Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ISU TENTANG STANDAR AKUNTANSI


KEUANGAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

FITRI RAHMAWATI A31113501

SALSABILA A31113511

RATIH KUSUMA WARDANI S A31113514

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya lah, kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Sebuah makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Akuntansi.Walaupun cukup banyak rintangan yang harus dihadapi selama masa penulisan
makalah ini, tetapi pada akhirnya dapat teratasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Pada makalah ini, kami maksudkan agar dapat memberikan gambaran tentang teori
akuntansi khususnya tentang membahas kasus tentang standar akuntansi keuangan. Selain itu
untuk dapat memahami bagaimana sebenarnya akuntansi itu dipandang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi
isi maupun segi penulisan.Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari segenap pembaca, demi kelancaran makalah berikutnya. kami juga ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Makassar, 13 maret 2016

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu sarana penunjang yang diperlukan oleh suatu perusahaan atau suatu unit
ekonomi adalah standar akuntansi yang memungkinkan terlaksananya sistem informasi
manajemen dengan baik. Standar akuntansi dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam
menyusun laporan keuangan yang layak serta memiliki daya banding sehingga dapat
menyajikan informasi yang bernilai bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Standar
akuntansi merupakan landasan atau petunjuk bagi mereka untuk melakukan praktek atau
kegiatan di bidang akuntansi, agar laporan keuangan lebih berguna dan tidak menyesatkan.
Hal ini diperjelas oleh Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) sebagai pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi
perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya adalah sangat penting, agar laporan
keuangan lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan serta tidak
menyesatkan.

Oleh karena itu, maka standar akuntansi merupakan suatu pedoman yang wajib ditaati
bagi mereka yang melakukan kegiatan di bidang akuntansi, dalam rangka penyusunan
laporan keuangan. Tetapi perlu diingat bahwa Standar Akuntansi Keuangan sebagai suatu
pedoman yang diikuti kebiasaan tentulah bukan merupakan pedoman yang sifatnya universal
dan berlaku mutlak sesuai keadaan, waktu dan tempat. Standar Akuntansi Keuangan dalam
perkembangannnya tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pandangan para
ahli di bidang akuntansi, perkembangan politik dan ekonomi, peraturan pemerintah dan
faktor-faktor lainnya.

Dengan demikian, maka yang perlu diketahui dari Standar Akuntansi tersebut adalah
pedoman dan petunjuk apakah yang dapat diberikan oleh Standar Akuntansi tersebut?
Standar Akuntansi dapat memberikan petunjuk tentang bagaimanakah caranya sumber-
sumber ekonomi yang ditimbulkannya dicatat sebagai “harta” dan “kewajiban”. Jika terjadi
perubahan atas harta dan kewajiban itu bagaimanakah cara mencatatnya, kapan perubahan
tersebut dicatat serta bagaimanakah cara mengukurnya, informasi apa saja yang perlu
diungkapkan dan bagaimana cara mengungkapkannya dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


 Menjelaskan bagaimana sejarah perkembangan SAK
 Menjelaskan pengertian SAK dan jenis-jenis SAK
 Isu yang berkaitan dengan SAK

3
1.3 Tujuan
 Diharapkan mahasiswa mengetahui bagaimana sejarah perkembangan SAK,
pengertian dan jenis-jenis dari SAK
 Mampu menganalisis kasus yang terkait dengan SAK

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Standar Akuntansi

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh


negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang.
Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk
mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah
cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang
sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat
relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.

Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di
Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang
memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Sejarah akuntansi di Indonesia tentu tidak bisa
lepas dari perkembangan akuntansi di negara asal perkembangannya. Dengan perkataan lain,
negara luarlah yang membawa akuntansi itu masuk ke Indonesia kendatipun tidak bisa disangkal
bahwa di masyarakat Indonesia sendiri pasti memiliki sistem akuntansi atau sistem pencatatan
pelaporan tersendiri. Misalnya saja pada jaman keemasan Sriwijaya, Majapahit, Mataram.
Zaman tersebut pasti memiliki sistem akuntansi tersendiri. Sayangnya sejauh ini penelitian
mengenai hal ini masih belum dilakukan. Namun, Sukoharsono (1997) menilai akuntansi masuk
ke Indonesia melalui pedagang Arab yang melakukan transaksi bisnis di kepulauan Nusantara.
Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia dimulai sejak zaman Belanda sampai
dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS:
1. Zaman Penjajahan Belanda

5
Pada era penjajahan Belanda, sekitar pada tahun 1642, jejak yang bisa dengan jelas bisa
dikatakan berkaitan dengan praktek akuntansi di Indonesia bisa ditemukan sekitar pada tahun
1747 ketika praktek pembukuan yang dijalankan oleh Amphioen Sociteyt yang berkedudukan
pusat di Jakarta. Dalam Era penjajahan Belanda mengenalkan sebuah sistem double entry
bookeeping (sistem pembukuan berpasangan) sebagaimana praktek yang bangun oleh Luca
Pacioli. VOC merupakan perusahaan dagang (organisasi komersial) pertama milik belanda yang
pada masa penjajahan di indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam dunia bisnis
Indonesia pada waktu itu. sejarah perkembangan akuntansi di indonesia awalnya menganut pada
sistem kontinental seperti sistem yang dipakai oleh Belanda. Sebenarnya, sistem kontinental atau
yang bisa juga disebut pembukuan tidaklah sama dengan akuntansi.
2. Pada tahun 1945-1955
Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr.
Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan selama era setelah
kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem
akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya
orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan
tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997). Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia
pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini
praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama
yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi
yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di Universitas
Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990,
Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan
Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian praktik akuntansi
model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003). Salah seorang dosen
akuntansi senior Indonesia Dr. S. Hadibroto telah menulis disertasi tentang dua sistem ini dengan
judul yang sudah diterjemahkan : Studi Perbandingan antara Akuntansi Amerika dan Belanda
dan Pengaruhnya terhadap Profesi di Indonesia. Pada kesimpulan disertasinya beliau
menyarankan agar Indonesia lebih baik memilih sistem akuntansi Amerika dibandingkan dengan
sistem akuntansi Belanda.
3. Pada tahun 1974
Menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu
merupakan pertama kalinya IAI berhasil melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansiyang
berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” pada tahun 1973.
4. Pada tahun 1984
Tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan
kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan
tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
5. Pada akhir tahun 1984
Selanjutnya pada akhir tahun 1984 Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar
yang bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee)

6
6. Pada tahun 1994
Pada tahun 1994 terjadi perubahan kiblat dari US GAAP ke IFRS , hal ini ditunjukkan
sejak tahun 1994 telah terjadi kebijakan dari komite standar akuntansi keuangan untuk
Tahun1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk
menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar
akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk
menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa
standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.setelah berlangsung selama 10 tahun
IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku
”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” IAI mengadopsi pernyataan
International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai dasar acuan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia, kemudian menerbitkan dua buah buku yaitu Standar
Akuntansi Keuangan–Oktober 1994, Buku 1 dan Buku 2.
7. Pada tahun 2008
Sebagai tindak lanjut dari komitmen yang dibuat para Kepala Negara di London pada 2008,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK- IAI) telah memulai
program konvergensi standar akuntansi keuangan Indonesia menuju Internasional Financial
Reporting Standard (IFRS) yang dikeluarkan oleh Internasional Accounting Standar Board
(IASB). Program Konvergensi tersebut telah berlangsung secara bertahap dan pada akhir 2012,
seluruh pernyataan standar akuntansi keuangan Indonesia (PSAK) yang jumlahnya lebih dari 60
PSAK telah selesai dilakukan penyesuaian dengan mengadopsi IFRS. Saat ini IFRS telah
diterapkan di lebih 100 negara di dunia yang meliputi seluruh negara dikawasan Eropa dan
sejumlah besar negara di kawasan Asia Pasifik, seperti Australia, Malaysia, Singapura,
Hongkong, Turki, dan sebagainya. Tren ini akan terus diikuti oleh negara-negara lain termasuk
Amerika Serikat yang juga sedang menyiapkan konvergensi IFRS secara bertahap. Sampai
dengan 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru 10 standar. Di Indoesia PSAK akan dikonvergensi
secara penuh ke dalam IFRS melalui tiga tahapan, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir, dan
tahap implementasi. Berikut adalah gambaran ketiga tahap tersebut. Tahap adopsi dilakukan pada
periode 2008-2011 meliputi aktivitas adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur,
evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Pada 2009 proses adopsi IFRS/ IAS mencakup :
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IFRS 3 Business combination

3. IFRS 4 Insurance contracts

4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations

5. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources

6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures

7. IFRS 8 Segment reporting

7
8. IAS 1 Presentation of financial statements

9. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates

10. IAS 12 Income taxes

11. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates

12. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans

13. IAS 27 Consolidated and separate financial statements

14. IAS 28 Investments in associates

15. IAS 31 Interests in joint ventures

16. IAS 36 Impairment of assets

17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets

18. IAS 38 Intangible assets

Pada 2010 adopsi IFRS/ IAS mencakup :

1. IFRS 7 Statement of Cash Flows


2. IFRS20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance

3. IFRS24 Related Party Disclosures

4. IFRS29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies

5. IFRS33 Earnings per Share

6. IFRS34 Interim Financial Reporting

7. IFRS41 Agriculture

8. Pada tahun 2012


Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya
modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri,
berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak
dilakukan secara full adoption. Sistem pengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan
direksi dan dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan
peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS.
Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS
menekankan pada principle base dibandingkan rule base. Indonesia telah mengadopsi IFRS
8
secara penuh pada 2012, strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu
big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus,
tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara maju.
Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan
oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sasaran konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu
merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku
efektif tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Adapun
manfaat yang diperoleh dari konvergensi IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan
keuangan dengan penggunaan SAK yang dikenal secara internasional, meningkatkan arus
investasi global melalui transparasi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund
raising melalui pasar modal secara global, menciptakan efesiensi penyusunan laporan keuangan.

2.2 Pengertian SAK

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan
laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia
pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia
menrupakan terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP.
Selain itu ada juga PSAK syariah dan juga SAP.

Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta Memudahkan pembaca
laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas
yang berbeda. Di Indonesia SAK yang diterapkan akan berdasarkan IFRS pada tahun 2012
mendatang.

Pada PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkan
SAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.

Berikut ini penjelasan dari macam-macam SAK tersebut :

1. PSAK-IFRS

PSAK-IFRS akan diterapkan secara utuh pada tahun 2012. Saat ini masih dalam proses
konvergensi. Proses ini melalui tahap adopsi pada tahun 2008-2010 kemudian tahun ini
memasuki tahap persiapan akhir sebelum tahap implementasi di tahun 2012.Pada PSAK ini
wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas public seperti : Emiten, perusahaan publik,

9
perbankan, asuransi, dan BUMN. Tujuan dari PSAK ini adalah memberikan informasi yang
relevan bagi user laporan keuangan.

Lalu Kenapa Indonesia mengadopsi IFRS ?

Indonesia mengadopsi IFRS karena Indonesia adalah bagian dari IFAC yang sudah pasti harus
mematuhi SMO(Statement Membership Obligation) yang menjadikan IFRS sebagai accounting
standard. Selain itu konvergensi IFRS adalah kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota
G20 Forum. Pada pertemuan pemimpin G20 di Wahington DC, pada 15 November 2008 didapati
hasil : “Strengthening Transparency and Accountability” yang kemudian pada 2 April 2009 di
London pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk : Strengthening Financial
Supervision and Regulation “to call on the accounting standard setters to work urgently with
supervisors and regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a
single set of high‐quality global accounting standards.”

MANFAAT IFRS

Manfaat dari penerapan IFRS sebagai berikut :

1. Meningkatkan daya banding laporan keuangan


2. Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal Internasional

3. Menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan dalam


ketentuan pelaporan keuangan

4. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis
keuangan bagi para analis

5. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice

Jadi walaupun Indonesia harus menyesuaikan standard keuangan dengan IFRS namun hal ini
akan mempermudah untuk pelaporan keuangan meskipun aka nada perubahan-perubahan dalam
penyusunan laporan keuangan itu sendiri yang bersifat menyuluruh.

Karakter IFRS

IFRS menggunakan “Principles Base” yaitu :

 Lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada
spirit penerapan prinsip tersebut
 Standard membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi
akuntansi mencerminkan realitas ekonomi

10
 Membutuhkan professional judgement pada penerapan standard akuntansi.

IFRS juga menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus
melakukan penilaian sendiri atau menggunakan jasa penilai. Selain itu IFRS mengharuskan
pengungkapan(disclosure) yang lebih banyak baik kwantitatif maupun kualitatif.

2. SAK-ETAP

SAK ETAP adalah Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP yaitu Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan serta menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.

ETAP menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises. SAK-ETAP diterbitkan pada
tahun 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan pada 1 Januari 2010. SAK
ini diterapkan secara retrospektif namun jika tidak praktis dapat diterapkan secara prospektif
yang berarti mengakui semua asset dan kewajiban sesuai SAK ETAP juga tidak mengakui asset
dan kewajiban jika tidak diizinkan oleh SAK-ETAP, selain itu Mereklasifikasi pos-pos yang
sebelumnya menggunakan PSAK lama menjadi pos-pos sesuai SAK-ETAP juga menerapkan
pengukuran asset dan kewajiban yang diakui SAK ETAP.

Manfaat SAK ETAP

Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menangah dapat untuk menyusun
laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga
perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk
pengembangan usahanya.

Manfaat lain dari SAK ETAP antara lain :

1. Lebih mudah implementasinya dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih sederhana


2. Walaupun sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam
penyajian laporan keuangan

3. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi di
Indonesia serta dibuat lebih ringkas

4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak sebanyak untuk
PSAK-IFRS

5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama, namun ada beberapa
hal yang diadopsi/modifikasi dari IFRS/IAS

SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk memahami SAK ini.

11
3. PSAK Syariah

PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga
syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan dilakukan
dengan model PSAK umum namun psak ini berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI.

PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari :

1. Kerangka Konseptual
2. Penyajian Laporan Keuangan Syariah

3. Akuntansi Murabahah

4. Musyarakah

5. Mudharabah

6. Salam

7. Istishna

4. SAP

SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP(Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk
entetitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan-tahapan seperti :

1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar


2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP

3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja

4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja

5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja

6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan

7. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)

12
8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearings)

9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian

10. Finalisasi Standar

2.3 Isu Tentang Adopsi International Financial Accounting Standard

GA merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang
pelayanan jasa penerbangan. Perusahaan ini telah melakukan adopsi IFRS sedikit demi sedikit
sejak tahun 2009 sampai sekarang, dan terus menerus melakukan pengembangan agar laporan
keuangan mereka berstandar internasional. Sebagai perusahaan yang bertaraf internasional hal
ini sangat wajar dilakukan, namun dilihat dari segi kepemilikan, dimana perusahaan ini
merupakan sebuah BUMN, maka hal tersebut dapat menjadi sebuah pertanyaan yang cukup
menarik.

Dalam uraian latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dilihat bahwa pelaporan
akuntansi yang sesuai dengan standar telah menjadi bagian penting dalam kelangsungan hidup
sebuah perusahaan. Namun demikian, beberapa penelitian tersebut lebih banyak terfokus pada
aspek ekonomi dalam menganalisis penyajian laporan keuangan. Akuntansi bukanlah sekedar
angka, namun media yang dapat digunakan untuk melegitimasi keberadaan perusahaan di dalam
industri. Hines (1998) mengatakan bahwa akuntansi merupakan realitas yang terbentuk secara
sosial yang melibatkan pelaku bisnis dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, studi tentang
laporan keuangan seharusnya tidak selalu difokuskan pada aspek ekonomi tetapi juga pada upaya
menjawab isu bagaimana penerapa IFRS pada laporan keuangan sebuah perusahaan. Atas dasar
hal tersebut, beberapa pertanyaan muncul untuk memahami dan menganalisis secara detail
penerapan IFRS pada GA. yaitu:
1. Mengapa GA mengimplementasikan standar akuntansi
internasional pada laporan keuangannya?
2. Dari beberapa konsep aplikasi standar akuntansi internasional,
manakah yang mereka gunakan dalam pelaporan keuangannya?
3. Bagaimana proses pengadopsian dan pengaplikasian IFRS pada
GA secara riil?
4. Manfaat dan hambatan apa yang diperoleh dan dihadapi GA dalam
proses adopsi IFRS?

Profil Garuda Airlines Indonesia


PT Garuda Indonesia (Persero) berdiri berawal pada saat perang kemerdekaan melawan
Belanda di tahun 1940-an. Pada waktu itu maskapai ini dikenal sebagai "Garuda Indonesian

13
Airways." Perusahaan ini didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No.137 tanggal 31
Maret 1950. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam surat keputusannya No.J.A.5/12/10, tanggal 31 Maret 1950 serta diumumkan dalam berita
Negara Republik Indonesia No.30 tanggal 12 Mei 1950, tambahan No.136.
Perusahaan yang awalnya berbentuk Perusahaan Negara, berubah menjadi Persero
berdasarkan Akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman Ardjasasmita, SH, sebagai
realisasi Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971. Perubahan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 68 tanggal 26 Agustus 1975.
Tahun 1998 Krisis Ekonomi melanda Indonesia, hal ini juga berpengaruh terhadap
keadaan ekonomi dalam tubuh GA. Hal ini menyebabkan penghematan yang parah pada rute
tidak menguntungkan sehingga ada beberapa penerbangan yang dihentikan. Meskipun memiliki
jaringan rute yang komprehensif di seluruh dunia, pada saat itu GA tidak mengoperasikan
penerbangan ke Eropa atau Amerika Utara. Tetapi karena hubungan sejarah dengan Belanda,
Garuda tetap mengoperasikan penerbangan ke Amsterdam meskipun pada awalnya penerbangan
ini sempat
dihentikan. Situasi ini diperparah oleh serangan teroris 11 September, pengeboman Bali, tsunami
tahun 2004, dan ketakutan akan penyakit SARS yang melanda Asia. Hal-hal tersebut
mengakibatkan penurunan perjalanan udara dan pariwisata Indonesia sehingga keuntungan yang
didapat GA pun
ikut mengalami penurunan. Namun, GA telah pulih dari masalah ekonomi tersebut dan berada
dalam kondisi ekonomi yang baik memasuki pertengahan tahun 2000-an.
Tujuan pendirian perusahaan ini adalah untuk melaksanakan serta menunjang program
Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang
jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berhubungan dengan jasa pengangkutan udara.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan terutama adalah sebagai berikut:

a) Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam
negeri dan luar negeri.
b) Angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos
dalam negeri dan luar negeri.
c) Pemeliharaan dan perbaikan pesawat, baik untuk keperluan sendiri maupun
untuk pihak ketiga.
a. Jasa pelayanan penunjang operasional angkutan udara.
b. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara.
c. Jasa konsultasi, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pengangkutan
udara.
d. Jasa pelayanan kesehatan bagi karyawan Perusahaan maupun untuk pihak ketiga.

Alasan Garuda Airlines Mengadopsi IFRS

14
Pada awal tahun 2009, IAI (Ikatan Akuntans Indonesia) mengeluarkan aturan tentang
kewajiban perusahaan publik untuk mengadopsi IFRS dengan alasan penyeragaman standar
akuntansi agar laporan keuangan perusahaanperusahaan publik di Indonesia dapat dibandingkan
dengan perusahaanperusahaan asing. Tujuannya adalah untuk cross border listed atau operasi
lintas negara sehingga ketika sebuah perusahaan telah mengadopsi IFRS, diharapkan perusahaan
tersebut bisa melakukan dual listing yaitu menjual saham di bursa efek dalam negri dan luar
negri serta melakukan aktivitas bisnis global (Satyo, 2005). Hal tersebut sangat bermanfaat bagi
perusahaanperusahaan Indonesia agar dapat bersaing di pasar global, mampu menarik investor-
investor asing, dan mampu menembus bursa efek internasional (Suharto, 2005).
Manfaat-manfaat tersebut dapat dijadikan alasan mengapa adopsi IFRS penting dilakukan dalam
sebuah perusahaan. Adapun alasan GA mengadopsi IFRS akan dijelaskan dalam bagian berikut.

1. Ketiadaan Standar Akuntansi Jasa Penerbangan


PT. Garuda Indonesia yang sampai saat ini masih berstatus perusahaan milik Negara
merupakan salah satu perusahaan yang menyambut keputusan tersebut dengan tanggapan positif.
Hal ini ditunjukkan dengan melakukan proses adopsi IFRS pada laporan keuangannya. Melihat
kenyataan bahwa GA bukan merupakan perusahaan publik, alasan GA melakukan adopsi IFRS
pada laporan keuangan perlu dipertanyakan. Apakah paksaan dari pemerintah atau keinginan GA
sendiri.
Jadi pengadopsian IFRS pada GA merupakan inisiatif dari perusahaan dan bukan merupakan
paksaan dari pemerintah. Dengan adanya keputusan pemerintah tentang kewajiban melakukan
adopsi IFRS, pihak GA merasa terbantu sehingga nantinya adopsi IFRS di Indonesia tidak terlalu
sulit karena pemerintah Indonesia sendiri mendukung tindakan tersebut.
GA mengadopsi IFRS bukan karena paksaan pemerintah maupun aturan yang berlaku tetapi
karena GA merasa bahwa adopsi IFRS merupakan sebuah kebutuhan sehingga dengan inisiatif
pribadi dari manajemen perusahaan, GA mengadopsi IFRS pada laporan keuangannya. Dalam
konteks Institutional Theory, apa yang dilakukan GA merupakan upaya memperoleh legitimasi
dari pihak luar dengan menggunakan pendekatan normative isomorphism (Scott, 2005).

2. Globalisasi dan Tuntutan Pasar


Alasan lain adopsi IFRS adalah karena globalisasi ekonomi dan tuntutan pasar. Dengan
adanya globalisasi ekonomi, otomatis tidak ada batasan negara dan budaya lagi untuk
memperluas sebuah bisnis. Begitu juga bisnis yang dijalankan oleh GA. Selain di Indonesia, jasa
penerbangan yang
dijalankan GA telah dibuka juga di negara lain seperti negara – negara di kawasan Asia
Tenggara, Asia Timur, Timur Tengah, Australia, Selandia Baru, Amerika, Kanada, bahkan Eropa.
Dengan adanya kenyataan tersebut dapat dikatakan bahwa GA merupakan pemain global yang
bergerak dalam jasa penerbangan. Karena hal itu adopsi IFRS pada laporan keuangan GA sangat
diperlukan. Ketika kita berbicara tentang bisnis global, standar keuangan yang berlaku secara
global juga sangat diperlukan untuk menyeragamkan pedoman yang dianut oleh seluruh

15
maskapai penerbangan internasional di seluruh dunia, sehingga laporan keuangan yang disajikan
mempunyai satu kesamaan
pandangan (Satyo, 2005).

3. “Nilai Lebih” Laporan Keuangan

Ketika GA telah mengadopsi IFRS, GA merasa bahwa laporan keuangannya lebih


mencerminkan nilai wajar perusahaan. Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan GA
mengadopsi IFRS dalam pembuatan laporan keuangan.
Nilai wajar laporan keuangan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan karena
dengan semakin wajarnya nilai laporan keuangan (Petreski, 2006), maka laporan keuangan GA
semakin credible dan transparan.
Dengan mengadopsi IFRS, diharapkan nantinya laporan keuangan GA memberikan
kemudahan bagi pihak asing untuk menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan tersebut,
sehingga lebih mudah bagi pihak-pihak asing untuk melakukan keputusan bisnis yang
menyangkut investasi.

Konsep yang Digunakan dalam Proses Adopsi


Dari beberapa konsep adopsi IFRS, konsep yang digunakan GA dalam mengadopsi IFRS
adalah konsep harmonisasi, dimana GA tetap menggunakan PSAK sebagai pedoman utama
penyusunan laporan keuangan dan menggunakan IFRS sebagai pedoman alternatif apabila ada
rules yang tidak diatur pada PSAK, terutama perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan.
Item - item yang diadopsi langsung dari IFRS adalah transaksi dengan kriteria khusus dan
unik serta merupakan extraordinary item. Selain menggunakan IFRS sebagai pedoman alternatif
penyusunan laporan keuangan, GA juga menggunakan produk standar keuangan yang
dikeluarkan
oleh AICPA, Airlines AICPA Audit and Accounting Guidelines, sebagai salah satu referensi.
Namun pada hakikatnya, IFRS merupakan sebuah pedoman penyusunan laporan keuangan yang
cukup luas karena merupakan pengembangan standar yang berlaku secara global dimana semua
rules akuntansi telah diatur dalam standar tersebut.
Proses Adopsi IFRS pada Garuda Airlines
Proses adopsi IFRS pada sebuah perusahaan merupakan sebuah rangkaian yang cukup
panjang. Menurut Dalimante, proses adopsi IFRS pada
GA meliputi:
 Pemahaman tentang IFRS
Dalimante mengatakan bahwa hal yang paling dasar ketika melakukan adopsi IFRS pada
perusahaan adalah memahami standar itu sendiri.
Para pembuat laporan keuangan harus paham betul bagaimana penilaian, pengakuan, dan
pengukuran sebuah akun dalam membuat laporan keuangan sesuai chapter-chapter pada IFRS.

16
Selain memahami IFRS, pemahaman tentang PSAK juga diperlukan. Hal ini akan berguna untuk
mengetahui dimana letak persamaan maupun perbedaan IFRS dan PSAK.
Selanjutnya, setelah memahami IFRS dan PSAK, hal yang harus dilakukan adalah
memahami perbedaan di antara keduanya. Seperti yang telah diketahui, IFRS dan PSAK
memiliki kemiripan tetapi juga memiliki beberapa perbedaan dalam memperlakukan sebuah
akun. Karena GA menganut konsep harmonisasi IFRS, maka pedoman utama yang dipakai
adalah PSAK. PSAK sendiri telah banyak mengadopsi IFRS di dalamnya sehingga secara tidak
langsung laporan keuangan GA telah menerapkan standar global ini. Kemudian apabila PSAK
tidak mengatur tentang perlakuan akuntansi terhadap akun tertentu, maka pihak GA menjadikan
IFRS sebagai
pedomannya.

 Persiapan “IFRS capability” terhadap SDM


Dalimante mengatakan “..baru kemudian mempersiapkan SDM-nya sehingga SDM tersebut
mempunyai IFRS capability.” Tahapan selanjutnya setelah memberikan pemahaman kepada para
karyawan tentang IFRS dan PSAK adalah mempersiapkan karyawan agar karyawan tersebut
memiliki IFRS capability.
SDM yang memiliki “IFRS capability” berarti sumber daya manusia atau karyawan-
karyawan tersebut paham dan tahu bagaimana cara membuat laporan keuangan sesuai aturan
yang berlaku pada IFRS. Melalui tahapan pertama dapat dipastikan para karyawan paham
dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan IFRS.

 Persiapan sistem akuntansi


Seperti yang diungkapkan Erwin, sebelum tahun 1999, penjurnalan pada GA dilakukan
secara manual. Kemudian GA membeli sebuah software keuangan lisensi dari Jerman yang
mempermudah proses tersebut. Nama software ini adalah SAP. SAP merupakan software sistem
akuntansi yang
cukup kompleks, melalui alat ini proses pembuatan laporan keuangan secara konvensional yang
dimulai dari proses penjurnalan, posting ke buku besar, rekapitulasi, pembuatan neraca,
pembuatan AJP, sampai keluar hasilnya berupa laporan keuangan menjadi cukup mudah
dilakukan.

Kendala dalam mengadopsi IFRS


Menurut Immanuela (2009) hambatan terbesar dalam mengadopsi IFRS adalah
pemahaman IFRS dan biaya sosialisasi yang cukup mahal. Upaya untuk memahami IFRS ini
merupakan hal yang membutuhkan waktu yang cukup panjang, sehingga apabila hal tersebut
tidak teratasi maka adopsi IFRS akan sulit dilakukan. Di sisi lain, biaya juga menjadi masalah

17
yang cukup kompleks. Pengadopsian standar ini memerlukan biaya yang cukup besar mengingat
produk ini merupakan produk baru di pasar internasional.
GA sendiri memiliki pandangan yang sama dengan Immanuela, adapun hambatan yang
dihadapi GA adalah sebagai berikut:
1. Kesiapan SDM
Hambatan yang paling utama dalam proses adopsi IFRS adalah pada faktor kesiapan SDM.
Apabila SDM pada perusahaan tersebut capable untuk mengaplikasikan IFRS pada LK yang
mereka buat, maka tidak akan ada kesulitan yang berarti, demikian sebaliknya. Apabila ada
perusahaan yang SDM-nya tidak siap, maka kemungkinan untuk mengadopsi IFRS pada
perusahaan tersebut sangat kecil.

2. Sistem akuntansi yang belum canggih.


Seperti yang telah diketahui bahwa pada proses adopsi IFRS, tahap yang paling sulit
dilakukan adalah pengembangan sistem. Hal ini dapat menjadi faktor penghambat yang sangat
besar apabila tidak segera ditangani dengan baik. Karena bagaimanapun juga menerjemahkan
bahasa akuntansi ke bahasa pemrograman bukan pekerjaan yang mudah.

3. Biaya yang cukup tinggi untuk mengadopsi IFRS.


Karena IFRS merupakan sebuah hal baru dalam dunia akuntansi, maka biaya yang
dikeluarkan GA untuk mengadopsi standar ini cukup besar. Dimulai dari biaya yang keluar untuk
mengadopsi standarnya, biaya yang keluar untuk membiayai training karyawan, biaya yang
keluar untuk membayar konsultan yang ahli dalam bidang IFRS, biaya untuk pengembangan
SAP, dan biaya-biaya lain yang keluar akibat proses adopsi tersebut.

Contoh Kasus Pengaruh Penerapan IFRS Terhadap Pajak Suatu Perusahaan.

PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar yang digunakan untuk
pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat
laporan keuangan. PSAK hanya berlaku di Indonesia.
IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman penyusunan
laporaan keuangan yang diterima secara global. Sejarah terbentuknya pun cukup panjang dari
terbentuknya IASC/IAFC, IASB, hingga menjadi IFRS seperti sekarang ini. Jika sebuah negara
menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang
berlaku secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan
perusahaan di negara tersebut berasal.
Salah satu perbedaan yang paling menonjol antara PSAK dengan IFRS adalah perbedaan
tentang metode pencatatan laporan keuangan dimana pada Konsep Dasar Akuntansi Keuangan
mengenal istilah Hystorical Cost yang artinya dimana pada sebuah pembelian sebuah asset maka
akan dicatat sebesar harga perolehan yang kita keluarkan pada saat membeli asset tersebut.
Sedangkan dalam IFRS tidak dikenal Hystorical Cost/Harga Perolehan ini, dalam IFRS hanya
dikenal Fair Value/Nilai saat ini. Perbedaan ini nantinya akan sangat berpengaruh terhadap
18
laporan keuangan suatu perusahaan yang ujungnya akan berdampak pada pembayaran pajak
perusahaan tersebut.
Contoh kasus, PT. Surya Pratama adalah perusahaan dibidang furniture yang berdiri sejak
tahun 1991, perusahaan ini sebelumnya hanya perusahaan bertaraf nasional yang semakin lama
semakin maju dan hingga sekarang memiliki pencapaian omset hingga milyaran rupiah, suatu
ketika perusahaan ini ingin mengembangkan jangkauan usahanya hingga tingkat internasional.
Sebelumnya perusahaan ini menggunakan PSAK sebagai standar dalam pembuatan laporan
keuangannya tetapi ketika perusahaan ini ingin Go Internasional maka mau tidak mau
perusahaan ini harus mengubah standar keuangannya dengan menggunakan IFRS karena IFRS
standar laporan keuangan yang berlaku diseluruh dunia.
Ketika masih menganut PSAK maka PT. Surya Pratama mencatat pembelian aktiva tetap
dalam hal ini contohnya Tanah sebesar harga perolehan saat membeli tahun 1991 sebesar Rp
5000/meter. Ketika perusahaan ini berniat untuk Go Internasional maka standar pembuatan
laporan keuangannya pun harus diubah menjadi IFRS, karena dalam IFRS tidak diakui adanya
hystorical cost maka nilai asset tanah PT. Surya Pratama dicatat sebesar nilai/harga tanah saat ini
yaitu Rp 5.000.000/meter.
Perubahan metode pencatatan ini akan sangat berpengaruh kepada pembayaran PBB
(pajak bumi dan bangunan). Dengan menggunakan IFRS maka otomatis pembayaran PBB akan
meningkat secara drastis.
Inilah konsekuensi yang harus dipikirkan matang-matang oleh PT. Surya Pratama ketika
menginginkan usahanya bertaraf Internasional. Dengan kemungkinan pencapaian usaha yang
lebih luas maka biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Surya Pratama pun menjadi meningkat.

19
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

Perubahan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menjadi Pernyataan Standar


Akuntansi Keuangan (PSAK) berbasis International Financial Reporting Standards(IFRS)
mendorong investor di perusahaan Indonesia untuk menilai implikasi dari perubahan potensial
dalam standar pelaporan keuangan. Perubahan tersebut memberikan kesempatan bagi banyak
pihak untuk menilai ekspektasi investor tentang manfaat atau biaya adopsi IFRS. Penggunaan
PSAK berbasis IFRS diharapkan akan dapat meningkatkan komparabilitas informasi keuangan
yang berkualitas sehingga mengurangi biaya dana. Manfaat dari penggunaan PSAK berbasis
IFRS inilah yang dapat menetukan keputusan investasi yang akan diambil oleh investor.
Perubahan PSAK menjadi PSAK berbasis IFRS ini juga dapat menarik investasi lintas
negara melalui transparansi pada laporan keuangan, mempermudah akses investasi dan
pendanaan dengan skala internasional, meningkatkan integritas pasar modal secara global, dan
memudahkan konsolidasi laporan keuangan perusahaan multinasional.
Sedangkan terkait isu-isu kritis dalam penerapan IFRS di indonesia yaitu kurang siapnya
infrastruktur, kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS,
ketidaksesuaian standar internasional dengan hukum nasional, serta kurang siapnya sumber daya
manusia dan dunia pendidikan di Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA
http://yopipazzo.blogspot.com/2014/05/standar-akuntansi-keuangan-dan.html
https://fransiscadwikarlina.wordpress.com/
http://lailly0490.blogspot.com/2012/03/kendala-dalam-harmonisasi-psak-ke-dalam.html
https://dhiasitsme.wordpress.com/2011/10/25/standar-akuntansi-keuangan-sak/
http://aliethok.blogspot.co.id/2012/05/contoh-kasus-pengaruh-penerapan-ifrs.html

21

Anda mungkin juga menyukai