasta adalah penyediaan barang dan
jasa yang menjadi kebutuhan dan permintaan konsumen. Sementara itu, pemerintah
memiliki fungsi yang lebih luas meliputi:
a. Pertahanan dan keamanan (Hankam)
b. Perlindungan sumber daya alam dan sosial c. Penegakan hukum dan
perlindungan hak asasi manusia
c. Hubungan luar negeri
d. Manajemen ekonomi makro (kebijakan moneter dan fiskal)
e. Regulasi sektor swasta
f. Pemberian barang dan jasa pelayanan publik
g. Distribusi pendapatan dan kekayaan
h. Stabilitas ekonomi dan politik

Pemerintah berkepentingan untuk melakukan intervensi dalam hal penentuan kebijak


an fiskal dan moneter, melakukan regulasi terhadap sektor swasta, pemberian barang
dan pelayanan publik, serta melakukan distribusi pendapatan dan kekayaan secara adil
dan merata. Terdapat beberapa alasan yang mendasar mengapa pemerintah
berkepentingan untuk melakukan intervensi, yaitu:

11
a. Adanya kegagalan pasar (market failure)
Kegagalan pasar dapat disebabkan karena tidak berjalannya mekanisme pasar
secara sempurna, pasar yang tidak kompetitif, dan adanya monopoli serta
monopsoni. Intervensi pemerintah dilakukan untuk mendorong terciptanya
pasar yang sehat dan mencegah terjadinya monopoli dan monopsoni yang
menganggu pasar. Kegagalan pasar terjadi karena adanya informasi yang tidak
sempurna (assymetric information) serta ketidakpastian yang memungkinkan
diperolehnya abnormal return bagi pihak yang memiliki informasi yang lebih
baik. Kegagalan pasar juga dapat terjadi karena adanya eksternalitas yaitu
keadaan ketika keuntungan pada sektor publik (public benefits) melebihi
keuntungan yang diperoleh sektor swasta (private benefits), atau ketika
kerugian yang ditanggung publik lebih besar dari biaya perusahaan (misalnya,
polusi dan masalah lingkungan lainnya). Adanya kegagalan pasar di sektor
swasta tidak berarti pemerintah harus menyediakan semua barang/jasa yang
menjadi kebutuhan publik. Masalah kegagalan pasar dapat diatasi dengan
melakukan regulasi sektor swasta, pembuatan kebijakan harga, pajak, dan
subsidi. Akan tetapi harus diingat pula bahwa sektor publik dapat juga
mengalami kegagalan, yaitu apa yang sering diistilahkan dengan "government
failure". Kegagalan sektor publik dapat terjadi karena tidak adanya kepastian
hukum, KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), tidak adanya stabilitas politik,
dan ketidakjelasan arah dan kebijakan pembangunan.

b. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang tidak merata


Pemerintah berkepentingan untuk melakukan intervensi apabila pendapatan,
kekayaan, ketrampilan, dan kemampuan terdistribusi secara tidak merata.
Proses mekanisme pasar apabila dibiarkan berjalan bebas mempunyai
kecenderungan memperkuat ketidakmerataan tersebut, karena prinsip survival
of the fittest menyebabkan kelompok marginal semakin terpinggirkan dan
kehilangan posisi. Pemerintah berkepentingan untuk menciptakan distribusi
yang adil dan merata.

c. Untuk menciptakan stabilitas dan pembangunan


Sistem pasar selalu berusaha mencari titik ekuilibrium, akan tetapi pasar
cenderung tidak stabil. Oleh karena itu, pemerintah melakukan campur tangan
menstabilkan pasar, meskipun terkadang campur tangan pemerintah
menimbulkan efek negatif terhadap pasar.

5. Karakteristik Anggaran dan Stakeholder


Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran di-
publikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan.
Anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran pada sektor swasta
bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan.

12
"Publik” dalam organisasi sektor publik memiliki makna yang berbeda dengan yang
dipahami oleh organisasi sektor publik. Pengertian publik terkait dengan stakeholder
organisasi. Sektor publik memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan sektor
swasta, sehingga stakeholder pada sektor publik lebih beragam dibandingkan dengan
sektor swasta.

Perbedaan stakeholder sektor publik dengan sektor swasta

Stakeholder Sektor Publik Stakeholder Sektor Swasta


Stakeholder Esternal : Stakeholder Esternal:
❖ Masyarakat pengguna jasa public ❖ Bank sebagai kreditur
❖ Masyarakat pembayar pajak ❖ Serikat buruh
❖ Perusahaan dan organisasi sosial
ekonomi yang menggunakan
❖ pemerintah
pelayanan public sebagai input atas
aktivitas organisasi
❖ Bank sebagai kreditur pemerintah ❖ Pemasok
❖ Badan-badan internasional, seperti
❖ Distributor
Bank Dunia IMF, ADB, PBB, dsb.
❖ Investor asing dan Country Analyst ❖ Pelanggan
❖ Generasi yang akan datang ❖ Masyarakat
❖ ❖ Serikat dagang ( Trade Union)

Stakeholder Internal: Stakeholder Internal:


❖ Lembaga negara (misalnya: Kabinet,
❖ Manajemen
Manajemen MPR, DPR/DPRD, dsb.)

❖ Karyawan
❖ Kelompok politik (partai politik)

❖ Manajer publik (gubernur, bupati,


Direktur BUMN/BUMD) ❖ Pemegang Saham

❖ Pegawai pemerintah

6. Sistem Akuntansi
Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Sistem akuntansi yang
biasa digunakan pada sektor swasta adalah akuntansi berbasis akrual (accrual basis).
Sedangkan pada sektor publik masih menggunakan berbagai basis akuntansi, yaitu
basis kas (cash basis), kas menuju akrual (cash toward acrrual/cash transitioning to
accrual) dan akrual penuh (accrual basis).

Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta


Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan sektor
swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:

13
1) Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan
sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber


daya (scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta
dituntut untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien,
dan efektif.

3) Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada


dasarnya sama dikedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan
informasi yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen,
yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.

4) Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya:
baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak dibidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.

5) Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain
yang disyaratkan.

E. Tujuan Akuntansi Sektor Publik


American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan bahwa
tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik adalah untuk:

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efesien,


dan ekonomi atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan
kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen
(management control).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif atas program
dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan
memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik
atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait
dengan akuntabilitas (accountability).

Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi,
pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan alat
informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik.
Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian
manajemen mulai dari perencanaan stratejik, pembuatan program, penganggaran,
evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.

14
Informasi akuntansi bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama untuk
membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat
digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau aktivitas serta
kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi akuntansi,
pemerintah dapat menentukan biaya pelayanan (cost of services) yang diberikan kepada
publik, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan dibebankan kepada publik atas
suatu pelayanan (charging for services). Sebagai contoh, untuk dapat menetapkan SPP
per siswa, pemerintah harus dapat menghitung biaya pendidikan per siswa untuk tingkat
pendidikan tertentu. Dengan memperhitungkan semua biaya yang timbul sehubungan
dengan pelaksanaan proses pendidikan, pemerintah dapat menetapkan berapa SPP yang
harus dibebankan kepada setiap siswa, berapa biaya ujian, dan biaya lainnya
sehubungan dengan proses belajar-mengajar secara layak, wajar, dan rasional serta
berapa subsidi pendidikan yang harus diberikan. Dalam hal ini diperlukan akuntansi
biaya di sektor publik untuk dapat menghitung total biaya sebagai dasar untuk
pembebanan kepada publik atas pelayanan yang diberikan.

Selain itu, informasi akuntansi dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan
program yang efektif dan ekonomis serta untuk penilaian investasi. Pemilihan program
yang tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat membantu dalam proses
penganggaran. Pada sektor publik, penganggaran merupakan tahap yang membutuhkan
keahlian khusus karena penganggaran pada sektor publik merupakan proses politik,
sehingga manajer sektor publik dituntut untuk memiliki political skill disamping
pemahaman teknis akuntansi.

Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan informasi akuntansi


terutama untuk menentukan indikator kinerja (performance indicator) sebagai dasar
penilaian kinerja. Manajemen akan kesulitan untuk melakukan pengukuran kinerja
apabila tidak ada indikator kinerja yang memadai. Indikator kinerja tersebut dapat
bersifat finansial maupun nonfinansial. Informasi akuntansi memiliki peran utama
dalam menentukan indikator kinerja sektor publik.

Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan dalam
pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus/defisit pada
pemerintah, laporan rugi/laba dan aliran kas pada BUMN/BUMD, laporan pelaksanaan
anggaran, laporan alokasi sumber dana, dan neraca. Laporan keuangan sektor publik
merupakan bagian penting dari proses akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik
hendaknya dipahami bukan sekedar akuntabilitas finansial saja, akan tetapi juga
akuntabilitas value for money, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik.

F. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik


Berbagai kritik mengenai peran organisasi sektor publik dalam pembangunan telah
mengalami perubahan yang dramatis. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, sektor publik
memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksana strategi pembangunan. Istilah
"sektor publik mulai dipakai pertama kali pada tahun 1952. Pada waktu itu, sektor

15
publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro yang terkait
dengan pembangunan dan lembaga pelaksana pembangunan.

Pada tahun 1970-an, adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori pembangunan
radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali peran sektor publik dalam
pembangunan. Benarkah sektor publik dapat menggerakkan dan mempertahankan
pembangunan?

Berbagai kritik muncul terhadap sektor publik yang keberadaannya dianggap tidak
efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor
swasta. Sektor publik dianggap lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan
sektor swasta dan bahkan dianggap menganggu pembangunan ekonomi dan sosial itu
sediri dengan alasan sektor publik sering dijadikan sebagai sarang pemborosan dan
inefisiensi ekonomi. Kedudukan sektor publik bertambah lemah karena orientasi
pembangunan lebih diarahkan pada pembangunan sektor swasta dan cenderung
mengabaikan pembangunan sektor publik.

Baru pada tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara industri
maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan dilakukan
misalnya dengan mengadopsi pendekatan New Public Management (NPM) dan
reinventing government di banyak negara terutama negara Anglo-Saxon. NPM berakar
dari teori manajemen yang pada dasarnya beranggapan bahwa praktik bisnis komersial
dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik dan
manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor
publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di
sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi
tender (Compulsory Competitive Tendering-CCT), dan privatisasi perusahaan
Perusahaan publik.

Dengan adanya perubahan pada sektor publik tersebut, terjadi pula perubahan pada
akuntansi sektor publik. Akuntansi sektor publik kemudian mengikuti dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, Sebagai contoh adalah
terjadinya perubahan sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi
berbasis akrual. Perubahan akuntansi dari basis kas menjadi akuntansi berbasis akrual
merupakan bagian penting dari proses reformasi sektor publik di negara-negara Anglo-
Saxon. Pemerintah New Zealand yang dianggap paling maju dan sukses dalam
menerapkan akuntansi berbasis akrual telah mengadopsi sistem akuntansi tersebut sejak
tahun 1991 yang kemudian diikuti oleh Jepang, Italia, dan negara-negara Eropa lainnya,
meskipun di Italia sistem tersebut kurang efektif dan kurang sukses. Tujuan
memperkenalkan sistem akuntansi akrual adalah untuk membantu meningkatkan
transparansi dan memperbaiki efisiensi dan efektivitas sektor publik.

Anggapan bahwa lembaga sektor publik telah mengalami kebangkrutan di banyak


negara terutama negara-negara berkembang, tidak sepenuhnya benar. Memang tidak
dapat disangkal bahwa kinerja sektor publik dinilai buruk, akan tetapi hal tersebut tidak

16
dialami oleh semua negara berkembang. Negara seperti Korea Selatan, Taiwan,
Malaysia, dan Thailand memiliki pelayanan publik dan perusahaan-perusahaan publik
yang baik kinerjanya yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap
pembangunan nasional dan stabilitas politik.

Lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk memperbaiki
kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Memperbaiki kinerja sektor publik memang bukan sekedar masalah teknis belaka, akan
tetapi akuntansi sektor publik sebagai alat untuk menciptakan good public and
corporate governance memiliki peran yang sangat vital dan signifikan, Akuntansi sektor
publik akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya tuntutan dilakukannya
transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.

Dalam dua dasarwarsa terakhir, telah terjadi perkembangan akuntansi sektor publik
yang pesat. Istilah akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor publik, good
public governance, telah begitu cepat masuk ke dalam kamus sektor publik. Isu yang
muncul dalam sektor publik merupakan suatu rangkaian yang akamnya merupakan
tuntutan diciptakan good public and corporate governance. Isu tersebut kemudian
diikuti dengan munculnya isu-isu baru, misalnya tuntutan dilakukannya reformasi
sektor publik yang diorientasikan pada pembentukan organisasi sektor publik yang
ekonomis, efisien, efektif, transparan, responsif dan memiliki akuntabilitas publik yang
tinggi.

Munculnya isu perlunya dilakukan reformasi akuntansi, auditing, sistem manajemen


keuangan publik, dan tuntutan dibuatnya laporan keuangan eksternal merupakan
percabangan dari isu besar dalam sektor publik. Isu-isu utama sektor publik yang akan
dibahas dalam buku ini adalah tuntutan akuntabilitas publik, value for money, dan isu-
isu seputar reformasi akuntansi dan auditing dalam sektor publik.

G. Akuntansi Sektor Publik dan Good Governance


Pengertian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik.
World Bank memberikan definisi governance sebagai “the way state power is used in
managing economic and social resources for development of society”. Sementara itu,
United National Development Program (UNDP) mendefinisikan governance sebagai
“the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s
affair at all levels”. Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah
mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan
masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi, dan
administratif dalam pengelolaan keuangan negara. Political governance mengacu pada
proses pembuatan kebijakan (policy/strategy formulation). Economic governance
mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasipada
masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup.
Administrative governance mengacu pada sistem implementasi kebijakan.

17
Jika mengacu pada World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor publik
adalah untuk menciptakan good governance. Pengertian good governance sering
diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Sementara itu, World Bank mendefinisi-
kan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang
efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara
politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and
political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Karakteristik Good Governance Menurut UNDP

UNDP memberikan beberapa karakteristik pelaksanaan good governance, meliputi:

a. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara


langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat me-
nyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan ber-
asosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara kontruktif.
b. Rule of law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
c. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memeroleh
informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung
dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
d. Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam
melayani stakeholder.
e. Consensus orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih
luas.
f. Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memeroleh
Kesejahteraan dan keadilan.
g. Efficiency and Effectiveness. Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
h. Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang
dilakukan
i. Strategic vision. Penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat harus memiliki
visi jauh ke depan.

Dari sembilan karakteristik tersebut, paling tidak terdapat tiga hal yang dapat diperan
kan oleh akuntansi sektor publik yaitu transparansi, akuntabilitas publik, dan value for
money (economy, efficiency, dan effectiveness).

Untuk mewujudkan good public and corporate governance dalam rangka menciptakan
kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan serangkaian reformasi di sektor publik
(public sector reform). Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak saja sekedar
perubahan format lembaga, akan tetapi mencakup pembaruan alat-alat yang digunakan
untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis,
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

18
Untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi kelembagaan (institutional
reform) dan reformasi manajemen publik (public management reform). Reformasi
kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di daerah baik
struktur maupun infrastrukturnya. Selain reformasi kelembagaan dan reformasi
manajemen sektor publik, untuk mendukung terciptanya good governance, maka
diperlukan serangkaian reformasi lanjutan terutama yang terkait dengan sistem
pengelolaan keuangan pemerintah daerah, yaitu:

1. Reformasi sistem penganggaran (budgeting reform),


2. Reformasi sistem akuntansi (accounting reform),
3. Reformasi Sistem Pemeriksaan (audit reform) dan
4. Reformasi Sistem Manajemen Keuangan Daerah (financial management
reform).

Tuntutan pembaruan sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan uang rakyat
(public money) dilakukan secara transparan dengan mendasarkan konsep value for
money sehingga tercipta akuntabilitas publik (public accountability).

H. Akuntabilitas Publik
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah
semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor
publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, kementerian
dan lembaga-lembaga negara). Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan
perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka
pemenuhan hak-hak publik.

Pengertian Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk


memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: (1)
akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan (2) akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability).

Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas


pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawab- an
unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah. Pertanggungjawaban pe- merintah
daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada DPR.
Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi


dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang

19
berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus
bisa menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik.

Akuntabilitas (accountability) merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship.


Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara ekonomis dan
efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan accountability mengacu
pada pertanggungjawaban oleh seorang steward kepada pemberi tanggung jawab.

Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkannya dari
pada memberantas korupsi (Turner and Hulme, 1997). Terwujudnya akuntabilitas
merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik
mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada
pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) bukan hanya
pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability). Tuntutan yang kemudian
muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas
beberapa dimensi. Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas
yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountibility for probity


legality);
2. Akuntabilitas proses (process accountability);
3. Akuntabilitas program (program accountability);
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).

Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum

Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan penghindaran


penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum (legal
accountability) terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam


melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntan-
si, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses
termanifestasi melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan berbiaya
murah. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat
dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan
lain diluar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang
menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan.

Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan pemeriksaan


terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik. Yang harus
dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah apakah proses tender telah dilakukan

20
secara fair melalui Compulsory Competitive Tendering (CCT), ataukah dilakukan
melalui pola Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan


dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat


maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/
DPRD dan masyarakat luas.

Akuntansi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh kecenderungan
menguatnya tuntutan akuntabilitas sektor publik tersebut. Akuntansi sektor publik
dituntut dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi sektor publik
secara efektif dan efisien, serta memfasilitasi terciptanya akuntabilitas publik.

I. Ikhtisar
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas
dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Dari sudut pandang ilmu ekonomi,
sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan
dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan hak publik. Beberapa tugas dan fungsi sektor publik
sebenarnya dapatjuga dilakukan oleh sektor swasta. Akan tetapi, untuk tugas tertentu
keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh sektor swasta. Sebagai
konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda dengan akuntansi
pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan
karena adanya perbedaan lingkungan yang memengaruhi. Perbedaan sifat dan
karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari beberapa hal yaitu,
tujuan, organisasi, sumber pembiayaan, pola pertanggungjawaban, struktur
kelembagaan, karakteristik anggaran, stakeholder yang dipengaruhi, dan sistem
akuntansi.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan
turbulence. Komponen lingkungan yang memengaruhi organisasi sektor publik
meliputi faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi. Meskipun sektor publik
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan sektor swasta, akan tetapi dalam
beberapa hal terdapat persamaan.

21
Sektor publik sering dinilai negatif oleh beberapa pihak, misalnya sebagai sarang
inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi.
Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan kualitas dan
profesionalisme serta value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for
Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

22

Anda mungkin juga menyukai