Anda di halaman 1dari 21

“Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik,

serta Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor


Publik”

DISUSUN OLEH:
Griselda Eudina Aslin (A31113019)
Jenifer Wahyudin (A31113023)
Marselinus Aditya H.T (A31113316)
Cindy Felicia S. (A31113521)
Nanda Nahdhiyah (A31113625)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunianya kami dapat menyelesaikan makalah “Akuntansi Sektor Publik” berkaitan dengan

“Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik serta Regulasi dan Standar Sektor Publik” ini

tepat pada waktu yang telah ditentukan, yang akan digunakan untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah umum Akuntansi Sektor Publik.

Tak lupa kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa

saja yang membutuhkannya.

Namun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala kritik dan saran yang

membangun sangat kami harapkan untuk masa yang akan datang.

Makassar, 31 Agustus 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Sektor Publik .......................................................................... 3

2.2 Sifat dan Karakteristik Sektor Publik ............................................................... 4

2.3 Tujuan Akuntansi Sektor Publik……........ ...................................................... 6

2.4 Akuntansi Sektor Publik dan Good Governance ............................................. 7

2.5 Perbedaan dan Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta……………… ... 8

2.6 Perkembangan Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia… 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17

Daftar Pustaka ................................................................................................................ iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Istilah ”sektor publik” memiliki pengertian yang beragam akibat dari luasnya
wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sosial, memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang
ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang memiliki
aktivitas yang berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan layanan
publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Sektor publik adalah manajemen keuangan yang berasal dari publik sehingga
menimbulkan konsekuensi untuk dipertanggungjawabkan kepada publik. Oleh karena
itu, dalam pengelolaannya diperlukan keterbukaan (transparansi) dan akuntabilitas
terhadap publik. Kedua hal tersebut dituntut kepada lembaga-lembaga publik,
terutama di sektor keuangan, agar tidak terjadi penyelewengan financial dalam
memenuhi hak publik.

Transparansi dan akuntabilitas publik dapat terealisasi jika informasi yang


diberikan dapat diterima, dipahami, dan berlaku secara umum. Dengan demikian,
informasi tersebut harus memiliki regulasi dan standar akuntansi yang tepat dan jelas
agar terjadi keseragaman informasi. Regulasi sektor publik diatur oleh pemerintah dan
dicantumkan dalam Undang-Undang. Sedangkan, standar akuntansi sektor publik
yang berlaku adalah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Namun, dalam pelaksanaannya di lapangan, terdapat beberapa kesulitan dalam
menerapkan regulasi dan standar yang berlaku ke dalam lingkungan sektor publik,
karena banyak masyarakat dalam lingkungan sektor publik, seperti konsumen,
produsen, dan investor, belum paham akan korelasi lingkungan sector public dengan
regulasi dan standar yang berlaku, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, kami
akan membahas secara mendalam mengenai “Karakteristik dan Lingkungan Sektor
Publik serta Regulasi dan Standar Sektor Publik” yang berlaku di Indonesia.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana ruang lingkup sektor publik ?


2. Bagaimana sifat dan karakteristik sektor publik ?
3. Apa tujuan akuntansi sektor publik ?
4. Bagaimana hubungan antara akuntansi sektor publik dengan good governance ?
5. Apa perbedaan dan persamaan sektor publik dan sektor swasta ?
6. Bagaimana perkembangan regulasi dan standar sektor publik yang berlaku di
Indonesia ?

1.3 TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui ruang lingkup sektor publik.


2. Untuk mengetahui sifat dan karakteristik sektor publik.
3. Untuk menjelaskan tujuan akuntansi sektor publik.
4. Untuk menjelaskan hubungan antara akuntansi sektor publik dengan good
governance.
5. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan sektor publik dan sektor swasta.
6. Untuk menjelaskan perkembangan regulasi dan standar sektor publik yang berlaku di
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Sektor Publik

Sektor publik adalah manajemen keuangan yang berasal dari publik sehingga
menimbulkan konsekuensi untuk dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan demikian,
pengelolaannya memerlukan keterbukaan dan akuntabilitas terhadap publik.
Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembaga-lembaga
publik sebagai salah satu alat pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang terdapat
perhatian yang makin besar terhadap praktek akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga publik, baik akuntansi sektor pemerintahan maupun lembaga publik non-
pemerintah. Lembaga publik mendapat tuntutan dari masyarakat untuk dikelola secara
transparan dan bertanggung jawab.
Organisasi sektor publik menghadapi tekanan untuk lebih efisien, memperhitungkan
biaya ekonomi dan biaya sosial dan memanfaatkannya bagi publik, serta dampak negatif atas
aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat diterima
sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik. Akuntansi sektor
publik sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan.

Ruang lingkup akuntansi sektor publik meliputi badan-badan pemerintahan


(pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan unit-unit kerja pemerintah), organisasi
sukarelawan, rumah sakit, perguruan tinggi dan universitas, yayasan, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi keagamaan, organisasi politik, dan sebagainya.

Sistem akuntansi untuk badan-badan pemerintahan harus mengikuti standar akuntansi


pemerintah (SAP) seperti dimaksud dalam undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal 32,
undang-undang nomor 1 tahun 2004 pasal 51 ayat 3, dan peraturan pemerintah nomor 24
tahun 2005. Di sisi lain, unit-unit pemerintah yang bergerak di bidang bisnis (BUMN dan
BUMD) harus mengikuti standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh IAI (ikatan
akuntansi Indonesia). Sementara itu, organisasi publik non pemerintahan mengikuti standar
akuntansi keuangan.

3
2.2 Sifat dan Karakteristik Sektor Publik

Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memilki tujuan untuk mencapai hasil
tertentu dan hasil tersebut harus memiliki manfaat. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor
publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik
akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.
Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi:

 Faktor ekonomi meliputi antara lain :


o Pertumbuhan ekonomi
o Tingkat inflasi
o Tenaga kerja
o Nilai tukar mata uang
o Infrastruktur
o Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)

 Faktor politik meliputi antara lain :


o Hubungan negara dan masyarakat
o Legitimasi pemerintah
o Tipe rezim yang berkuasa
o Ideologi negara
o Elit politik dan massa
o Jaringan Internasional
o Kelembagaan

 Faktor kultural meliputi antara lain :


o Keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya
o Sistem nilai di masyarakat
o Historis
o Sosiologi masyarakat
o Karakteristik masyarakat
o Tingkat pendidikan

4
 Faktor demografi meliputi antara lain :
o Pertumbuhan penduduk
o Struktur usia penduduk
o Migrasi
o Tingkat kesehatan

Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan value of money
dalam menjalankan aktivitasnya, dimana value of money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada 3 elemen utama, yaitu :

1. Ekonomi, pemerolehan input dengan kualitas tertentu pada harga yang terendah.

2. Efisiensi, pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input
yang terendah untuk mencapai output tertentu.

3. Efektivitas, tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan atau
perbandingan outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan pokok value for money, namun beberapa pihak
berpendapat perlu ditambah 2 elemen yaitu keadilan (equity) mengacu pada adanya
kesempatan sosial yang sama untuk mendapatkan pelayan publik yang berkualitas dan
kesejahteraan ekonomi. Pemerataan (equality) penggunaan uang publik tidak terkonsentrasi
pada kelompok tertentu melainkan secara merata.

Manfaat implementasi value for money :

1. Meningkatkan pelayanan publik

2. Meningkatkan efektifitas pelayanan publik dan pelayanan tepat sasaran.

3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam
penggunaan input.

5
2.3 Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Menurut American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993), akuntansi


sektor publik mempunyai tujuan, antara lain:

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi.
Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control).

2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan pelaksanaan


tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya
yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk
melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan
ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).

Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi,
pengendalian manajemen, dan akuntabilitas.

Informasi akuntansi berguna untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan


keputusan, terutama untuk membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya.
Informasi akuntansi dapat digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau
aktivitas serta kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis. Informasi akuntansi dapat
digunakan untuk membantu dalam pemilihan program yang efektif dan ekonomis serta untuk
penilaian investasi. Pemilihan program yang tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat
membantu dalam proses penganggaran.

Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan informasi akuntansi


terutama untuk menentukan indikator kinerja (performance indicator) sebagai dasar penilaian
kinerja. Informasi akuntansi memiliki peran utama dalam menentukan indikator kinerja
sektor publik.

Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk


memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pemberi amanah (principal)
yang memiliki hak dan kewajiban untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

6
Akuntabilitas publik terdiri atas 2 macam, yaitu :

1. Akuntabilitas Vertikal, yaitu pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas


yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah
daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah
pusat kepada MPR.

2. Akuntabilitas Horizontal, yaitu pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

2.4 Akuntansi Sektor Publik & Good Governance

Pengertian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik.


World Bank memberikan definisi governance sebagai ”the way state power is used in
managing economic and social resources for development of society”. Sementara itu, United
Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan governance sebagai “the exercise of
political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”.

Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola
sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan
UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi, dan administratif dalam pengelolaan
negara.

Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor
publik adalah untuk menciptakan good governance. Pengertian good governance sering
diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. World Bank mendefinisikan good governance
sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab
yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi
tumbuhnya aktivitas usaha.

Sementara itu, UNDP mendefinisikan karakteristik dari Good Governance sebagai


berikut:

7
a. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.
Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta
berpartisipasi secara konstruktif.

b. Rule of Law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.

c. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.


Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh
yang membutuhkan.

d. Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani


stakeholder.

e. Consensuss orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.

f. Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh


kesejahteraan dan keadilan.

g. Efficiency & effectiveness. Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna
(efisien) dan berhasil guna (efektif).

h. Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.

i. Strategic vision. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke
depan.

2.5 Perbedaan dan Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta

Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta

Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh sektor
swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik, seperti layanan
komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik, dan sebagainya. Namun, untuk
tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya
fungsi birokrasi pemerintahan.

8
Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda dengan
akuntansi sektor swasta.

Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat
dengan membandingkan beberapa hal, yaitu: tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pola
pertanggungjawaban, struktur organisasi, karakteristik anggaran, stakeholder yang
dipengaruhi, dan sistem akuntansi yang digunakan.

1. Tujuan organisasi

Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Perbedaan menonjol terletak pada tujuan memperoleh laba. Pada sektor swasta terdapat
tujuan untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan pada sektor publik adalah
pemberian pelayanan publik, dan penyediaan pelayanan publik. Tetapi meskipun tujuan
utama sektor publik adalah pemberian pelayanan publik, tidak berarti organisasi sektor publik
sama sekali tidak memiliki tujuan yang bersifat finansial. Organisasi sektor publik juga
memiliki tujuan finansial, akan tetapi hal tersebut berbeda baik secara filosofis, konseptual,
dan operasionalnya dengan tujuan profitabilitas sektor swasta (komersial).

2. Sumber pembiayaan

Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber pendanaan
organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur modal atau sumber
pembiayaan. Sumber pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor swasta dalam hal
bentuk, jenis dan tingkat risiko. Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan
retribusi, charging for service, laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah berupa
utang luar negeri dan obligasi pemerintah, dan pendapatan lain-lain yang sah dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang ditetapkan. Sedangkan untuk sektor swasta
sumber pembiayaan dipisahkan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Sumber pembiayaan
internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan kembali ke perusahaan (retained
earnings) dan modal pemilik. Sumber pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan
obligasi, dan penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana dari publik.

9
3. Pola pertanggungjawaban

Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan


(pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik manajemen
bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan organisasi sektor
publik dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal dari masyarakat (public funds). Pola
pertanggungjawaban di sektor publik bersifat vertikal dan horisontal. Pertanggungjawaban
vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
ototritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
pemerintah pusat. Pertanggungjawaban horisontal (horisontal accountability) adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

4. Struktur organisasi

Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor swasta.
Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hirarkis, sedangkan
struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Salah satu faktor utama yang
membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah adanya pengaruh politik yang sangat
tinggi pada organisasi sektor publik. Tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi
kebijakan politik, akan sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada sektor
publik. Sektor publik memiliki fungsi yang lebih kompleks dibandingkan dengan sektor
swasta. Kompleksitas organisasi akan berpengaruh terhadap struktur organisasi.

5. Karakteristik anggaran dan stakeholder

Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran
dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Anggaran
bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup
bagi publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan. Dari sisi stakeholder, pada
sektor publik stakeholder dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal, pada stakeholder
internal antara lain adalah lembaga negara (kabinet, MPR, DPR, dan sebagainya). Kelompok
politik (partai politik), manajer publik (gubernur BUMN, BUMD), pegawai pemerintah.
Stakeholder eksternal pada sektor publik seperti masyarakat pengguna jasa publik,
masyarakat pembayar pajak, perusahaan dan organisasi sosial ekonomi yang menggunakan
pelayanan publik sebagai input atas aktivitas organisasi,

10
Bank sebagai kreditor pemerintah, Badan-badan internasional (IMF, ADB, PBB, dan
sebagainya), investor asing, dan generasi yang akan datang. Pada sektor swasta, stakeholder
internal terdiri dari manajemen, karyawan, dan pemegang saham. Sedangkan stakeholder
eksternal terdiri dari bank, serikat buruh, pemerintah, pemasok, distributor, pelanggan,
masyarakat, serikat dagang dan pasar modal.

6. Sistem akuntansi yang digunakan

Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Pada sektor swasta
sistem akuntansi yang biasa digunakan adalah akuntansi yang berbasis akrual (accrual
accounting). Sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan sistem akuntansi
berbasis kas (cash basis accounting).

Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta

Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan sektor
swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:

1. Kedua sektor tersebut, yaitu sektor publik dan sektor swasta merupakan bagian integral
dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya yang sama
untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya
(scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut untuk
menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efektif dan efisien.

3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya sama di


kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang handal dan relevan
untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian.

4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya: baik
pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak di bidang transportasi massa, pendidikan,
kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.

11
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain yang
diisyaratkan.

2.6 Perkembangan Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik di


Indonesia

Standar akuntansi merupakan pedoman umum atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakukan
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan
keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktek khusus yang digunakan untuk
mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang telah ditetapkan, sistem
akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan sistem pengendalian intern atas penerimaan dan
pengeluaran dana publik.

Penetapan standar akuntansi sangat diperlukan untuk memberikan jaminan dalam aspek
konsistensi pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan
implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang disajikan,
inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan pengauditan.

Akuntansi sektor publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi biasa.
Karena, akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada masyarakat yang ada di sektor
publik. Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan standar untuk organisasi nirlaba di
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar ini tercantum pada PSAK nomor 45
tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini belum mengakomodasi praktik-praktik lembaga
pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang dimilikinya. Karna itu, pemerintah mencoba menyusun
suatu standar yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara internasional. Organisasi yang
merancang standar ini adalah International Federation of Accountants-IFAC (Federasi Auntan
Internasional). Mereka membuat suatu standar akuntansi sector publik yang disebut Internation Public
Sector Accounting Standards-IPSAS ( Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik ). Standar ini
menjadi pedoman bagi perancangan standar akuntansi pemerintahan di setiap Negara di dunia.

Proses penetapan dan pelaksanaan standar akuntansi sektor publik merupakan masalah yang
serius bagi praktek akuntansi, profesi akuntan, dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pembuatan
suatu standar mungkin dapat bermanfat bagi suatu pihak, namun dapat juga merugkan bagi pihak lain.
Penentuan mekanisme yang terbaik dalam menetapkan keseragaman standar akuntansi merupakan
faktor penting agar standar akuntansi dapat diterima pihak-pihak yang berkepentingan dan bermanfaat
bagi pengembangan akuntansi sektor publik itu sendiri.

12
Menurut Mardiasmo (Mardiasmo, 2004) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
penetapan standar akuntansi, antara lain:

1. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan posisi
keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
2. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan
pengujian secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya
dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajaran.
3. Standar memberikan petunjuk tentang data yang perlu disajikan yang berkaitan dengan
berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi,
perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan sosial
lainnya.
4. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan
dalam disiplin ilmu akuntansi.

Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi

Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra
Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :

1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah


2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD. Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
 Perbandingan anggaran dan realisasi
 Perbandingan standar dan realisasi
 Target prosentase fisik proyek
3. Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah. Dalam
sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi diperkenalkan double entry bookkeeping.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD.
5. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan APBD. Bentuk laporan
perhitungan APBD :
 Perhitungan APBD
 Nota Perhitungan
 Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)

13
Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi

Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk mengelola
keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik Bentuk Reformasi yang ada meliputi :

1. Penataan peraturan perundang-undangan;


2. Penataan kelembagaan;
3. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan
4. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan

Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi

Kebutuhan atas standar akuntansi sektor publik terus berkembang akibat kedinamisan regulasi
pemerintah. Kedinamisan ini ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi keuangan.

Otonomi daerah berlaku akibat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah. UU ini menjelaskan bahwa pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemeirntah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggun jawab. UU ini mulai
berlaku sejak tahun 2001.

Lalu, pemerintah merasa UU Nomor 22 Tahun 1999 tidak lagi sesuai dengan perkembangan
yang ada. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan UU baru, yaitu :

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimabangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-undang di atas menjadikan pedoman pelaksanaan otonomi daerah lebih jelas dan
terperinci, khusunya tentang pengelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawaban.

Perubahan undang-undang tersebut merupakan salah satu hal yang signifikan dalam
perkembangan otonomi daerah. Perubahan itu sendiri dilandasi oleh beberapa hal, antara lain :

1. Adanya desentralisasi yang menekankan pada upaya efektivitas dan efisiensi pengelolaan
sumber daya daerah.
2. Adanya semangat tata kelola yang baik (good governance).
3. Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan ( money follows function )
yang mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan keuangan daerah.

14
4. Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang (UU) Keuangan Negara, yaitu UU
Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
perbendeharaan negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, serta UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.

Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan Pemerintahan (PP)


sebagai turunan berbagai undang-undang di atas, antara lain :

1. PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum


2. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
4. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
5. PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
6. PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
7. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengeloalaan Keuangan Daerah.
8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal.
9. PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai pengganti PP 24


tahun 2005

Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai
pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti dengan aturan-aturan
pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun Peraturan
Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini
dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I merupakan
Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambat-lambatnya mulai
tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju
Akrual yang hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut
oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan Lampiran II berlaku selama masa
transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain,
Lampiran II merupakan lampiran yang memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun
2005 tanpa perubahan sedikit pun.

15
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk
memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun
pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini
sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan
manfaat yang diperoleh.

Secara definisi, sistem akuntansi akrual adalah suatu metode pencatatan transaksi atau
peristiwa dan pengakuan biaya (beban) berdasarkan periode terjadinya peristiwa atau transaksi
tersebut. Sedangkan menurut metode single entry atau cash basis pencatatan dan pengakuan peristiwa
dilakukan saat pembayaran dilakukan.

Dalam sistem akrual, pencatatan biaya depresiasi suatu aset dibebankan ke periode waktu
selama suatu aset tersebut digunakan berdasarkan biaya harga pembelian aset. Sedangkan menurut
sistem akuntansi berbasis kas, biaya pengadaan aset tersebut dibebankan ke periode saat dilakukan
pembayaran atas harga aset.

Isu tentang pentingnya timing dalam pengakuan / recognition suatu transaksi atau peristiwa
ekonomi merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan sstem akrual, sehingga lebih
membantu dalam meningkatan akuntabilitas pengambilan keputusan. Angka-angka akuntansi
berdasarkan sistem akrual dianggap lebih informatif, membawa implikasi yang signifikan untuk
pimpinan daerah dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki.

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN:

Dalam membangun karakteristik dan lingkungan sektor publik, diperlukan transparansi dan
akuntabilitas publik agar terciptanya Good Governance di Sektor Publik. Akuntabilitas
Sektor Publik berkaitan dengan sistem pemrosesan informasi keuangan dan
pengkomunikasian informasi keuangan tersebut kepada para pemangku kepentingan
(stakeholders) Organisasi Sektor Publik. Sistem pemrosesan informasi keuangan antara
sector public dan sector swasta memiliki perbedaan. Namun, terdapat pula persamaan di
antara kedua sektor tersebut, yakni informasi keuangan yang dihasilkan haruslah berdasarkan
regulasi dan standar yang berlaku di Indonesia agar tercipta keseragaman informasi di dalam
masyarakat. Perkembangan regulasi dan standar di Indonesia dimulai dari Pra-Reformasi
sampai pada Era Reformasi, dimana pada era reformasi lebih menerapkan sistem
desentralisasi dan good governance. Selain itu, pemerintah Indonesia telah menerapkan
standar akuntansi sektor publik yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Renyowijoyo, Muindro. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

 Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

iii

Anda mungkin juga menyukai