DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
SALSABILA A31113511
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya lah, kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Sebuah makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Akuntansi.Walaupun cukup banyak rintangan yang harus dihadapi selama masa penulisan
makalah ini, tetapi pada akhirnya dapat teratasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Pada makalah ini, kami maksudkan agar dapat memberikan gambaran tentang teori
akuntansi khususnya tentang membahas kasus tentang standar akuntansi keuangan. Selain itu
untuk dapat memahami bagaimana sebenarnya akuntansi itu dipandang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi
isi maupun segi penulisan.Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari segenap pembaca, demi kelancaran makalah berikutnya. kami juga ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, maka standar akuntansi merupakan suatu pedoman yang wajib ditaati
bagi mereka yang melakukan kegiatan di bidang akuntansi, dalam rangka penyusunan
laporan keuangan. Tetapi perlu diingat bahwa Standar Akuntansi Keuangan sebagai suatu
pedoman yang diikuti kebiasaan tentulah bukan merupakan pedoman yang sifatnya universal
dan berlaku mutlak sesuai keadaan, waktu dan tempat. Standar Akuntansi Keuangan dalam
perkembangannnya tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pandangan para
ahli di bidang akuntansi, perkembangan politik dan ekonomi, peraturan pemerintah dan
faktor-faktor lainnya.
Dengan demikian, maka yang perlu diketahui dari Standar Akuntansi tersebut adalah
pedoman dan petunjuk apakah yang dapat diberikan oleh Standar Akuntansi tersebut?
Standar Akuntansi dapat memberikan petunjuk tentang bagaimanakah caranya sumber-
sumber ekonomi yang ditimbulkannya dicatat sebagai “harta” dan “kewajiban”. Jika terjadi
perubahan atas harta dan kewajiban itu bagaimanakah cara mencatatnya, kapan perubahan
tersebut dicatat serta bagaimanakah cara mengukurnya, informasi apa saja yang perlu
diungkapkan dan bagaimana cara mengungkapkannya dan sebagainya.
3
1.3 Tujuan
Diharapkan mahasiswa mengetahui bagaimana sejarah perkembangan SAK,
pengertian dan jenis-jenis dari SAK
Mampu menganalisis kasus yang terkait dengan SAK
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di
Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang
memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Sejarah akuntansi di Indonesia tentu tidak bisa
lepas dari perkembangan akuntansi di negara asal perkembangannya. Dengan perkataan lain,
negara luarlah yang membawa akuntansi itu masuk ke Indonesia kendatipun tidak bisa disangkal
bahwa di masyarakat Indonesia sendiri pasti memiliki sistem akuntansi atau sistem pencatatan
pelaporan tersendiri. Misalnya saja pada jaman keemasan Sriwijaya, Majapahit, Mataram.
Zaman tersebut pasti memiliki sistem akuntansi tersendiri. Sayangnya sejauh ini penelitian
mengenai hal ini masih belum dilakukan. Namun, Sukoharsono (1997) menilai akuntansi masuk
ke Indonesia melalui pedagang Arab yang melakukan transaksi bisnis di kepulauan Nusantara.
Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia dimulai sejak zaman Belanda sampai
dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS:
1. Zaman Penjajahan Belanda
5
Pada era penjajahan Belanda, sekitar pada tahun 1642, jejak yang bisa dengan jelas bisa
dikatakan berkaitan dengan praktek akuntansi di Indonesia bisa ditemukan sekitar pada tahun
1747 ketika praktek pembukuan yang dijalankan oleh Amphioen Sociteyt yang berkedudukan
pusat di Jakarta. Dalam Era penjajahan Belanda mengenalkan sebuah sistem double entry
bookeeping (sistem pembukuan berpasangan) sebagaimana praktek yang bangun oleh Luca
Pacioli. VOC merupakan perusahaan dagang (organisasi komersial) pertama milik belanda yang
pada masa penjajahan di indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam dunia bisnis
Indonesia pada waktu itu. sejarah perkembangan akuntansi di indonesia awalnya menganut pada
sistem kontinental seperti sistem yang dipakai oleh Belanda. Sebenarnya, sistem kontinental atau
yang bisa juga disebut pembukuan tidaklah sama dengan akuntansi.
2. Pada tahun 1945-1955
Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr.
Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan selama era setelah
kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem
akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya
orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan
tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997). Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia
pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini
praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama
yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi
yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di Universitas
Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990,
Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan
Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian praktik akuntansi
model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003). Salah seorang dosen
akuntansi senior Indonesia Dr. S. Hadibroto telah menulis disertasi tentang dua sistem ini dengan
judul yang sudah diterjemahkan : Studi Perbandingan antara Akuntansi Amerika dan Belanda
dan Pengaruhnya terhadap Profesi di Indonesia. Pada kesimpulan disertasinya beliau
menyarankan agar Indonesia lebih baik memilih sistem akuntansi Amerika dibandingkan dengan
sistem akuntansi Belanda.
3. Pada tahun 1974
Menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu
merupakan pertama kalinya IAI berhasil melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansiyang
berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” pada tahun 1973.
4. Pada tahun 1984
Tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan
kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan
tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
5. Pada akhir tahun 1984
Selanjutnya pada akhir tahun 1984 Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar
yang bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee)
6
6. Pada tahun 1994
Pada tahun 1994 terjadi perubahan kiblat dari US GAAP ke IFRS , hal ini ditunjukkan
sejak tahun 1994 telah terjadi kebijakan dari komite standar akuntansi keuangan untuk
Tahun1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk
menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar
akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk
menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa
standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.setelah berlangsung selama 10 tahun
IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku
”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” IAI mengadopsi pernyataan
International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai dasar acuan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia, kemudian menerbitkan dua buah buku yaitu Standar
Akuntansi Keuangan–Oktober 1994, Buku 1 dan Buku 2.
7. Pada tahun 2008
Sebagai tindak lanjut dari komitmen yang dibuat para Kepala Negara di London pada 2008,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK- IAI) telah memulai
program konvergensi standar akuntansi keuangan Indonesia menuju Internasional Financial
Reporting Standard (IFRS) yang dikeluarkan oleh Internasional Accounting Standar Board
(IASB). Program Konvergensi tersebut telah berlangsung secara bertahap dan pada akhir 2012,
seluruh pernyataan standar akuntansi keuangan Indonesia (PSAK) yang jumlahnya lebih dari 60
PSAK telah selesai dilakukan penyesuaian dengan mengadopsi IFRS. Saat ini IFRS telah
diterapkan di lebih 100 negara di dunia yang meliputi seluruh negara dikawasan Eropa dan
sejumlah besar negara di kawasan Asia Pasifik, seperti Australia, Malaysia, Singapura,
Hongkong, Turki, dan sebagainya. Tren ini akan terus diikuti oleh negara-negara lain termasuk
Amerika Serikat yang juga sedang menyiapkan konvergensi IFRS secara bertahap. Sampai
dengan 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru 10 standar. Di Indoesia PSAK akan dikonvergensi
secara penuh ke dalam IFRS melalui tiga tahapan, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir, dan
tahap implementasi. Berikut adalah gambaran ketiga tahap tersebut. Tahap adopsi dilakukan pada
periode 2008-2011 meliputi aktivitas adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur,
evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Pada 2009 proses adopsi IFRS/ IAS mencakup :
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IFRS 3 Business combination
7
8. IAS 1 Presentation of financial statements
7. IFRS41 Agriculture
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan
laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia
pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia
menrupakan terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP.
Selain itu ada juga PSAK syariah dan juga SAP.
Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta Memudahkan pembaca
laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas
yang berbeda. Di Indonesia SAK yang diterapkan akan berdasarkan IFRS pada tahun 2012
mendatang.
Pada PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkan
SAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.
1. PSAK-IFRS
PSAK-IFRS akan diterapkan secara utuh pada tahun 2012. Saat ini masih dalam proses
konvergensi. Proses ini melalui tahap adopsi pada tahun 2008-2010 kemudian tahun ini
memasuki tahap persiapan akhir sebelum tahap implementasi di tahun 2012.Pada PSAK ini
wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas public seperti : Emiten, perusahaan publik,
9
perbankan, asuransi, dan BUMN. Tujuan dari PSAK ini adalah memberikan informasi yang
relevan bagi user laporan keuangan.
Indonesia mengadopsi IFRS karena Indonesia adalah bagian dari IFAC yang sudah pasti harus
mematuhi SMO(Statement Membership Obligation) yang menjadikan IFRS sebagai accounting
standard. Selain itu konvergensi IFRS adalah kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota
G20 Forum. Pada pertemuan pemimpin G20 di Wahington DC, pada 15 November 2008 didapati
hasil : “Strengthening Transparency and Accountability” yang kemudian pada 2 April 2009 di
London pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk : Strengthening Financial
Supervision and Regulation “to call on the accounting standard setters to work urgently with
supervisors and regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a
single set of high‐quality global accounting standards.”
MANFAAT IFRS
4. Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis
keuangan bagi para analis
Jadi walaupun Indonesia harus menyesuaikan standard keuangan dengan IFRS namun hal ini
akan mempermudah untuk pelaporan keuangan meskipun aka nada perubahan-perubahan dalam
penyusunan laporan keuangan itu sendiri yang bersifat menyuluruh.
Karakter IFRS
Lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada
spirit penerapan prinsip tersebut
Standard membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi
akuntansi mencerminkan realitas ekonomi
10
Membutuhkan professional judgement pada penerapan standard akuntansi.
IFRS juga menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus
melakukan penilaian sendiri atau menggunakan jasa penilai. Selain itu IFRS mengharuskan
pengungkapan(disclosure) yang lebih banyak baik kwantitatif maupun kualitatif.
2. SAK-ETAP
SAK ETAP adalah Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP yaitu Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan serta menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
ETAP menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises. SAK-ETAP diterbitkan pada
tahun 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan pada 1 Januari 2010. SAK
ini diterapkan secara retrospektif namun jika tidak praktis dapat diterapkan secara prospektif
yang berarti mengakui semua asset dan kewajiban sesuai SAK ETAP juga tidak mengakui asset
dan kewajiban jika tidak diizinkan oleh SAK-ETAP, selain itu Mereklasifikasi pos-pos yang
sebelumnya menggunakan PSAK lama menjadi pos-pos sesuai SAK-ETAP juga menerapkan
pengukuran asset dan kewajiban yang diakui SAK ETAP.
Dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menangah dapat untuk menyusun
laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga
perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk
pengembangan usahanya.
3. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi di
Indonesia serta dibuat lebih ringkas
4. SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement namun tidak sebanyak untuk
PSAK-IFRS
5. Tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama, namun ada beberapa
hal yang diadopsi/modifikasi dari IFRS/IAS
SAK ETAP terdiri dari 30 Bab dan daftar istilah yang mempermudah untuk memahami SAK ini.
11
3. PSAK Syariah
PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga
syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan dilakukan
dengan model PSAK umum namun psak ini berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI.
1. Kerangka Konseptual
2. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
3. Akuntansi Murabahah
4. Musyarakah
5. Mudharabah
6. Salam
7. Istishna
4. SAP
SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP(Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk
entetitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan-tahapan seperti :
12
8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearings)
GA merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang
pelayanan jasa penerbangan. Perusahaan ini telah melakukan adopsi IFRS sedikit demi sedikit
sejak tahun 2009 sampai sekarang, dan terus menerus melakukan pengembangan agar laporan
keuangan mereka berstandar internasional. Sebagai perusahaan yang bertaraf internasional hal
ini sangat wajar dilakukan, namun dilihat dari segi kepemilikan, dimana perusahaan ini
merupakan sebuah BUMN, maka hal tersebut dapat menjadi sebuah pertanyaan yang cukup
menarik.
Dalam uraian latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dilihat bahwa pelaporan
akuntansi yang sesuai dengan standar telah menjadi bagian penting dalam kelangsungan hidup
sebuah perusahaan. Namun demikian, beberapa penelitian tersebut lebih banyak terfokus pada
aspek ekonomi dalam menganalisis penyajian laporan keuangan. Akuntansi bukanlah sekedar
angka, namun media yang dapat digunakan untuk melegitimasi keberadaan perusahaan di dalam
industri. Hines (1998) mengatakan bahwa akuntansi merupakan realitas yang terbentuk secara
sosial yang melibatkan pelaku bisnis dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, studi tentang
laporan keuangan seharusnya tidak selalu difokuskan pada aspek ekonomi tetapi juga pada upaya
menjawab isu bagaimana penerapa IFRS pada laporan keuangan sebuah perusahaan. Atas dasar
hal tersebut, beberapa pertanyaan muncul untuk memahami dan menganalisis secara detail
penerapan IFRS pada GA. yaitu:
1. Mengapa GA mengimplementasikan standar akuntansi
internasional pada laporan keuangannya?
2. Dari beberapa konsep aplikasi standar akuntansi internasional,
manakah yang mereka gunakan dalam pelaporan keuangannya?
3. Bagaimana proses pengadopsian dan pengaplikasian IFRS pada
GA secara riil?
4. Manfaat dan hambatan apa yang diperoleh dan dihadapi GA dalam
proses adopsi IFRS?
13
Airways." Perusahaan ini didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No.137 tanggal 31
Maret 1950. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam surat keputusannya No.J.A.5/12/10, tanggal 31 Maret 1950 serta diumumkan dalam berita
Negara Republik Indonesia No.30 tanggal 12 Mei 1950, tambahan No.136.
Perusahaan yang awalnya berbentuk Perusahaan Negara, berubah menjadi Persero
berdasarkan Akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman Ardjasasmita, SH, sebagai
realisasi Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971. Perubahan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 68 tanggal 26 Agustus 1975.
Tahun 1998 Krisis Ekonomi melanda Indonesia, hal ini juga berpengaruh terhadap
keadaan ekonomi dalam tubuh GA. Hal ini menyebabkan penghematan yang parah pada rute
tidak menguntungkan sehingga ada beberapa penerbangan yang dihentikan. Meskipun memiliki
jaringan rute yang komprehensif di seluruh dunia, pada saat itu GA tidak mengoperasikan
penerbangan ke Eropa atau Amerika Utara. Tetapi karena hubungan sejarah dengan Belanda,
Garuda tetap mengoperasikan penerbangan ke Amsterdam meskipun pada awalnya penerbangan
ini sempat
dihentikan. Situasi ini diperparah oleh serangan teroris 11 September, pengeboman Bali, tsunami
tahun 2004, dan ketakutan akan penyakit SARS yang melanda Asia. Hal-hal tersebut
mengakibatkan penurunan perjalanan udara dan pariwisata Indonesia sehingga keuntungan yang
didapat GA pun
ikut mengalami penurunan. Namun, GA telah pulih dari masalah ekonomi tersebut dan berada
dalam kondisi ekonomi yang baik memasuki pertengahan tahun 2000-an.
Tujuan pendirian perusahaan ini adalah untuk melaksanakan serta menunjang program
Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang
jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berhubungan dengan jasa pengangkutan udara.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan terutama adalah sebagai berikut:
a) Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam
negeri dan luar negeri.
b) Angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos
dalam negeri dan luar negeri.
c) Pemeliharaan dan perbaikan pesawat, baik untuk keperluan sendiri maupun
untuk pihak ketiga.
a. Jasa pelayanan penunjang operasional angkutan udara.
b. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara.
c. Jasa konsultasi, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pengangkutan
udara.
d. Jasa pelayanan kesehatan bagi karyawan Perusahaan maupun untuk pihak ketiga.
14
Pada awal tahun 2009, IAI (Ikatan Akuntans Indonesia) mengeluarkan aturan tentang
kewajiban perusahaan publik untuk mengadopsi IFRS dengan alasan penyeragaman standar
akuntansi agar laporan keuangan perusahaanperusahaan publik di Indonesia dapat dibandingkan
dengan perusahaanperusahaan asing. Tujuannya adalah untuk cross border listed atau operasi
lintas negara sehingga ketika sebuah perusahaan telah mengadopsi IFRS, diharapkan perusahaan
tersebut bisa melakukan dual listing yaitu menjual saham di bursa efek dalam negri dan luar
negri serta melakukan aktivitas bisnis global (Satyo, 2005). Hal tersebut sangat bermanfaat bagi
perusahaanperusahaan Indonesia agar dapat bersaing di pasar global, mampu menarik investor-
investor asing, dan mampu menembus bursa efek internasional (Suharto, 2005).
Manfaat-manfaat tersebut dapat dijadikan alasan mengapa adopsi IFRS penting dilakukan dalam
sebuah perusahaan. Adapun alasan GA mengadopsi IFRS akan dijelaskan dalam bagian berikut.
15
maskapai penerbangan internasional di seluruh dunia, sehingga laporan keuangan yang disajikan
mempunyai satu kesamaan
pandangan (Satyo, 2005).
16
Selain memahami IFRS, pemahaman tentang PSAK juga diperlukan. Hal ini akan berguna untuk
mengetahui dimana letak persamaan maupun perbedaan IFRS dan PSAK.
Selanjutnya, setelah memahami IFRS dan PSAK, hal yang harus dilakukan adalah
memahami perbedaan di antara keduanya. Seperti yang telah diketahui, IFRS dan PSAK
memiliki kemiripan tetapi juga memiliki beberapa perbedaan dalam memperlakukan sebuah
akun. Karena GA menganut konsep harmonisasi IFRS, maka pedoman utama yang dipakai
adalah PSAK. PSAK sendiri telah banyak mengadopsi IFRS di dalamnya sehingga secara tidak
langsung laporan keuangan GA telah menerapkan standar global ini. Kemudian apabila PSAK
tidak mengatur tentang perlakuan akuntansi terhadap akun tertentu, maka pihak GA menjadikan
IFRS sebagai
pedomannya.
17
yang cukup kompleks. Pengadopsian standar ini memerlukan biaya yang cukup besar mengingat
produk ini merupakan produk baru di pasar internasional.
GA sendiri memiliki pandangan yang sama dengan Immanuela, adapun hambatan yang
dihadapi GA adalah sebagai berikut:
1. Kesiapan SDM
Hambatan yang paling utama dalam proses adopsi IFRS adalah pada faktor kesiapan SDM.
Apabila SDM pada perusahaan tersebut capable untuk mengaplikasikan IFRS pada LK yang
mereka buat, maka tidak akan ada kesulitan yang berarti, demikian sebaliknya. Apabila ada
perusahaan yang SDM-nya tidak siap, maka kemungkinan untuk mengadopsi IFRS pada
perusahaan tersebut sangat kecil.
PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar yang digunakan untuk
pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat
laporan keuangan. PSAK hanya berlaku di Indonesia.
IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman penyusunan
laporaan keuangan yang diterima secara global. Sejarah terbentuknya pun cukup panjang dari
terbentuknya IASC/IAFC, IASB, hingga menjadi IFRS seperti sekarang ini. Jika sebuah negara
menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang
berlaku secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan
perusahaan di negara tersebut berasal.
Salah satu perbedaan yang paling menonjol antara PSAK dengan IFRS adalah perbedaan
tentang metode pencatatan laporan keuangan dimana pada Konsep Dasar Akuntansi Keuangan
mengenal istilah Hystorical Cost yang artinya dimana pada sebuah pembelian sebuah asset maka
akan dicatat sebesar harga perolehan yang kita keluarkan pada saat membeli asset tersebut.
Sedangkan dalam IFRS tidak dikenal Hystorical Cost/Harga Perolehan ini, dalam IFRS hanya
dikenal Fair Value/Nilai saat ini. Perbedaan ini nantinya akan sangat berpengaruh terhadap
18
laporan keuangan suatu perusahaan yang ujungnya akan berdampak pada pembayaran pajak
perusahaan tersebut.
Contoh kasus, PT. Surya Pratama adalah perusahaan dibidang furniture yang berdiri sejak
tahun 1991, perusahaan ini sebelumnya hanya perusahaan bertaraf nasional yang semakin lama
semakin maju dan hingga sekarang memiliki pencapaian omset hingga milyaran rupiah, suatu
ketika perusahaan ini ingin mengembangkan jangkauan usahanya hingga tingkat internasional.
Sebelumnya perusahaan ini menggunakan PSAK sebagai standar dalam pembuatan laporan
keuangannya tetapi ketika perusahaan ini ingin Go Internasional maka mau tidak mau
perusahaan ini harus mengubah standar keuangannya dengan menggunakan IFRS karena IFRS
standar laporan keuangan yang berlaku diseluruh dunia.
Ketika masih menganut PSAK maka PT. Surya Pratama mencatat pembelian aktiva tetap
dalam hal ini contohnya Tanah sebesar harga perolehan saat membeli tahun 1991 sebesar Rp
5000/meter. Ketika perusahaan ini berniat untuk Go Internasional maka standar pembuatan
laporan keuangannya pun harus diubah menjadi IFRS, karena dalam IFRS tidak diakui adanya
hystorical cost maka nilai asset tanah PT. Surya Pratama dicatat sebesar nilai/harga tanah saat ini
yaitu Rp 5.000.000/meter.
Perubahan metode pencatatan ini akan sangat berpengaruh kepada pembayaran PBB
(pajak bumi dan bangunan). Dengan menggunakan IFRS maka otomatis pembayaran PBB akan
meningkat secara drastis.
Inilah konsekuensi yang harus dipikirkan matang-matang oleh PT. Surya Pratama ketika
menginginkan usahanya bertaraf Internasional. Dengan kemungkinan pencapaian usaha yang
lebih luas maka biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Surya Pratama pun menjadi meningkat.
19
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
http://yopipazzo.blogspot.com/2014/05/standar-akuntansi-keuangan-dan.html
https://fransiscadwikarlina.wordpress.com/
http://lailly0490.blogspot.com/2012/03/kendala-dalam-harmonisasi-psak-ke-dalam.html
https://dhiasitsme.wordpress.com/2011/10/25/standar-akuntansi-keuangan-sak/
http://aliethok.blogspot.co.id/2012/05/contoh-kasus-pengaruh-penerapan-ifrs.html
21