Anda di halaman 1dari 18

MEASUREMENT THEORY

Oleh:
KELOMPOK IV

1. AYUN SRI REZKIANA (A31113040)


2. UMMU ATHIYAH MUNIR (A31113041)
3. IRMAWATI (A31113304)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengukuran (measurement) merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penyelidikan
ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut adalah untuk menjadikan data yang dihasilkan lebih
informative dan menjadi lebih bermanfaat. Pengukuran dipakai dalam berbagai disiplin
pengetahuan ataupun bidang pekerjaan dan profesi termasuk bidang akuntansi. Sebagai
penyedia informasi akuntansi memerlukan pengukuran karena data Nkuantitatif merupakan
bagian dominan dari informasi akuntansi. Dalam beberapa kasus data kuantitatif mempunyai
dampak yang lebih besar dibanding data kualitatif. Oleh karena pengukuran atribut yang
disajikan dalam laporan akuntansi (misalnya aktiva, laba dan utang) merupakan fungsi
penting dalam akuntansi di bagian ini dibahas mengenai konsep-konsep pengukuran. Dalam
akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan pengukur berupa unit
moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut menunjukkan makna ekonomik dan
karenanya pengukuran yang demikian disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah proses
penentuan jumlah rupiah suatu obyek untuk menentukan makna ekonomik obyek tersebut di
masa lalu, sekarang atau yang akan datang.
Dari uraian tersebut maka pengukuran berarti proses penetapan jumlah uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap unsure laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Di
dalam akuntansi pembeedaan penerapan pengukuran dan penelitian umumnya dilakukan.
Pengukuran biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat
pada saat obyek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian biasanya digunakan untk
menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada tiap elemen atau pos
laporan keuangan pada saat penyajian laporan keuangan. Jadi secara aplikatif dalam praktek
pengukuran terjadi pada saat pencatatan (jurnal) sedang penilaian pada saat penyajian.

1.2 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang penulisan makalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah mempelajari secara mendalam :
1. Konsep pengukuran dan pentingnya suatu pengukuranSkala yang digunakan dalam
sebuah pengukuran
2. Tipe-tipe dari pengukuran
3. Konsep reliability dan akurasi dalam pengukuran
4. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi auditor dalam hubungannya dengan
pengukuran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Pengukuran
Campbell mendefiniskan pengukuran adalah : “the assignment of numerals to represent
properties of material systems other than numbers, in virtue of the laws governing these
properties”
Sedangkan menurut Stevens: “assignment of numerals to objects or events according to the
rules” Dalam pengertian Campbell, “The System” sama dengan “object or events” dalam
pengertian Steven. Dalam hal ini contohnya adalah : meja, manusia, aset, atau jarak
perjalanan.
“Properties” yaitu spesifikasi atau karakteristik dari “The System” dalam pengertian
Campbell. Dalam hal ini maka Teori Pengukuran menurut Campbell lebih tepat. Ketika kita
melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi dengan hubungan
dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi.
Dalam Akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu menghitung /menilai
modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran dalam modal selama periode
akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan (Godfrey, dkk.
2010). Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis
untuk mempresentasikan atribut-atribut konsep Atribut adalah sesuatu yang melekat pada
suatu objek yang menggambarkan sifat atau cirri yang dikandung objek tersebut
(Suwardjono, 2010). Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat
berupa penilaian subyektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain, yang dapat
menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat pula berupa
pengukuran yang lebih obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi jual-beli, merupakan
situasi yang tepat sebagai contoh tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli,
mungkin berukuran satu kilogram, atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata
sehari-hari. Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika
kita mengukur keuntungan dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan
kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah
memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.
Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan khusus untuk menentukan
langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan mengukur suatu
objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk
dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita
melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat
diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai
dengan karakteristik objek yang kita ukur.

2.2 Skala Pengukuran


Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan
semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau
kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan
arti kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan sematik yang
digunakan. Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal,
ordinal, interval atau rasio. (Godfrey, dkk. 2010).
1. Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label. Contohnya
adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan
skala nominal. Torgerson menyatakan: “Dalam pengukuran, nomor yang digunakan
menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari suatu objek, dan bukan
menunjukkan kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam skala nominal, nomor
menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek.” (Godfrey, dkk. 2010).

2. Skala Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan
property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan jenis investasi
untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat
ini. Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa-
apa tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.
3. Skala Interval
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak hanya
member peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya
diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan
menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal
ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat
celcius, maka selain kita dapat mengataka bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita
juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A.
Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.

4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang:
 Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
 Interval antar objek diketahui dan sama
 Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui
Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan
panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih
panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjan dari A. Invarian dalam skala
berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem pengukuran
akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang digunakan dan
pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak
berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga variable-
variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan
keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut
tidak memberikan informasi yang sama.

2.3 Tipe-tipe Pengukuran


Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian.
Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-
jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis yaitu fundamental dan turunan.
Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiric
(hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat,
yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan
turunan yang didiskusikan Campbell. (Godfrey, dkk. 2010).

1. Pengukuran Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa diterapkan
pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran
variabel apapun. Hal-hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume
merupakan hal-hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-
tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda
(jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.

2. Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung
dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan,
yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi, contoh
pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan
pengurangan pendapatan dengan beban.

3. Pengukuran Formal
Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang
dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal yang bisa diamati dengan pasti
(variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung
hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara
untuk mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel
pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep keuntungan dan
bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak langsung. Untuk
mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha menghubungkan hal-hal
yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin
mengukur kemampuan aritmatik orang, kita mungkin memilih untuk menguji mereka
dalam suatu tes aritmatik. Bagaimanapun, tidak ada teori empiris yang konfirmasi untuk
menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat asumsi ketika kita membangun skala
pengukuran. Kita bisa memprediksikan bahwa pada kebanyakan orang, yang mempunyai
nilai tes yang tinggi juga akan berprestasi dalam kuliah matematika.

2.4 Keandalan Dan Ketepatan


Apa yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan pengukuran? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada
pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi
di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan atau
eror.
1. Sumber kesalahan :
 Operasi Pengukuran tidak tetap
Aturan untuk menetapkan nomor untuk properti tertentu biasanya terdiri dari
satu set operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan secara tepat dan
karenanya dapat diinterpretasikan salah oleh pengukur.
 Pengukur
Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau menerapkan
atau membaca instrumen dengan tidak benar.
 Instrumen
Banyak operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris atau
termometer atau barometer, yang mungkin cacat.
 Lingkungan
Pengaturan di mana operasi dilakukan pengukuran dapat mempengaruhi hasil.
 Atribut yang tidak jelas
Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran
melibatkan suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.
 Resiko dan Ketidakpastian
Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Jika semua
pengukuran kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan kesalahan,
maka yang kita butuhkan adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang
diterima. Jika pengukuran masih dalam batas-batas ini maka dapat dianggap
benar dan adil dalam hal akuntansi. (Godfrey, dkk. 2010).

2. Pengukuran yang dapat diandalkan


Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban, pendapatan,
dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut harus mampu untuk
dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan. Gagasan keandalan menggabungkan
dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara
meyakinkan mewakili sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan
berbagai peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran. Istilah ‘presisi’
sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin merujuk ke nomor, dalam hal
ini adalah berlawanan dengan gagasan pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi
pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau
kinerjanya, serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan
berulang kali yang diterapkan pada properti tertentu.
Arti terakhir ini pada dasarnya sama dengan keandalan. Dengan menyatukan dua
istilah, kita dapat mengatakan bahwa keandalan dari pengukuran berkaitan dengan
ketepatan di mana suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu perangkat
operasi.

3. Pengukuran yang akurat


Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang
sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah
akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju ‘nilai sejati ' dari
atribut pengukuran. (Godfrey, dkk. 2010). Sifat fundamental, seperti panjang dari
suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek dengan
standar yang mewakili nilai sebenarnya.
Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui.
Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu
kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk
menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan
dengan gagasan pragmatis dari ‘kegunaan’, tetapi akuntan tidak sama dalam
menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.

2.5 Pengukuran Dalam Akuntansi


Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal dan
laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal.
Laba berasal dari perbandingan dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal dalam satu
periode akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara, contoh : historical
cost, operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan pada kita bahwa konsep
perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan berkembang dari waktu ke waktu dan
menghasilkan beberapa konsep perhitungan yang fundamental. Yang terkini, standar
pelaporan keuangan internasional telah membuat konsep kebih tepat yaitu konsep “nilai
wajar”.
Beberapa pengamat beragumen dan mengkritik konsep “nilai wajar” ini. Bahwa konsep ini
merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan perbedaan
tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan ini lebih focus pada
penilaian “Balance Sheet”, mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi laba yang
sederhana dan lebih menekankan pada relevasi pada realita komersil dan pengambilan
keputusan oleh investor dibadingkan kebenarannya. Pengukuran dalam akuntansi masuk ke
dalam kategori pengukuran turunan untuk modal dan keuntungan. Laba akuntansi sekarang
berasal dari standar akuntansi internasional. Dari perubahan modal selama periode dari
semua kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan fair value aktiva bersih tidak termasuk
transaksi dengan pemilik. Modal berasal dari 'net fair value' aktiva dan kewajiban. .Berarti
kita harus mengukur nilai modal awal, pada jumlah penghasilan yang diterima, jumlah modal
yang digunakan, dan perubahan nilai fair value aktiva bersih. Peningkatan modal selama
periode akan datang akan mengukur jumlah laba dari berbagai macam sumber, termasuk dari
operasional dan penilaian kembali aktiva (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru
atau pembayaran deviden). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali maka akan merupakan
modal awal pada periode berikutnya. (Godfrey, dkk. 2010).
Sebaliknya, pendekatan pengukuran dengan pendekatan yang dilakukan sebelum pengenalan
standar akuntansi internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan terhadap aset bersih
yang digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar dari penggunaan modal
bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal. Keuntungan tidak diperoleh
sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan laba direalisasikan. Sehingga,
modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan perubahan dalam aktiva bersih tidak
dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita dapat melihat bahwa laba turunan sangat
tergantung pada bagaimana kita mengukur modal awal dan bagaimana kita mengukur biaya
dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep penilaian modal dalam akuntansi
telah berkembang dari waktu ke waktu dengan hasil bahwa kita miliki pengukuran atas
modal secara umum dan konsep laba.
Perspektif yang berbeda ini mencerminkan batas-batas berbagai akuntansi dan kurangnya
sebagai model konvensional dan dominan. Ditambahkan dalam hal ini adalah sejumlah
akademis secara signifikan menurun dari waktu ke waktu, tetapi item neraca dan aktiva tidak
berwujud menjadi lebih penting. Baru-baru ini, Akuntansi internasional Standar Board
(IASB) telah mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung kebutuhan untuk
suatu standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan informasi
keuangan yang sebanding.
Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar akuntansi internasional
sebagai sinyal melalui standar akuntansi seperti IAS 39/AASB139 instrumen keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran dan IASB / FASB proyek bersama mengenai pelaporan
keuangan kinerja-(1) bahwa pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus dihubungkan
dengan pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan 'nilai wajar' harus iadopsi sebagai
prinsip pengukuran kerja. Jadi, dari tahun 2005 kami melihat penggunaan (sebagian) dari
suatu prinsip pengukuran yang berfokus pada perubahan nilai aktiva dan kewajiban bukan
penyelesaian proses pendapatan. Singkatnya, ini berarti bahwa perubahan nilai wajar aktiva
dan kewajiban diakui secara langsung mereka terjadi dan dilaporkan sebagai komponen
income. Lebih lanjut, fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian, dengan neraca repositori
utama dari nilai yang relevan sebagai informasi, dan pengguna utama informasi akuntansi
adalah pemegang saham dan investor.

2.6 Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor


Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk pengukuran keuntungan
dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan atas nilai wajar aktiva
bersih. Ketika keuntungan ditentukan dengan cara mencocokkan transaksi pendapatan dan
beban untuk periode auditor dapat berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwa transaksi
tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun, ketika keuntungan
berasal dari perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk auditor sekitar
mengumpulkan bukti pada perkiraan manajemen. Sebagai contoh, salah satu aspek untuk
mengukur keuntungan dengan menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani
oleh standar akuntansi IAS 36/AASB 136. Pernyataan ini mensyaratkan penurunan nilai
aktiva diakui sebagai rugi penurunan nilai. Manajemen entitas diperlukan untuk menilai pada
tanggal laporan apakah ada indikasi bahwa aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut
terjadi, manajemen akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang
dapat dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus
diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan Itu adalah
kerugian penurunan nilai. Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba dalam banyak
kasus.
Audit bimbingan standar internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan perkiraan
nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan untuk mengumpulkan bukti untuk
menilai jika manajemen telah mengikuti standar akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang
diakui sebagai kerugian penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus
menentukan apakah manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan masuk akal
dan asumsi. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian untuk aset tertentu
dan kewajiban yang consedered, auditor dapat menerima metode penilaian yang wajar. Ini
berarti bahwa sulit bagi auditor untuk tidak setuju dengan pemilihan manajemen terhadap
metode penilaian tertentu yang sedang digunakan oleh entitas lain. Auditor harus
mengumpulkan bukti bahwa metode ini diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak
memilih dan memilih metode dari tahun ke tahun tergantung pada hasil keuntungan yang
diinginkan mereka. Auditor juga harus menilai apakah nilai aktiva atau kewajiban dengan
benar ditentukan dari asumsi signifikan manajemen, model penilaian dan data yang
mendasari relevan. Data tersebut akan mencakup suku bunga yang digunakan untuk
mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh perusahaan perbandingan, data royalti,
dan sebagainya. Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang
wajar dan asumsi mungkin, adalah mungkin untuk jumlah diferent tapi masuk akal beberapa
untuk diakui oleh manajemen kerugian penurunan nilai. Jumlah ini berbeda karena itu akan
dapat diterima oleh auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen telah
menerapkan model penilaian benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam situasi ini,
adalah mungkin bahwa auditor menghadapi tekanan dari manajer setuju dengan pilihan
penilaian mereka atau kehilangan audit agar auditor yang lain lebih menyenangkan. Adanya
berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang menimbulkan masalah tersendiri bagi
auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh auditor jika memenuhi
persyaratan :
 Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten,
 Menggunakan asumsi yang beralasan,
 Data yang digunakan untuk penilaian tersebut valid.

Pada prakteknya, Auditor kadang menerima tekanan dari manager perusahaan auditee untuk
menerima metode penilaian atas aset perusahaan tersebut jika tidak maka auditee akan
mencari auditor yang lain. Masalah lain yang muncul adalah audit atas biaya historical
seperti standar biaya persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan ditetapkan secara tepat,
tapi biaya itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang dipengaruhi oleh kondisi yang
berubah-ubah.
BAB III
PENUTUP

Elemen-elemen statement keuangan harus diukur untuk membentuk informasi semantic, yaitu
elemen (object), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Atribut elemen harus diidentifikasi
dan atribut pengukuran yang sesuai dipilih untuk mendapatkan ketepatan penyimbolan.
Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan pada suatu object
(elemen/pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk merepresentasi
makna atribut objek tersebut. Sehingga dua objek atau lebih dapat dibedakan dan
diperbandingkan atas dasar makna tersebut. Setelah elemen-elemen diukur, apakah elemen harus
disajikan melalui statement keuangan atau media pelaporan yang lain. Oleh karena itu,
diperlukan criteria pengakuan atas dasar elemen yang dipilih, pengukuran yang tepat, dan
karakteristik kualitatif. Empat criteria pengakuan utama (fundamental) adalah definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan dalam lingkup kualitas informasi batas atas dan
batas bawah.

DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes (2010),
Accounting Theory, 7th ed., John Wiley & Sons, Inc.
Suwardjono (2010), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi
ketiga, BPFE.

Anda mungkin juga menyukai