Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
2023
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dan tak lupa pula say ucapkan puji dan syukur atas kehadiran-Nya yang
telah melimphkan rahmat, hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah dari mata kuliah Akuntansi Keuangan Publik ini yang
berjudul “Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik”. Saya juga berterimakasih
kepada Bapak Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR., CSRS. Selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan berbagai bantuan referensi internet, sehingga dapat memperlancar pembatan
makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada
seluruh referensi-referensi yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
12 Februari 2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah akuntansi sektor publik dipakai pertama kali pada tahun 1952.
Akuntansi sektor publik berkembang sangat pesat dalam waktu relatif singkat. Hal ini
dikarenakan oleh adanya tuntutan masyarakat mengenai adanya transparasi dan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Pemerintah menilai perlu
ada perbaikan kelayakan praktek manajemen mulai dari sistem akuntansi manajemen,
keuangan, perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan
pemeriksaan, serta berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang
dilakukan pemerintah.
1. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Tugas dan fungsi sektor publik sebernarnya dapat juga dilakukan oleh sektor
swasta. Misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik. Akan
tetapi untuk tugas tertentu, tidak dapat digantikan. Mislanya tugas birokrasi
pemerintah.
Akuntansi baik digunakan pada sektor swasta maupun sektor publik untuk
tujuan-tujuan yang berbeda. Dalam beberapa hal, akuntansi Sektor Publik berbeda
dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi
tersebut disebabakan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.
Komponen lingkungan yang mempengruhi orgnisasi sektor publik meliputi
faktor ekonomi, politik, kultur dan demografi.
a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
❖ Pertumbuhan ekonomi ❖ Nilai tukar mata uang
❖ Tingkat inflasi ❖ Utang dan bantuan luar negr
❖ Pertumbuhan pendapatan perkapita ❖ Infrastruktur
❖ Struktur produksi ❖ Teknologi
❖ Tenaga kerja ❖ Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
❖ Arus modal dalam negri ❖ Sektor informal
❖ Cadangan devisa
b. Faktor politik
Faktor politik yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
❖ Hubungan negara dan ❖ Elit polirik dan masa
masyarakat
❖ Legitimasi pemerintah ❖ Jaringan internasional
❖ Tipe rezim yang berkuasa ❖ kelembagaan
❖ Idiologi negara
c. Faktor kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
❖ Keragaman suku, ras, agama, ❖ Karakteristik
bahasa, dan budaya masyarakat
❖ Sistem nilai dimasyarakat ❖ Sosiologi masyarakat
❖ Historis ❖ Tingkat pendidikan
d. Faktor demokrafi
Faktor demokrafi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:
❖ Pertumbuhan penduduk ❖ Migrasi
❖ Struktur usia penduduk ❖ Tingkat kesehatan
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok. Ditambah dengan dua elemen
lain yaitu, keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality)
Keadilan (equity) mengacu pada adanya kesempatan sosial (social opportunity)
yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan
ekonomi.
Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equality), artinya
penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok
tertentu saja, ,elainkan dilakukan secara merata.
Input
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu
kebijakan, program dan aktivitas. Contoh input adalah, dokter di rumah sakit. Input
dapat dinyatakan secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter, jumlah guru dan
sebagainya. Input dapat pula dinyatakan dengan nilai uang. Masalah dalam
pengukuran input terletak pada metode penentuan harga
Output
Output merupakkan hasil yang dicapai dari suatu program, aktifitas, dan
kebijakan. Mengukur output lebih sulit dilakukan tertama untuk pelayanan sosial,
seperti pendidikan, keamanan dan kesehatan. Misalnya, output yang dihasilkan polisi
adalah tegaknya hukum dan peraturan atau rasa aman masyarakat. Akan tetapi
bagaimana mengukur aoutpu tersebut? Dikatakan bahwa ukuran output adalah
turunnya angka kriminilitas, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena
turunnya angka kriminilitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti peran pendidikan,
perbaikan ekonomi, dan sebagainya. Ringkasnya, output merupakan kenaikan nilai
atau nilai tambah.
Manfaat implementasi konsep value of money pada organisasi sektor publik antara
lain:
a) Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan
tepat sasaran:
b) Meningkatkan mutu pelayanan public
c) Menurunkan biaya pelayanan karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input;
d) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.
e) Meningkatkan kesadaran akan uang publik (publik cost awarness) sebagai akar
pelaksanaan akuntabilitas public.
D. Perbedaan dan Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta
1. Tujuan organisasi
Tujuan organisasi dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Tujuan kuantitatif
dan kualitatif tersebut masih dapat dipilah lagi menjadi tujuan yang bersifat
finansial dan non finansial.
Tujuan yang bersifat kuantitatif misalnya pencapaian laba maksimum,
penguasaan pansa pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktivitas.
Tujuan kualitatif misalnya efisiensi dan efektivitas organisasi, manajemen
organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi dan sebagainya.
Organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta. Perbedaan yang
menonjol terletak pada tujuan untuk memperoleh laba. Pada sektor swasta terdapat
semangat untuk memaksimumkan laba (provit motive), sedangkan pada sektor publik
tujuan utama orgnisasi bukan untuk memaksimumkan laba tetapi memberi pelayanan
publik (public service).
2. Sumber pembiayaan
Pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor swasta dalam hal bentuk,
jenis, dan tingkat resiko. Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan
retribusi, charging for services, Laba perusahan milik negara. Pinjaman pemerintah
berupa utang luar negri dan obligasi pemerintah, dan lain-lain pendapatan yang sah
yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang telah ditetapkan.
Pada sektor swasta sumber pembiayaan dipisahkan menjadi pembiayaan
dipisahkan menjadi sumber pebiayaan internal dan sumber pembiayaan eksternal
misalnya utang bank, penerbitan obligasi, dan penerbitan saham untuk mendapatkan
dana dari publik. Kebijakan pemilihan struktur modal pada sektor swasta lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Sedangkan pada sektor publik, keputusan
pemilihan struktur pembiayaan tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi
semata, tetapi juga pertimbangan politik dan sosial.
3. Pola Pertanggungjawaban
Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor
publik manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang
digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal
dari masyarakat (public funds). Pertanggungjawaban vertikal (vertical account
ability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan kepada otoritas yang lebih
tinggi, misalnya pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah daerah
atasan atau kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada perlemen.
Pertanggung jawaban horisontal (horizontal accountability) adalah pertanggung
jawaban kepada masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban sektor publik
tersebut merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku dan hierarkis,
sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Salah satu faktor
utama yang membedakan sektor publik dan sektor swasta adalah adanya pengaruh
politik yang sangat tinggi pada organisasi sektor publik. Sektor publik memiliki
fungsi yang lebih kompleks dibandingkan sektor swasta. Fungsi sektor swasta adalah
penyediaan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan dan pemerintah konsumen.
Sementara itu, pemerintah memiliki fungsi yang lebih luas meliputi:
a. Pertahanan dan keamanan (Hankam)
b. Perlindungan sumber daya alam dan social
c. Penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia
d. Hubungan luar negri
e. Manajemen ekonomi makro (kebijakan moneter dan fiskal)
f. Regulasi sektor public
g. Pemberian barang dan pelayanan public
h. Distribusi pendapatan dan kekayaan
i. Stabilisasi ekonomi dan politik
6. Sistem Akuntansi
Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Sistem
akuntansi yang biasa digunakan pada sektor swasta adlah akuntansi berbasis akrual
(accrual accounting). Sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan
sistem akuntansi berbasis kas (cash accounting)
Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok yaitu, penyediaan
informasi pengadilan manajemen dan akuntansibilitas. Akuntansi sektor publik
merupakan alat informasi baik bagi peerintah sebagai manajemen mapun alat
informasi bagi publik. Baik pemerintah, informasi akuntansi digunakan bagi
pengadilan manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program,
penganggaran, avaluasi, kinerja, dan pelaporan kinerja.
Pada tahap akhir dari proses pengadilan manajemen akuntansi digunakan untuk
mebuat laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus/defisit pada
pemerintah, laporan rugi/laba dan aliran kas pada BUMN/BUMD, laporan
pelaksanaan anggaran, laporan alokasi sumber dana, dan neraca. Kuntansibilitas
publik hendaknya dipahami bukan sekedar akuntansibilitas finansial saja, akan tetapi
juga akuntabilitas value for money, akuntansibilitas manajerial, akuntansibilatas
hukum, dan akuntabsibilitas politik.
Pada tahun 1970-an adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori
pembangunan radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali peran
sektor publik dalam pembangunan. Sektor publik dianggap lebih rendah
kedudukannya dibanding dengan sektor swasta dan bahkan dianggap mengganggu
pembangunan ekonomi dan sosial itu sendiri, dengan alasan sektor publik sering
dijdikan sebagai sarang pemborosan dan inefisiensi ekonomi. Kedudukan sektor
publik bertambah lemah karena orientasi pembangunan lebih diarahkan pada
pembangunan sektor swasta dan cenderung mengabaikan pembangunan sektor
publik.
Baru pada tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan dinegara-negara
industri maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbgai perubahan
dilakukan. Untuk memperbaiki kinerja sektor publik, perlu di adopsi beberapa praktik
dan teknik manajemen yang diterapkan di sekor swasta ke dlam sektor publik.
Dengan adanya perubahan pada sektor publi tersebut, terjadi pula perubahan pada
akuntansi sektor publik. Akuntansi sektor publik keudian mengikuti dan
menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi. Pemerintah New
Zaeland yang dianggap paling maju dan sukses dalam menerapkan akuntansi berbasis
akrual telah mengadosi sistem akuntansi tersebut sejak tahun 1991 yang kemudian
diikuti oleh Jepang, Itali, dan negara-negara Eropa lainya, meskipun di Itali sistem
tersebut kurang efektif dan kurang sukses. Tujuan memperkenalkan sistem akuntansi
akrual adalah untuk membantu meningkatkan transparasi dan memperbaiki
evektifitas sektor publik.
Dari sembilan karakter tersebut, paling tidak terdapat 3 hal yang dapat
diperankan oleh akuntansi sektor publik yaitu pencipttaan transportasi, akuntanbilitas
publik dan value for money (economiy, efficiency dan effectiveness)
Untuk mewujudkan good public and corporate governance dalam rangka
menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan serangkaian revormasi di
sektor publik. Dimensi reforamsi sektor publik tersebut tidak saja sekedar perubahan
format lembaga, akan tetapi mencangkup pembaharuan alat-alat yang digunakan
untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis,
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.
Untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi kelembagaan dan
reformasi manajemen publik. Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan
seluruh alat-alat pemerintah di daerah baik struktur maupun instruktur. Diperlukan
juga reformasi lanjutan terutama yang terkait dengan sistem pengelolaan keuangan
pemerintah daerah, yaittu:
a) Reformasi sistem penganggaran(budgeting reform)
b) Reformasi sistem akuntansi (accounting reform)
c) Reformasi sistem pemeriksaan (audit reform)
d) Reformasi sistem manajemen daerah (financial management reform)
PENUTUP