Anda di halaman 1dari 24

KONSEP BIAYA

Pengertian  Biaya
Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi
biaya dan akuntansi manajemen. Adapun tujuan memperoleh informasi
biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan
keputusan.

Menurut Hansen dan Mowen (2004:40), biaya didefinisikan sebagai


kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa
yang akan datang bagi organisasi.
Sedangkan menurut Supriyono (2000:185), biaya adalah
pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa.
Pengertian biaya menurut Harnanto dan Zulkifli (2003:14) adalah
sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan
untuk memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba.
Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba dimasa
mendatang.
Konsep Biaya
Dalam membicarakan biaya sebenarnya diketahui ada dua istilah
atau terminologi biaya yang perlu mendapat perhatian yaitu sebagai
berikut.
1.   biaya (cost), yang dimaksud dengan biaya disini adalah semua
pengorbanan yang dibutuhkan dalam rangka mencapai suatu tujun yang
diukut dengan nilai uang.
2.   pengeluaran (expense), yang dimaksud dengan expense ini biasanya
yang berkaitan dengan sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibayarkan
dalam rangka mendapatkan sesuatu hasil yang diharapkan.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya (cost)
mempunyai pengertian yang jauh lebih lengkap dan mendalam dari
pengeluaran (expense). Oleh karena itu, untuk pembicaraan selanjutnya,
maka biaya yang dimaksud adalah pengertian biaya (cost) diatas.
Jenis Biaya
Konsep dan istilah-istilah biaya telah berkembang selaras dengan
kebutuhan disiplin keilmuan dan profesi: (ekonom, akuntan, insinyur,
atau desainer) sehingga dalam mengklasifikasikan biaya banyak
pendekatan yang dapat ditemui. Sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
bahasan buku ini, setidaknya kita perlu melihat klasifikasi biaya sebagai
berikut:
Ø  biaya berdasarkan waktunya;
Ø  biaya berdasarkan kelompok sifat penggunaannya;
Ø  biaya berdasarkan produknya;
Ø  biaya berdasarkan volume produk.
Biaya berdasarkan waktu
Biaya berdasarkan waktu dapat pula dibedakan atas:
A.   biaya masa lalu (hystorical cost), yaitu biaya yang secara riil telah
dikeluarkan yang dibuktikan dengan catatan historis pengeluaran
kegiatan.
Tujuan mempelajari biaya historis ini antara lain:
·         sebagai dasar dalam penyusunan atau estimasi biaya masa datang;
·         sebagai dasar dalam pertanggungjawaban pimpinan atau pihak yang
berwenang atas biaya-biaya yang telah dikeluarkannya.
Penggunaan data biaya historis pada umumnya merupakan bidang
utama dari orang-orang Akuntansi Keuangan, terutama dalam kegiatan
audit biaya. Di samping itu, biaya historis digunakan secara umum oleh
banyak pihak dalam menyusun (estimate) biaya kegiatan ke depan.
B.   biaya perkiraan (predictive cost), yaitu perkiraan biaya yang akan
dikeluarkan bila kegiatan itu dilaksanakan.
Ada beberapa tujuan orang menghitung biaya prediktif ini, antara lain:
·         memperkirakan pemakaian biaya dalam merealisasikan suatu rencana
kegiatan masa datang dalam rangka menjawab pertanyaan berikut:
1.   berapakah biaya yang diperlukan untuk menjalankan rencana tersbut?
2.   Cukupkah dana yang tersedia?
3.   Apakah biaya itu sudah ideal atau terlalu mahal?

·         Memastikan apakah biaya yang akan dikeluarkan itu masih mungkin


diperbaiki atau diturunkan tanpa mengurangi hasil secara kualitas
maupun kuantitas;
Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan suatu analisis yang
komprehensif dan interaktif pada aspek-aspek teknis rencana tersebut.
Penggunaan data biaya prediktif pada umumnya selalu dipakai oleh
kelompok perencana/desainer termasuk kelompok Teknik Industri.
C.   Biaya aktual (actual cost), yaitu biaya yang sebenarnya dikeluarkan.
biaya ini perlu diperhitungkan jika panjangnya jarak waktu antara
pembelian bahan dengan waktu proses atau penjualan, sehingga terjadi
perubahan harga besar. Maka, perlu dipikirkan bagaimana metode
pembebanan biaya terhadap produk bersangkutan. Metode-metode
perhitungan yang lazim dipakai adalah:
·         First-in first-out (FIFO)
·         Last-in first-out (LIFO)
·         Rata-rata (average method)
·         Harga standar (standard price method)
Berpadanan dengan biaya actual ini, dikenal pula sifat biaya lainnya,
seperti:
·         Biaya real, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan secara real (expense).
·         Biaya semu (sunk cost), yaitu biaya yang ditanggung, tetapi tidak
pernah dikeluarkan secara riil. Contoh selisih harga pembukuan aset yang
akan dilikuidasi dengan harga pasar;
·         Biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu biaya yang ditanggung akibat
kelalaian dalam memanfaatkan peluang atau kesempatan meraih
keuntungan.
 Biaya relevan dan biaya tidak relevan
(1)    Biaya relevan (relevan cost), biaya masa mendatang berbagai
alternatif untuk mengambil keputusan atau dalam pembuatan keputusan
merupakan biaya yang secara langsung dipengaruhi oleh pemilihan
alternatif tindakan oleh manajemen.
(2)    Biaya tidak relevan (irrelevant costs), merupakan biaya yang
tidak dipengaruhi oleh keputusan manajemen.
Biaya terhindarkan dan biaya tidak terhindarkan
(1).   Biaya terhindarkan (avoidable costs), adalah biaya yang dapat
dihindari dengan diambilnya suatu alternative keputusan.
(2).   Biaya tidak terhindarkan (unavoidable costs), adalah biaya yang
tidak dapat dihindari pengeluarannya.

Daftar Pusaka :
Kuliah Akmen. 2011. Konsep
Biaya. http://herryakmen.blogspot.co.id/2011/09/konsep-biaya.html (dia
kses 28 Maret 2017)

Jhonyson. 2012. Konsep


Biaya. http://jhonykalau.blogspot.co.id/2012/03/konsep-biaya.html (diak
ses 28 Maret 2017)
Pengertian Biaya, Konsep, Unsur, Klasifikasi dan Pengakuan
Biaya adalah pengurang. Sesuatu yang perlu dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan.
Biaya (expense) mengurangi pendapatan yang secara teknis penutupan
buku, biaya dibebankan atau didebit dalam akun Laba Rugi.
Biaya sebagai proses akuntansi akan mengalami 3 (tiga) tahap perlakuan,
yaitu:
 Pengukuran
 Penelusuran, dan
 Pembebanan
Oleh karena itu, secara konseptual dan atas dasar konsep kontinuitas usaha,
biaya akan diperlakukan mula-mula sebagai aset, kemudian diperlakukan
sebagai beban pendapatan.
Selengkapnya, mari ikuti pembahasannya berikut ini…
 
01: Pengertian Biaya [Expense]
Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian cost, aset, dan
rugi (loss).
Biaya adalah bagian dari harga pokok aktiva yang digunakan untuk
memperoleh pendapatan
Bila cost tidak memenuhi definisi aset (dapat ditangguhkan
pembebanannya terhadap pendapatan), cost tersebut dapat masuk sebagai
biaya atau rugi.
Untuk memecah cost menjadi aset dan biaya kita perlu memahami
pengertian biaya sebagai komponen Laporan Keuangan dan konsep yang
menghubungkan biaya dan pendapatan.
Dan berikut disajikan pengertian biaya dari berbagai sumber terpercaya di
bidangnya.
A : Pengertian Biaya Menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
IAI  mendefinisikan biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai
berikut:
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva.
Atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian untuk penananm modal.
B: Pengertian Biaya Menurut Para Ahli
Berikut ini saya sajikan pendapat beberapa ahli mendefinisikan tentang
biaya, antara lain:
1: Sprouse dan Moonits
Mereka mendefinisikan pengertian cost dan biaya adalah sebagai berikut:
 Cost  is a foregoing, a sacrifice made to secure benefit, and a measured
by an exchange price.
 Expense  is the decrease in net assets as a result of the use of economic
services in the creation of revenues or the imposition of taxes by
governmental unit.
 
2: Anthony, Hawkins, dan Merchant
Mereka memberikan pengertian cost dan biaya adalah sebagai berikut:
 Cost  is monetary measurement of the amount of resources used for
same purpose.
 Expense  is an itemof cost applicable to the accounting period. An
expense represents resources consumed by the entity’s earning activities
during the current period.
 
3: Hilton
Hilton mendefinisikan biaya (expense), cost, cost of goods sold (COGS)  dan
perbedaan di antara ketiga konsep tersebut sebagai berikut:
 Cost is the sacrifice made usually measured by the resources given up,
to achieve a particular purpose.
 Expense is the consumption of assets for the purpose of generating
revenue.
 Cost of goods sold is the expense measured by the cost of the finished
goods sold during period of time.

C: Pengertian Biaya Menurut Financial Accounting Standards Board


(FASB)
Financial Accounting Standards Board (FASB) mendefinisikan biaya adalah
sebagai berikut:
Expense are outflow or other using up of assets or incurrence of liabilities (or
combination of both) form delivering or producing goods, rendering services,
or carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing major or
central operations.
Jika kewajiban adalah bayangan cermin aset. Definisi biaya menurut
Financial Accounting Standards Board (FASB) di atas adalah lawan atau
kebalikan dari definisi pendapatan.
Pendapatan arahnya masuk, sedangkan biaya arahnya keluar kesatuan
usaha.
 
D: Pengertian Biaya menurut Accounting Principles Board (APB)
APB mendefinisikan biaya adalah sebagai berikut:
Expense gross decreases in assets or gross increases in liabilities recognized
and measured in conformity with generally accepted accounting principles
that result from those types of profit-directed activities of an enterprise that
can change owner’s equity.
APB menjelaskan bahwa seperti pendapatan, biaya timbul hanya dalam
kaitannya dengan aktivitas penciptaan laba yang mengakibatkan
perubahan ekuitas.
Pegiriman barang (direpresentasikan dengan harga pokok barang terjual)
dalam transaksi penjualan adalah biaya, karena hasil bersih (net result)
penjualan tersebut adalah perubahan ekuitas.
Di lain pihak, timbulnya kewajiban untuk pembelian aset adalah bukan
biaya, karena ekuitas tidak dapat berubah pada saat pembelian tersebut.

02: Karakteristik Biaya


A: Karakteristik Utama Biaya
Ada 2 (dua) karakteristik biaya, yaitu:
1. Aliran keluar atau penurunan aset (outflow of assets, gross decreases
in assets, using up of assets).
2. Akibat aktivitas yang membentuk operasi utama yang berkelanjutan/
terus menerus.
 
B: Karakteristik Pendukung
1: Penurunan Aset
Biaya timbul karena terjadi transaksi yang menurunkan aset, atau
menimbulkan aliran keluar aset.
Aset dalam hal ini adalah semua aset perusahaan sebagai satu kesatuan,
bukan hanya aset tertentu misalnya persediaan bahan baku.
Dengan demikian konsumsi atau pemakaian aset diartikan bahwa manfaat
ekonomi aset telah habis karena melekat pada barang atau jasa yang telah
diserahkan dari entitas usaha.
Sehingga entitas usaha tidak menguasai lagi manfaat tersebut.
Pemakaian bahan baku untuk pembuatan produk tidak dapat disebut
sebagai biaya, jika produk tersebut belum terjual.
Karena jika belum terjual sebenarnya belum terjadi penurunan aset. Yang
terjadi hanyalah perubahan bentuk aset sebagai potensi jasa.
2: Operasi Utama yang Menurun
Tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya.
Agar menjadi biaya, maka konsumsi tersebut harus berkaitan dengan
transaksi utama kesatuan usaha.
Yang dimaksud dengan aktivitas utama adalah kegiatan penciptaan
pendapatan dan profit yang direpresentasikan dalam aktivitas produksi dan
pengiriman barang.
Atau bila jenis usaha jasa adalah menyerahkan atau melaksanakan jasa.
Jadi, sebagaimana berlaku untuk pendapatan, pengertian operasi menunjuk
aktivitas operasi yang merupakan elemen laporan arus kas, yaitu operasi,
investasi, dan pendanaan.
Biaya adalah penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan
dengan investasi dan pendanaan.
3: Kenaikan Kewajiban
Definisi biaya adalah tidak hanya dari sudut penurunan aset, tapi juga dari
kenaikan kewajiban.
Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencakup pula pos-
pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun.
Pendefinisian biaya adalah kenaikan kewajiban, bila barang dan jasa telah
dimanfaatkan oleh perusahaan, tapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai
aset sebelumnya.
Atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan
jasa yang dikuasai pihak lain.
Perusahaan mempunyai keharusan untuk membayar atau melakukan
pengorbanan sumber ekonomi di masa datang sehingga kewajiban timbul.
Sebagai contoh adalah tarif (fee) pengiriman barang oleh perusahaan
ekspedisi yang belum dibayar perusahaan.
Jasa pengiriman telah dikonsumsi dan menimbulkan pendapatan, sehingga
biaya harus timbul diikuti dengan kenaikan kewajiban.
 
4: Penurunan Ekuitas
Penurunan aset akan menurunkan ekuitas.
Dengan dianutnya konsep kesatuan usaha, penurunan aset atau kenaikan
kewajiban akan membentuk biaya.
Dan penurunan ekuitas hanya merupakan konsekuensi logis.
Walaupun demikian, penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya
karena tidak setiap penurunan aset mengakibatkan penurunan ekuitas.
Misalnya pembagian dividen kas adalah penurunan aset, tapi tidak dapat
disebut sebagai biaya.
Jadi penurunan aktivitas hanya merupakan karakterisitik pendukung
pengertian biaya.
Hal serupa dengan definisi terbaya (payee) sebagai karakteristik pendukung
pengertian kewajiban.

5: Aliran Fisik atau Moneter


Menurut FASB definisi biaya adalah aliran keluar aset atau pemanfaatan
aset tiidak secara tegas membatasi apakah aliran tersebut bersifat fisik atau
moneter.
FASB memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya.
Pengertian biaya sebagai aliran fisik dimaknai bahwa biaya timbul dari
penyerahan/ produksi barang atau dari pelaksanaan jasa.
Secara semantik, definisi biaya adalah perubahan atau penurunan nilai,
sehingga timbulnya biaya merupakan kejadian moneter.
 
6: Rugi
Sebagai lawan makna untung, kata-kata kunci yang pada pengertian rugi
adalah:
1. Penurunan ekuitas (aset bersih)
2. Transaksi periferal atau insidental
3. Selain apa yang didefinisikan sebagai biaya atau selain distribusi ke
pemilik.
Seperti untung, dari tiga karakterisitk di atas yang paling membedakan rugi
dengan biaya adalah karakteristik #2.
Karakteristik #1 sebenarnya juga karakteristik biaya, tapi dipandang dari
sudut pengaruh akhir yaitu menurunkan ekuitas.
Seperti keuntungan (profit) rugi bisa merupakan jumlah kotor atau jumlah
bersih.
Karakteristik #3 juga merupakan karakteristik biaya karena biaya harus
berkaitan dengan operasi dalam arti luas dan bukan dengan aktivitas
pendanaan.
Karena secara konseptual dan esensial karakteristik biaya tidak berbeda
dengan rugi.
Rugi perlu didefinisi sebagai elemen dan dibedakan dengan biaya karena
sifat terjadinya sebagaimana disebut dalam karakteristik #2 di atas.
Untuk disebut rugi, kejadian yang menimbulkan harus periferal atau
insidental atau di luar kendali manajemen.
Seperti keuntungan (profit), empat sumber rugi yang diidentifikasi adalah:
 Periferal dan insidental. Misalnya penjualan investasi dalam surat-
surat berharga, penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum
jatuh tempo.
 Transfer non timbal balik dengan pihak lain. Misalnya pencurian dan
pembayaran ganti rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hukum.
 Penahanan aset. Misalnya, penurunan harga sekuritas investasi,
penurunan nilai tukar valuta asing, dan penurunan harga karena penahanan
persediaan.
 Faktor lingkungan. Misalnya, ganti rugi asuransi musibah alam yang
lebih rendah dari biaya aset yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya
manfaat aset yang tidak diasuransi akibat kebakaran.

03: Pengakuan Biaya


Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi.
Pengakuan mengikuti masalah kriteria pengakuan, yaitu apa yang harus
dipenuhi agar penurunan nilai aset yang memenuhi definisi biaya biaya
atau rugi dapat diakui.
Dan masalah saat pengakuan adalah peristiwa atau kejadian apa yang
menandai bahwa kriteria pengakuan telah terpenuhi.
Tidak seperti pendapatan atau keuntungan, biaya dan kerugian tidak
mengalami masalah pembentukan dan realisasi.
Oleh karena itu, kriteria pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah
pengakuan sehingga masalah pengakuan biaya dan rugi adalah kapan
penurunan nilai aset dapat dikatakan telah terjadi.
Atau kapan biaya dan rugi telah timbul sehingga jumlah rupiah biaya dan
rugi dapat diakui.
A: Kriteria Pengakuan Biaya
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana SALAH SATU dari dua
kriteria berikut ini:
Kriteria #1: Konsumsi manfaat (consumption of benefit)
Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomi yang dikuasai suatu
entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam:
 pengiriman atau pembuatan barang,
 penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau
 kegiatan lain yang merepresentasikankan operasi utama atau sentral
entitas tersebut.

Kriteria #2: Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang.


Biaya atau rugi diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya
diperkirakan telah berkurang manfaat ekonominya atau tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomi.
Mari dibahas satu=per-satu…
 
#1: Konsumsi Manfaat
Konsumsi manfaat ekonomi selama sautu periode dapat diakui langsung
pada saat terjadinya pengakuan pendapatan yang berkaitan.
Berbagai jenis pos biaya menghendaki cara pengakuan yang berbeda, yaitu:
 Beberapa pos biaya, seperti barang terjual, ditandingkan dengan
pendapatan yang terkait. Biaya dan pendapatan diakui pada saat atau
periode yang sama dengan pengakuan pendapatan yang dihasilkan
langsung dari transaksi yang sama.
 Banyak pos biaya, seperti gaji staf penjualan dan administrasi diakui
selama pada saat kas dibayarkan. Atau ketika kewajiban terjadi untuk
barang dan jasa yang dimanfaatkan bersamaan dengan perolehan.
 Beberapa pos biaya, seperti penyusutan dan asuransi diakui dengan
prosedur sistematik dan rasional untuk periode-periode yang menikmati
manfaat aset yang bersangkutan.

#2: Lenyapnya/ Berkurangnya Manfaat Masa Datang


Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas manfaat ekonomi
masa datang suatu aset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau
lenyap.
Atau kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.
B: Kaidah Pengakuan Biaya
Ada 3 kaidah pengakuan biaya yang disebut sebagai prinsip pengakuan
biaya pervasif atau luas, yaitu:
Kaidah #1: Mengasosiasi sebab akibat.
Beberapa cost diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi langsung dengan
pendapatan tertentu.
 
Kaidah #2: Alokasi sistematik dan rasional.
Alokasi sistematik dan rasional adalah proses penandingan dengan periode
sebagai penakar pendapatan dan biaya.
Proses ini sering disebut penandingan periode (period matching).
Bila tidak ada cara langsung untuk  mengasosiasi sebab dan akibat,
beberapa cost diasosiasikan dengan periode sebagai biaya atas dasar usaha
(attemp).
Untuk mengalokasikan cost secara sistematik dan rasional ke beberapa
periode yang diperkirakan menikmati manfaat.
Dalam pengakuan biaya, diasumsikan bahwa yang menerima manfaat dari
potensi jasa adalah periode bukannya produk.
Dasar penandingan ini sebenarnya adalah alternatif dasar sebab-akibat,
karena tidak selalu mudah mengidentifikasikan hubungan sebab-akibat
antara pendapatan dengan biaya.
Basis ini menghubungkan biaya dan pendapatan secara tidak langsung
melalui periode terjadinya pendapatan sehingga keduanya sering disebut
penandingan tak langsung (indirect matching).
Namun demikian, dalam banya hal penandingan ini mendekati
penandingan sebab-akibat.
Dasar ini cukup beralasan untuk beberapa jenis-jenis biaya yang erat
kaitannya dengan waktu, seperti depresiasi atau penyusutan, bunga, sewa
asuransi dan semacamnya.
Keberatan terhadap penandingan ini adalah bahwa proses alokasi
menimbulkan banyak metode alokasi.
Karena kesulitan penentuan pola penggunaan atau konsumsi manfaat
ekonomi yang sebenarnya, metode alokasi yang dipilih sering tidak sejalan
dengan pola penyerapan tersebut.
Sebenarnya adanya berbagai metode alokasi menunjukkan bahwa untuk
menyelaraskan pola penyerapan cost yang kira-kira mendekati pola
pemanfaatan potensi jasa, sehingga konsep penandingan yang tepat dapat
dicapai.
Contoh permasalahan ini adalah depresiasi atau penyusutan aset tetap.
Kaidah #3: Pengakuan segera
Beberapa cost diasosiasikan denga periode berjalan sebagai biaya karena:
 Cost yang terjadi dalam periode berjalan tidak memberi manfaat
masa datang yang cukup nyata.
 Cost yang dicatat sebagai aset dalam periode-periode sebelumnya
tidak lagi mempunyai manfaat ekonomi yang cukup nyata.
 Mengalokasikan berbagai cost baik atas dasar asosiasi dengan
pendapatan atau atas dasar periode akuntansi dipandang tidak mempunyai
manfaat yang berarti.
 
C: Hubungan Cost dan Biaya
Beberapa sumber mendefinisikan biaya adalah berkaitan dengan
pengertian cost, karena memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan cost.
Perlu ditegaskan kembali bahwa cost adalah pengukur biaya.
Atau biaya direpresentasikan dengan cost sehingga secara teknis dan
praktis biaya hanya disebut cost  saja.
Memang biaya dapat disebut cost, karena cost melekat di dalamnya
(konsep dasar cost melekat).
Akan tetapi cost tidak selalu dapat disebut biaya, karena cost dapat juga
merepresentasikan aset.
Dengan cost sebagai pengukur, kriteria konsumsi manfaat dan kelenyapan
manfaat dapat dinyatakan dalam bentuk cost expiration.
Kriteria konsumsi lebih berkaitan dengan pengakuan biaya.
Sehingga kriteria ini disebut keterhabisan cost penciptaan pendapatan
(revenue-producing cost expiration).
Sedangkan kriteria kelenyapan lebih berkaitan dengan rugi.
Sehingga kriteria ini dapat disebut keter-habisan dan menciptakan
pendapatan (non-revenue-producing cost expiration).
 
D: Proses dan Konsep Penandingan
Laba (profit) akan mumpunyai arti jika selisih pendapatan dan biaya yang
mempunyai hubungan tertentu yang bermakna (bukan acak).
Dua tahap kritis perlakukan cost adalah:
 pengakuan (aliran masuk sebagai aset) dan
 pembebanan (aliran keluar sebagai biaya)
Tahap pengakuan tidak mengalami masalah, karena pengakuan lebih
banyak menyangkut bukti obyektif yang umumnya tersedia pada saat
transaksi.
Di lain pihak, tahap pembebanan lebih banyak menyangkut pertimbangan,
pendapat, atau interpretasi terhadap situasi yang melingkupi.
Dengan kata lain, tahap pembebanan banyak melibatkan unsur
kesubjetifan (subjectivitas).
Untuk menentukan laba yang bermakna (meaningful) perlu dipahami dua
pengertian penting yaitu:
 Proses penandingan (matching process)
 Prinsip penandingan (matching principle)
Apa itu proses penandingan?
Pengertian proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan cara
mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu periode dan
barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
Sedangkan prinsip atau konsep penandingan adalah dasar pemikiran untuk
menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan
bermakna.
Konsep penandingan menjadi suatu kebutuhan dalam akuntansi karena 2
(dua)  alasan berikut ini:
Alasan #1:
Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya
karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut.
Dengan kata lain, proses penandingan tidak dilakukan pada saat transaksi
pendapatan terjadi, tapi pada umumnya dilakukan pada akhir tahun.
Alasan #2:
Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung
dengan transaksi terjadinya biaya.
Sebagai contoh, perolehan dan pembayaran barang dan jasa untuk
menghasilkan produk tidak selalu bersamaan (tidak terjadi dalam periode
yang sama) dengan penjualan dan pengumpulan kas.
Prinsip penandingan akan menghasilkan basis asosiasi atau dasar
penandingan antara pendapatan dan biaya.
Basis asosiasi diperlukan agar pemecahan cost menjadi bagian yang tetap
merepresentasikan aset.
Dan bagian yang mempunyai landasan kuat dan obyektif.
Atas upaya dan capaian, konsep penandingan menyatakan bahwa:
“Untuk mendapatkan laba periodik yang bermankna, maka pendapatan
yang diakui untuk suatu periode harus ditandingkan (diasosiasikan) dengan
biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut.”    
Penandingan yang tepat akan terjadi jika asosiasi yang masuk akal (layak)
antara pendapatan dan biaya.
Asosiasi yang layak berarti bahwa pendapatan dan biaya berkorelasi positif,
artinya makin besar pendapatan, maka makin besar pula biaya.
Karena pendapatan suatu periode ditentukan lebih dahulu, prinsip
penandingan ini akhirnya juga menentukan saat pengakuan biaya.
Bila dianalisis, tiap ketentuan selalu didasarkan atas pertimbangan berikut
ini:
 Hubungan atau asosiasi dengan pendapatan
 Biaya diakui/dilaporkan dalam periode yang sama dengan periode
diakui/ dilaporkannya pendapatan.

Berkaitan dengan konsep penandingan ini, ada beberapa hal penting yang
perlu dipahami, yaitu:
#1: Kelayakan Ekonomi
Masalah penandingan terletak pada penentuan dasar atau basis yang
memuaskan untuk menyatukan pendapatan dan biaya.
Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomi dan
bukan fisik.
Sebagai contoh dalam industri sepatu, nilai kulit yang dibebankan sebagai
biaya produksi adalah semua cost lembar kulit yang masuk proses.
Walaupun secara fisik banyak bagian dari kulit yang tidak menjadi sepatu,
tapi menjadi potongan-potongan sisa kulit sisa kulit sebagai bahan
buangan.
Demikian juga biaya BBM yang telah dibakar dalam periode tersebut.
Biaya BBM yang yang dibakar sebenarnya dikonsumsi oleh aktivitas-
aktivitas yang menikmatinya.
Dan biaya yang akan dibebankan terhadap pendapatan periode berjalan
tergantung pada ada tidaknya biaya BBM  yang terikat dalam barang dalam
proses.
Dan dengan demikian berkaitan dengan aktivitas periode berikutnya.
Jadi, biaya jasa yang digunakan dalam operasi hanya akan dibebankan ke
pendapatan sebanding dengan produk yang dianggap telah menghasilkan
pendapatan.
#2: Menandingkan Bukan Mengkompensasi
Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang, dan
biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan
dikurangkan langsung terhadap hasil penjualan.
Dan hanya jumlah rupiah netto dicatat dalam akun penjualan dan penjualan
dilaporkan sebesar jumlah netto-nya.
Secara umum perlakuan seperti ini secara teoritis tidak layak.
Karena karakteristik yang berbeda, upaya harus dipisahkan dengan HASIL.
Semua cost yang merepresentasikan upaya harus tetap dicatat
sebagai cost atau biaya kalau langsung dibebankan.
Sebaliknya, seluruh hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya secara
utuh sebagai pendapatan.
Alasannya adalah aliran pendapatan dan biaya berbeda.
Dan keduanya mencerminkan dua faktor yang berbeda (upaya dan hasil),
sehingga tiap faktor harus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan
fungsinya.
Pos yang satu tidak selayaknya dikompensasi dengan pos yang lain.
Penyimpangan terhadap prinsip ini jelas akan megaburkan faktor-faktor
penting dalam penentuan laba, walaupun besarnya laba tidak terpengaruh.
E: Asosiasi Sebab dan Akibat
Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya
dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan.
Ini berarti ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan pendapatan.
Oleh karena itu, basis penandingan yang paling masuk akal adalah sebab
akibat.
Walaupun basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena
dalam banyak hal sulit untuk dibuktikan secara menyakitkan bahwa biaya
menyebabkan pendapatan.
Hubungan biaya dan pendapatan tidak selalu bersifat fisik atau hubungan
satu lawan satu (pos lawan pos).
Hubungan biaya dan pendapatan adalah hubungan agregat antara
berbagai faktor biaya sebagai kesatuan dan berbagai faktor pendapatan
sebagai kesatuan yang lain.
Jadi, hubungan biaya dan pendapatan bersifat ekonomi bukannya fisik.
Walaupun demikian, hubungan sebab-akibat mempunyai validitas karena
pengamatan terhadap operasi perusahaan pada umumnya menunjukkan
bahwa pendapatan tidak akan terjadi tanpa penyerahan barang dan jasa.
Jadi, tidak ada hasil tanpa upaya, tidak ada biaya, tidak ada pendapatan.
Inilah yang disebut konsep PENYEBABAN (causation).
Sebagai contoh, komisi penjualan, gaji dan upah, dan biaya barang terjual
periode tertentu dapat dianggap menjadi upaya dalam melimbulkan
pendapatan periode tersebut.
Karena biaya-biaya tersebur secara mudah dan intuitif dapat dikaitkan
langsung dengan pendapatan.
Dalam hal perusahaan jasa, pada umumnya tidak ada suatu obyek fisik
yang dapat dijadikan dasar (penilaian) untuk menghubungkan pendapatan
dengan biaya.
Oleh karena itu, indikator penghubungnya adalah periode.
Cost yang ditandingkan adalah cost yang terjadi dalam periode terjadinya
pendapatan karena cost yang telah terjadi dalam periode tersebut
dianggap telah menyebabkan pendapatan tersebut.
Misalnya, gaji sopir tahun tertentu dalam perusahaan angkutan dapat
ditandingkan langsung dengan pendapatan angkutan tahun tersebut.
Karena dengan takaran periode, gaji sopir tersebut dapat dikaitkan
langsung dengan pendapatan (hubungan sebab-akibat).
Untuk perusahaan manufaktur, penandingan semacam ini nantinya disebut
dengan penandingan periode (period matching).
Dalam hal perusahaan manufaktur, produk fisik dapat digunakan sebagai
sarana atau indikator hubungan sebab akibat.
Bila penyerahan 800 unit produk (dengan cost Rp 10.800) mendatangkan
pendapatan Rp 15.000, dapat dikatakan penyerahan produk tersebut
menyebabkan pendapatan.
Dalam hal ini, cost yang harus ditandingkan dengan pendapatan, yang
menjadi biaya adalah seluruh cost potensi jasa yang melekat pada produk
yang telah terjual yang mendatangkan pendapatan (sales revenues).
Secara umum dapat dikatakan bahwa semua biaya produksi adalah wajar
dan perlu dilekatkan pada unit produk dan baru diakui sebagai biaya pada
produk tersebut terjual.
Penandingan, sebab akibat semacam ini disebut penandingan langsung
(direct matching).
Dan untuk perusahaan manufaktur, penandingan langsung seperti seperti
itu disebut dengan penandingan produk (product matching).
Dasar ini adalah yang paling ideal karena paling mencerminkan konsep
biaya upaya dan hasil.
Tentu saja penandingan yang ideal ini menuntut bahwa semua potensi jasa,
termasuk biaya administratif dan penjualan tergabung menjadi satu dan
melekat produk (menjadi cost produk(.
Bila dikaitkan dengan klasifikasi biaya berdasarkan fungsi, penandingan
produk yang ideal dapat dilukiskan dalam gambar berikut ini:
Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi
Dari contoh soal klasifikasi biaya yang digambarkan seperti di atas dapat
dijelaskan bahwa:
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sering disebut biaya
produksi langsung dan biasanya bersifat variabel.
Biaya overhead disebut pula dengan cost produksi tak langsung dan
biasanya bersifat tetap per periode.
Penandingan langsung seperti gambar di atas, dengan jelas dapat
mencerminkan hubungan sebab akibat.
Tidak dapat diragukan bahwa penyerahan produk sebanyak 800 unit
dengan cost Rp 10.800 menyebabkan penjualan Rp 15.000.
Tanpa penyerahan produk, tidak ada pendapatan (penjualan) sebesar Rp
15.000.
Walaupun demikian, penandingan langsung menghadapi beberapa masalh
teknis seperti berikut ini:
#1: Produk Usang atau Musiman
Masalah yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab-akibat
adalah adanya produk musiman yang tidak laku dijual.
Persoalannya adalah apakah cost produk musiman yang tidak terjual adalah
sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi).
Dalam keadaan yang khusus sebagian biaya persediaan barang yang tidak
terjual dalam suatu periode secara logis dapat dijadikan
komponen cost barang terjual.
Perhatikan contoh berikut ini:
Suatu toko pakaian musiman harus menyediakan berbagai ukuran dan
warna yang cukup banyak untuk memenuhi selera konsumen.
Dengan konsekuensi yang tidak terhindarkan dan cukup pasti bahwa
sebagn dari persediaan pakaian jadi tersebut tidak akan laku terjual pada
akhir musim tertentu.
Dalam keadaan seperti itu, sebenarnya dapat dianggap bahwa sebagian
atau seluruh cost persediaan pakaian yang tidak terjual tersebut adalah
bagian dari cost pakaian yang telah terjual.
Tentu saja dalam hal ini harus diasumsikan bahwa volume penjualan yang
terjadi tidak mungkin akan dicapai tanpa mengadakan persediaan dengan
variasi yang cukup banyak.
Dengan kata lain, persediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya adalah
upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai
pada musim tertentu.
Dengan demikian, tidak selayaknyalah cost persediaan yang tidak terjual
diperlakukan sebagai rugi.
#2: Barang Rusak
Persoalan yang sama dengan barang musiman dapat diterapkan untuk
produk rusak.
Apakah cost produk rusak dapat dianggap sebagai upaya atau sebab untuk
menimbulkan pendapatan?
Kelayakan ekonomi menuntut pertimbangan dengan memperhatikan
kondisi yang melingkupi suatu masalah.
Bila kerusakan produk adalah hal yang normal atau bahkan merupakan
prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik.
Cost barang yang rusak dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan
pendapatan.
Perhatikan contoh berikut ini:
Produk yang sengaja harus rusak untuk percobaan dalam menghasikan
produk atau dasar spesifikasi khusus dari pelanggan.
Jika kerusakan atau penurunan muta adalah karakteristik normal aktivitas
operasi perusahaan.
Maka jumlah rupiah yang mengukur cost kerusakan atau penurunan mutu
dapat diperlakukan sebagai komponen harga pokok produksi yang
akhirnya menjadi biaya.
Sebaliknya, jika kerusakan atau cacatnya produk adalah hal yang tidak biasa
terjadi.
Misalnya karena kelalaian dan musibah, maka jumlah rupiah tersebut dapat
diperlakukan sebagai rugi.
F: Identifikasi Biaya Produk
Karena produk terjual adalah ukuran penandingan, biaya produk akan
dibedakan menjadi dua komponen, yaitu:
 biaya produk yang telah terjual dan
 biaya produk yang belum terjual dan masih menjadi aset perusahaan.
Cost yang melekat pada produk terjual akan langsung dibebankan sebagai
biaya.
Cost persediaan baru dibebankan sebagai biaya, jika produk telah terjual.
Masalah teknis yang timbul adalah tidak semua cost potensi jasa dapat
dengan mudah dikaitkan dengan unit produksi.
Demikian juga, tidak semua unsur cost produksi dapat secara langsung
dikaitkan dengan unit fisik produk atau dengan suatu angkatan produksi.
Secara teoritis dan praktis, jika hubungan sebab akibat harus
dipertahankan, hanya biaya variabel yang sebenarnya dapat dengan mudah
diidentifikasi dengan produk.
Karena besarnya biaya variabel sangat ditentukan oleh volume produksi.
Biaya variabel meliputi cost produksi dan non produksi.
Dengan demikian biaya manakah yang dapat ditandingkan langsung
dengan pendapatan dan hasil penjualan?
Apakah hanya biaya variabel?
Jika hanya biaya variabel, apakah hanya harga pokok produksi saja atau
termasuk cost non produksi variabel?
Dengan mempertahankan hubungan sebab-akibat secara penuh, salah satu
alternatif pemecahan masalah penandingan yang tepat adalah persediaan
barang dan harga pokok barang terjual hanya memuat biaya variabel.
Sementara itu, biaya tetap (produksi dan non produksi) dipecah secara
proporsional sesuai dengan perbandingan persediaan barang
dengan cost barang terjual.
Masalah yang kemudian timbul adalah apakah cost non produksi tetap
bersifat tersediakan (inventoriable).
Dapat juga, semua biaya tetap adalah dianggap tidak tersediakan dan
diperlakukan sebagai biaya periode.
Pendekatan semacam ini disebut dengan pembiayaan langsung/ variabel
(direct variable costing), sebagai pasangan dari pembiayaan penuh (full
costing).
Dengan pendekatan ini, cost operasi total yang dapat ditandingkan dengan
pendapatan adalah biaya produksi variabel yang melekat pada unit
produksi terjual plus semua biaya tetap.
Dengan demikian cost persediaan hanya memuat biaya produksi variabel
saja.
Dan penandingan semacam ini sebenarnya tidak secara penuh merupakan
penandingan langsung atau sebab akibat.
Untuk tujuan pelaporan keuangan, pendekatan ini mempunyai kelemahan
karena harga pokok persediaan tidak mempresentasikan secara penuh
biaya potensi jasa yang melekat pada persediaan.
Dalam hal penjualan angsuran, yang mengakui pendapatan dalam suatu
periode hanya sebesar kas yang telah diterima.
Penandingan langsung atas dasar seba-akibat mengalami kesulitan teknis
untuk menentukan cost yang dianggap telah menghasilkan penerimaan
tersebut.
Dengan kata lain, tidak ada dasar yang cukup untuk memecah cost ke
dalam bagian yang telah menjadi sebab.
Dalam hal tertentu, pemecahan tersebut menjadi sangat arbiter, sehingga
penandingan langsung tidak mudah diterapkan untuk penjualan angsuran.
G: Identifikasi Biaya Non produksi
Jika penandingan atas dasar sebab-akibat akan dipertahankan maka secara
logis tidak seluruh cost non produksi akan dibebankan sebagai biaya.
Sebagai contoh, perhatikan gambar berikut ini:
Contoh perhitungan biaya produksi
Pada contoh gambar di atas, jika produk yang terjual hanya 800 unit,
maka cost memproduksi yang harus diakui sebagai biaya adalah sebagai
berikut:
= 80% X (Rp 4.500 + Rp 1.500)
= Rp 4.800
Perlakuan seperti ini didasarkan atas argumen bahwa kalau potensi jasa
yang telah dikonsumsi (used up) belum memberi manfaat dalam periode
sekarang.
Tapi juga tidak merupakan rugi, maka cost tersebut tentunya akan memberi
manfaat di masa mendatang.
Oleh karena itu, perlu diadakan alokasi agar dapat dicapai penandingan
yang tepat antara biaya dan pendapatan yang dihasilkan.
Walaupun secara teknis hal ini mungkin saja
dilakukan, accounting menganggap bahwa harga pokok produksi tidak
menyebabkan pendapatan.
Karena sulit secara teknis untuk menelususri hubungan sebab akibat
tersebut.
Dengan kata lain, sulit untuk mengatakan bahwa bagian dari harga pokok
produksi (cost) memproduksi yang ditunda pembebanannya akan
menghasilkan pendapatan di masa mendatang.
Lebih dari itu, karena cost tersebut tidak mencerminka nilai tambahan
terhadap produk, akuntansi menganggap cost memproduksi bersifat tak
tersediaan (uninventoriable).
Penangguhan semacam ini hanya berakibat meratakan laba dan tidak
menambah muatan informasi (information content)
Masalah lain adalah apakah bagian cost yang ditunda tersebut memenuhi
definisi aset.
Pada prinsipnya, suatu jumlah rupiah dapat ditunda pembebanannya
sebagai biaya atau rugi, jika jumlah rupiah tersebut memenuhi kriteria
sebagai aset.
Salah satu kriteria penting aset adalah adanya manfaat ekonomi masa
datang yang cukup pasti.
Cukup pasti di sini berarti manfaat tersebut tidak hanya ada dan dapat
diukur.
Tapi juga harus dapat dihubungkan secara cukup jelas dan teliti, tidak
layaklah untuk menunda pembebanan sebagai biaya.
Cost memproduksi pada umumnya mempunyai karakteristik semacam ini.
Contoh jenis cost lain yang relevan dengan masalah ini adalah biaya:
 riset dan pengembangan
 kampanya produk baru, misalnya melalui Iklan Google dan FB Ads.
 biaya organisasi.
Jadi, dalam kaitannya dengan penandingan sebab
akibat, cost memproduksi tidak harus ditunda pembebanannya untuk
dikaitkan dengan pendapatan masa datang.
Kalau tidak ada kepastian tentang pendapatan masa datang yang dapat
dikaitkan dengan cost memproduksi tersebut.
Demikian juga, tidak adanya pendapatan dalam periode berjalan atau
adanya kemungkinan rugi tahun berjalan tidak dapat dijadikan alasan untuk
menunda pembebanan cost non produksi.
Dengan kata lain, bila pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan
dengan cost non produksi tidak dapat diantisipasi dengan jelas.
Atau kalau pendapatan semacam itu sangat tidak pasti, cost memproduksi
harus diakui sebagai biaya pada periode berjalan meskipun hal tersebut
dapat mengakibatkan rugi.
Ini berarti asosiasi produk diganti dengan asosiasi periode.
04: Penyajian Biaya
Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan.
Dan sarana untuk itu adalah Laporan Laba Rugi.
Penyajian elemen pendapatan, untung, biaya dan rugi tergantung pada
konsep tentang apa saja yang membentuk laba.
Untuk menyusun Laporan Laba Rugi periodik, pendapatan ditakar lebih
duhulu dan baru biaya yang tepat dimasukkan dalam penakar yang sama,
sehingga laba yang tepat dapat ditentukan.
Penyajian biaya sebagai beban pendapatan juga mengikuti konvensi ini dan
pos-pos biaya disajikan berdasarkan biaya asosiasi.
Perhatikan gambar (flowchart) berikut ini:
Gambar: Siklus Akuntansi Biaya
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa penyajian seperti itu bukan
dimaksudkan untuk pemeringkatan arti penting biaya.
Melainkan untuk pengungkapan secara informatif.
Atas  dasar konsep homogenitas cost, cost barang terjual tidak lebih
penting daripada cost administratif.
Biaya dalam arti luas dan dalam konteks jangka panjang (kontinuitas usaha)
meliputi juga rugi.
Masalah pembebanan cost dan basis asosiasi berlaku untuk semua jenis
potensi jasa.
Masalah khusus terjadi dalam hal persediaan dan aset tetap, khususnya
fasilitas fisik yaitu gudang pabrik dan perlengkapan.
 Karakteristik biaya ada 2, yaitu:
1. Aliran/ penurunan aset atau kenaikan kewajiban
2. Berkaitan dengan operasi utama yang berkelanjutan.
Rugi dibedakan dengan biaya karena timbul dari sumber yang secara tidak
langsung berkaitan dengan operasi utama perusahaan.
Rugi berasal dari:
 transaksi,
 aktivitas atau sumber berupa aktivitas periferal,
 transfer non timbal balik,
 penahanan aset,
 faktor lingkungan.
Untuk mendapatkan laba periodik yang berarti, maka pendapatan yang
diakui untuk suatu periode harus ditandingkan (diasosiasi) dengan biaya
yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut.
Penandingan (asosiasi) yang tepat akan terjadi jika terdapat asosiasi yang
masuk akal antara pendapatan dan biaya.
Penandingan harus didasarkan atas kelayakan ekonomi bukan kelayakan
fisik.
Penandingan tidak dapat disamakan dengan pengkompensasian.
Kriteria pengakuan biaya adalah pemanfaatan dan kelenyapan.
Biaya diakui bilamana manfaat ekonomi telah dikonsumsi dalam rangka
penyerahan barang.
Atau jasa untuk mendatangkan pendapatan atau bilamana manfaat
ekonomi masa datang telah lenyap.
Biaya diukur dengan cost yang sebelumnya melekat pada aset.
Biaya dapat dipandang sebagai bagian cost yang telah habis dalam rangka
menciptakan pendapatan.
Bagian cost yang habis dapat dihubungkan dengan pendapatan atas dasar:
 hubungan sebab akibat,
 alokasi sistematik dan rasional, atau
 pengakuan segera.
Basis asosiasi atas dasar sebab akibat atau penandingan langsung atas
dasar produk adalah basis yang paling ideal.
Tapi karena alasan kepraktisan beberapa faktor cost, seperti administrasi
dan pemasaran, menjadikan akuntansi beralih ke penandingan tak
langsung atau penandingan periode.
Dengan kata lain, standar penandingan bukan lagi produk, melainkan
periode.
Dengan periode sebagai takaran, alokasi sistematik lebih menggambarkan
kelayakan ekonomi daripada pembebanan langsung semua manfaat pada
saat terjadinya atau daripada pendekatan tanpa alokasi.
Untuk penentuan cost produk yang tepat, alokasi internal adalah kebutuhan
(necessity).
Alokasi harus dilakukan karena bila suatu produk menghasilkan
pendapatan, maka pendapatan tersebut jelas bukan tanpa biaya.
Bila biaya dipandang dalam arti luas, penandingan pendapatan dan biaya
dapat didasarkan atas penandingan produk, periode dan arbitrer.
Depresiasi atau penyusutan adalah biaya yang nyata, bukan biaya hipotesis.
Akuntansi biaya penyusutan adalah proses alokasi sistematis dalam
rangka penandingan biaya dan pendapatan.
Akuntansi penyusutan bukan sarana akumulasi dana untuk penggantian
aset tetap.
Akuntansi penyusutan bukan juga sarana untuk pemulihan investasi.
Akuntansi penyusutan juga bukan merupakan proses penurunan nilai aset,
tapi merupakan bagian cost  yang menunjukkan biaya dalam rangka
mendatangkan pendapatan dalam suatu periode.

Anda mungkin juga menyukai