Disusun oleh :
1. Kata pengantar
2. Bab i
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3. Bab ii
A. Merger
B. Konsolidasi
C. Akuisisi
D. Separasi
4. Bab iii
A. Kesimpulan
5. Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
merger, konsolidasi, akuisisi dan separasi.
Terlepas dari semua itu, untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang merger, konsolidasi, akuisisi dan
separasi dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok 2
BAB II
A. MERGER
Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang
me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger
dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan
yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai
atau saham di perusahaan yang baru
Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh
perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan
identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban
perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti
beroperasi.
Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas, “Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau
lebih untuk menggabungkan diri dengan peseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan
aktiva dan pasiva perseroan yang menggabungkan diri beralih kepada perseroan yang
menerima penggabungan dan selanjutnya status perseroan yang menggabungkan diri berakhir
karena hukum.”
Beberapa peraturan khusus sehubungan dengan status khusus dari perusahaan atau
bank yang akan merger.
1. Peraturan di bidang pasar modal.
Ketentuan di bidang pasar modal yang harus diikuti adalah berkenaan dengan
hal-hal, seperti prosedur, keterbukaan informasi, aspek saham dan pasar sekunder, dan
aspek perlindungan pemegang saham publik.
2. Peraturan di bidang penanaman modal asing.
3. Peraturan hukum yang berkenaan dengan BUMN.
4. Peraturan khusus yang berkaitan dengan kegiatan merger
Dalam melakukan merger ada beberapa sektor hukum lain yang terlibat, yaitu
sektor hukum tentang ketenagakerjaan, sektor hukum pertanahan, KUH Perdata
tentang Subrograsi, Novasi, Cessie serta ketentuan hukum yang berhubungan dengan
likuidasi perusahaan.
1. Merger horizontal
Adalah merger di antara dua atau lebih perusahaan dimana semua
perusahaan tersebut bergerak pada bidang bisnis (line of business) yang sama.
Atau dapatlah dikatakan terjadinya fusi horizontal yaitu apabila dua atau lebih
perusahaan yang sebagian besar mempunyai pasar pembelian dan pasar
pembuangan yang sama-sama berlebur menjadi satu.
2. Merger vertikal
Merger vertikal adalah suatu gabungan di antara dua perusahaan atau
lebih dengan mana yang satu bertindak sebagai suplier bagi yang lainnya. Atau
dapat dikatakan fusi/merger vertikal ini terjadi apabila perusahaan bersatu dengan
perusahaan lainnya, yang mengerjakan lebih lanjut barang-barang yang dibuat
oleh perusahaan yang pertama.
3. Merger kon-generik
Yang dimaksud dengan merger kon-generik adalah perusahaan yang
bergabung saling berhubungan satu sama lain yang mempunyai kesamaan sifat
produksinya, tetapi belum dapat dikatakan sebagai produsen terhadap produk
yang sama (horizontal) dan bukan pula hubungan antara produsen-suplier
vertikal.
4. Merger konglomerat
Merger konglomerat adalah gabungan antara dua perusahaan atau lebih
yang sama sekali tidak punya keterkaitan bidang usaha satu sama lain.
Syarat-syarat Merger
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka merger, yaitu:
1. Merger yang dilakukan atas inisiatif perusahaan yang bersangkutan dan merger
yang dilakukan atas inisiatif badan khusus penyehatan perusahaan.
2. Pelaksanaan merger harus memerhatikan kepentingan perusahaan, kreditur,
pemegang saham minoritas, dan karyawan perusahaan juga kepentingan rakyat
banyak dan persaingan yang sehat dalam melakukan usaha perusahaan (pasal 5).
3. Merger hanya dapat dilakukan dengan persetujuan rapat anggota yang dihadiri
oleh pemegang saham atau anggota koperasi yang mewakili sekurang-
kurangnya ¾ dari jumlah seluruh saham dengan suara yang sah dan di setujui
oleh sekurang-kurangnya ¾ bagian dari jumlah pemegang saham yang hadir
(pasal 7 ayat (2)).
3. Holding Company
Holding Company adalah suatu PT yang besar yang menguasai sebagian besar
sero atau saham perusahaan lainnya. Meskipun secara yuridis badan usaha yang
dikuasai tetap berdiri sendiri namun diatur dan dijalankan sesuai dengan kebijakan PT
yang menguasai.
PT Aneka Tambang (Antam) Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA),
dan PT Timah Tbk (TINS), yang disatukan (holding BUMN) dan menjadi anak usaha
PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) tetap ada.
"Pembentukan holding BUMN ini bertujuan supaya kapasitas usaha dan
pendanaan, pengelolaan sumber daya alam mineral dan batubara mengalami
peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi dan meningkatkan kandungan lokal. Serta
efisiensi biaya dari sinergi yang dilakukan,"tandasnya.
4. Concern
Sebenarnya concern sama halnya dengan holding company, yaitu memiliki
sebagian besar saham-saham dari beberapa badan usaha. Perbedaannya
adalah holding companysering berbentuk PT, sedangkan concern sering dimiliki
perseorangan, yaitu seorang hartawan yang mempunyai modal yang amat besar.
6. Syndicate
Syndicate adalah kerja sama sementara oleh beberapa badan usaha untuk
menjual atau mengerjakan suatu proses produksi.
7. Joint Venture
Joint venture adalah penggabungan beberapa badan usaha untuk mendirikan
satu bentuk usaha bersama dengan modal bersama pula, dengan tujuan untuk
menggali kekayaan alam dan mendidik tenaga ahli untuk menghasilkan keuntungan
yang lebih besar.
8. Production Sharing
Production sharing adalah kerja sama bagi hasil antara pihak-pihak tertentu.
9. Waralaba (Franchise)
Waralaba merupakan sistem usaha yang tidak memakai modal sendiri, artinya
untuk membuka gerai waralaba cukup menggunakan modal milik investor lain.
Seorang franchise(pembeli usaha waralaba) harus memenuhi syarat-syarat khusus
yang ditetapkan oleh franchisor (perusahaan waralaba), karena pada franchise akan
menggunakan merek yang sama dengan franchisor sehingga harus memiliki standar
yang sama. Keuntungan yang diperoleh investor waralaba antara lain terhindar dari
biaya trial and error, karena sudah terlebih dahulu dikeluarkan oleh pemilik usaha
1. Diversifikasi Usaha
2. Investasi
Seperti faham yang di anut oleh sebagian besar perusahaan multinasional di
Indonesia, yaitu dengan menambah dan mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya. Maka tujuan di bentuknya sebuah perusahaan merger adalah untuk
mendambah pundi-pundi pendapatan dengan bersatu dengan perusahaan-
perusahaan lainyang tentunya profitable.
Bank Patriot, PT
30 Juli 2004 Siloam Health Care Tbk (BGMT), Lippo Karawaci Tbk
PT (LPKR), PT
Aryaduta Hotel Tbk (HPSB), PT
Sumber Waluyo, PT
Metropolitan Tatanugraha, PT
1. Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan diambilalih dan perseroan
yang akan mengambilalih.
2. Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambilalih dan Direksi
Perseroan yang akan diambilalih.
3. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) UUPT untuk
tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambilalih dan Perseroan yang akan
diambilalih.
4. Tata cara penilaian dan konversi saham dari perseroan yang akan diambilalih terhadap
saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dengan saham.
5. Jumlah saham yang akan diambilalih.
6. Kesiapan pendanaan.
7. Neraca konsolidasi performa Perseroan yang akan mengambilalih setelah
pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntasi yang berlaku umum di
Indonesia.
8. Cara penyelesaian hak Pemegang Saham yang tidak setuju terhadap pengambilalihan
9. Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Komisaris dan
Karyawan Perseoran yang diambilalih.
10. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengambilalihan, termasuk jangka waktu
pemberian kuasa pengalihan saham dari Pemegang Saham kepada Direksi Perseroan.
11. Rancangan perubahan Anggaran Dasar Perseroan hasil pengambilalihan jika ada.
Kreditor dapat mengajukan keberatan kepada Perseroan dalam jangka waktu paling lambat
14 (empat belas) hari setelah pengumuman mengenai Pengambilalihan sesuai dengan
rancangan tersebut. Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditor tidak mengajukan
keberatan, kreditor dianggap menyetujui Pengambilalihan tersebut. Dalam hal keberatan
kreditor sampai dengan tanggal diselenggarakan RUPS tidak dapat diselesaikan oleh Direksi,
keberatan tersebut harus disampaikan dalam RUPS guna mendapat penyelesaian. Selama
masa penyelesaian belum tercapai, Pengambilalihan tidak dapat dilaksanakan.
6. Pembuatan Akta Pengambilalihan dihadapan Notaris
Menurut Pasal 128 ayat (1) menyatakan, Rancangan Pengambilalihan yang telah disetujui
RUPS dituangkan ke dalam akta Pengambilalihan yang dibuat dihadapan notaris dalam
bahasa Indonesia.
Menurut Pasal 133 ayat (2) UUPT, Direksi Perseroan yang sahamnya diambilalih wajib
mengumumkan hasil Pengambilalihan tersebut dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya
Penggambilalihan tersebut.
Cara pengambilalihan saham yang dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan
melalui pemengang saham langsung dilakukan melalui perundingan dan kesepakatan oleh
para pihak yang akan mengambil alih dengan pemegang saham dengan tetap memperhatikan
anggaran dasar Perseroan yang diambilalih tentang pemindahan hak atas saham dan
perjanjian yang telah dibuat oleh Perseroan dengan Pihak lain (Pasal 125 ayat (6) dan (7)
UUPT). Jika Pengambilalihan tersebut dilakukan oleh badan hukum berbentuk Perseroan,
sebelumnya Direksi harus mendapat persetujuan RUPS dahulu sebelum melakukan
perundingan dan kesepakatan pembelian saham yang langsung dari pemegang saham.
Dengan demikian Pasal 127 ayat (2), (3), (5), (6) dan (7) UUPT juga berlaku. Dalam hal
Kreditor yang ingin mengajukan keberatan kepada Perseroan dapat mengajukan dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman, namun jika dalam jangka
waktu tersebut kreditor tidak mengajukan keberatan maka kreditor dianggap menyetujui
Pengambilalihan. Dalam hal keberatan kreditor sampai dengan tanggal diselenggarakan
RUPS tidak dapat diselesaikan oleh Direksi, keberatan tersebut harus disampaikan dalam
RUPS guna mendapat penyelesaian. Selama penyelesaian tersebut belum tercapai
Pengambilalihan tidak dapat dilaksanakan.
Kemudian, menurut Pasal 128 ayat (2) UUPT, akta pengambilan saham yang dilakukan
langsung dari pemegang saham wajib dinyatakan dengan akta notaris dalam Bahasa
Indonesia. Oleh karena Pengambilalihan dilakukan secara langsung dari pemegang saham,
Pasal 131 ayat (2) UUPT menyebutnya akta pemindahan hak atas saham.
Menurut Pasal 131 ayat (2) UUPT, Salinan akta pemindahan hak atas saham wajib
dilampirkan pada penyampaian pemberitahuan kepada Menteri tentang perubahan susunan
pemegang saham.
Pada tahap terakhir berdasarkan Pasal 133 ayat (2) UUPT, Direksi Perseroan yang sahamnya
diambil alih wajib mengumumkan hasil Pengambilalihan dalam 1 (satu) Surat Kabar atau
lebih, kewajiban untuk mengumumkan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya Pengambilalihan.
Definisi Pengambilalihan yang diatur dalam Pasal 1 angka 11 UUPT adalah Pengambilalihan
yang mengakibatkan perubahan Pengendalian atas suatu Perseroan Terbatas. Namun, dalam
hal pengambilalihan saham Perseroan yang tidak mengakibatkan perubahan pengendalian
terdapat syarat dimana jumlah saham yang diambilalih yaitu tidak melebihi 50% saham
Perseroan.
Dengan demikian, prosedur hukum suatu pengambilalihan saham yang tidak mengakibatkan
perubahan pengendalian di dalam Perseroan ini, terdapat prosedur-prosedur yang tidak perlu
dilakukan yaitu:
1. Prosedur keputusan RUPS (Pasal 125 ayat (4) UUPT), tanpa mengenyampingkan
ketentuan Anggaran Dasar Perseroan yang bersangkutan.
2. Prosedur penyusunan rancangan pengambilalihan (Pasal 125 ayat (6) UUPT).
3. Prosedur pengumuman ringkasan rancangan pengambilalihan dalam 1 (satu) surat
kabar (Pasal 127 ayat (2) UUPT).
4. Prosedur pembuatan akta pengambilaihan dihadapan notaris (Pasal 128 UUPT)
5. Prosedur pengumuman pengambilalihan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih (Pasal
133 UUPT)
Kelebihan Akuisisi
Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham
sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm mereka dapat menaham
sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
Dalam akuisisi saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan
pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak
diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi
saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat “hostile
takeover”.
Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas
suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi
pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akusisi “Harianto dan Sudomo,
2001, p.643-644”.
Kekurangan Akuisisi
Inilah Alasan Microsoft Akuisisi Nokia Deliusno Kompas.com - 03/09/2013, 13:04 WIB
Ilustrasi KOMPAS.com - Microsoft mengumumkan sebuah rencana yang mengejutkan
banyak pihak di dunia industri teknologi, perusahaan raksasa software tersebut berencana
untuk membeli sebagian besar bisnis utama Nokia, Selasa (3/9/2013). Dana yang akan
dikeluarkannya pun tidak sedikit. Untuk unis bisnis perangkat dan layanan bisnis, Microsoft
harus merogoh kocek senilai 5 miliar dollar AS. Sementara itu, untuk lisensi paten Nokia,
Microsoft mengeluarkan uang sebesar 2,2 miliar dollar AS. Total, dana yang dihabiskan oleh
Microsoft adalah sebesar 7,2 miliar dollar AS. Pertanyaan besarnya, setelah lama
dirumorkan, mengapa Microsoft akhirnya bersedia membeli bisnis-bisnis utama Nokia?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Microsoft telah menyediakan sebuah file presentasi
berjumlah 30 halaman. Sedianya, file tersebut akan dibacakan dalam konferensi telepon
dengan beberapa media, terkait pengakuisisian dua divisi besar Nokia tersebut. Dalam file
tersebut, seperti dikutip dari Washington Post, Selasa (3/9/2013), Microsoft mengungkapkan
bahwa mereka percaya integrasi yang lebih dalam dengan perangkat, software, dan layanan
dengan Nokia sangat dibutuhkan untuk "bertarung" dengan kompetitor besar, seperti Apple
dan ekosistem mobile Google Android. "Perangkat membantu layanan dan layanan
membantu perangkat," tulis Microsoft dalam presentasi tersebut. Advertisment Microsoft
sangat yakin, setelah Nokia menjadi satu bagian dengan Microsoft, keduanya dapat lebih
leluasa bekerja sama dalam mengembangkan platform Windows Phone. Selain itu, dana yang
dikeluarkan oleh Microsoft untuk pengembangan platform Windows Phone diyakini dapat
lebih meningkat. Dana yang dikeluarkan oleh Mirosoft tampaknya tidak bisa terlalu besar
dikarenakan insentif yang diterima mereka terkait Windows Phone tidaklah terlalu besar. Saat
ini, setiap ada satu perangkat Lumia yang terjual, Microsoft akan mendapatkan insentif,
semacam uang royalti, sebesar 10 dollar AS dari Nokia. Sedangkan sisanya, akan langsung
masuk ke "kantung" Nokia. Total insentif yang didapatkan Microsoft dari Nokia selama ini
tampaknya belum cukup untuk pendanaan pengembangan Windows Phone. Nah, insentif
tersebut diyakini akan berubah saat Nokia telah menjadi bagian dari Microsoft. Microsoft
memperkirakan akan menikmati nilai insentif baru, yaitu sebesar 40 dollar AS setiap ada satu
Lumia yang berhasil terjual. Microsoft sendiri telah merencanakan akan mengalokasikan
dana tersebut untuk pendanaan di bidang "inovasi dan marketing". Microsoft sendiri
memperkirakan, dibutuhkan sekitar 50 juta perangkat yang terjual untuk mencapai titik Break
Even atau balik modal.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Inilah Alasan Microsoft Akuisisi
Nokia",
https://tekno.kompas.com/read/2013/09/03/1304242/Inilah.Alasan.Microsoft.Akuisisi.Nokia.
Penulis : Deliusno
C. SEPARASI
Separasi adalah perbuatan hukum oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang
mengakibatkan:
Seluruh pasiva dan aktiva perseroan beralih kepada dua perseroan atau lebih ( POLA 1)
Sebagian pasiva dan aktiva perseroan beralih karena hukum kepada satu perseroan atau lebih
(POLA 2 )
Landasan Hukum
-Merger, Konsolidasi, Akuisisi, dan Pemisahan Perusahaan (MKAPP) secara lengkap dapat
diterapkan pada PT berdasarkan UU 40/2007 tentang perseroan terbatas, PP 27/1998 tentang
penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan perseroan Terbatas, serta Permenkumham
yang terkait dengan Perseroan Terbatas.
-MKAPP pada perseroan terbatas di bidang PERBANKAN juga diatur secara khusus dalam
PP 28/1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dan PP 29/1999 tentang
pengambilalihan Bank Umum dan peraturan BI yang terkait.
-MKAPP pada PERSEROAN TERBUKA di pasar modal juga diatur secara khusus dalam
Peraturan Bapepam IX.G.1 tentang penggabungan usaha atau peleburan usaha perusahaan
public atau emiten, dan peraturan Bapepam IX.H.1 tentang pengambilalihan Perusahaan
Terbuka, serta peraturan Bapepam terkait lainnya.
-MKAPP pada PERUSAHAAN BUMN diatur dalam UU 19/2003 tentang BUMN serta PP
43/2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan perubahan bentuk Badan
Hukum BUMN.
-MKAP pada Koperasi diatur dalam UU 25/1992 tentang perkoperasian dan Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman
pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi.
– Pemisahaan perusahaan atau pembagian perusahaan dibagi menjadi dua yaitu pemisahaan
murni (Split-off) dan pemisahan tidak murni (Spin-off).
– Dalam pemisahan murni/pemisahan menyeluruh, semua asset perusahaan dibagi habis dan
dialihkan kepada dua atau lebih perusahaan baru hasil pemisahaan, sehingga perusahaan awal
menjadi bubar demi hukum tanpa proses likuidasi
– Dalam pemisahaan tidak murni atau pemisahan sebagian, hanya sebagian asset perusahaan
yang dipisahkan dan dialihkan kepada perusahaan baru hasil pemisahan, sehingga perusahaan
awal masih tetap hidup
– Kreditur yang tidak setuju dengan pemisahan perusahan dapat mengajukan keberatan
kepada direktur. Jika direktur tidak dapat menyelesaikan, maka persoalan tersebut diajukan
kepada RUPS untuk diselesaikan. Selama penyelesaian belum tercapai, pemisahan
perusahaan tidak dapat dilaksanakan
– Rancangan pemisahan yang telah disetujui RUPS selanjutnya dituangkan dalam akta
pemisahan yang dibuat di hadapan notaris serta diumumkan dalam daftar perseroan dan
tambahan berita Negara
– Pemisahan perusahaan pada umumnya dilakukan dengan cara memisahkan unit usaha
menjadi perusahaan yang mandiri. Hal ini diterapkan pada pemisahan unit usaha syariah dari
bank umum menjadi bank syariah yang berdiri sendiri. Hal senada juga terjadi dalam
pemisahana unit manajer investasi dari perusahaan efek menjadi perusahaan manajer
investasi yang mandiri.
Contoh separasi
Citilink (PT Citilink Indonesia) adalah sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah dan
anak perusahaan Garuda Indonesia. Perusahaan ini berdiri tahun 2001 sebagai Unit Bisnis
Strategis (SBU) dan difungsikan sebagai salah satu alternatif penerbangan bertarif rendah
di Indonesia. Sejak tanggal 30 Juli 2012 Citilink secara resmi beroperasi sebagai entitas
bisnis yang terpisah atau diseparasikan dari Garuda Indonesia setelah mendapatkan Air
Operator Certificate (AOC). spin off dilakukan sebagai bentuk penetrasi pasar menengah
bawah (low cost carrier) yang berkembang lebih cepat dibanding full service carrier. Sebagai
gambaran, Garuda adalah maskapai pelat merah yang bergerak di segmen full service carrier.
Kelebihan
Kekurangan
Syarat Separasi
Gunawan Widjaja, 2002, Merger Dalam Perspektif Monopoli, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta,