Anda di halaman 1dari 7

A.

Perekonomian di Amerika Serikat


Para pakar ekonomi pertama kali melihat kesehatan sebuah negara dengan
mengajukan dua pertanyaan yaitu; Seberapa besar negara tersebut dari sudut
pandang ekonomi dan berapakah standar hidupnya. Maka untuk mengukur suatu
pertumbuhan suatu ekonomi maka harus melihat output negara tersebut dan
tingkat produksi suatu negara secara keseluruhan.
Ekonomi Amerika Serikat adalah ekonomi terbesar di dunia. Pada tahun
2010 output Amerika sebesar $14,7 trilliun yang berkontribusi atas 23% ekonomi
di dunia. Hal tersebut menjadikannya sebagai negara terbesar di dunia dalam
bidang ekonomi dan standar hidup Amerika sangatlah tinggi yang mana output
perorang adalah $47.300. Amerika Serikat bukanlah negara dengan output per
orang yang paling tinggi didunia, tetapi yang paling mendekati dengan yang
paling atas.
Pakar ekonom dunia melihat suatu kesehatan negara dengan melihat
dengan tiga variabel dasar:
1. Pertumbuhan Output (Output growht)
2. Tingkat pengangguran (unemployment rate)-proporsi pekerja dalam ekonomi
yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan
3. Tingkat inflasi (Inflation rate) - tingkat dimana rata-rata harga barang dalam
ekonomi meningkat selama beberapa waktu. Oleh karena itu tabel dibawah
ini menjelasakan bagaimana angka angka untuk ketiga variabel ekonomi
Amerika Serikat disajikan:

Pada tabel diatas memperjelas angka-angka pada tahun tersebut, kolom


pertama menyajikan rata rata nilai tingkat pertumbuhan output, tingkat
pengangguran, dan tingkat inflasi di Amrika Serikat selama periode 1980 hingga
1999. Kolom berikutnya menyajikan tahun tahun yang memberikan angka-angka
pertama untuk periode tahun 2000 hingga 2007, dan kemudian angka untuk setiap
tahun dari tahun 2008-2012.
Pada kolom pertama tahun 2007, tepat sebelum terjadinya krisis para pakar
ekonomi merasa optimis dengan perekonomian Amerika Serikat. Tingkat
pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2000 adalah 2,6% sedikit lebih rendah dari rata
rata 20 tahun sebelumnya, tetapi masih cukup tinggi bagi sebuah negara maju.
Demikian juga, rata rata tingkat pengangguran sejak tahun 2000 adalah 5,0%
yang secara substantial lebih rendah dari 20 tahun sebelumnya. Dan inflasi pada
saat itu juga rendah, yaitu hanya 2,8% secara rata rata sejak tahun 2000, yang
sekali lagi secara substansial lebih rendah dari inflasi masa lalu.
Ketika krisis melanda, dapat dilihat pada angka angka tahun 2008 dan
selanjutnya. Output tidak tumbuh pada tahun 2008 dan menurun sebesar 3,5%
pada tahun 2009. Penggangguran meningkat secara dramatis, hingga mendekati
10%. Inflasi menurun, menjasi sedikit negatif pada tahun 2009 dan kemudian
tetap positif tetapi sejak saat itu rendah lagi . Pada tahun 2010, ekonomi bangkit
kembali dengan pertumbuhan sebesar 3%. Akan tetapi, sejak saat itu perumbuhan
kembali menurun menjadi sedemikian lemah sehingga penggauran diramalkan
akan tetap tinggi untuk waktu yang lama.

B. Penyebab Krisis Keuangan di Amerika Serikat


Penyebab terjadinya kriris di Amerika Serikat yaitu kredit macet subprime
mortgage pada pertengahan tahun 2007, Amerika Serikat dilanda krisis subprime
mortgage dan memuncak pada September 2008, yang ditandai dengan
pengumuman kebangkrutan beberapa lembaga keuangan. Awal mula masalah
tersebut terjadi pada periode 2000-2001, saat saham saham perusahaan dotcom. di
Amerika Serikat kolaps, sehingga perusahaan-perusahaan yang menerbitkan
saham tersebut tidak mampu membayar pinjaman ke bank. Untuk mengatasi hal
tersebut, The Fed (Bank Sentral AS) menurunkan suku bunga.
Suku bunga yang rendah dimanfaatkan oleh para perusahaan developer dan
perusahaan pembiayaan perumahan. Rumah-rumah yang dibangun oleh developer
dan dibiayai oleh perusahaan pembiayaan perumahan adalah rumah-rumah
murah, yang mana lembaga keuangan pemberi kredit kepada penduduk yang
sebenarnya tidak layak mendapatkan pembiayaan dalam arti rumah dijual kepada
kalangan berpenghasilan rendah yang tidak memiliki jaminan keuangan yang
memadai.
Kemudahan pemberian kredit terjadi justru ketika harga properti di AS
sedang naik. Pasar properti yang sedang bergairah membuat spekulasi di sektor
tersebut meningkat kredit properti memberi suku bunga tetap selama tiga tahun
yang membuat banyak orang membeli rumah dan berharap bisa menjual dalam
tiga tahun sebelum suku bunga disesuaikan.
Perusahaan-perusahaan tersebut berani memberikan KPR karena memiliki
skema menyita dan menjual kembali rumah jika seandainya terjadi gagal bayar.
Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa banyak pemilik rumah di Amerika
yang gagal akan memenuhi kewajiban kredit KPR. Akibatnya, perusahaan
pemberi KPR menghadapi kredit macet dan tidak mampu membayar kembali
utangnya. Disisi lain, banyak rumah yang disita oleh bank (foreclosed) dan saat
dijual ternyata harga pasar properti sudah turun drastis.
Krisis kredit di Amerika Serikat berakibat kredit bertambah mahal dan sulit
diperoleh, banyak bank enggan memberikan pinjaman kepada nasabah. Para
banker lebih suka mencari aman (safety) dengan pola kredit ketat, dan tindakan
ini logis sebagai langkah preventif meminimalisasi risiko dari pengaruh mortgage.
Terakumulasinya dana besar di sektor perumahan telah melahirkan stagnasi
yang berakibat melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun
2007 yang diperkirakan tumbuh 2,3%, padahal tahun 2006 tumbuh 3,3%.
Keadaan ini juga diikuti dengan memburuknya keadaan sosial dengan tingkat
angka pengangguran sebesar 4,9%, sementara pada tahun 2006 3%. Inflasi pada
tahun 2006 sebesar 2,1% dan tahun 2007 meningkat menjadi 4,3%
Subprime mortgage ini juga mengacaukan bursa sejak pertengahan tahun
2007 memanas, dan satu per satu perusahaan besar berjatuhan seperti: Bear Stern,
Morgan Stanley, Citigroup, bahkan General Motor pun jatuh. Subprime mortgage
penyebab krisis pasar uang antar bank, menelan korban sampai Eropa dan Jepang.
Bank-bank dan perusahaan sekuriti telah menghapus buku asset, kerugian kredit
per 1 April 2008 US $ 232 miliar. Banyak perusahaan menjadikan subprime
mortgage sebagai jaminan (underlying asset ) untuk surat-surat utang.

C. Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat terhadap Krisis Keuangan


Dalam mencegah krisis yang semakin besar pemerintah AS pada saat
dibawah pemerinthana George W. Bush. menerapkan beberapa kebijakan, yaitu:
 Memberikan dana talangan (bailout) sebesar USD 700 miliar. Dana itu
ditujukan untuk menyelamatkan institusi keuangan dan perbankan demi
mencegah krisis ekonomi yang berkepanjangan. Bailout juga dilakukan
dalam bentuk pembelian surat utang subprime mortgage yang macet dari
investor
 Menaikkan suku bunga 0,5 persen menjadi 1,5 persen. Hal ini dilakukan agar
dana-dana masyarakat tidak mengendap di bank dan bisa menggerakkan
sektor riil
 Pemerintah juga berjanji membeli surat berharga jangka pendek USD 900
miliar. Adapun Bank central Amerika juga mengumumkan rencana radikal
untuk menutup sejumlah besar utang jangka pendek yang bertujuan
menciptakan terobosan dalam kemacetan kredit yang mengakibatkan krisis
finansial global
Pasca pemerinthan Bush, dengan berbagai gejolak krisis finansial, Amerika
Serikatpun dipimpin oleh kubu demokrat. Obama saat itu mewarisi krisis yang
parah. Adapun kebijakan yang diambil oleh Obama pada saat itu adalah:
 Memberikan paket bantuan lebih dari 700 miliar AS. Paket ini dimaksud
untuk menyelamatkan perekonomian Amerika Serikat, teruatama warga kelas
menengah ke bawah
 Menjamin adanya pengawasan yang ketat terhadap lembaga-lembaga
keuangan. Selama ini para Direktur, manajer, dan pejabat-pejabat lembaga
keuangan menikmati gaji dan bonus yang besar, jet dan kapal pesiar, dan
kehidupan yang mewah
 Melakukan penghematan diberbagai sektor dalam upaya mengatasi krisis
namun tetap mendorong investasi yakni disektor energi, asuransi kesehatan
dan pendidikan
 Menaikkan plafon utang negara dari 14,3 triliun dollar AS (2011) dimana
sebelumnya berjumlah 10,6 triliun dollar AS sejak Obama memimpin
pemerintah (2009)

D. Dampak Krisis keuangan Amerika Serikat secara Global


Krisis Keuangan di Amerika Serikat merambat ke sektor lainnya diseluruh
dunia. Karena keuangan yang melanda Amerika Serikat pada awal dan
pertengahan tahun 2008 menyebabkan daya beli masyarakat turun. Amerika
Serikat yang dikenal sebagai konsumen terbesar atas barang. Barang dari negara
lain harus mengurangi impor untuk menstabilkan ekonomi.
Bank-bank di Amerika Serikat, Eropa, Asia (terutama Jepang), Australia,
dan lembaga investasi teratas di dunia yang memiliki subprime mortgage
securities ikut terkena dampaknya. Lembaga tersebut mengalami kerugian hingga
miliaran dolar, sementara bank-bank dan lembaga investasi tersebut tercatat di
bursa saham. Kondisi ini menyebabkan kejatuhan pasar saham di seluruh dunia.
Selain kerugian bagi bank berskala global, terjadi pengeringan likuiditas di
pasar modal dan perbankan global yang akan diiringi dengan penarikan dana baik
yang berbentuk portofolio saham, obligasi maupun pinjaman dalam valuta asing
sehingga pendanaan dalam valuta asing akan sangat sulit didapat dan menjadi
mahal.
Tidak berbeda dengan di Amerika Serikat dimana Bank/Institusi
Keuangan/Korporasi besar bangkrut, hampir di seluruh kawasan Eropa
mengalami hal yang sama. Berbeda dengan kawasan Asia Pasifik, kebangkrutan
Bank/Institusi Keuangan/Korporasi hanya dialami oleh Singapura dan negara lain
di kawasan Asia Pasifik hanya mengalami kerugian pada Bank/Institusi
Keuangan/Korporasi mereka.
Namun, dampak lain seperti peningkatan inflasi, penurunan pertumbuhan
ekonomi, dan runtuhnya indeks bursa saham sama dirasakan oleh sebagian
negara-negara di kawasan Eropa dan Asia Pasifik. Negara di kawasan Eropa yang
terkena dampak langsung krisis keuangan di Amerika Serikat adalah Islandia,
Rusia, Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman. Sedangkan negara di kawasan
Asia Pasifik yang terkena dampaknya adalah Cina, Taiwan, Singapura, Jepang,
dan Australia.
E. Dampak Krisis keuangan Amerika Serikat terhadap Indonesia
Melambatnya perekonomian Amerika Serikat yang dilanda krisis finansial
telah menimbulkan dampak bagi perekonomian Indonesia, bahkan menurunkan
minat investor global untuk menambah investasi di Indonesia. Hal ini akan
mengakibatkan instability nilai tukar rupiah yang melemah, karena penurunan
aliran modal asing yang masuk ke Indonesia.
Imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat
pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan triwulan III-2008,
perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV-2008.
Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena
anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia
mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan
signifikan. Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus
modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Dua komoditi ekspor utama Indonesia diekspor ke Amerika, yaitu CPO
(Crude Palm Oil) dan Batubara (Coel). CPO di Pasar Rotterdam mengalami
penurunan harga dari USD1,207 per metrik ton di bulan Juni 2008, menjadi USD
705 per metrik ton di bulan September 2008. Sementara, batubara (coal) di Pasar
US Spot Big Sandy juga mengalami penurunan harga dari USD133,5 per short
ton pada Juni 2008 menjadi USD112,5 per short ton pada September 2008.
Secara relatif, posisi Indonesia sendiri secara umum bukanlah yang
terburuk di antara negara-negara lain. Perekonomian Indonesia masih dapat
tumbuh sebesar 6,1% pada 2008. Indonesia mampu bertahan dari dampak yang
sangat dalam. ada beberapa indikator ekonomi yang menjadi penguat
perekonomin dari serangan krisis keuangan tahun 2008, yaitu:
 Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari 5,5% di tahun 2006 menjadi
6,3% di tahun 2008.
 Ekonomi Indonesia masih tumbuh 6,4% pada awal tahun 2008 melalui tiga
sektor, yaitu pertanian, pengangkutan dan telekomunikasi, dan sektor listrik,
air bersih dan gas.
 Pertumbuhan konsumsi meningkat 3,2% di tahun 2006 menjadi 5,0% pada
tahun 2007 dan diprediksikan akan terus meningkat.
 Pembentukan modal tetap bruto meningkat tajam dari 2,5% di tahun 2006
menjadi 9,2% di tahun 2007.
 Pengeluaran pemerintah menurun dari 9,6% menjadi 3,9%.
 Pertumbuhan sektor pertanian meningkat dari 3,4% (2006) menjadi 3,5%
(2007).
 Terkendalinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (USD).
 Laju inflasi relatif terkendali. Inflasi di Indonesia pada waktu itu sempat
tinggi yaitu 12,14% (September 2008) karena bertepatan dengan bulan
Ramadhan dan I’dul Fitri.
 Menurunnya suku bunga (BI Rate).
 Penerimaan dalam negeri (pajak) terus meningkat.
Dengan fundamental ekonomi Indonesia yang sudah cukup kuat sebelum
terjadinya krisis keuangan global, Indonesia yakin mampu menjaga
perekonomian dalam negeri dalam kondisi stabil walaupun sudah pasti tetap
merasakan imbas krisis keuangan global ini.
Kondisi moneter Indonesia cukup stabil. Tingkat likuiditas perbankan
masih terjaga walaupun masing-masing bank lebih ketat menjaga likuditas
banknya karena kekhawatiran akan terimbas dampak krisis keuangan global yang
sedang melanda sehingga transaksi peminjaman dana segar antar bank untuk
sementara sangat sulit berjalan.
Tingkat inflasi yang terjaga pada tingkat 6,6% antara tahun 2006-2007
meningkat menjadi 10,47% pada akhir September 2008. Namun, kenaikan inflasi
ini lebih disebabkan peningkatan harga minyak dunia.
REFERENSI

Blanchard, Oliver. 2006. Macroeconomic 4 Edition. Pearson Prentice Hall. New


Jersey
Uzaifah. 2008. Kebijakan Pemerintah Dalam Membendung Dampak Krisis keuangan
Global 2008. Jurnal Ekonomi Islam. 3(1)
Sihono, Teguh. 2008. Krisis Finansial Amerika Serikat dan Perekonomian Indonesia.
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 5 (2)
International Monetary Fund.
https://www.imf.org/external/index.htm
BBC News. 2013, 25 April. UK Economy: The Story the Downturn.
https://www.bbc.com/news/business-22283940
Kontan.co.id. 2011,5 Oktober. World Bank: Dampak Krisis Global ke Perbankan
Indonesia relatif kecil. https://keuangan.kontan.co.id/news/world-bank-
dampak-krisis-global-ke-perbankan-indonesia-relatif-kecil-1
Ocefinance. 2010, 18 Januari. Penyelamatan Krisis Perbankan 2008 Versi
BI.https://economy.okezone.com/read/2010/01/18/320/295127/penyelamatan-
krisis-perbankan-2008-versi-bi
Kompasiana. 2010, 3 November. Upaya Amerika Serikat dalam Krisis Ekonomi
Global.https://www.kompasiana.com/anantamapradipta/55003ec9a333115372
510423/upaya-amerika-serikat-dalam-krisis-ekonomi-global#

Anda mungkin juga menyukai