Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

MATERI BAB 5
SEJARAH DAN PEMIKIRAN
AKUNTANSI SYARIAH

OLEH
MAULANA SAPUTRA (12170312735)
BAGAS DANA RAMADHAN (12170313450)

DOSEN

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini agar kedepannya dapat lebih
baik.Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.Mungkin
cukup sekian kata pengantar yang dapat kami sampaikan lebih dan
kurang kami mohon maaf assalammualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

KATA PENAGNATAR ············································································i


DAFTAR ISI·························································································ii
BAB I PENDAHULUAN··········································································1
1.1 LATAR BELAANG ···········································································1
1.2 RUMUSAN MASALAH······································································1
1.3 TUJUAN ························································································1
BAB II PEMBAHASAN ···········································································2
2.1 PERKEMBANGAN AWAL AKUTANSI··················································2
2.2 SEJARAH AKUNTANSI······································································3
2.3 ZAMAN AWAL PERKEMBANGAN ISLAM·············································5
2.4 ZAMAN EMPAT KHALIFAH·······························································5
2.5 PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA·······················7
DAFTAR PUSTAKA···············································································11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu manusia
untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran
dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara adil
(Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT
untuk mengelola bumi secara amanah. Sehingga akuntansi sesungguhnya adalah alat
pertanggung jawaban kepada Sang Pencipta dan sesama makhluk, yang digunakan oleh
manusia untuk mencapai kodratnya sebagai khalifah. Dengan perkembangan lembaga
keuangan Islam, Pernyataan wacana Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) juga
dikembangkan. benda Hal ini relevan karena keberadaan institusi atau perusahaan tidak akan
terpisah Proses pencatatan akuntansi. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki kewajiban
Mencatat aktivitas akuntansi yang terjadi Perusahaan selanjutnya mengusulkan persiapan dan
Perkenalkan laporan keuangan kepada pengguna.
1.2 Rumusan masalah
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalahdalam
pembahasan ini adalah:
1. Apa pengertian dari Akuntasi Syariah?
2. Apa Hubungan Syariah Islam dengan Akuntansi?
3. Bagaimana Perkembangan Transaksi Syariah?

1.3 Tujuan penulisan


Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalahdalam
pembahasan ini adalah:
1. Apa pengertian dari Akuntasi Syariah?
2. Apa Hubungan Syariah Islam dengan Akuntansi?
3. Bagaimana Perkembangan Transaksi Syariah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan awal akuntansi


Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu Pasti, yaitu bagian dari ilmu
pengetahuan Yang berhubungan dengan masalah htlkum alam dan perhitungan Yang bersifat
memiliki kebenaran absolut. Sebagai bagian dari ilmu pasti yang perkemangannya bersifat
akumulatif maka setiap penemuan metode baru dalam akuntansi akan menambah dan
memperkaya ilmu akuntansi tersebut. Bahkan pemikir akuntansi pada awal perkembangannya
merupakan seorang ahli matematika seperti Iuca Paciolli dan Musa Al-Khawarizmy.
Penemuan metode baru dalam akuntansi senantiasa nłengalałni penyesuaiall dengan kondisi
setempat, sehingga dalam perkembangan selanjutnya, ilmu akuntansi lebih cenderung
menjadi bagian dari ilmu sosial (social sciencc), yaitu bagian dari ilmu pengetahuan Yang
mempelajari fenomena keadaan masyarakat dengan lingkungan Yang bersifat lebill relatif.
Perubahan ilmu akuntansi dari bagian ilmu pasti menjadi ilmu sosial lebih disebabkan oleh
faktor-faktor perubahan dalam masyarakat Yang semula dianggap sebagai sesuatu Yang
konstan, misalnya transaksi usaha Yang akan dipengaruhi oleh budaya dan tradisi serta
kebiasaan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, akuntansi masih berada di tengah-tengah
pembagian ilmu pengetahuan tersebut hingga kini. Bahkan mayoritas pemikir akuntansi Saat
ini masih menitikberatkan Pada pemikiran positif melalui penggunaan data empiris dengan
pengolahan Yang bersifat matematis.
Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perinlah Allah Swt.
(dalam QS. Al-Baqarah: 282) untuk melakukan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha.
Implikasi lebih jauh, akuntansi adalah keperluan terhadap suatu sistenł pencatatan tentang
hak dan kewajiban sehingga, menjadi pelaporan Yang terpadu dan komprehensif.
Islam memandang akuntansi tidak hanya sekadar ilmu Yang bcbas nilai untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan Saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam
(Islamic values) sesuai ketentuan syariah. Akuntansi Yang kita kenal sekarang diklaim
berkembang dari peradaban barat (sejak Paciolli), padahal apabila dilihat secara mendalam
dari proses Iahir dan perkembangannya, terlihat jelas pengaruh keadaan masyarakat atau
peradaban sebelumnya baik Yunani maupun Arab Islam.
Perkembangan akuntansi, dengan domain "arithmatic quality"-nya, sangat ditopang oleh ilmu
lain, khususnya arithmatic, algebra, mathematics, dan alghorithm pada abad ke-9 M' Ilmu ini
lebih dahulu berkembang sebelum perkembangan bahasa.Ilmu penting ini ternyata
dikembangkan oleh filsuf Islam Yang terkenal yaitu Abu Y usuf Ya'kub bin Ishaq Al-Kindi
Yang Iahir tahun 809 M. Al-Khawarizmy, Iahir tahun 780 M mengenalkan sistem nomor,
desimal, dan angka "0" (zero, sifr, kosong, nol) seperti Yang kita pakai sekarang atau Yang
disebut angka arab dan sudah dikenal sejak 830 M. Hal ini diakui oleh Hendriksen penulis
buku Accounting Theory sebagai sumbangan Arab Islam terhadap akuntansi.

2
2.2 Sejarah Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia. Dari sejak zaman prasejarah,
keluarga memiliki perhitungan tersendiri mencatat makanan dan pakaian yang harus mereka
persiapkan dan gunakan pada  Saat musim dingin. Ketika masyarakat mulai mengenal adanya
"perdagangan",maka Saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan Illkilai
Mengenal sistem (monetary system). bukti tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut dapat
ditemukan  sejak zaman kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun Mesir, dan kode kode
hammurabi (2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di
Ebla, Syria utara.
 walaupun akuntansi telah di mulai dari zaman prasejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca
Pacioli Sebagai Bapak Akuntansi Modern. Paciolli, seorang ilmuwan dan pengajar di
beberapa Universitas yang lahir di Tuscany, Italia pada tahun 1445, merupakan orang yang
dianggap menemukan persamaan akuntansi untuk pertama kali pada tahun 1494 dengan
bukunya: Summa de Arithmetica Geometri'l el Proportiorlalila (A Review of
Arithmetic,Geometry and Proportions).dalam buku tersebut ia memberikan penjelasan
mengenai double entry bookkeeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern, bahkan
juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi
Yang kita kenal    ini seperti penggunaan jurnal, buku besar (ledger), dan memorandum.
Pada Penjelasan mengenai besar telah mencakup aset, utang, modal, pendapatan, dan
beban. la juga telah menjelaskan mengenai ayat jurnal penutup (closing entries) dan
menggunakan neraca saldo (trial balance)untuk mengetahui saldo buku besar.

Sebenarnya, Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book system,
mengingat sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan antara genoa dan venice
pada awal abad ke- 1 3 M setelah terbukanya jalur perdagangan antara timur dan Kawasan
Mediterania. Bahkan, pada tahun 1340 Bendahara kota Massri telah Melakukan pencatatan
dalam bentuk double entry. Hal ini pun diakui oleh Luca paciolli bahwa apa dituliskannya
berdasarkan apa yang telah terjadi di Venice sejak satu abad sebelumnya,
Menurut Peragallo, oratłg yang menuliskan double entry pertama kali adalah seorang
pedagang yang bernama Benedetto Cotrugli dalatn buku della Mcrcatua e del Mcrcate Perfcta
Pada tahun 1458 namun baru diterbitkan pada tahun 1573.
Menurut Vernon Kam ( 1990), ilmu akuntansi diperkenalkan pada zaman Feodalisme Barat,
Namun, setelah dilakukan penelitian sejarah dan arkeologi ternyata banyak data Yang
membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini sudah dikenal akuntansi. Perlu diingat
bahwa matematika yang ditulis Luca Paciolli pada tahun 1491 bukan hal Yang baru lagi
karena sudah dikenal Islam 600 tahun sebelumnya. dalam buku "Accounting Theory”,
Vernon Kam ( 1990) menulis:
"Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry muncul di
Italia pada abad ke- 13. Itulah catatan paling tua Yang kita Miliki mengenai sistem akuntansi
*'double entry" sejak akhir abad ke- 13 itu. Namun adalah mungkin sistem double entry
sudah ada sebelumnya."

3
Selain dari bangsa Eropa yang belajar ke Timur Tengah, pedagang-pedagang muslim pun tak
kalah  andilnya di dalam mensyiarkan (transformasi) ilmu pengetahuan. Ini dimungkinkan,
mengingat kekuasaan Islam saat itu telah menyebar hampir ke separuh daratan Eropa dan
Afrika. Dari jazirah Arab meluas ke Byzantium, Mesir, Suriah, Palestina, Irak (Mesopotamia,
Persia, seluruh Afrika Utara) berlanjut ke Spanyol dengan penyerbuan pasukan yang
dikomandoi panglima Jabal Thariq (kemudian dikenal dengan selat Gibraltar), ke Italia dan
daerah-daerah Asia Timur, hingga ke perbatasan China.
Terjadinya proses transformasi ilmu pengetahuan tadi, juga dimungkinkan mengingat Al
Quran yang menyerukan semua orang untuk berdakwah. Kota-kota yang berada di wilayah
kekuasaan Islam tersebut seperti Kairo, Alexandria, Damsyik, Baghdad merupakan pusat
perdagangan internasional yang cukup pcsat dan ramai. Melalui perdagangan inilah
kebudayaan dan teknologi muslim tersebar di Eropa Barat, Amalfi, Venice, Pisa, dan Genoa
merupakan pelabuhan utama dan terpenting yang menghubungkan perdagangan dari
pelabuhan pedagang muslim di Afrika Utara dan laut Tengah bagian timur, ke kota-kota
Kristen seperti Barcelona, Konstantinopel, dan Acre.
Apa yang dilakukan oleh luca Paciolli memiliki kemiripan dengan apa yang telah disusun
oleh pemikir muslim pada abad ke-8— 10 M. Kemiripan tersebut antara lain (Siswantoro,
2003) adalah sebagai berikut.

4
2.3 ZAMAN AWAL PERKEMBANGAN ISLAM
Pendeklerasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M bertetapan dengan 1 H) didasari
dengan konsep bahwa seluruh umat muslim adalah bersaudara dan tanpa membeda-bedakan
dari segi apapun. Sehingga kegiatan kenegaraan dilakukan dengan saling kerja sama. hal ini
dimungkinkan karena negara yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak memiliki
pemasukkan maupun pengeluaran. karena itu Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam
bertindak sebagai kepala negara, ketua mahkama agung, mufti besar, dan panglima perang
tertinggi, serta penanggung jawab administrasi negara. Bentuk kesekretariatan masih
sederhana karena baru di dirikanpada akhir tahun ke-6 H. Telah menjadi tradisi, bahwa
bangsa arab melakukan 2kali perjalanan kafilah perdagangan, yaitu musim dingin ke Yaman,
dan musim panas ke As-Syam (syria, lebanon, jordania, palestina dan israel). Dan akhirnya
perdagangan tersebut berkembang hingga ke bangsa Eropa terutama setelah penaklukan
Mekah.
Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu ketika ada kewajiban zakat dan ‘ush (pajak
pertanian dari muslim) dan perluasan wilayah hingga munculnya jizyah (pajak perlindungan
dari non muslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian non muslim)maka dari itu Rasulullah
mendirikan baitul maal pada awal abad ke-7, konsep ini cukup maju pada zaman tersebut
dimana seluruh penerimaan dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin negara dan baru
akan dikeluarkan untuk kepentingan negara, walaupun dikatakan pengelolaan baitul maal
masihsederhana tetapi Rasulullah telah memilih petugas qadi, juga sekretaris dan pencatat
administrasi pemerntahan. Yang ditinjuk Rasulullah berjumlah 42 orang dan telah dan telah
dibagi dalam empat pembagian tugas yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan dan
pencatatan tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.

2.4 ZAMAN EMPAT KHALIFAH


Pada pemerintahan Abu Bakar radiallahu’anhu, pada saat itu pengelolaan baitul maal masih
sangat sederhana karena pemasukan dan pengeluaran dilakukan dengan seimbang dan hampir
tidak ada sisa dari hasil pengelolaannya. Pada kepemimpinan Umar bin Khatab
radiallahu’anhu, terjadi perubahan sistem administrasi yang cukup signifikan dengan
mengajukan istilah Diwan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636 M). Katadiwan berasal dari
bahasa Arab yang merupakan bentuk kata benda dari Dawwana berarti penulisan, dengan
artian diwan ini sebagai tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi
dicatat dan disimpan. Diwan ini berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah umar
memilih beberapa petugas untuk pengelolaan dan pencatatan dari persia untuk mengawasi
pembukuan baitul maal. Awal pendirian ini disarankan dari homozon-seorang tahanan persia
dan menerima islam dengan menjelaskan tentang sistem administrasi yang dilakukan oleh
Raja Sasanian (Siswantoro 2003) ini terjadi setelah peperanganAl-Qadisiyyah persia dan
pangluma perang Sa’ad bin abi waqqas, al walid bin mughira para sahabat nabi mengusulkan
agar dibuatkan pencatatan untuk setiap penerimaan dan pengeluaran negara. Hal ini
menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke satu lokasi lainnya sebagai
akibat dari hubungan antar masyarakat. Baitul maal juga sudah tidak terpusat lagi dimadinah
dan mulai berkembang di daerah-daerah taklukkan Islam. Diwan yang dibentuk oleh khalifah
Umar memiliki 14 depertemen dan 17 kelompok dimana pembagian depertemen tersebut
menunjukkan adanya pembagian tugas dalam sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang

5
baik. Pada masa itu istilah awal pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi istilah
Journal dalam bahasa Inggris yang berarti berita.
Sejarah lahirnya ilmu akuntansi syariah tidak lepas dari perkembangan islam, kewajiban
mencatat transaksi non tunai sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah: 282
mendorong umat islam untuk peduli terhadap pencatatan dan menimbulkan tradisi pencatatan
dikalangan umat, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong kerjasama
pada zaman itu. Sejarah membuktikan bahwa ilmu akuntansi telah lama dipraktekkan dalam
dunia islam, seperti istilah jurnal, telah lebih dulu digunakan ketika masa khalifah islam
dengan isltilah “jaridah” untuk buku catatan keuangan. Begitu juga dengan double entry yang
ditulis oleh Luca Pacioli. Dengan begitu kita tau bahwa Islam lebih dahulu mengenal sistem
akuntansi karena Al-Qur’an telah turun pada tahun 610 M, yakni 800 tahun lebih dahulu dari
Luca Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494. Pencatatan dimulai pada masa
rasulullah yaitu saat diturunkannya surah al-baqarah : 282 tentang perintah pencatatan
transaksi nontunai. Rasulullah kemudian membentuk hafazhatul amwal (pengawas keuangan)
untuk membersihkan muamalah maaliah (keuangan) dengan menekankan pada pencatatan
keuangan. Pada masa rasulullah, pencatatan dilakukan untuk mengetahui utang-piutang serta
perputaran uang , seperti pengeluaran dan pemasukan. Selain itu pencatatan digunakan untuk
menghitung harta keseluruhan yang kemudian akan dihitung kadar zakat yang harus
dikeluarkan. Praktik akuntansi kemudian dilakukan pada saat Rasulullah Saw mendirikan
Baitul Maal pada abad ke-7 Rasulullah Saw yang berfungsi untuk menghimpun dan
mengelola seluruh penerimaan Negara, seperti pembayaran wajib zakat, ‘ushr (pajak
pertanian dari muslim) dan jizyah (pajak perlindungan non muslim yang tinggal di daerah
yang ditinggali muslim), serta juga adanya kharaj (pajak pertanian dari non muslim). Dengan
adanya baitul maal mendorong pemerintah membuat laporan keuangan dan melakukan
pencatatan pada setiap transaksi, seperti pengeluaran yang dibutuhkan untuk kepentingan
Negara. Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh beberapa pihak dalam Islam: Aal- amil,
Mubashor, Al-khatib, namun yang terkenal adalah Al-katib yang menunjukkan orang yang
bertanggung jawab atas amanah yang telah diberikan untuk menuliskan dan melaporkan kasil
keuangan maupun non keuangan. Sementara itu untuk khusus akuntan juga dikenal dengan
nama Muhasabah/Muhtasib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab dari amanah
yang telah diberikan dalam melakukan perhitungan. Muhtasib adalah orang yang telah
bertanggung jawab atas lembaga al- hisbah dan tidak bertanggung jawab atas eksekutif.
Muhtasib juga bertanggung jawab atas pengawasan dipasar dan tidak hanya persoalan ibadah.
Ibnu tahimiya berpendapat bahwa muhtasib adalah kewajiban publik, muhtasib ini bertugas
untuk menjelaskan berbagai tindakan yang tidak pantas dilakukandalam berbagai bidang
kehidupan. Termasuk tugas muhtasib adalah mengawasi orang yang tidak sholat, tidah puasa,
mereka yang memilii sifat dengki, berbohong, melakukan penipuan, mengurangi timbangan,
praktik kecurangan dalam industri, perdagangan, agama, dan sebagainya. (siddiqi dalam
boydoun, 1982).
Secara etimologis, kata akuntansi berasal dari bahasa inggris, yaitu “Accounting” dalam
bahasa arabnya disebut “muhasabah”yang berasal dari kata hasabah, hasibah yang artinya
menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi dan menuliskan. Ini berarti menghitung
dengan tepat atau akurat yang harus dicatat dalam beberapa buku. Kata “Hisab” sering
ditemukan dalam Al-Qur’an yang memiliki arti hampir sama yaitu diakhiri dengan jumlah
atau angka. Jumlah kata dalam ayat-ayat ini menunjukkan angka atau perhitungan yang ketat,

6
akurat, teliti dan bertanggungjawab ( Ramli: 2005) Seperti disebutkan diatas, akuntansi
adalah sistem yang mengubah transaksi menjadi informasi keuangan. Selain itu, transaksi
islam adalah transaksi yang dilakukan sesuai dengan hukum islam ( Sri: 2011). Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa akuntansi syariah yang ditangani dalam transaksi syariah yang
dilakukan sesuai dengan hukum syariah yaitu menurut hukum islam Al-Qur’an dan sunnah
(Sony: 2011). Akuntansi dalam Islam merupakan domain muamalah artinya diserahkan pada
kemampuan manusia untuk mengembangkannya. Hal itu sejalan dengan pengertian
muamalah Bahwa semua diperbolehkan untuk dilakukan manusia kecuali ada Larangan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Artinya bahwa akuntansi islam dibangun atas dasar
pemikiran manusia yang mengindahkan hukum-hukum Allah SWT. Al-Qur’an dan AlHadis
hanya membekalinya dengan beberapa nilai seperti nilai etika, moral, kebenaran, keadilan,
terpercaya, bertanggung jawan dan sebagainya. Menurut Muljono(2019:1) akuntansi yang
dilaksanakan oleh perusahaan atau organisasi pada umumnya mengacu pada prinsip
akuntansi atau standart akuntansi keuangan (SAK). Akuntansi syariah adalah akuntansi yang
pada proses transaksi keuangannya menggunakan akad sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an
dan Hadis dan ijmak. Akuntansi syariah adalah teori akuntansi yang bertujuan untuk
mempertanggungjawabkan tindakan manusia di bidang pengelolaan kekayaan yang
dipercayakan kepada pengelola dengan cara yang tepat dan sesuai dengan syariat Allah SWT.
Syariah Allah SWT mencakup aturan dan peraturan yang meliputi aspek iman, hukum
amaliah dan etika. Akuntansi syariah harus memiliki ketiga unsur tersebut. Aspek keimanan
menjadikan Syariat mengandung tauhid kepada Allah SWT. Aspek amaliah hukum
menjadikan akuntansi syari’ah berdasarkan pemahaman membuat akta akuntansi menjadi sah
hak dan kewajibannya, hukuman dan ganjaran yang dipahami dari “urf syaari” dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, akuntansi syariah harus mendorong perilaku tauhid
dan dilakukan atas dasar hukum amaliah yang diwakili oleh fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hukum amaliah ini dibuat untuk
mewujudkan maqashid syariah, yaitu aspek moral.
Akuntansi syariah dibangun berdasarkan syariat islam, maka nila trancendental akuntansi
syariah terlihat jelas. Menurut Dewi Adeh (2017:56) Hal ini merupakan indikasi yang kuat
bahwa akuntansi syariah tidak semata-mata menjadi instrumen bisnis yang introfan tetapi
juga sebagai instrumen yang melintas batas dunia profan. Dengan demikian akuntansi selama
ini dikenal sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan, maka akuntansi
syariah lebih daripada itu yaitu pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan dan Tuhan.

2.5 PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA


Pada waktu Indonesia merdeka, hanya ada satu orang akuntan pribumi, yaitu Prof. Dr.
Abutari, sedangkan Prof. Soemardjo lulus pendidikan akuntan di negeri Belanda pada tahun
1956. Akuntan-akuntan Indonesia pertama lulusan dalam negeri adalah Basuki Siddharta,
Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tie Siem, mereka lulus pertengahan tahun 1957.
Keempat akuntan ini bersama dengan Prof. Soemardjo mengambil prakarsa mendirikan
perkumpulan akuntan untuk bangsa Indonesia saja.
Pada tanggal 17 Oktober 1957, kelima akuntan tersebut mengadakan pertemuan di aula
Universitas Indonesia (UI) dan bersepakat untuk mendirikan perkumpulan akuntan Indonesia.
Perkumpulan yang akhirnya diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tersebut berdiri

7
pada 23 Desember 1957, yaitu pada pertemuan ketiga yang diadakan di aula UI pada pukul
19.30.
Konsep Anggaran Dasar IAI yang pertama diselesaikan pada 15 Mei 1958 dan naskah
finalnya selesai pada 19 Oktober 1958. Menteri Kehakiman mengesahkannya pada 11
Februari 1959. Namun demikian, tanggal pendirian IAI ditetapkan pada 23 Desember 1957.
Saat itu, tujuan IAI adalah:Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu
pendidikan akuntan.Mempertinggi mutu pekerjaan akuntan.
IAI bermaksud menghimpun potensi Akuntan Indonesia untuk menjadi penggerak
pembangunan nasional dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. IAI bertujuan mengembangkan dan mendayagunaakan potensi
Akuntan Indonesia sehingga terbentuk suatu cipta dan karya Akuntan Indonesia untuk
didarmabaktikan bagi kepentingan bangsa dan Negara. IAI berfungsi sebagai wadah
komunikasi yang menjebatani berbagai latar belakang tugas dan bidang pengabdiannya untuk
menjalin kerjasama yang bersifat sinergi secara serasi, seimbang dan selaras.
Untuk mencapai maksud, tujuan, dan fungsinya, IAI melaksanakan beragam kegiatan
diantaranya pendaftaran dan pelayanan keanggotaan; pengembangan dan penyusunan standar
akuntansi keuangan; pengembangan dan penegakkan kode etik akuntan; pemberian
konsultasi untuk pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi; publikasi; hubungan
internasional; menjadi pusat pengetahuan dan pengembangan akuntansi; menjaga dan
meningkatkan kompetensi akuntan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan; melaksanakan
sertifikasi di bidang akuntansi sebagai tolak ukur standar kualitas keprofesian; serta menjaga
kepercayaan pemakai jasa dan masyarakat luas atas hasil kerja profesi akuntan yang
tergabung dalam IAI.
Saat ini IAI merupakan satu-satunya wadah yang mewakili profesi akuntan Indonesia secara
keseluruhan. IAI merupakan anggota International Federation of Accountants, organisasi
profesi akuntan dunia yang merepresentasikan lebih 2,5 juta akuntan yang bernaung dalam
167 asosiasi profesi akuntan yang tersebar di 127 negara. Sebagai anggota IFAC, IAI
memiliki komitmen untuk melaksanakan semua standar internasional yang ditetapkan demi
kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di Indonesia. IAI juga merupakan anggota
sekaligus pendiri ASEAN Federation of Accountants (AFA). Saat ini IAI menjadi sekretariat
permanen AFA.
Perkembangan akuntansi sebagai bagian dari sosiologi telah mengalami perubahan nilai
yang sangat mendasar dan signifikan, terutama berkenaan dengan sistem hipotetis dasar yang
diarahkan oleh perubahan yang terjadi dalam kehidupan individu. Karim mengungkapkan,
selama ini apa yang dijadikan alasan pengembangan hipotesis pembukuan lahir ke dunia dari
setting budaya dan filsafat.
Akuntansi konvensional menjadi akuntansi syariah dari nilai budaya masyarakat dan ajaran
Islam yang yang kemudian dipraktikan dalam kehidupan sosial-ekonomi. Akuntansi syariah
harus dilihat sebagai perkembangan sosial budaya Islam untuk mengeksekusi aspek keuangan
Islam dalam latihan moneter. Pembukuan syariah adalah sub-pengaturan dari kerangka
moneter dan moneter Islam, digunakan sebagai instrumen untuk membantu penggunaan
kualitas Islam dalam domain pembukuan, pekerjaan utamanya adalah sebagai perangkat
administrasi untuk memberikan data ke pertemuan internal dan eksternal organisasi. Bank

8
Syariah Sebagai landasan Awal Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia Kemajuan
akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Bank Syariah.
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) menjadi alasan yang melatarbelakangi
dilaksanakannya pengajian Islam sebagai pembantu muamalah. Yayasan ini dimulai dengan
perkembangan siklus tdan ulama Islam dengan tujuan akhir untuk menyambut bangsa
Indonesia ke muamalah sesuai pelajaran yang benar. Silaturahmi ini dimulai oleh beberapa
pelopor Islam, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang sekitar tahun 1990-an. Setelah berdirinya bank syariah, ada keanehan ketika
bank menawarkan ekspresi moneter. Dimana pada saat itu sistem akuntansi tidak mengacu
pada akuntansi menurut syariat Islam. berikut ini adalah dalam persyaratan akuntansi syariah.
Pendirian bank syariah tentunya memerlukan pengaturan aturan yang tidak dapat dipisahkan
antara lain pedoman keuangan tertentu, persyaratan pengurusan, pemeriksaan, persyaratan
pemahaman materi syariah, dan lain-lain. Akibatnya, banyak analis menerima bahwa
munculnya kebutuhan, peningkatan hipotesis dan praktik pembukuan Islam adalah karena
fondasi bank syariah. Pondasi bank syariah adalah jenis pelaksanaan masalah keuangan
Islam. Selanjutnya, dilihat dari informasi arsip, sangat baik dapat diuraikan bahwa
keberadaan gagasan yang dapat diverifikasi tentang pembukuan Islam adalah setelah adanya
pedoman akuntansi keuangan Islam, setelah pengaturan pemahaman yang lebih substansial
tentang apa dan bagaimana pembukuan Islam itu, dan pengembangan yayasan yang fokus
pada pembukuan Islam.
Maka pada umumnya, mulai sekitar tahun 2002, pemikiran dan kehadiran pembukuan
Islam muncul, baik dalam informasi seharihari maupun fakta. Sebagai catatan, IAI baru-baru
ini membentuk kelompok Penasehat Pembukuan Syariah di Indonesia. Memasuki pada tahun
2009 akuntansi syariah di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Dengan tujuan agar
izin bank lain muncul. Kemudian, pada saat itu, berbagai bank mengikuti kerangka syariah,
misalnya ada bank syariah Bukopin, Bank Panin syariah, dan bank syariah BRI dan bank
syariah lain sebagainya. Kemudian Pada tahun 2010, bank umum publik akhirnya melepas
bank berbasis syariah. Misalnya ada BCA Syariah, BNI Syariah, Maybank Syariah dan masih
banyak lagi yang saat ini sudah terkonsolidasi dan dijadikan manjadi satu yaitu BANK
SYARIAH INDONESIA (BSI). Khususnya dalam kemajuan pedoman akuntansi syariah di
Indonesia dan kehadiran Komite Syariah Publik yang mengelola setiap gerakan sesuai
dengan peraturan Islam.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian serta pemaparan makalah di atas, dapat diduga bahwa landasan pengembangan
akuntansi syariah adalah: dalil Al-Qur'an yang mewajibkan pencatatan setiap amalan
muamalah yang merupakan salah satu jenis kewajiban pada pencatatan informasi yang telah
selesai dilakukan. Ilmu akuntansi syariah merupakan tradisi informasi yang ditinggalkan oleh
peradaban Islam pada masa lalu. Jadi tanpa henti melindungi warisan ini adalah dengan
berkonsentrasi padanya. Sehingga menjadi perdebatan bagi para cendekiawan Muslim untuk
membenarkan tuduhan bahwa pembukuan Islam adalah akibat dari pencurian sastra dari
pembukuan barat. Demikian pula, kemajuan bank-bank Islam dan lembaga moneter sebagai
asosiasi yang umumnya baru menghadirkan kesulitan yang signifikan. Para Spesialis syariah
dan pembukuan Islam harus melacak alasan pemanfaatannya Terlebih lagi, perkembangan
normanorma pembukuan yang khas dalam kaitannya dengan pedoman pembukuan bank
tradisional dan yayasan keuangan seperti yang dikenal selama ini. Karena pada tingkat dasar
bank Islam dan lembaga keuangan tidak sama dengan bank biasa dan yayasan keuangan
konvensional. Dalam akuntansi syariah juga menerapkan dan mengedepankan tujuan dan
prinsip dalam setiap kegiatan transaksi dimana tujuan dan prinsip ini berlandaskan pada
syariat islam.
3.2 SARAN
Menurut saya Akutansi syariah di Indonesia harus di kembangkan secara besar-besaran
dinegara Indonesia, serta pemerintah harus ikut secara penuh dalam mengembangkan
akuntansisyariah, dengan cara meningkatkan fasilitas-fasilitas pendukung, dan
mengembangkan sumberdaya insani agar tercipta insan yang berkualitas sesuai dengan
bidang kemampuannya danmemajukan negara Indonesia sesuai dengan syariat islam.

10
DAFTAR ISI
Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Salemba
Empat (Edisi 5, 2019).
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
H. Zaenal Arifin, SH, MKn, Akad Mudarabah (Indramayu: Penerbit Adab CV. Adanu
Abimata, 2021)

Adi Warman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafino
Persada, 2014)

11

Anda mungkin juga menyukai