net/publication/332446206
CITATIONS READS
0 8,638
1 author:
Ni Kadek Sinarwati
Ganesha University of Education
20 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ni Kadek Sinarwati on 16 April 2019.
Ni Kadek
Sinarwati
Undiksha
5
Press
PENGANTAR AKUNTANSI 2
Penulis:
NI KADEK SINARWATI,S.E.,M.Si.,Ak.
ISBN : 978-602-1213-78-0
Editor:
Dr. ANANTAWIKRAMA TUNGGA A.,S.E.,M.Si.,Ak
Penyunting:
Prof. Dr. I WAYAN LASMAWAN,M.Pd
Redaksi:
Gedung Jurusan S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha),
Jalan Udayana No.12 (Kampus Tengah) Singaraja Bali,
Telp (0362) 22570-23884, Fax. 25735
Email: kadeksinar20@gmail.com
i
Pengantar Akuntansi 2
ii
Pengantar Akuntansi 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Asung Wara NugrahaNya penulisan Buku Ajar Pengantar Akuntansi
2 ini dapat diselesaikan. Buku Ajar Pengantar Akuntansi 2 ini membahas
tentang: Akuntansi Kas, Akuntansi Investasi Pada Surat Berharga, Akuntansi
Piutang, Akuntansi Persediaan, Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Utang
Lancar, Akuntansi Utang Jangka Panjang dan Akuntansi Modal.
Buku ini ditujukan kepada mahasiswa, dosen dan siapa saja yang
berminat untuk mempelajari materi Pengantar Akuntansi 2. Penulis menyadari
bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak mengandung
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih apabila pembaca
bersedia memberikan kritik saran, sehingga dapat digunakan untuk
penyempurnaan pada edisi berikutnya.
Penulis
iii
Pengantar Akuntansi 2
DAFTAR ISI
iv
Pengantar Akuntansi 2
BAB IV AKUNTANSI PERSEDIAAN
A. Arti Penting Persediaan …………………………………………………… 53
B. Cara Pencatatan Persediaan ……………………………………………. 54
C. Perhitungan Harga Perolehan Persediaan ……………………….. 59
D. Kesalahan Dalam Penghitungan Persediaan ……………………. 66
E. Item Yang Termasuk Persediaan ……………………………………… 66
F. Penyajian Persediaan Di Neraca ………………………………………. 67
v
Pengantar Akuntansi 2
BAB I
AKUNTANSI KAS
Tujuan pembelajaran
Kas merupakan aset yang paling likuid, dan merupakan aset yang
pertama kali ada di perusahaan. Kas memiliki tingkat perputaran yang
paling tinggi dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Ketika suatu
usaha baru didirikan, pemilik menyetorkan modal salah satunya dalam
bentuk kas, kemudian kas tersebut dibelikan perlengkapan, peralatan,
bahan baku atau barang jadi. Setelah terjadi penjualan barang atau jasa
baik secara tunai maupun kredit, maka berikutnya perusahaan akan
menerima kas. Terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi agar suatu
aktiva dapat dinyatakan sebagai kas yaitu:
1. Harus siap digunakan setiap saat untuk membayar semua kewajiban
yang ada sekarang,
2. Bebas dari ikatan apapaun yang membatasi penggunaannya untuk
membayar utang.
1
Pengantar Akuntansi 2
perusahaan, semakin besar perusahaan, maka transaksi khususnya yang
berkaitan dengan kas akan semakin banyak dan semakin beragam.
Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dapat dipisahkan menjadi
dua kelompok yakni penerimaan dan pengeluaran kas dari dan untuk
kegiatan operasi maupun dari kegiatan non operasi. Penerimaan kas dari
operasi misalnya penerimaan dari penjualan tunai, penerimaan piutang,
setoran modal oleh pemilik, penerimaan pinjaman dan yang lainnya.
Penerimaan kas yang berasal dari kegiatan non operasi misalnya
penerimaan bunga simpanan di bank, penerimaan hadiah dari undian,
penerimaan kas dari penjualan aset tetap yang tidak digunakan lagi dan
yang lainnya. Pengeluaran kas untuk kegiatan operasi misalnya
pembayaran biaya-biaya operasional seperti pembayaran gaji pegawai,
pembayaran sewa, pembelian bahan baku, pembelian persediaan
barang dan yang lainnya. Sedangkan pengeluaran kas untuk kegiatan
non operasi misalnya pembayaran untuk pembayaran sumbangan,
pembayaran pajak atas hadiah dan yang lainnya.
Praktik-praktik yang mungkin dilakukan untuk menyelewengkan kas
antara lain:
1. Penerimaan kas dari penjualan tunai dicatat lebih rendah dari
yang seharusnya.
2. Tagihan yang timbul dari penjualan kredit tidak dicatat
3. Cek untuk kepentingan pribadi dibebankan sebagai biaya
perusahaan
4. Lapping atau menunda posting.
2
Pengantar Akuntansi 2
a. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan
untuk menangani penerimaan kas.
b. Melakukan pemisahan tugas antara individu yang menerima
kas, mencatat/membukukan penerimaan kas dan yang
menyimpan kas.
c. Setiap penerimaan kas harus didukung oleh dokumen.
d. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil
penagihan piutang dari pelanggan harus disetor ke bank.
e. Melakukan pengecekan independen atau verifikasi internal
f. Mengikat karyawan yang menangani penerimaan kas dengan
uang pertanggungan.
2. Pengendalian intern atas pengeluaran kas
Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip
pengendalian internal atas pembayaran kas dengan menggunakan
cek:
a. Hanya pejabat tertentu saja yang secara khusus memiliki
otorisasi untuk menandatangani cek.
b. Adanya pemisahan tugas antara individu yang menyetujui
pembayaran kas, melakukan pembayaran kas, dan yang
mencatat/membukukan pengeluaran kas.
c. Menggunakan cek yang telah bernomor urut tercetak, setiap
cek harus dilampiri dengan bukti tagihan.
d. Simpanlah blanko cek yang belum terpakai dalam safe deposit
box, dan hanya satu orang tertentu saja yang ditunjuk atau
memiliki kode akses untuk membukanya.
e. Melakukan pengecekan independen atau verifikasi internal.
Bandingkan antara cek dengan bukti tagihan dan cocokkanlah
dengan laporan bank atau rekening koran bulanan.
f. Faktur tagihan (invoices) yang telah dibayat haru segera diberi
stempel “Lunas”.
3
Pengantar Akuntansi 2
terjadi dari transaksi yang telah disetujui (disahkan) oleh orang yang
diberi wewenang oleh perusahaan; (2) prosedur-prosedur yang
berkaitan dengan terjadinya kewajiban, yang meliputi verifikasi,
pengesahan, dan pencatatan, harus ditetapkan; (3) cek hanya dapat
dikleuarkan untuk pembayaran kewajiban yang telah diverifikasi,
disahkan, dan dicatat dengan benar; (4) kewajiban harus dicatat pada
saat terjadi, dan setiap transaksi pembelian harus diperlakukan
sebagai transaksi yang independen. Ketentuan ini harus dipenuhi,
meskipun terjadi lebih dari satu transaksi pembelian dari perusahaan
yang sama dalam satu bulan atau periode faktur lainnya.
D. Laporan Bank
Setiap akhir bulan, giran (pemegang rekening giro) menerima laporan
bank. Laporan ini berisi informasi cek-cek yang telah diuangkan,
setoran-setoran yang telah diterima, dan saldo harian. Laporan bank
juga berisi informasi tentang memo debet dan memo kredit.
Memo debet adalah pengurangan atas rekening giro, selain dari cek
yang dikeluarkan oleh giran. Misalnya memo debet untuk biaya bank
dan cek kosong. Memo kredit adalah penambahan saldo rekening
giro, selain dari setoran langsung giran. Misalnya memo kredit untuk
jasa giro dari bank dan setoran pihak lain.
4
Pengantar Akuntansi 2
menghasilkan saldo yang sama. Namun dalam kenyataannya, dua
catatan itu tidak pernah sama, sehingga perlu dilakukan rekonsiliasi.
Penyebab perbedaan saldo tersebut dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Beda waktu pencatatan
Yang dimaksud dengan beda waktu ppencatatan yakni antara
pemegang giran dan bank berbeda waktu mencatat transaksi yang
sama. Hal ini umumnya terjadi di akhir bulan. Beda waktu
pencatatan ini terdiri dari:
a. Setoran dalam perjalanan/deposit intransit, yakni setoran
perusahaan yang belum diterima oleh bank, misalnya, karena
perusahaan melakukan penyetoran pada sore hari, setelah
kegiatan pembukuan bank berhenti. Setoran ini sudah
menambah saldi di buku perusahaan, tetapi belum menambah
saldo di bank.
b. Cek yang masih beredar/out standing cek, yaitu cek yang sudah
dikeluarkan perusahaan tetapi belum dicairkan ke bank oleh
penerima cek. Out standing cek ini sudah mengurangi saldo
doperusahaan tetapi belum mengurangi saldo di bank.
c. Memo kredit, yaitu penerimaan yang telah diakui dan dicatat
oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Termasuk
dalam memo kredit ini yaitu pendapatan jasa giro dan
penerimaan transferan dari pihak lain.
d. Memo debet, yaitu pengeluaran yang telah diakui dan dicatat
oleh bank, namum belum dicatat oleh perusahaan. Termasuk
dalam memo debet ini yakni biaya administrasi bank dan cek
kosong.
2. Kesalahan pencatatan
Bank atau perusahaan (atau kedua-duanya) telah melakukan
kesalahan pencatatan. Sebagai contoh, bank mungkin mengurangi
saldo rekening seorang pemegang giro untuk cek yang ditarik oleh
pemegang giro yang lain. Sementara itu, pemegang giro mungkin
salah mencatat jumlah rupiah cek yang telah diatariknya. Apabila
salah satu pihak atau kedua-duanya melakukan kesalahan
pencatatan, maka dapat dipastikan bahwa saldo menurut
perusahaan tidak akian sama dengan saldo yang tercantum dalam
5
Pengantar Akuntansi 2
laporan bank. Untuk menyamakan saldo tersebut harus dibuat
laporan rekonsiliasi bank, setelah laporan rekonsiliasi bank selesai
dilanjutkan dengan membuat jurnal penyesuaian dan posting
jurnal ke buku besar, sehingga pada buku besar bank yang ada
diperusahaan menunjukkan saldo yang sudah sesuai dengan saldo
simpanan di bank yang nampak pada laporan rekening koran.
Adapun tahap-tahap dalam menyusun laporan rekonsiliasi bank
adalah:
1. Tentukan saldo akhir menurut catatan perusahaan/giran dan
saldo akhir menurut catatan bank/rekening koran bank. Saldo
ini sudah tentu menunjukkan angka yang tidak sama.
2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yang
tercantum dalam pembukuan perusahaan tetapi tidak
tercantum dalam laporan bank.
a. Tambahkan setoran dalam perjalanan/deposi intransit pada
saldo per bank. Setoran dalam perjalanan dapat diketahui
dengan cara membandingkan antara setoran-setoran yang
tercantum dalam laporan bank dengan daftar penerimaan
kas yang terdapat dalam pembukuan perusahaan. Setoran
dalam perjalanan adalah setoran yang tercantum dalam
pembukuan perusahaan, tetapi tidak tercantum sebagai
setoran dalam laporan bank pada bulan yang bersangkutan.
Apabila pada bulan yang lalu terdapat setoran dalam
perjalanan, maka setoran tersebut akan nampak dalam
laporan bank bulan ini. Jika tidak, berarti setoran tersebut
telah hilang.
b. Kurangkan cek dalam perjalanan/out standing cek dari saldo
per bank. Cek dalam perjalanan dapat diketahui dengan cara
membandingkan antara cek-cek yang diuangkan di bank
seperti tercantum dalam laporan bank dengan cek-cek yang
dikeluarkan perusahaan seperti tercantum dalam jurnal
pengeluaran kas. Cek dalam perjalanan adalah cek yang
telah dikeluarkan perusahaan tetapi tidak nampak dalam
laporan bank, karena penerima cek belum mencairkan cek
tersebut ke bank. Pembandingan ini juga merupakan
6
Pengantar Akuntansi 2
pengujian bahwa semua cek yang telah dibayar oleh bank
adalah merupakan cek perusahaan yang sah dan telah
dicatat dengan benar, baik oleh bank maupun oleh
perusahaan. Cek dalam perjalanan sangat umum terjadi,
sehigga merupakan hal yang paling sering tercantum dalam
suatu laporan bank.
3. Tambahkan atau kurangkan saldo perbuku, hal-hal yang
tercantum dalam laporan bank, tetapi tidak tercatat dalam
pembukuan perusahaan:
a. Tambahkan saldo pada saldo per buku (a) penerimaan-
penerimaan kas langsung melalui bank dan (2) pendapatan
bunga atas saldo giro di bank. Kedua hal tersebut akan dapat
diketahui dengan cara membandingkan antara setoran-
setoran yang tercantum dalam laporan bank dengan
penerimaan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan.
Kadang-kadang perusahaan belum mencatat kedua hal
tersebut, sedangkan bank sudah mencatatnya.
b. Kurangkan dari saldo per buku (a) biaya administrasi bank,
(b) biaya pencetakan cek, dan (c) pengurangan yang telah
dilakukan oleh bank lainnya (misalnya pengurangan karena
adanya pengembalian cek kosong atau cek yang telah lewat
waktu). Hal-hal tersebut akan dapat diketahui dengan cara
membandingkan pengurangan-pengurangan yang terdapat
dalam laporan bank dengan catatan perusahaan dalam
jurnal pengeluaran kas. Kadang-kadang hal di atas belum
dicatat perusahaan sedangkan bank sudah mencatatnya.
4. Hitunglah saldo per bank dan saldo per buku/perusahaan yang
telah disesuaikan. Kedua saldo tersebut harus sama.
5. Buatlah jurnal penyesuaian dengan menyesuaian hal-hal
penyebab perbedaan saldo yang terdapat pada bagian saldo
menurut perusahaan.
6. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan
perusahaan, dan sampaikan pemberitahuan ke bank jika bank
telah melakukan kesalahan.
Contoh Laporan Rekonsiliasi Bank
7
Pengantar Akuntansi 2
Pada tanggal 1 Oktober 2014, PT. WGAH membuka rekening
giro di Bank BNI dengan setoran mula-mula Rp 40.000.000.
Saldo menurut PT. WGAH pada akhir Oktober menunjukkan
angka Rp 5.051.000 sedangkan menurut BNI saldonya Rp
5.278.000. Setelah dilakukan prosedur rekonsiliasi, diketahui
bahwa perbedaan saldo di atas disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Setoran dalam perjalanan Rp 860.000
2. Cek yang masih beredar Rp 820.000
3. Jasa giro yang diberikan bank Rp 8.000 dan biaya bank Rp
10.000
4. Cek sebesar Rp 211.000 yang diterima perusahaan dari PT.
Karuna ternyata dananya tidak mencukupi.
5. Bank berhasill menagihkan wesel nominal Rp 500.000.
Terhadap jumlah ini dibebankan biaya tagih Rp 20.000
8
Pengantar Akuntansi 2
1. Laporan Rekonsiliasi Bank
PT WGAH
LAPORAN REKONSILIASI BANK
PER 31 OKTOBER
Ditambah Ditambah
Dikurangi: Dikurangi:
Saldo perusahaan yang benar 5.318.000 Saldo bank yang benar 5.318.000
======== ========
Menurut laporan rekonsiliasi bank di atas, saldo kas yang benar adalah Rp.
5.318.000. Prosedur rekonsiliasi bukanlah prosedur untuk membetulkan
rekening bank dan rekening lainnya di buku besar. Oleh karena itusaldo
rekening-rekening setelah rekonsiliasi tersebut masih tetap menunjukkan
saldo-saldo semula. Untuk membetulkan saldo-saldo buku perusahaan kita
harus membuat jurnal penyesuaian dan mempostingnya ke rekening-rekening
yang bersangkutan. Adapun data untuk membuat jurnal penyesuaian adalah
9
Pengantar Akuntansi 2
laporan rekonsiliasi bank khususnya penyesuaian di bagian saldo menurut
perusahaan. Jurnal-jurnal penyesuaian yang dibuat yaitu:
10
Pengantar Akuntansi 2 10
c. Buku Besar Bank BNI di PT WGAH
Tanggal Keterangan Debet Kredit Saldo
31 Okt 2014 Saldo sebelum rekonsiliasi 5.051.000
31 Okt 2014 Penerimaan piutang wesel 480.000 5.531.000
31 Okt 2014 Pendapatan jasa giro 8.000 5.539.000
31 Okt 2014 Cek Kosong PT Karuna 211.000 5.328.000
31 Okt 2014 Biaya bank 10.000 5.318.000
F. Bank Overdraft
Bank overdraft terjadi ketika pemilik rekening giro/giran mengeluarkan
cek atau bilyet giro melebihi saldo rekeningnya di bank. Saldo overdraft
pada salah satu rekening di bank disajikan sebagai utang lancar di neraca.
G. Kas Kecil
Salah satu cara pengendalian internal kas adalah segera menyetorkan ke
bank semua penerimaan dan jika terjadi pengeluaran kas sebaiknya
menggunakan cek/bilye giro. Namun untuk pengeluaran yang jumlahnya
relatif kecil misalnya untuk membeli perangko, vas bunga, alas meja,
biaya sosial dan biaya lainnya (yang jumlahnya relatif kecil) penggunaan
cek tidak efektif.
Alasan perlu dibentuknya sebuah dana kas kecil adalah bahwa
pembayaran-pembayaran yang jumlahnya relatif kecil ini, yang sering
terjadi, mungkin pada akhirnya juga dapat menjadi suatu jumlah tertentu
yang cukup signifikan jika ditotal. Oleh sebab itu agar pengeluaran-
pengeluaran ini juga tetap dimonitor dengan baik maka pengendalian
internal mutlak diperlukan, caranya adalah dengan membentuk sistem
dana kas kecil.
Untuk membentuk suatu kas kecil, perusahaan harus menaksir jumlah
kas yang diperlukan untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya
keperluan seminggu atau sebulan. Berikutnya perusahaan mengeluarkan
11
Pengantar Akuntansi 2 11
cek dan menguangkannya ke bank untuk mengisi dana kas kecil tersebut.
Atas pengeluaran cek ini dibuat jurnal sebagai berikut:
Kas kecil xxx
Bank xxx
Dana kas kecil dikelola oleh seorang petugas yang disebut pemegang kas
kecil. Pemegang kas kecil inilah yang bertanggungjawab atas
penyimpanan dan pemakaian kas kecil. Setiap pemakaian kas kecil akan
mengurangi jumlah kas kecil dan menambah jumlah bukti pengeluaran
kas dalam peti kas. Apabila kas kecil hampir habis, maka harus segera diisi
kembali. Untuk melakukan pengisian kembali pemegang kas kecil harus
menunjukkan bukti-bukti pemakaian kas kecil dan menukarkannya ke
kasir perusahaan. Kasir akan membubuhkan cap “Telah Dibayar” pada
setiap lembar bukti pemakaian kas kecil. Selanjutnya kasir mengeluarkan
cek dan menyerahkannya kepada pemegang kas kecil untuk segera
diuangkan. Setelah cek diuangkan maka jumlah saldo kas kecil kembali
seperti semula.
Pada saat terjadi pemakaian kas kecil, perusahaan belum mencatat
transaksi tersebut, tetapi pemegang kas kecil menyimpan bukti
pengeluarannya. Jika kas kecil diisi kembali dan kasir mengeluarkan cek
untuk mengisinya, maka pada saat itu dibuat jurnal dengan mendebet
rekening biaya-biaya dan mengkredit rekening Bank. Pengoperasian kas
kecil seperti diuraikan di atas disebut dengan imprest system/sistem dana
tetap. Terdapat empat kegiatan pada manajemen kas kecil dengan sistem
dana tetap yaitu:
1. Pembentukan kas kecil
Kasir PT WGAH menyerahkan cek senilai Rp. 500.000 kepada
pemegang dana kas kecil. Dana tersebut diperkirakan untuk
membiayai pengeluaran dalam jumlah kecil selama dua minggu.
Transaksi tersebut dijurnal
Dana Kas Kecil Rp 500.000
Bank Rp 500.000
2. Menggunakan dana kas kecil
Sampai dengan minggu kedua dana kas kecil yang terpakai sejulah Rp
240.000, untuk pemakaian dana kas kecil tidak terdapat penjurnalan,
12
Pengantar Akuntansi 2 12
melainkan hanya pencatatan memorial yang dibuat oleh pemegang kas
kecil dan mengumpulkan bukti pemakaian kas kecil.
3. Mengisi kembali dana kas kecil
Pada awal minggu ketiga ketika dilakukan pengisian dana kas kecil,
pemegang kas kecil akan menyerahkan bukti pemakaian kas kecil
kepada kasir dan menyerahkan dana sebesar Rp 240.000. Pengisian
kembali kas kecil tersebut di buatkan jurnal sebagai berikut:
Biaya-biaya Rp 240.000
Kas/bank Rp 2400.000
Dengan dilakukan pengisian kembali jumlah saldo kas kecil tetap
sejumlah Rp 500.000, selain itu, penjurnalan atas pengisian kembali
dimaksudkan untuk mengakui biaya-biaya yang terjadi dan
menyajikannya pada laporan laba/rugi dan menunjukkan jumlah kas
kecil yang akan dilaporkan di Neraca.
4. Penyesuaian
Dalam hal tidak dilakukan pengisian kembali kas kecil pada akhir
periode, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian ini
untuk mengakui biaya sejak pengisian sebelumnya sampai akhir
periode. Misalnya pada contoh diatas tidak dilakukan pengisian kas
kecil sampai dengan akhir periode, maka jurnal yang dibuat adalah:
Biaya-biaya Rp 240.000
Kas Kecil Rp 240.000
Dengan jurnal penyesuaian ini maka jumlah kas kecil yang dilaporkan
di Neraca adalah sebesar Rp 260.000 (Rp 500.000- Rp 240.000).
Pada hari kerja pertama periode berikutnya jurnal penyesuaian di ata
dibuatkan jurnal pembali sebagai berikut:
Kas Kecil Rp 240.000
Biaya-biaya Rp 240.000
H Selisih Kas
Yang dimaksud dengan selisih kas adalah perbedaan fisik uang dengan
bukti pendukung. Hal ini terjadi karena sulitnya mencari uang receh.
Jika selisih kas menguntungkan dimana fisik uang lebih banyak dari
bukti pendukung maka akan diakui sebagai pendapat di luar usaha,
sedangkan sebaliknya jika fisik bukti pendukung lebih banyak dari fisik
13
Pengantar Akuntansi 2 13
uang maka akan diakui sebagai biaya di luar usaha dan rekening
lawannya adalah kas kecil. Apabila jumlah selisih kas material, hal ini
mungkin disebabkan oleh hal lain diluar kesulitan mencari uang receh.
Kondisi tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan dicari
penyebabnya agar bisa dilakukan tindakan korektif dan preventif.
Rangkuman
1. Pengendalian intern terhadap kas penting dilakukan karena kas
merupakan aktiva lancar yang paling mudah diselewengkan,
hal tersebut karena kas memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.Bentuknya kecil, mudah dipindahtangankan dan bobotnya
ringan
b. Tidak ada identitas siapa pemiliknya
2. Pengendalian intern terhadap kas, dilakukan terhadap
penerimaan dan pengeluaran kas.
3. Pembuatan catatan ganda kas di perusahaan dan di bank
merupakan salah satu cara pengendalian intern terhadap kas.
14
Pengantar Akuntansi 2 14
4. Jika perusahaan memiliki rekening giro di bank, maka pada
setiap akhir periode perusahaan akan menerima laporan bank
atau laporan rekening koran. Saldo catatan kas akhir periode di
bank menurut versi rekening koran dengan saldo catatan kas di
perusahaan tidak pernah sama, dan untuk menyesuaikan
catatan tersebut dibuat laporan rekonsiliasi bank.
5. Terdapat dua penyebab perbedaan saldo kas di bank dengan
saldo kas menurut catatan bank yakni: (1) beda waktu
pencattan dan (2)kesalahan pencatatan.
6. Bank overdraft terjadi ketika pemilik rekening giro/giran
mengeluarkan cek atau bilyet giro melebihi saldo rekeningnya
di bank.
7. Terdapat dua cara untuk menyelenggarakan kas kecil yakni
sistem dana tetap (imprest sistem) dan sistem berubah-ubah
(fluktuatif sistem). Untuk tujuan pengendalian intern terhadap
kas, metode dana tetap lebih baik digunakan.
8. Yang dimaksud dengan selisih kas adalah perbedaan fisik uang
dengan bukti pendukung.
9. Di Neraca kas disajikan pada urutan pertama karena kas
merupakan aktiva lancar yang paling lancar.
Bahan diskusi
1. Bagaimana pengendalian internal atas penerimaan kas
dilakukan?
2. Bagaimana cara pengendalian internal atas pembayaran kas
yang menggunakan cek?
3. Bagaimana kas disajikan di neraca?
4. Apa yang dimaksud dengan laporan rekonsiliasi bank dan apa
tujuan dibuat laporan rekonsiliasi bank?
5. Mengapa selisih kas dicatat ke dalam rekening
pendpatan/biaya non operasional?
15
Pengantar Akuntansi 2 15
Latihan soal
1. Pada waktu memeriksa kas PT WGAH anda menemukan kas
kecil Rp 2500 (Imprest system). Perusahaan mengadakan
pengisian kembali tanggal 15 Januari (sekarang 31
Desember). Dari jumlah kas kecil tersebut menurut
perusahaan Rp 1.850 dikeluarkan sebagai biaya, sedangkan
menurut pemeriksaan hanya Rp 1.250 dikeluarkan sebagai
biaya. Dan pengeluaran lainnya tidak ada buktinya.
Diminta buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan untuk
mencatat transaksi yang berhubungan kas kecil di PT WGAH
2. Sebutkan termasuk kelompok kas atau non kas kah, item-
item berikut:
a. NSF checks
b. Saving account
c. Postage stamp
d. Postdated checks
e. US $ 100
f. Cash on hand
g. Cash on sinking fund
h. Travel advanced
i. Bank overdraft
j. Traveller’s checks
3. PT Bintang menyetor kasnya ke bank mandiri setiap hari
dalam rekening gironya. Setiap pengeluaran yang jumlahnya
relatif besar (diluar penggunaan kas kecil) selalu
menggunakan cek. Berikut ini informasi yang berguna untuk
menyusun laporan rekonsiliasi bank.
a. Saldo kas di bank mandiri per buku PT Bintang pada awal
Desember adalah Rp 432.000.000
b. Penerimaan kas selama bulan Desember Rp
1.000.000.000
c. Pengeluaran kas selama bulan Desember Rp
532.000.000
d. Deposit intransit bulan Desember Rp 250.000.000
e. Out standing check bulan Desember Rp 235.600.000
16
Pengantar Akuntansi 2 16
f. Memo debet dari bank untuk biaya bulan Desember Rp
23.400.000
g. Memo kredit dari bank untuk jasa giro Rp 3.200.000
h. Cek PT Lintang sebagai setoan ke PT Bintang langsung
disetor ke bank Mandiri sebesar Rp 67.800.000
i. Setoran UD. Bintang sbesar Rp 137.600.000 oleh bank
mandiri dicatat sebagai setoran PT Bintang.
j. Cek CV Sintang dicatat sebagai cek PT Bintang oleh bank
Mandiri sebesar Rp 117.500.000
k. Cek sebesar Rp 96.000.000 oleh kasir PT Bintang dicatat
sebesar Rp 69.000.000 cek ini untuk membayar utang
dagang ke PT Gemilang
l. Menurut rekening giro saldo PT Bintang di bank Mandiri
per 31 Desember Rp 926.300.000
Diminta buatlah:
a. Laporan rekonsiliasi bank per 31 Desember
b. Buatlah jurnal penyesuaian
4. Pada tanggal 2 Januari 2015 anda menemukan bukti-bukti
kas kecil sebagai berikut:
Uang kertas dan koin Rp 15.160
Kas bon pegawai Rp 45.000
Amplop berisi tiket sepak bola
yang ditonton oleh staf Rp 30.000
Voucher untuk servis printer Rp 40.000
Materai Rp 18.000
Voucher untuk telepon Rp 65.000
Cek mundur untuk tanggal 15 Jan 2015 Rp 5.000.000
NSF Cheks Rp 7.000.000
Pegawai menukar cek Rp 9.900.000
Jumlah seluruh kas dan bukti Rp 400.400
Jumlah kas kecil pada buku kas kecil Rp 400.000
Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mengakui biaya dan
melakukan koreksi atas selisih kas
17
Pengantar Akuntansi 2 17
5. PT Gargita membuka rekening giro di Mega pada tanggal 1
Februari 2015. Berikut ini informasi yang berkaitan dengan
giro tersebut. Laporan bank untuk bulan Februari sebagai
berikut:
Bank Mega
Jl. Tibung Sari Nomor1
Dalung Badung
Laporan Giro Nomor 721020
Atas nama PT Gargita
Untuk Bulan Februari 2015 (dlm Rp)
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
1 Setoran awal - 100.000.000 100.000.000
5 Setoran - 75.000.000 175.000.000
7 Cek No 0010 40.000.000 - 135.000.000
10 Cek No 0011 53.000.000 - 82.000.000
20 Setoran - 100.000.000 182.000.000
24 Cek No 0014 25.000.000 - 157.000.000
25 Cek No 0013 30.000.000 - 127.000.000
27 Setoran - 140.000.000* 267.000.000
28 Cek No 0016 70.000.000 - 197.000.000
28 Biaya bank 12.000.000 - 185.000.000
28 Jasa giro - 15.000.000 200.000.000
*Jumlah ini adalah setoran CV. Gargita yang keliru
dicatat oleh Bank sebagai setoran PT. Gargita.
18
Pengantar Akuntansi 2 18
Menurut catatan PT Gargita saldo di Bank Mega per 28 Februari
adalah Rp 75.000.000 dengan rician sebagai berikut:
Setoran awal Rp. 100.000.000
Ditambah: Setoran tambahan
Setoran tanggal 4 Rp 75.000.000
Setoran tanggal 19 Rp 100.000.000
Setoran tanggal 28 Rp 50.000.000 +
Jumlah setoran Rp 225.000.000+
Saldo sebelum penarikan Rp 325.000.000
Catatan:
1. Jika terdapat perbedaan angka untuk setoran atau cek antara
catatan perusahaan dengan bank maka anggaplah kesalahan
dilakukan oleh perusahaan.
2. Cek no 0012 dibatalkan
19
Pengantar Akuntansi 2 19
BAB II
AKUNTANSI
INVESTASI PADA SURAT BERHARGA
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan memahami:
A. Tujuan Investasi Surat Berharga
B. Pencatatan Investasi Surat Berharga Saham
C. Pencatatan Investasi Surat Berharga Obligasi
D. Penilaian Surat Berharga
E. Penyajian Surat Berharga
F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan
Nilainya
20
Pengantar Akuntansi 2 20
suku bunga yang rendah yang ditawarkan oleh deposito bank
sehingga perusahaan lebih memilih atau beralih ke alternatif
investasi lain (investasi obligasi dan saham) dengan menerima tingkat
risiko yang lebih tinggi pula. Jika investor melakukan investasi dalam
saham perusahaan akan mendapatkan dividen dan atau keuntungan
dari selisih harga jangka pendek (capital gain) bukan untuk
mempengaruhi atau mengendalikan perusahaan investee. Jika
investor berinvestasi dalam obligasi maka akan diperoleh
bunga/kupon.
2. Sebagai antisipasi atau untuk menjamin bahwa perusahaan tetap
dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya meskipun dalam kondisi
yang sulit (resei ekonomi); nanti pada saat keadaan perekonomian
kurang menguntungkan, investasi ini akan segera dicairkan. Jadi,
investasi dilakukan untuk memberikan perusahaan ketersediaan
sumber dana yang dapat ditarik kembali pada saat diperlukan.
3. Memanfaatkan kelebihan kas yang tidak terpakai dalam kegiatan
operasional perusahaan sebagai hasil dari puncak penjualan
musiman; kelebihan kas yang terjadi selama penjualan musiman akan
lebih menguntungkan bagi perusahaan apabila diinvestasikan dalam
bentuk sekuritas (obligasi dan saham) dibanding disimpan di bank.
Nanti, begitu saat penjualan musiman tiba kembali maka investasi ini
akan dicairkan dan dananya akan dipakai untuk membeli persediaan
barang dagangan.
4. Untuk menjamin tersedianya bahan mentah, mempengaruhi dewan
komisaris, atau untuk mendiversifikasi produk yang ditawarkan;
sebagai contoh adalah perusahaan pembuat helm yang menyerahkan
pekerjaan pengecatannya kepada sebuah perusahaan khusus,
sehingga untuk menjamin kesinambungan dari kontrak pekerjaan
pengecatan ini maka perusahaan pembuat helm tersebut mungkin
akan membeli 20% hingga 50% kepemilikan saham di perusahaan
pengecatan tersebut. Dalam hal ini berarti bahwa alasan perusahaan
melakukan investasi dalam saham adalah untuk mempengaruhi
perusahaan investee.
5. Untuk mengendalikan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari
perusahaan lain; dalam hal ini perusahaan induk menguasai lebih dari
21
Pengantar Akuntansi 2 21
50% kepemilikan saham di perusahaan anak, di mana perusahaan
induk melalui investasinya tersebut bermaksud bukan lagi hanya
sekedar untuk memperoleh dividen ataupun mempengaruhi
perusahaan anak melainkan lebih dari itu, yaitu ingin mengendalikan
seluruh aktivitas di perusahaan anak.
Perhitungan
2.000 lembar x Rp 11.000 x 105% = 23.100.000
Biaya pembelian = 2.500.000
Harga perolehan 2.000 lembar saham = 25.600.000
22
Pengantar Akuntansi 2 22
property dividen yakni dividen dalam bentuk aktiva selain kas. Selain
itu ada juga dividen yang diterima dalam bentuk saham.
Dengan menggunakan contoh soal di atas, jika PT. Gudang Garam
membagikan dividen kepada pemegang saham dengan dividen per
lembar adalah Rp 5.000 maka jurnal penerimaan kas yang dibuat oleh
PT Unilever adalah:
Kas Rp 10.000.000
Pendapatan dividen Rp 10.000.000
3. Penjualan kembali
Jika obligasi yang telah dibeli kemudian dijual kembali, maka
pencatatannya dilakukan dengan mengkredit rekening surat berharga
sebesar harga perolehan yang dijual. Selisih harga jual
bersih/penerimaan kas bersih dan harga perolehan merupakan
keuntungan atau kerugian.
Misalnya, surat berharga saham PT Gudang Garam yang dibeli pada
tanggal 27 September dijual sebanyak 1.500 lembar pada tanggal 30
November dengan harga jual bersih perlembar Rp 13.500. Jurnal
untuk mencatat penjualan ini adalah:
Jurnal: 30 November
Kas 20.250.000
Laba rugi yang timbul dari penjualan surat berharga dalam laporan
L/R dikelompokkan dalam laba atau rugi di luar usaha.
23
Pengantar Akuntansi 2 23
C. Pencatatan Surat Berharga Obligasi
1. Pembelian surat berharga obligasi
Pembelian obligasi dicatat dengan mendebet rekening surat berharga
obligasi sebesar harga perolehan. Harga perolehan diperoleh dengan
cara mengalikan kurs dengan jumlah lembar dikalikan harga
perlembar kemudian hasilnya ditambahkan dengan biaya pembelian.
Contoh soal
PT Makmur pada tanggal 1 April 2013 membeli 25.000 lembar
obligasi PT Sejahtera dengan nilai nominal Rp 15.000 per lembar.
Kurs obligasi 105%. Biaya pembelian Rp 6.500.000. Bunga obligasi
14% dibayar tiap 31 Maret dan 30 September. Pembelian obligasi ini
dicatat sebagai berikut:
Perhitungan(dalam Rp):
Kurs 105% x 25.000 x Rp 15.000 = 393.750.000
Biaya pembelian = 6.500.000+
Harga perolehan = 400.250.000
Jurnal
Surat Berharga Obligasi PT Sejahtera 400.250.000
Kas 400.250.000
2. Penerimaan bunga
Penerimaan bunga atas pembelian obligasi dicatat dengan
mengkredit rekening pendapatan bunga. Jumlah pendapatan bunga
dihitung dengan cara mengalikan periode bulan, sejak tanggal
pembelian sampai dengan tanggal pembayaran bunga kemudian
dibagi 12 (jika persentase bunga tahunan), dikalikan dengan jumlah
lembar dikalikan harga perlembar dikalikan dengan persentase
bunga. Pada tanggal 30 September PT Makmur akan memperoleh
pendapatan bunga atas pembelian obligasi PT Sejahtera.
Jumlah pendapatan bunga yang diterima PT Makmur pada tanggal 30
September dihitung sebagai berikut:
6/12 x 25.000 x Rp 15.000 x 14% =Rp 26.250.000
24
Pengantar Akuntansi 2 24
Jurnal pada tanggal 30 September
Kas Rp 26.250.000
Pendapatan bunga Rp 26.250.000
3. Penjualan kembali
Jika obligasi tersebut dijual kembali, maka jurnal yang dibuat untuk
mencatat penjualan kembali obligasi tersebut adalahdengan
mengkredit rekening surat berharga obligasi sebesar harga perolehan
yang terjual. Selisih antara harga jual bersih dengan harga perolehan
dicatat dalam rekening laba atau rugi di luar usaha. Misalnya pada
tanggal 2 Oktober 2014 seluruh obligasi terjual dengan harga jual
bersih Rp 415.000.000
Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 Oktober adalah
Kas Rp 415.000.000
Surat Berharga-Obligasi PT Sejahtera Rp 400.250.000
Laba penjualan surat berharga Rp 14.750.000
a. Pembelian
Misalnya, pada tanggal 1 April PT Gemilang membeli 5.000 lembar
obligasi PT Senandung, dengan nominal Rp 10.000 per lembar.
Kurs obligasi 110%. Biaya pembelian Rp 2.500.000. Bunga obligasi
14% dibayar tiap 1 Mei dan 1 November. Perhitungan harga
perolehan investasi dan jumlah kas yang dibayar oleh PT
Gemilang adalah sebagai berikut:
Perhitungan harga perolehan 5.000 lembar obligasi PT Senandung:
25
Pengantar Akuntansi 2 25
Kurs 110% x 5.000 lbr X Rp 10.000 = 55.000.000
Biaya pembelian = 2.500.000 +
Harga perolehan = 57.500.000
Bunga berjalan 5 bulan (1 Nov-1 Apr)
5/12x14%x5.000xRp 10.000 = 2.917.000 +
Kas yang dikeluarkan PT Gemilang = 60.417.000
Bunga berjalan yang dibayar tidak boleh diperlakukan sebagai
penambah harga perolehan investasi, melainkan hanya sebagai
pengurang pendapatan bunga. Terdapat dua cara mencatat bunga
berjalan yakni dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan
pendekatan neraca.
1). Jurnal untuk mencatat pembelian obligasi pada tanggal 1 April
dan penerimaan bunga pada tanggal 1 Mei adalah sebagai
berikut:
Jurnal pembelian 1 April
Surat Berharga Obligasi PT S Rp 57.500.000
Pendapatan bunga Rp 2.917.000
Kas Rp 60.417.000
26
Pengantar Akuntansi 2 26
Piutang bunga Rp 2.917.000
Kas Rp 60.417.000
Kas Rp 3.500.000
Piutang bunga Rp 2.917.000
Pendapatan bunga Rp 583.000
b. Penjualan
Selisih antara harga perolehan dengan harga jual yang terjadi pada
saat penjualan investasi sementara obligasi diakui sebagai
kerugian atau keuntungan. Bunga berjalan tidak boleh
diperhitungkan di dalam menentukan kerugian atau keuntungan
penjualan obligasi.
Misalnya pada tanggal 1 Juli 1.000 lembar obligasi PT Senandung
dijual dengan harga jual bersih Rp 14.000.000. Jurnal yang dibuat
oleh PT Gemilang untuk mencatat penjualan surat berharga
obligasi tersebut adalah sebagai berikut:
27
Pengantar Akuntansi 2 27
Perhitungan
Harga jual bersih 1.000 lembar 14.000.000
Harga perolehan 1.000 lembar:
(1.000/5.000)xRp 57.500.000 11.500.000
Laba penjualan obligasi 2.5000.00
Harga jual bersih 14.000.000
Bunga berjalan 2 bulan (1 Mei – 1 Juli)
2/12x14%x 1.000 lembarXRp 10.000 233.300+
Kas yang diterima PT Gemilang 14.233.300
28
Pengantar Akuntansi 2 28
Pendapatan bunga Rp 933.300
Piutang bunga Rp 933.300
29
Pengantar Akuntansi 2 29
surat berharga. Apabila terjadi penjualan surat berharga yang sudah
diturunkan nilainya maka laba rugi penjualan dihitung dengan
membandingkan harga jual dengan harga perolehan yang baru (sesudah
dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga). Cara yang lebih
rendah antara harga perolehan atau harga pasar dapat diterapkan
kepada surat-surat berharga dengan dua cara:
1. Diterapkan kepada jumlah keseluruhan surat berharga
2. Diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga.
30
Pengantar Akuntansi 2 30
E. Penyajian Surat Berharga
Di dalam neraca surat berharga disajikan sebagai aktiva lancar, jika
menggunakan metode comwil, surat berharga disajikan sebesar harga
perolehannya dikurangi dengan cadangan penurunan nilai surat
berharga. Masih menggunakan contoh investasi PT WGAH (comwil
secara keseluruhan) surat berharga disajikan dengan nilai Rp
150.000.000 dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga Rp
5.000.000 sehingga nilai bersihnya Rp 145.000.000.
Apabila tahun 2015 surat berharga dijual tidak sekaligus, maka akan
timbul masalah menghitung penurunan nilai untuk tiap jenis surat
berharga, terutama bila perhitungannya untuk keseluruhan jumlah surat
31
Pengantar Akuntansi 2 31
berharga. Dalam hal penurunan nilai dihitung untuk keseluruhan surat
berharga, dan penjualan surat berharga itu tidak sekaligus, maka tiap
kali terjadi penjualan surat berharga tidak dilakukan penyesuaian pada
rekening cadangan penurunan nilai. Rekening cadangan ini baru akan
disesuaikan pada akhir periode.
Misalnya tanggal 1 Februari 2015 dijual 10.000 lembar obligasi PT
Karuna dengan kurs 110 dan biaya penjualan Rp 1.500.000, perhitungan
dan jurnal penjualan obligasi PT Karuna adalah sebagai berikut:
Harga kurs (110/100)x 10.000 lbr X Rp 5.000 = Rp 55.000.000
Biaya penjualan Rp 1.500.000
Harga jual bersih Rp 53.500.000
Harga perolehan Rp 50.000.000
Laba penjualan Rp 3.500.000
Jurnal penjualan
Kas Rp 55.000.000
SB obligasi PT Karuna Rp 50.000.000
Laba penjualan Rp 3.500.000
32
Pengantar Akuntansi 2 32
Rangkuman
1. Suatu investasi dalam surat berharga dikatakan sebagai investasi jangka
pendek jika memiliki ciri-ciri: (1)jangka waktu penanamannya kurang dari
tiga bulan (90 hari), (2) mampu menghasilkan laba (Profitable)
(3)mempunyai harga pasar yang relatif stabil (d)dapat dijual setiap saat
(marketable).
5. Menurut PSAK No. 13, nvestasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar
harus dicatat dalam neraca pada nilai terndah antara biaya dan nilai pasar.
Bahan Diskusi
1. Apa yang dimaksude dengan investasi pada sekuritas utang dan
sekuritas ekuitas?
2. Apa tujuan perusahaan melakukan investasi pada sekuritas utang dan
sekuritas ekuitas?
33
Pengantar Akuntansi 2 33
3. Bagaimana pencatatan pembelian investasi pada sekuritas utang dan
sekuritas investasi?
4. Apa yang dimaksud dengan bunga berjalan?
5. Bagaimana perlakuan bunga berjalan?
6. Bagaimana penilaian surat berharga?
7. Apa yang disebut dengan metode COMWIL?
8. Jika di kaitkan dengan prinsip akuntansi, prinsip yang manakah yang
mendasari comwil tersebut?
Latihan soal
1. PT Ganendra mempunyai kebijakan penanaman kas yang menganggur
ke dalam surat berharga sejak tahun 2011. Empat tahun sejak 2011
terdapat saldo harga pokok dan harga pasar surat berharga yang dimiliki
PT Ganendra sebagai berikut:
Akhir tahun Harga Pokok (Rp) Harga Pasar (Rp)
2011 10.000.000 10.500.000
2012 15.500.000 13.000.000
2013 14.000.000 11.000.000
2014 20.000.000 21.250.000
Diminta:
Buatlah jurnal untuk menyesuaikan nilai surat berharga setiap akhir tahn
selama empat tahun, jika:
a. PT Ganendra menggunakan metode market
b. PT Ganendra menggunakan metode comwil
2. PT Wiweka menanamkan kas yang sementra menganggur pada surat
berharga, sejak tahun 2012 dengan perincian sebagai berikut:
34
Pengantar Akuntansi 2 34
Jenis surat berharga 2012 2013 2014
Saham PT Ena 39.000.000 31.800.000 34.500.000
Saham PT Wahyu 12.000.000 10.900.000 -
Obligasi PT Leo 31.000.000 31.500.000 30.100.000
Diminta:
Buatlah jurnal-jurnal yang berhubungan dengan surat berharga tersebut
selama 3 tahun pemilikan dan penyajiannya di dalam laporan Neraca
setiap akhir tahun apabila perusahaan menggunakan metode:
a. Harga pokok
b. Comwil
c. Harga pasar
3. PT Ananta selalu mencantumkan nilai surat berharga pada neraca
dengan metode comwil. Pada tanggal 31 Desember 2013 nilai surat
berharga tampak pada Neraca sebagai berikut:
Surat berharga (harga pokok) Rp 214.500.000
Cadangan penurunan nilai SB Rp (11.800.000)
Rp 202.700.000
Keterangan terhadap surat berharga sebagai berikut:
Jenis Surat Berharga Lembar/nominal Harga Harga
Pokok (Rp) Pasar (Rp)
Saham PT Tara 40.000 102.500.000 90.000.000
Saham PT Nara 15.000 25.500.000 22.500.000
Obligasi PT Flow 12% per th Rp 850.000 86.500.000 90.200.000
Jumlah 214.500.000 202.700.000
Pada tanggal 30 Juni 2013 saham PT Nara di jual dengan harga pasar
Rp 20.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2014 nilai saham PT Tara Rp
2.100 per lembar dan obligasi PT Flow bernilai 96% dari nilai nominalnya.
Diminta : buat jurnal penjualan saham dan penyesuaian di akhir tahun
2014.
35
Pengantar Akuntansi 2 35
BAB III
AKUNTANSI PIUTANG
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami:
A. Klasifikasi Piutang
B. Akuntansi Piutang Dagang
C. Piutang Wesel
D. Akuntansi Piutang Wesel
E. Penyajian Piutang di Neraca
A. Klasifikasi Piutang
Pada PSAK No. 9, Paragraf 07e, piutang diklasifikasikan menjadi:
1. Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang
atau jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.
Memiliki saldo normal disebelah debet, diperkirakan akan
dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek.
2. Piutang lain-lain, piutang yang tidak berasal dari kegiatan
utama perusahaan misalnya piutang bunga, piutang dividen,
piutang pajak dan piutang karyawan.
Berdasarkan tingkat formalitasnya, piutang usaha dibedakan
menjadi piutang dagang dan piutang wesel.
Piutang dagang, timbul sebagai akibat penyerahan barang
dagangan atau penjualan barang dagangan secara kredit.
Umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga di
neraca dikelompokkan sebagai aktiva lancar.
36
Pengantar Akuntansi 2 36
Piutang wesel, merupakan piutang yang disertai dengan perjanjian
tertulis, sehingga dikatakan bersifat lebih formal dibandingkan
dengan piutang dagang. Karena jangka waktunya kurang dari satu
tahun maka piutang wesel juga dikelompokkan sebagai aktiva
lancar.
37
Pengantar Akuntansi 2 37
Contoh soal:
1) Pada tanggal 1 Desember 2014, PT. Hitankara menjual
barang dengan syarat 2/10, n/30 dengan harga Rp
6.000.000, pencatatan piutang dengan menggunakan
metode kotor, bersih dan cadangan nampak sebagai berikut
(dlm Rp):
Metode kotor Metode bersih Metode cadangan
Piutang 6.000.0000 Piutang 5.880.000 Piutang 6.000.000
Penjualan 6.000.000 Penjualan 5.880.000 Cad pot penj 120.000
Penjualan 5.880.000
Keterangan
Penjualan kotor 6.000.000
Pot 2% 120.000
Piutang bersih 5.880.000
2) Pada tanggal 8 Desember 2014 diterima pelunasan piutang
dari penjualan tanggal 1 Oktober sebesar Rp 3.000.000 dan
terjadi penjualan sebesar Rp 3.5000.000. Pencatatan
penerimaan piutang dan penjualan tanggal 8 Oktober
dengan menggunakan ketiga metode disajikan sebagai
berikut:
Pencatatan penerimaan pembayaran piutang
Metode kotor Metode bersih Metode cadangan
Kas 2.940.000 Kas 2.940.000 Kas 2.940.000
Pot Penj 60.000 Piutang 2.940.000 Cadangan pot penj 60.000
Piutang 3.000.000 Piutang 3.000.000
Keterangan Keterangan Cadangan pot penjualan yang
Penerimaan piutang 3.000.000 Piutang yang dikredit dibatalkan 50%x120.00=60.000
Potongan 2% 60.000 50%x5.880.000=
Kas diterima 2.940.000 2.940.000
38
Pengantar Akuntansi 2 38
Metode kotor Metode bersih Metode cadangan
Kas 3.000.000 Kas 3.000.000 a)Kas 3.000.000
Piutang 3.000.000 Piutang 2.940.000 Piutang 3.000.000
Penghasilan di luar usaha 60.000b) Cadangan pot penj 60.000
Pengh di luar usaha 60.000
Pelunasan debitur setelah masa potongan, sehingga potongan tidak
diperoleh.
4). Pada tanggal 24 Desember 2014 penjualan barang
dengan harga Rp 10.000.000
Metode kotor Metode bersih Metode cadangan
Piutang 10.000.000 Piutang 9.800.000 Piutang 10.000.000
Penjualan 10.000.000 Penjualan 9.800.000 Cad Pot penjualan 200.000
Penjualan 9.800.000
Keterangan:
Penjualan kotor 10.000.000
Potongan 2% 200.000
Piutang bersih 9.800.000
5) Pada tanggal 31 Desember 2014 penyesuaian untuk
rekening piutang
Metode kotor Metode bersih Metode cadangan
Tidak ada jurnal Piutang 60.000 Cad Pot Penjulan 60.000
penyesuaian Penghasilan di luar usaha 60.000 Penghasilan di luar ush 60.000
Menyesuaikan pot penjualan yang tidak dimanfaatkan pelanggan
karena pembayarannya lebih dari 10 hari(setelah masa potongan)
39
Pengantar Akuntansi 2 39
2. Pencatatan kerugian piutang
Penjualan secara kredit selain memberikan manfaat berupa
peningkatan volume penjualan, namun disisi lain juga
menimbulkan risiko yakni timbulnya kerugian berupa piutang
yang tidak bisa ditagih (macet). Untuk mencatat terjadinya
kerugian piutang dapat memilih salah satu dari kedua cara
berikut yakni:
a. Metode penghapusan langsung
Perusahaan yang menggunakan penghapusan langsung atas
kerugian piutangnya, tidak perlu memperkirakan besarnya
piutang yang kira-kira tidak bisa ditagih, sehingga tidak
terdapat rekening cadangan kerugian piutang dalam
pembukuannya.
Pencatatan atas kerugian piutang dilakukan jika benar-
benar ada piutang yang tidak bisa ditagih akibat debitur
yang bangkrut atau secara hukum nyata-nyata tidak bisa
melakukan pembayaran atas utangnya.
Jika ada debitur yang sudah pasti tidak mampu membayar
utang dan perusahaan memutuskan untuk menghapus
piutang tersebut maka jurnal yang dibuat untuk mencatat
penghapusan piutang itu adalah:
Beban kerugian piutang xxx
Piutang xxx
Perusahaan yang menggunakan metode penghapusan
langsung menyajikan piutang di neraca sejumlah bruto, dan
pencatatan beban kerugian piutang seringkali tidak
bersamaan dengan pengakuan penjualan. Dengan demikian
penggunaan metode penghapusan langsung tidak sesuai
dengan konsep penandingan dan konservatisme.
b. Metode cadangan
Secara akuntansi, penggunaan metode cadangan dalam
pencatatan kerugian piutang lebih tepat dibandingkan
dengan metode penghapusan langsung, terlebih lagi jika
jumlah kerugian piutang cukup material.
40
Pengantar Akuntansi 2 40
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
metode cadangan dalam mencatat kerugian piutang adalah:
1). Jumlah kerugian piutang yang diperkirakan tidak bisa
ditagih ditaksir dengan menggunakan dua pendekatan
yakni pertama pendekatan neraca, persentase tertentu
dikalikan dengan piutang atau dengan menggunakan
analisa umur piutang. Kedua pendekatan laba/rugi,
persentase tertentu dikalikan dengan penjualan.
2). Setelah diketahui besarnya taksiran kerugian piutang,
maka jurnal untuk mencatat taksiran kerugian piutang
adalah dengan mendebet beban kerugian piutang dan
mengkredit cadangan kerugian piutang.
3). Jika terjadi piutang yang benar-benar tidak bisa ditagih,
berarti cadangan kerugian yang dibentuk sebelumnya
terpakai dan piutang berkurang, sehingga jurnalnya
adalah mendebet cadangan kerugian piutang dan
mengkredit piutang.
4). Apabila piutang yang sudah dihapuskan ternyata bisa
ditagih, mungkin karena ada niat baik dari debitur untuk
tetap menjalin relasi setelah kondisi keuangannya
membaik, maka jurnal yang dibuat ada dua yakni:
pertama saat ada pernyataan tertulis untuk membayar
jurnalnya mendebet piutang dan mengkredit cadangan
kerugian piutang, kedua jika sudah diterima pembayaran
jurnalnya mendebet kas dan mengkredit piutang. Tujuan
dari jurnal pertama mendebet piutang adalah untuk
memunculkan kembali rekening piutang yang sudah
dihapus pada periode sebelumnya.
Perbedaan antara metode penghapusan langsung dengan
metode cadangan disajikan sebagai berikut:
Transaksi Metode Metode cadangan
penghapusan langsung
31-12-2014 Tidak ada jurnal BKP 500.000
PT. WGAH memiliki piutang CKP 500.000
sebesar Rp 50.000.000 dari
jumlah tersebut Rp 500.000
diperkirakan tidak bisa ditagih
41
Pengantar Akuntansi 2 41
03-03-2015 BKP 100.000 CKP 100.000
Terdapat piutang kepada UD Piutang 100.000 Piutang 100.000
Karuna senilai Rp 100.000 tidak
bisa ditagih dan dihapuskan
12-04-15 Piutang 100.000 Piutang 100.000
UD Karuna menyatakan akan BKP 100.000 CKP 100.000
melunasi utangnya
15-05-15 Kas 100.000 Kas 100.000
UD Karuna melunasi utangnya Piutang 100.000 Piutang 100.000
42
Pengantar Akuntansi 2 42
Berikut adalah contoh daftar umur piutang dari UD.
Ganendra per 31 Desember 2014 sebagai berikut:
Nama Jumlah Belum Sudah jatuh tempo (dlm hari)
Debitur Saldo Jatuh 1-30 31-60 61-90 91-120 >120
Piutang(Rp) Tempo
Ana 20.000.000 15.000.000 4.000.000 500.000 500.000
Beno 35.000.000 20.000.000 2.000.000 1.000.000 2.000.000 5.000.000 5.000.000
Ciko 15.000.000 14.000.000 1.000.000
Dini 19.000.000 10.000.000 5.000.000 2.000.000 1.000.000 1.000.000
Eri 23.000.000 13.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Fika 11.000.000 6.000.000 4.000.000 1.000.000
Galuh 12.000.000 8.000.000 3.000.000 300.000 700.000
Jumlah 135.000.000 86.000.000 21.000.000 6.800.000 6.200.000 8.000.000 7.000.000
Taksiran 1% 2% 3% 4% 5% 10%
Persentase
Tak tertagih
Total taksiran 860.000 420.000 204.000 248.000 400.000 700.000
Tak tertagih
Jumlah taksiran kerugian piutang dan jurnal yang dibuat
untuk mencatat taksiran kerugian piutang adalah:
Beban kerugian piutang Rp 2.832.000
Cadangan kerugian piutang Rp 2.832.000
b. Pedekatan laba/rugi
Jika perusahaan menggunakan pendekatan laba/rugi
dalam menghitung taksiran kerugian piutangnya, maka
persentase tertentu dikalikan dengan jumlah penjualan
kredit bersihnya.
Misalnya pada tanggal 31 Desember 2014 UD Ganendra
memiliki penjualan kredit bersih Rp 350.000.000 dan
misalnya ditentukan taskiran kerugian piutang 1,5%
maka besarnya cadangan kerugian piutang adalah
1,5%xRp 350.000.000=Rp 5.250.000
C. Piutang Wesel
Piutang wesel merupakan piutang yang lebih formal dibandingkan
dengan piutang dagang karena piutang wesel disertai dengan
perjanjian tertulis. Surat wesel berbeda dengan promes. Surat
43
Pengantar Akuntansi 2 43
utang (promes) adalah sebuah janji tertulis untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada waktu yang telah ditetapkan.
Adapun perbedaan wesel dengan promes adalah:
Letak perbedaan Wesel Promes
Isi Surat perintah untuk Surat janji untuk
membayar membayar
Jumlah penarik dan pihak yang Dua pihak Satu
berkepentingan
Pembuat Pemilik piutang Pemilik utang
Perlunya akseptasi Perlu Tidak
44
Pengantar Akuntansi 2 44
dari tanggal penarikan wesel. Misal wesel yang ditarik
tanggal 27 September dengan jangka waktu 2 bulan, maka
tanggal jatuh temponya adalah tanggal 27 November. Jika
wesel ditari diakhir bulan, maka tanggal jatuh temponya
juga diakhir bulan. Misal tanggal penarikan wesel adalah 30
April jangka waktu waktu 4 bulan, maka tanggal jatuh
temonya adalah tanggal 31 Agustus.
Dalam hal wesel dinyatakan dalam satuan harian, maka
ketentuan perhitungan jumlah hari adalah, tanggal
penarikan tidak dihitung, namun tanggal jatuh tempo
dihitung. Misalnya wesel ditarik tanggal 12 April, jangka
waktu 90 hari, maka tanggal jatuh tempo dihitung sebagai
berikut:
April = 18 hari (tgl 13-tgl 30)
Mei = 31 hari
Juni = 30 hari
Juli = 11 hari tanggal jatuh tempo 11 Juli
Jumlah = 90 hari
4. Bunga wesel
Bunga wesel dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
wesel dengan tingkan bunga pertahun kemudian dikalikan
dengan jangka waktu pecahan dari setahun. Jika dibuatkan
rumus nampak sebagai berikut:
Bunga wesel = Nilai nominal x Tingkat bunga per th x Jangka
waktu pecahan dalam setahun
Tingkat bunga yang tertulis dalam wesel adalah tingkat bunga
setahun. Faktor jangka waktu dalam rumus di atas, dinyatakan
dalam pecahan dari setahun. Misalnya 4 buulan ditulis 4/12,
90 hari ditulis 90/365 (satu tahun dianggap 365 hari, kecuali
tahun kabisat dianggap 366 hari). Beberapa contoh
perhitungan bunga wesel adalah sebagai berikut:
Data dalam wesel Perhitungan bunga
Rp 25.000.000,13%, 160 hari Rp 25.000.000x15%x160/365=1.643.835
Rp 12.000.000,14%, 5 bulan Rp 12.000.000x14%x5/12=700.000
Rp 20.000.000, 15%, 1 tahun Rp 20.000.000x15%=3.000.000
45
Pengantar Akuntansi 2 45
5. Nilai jatuh tempo
Besarnya nilai jatuh tempo dihitung dengan menjumlahkan
nilai nominal dengan besarnya bunga wesel.
Data dalam wesel Perhitungan bunga Nilai jatuh
tempo
Rp 25.000.000,13%, Rp 25.000.000x15%x160/365=1.643.835 Rp 26.643.845
160 hari
Rp 12.000.000,14%, Rp 12.000.000x14%x5/12=700.000 Rp 12.700.000
5 bulan
Rp 20.000.000, 15%, Rp 20.000.000x15%=3.000.000 Rp 23.000.000
1 tahun
46
Pengantar Akuntansi 2 46
Pendapatan bunga Rp 2.750.000
Misal pada tanggal jatuh tempo, dalam hal ini pada tanggal 3
mei 2015, PT Sasa tidak dapat melunasi utangnya kepada PT
Ganen, maka piutang-utang wesel berubah status menjadi
piutang-utang wesel yang menunggak.
Jurnal yang dibuat pada tanggal 5 Mei adalah:
PT Ganen
Piutang wesel yang menunggal Rp 150.000.000
Pendapatan bunga Rp 2.750.000
Piutang wesel Rp 150.000.000
PT Sasa
Utang wesel Rp 150.000.000
Biaya bunga Rp 2.750.000
Utang wesel yang menungggak Rp 150.000.000
2. Pemberian pinjaman
Misal tagihan PT Ganen kepada PT Sasa sebesar Rp
150.000.000 timbul bukan karena penjualan, melainkan karena
PT Ganen memberikan pinjaman kepada PT Sasa. Maka jurnal
yang dibuat pada tanggal 03 Maret 2015 adalah:
Jurnal yang dibuat PT Ganen:
Piutang wesel Rp 150.000.000
Kas Rp 150.000.000
47
Pengantar Akuntansi 2 47
Utang wesel Rp 150.000.000
Pencatatan atas pelunasan dan kemungkinan tidak dibayarnya
piutang pada saat jatuh temponya sama dengan cara no 1 di
atas.
PT Wahyu
Biaya bunga Rp 8.000.000
48
Pengantar Akuntansi 2 48
Utang bunga Rp 8.000.000
*12%x4/12xRp 200.000.000
Rangkuman
1. Pada PSAK No. 9, Paragraf 07e, piutang diklasifikasikan menjadi:
Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang atau
jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Memiliki saldo
normal disebelah debet, diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka
waktu relatif pendek. Piutang lain-lain, piutang yang tidak berasal dari
kegiatan utama perusahaan misalnya piutang bunga, piutang dividen,
piutang pajak dan piutang karyawan.
49
Pengantar Akuntansi 2 49
d. Bunga wesel
e. Nilai jatuh tempo
4. Tiga penyebab timbulnya piutang wesel adalah:
a. Penjualan kredit
b. Pemberian pinjaman
c. Perubahan status dari piutang dagang
Piutang wesel dicatat sebesar nilai nominalnya tanpa
memperhatikan ada tidaknya bunga.
5. Piutang disajikan di Neraca dalam jumlah bruto disertai dengan
cadangan kerugian piutang. Piutang yang jangka waktunya
paling singkat disajikan pada urutan paling atas.
Bahan Diskusi
1. Apa yang dimaksud dengan piutang?
2. Bagaimana piutang pada umumnya diklasifikasifikan?
3. Dengan menggunakan metode penghapusan langsung, bagaimana
jurnal yang dibuat untuk mencatat besarnya piutang tak tertagih?
4. Dengan menggunakan metode pencadangan, bagaimana jurnal yang
dibuat untuk mencatat besarnya piutang tak tertagih?
5. Mengapa metode pencadangan dinyatakan lebih baik dari pada
metode penghapusan langsung?
6. Apa karakteristik piutang wesel?
7. Bagaimana cara menentukan tanggal jatuh tempo wesel?
8. Apa yang dimaksud dengan dishonorable notes receivable, dan
bagaimana perlakuan akuntansinya?
9. Bagaimana cara menentukan besarnya estimasi yang layak atas jumlah
piutang tak tertagih?
50
Pengantar Akuntansi 2 50
Latihan Soal
1. UD Anan menggunakan cara penghapusan langsung terhadap piutang
tak tertagih. Berikut ini piutang yang dihapus selama tahun 2014:
Tanggal Piutang Jumlah Piutang Nama Pelanggan
12 April 2012 5.000.000 UD Nugraha
03 Maret 2011 4.000.000 UD Gemilang
23 November 2010 6.000.000 UD Senandung
20 Oktober 2011 2.000.000 UD Weka
27 September 2012 3.500.000 UD Kevin
51
Pengantar Akuntansi 2 51
Rp 15.000.000 (Debet).
1). Cadangan penghapusan piutang dinaikkan menjadi 1% dari
penjualan bersih.
2). Cadangan ditambah 10% dari saldo piutang di dalam Neraca.
52
Pengantar Akuntansi 2 52
BAB IV
AKUNTANSI PERSEDIAAN
Tujuan pembelajaran
53
Pengantar Akuntansi 2 53
penimpanan dan pemeliharaan persediaan, kecepatan kerusakan dan
keusangan serta tertanamnya dana pada pembelian persediaan.
Kekurangan persediaan menimbulkan risiko kehilangan pelanggan serta
pembelian dengan harga yang lebih tinggi akibat lemahnya posisi tawar.
Dengan demikian sangat penting bagi manajemen untuk memikirkan
berapa jumlah ideal persediaan yang harus tersedia di perusahaan.
Pembahasan persediaan pada bab ini difokuskan pada persediaan
barang dagangan pada perusahaan dagang.
2. Cara perpetual
Dengan cara ini, untuk mengetahui nilai persediaan tidak harus
menunggu akhir tahun. Setiap saat diperlukan, nilai persediaan bisa
diketahui dari catatan/kartu tiap jenis persediaan. Pada kartu
persediaan tercatat mutasi persediaan yang berisikan informasinya
54
Pengantar Akuntansi 2 54
tentang kapan barang masuk, berapa jumlahnya yang masuk, kapan
barang keluar dan jumlahnya serta berapa masih saldo barang.
Pada saat terjadi pembelian maka akan ditulis pada kolom masuk,
dan jika terjadi penjualan atau barang rusak maka akan ditulis pada
kolom keluar. Untuk mengetahui apakah kartu barang memberikan
informasi yang tepat, maka pada akhir periode perlu dilakukan
pencocokan jumlah fisik barang dengan jumlah yang tertera pada
kartunya. Jika terdapat perbedaan antara fisik barang dengan kartu,
maka perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian.
b. Pembelian Kredit
Pembelian kredit biasanya disertai dengan diskon atau potongan
pembelian dengan menggunakan tenggang waktu misalnya 2/10,
n/30 yang artinya diskon akan diberikan sebesar 2% jika
pembayaran dilakukan dalam jangka 10 hari sejak tanggal
pembelian. Pembelian seperti itu boleh dicatat sebesar jumlah
55
Pengantar Akuntansi 2 55
bruto atau sejumlah neto. Agar lebih praktis, maka pada bab ini
pembahasan dilakukan dengan menggunakan cara bruto.
Misalnya tanggal 12 April dibeli persediaan barang dagangan
sebanyak 60 unit @ Rp 30.000 secara kredit dengan syarat 3/15,
n/30. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian ini adalah
Tanggal Keterangan Debet Kredit
April 12 Persediaan barang dagangan 1.800.000
Utang dagang 1.800.000
56
Pengantar Akuntansi 2 56
atas barang dikembalikan misalnya tanggal 15 April sebanyak 10
unit, maka jurnal untuk mencatat retur tersebut adalah:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
April 15 Utang dagang 300.000
Persediaan barang dagangan 300.000
HPP 7.000.000
Persediaan 7.000.000
(mencatat harga pokok dari
barang yang dijual)
Misalnya tanggal 30 September barang yang dijual tanggal 27
September, di kembalikan oleh pembeli senilai 10% dari penjualan.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat retur adalah:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
September 30 Retur penjualan 750.000
Kas 750.000
(mencatat retur penjualan
tunai)
57
Pengantar Akuntansi 2 57
e. Penjualan Kredit dan Retur
Terdapat dua jurnal untuk mencatat penjualan kredit, jurnal
pertama mendebet piutang dan mengkredit penjualan untuk
mengakui nilai penjualan sebesar harga jual. Jurnal kedua
mendebet HPP dan mengkredit persediaan, sebesar harga pkok
dari barang yang terjual. Misalnya 12 Maret terjadi penjualan
secara kredit sebanyak 75 unit produk dengan harga Rp 15.000 per
unit. Harga pokok produk per unit Rp 12.000 Jurnal untuk
mencatat penjualan kredit ini adalah:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Maret 12 Piutang dagang 1.125.000
Penjualan 1.125.000
(mencatat retur penjualan tunai)
HPP
Persediaan barang dagangan 900.000
(mencatat harga pokok dari barang 900.000
yang dikembalikan pelanggan)
58
Pengantar Akuntansi 2 58
f. Penerimaan Kas dari Piutang
Kas yang diterima dari pembayaran piutang oleh pelanggan,
dicatat dengan mendebet kas, dan mengkredit piutang. Apabila
terdapat potongan tunai, maka potongan yang diberikan diakui
sebagai potongan penjualan. Misalnya penjualan kredit tanggal 12
Maret bersyarat 3/10, n/30. Tanggal 14 Maret pelanggan
melakukan pembayaran, maka jurnalnya adalah:
59
Pengantar Akuntansi 2 59
Tanggal Pembelian Penjualan Saldo
3 250 unit @ Rp 20.000 - 250 unit
12 50 unit @ Rp 22.000 - 300 unit
23 - 270 unit 30 unit
31 20 unit @ Rp 21.000 - 50 unit
60
Pengantar Akuntansi 2 60
250 unit x Rp 20.000 = Rp 5.000.000
50 unit x Rp 22.000 = Rp 1.100.000
20 unit x Rp 21.000 = Rp 420.000 +
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp 6.520.000
Harga Pokok Persediaan akhir Rp 1.040.000 –
Harga Pokok Penjualan Rp 5.480.000
2. Metode asumsi
Penghitungan harga pokok persediaan akhir dan harga pokok
penjualan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan secara
hati-hati, karena harga pokok persediaan akhir akan disajikan di
neraca sedangkan harga pokok penjualan akan disajikan di laporan
laba/rugi. Penghitungan keduanya dengan menggunakan cara
sesungguhnya/identifikasi khusus, memberikan informasi yang
sangat akurat, namun cara tersebut memiliki kelemahan yaitu tidak
praktis dan menghabiskan waktu yang relatif lama. Untuk mengatasi
kelemahannya, maka digunakan metode asumsi. Maksunya,
persediaan barang tidak diikuti atau tidak ditelusuri arus keluar
masuknya, melainkan diasumsikan bahwa barang yang masuk
terlebih dulu, harga pokok barang tersebutlah yang keluar atau dijual
terlebih dahulu juga, atau diasumsikan barang yang masuk ke gudang
terakhir harga pokok barang tersebut yang dijual pertama. Terdapat
3 cara dalam metode asumsi ini yakni metode Rata-rata, FIFO, LIFO
dimana ketiga cara ini bisa dilakukan secara fisik maupun
perpetual/kartu. Uraian lebih jelas tentang ketiga cara asumsi ini
adalah sebagai berikut:
a. Rata-rata
Metode ini mengasumsikan bahwa harga pokok per unit adalah
harga pokok total dibagi dengan jumlah unit barang. Jadi tidak
perlu dilakukan penelusuran atas barang yang masih tersisa
diakhir periode berasal dari pembelian tanggal berapa. Yang
dilakukan hanya tinggal menjuamlahkan nilai persediaan akhir
barang kemudian dibagi dengan jumlah unitnya.
a1). Rata-rata Fisik
Cara ini disebut juga dengan rata-rata berbobot/weighted
average .
61
Pengantar Akuntansi 2 61
Rumus untuk menghitung harga pokok rata-rata perunit
adalah:
62
Pengantar Akuntansi 2 62
Nilai barang yang tersedia dijual Rp 6.520.000
Harga pokok persediaan akhir Rp 1.030.090 -
Harga pokok penjualan Rp 5.489.910
b. FIFO
Jumlah 50 1.080.000
Harga pokok barang yang tersedia dijual = Rp 6.520.000
Harga pokok persediaan akhir = Rp 1.080.000
Harga pokok penjualan = Rp 5.440.000
63
Pengantar Akuntansi 2 63
b2)FIFO Perpetual
c. LIFO
Cara ini mengasumsikan bahwa jika terjadi penjualan, maka harga
pokok barang yang pertama kali terjual/keluar adalah harga pokok
dari barang yang terakhir dibeli/masuk digudang. Harga pokok
barang yang terdapat digudang diakhir periode, diasumsikan
berasal dari pembelian diawal.
c1) LIFO Fisik
Persediaan akhir 50 unit bersal dari pembelian tanggal 3 dengan
harga per unit Rp 20.000 sehingga harga pokok persediaan akhir
dan harga pokok penjualan adalah sebagai berikut:
LIFO Fisik
Tanggal Jumlah unit Harga Pokok Harga Pokok
Per unit(Rp) Total
3 50 20.000 1.000.000
Jumlah 50 1.000.000
Harga pokok barang yang tersedia dijual = Rp 6.520.000
Harga pokok persediaan akhir = Rp 1.000.000
Harga pokok penjualan = Rp 5.520.000
64
Pengantar Akuntansi 2 64
c2)LIFO Perpetual
Kartu Persediaan dengan menggunakan cara LIFO Perpetual
adalah sebagai berikut:
Kartu Persediaan LIFO Perpetual
Tg Ket Bertambah Berkurang Saldo
l Unit H/U Total Unit H/U Total Unit H/U Total
3 Pembelian 250 20.000 5.000.000 250 20.000 5.000.000
12 Pembelian 50 22.000 1.100.000 250 20.000
50 22.000 6.100.000
23 Penjualan 50 22.000
220 20.000 5.500.000 30 20.000 600.000
31 Pembelian 20 21.000 420.000 30 20.000
20 21.000 1.020.000
Nilai barang yang tersedia dijual Rp 6.520.000
Harga pokok persediaan akhir Rp 1.020.000 -
Harga pokok penjualan Rp 5.500.000
65
Pengantar Akuntansi 2 65
D. Kesalahan Dalam Penghitungan Persediaan
Perhitungan persediaan mempengaruhi dua laporan keuangan yakni
laporan laba/rugi dan laporan neraca. Perhitungan persediaaan akan
mempenagaruhi dua periode, karena persediaan akhir periode ini akan
menjadi persediaan awal periode berikutnya.
Seperti kita ketahui persediaan merupakan bagian dari aktiva lancar,
maka jika salah dalam menghitung persediaan maka nilai aktiva juga
disajikan tidak tepat. Pada laporan laba/rugi, kesalahan menghitung nilai
persediaan akhir menyebabkan kesalahan menghitung harga pokok
penjualan sehingga angka laba kotor dan laba bersih juga salah.
Jika ditemukan kesalahan berkaitan dengan persediaan akan dibuatkan
jurnal penyesuaian untuk memperbaiki kesalahan tersebut, baik
kesalahan diketahui sebelum maupun setelah proses tutup buku
berakhir. Jurnal penyesuaian yang dibuat tergantung dari jenis kesalahan
yang terjadi. Akun-akun yang dipengaruhi jika kesalahan sebelum tutup
buku adalah akun utang dagang, piutang dagang, persediaan, harga
pokok penjualan dan persediaan.
Kesalahan yang terjadi dapat berupa persediaan dicatat lebih kecil atau
lebih besar dari seharusnya.
Jika kesalahan ditemukan setelah proses tutup buku, jurnal perbaikan
pada perusahaan perorangan atau persekutuan jika persediaan dicatat
lebih kecil dari seharusnya adalah:
Persediaan xxx
Modal xxx
Sebaliknya jika kesalahan adalah persediaan dicatat lebih besar dari
seharusnya jurnal perbaikan yang dibuat
Modal xxx
Persediaan.
Bagi perusahaan perseroan jurnal perbaikan menggunakan akun laba
ditahan.
66
Pengantar Akuntansi 2 66
dengan persediaan yang memerlukan penangan yang tepat adalah
terdapatnya persediaan yang secara fisik tidak terdapat di gudang,
namun persediaan tersebut merupakan hak perusahaan sehingga harus
dilaporkan di neraca. Persediaan ini disebut dengan barang dalam
perjalanan. Selain itu terdapat juga persediaan yang secara fisik
terdapat di perusahaan namun persediaan itu bukan hak miliknya
perusahaan. Persediaan ini disebut dengan barang konsinyasi atau
titipan.
1. Persediaan barang dalam perjalanan
Persediaan barang dalam perjalanan terjadi apabila perusahaan
membeli barang dari perusahaan lain(berbeda daerah) dengan syarat
FOB (Free on Board) shipping point , artinya barang menjadi tanggung
jawab pembeli sejak barang tiba di pelabuhan. Walaupun pada
tanggal neraca barang masih belum tiba di gudang pembeli, namun
barang tersebut harus sudah dilaporkan di neraca pembeli.
2. Persediaan barang konsinyasi
Barang konsinya merupakan barang yang dijual secara titipan,
dengan maksud meningkatkan volume penjualan serta bagi yang
menerima titipan mendapatkan manfaat berupa efisiensi
penggunaan modal kerja.
Bagi consignor/pihak yang menitipkan, meskipun fisik barang tidak
terdapat di gudangnya, karena hak milik atas barang ada pada pihak
yang menitipkan, maka barang konsinyasi nampak pada neraca
consignor. Sebaliknya bagi consignee pihak yang menerima titipan,
meskipun fisik barang terdapat di gudangnya, karena barang tersebut
bukan hak miliknya, barang konsinyasi tidak boleh disajikan pada
neracanya.
67
Pengantar Akuntansi 2 67
Selain dengan menggunakan harga perolehan, persediaan juga bisa
disajikan dengan cara lain yakni harga terendah antara harga perolehan
atau harga pasarnya. Cara ini disebut juga dengan COMWIL (Cost Or
Market Whichever Is Lower). Penggunaan cara terendah antara harga
perolehan dengan harga pasar mewajibkan perusahaan membuat jurnal
penyesuaian untuk mengakui perbedaan harga antara harha perolehan
dengan harga pasarnya pada saat dibuat laporan keuangan (di akhir
periode). Harga pasar bukan lah harga jual, karena pada saat tersebut
persediaan tidak dijual, melainkan hanya mengetahui di pasaran
harganya berapa. Sebagai contoh, pada akhir periode persediaan yang
masih tersisa di gudang memiliki harga perolehan Rp 18.000.000,
sedangkan harga pasarnya adalah Rp 17.500.000, maka di neraca
persediaan disajikan dengan harga Rp 17.500.000. Selisih Rp 500.000
diasumsikan terjadi penurunan nilai persediaan dan dicatat dengan
jurnal penyesuaian:
Kerugian penurunan nilai persediaan Rp 500.000
Cadangan penurunan nilai persediaan Rp 500.000
Perusahaan tentu memiliki beragam jenis persediaan, sehingga penilaian
persediaan dengan menggunakan comwil bisa dilakukan pada tiap jenis
persediaan, pada tiap kelompok persediaan maupun pada keseluruhan
persediaan. Berikut adalah contoh penilaian persediaan dengan cara
comwil.
68
Pengantar Akuntansi 2 68
Jenis Persediaan Harga Harga Harga terendah antara
Perolehan Pasar Harga perolehan dengan harga pasar
(Rp) (Rp) (Rp)
Setiap Setiap Keseluruhan
Jenis Kelompok Persediaan
Kelompok I
Kompor Gas Rinai 2.500.000 2.700.000 2.500.000
Kompor Gas HOCK 2.800.000 2.650.000 2.650.000
5.300.000 5.350.000 5.300.000
Kelompok II
Setrika Maspion 375.000 425.000 375.000
Setrika LG 350.000 325.000 325.000
Setrika Toshiba 380.000 390.000 380.000
1.105.000 1.140.000 1.105.000
Antara harga perolehan dengan comwil setiap jenis terdapat selisih Rp 265.000 yang
dilaporkan pada laporan laba/rugi sebagai kerugian penilaian persediaan, dan di
neraca disajikan sebagai pengurang nilai persediaan dengan nama akun cadangan
penurunan nilai persediaan.
Jurnal penyesuaian untuk mencatat penurunan nilai persedaiaan adalah:
Kerugian penurunan nilai persediaan Rp 265.000
Cadangan penurunan nilai persediaan Rp 265.000
Rangkuman
1. Menurut PSAK, persediaan adalah aktiva yang:
a. Tersedian untuk dijual dalam kegiatan usaha normal,
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
2. Pencatan persediaan dilakukan dengan dua cara yakni cara fisik dan
cara perpetual. Jika perusahaan menggunakan cara fisik maka semua
transaksi yang berhubungan dengan persediaan seperti pembelian,
ongkos angkut pembelian, potongan pembelian, retur pembelian,
penjualan, potongan penjualan, retur penjualan dan harga pokok
penjualan dicatat dengan menggunakan akun yang bersangkutan.
Keunggulan cara ini adalah nilai persediaan yang dilaporkan tepat,
namun kelemahannya adalah menggunakan banyak waktu.
69
Pengantar Akuntansi 2 69
Semua transaksi yang berhubungan dengan persediaan seperti
pembelian, ongkos angkut pembelian, potongan pembelian, retur
pembelian, penjualan, potongan penjualan, retur penjualan dan
harga pokok penjualan dicatat dengan menggunakan akun yang
bersangkutan.
3. Penghitungan harga pokok persediaan dilakukan dengan dua cara
yaitu cara sesungguhnya/identifikasi khusus dan cara asumsi yang
terdiri dari rata-rata, FIFO,LIFO baik fisik maupun perpetual
4. Kesalahan dalam menghitung persediaan mempengaruhi laporan
keuangan neraca di sisi aktiva khususnya aktiva lancar dan pada
laporan laba/rugi kesalahan dalam menghitung nilai persediaan
mempengaruhi nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.
5. Jika pada tanggal neraca masih terdapat persediaan dalam
perjalanan/goods intransit maka penting untuk memperhatikan
syarat pembelian. Syarat FOB shipping point menetapkan bahwa hak
atas barang berpindah dari penjual kepada pembeli jika barang sudah
sampai di pelabuhan. Syarat FOB destination point menetapkan hak
atas barang berpindah dari penjual kepada pembeli jika barang sudah
tiba di gudang pembeli. Barang konsinyasi tetap merupakan hak
consignor meskipun fisik barang terdapat di gudang consignee.
6. Selain dengan menggunakan harga perolehan, persediaan di neraca
juga bisa disajikan dengan cara comwil, baik pada tiap jenis, per
kelompok maupun secara keseluruhan.
Bahan diskusi
1. Bagaimanakan perusahaan mengklasifikasikan persediaannya?
2. Perusahaan dagang secara sistematis akan selalu menyelenggarakan
catatan persediaan untuk menentukan berapa besarnya barang
dagangan yang tersedia untuk dijual dan juga berapa yang telah laku
terjual. Terdapat dua cara yang lazim dipakai untuk mencatat
persediaan, jelaskan kedua metode tersebut!
3. Apa yang dimaksud dengan harga perolehan persediaan?
4. Bagaimana status kepemilikan atas barang yang masih dalam
perjalanan dan barang konsinyasi?
70
Pengantar Akuntansi 2 70
5. Jelaskan pengaruh kesalahan menghitung nilai persediaan terhadap
laporan keuangan!
6. Jelaskan cara menghitung harga pokok persediaan dengan
menggunakan metode FIFO,LIFO dan Rata-Rata!
7. Dalam kondisi bagaimana perusahaan menyajikan persediaannya di
neraca menggunakan metode comwil?
8. Konsep akuntansi apakah yang mendasari perusahaan menggunakan
metode comwil? Serta bagaimana jurnal yang dibuat jika terjadi
penurunan nilai persediaan?
Latihan soal
1. Persediaan awal dan pembelian sepatu merk “Mewah” selama tahun
2014 sebagai berikut:
Tanggal unit Harga per unit (Rp)
1 Januari 160 190.000
5 Mei 200 192.000
28 September 200 188.000
13 Desember 140 186.000
Pada perhitungan fisik persediaan tanggal 31 Desember 2014
(perusahaan menggunakan cara fisik) menunjukkan jumlah 190 unit
sepatu. Diminta isilah harga pokok persediaan akhir dan harga pokok
penjualan menurut metode yang diminta di bawah ini:
Cara Penjualan HP Pers. Akhir HPPenjualan
LIFO
FIFO
Rata-rata sederhana
Rata-rata tertimbang
2. Laporan Laba/Rugi UD. Ganen berikut ini disajikan pada akhir tahun
2014 sebelum penyesuaian dan tutup buku (perusahaan
menggunakan cara fisik)
71
Pengantar Akuntansi 2 71
UD Ganen
Laporan Laba/Rugi
Periode 1 sampai dengan 31 Desember 2014 (Rp)
Penjualan bersih 4.862.000.000
HPP
Persediaan 1 Januari 2014 1.136.000.000
Pembelian bersih 3.366.500.000+
Barang siap dijual 4.502.500.000
Persediaan 31 Desember 2014 1.178.000.000 –
Harga pokok penjualan 3.324.500.000-
Laba kotor 1.537.500.000
Biaya operasi 1.100.500.000-
Laba bersih 437.500.000
72
Pengantar Akuntansi 2 72
f. Terjadi kesalahan menghitung jumlah angka, sehingga persediaan
dicatat lebih besar Rp 6.000.000 dari seharusnya.
Diminta:
73
Pengantar Akuntansi 2 73
Air Conditioner
AC 2010 8 1.550.000 1.560.000 1.525.000
AC 0910 9 1.490.000 1.575.000 1.500.000
Diminta:
a. Hitung nilai persediaan yang akan dicantumkan di neraca dengan
dasar comwil jika comwil diterapkan pada persediaan secara:
1) Individu/tiap jenis
2) Kelompok
3) Keseluruhan
Asumsikan bahwa cara rata-rata digunakan untuk menentukan
harga pokok.
b. Ulangi permintaan (a) asumsikan bahwa perusahaan
menggunakan cara FIFO untuk menentukan harga pokok.
74
Pengantar Akuntansi 2 74
BAB V
AKUNTANSI AKTIVA TETAP
Tujuan pembelajaran
Aktiva tetap bagi suatu perusahaan belum tentu menjadi aktiva tetap
bagi perusahaan yang lain. Sebagai contoh bagi perusahaan percetakan,
mesin foto copy merupakan aktiva tetap, sedangkan bagi perusahaan
yang menjual mesin foto copy, maka mesin foto copy tersebut
merupakan aktiva lancar atau persediaan barang dagangan.Bagi hotel
berbintang, spray dan korden mungkin digunakan dalam jangka waktu
kurang dari setahun, sehingga keduanya diklasfikasikan sebagai aktiva
lancar. Berbeda dengan hotel melati, mungkin kedua benda tersebut
digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun sehingga
diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. Lalu apa karakteristik aktiva tetap?
75
Pengantar Akuntansi 2 75
terbatas misalnya mesin, kendaraan, gedung dan aktiva tetap yang
memberikan masa manfaat tidak terbatas contohnya tanah.
Pembahasan aktiva tetap pada bab ini difokuskan untuk aktiva tetap
berwujud.
76
Pengantar Akuntansi 2 76
Contoh UD Ganen membeli sebidang tanah dengan harga Rp
500.000.000 biaya balik nama yang dikeluarkan Rp 2.000.000,
pajak pembelian Rp 2.500.000. Untuk membersihkan tanaman liar
dikeluarkan biaya Rp 200.000 dan pembongkaran gudang lama Rp
500.000. Genteng yang merupakan atap gudang dijual seharga Rp
300.000. Harga perolehan tanah yang dibeli UD Ganen adalah:
Harga beli Rp 500.000.000
Biaya balik nama Rp 2.000.000
Pajak pembelian Rp 2.500.000
Pembersihan Rp 700.000+
Total pengeluaran Rp 505.200.000
Hasil penjualan komponen gudang Rp 300.000 –
Total harga perolehan Rp 504.900.000
77
Pengantar Akuntansi 2 77
merupakan komponen harga perolehan, melainkan dibebankan
sebagai biaya operasional pada periode yang bersangkutan.
Contoh: CV WGAH membeli sebuah kendaraan dengan harga Rp
300.000.000, pengeluaran lain yang berhubungan dengan
kendaraan PPN Rp 3.000.000, pengecatan Rp 1.000.000, bea balik
nama 1.500.000, premi asuransi kecelakaan dibayar dimuka Rp
1.200.000 dan biaya pengurusan STNK Rp 3.500.000. Perhitungan
harga perolehan kendaraan adalah sebagai berikut:
Harga faktur Rp 300.000.000
PPN Rp 3.000.000
Pengecatan Rp 1.000.000
Balik nama Rp 1.500.000
Total harga perolehan Rp 302.500.000
78
Pengantar Akuntansi 2 78
karyawan melakukan kecerobohan sehingga timbul kerusakan dan
mesin harus direparasi yang menghabiskan biaya Rp 400.000.
Perhitungan harga perolehan mesin dan jurnal untuk mencatat
harga perolehan mesin adalah sebagai berikut:
Harga faktur Rp 250.000.000
PPN Rp 25.000.000
Premi asuransi pengiriman Rp 200.000
Biaya pemasangan Rp 500.000
Biaya bahan uji coba Rp 300.000+
Jumlah pengeluaran Rp 276.000.000
Penjualan produk hasil uji coba Rp 150.000 –
Total harga perolehan mesin Rp 275.850.000
79
Pengantar Akuntansi 2 79
perolehan ke masing-masing aktiva dapat menggunakan taksiran
harga pasar tiap aktiva tetap.
Contoh PT Anan membeli aktiva tetap yang terdiri dari gedung,
kendaraan dan mesin secara gabungan (lump sum) sebesar Rp
4.000.000.000. Menurut estimasi apraiser nilai pasar masing-
masing aktiva tetap adalah gedung Rp 3.500.000.000, kendaraan
Rp 300.000.000 dan mesin Rp 350.000.000. Pengalokasian harga
perolehan gabungan ke masing-masing aktiva tetap dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Jenis Taksiran % Perhitungan Alokasi Harga
Aktiva Harga Pasar Perolehan
(Rp) (Rp)
Gedung 3.500.000.000 84.34 84.34%x4.000.000.000 3.373.600.000
Kendaraan 300.000.000 7.23 7.23%x4.000.000.000 289.200.000
Mesin 350.000.000 8.43 8.43%x4.000.000.000 337.200.000
Total 4.150.000.000 100 4.000.000.000
2. Pembelian Kredit
Pembelian aktiva tetap secara kredit dilakukan dengan alasan
ketidaktersediaan kas dalam jumlah besar. Mengingat nilai aktiva
tetap yang dibeli secara kredit dalam jumlah yang relatif besar,
untuk menjamin kepastian pembayaran, pembeli biasanya akan
mendandatangani wesel bayar, yang secara spesifik menyebutkan
persyaratan mengenai penyelesaian kewajiban. Bunga atas
pembelian kredit tidak termasuk harga perolehan aktiva,
melainkan dicatat sebagai biaya bunga pada periode berjalan.
CV Ananta membeli sebuah mesin pada tanggal 2 Januari 2015
dengan harga Rp 300.000.000, pembayaran pertama 20% dan
sisanya diangsur selama 5 tahun dengan bunga 11% flat
pertahun.
80
Pengantar Akuntansi 2 80
Jurnal untuk mencatat pembelian mesin tersebut adalah:
Tanggal 2 Januari 2015
Mesin Rp 300.000.000
Kas Rp 60.000.000
Utang usaha Rp 240.000.000
81
Pengantar Akuntansi 2 81
pada akhir masa kontrak pihak yang menyewakan atau lessor
memberikan penyewa atau lessee hak opsi untuk membeli aktiva
tetap tersebut(capital lease).
4. Pertukaran
Aktiva tetap bisa juga diperoleh dengan cara ditukar yang kadang-
kadang disertai dengan penambahan pembayaran atau disebut
dengan tukar tambah. Menurut PSAK No 16 menyatakan bahwa
harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai
wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih
andal. Jika nilai wajar/harga pasar baik aktiva lama maupun aktiva
baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku aktiva lama bisa
digunakan sebagai dasar pencatatan. Dalam hal terjadi laba atau
rugi pertukaran aktiva tetap, maka menurut PSAK No 16, laba atau
rugi pertukaran aktiva tetap hanya terjadi pada pertukaran aktiva
tetap tidak sejenis, sedangkan pada aktiva tetap sejenis tidak
terjadi laba/rugi pertukaran karena harga perolehan aktiva tetap
yang baru adalah jumlah yang tercatat dari aktiva tetap lama yang
dilepaskan. Pertukaran aktiva tetap sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang memiliki sifat dan fungsi yang sama. Sedangkan
pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva
tetap yang memiliki sifat dan fungsi yang tidak sama, misalnya
truk ditukar dengan mesin atau gedung.
5. Penerbitan sekuritas
Perusahaan dapat menerbitkan saham untuk ditukarkan dengan
tanah, gedung, mesin atau peralatan, dengan mencatat aktiva
tetap tersebut sebesar harga pasar dari aktiva tetap atau surat
berharga mana yang lebih andal. Contoh Perusahaan memperoleh
peralatan dengan menerbitkan 100.000 lembar saham dengan
nilai nominal Rp 1.000 per lembar. Harga pasar saham saat terjadi
pertukaran adalah Rp 1.250 per lembar. Saat itu perusahaan sulit
menentukan nilai pasar peralatan secara objektif. Jurnal untuk
mencatat perolehan peralatan adalah:
82
Pengantar Akuntansi 2 82
Peralatan Rp 125.000.000
Modal saham Rp 100.000.000
Agio saham Rp 25.000.000
7. Donasi
Menurut prinsip akuntansi aktiva dicatat sebesar harga
perolehannya. Namun dalam hal aktiva tetap diperoleh dari
donatur maka harga perolehannya akan sangat kecil. Dalam hal ini
harga pasar aktiva tetap dapat dipakai sebagai dasar pencatatan
aktiva tetap tersebut. Misalnya CV Ananta memperoleh donasi
berupa mesin dan peralatan dari pemerintah dengan harga pasar
83
Pengantar Akuntansi 2 83
masing-masing Rp 75.000.000 dan Rp 10.000.000. Jurnal untuk
mencatat perolehan aktiva tetap tersebut adalah:
Mesin Rp 75.000.000
Peralatan Rp 10.000.000
Modal sumbangan Rp 85.000.000
84
Pengantar Akuntansi 2 84
tergantung pada kebijakan manajemen mengenai penghentian
aktiva tetap tersebut.
3. Umur ekonomis
Merupakan periode waktu di mana perusahaan dapat
menggunakan aktiva tetap tersebut tanpa harus mengeluarkan
biaya perbaikan secara material. Umur ekonomis berbeda
dengan umur teknis. Umur teknis bisa lebih lama daripada
umur ekonomis. Meskipun secara teknis aktiva tetap masih
dapat digunakan, namun jika aktiva tetap tersebut harus
sering di reparasi dengan mengeluarkan biaya yang material
maka dapat dinyatakan bahwa aktiva tetap tersebut masih
memiliki umur teknis tetapi tidak memiliki umur ekonomis.
Jenis-jenis metode penyusutan aktiva tetap terdiri dari:
1. Metode atas dasar waktu
a. Metode garis lurus
Jumlah beban penyusutan pada tiap periode selalu sama.
Rumus untuk menghitung beban penyusutan adalah:
Harga perolehan-Nilai residu
Penyusutan = ----------------------------------------
Umur ekonomis
85
Pengantar Akuntansi 2 85
Akhir Beban penyusutan Akumulasi Nilai buku
tahun penyusutan Akhir tahun
65.000.000
2015 12.000.000 12.000.000 53.000.000
2016 12.000.000 24.000.000 41.000.000
2017 12.000.000 36.000.000 29.000.000
2018 12.000.000 48.000.000 17.000.000
2019 12.000.000 60.000.000 5.000.000
86
Pengantar Akuntansi 2 86
Dengan menggunakan peralatan medis yang dimiliki oleh
klinik wiweka, maka tabel perhitungan penyusutannya
adalah sebagai berikut:
Tahun Pecahan Beban Akumulasi Nilai
ke Angka Penyusutan penyusutan Buku
Tahun
0 - - - 65.000.000
1 5/15 20.000.000 20.000.000 45.000.000-
2 4/15 16.000.000 36.000.000 29.000.000
3 3/15 12.000.000 48.000.000 17.000.000
4 2/15 8.000.000 56.000.000 9.000.000
5 1/15 4.000.000 60.000.000 5.000.000
Jumlah 15/15 60.000.000
87
Pengantar Akuntansi 2 87
Tahun 2015 = 700
Tahun 2016 = 500
Tahun 2017 = 600
Tahun 2018 = 400
Tahun 2019 = 300
Beban penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku mesin
cetak selama umur ekonomisnya adalah:
Akhir Satuan Beban Akumulasi Nilai
tahun Produk penyusutan penyusutan Buku
ke
0 - - - 50.000.000
1 700 12.600.000 12.600.000 37.400.000
2 500 9.000.000 21.600.000 28.400.000
3 600 10.800.000 32.400.000 17.600.000
4 400 7.200.000 39.600.000 10.400.000
5 300 5.400.000 45.000.000 5.000.000
Jumlah 2.500 45.000.000
88
Pengantar Akuntansi 2 88
produksi, sehingga disebut pengeluaran modal/capital expenditure.
Perlakuan akuntansinya berbeda-beda tergantung pada sifat
pengeluarannya.
Penambahan, biasanya mengakibatkan bertambah besarnya
fasilitas fisik dan kapasitas produksi. Penambahan dicatat dengan
mendebet akun aktiva yang mengalami penambahan. Misalnya
terjadi penambahan garasi pada suatu gedung, maka pengeluaran
tersebut dicatat dengan mendebet akun gedung.
Perbaikan, bisa diperlakukan dalam berbagai macam bentuk.
Kadang-kadang suatu perbaikan merupakan penggantian suatu
subbagian dari suatu aktiva produktif dengan unit yang baru.
Misalnya gedung yang dulunya menggunakan kap dari kayu karena
sudah lama, maka diganti dengan kap baja ringan.
Pengeluaran untuk perbaikan harus didebet ke akun aktiva yang
bersangkutan. Contoh UD Ganendra melakukan perbaikan untuk
mobil box yang dipakai sebagai armada keliling. Perbaikan besar
berupa turun mesin ini, mengeluarkan biaya Rp 10.000.000
mengakibatkan penambahan umur ekonomis mobil tersebut.
Pengeluaran ini dicatat dengan mendebet akun akumulasi depresiasi
mobil box.
Apabila perbaikan tidak menambah masa manfaat dari suatu
aktiva tetap, maka pengeluaran untuk perbaikan tersebut dicatat
dengan cara yang sama dengan penambahan.
Rangkuman
1. Dilihat dari ada tidaknya wujud fisik aktiva tetap dibedakan aktiva
tetap tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Berdasarkan
terbatas tidaknya masa manfaat, aktiva tetap dibedakan menjadi
aktiva tetap yang memberikan masa manfaat terbatas dan aktiva
tetap yang memberikan masa manfaat tidak terbatas.
2. Menurut prinsip akuntansi, aktiva tetap dicatat sebesar harga
perolehannya. Harga perolehan adalah harga beli/faktur ditambah
dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva
tetap tersebut siap digunakan dalam kondisi normal.
89
Pengantar Akuntansi 2 89
3. Selain dengan cara tunai, aktiva tetap juga dapat diperoleh dengan
cara:
a. Pembelian gabungan
b. Pembelian kredit
c. Sewa guna usaha
d. Pertukaran
e. Penerbitan sekuritas
f. Konstruksi/bangun sendiri
g. Donasi
4. Penyusutan aktiva tetap merupakan alokasi secara periodik dan
sistematis dari harga perolehan aktiva tetap selama periode yang
memperoleh masa manfaat aktiva tetap tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyusutan aktiva tetap adalah :
a. Harga perolehan
b. Nilai residu
c. Umur ekonomis
Metode penyusutan aktiva tetap terdiri dari:
a. Metode berdasarkan satuan waktu yang terdiri dari metode garis
lurus dan angka tahun.
b. Metode berdasarkan satuan produksi
5. Selama masa pemakaian aktiva tetap, perusahaan mungkin
melakukan pengeluaran-pengeluaran untuk reparasi rutin,
penambahan, atau perbaikan. Reparasi rutin diperlakukan sebagai
beban pengeluaran dan dicatat dengan mendebet akun
pemeliharaan aktiva tetap pada periode terjadinya. Pengeluaran
untuk penambahan aktiva tetap dicatat dengan mendebet akun
aktiva tetap yang mengalami penambahan. Pengeluaran untuk
perbaikan jika menyebabkan penambahan umur ekonomis aktiva
tetap tersebut, pengeluarannya dicatat dengan mendebet akumulasi
penyusutan aktiva tetap tersebut, sedangkan jika pengeluaran
tersebut tidak menambah umur ekonomis diperlakukan sama dengan
penambahan.
90
Pengantar Akuntansi 2 90
Bahan Diskusi
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang harga perolehan termasuk
komponen dari masing-masing harga perolehan aktiva tetap
tersebut.
2. Untuk aktiva tetap yang diperoleh melalui sebuah pembelian
gabungan, bagaimana total harga beli dialokasikan diantara masing-
masing aktiva yang dibeli?
3. Aktiva tetap juga dapat diperoleh melalui sewa guna usaha, jelaskan
apa yang dimaksud dengan sewa guna usaha?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk mencatat biaya bunga yang
terjadi atas dana yang dipinjam untuk keperluan konstruksi atas
aktiva yang dibangun sendiri?
5. Bagaimana biaya-biaya yang dikeluarkan atas aktiva tetap
diklasifikasikan dan bagaimana perlakuan akuntansinya?
6. Apa makna penyusutan aktiva tetap?
7. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan aktiva tetap!
8. Metode apa saja yang digunakan untuk menghitung penyusutan
aktiva tetap?
9. Jelaskan perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diperoleh dengan
cara donasi!
10.Jelaskan langkah-langkah penghitungan penyusutan aktiva tetap
dengan metode angka tahun!
Latihan Soal
1. UD Ananta membeli mesin pada tanggal 2 Januari 2015 dengan harga
faktur Rp 25.000.000, biaya angkut dan pemasangan Rp 900.000 dan
PPN 10% dari harga faktur. Mesin diperkirakan memiliki umur
ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp 5.000.000.
Diminta:
a. Buat jurnal untuk mencatat harga perolehan mesin
b. Buat tabel beban penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai
buku mesin.
2. Pada tanggal 3 Maret 2014, UD Ganendra membeli mesin, peralatan
dan kendaraan secara lumpsum dengan membayar Rp 340.500.000.
91
Pengantar Akuntansi 2 91
Harga pasar masing-masing aktiva tersebut jika dibeli secara terpisah
adalah sebagai berikut:
Mesin Rp 187.500.000
Peralatan Rp 78.000.000
Kendaraan Rp 112.500.000
Diminta:
a. Hitunglah harga perolehan masing-masing aktiva tetap
tersebut
b. Buat jurnal untuk mencatat harga perolehan aktiva tetap
tersebut.
3. Pada tanggal 12 April 2014, klinik wiweka membeli sebuah peralatan
medis dengan harga Rp 40.000.000. Biaya angkut dan pemasangan
masing-masing Rp 500.000 dan Rp 400.000. PPN 10% dari harga
faktur. Karena kecerobohan pegawai klinik saat membantu
pemasangan, maka terjadi kerusakan pada peralatan sehingga harus
dikeluarkan biaya reparasi Rp 250.000.
Diminta:
a. Hitunglah harga perolehan peralatan medis tersebut.
b. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi pembelian peralatan
medis tersebut.
4. Pada tanggal 2 Januari 2015 PT WGAH membeli sebuah mesin
dengan harga Rp 400.000.000. Nilai residu mesin Rp 40.000.000
dengan perkiraan produk sebanyak 1.200.000 unit komponen x.
Perusahaan menggunakan metode unit produk untuk menghitung
biaya depresiasi. Jika tahun 2014 dan 2015 jumlah komponen x yang
dihasilkan masing-masing 15.000 dan 20.000 unit, maka:
a. Hitunglah beban penyusutan tahun 2014 dan 2015
b. Buat jurnal untuk mencatat beban penyusutan tersebut.
92
Pengantar Akuntansi 2 92
BAB VI
AKUNTANSI UTANG LANCAR
Tujuan pembelajaran
93
Pengantar Akuntansi 2 93
B. JENIS UTANG LANCAR
Pembelian barang dan jasa yang dilakukan secara kredit dengan
pembayaran dalam jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi
akan menimbulkan utang lancar. Jenis utang lancar terdiri dari:
1. Utang wesel
Pembelian secara kredit yang disertai dengan janji tertulis
menimbulkan utang wesel. Utang wesel ada yang yang berbunga
ada juga yang tidak berbunga. Jika utang wesel tidak berbunga,
maka saat jatuh tempo jumlah yang dibayar sebesar nilai nominal
utangnya.
a. Utang wesel berbunga
Pada tanggal 1 September 2014 UD Gargitha melakukan
pembelian secara kredit dengan menandatangani sebuah
wesel bernilai nominal Rp 75.000.000, bunga 13,5% per tahun,
jangka waktu 6 bulan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
utang wesel tersebut adalah
1 September 2014
Pembelian Rp 75.000.000
Utang wesel Rp 75.000.000
31 Desember 2014
Biaya bunga Rp 3.375.000
Utang bunga Rp 3.375.000
13.5%x4/12xRp 75.000.000
1 Januari 2015
Utang bunga Rp 3.375.000
Biaya bunga Rp 3.375.000
1 Februari saat wesel jatuh tempo
Utang wesel Rp 75.000.000
Biaya bunga Rp 5.062.500
Kas Rp 80.062.500
94
Pengantar Akuntansi 2 94
tangani wesel tanpa bunga dalam jangka waktu 6 bulan, maka
nilai nominal wesel adalah Rp 80.062.500, namun nilai barang
dan jasa yang diserahkan adlah Rp 75.000.000. Diskonto
sebesar Rp 5.062.500 adalah bunga selama 6 bulan. Jumlah ini
harus dialokasikan selama 6 bulan sejak wesel ditandatangani
sampai dengan pelunasan. Untuk tahun 2014, karena
waktunya 4 bulan, maka alokasinya hanya Rp 3.375.000 sisanya
Rp 1.687.500 untuk tahun 2015. Jurnal yang dibuat oleh UD
Gargitha adalah:
1 September 2014
Pembelian Rp 75.000.000
Diskonto utang wesel Rp 5.062.500
Utang wesel Rp 80.062.500
31 Desember 2014
Biaya bunga Rp 3.375.000
Diskonto utang wesel Rp 3.375.000
(mencatat amortisasi diskonto untuk 4 bulan)
1 Februari 2015
Utang wesel Rp 80.062.500
Kas Rp 80.062.500
(mencatat pelunasan utang wesel)
2. Utang pajak
Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah self
assesment system yaitu wajib pajak menghitung dan melaporkan
sendiri kewajiban pajaknya. Utang pajak yang harus dihitung dan
dilaporkan baik bagi wajib pajak pribadi maupun wajib pajak
badan adalah:
a. PPN Keluaran
Jika wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan bertindak
selaku Pengusaha Kena Pajak (PKP) maka ketika menyerahkan
Barang/Jasa Kena Pajak, wajib memungut Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) yang disebut dengan PPN Keluaran. PPN tersebut
kemudian di laporkan dan disetorkan ke kas negara, dimana
jumlahnya 10% dari BKP/JKP yang diserahkan.
95
Pengantar Akuntansi 2 95
Contoh PT WGAH menyerahkan BKP kepada pembeli dengan
harga Rp 25.000.000 belum termasuk PPN, jurnal untuk
mencatat penyerahan BKP tersebut adalah
Kas Rp 27.500.000
Penjualan Rp 25.000.000
Utang PPN Rp 2.500.000
Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, pada saat dilakukan
pelaporan PPN maka jurnal yang dibuat adalah
Utang PPN Rp 2.500.000
Kas Rp 2.500.000
b. PPh Badan
Terdapat dua ketentuan pajak penghasilan untuk wajib pajak
badan. Bagi wajib pajak badan yang memiliki peredaran bruto
se tahun di bawah Rp 4.800.000.000 pertahun maka tarif PPh
nya adalah 1% dari peredaran bruto. Sedangkan bagi yang
memiliki peredaran bruto Rp 4.800.000.000 ke atas, maka PPh
terutangnya dihitung dari Penghasilan Kena Pajak (PKP)nya.
Setelah jumlah pajak terutang diketahui maka jurnal untuk
mencatat utang pajak tersebut adalah:
Beban pajak xxx
Utang PPh xxx
Pembayaran utang pajak pada bulan berikutnya dicatat dengan
jurnal:
Utang PPh xxx
Kas xxx
c. PPh Karyawan
Utang pajak atas penghasilan karyawan timbul pada saat
pembebanan beban gaji. Pada saat perusahaan
memperhitungkan beban gaji dan utang pajak atas penghasilan
karyawannya, maka jurnal yang dibuat adalah:
96
Pengantar Akuntansi 2 96
Beban gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
Utang PPh karyawan xxx
(jurnal untuk mencatat pembebanan gaji dan upah)
Pada saat pembayaran gaji jurnalnya adalah:
Utang gaji dan upah xxx
Kas xxx
(mencatat pembayaran gaji)
Jika pajak penghasilan karyawan yang dipotong disetorkan ke
kas negara, maka jurnalnya adalah:
Utang PPh karyawan xxx
Kas xxx
3. Utang dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemilik saham.
Dividen terutang pada saat dilakukan pengumuman pembagian
dividen. Misalnya pada tanggal 31 Desember 2014, PT WGAH
mengumumkan pembagian dividen Rp 2.000 per lembar saham,
dengan jumlah saham yang beredar 15.000 lembar. Dividen akan
dibayarkan tanggal 1 Februari 2015. Jurnal untuk mencatat
pengumuman dan pembayaran dividen adalah sebagai berikut:
31 Desember 2014
Laba ditahan Rp 30.000.000
Utang dividen Rp 30.000.000
1 Februari 2015
Utang dividen Rp 30.000.000
Kas Rp 30.000.000
4. Utang garansi
Utang garansi terjadi ketika perusahaan menjual produk yang
disertai dengan jaminan garansi atas produk yang dijual tersebut.
Utang garansi dicatat pada periode terjadinya penjualan dengan
mendebet akun biaya garansi dan mengkredit akun utang garansi.
Misalnya Tahun 2014 Ganendra elektrik menjual 2.000 unit
barang-barang elektronik dengan harga rata-rata Rp 250.000 per
unit. Harga jual ini meliputi garansi satu tahun untuk suku cadang.
97
Pengantar Akuntansi 2 97
Di perkirakan bahwa 2% produk akan rusak dengan menggunakan
biaya reparasi Rp 40.000 per unit. Di tahun penjulan perusahaan
telah menerima klaim garansi sebanyak 10 buah produk dan
mereparasinya dengan biaya sebesar Rp 400.000. Tanggal 31
Desember 2014, perusahaan perlu menaksir biaya garansi yang
mungkin dikeluarkan di tahun 2015 yang berasal dari penjualan
tahun 2014. Perhitungannya sebagai berikut:
Penjualan 2.000 unit
Persentase taksiran yang rusak 2%
Jumlah taksiran yang rusak 40 unit
Jumlah unit rusak yang sudah direparasi 10 unit
Jumlah unit yang akan direparasi 30 unit
Taksiran biaya reparasi per unit Rp. 40.000
Taksiran utang garansi Rp 1.200.000
Jurnal yang dibuat oleh Ganendra Elektrik adalah:
Tahun 2014
Kas Rp 500.000.000
Penjualan Rp 500.000.000
(mencatat penjualan 2.000 unit produk dengan harga Rp 250.000
per unit)
31 Desember 2014
Biaya garansi Rp 1.200.000
Utang garansi Rp 1.200.000
(mencatat taksiran utang garansi)
Pada laporan laba rugi tahun 2014 besarnya biaya garansi yang
dilaporkan adalah Rp 1.600.000 yang merupakan bagian dari biaya
pemasaran.
98
Pengantar Akuntansi 2 98
Tahun 2015, realisasi klaim garansi bisa jadi lebih kecil atau lebih
besar dari yang diperkirakan. Selisih biaya garansi yang
sesungguhnya dengan yang diperkirakan dicatat dalam akun
keuntungan atau kerugian atas biaya garansi.
12 Mei 2014
Kas Rp 33.750.000
Pendapatan diterima dimuka Rp 3.750.000
Pendapatan Rp 37.500.000
Atau
99
Pengantar Akuntansi 2 99
Pendapatan diterima dimuka Rp 3.750.000
Pendapatan Rp 3.750.000
Kas Rp 33.750.000
Pendapatan Rp 33.750.000
6. Bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun ini
Kebutuhan perusahaan akan dana dalam jumlah yang besar, dapat
dipenuhi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
meminjam uang di bank dalam bentuk kredit jangka panjang
dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.
Bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo tiap tahunnya
merupakan utang jangka pendek atau utang lancar.
Misalkan Klinik wiweka meminjam uang di BNI sejumlah Rp
100.000.000 dengan jangka waktu 5 tahun. Pembayaran pokok
pinjaman Rp 20.000.000 disertai dengan bunga merupakan utang
lancar.
C. UTANG KONTINJENSI
Kontinjensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang
mengandung syarat merupakan transaksi yang paling banyak
ditemukan dalam kegiatan bank sehari-hari. Kontinjensi yang dimiliki
oleh suatu bank dapat berakibat tagihan atau kewajiban bagi bank
yang bersangkutan.
PSAK No. 31 mengatur akuntansi untuk transaksi kontinjensi dalam
suatu perusahaan. Istilah kewajiban bersyarat digunakan untuk
menyatakan kewajiban yang kemungkinan timbulnya tergantung
pada terjadi atau tidaknya satu peristiwa di masa yang akan datang.
Dengan demikian pada tanggal neraca belum terdapat kepastian
mengenai ada tidaknya kewajiban tersebut. Kontinjensi adalah suatu
keadaan yang masih diliputi oleh ketidakpastian mengenai
kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan,
100
Pengantar Akuntansi 2 100
100
yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Transaksi yang
bersifat kontinjensi (bersyarat) ini belum mengikat bank untuk
melakukan tagihan ataupun kewajiban riil saat ini, akan tetapi secara
antisipatif kontinjensi tersebut akan menjadi kewajiban atau tidak
sangat tergantung terjadi atau tidak terjadinya peristiwa yang
berkaitan dengan kontinjensi ini di masa yang akan datang.
Rangkuman
1. Menurut PSAK No. 9. Paragraf 21 kewajiban(utang) jangka pendek
adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu
tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan. Utang jangka
pendek dapat dikelompokkan menjadi: a. Utang yang jumlahnya
dapat dipastikan di muka, b. Utang yang jumlahnya tergantung
kepada hasil produksi, c. Utang yang jumlahnya ditaskir.
2. Jenis utang lancar terdiri dari:
a. Utang wesel
b. Utang pajak
c. Utang dividen
d. Utang garansi
101
Pengantar Akuntansi 2 101
101
e. Pendapatan diterima dimuka
f. Bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo saat ini
3. Istilah kewajiban bersyarat digunakan untuk menyatakan kewajiban
yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya
satu peristiwa di masa yang akan datang. Dengan demikian pada
tanggal neraca belum terdapat kepastian mengenai ada tidaknya
kewajiban tersebut.
4. Ketentuan tentang penyajian utang lancar dineraca adalah: disajikan
disisi kanan neraca, sesuai dengan urutan pelunasannya, utang
kepada pihak yang independent, harus dipisahkan dengan pihak yang
tidak independent, aktiva yang dijaminkan untuk penarikan utang
lancar harus diungkapkan dan utang bersyarat harus dijelaskan dalam
neraca.
Bahan Diskusi
1. Jelaskan bagaimana pencatatan yang dilakukan atas pendapatan
diterima dimuka.
2. Jelaskan langkah-langkah untuk menghitung taksiran utang garansi
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan utang kontinjensi
4. Jelaskan bagaimana pencatatan atas utang dividen
Latihan Soal
1. Buat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi PT Gargitha berikut
ini:
01-10-2014 Membeli mesin dari Toko Egar dengan harga perolehan
Rp 30.000.000, dengan ketentuan 25% dibayar tunai dan sisanya
dibayar dengan menerbitkan wesel jangka waktu 5 bulan bunga 11%
per tahun
31-12-2014 Mencatat pengakuan utang bunga wesel
01-02-2015 Melunasi utang wesel beserta bunganya
102
Pengantar Akuntansi 2 102
102
Penjualan tahun 2014 Rp 265.000.000
Biaya garansi yang dikeluarkan tahun 2014 Rp 7.125.000
Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya 5% dari nilai penjualan
akan dikeluarkan untuk biaya garansi dan perusahaan memutuskan
bahwa taksiran tersebut masih layak untuk dipergunakan sebagai
dasar dalam memperkirakan biaya garansi yang akan dikeluarkan
perusahaan.
Diminta:
a.Hitunglah taksiran biaya garansi yang harus dibentuk perusahaan
pada tanggal 31Desember 2014
b. Buat jurnal untuk mencatat transaksi
1). Pengeluaran biaya garansi tahun 2014
2). Pembentukan taksiran biaya garansi tanggal 31 Desember 2014
103
Pengantar Akuntansi 2 103
103
BAB VII
AKUNTANSI UTANG OBLIGASI
Tujuan pembelajaran
105
Pengantar Akuntansi 2 105
105
B. JENIS-JENIS OBLIGASI
Obligasi yang diterbitkan oleh emiten jenisnya beragam, sesuai
dengan keinginan emiten. Jenis-jenis obligasi, dilihat dari berbagai
segi antara lain:
1. Ditinjau dari segi peralihan:
a. Obligasi atas unjuk/bearer bonds
Obligasi ini tidak memiliki nama sehingga mudah untuk
dialihkan kepada pihak lain.
b. Obligasi atas nama/registered bonds
Merupakan obligasi yang mencantumkan nama pemiliknya,
sehingga memerlukan persyaratan dan prosedur tertentu
untuk pengalihannya.
2. Ditinjau dari segi jaminan:
a. Obligasi dengan jaminan/secured bonds
Merupakan obligasi yang dijamin dengan jaminan tertentu
yang dapat berbentuk surat-surat atau aktiva tetap.
b. Obligasi tanpa jaminan/unsecured bonds
Yakni obligasi yang hanya disertai jaminan kepercayaan.
3. Ditinjau dari segi cara penetapan dan pembayaran bunga:
a. Obligasi dengan bunga tetap
Merupakan obligasi yang memberikan bunga tetap selama
periode tertentu/flat rate.
b. Obligasi dengan bunga tidak tetap
Merupakan obligasi yang memberikan bunga tidak tetap,
bisa menurun/sliding rate atau mengambang/floating rate.
c. Obligasi tanpa bunga
Yaitu obligasi yang tidak memberikan bunga kepada
pemegangnya, keuntungannya diharapkan dari selisih
antara nilai pembelian dengan nilai pada saat jatuh tempo.
4. Ditinjau dari segi penerbit:
a. Obligasi oleh pemerintah
Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat, daerah atau perusahaan pemerintah.
Obligasi ini disebut juga surat utang negara/SUN.
b. Obligasi oleh swasta
106
Pengantar Akuntansi 2 106
106
Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pihak swasta.
5. Dilihat dari tanggal jatuh temponya
a. Obligasi ber seri
Yaitu obligasi yang terdiri atas beberapa seri dengan tanggal
jatuh tempo yang berbeda-beda.
b. Obligasi sinking fund
Yaitu obligasi yang memiliki tanggal jatuh tempo yang sama.
C. AKUNTANSI OBLIGASI
Akuntansi obligasi meliputi perhitungan dan pencatatan harga
obligasi, pembelian, penerimaan bunga, bunga berjalan,
penyesuaian atas bunga berjalan, penerimaan pelunasan,
pelepasan dan penyajian utang obligasi di neraca. Berikut dibahas
secara lengkap mengenai hal tersebut.
1. Harga obligasi
Harga bligasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu nilai
nominal obligasi, suku bunga nominal, suku bunga efektif,
periode pembayaran bunga dan tanggal jatuh tempo. Harga
obligasi merupakan nilai tunai bunga yang diterima investor
selama jangka waktu investasi ditambah nilai tunai obligasi
yang akan diterima pada tanggal jatuh tempo. Adapun rumus
untuk menghitung harga obligasi adalah sebagai berikut:
SBNxNN SBNxNN (SBNxNN) + N
Harga obligasi pada tahun 0 = + + ...
1 2 n
(1+SBE) (1+SBE) (1+SBE)
Keterangan:
SBN = suku bunga nominal per periode, yaitu suku bunga yang
tercantum pada sertifikat obligasi.
SBE = suku bunga efektif per periode, yaitu suku bunga yang
berlaku dipasar modal.
NN = nilai nominal
N = periode ke n
Contoh
Pada tanggal 2 Januari 2015 PT WGAH membeli obligasi PT
Wahyu, nominal Rp 100.000.000. Bunga 13% dibayar tiap
107
Pengantar Akuntansi 2 107
107
tanggal 2 Januari. Jatuh tempo 2 Januari 2020. Suku bunga
efektif 10%. Berapa harga obligasi?
13% x Rp 100.000.000 13% x Rp 100.000.000
Harga obligasi 2 jan 15= ----------------------------- + ------------------------------ +
1 2
(1+0,1) (1+0,1)
=
13% x Rp 100.000.000 13% x Rp 100.000.000
----------------------------- + ------------------------------ +
3 4
(1+0,1) (1+0,1)
= 13% x Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
------------------------------ + ---------------------
5 5
(1+0.1) (1+0.1)
= Rp 111.372.360
2. Pembelian
Pencatatan pada saat pembelian obligasi yakni dengan
mendebet akun Investasi obligasi dan mengkredit kas sebesar
harga perolehannya. Harga perolehan merupakan harga beli
ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka
pembelian obligasi seperti komisi dan biaya administrasi.
Dalam hal terjadi bunga berjalan, maka bunga berjalan tidak
termasuk harga perolehan obligasi.
Contoh
Tanggal 2 Januari 2015, PT Karuna membeli obligasi PT sasa,
nominal Rp 150.000.000. Bunga 11% dibayar setahun sekali
tiap 2 Januari. Kurs obligasi 104%. Komisi dan biaya
administrasi Rp 2.0000.000.
Transaksi pembelian dicatat oleh PT Karuna dengan jurnal
sebagai berikut:
Investasi obligasi Rp 158.000.000
Kas Rp158.000.000
Perhitungan:
108
Pengantar Akuntansi 2 108
108
Kurs obligasi 104/100xRp 150.000.000 = Rp 156.000.000
Komisi dan biaya administrasi = Rp 2.000.000+
Harga perolehan = Rp 158.000.000
3. Penerimaan bunga
Tanggal 2 Januari 2016, PT Karuna memperoleh bunga atas
invetasinya pada PT Sasa. Jumlah bunga yang diperoleh adalah
11% x Rp 150.0000.000=Rp 16.500.000
Jurnal untuk mencatat penerimaan bunga adalah
Kas Rp 16.500.000
Pendapatan bunga obligasi Rp 16.500.000
4. Bunga berjalan
Pembayaran bunga obligasi tidak selalu dilakukan sekali
dalam setahun, namun dapat juga tiga kali atau dua kali dalam
setahun, karena demikian maka sangat mungkin terjadi tanggal
pembayaran bunga tidak bersamaan dengan tanggal transaksi
baik pembelian maupun penjualan obligasi.
Perbedaan tanggal pembayaran bunga dengan tanggal
transaksi disebut dengan bunga berjalan. Periode bunga
berjalan adalah sejak tanggal pembayaran bunga terakhir
sampai dengan tanggal transaksi berikutnya.
Dalam menghitung harga perolehan obligasi, bunga berjalan
tidak boleh disertakan sebagai penambah harga perolehan,
karena bunga berjalan yang dibayar oleh investor akan
diterima kembali pada tanggal pembayaran bunga.
Contoh
PT Anita membeli obligasi PT Ananta pada tanggal 1 April
2014. Bunga obligasi 11% per tahun tiap 1 Mei dan 1 Oktober,
nominal Rp 200.000.000 kurs 103%. Biaya komisi dan
administrasi Rp 2.500.000, jangka waktu 5 tahun.
Perhitungan jumlah kas yang harus dibayar oleh investor
sebagai berikut:
109
Pengantar Akuntansi 2 109
109
Kurs obligasi 103%x Rp 200.000.000 = Rp 206.000.000
1 April 2014
Kas Rp 219.500.000
110
Pengantar Akuntansi 2 110
110
1 Mei 2014
Kas Rp 12.833.333
Kas Rp 219.500.000
1 Mei 2014
Kas Rp 12.833.333
111
Pengantar Akuntansi 2 111
111
5. Penyesuaian atas bunga berjalan
Pada akhir periode akuntansi, harus dibuat jurnal penyesuaian
untuk menyesuaikan hal berikut yaitu:
a. Bunga yang belum diterima jika tanggal bunga tidak tepat
diakhir periode.
Obligasi PT Ananta yang dibeli oleh PT Anita pada contoh
sebelumnya, tanggal pembayaran bunganya tiap 1 Mei dan
1 Oktober, jadi pada tanggal 31 Desember harus dibuat
jurnal penyesuaian untuk mengakui piutang bunga untuk
bulan November dan Desember. Adapun jurnal
penyesuaian untuk mencatat piutang bunga tersebut adalah
sebagai berikut:
31 Desember 2014
Piutang bunga Rp 3.666.666*
Pendapatan bunga Rp 3.666.666
*2/12x11%xRp 200.000.000
Pada tanggal 1 Januari 2015, dibuat jurnal pembalik atas
jurnal penyesuaian per 31 Desember 2014, jurnal
pembaliknya adalah:
1 Januari 2015
Pendapatan bunga Rp 3.666.666
Piutang bunga Rp 3.666.666
112
Pengantar Akuntansi 2 112
112
Investasi obligasi xxx
Pendapatan bunga xxx
6. Penerimaan pelunasan
Emiten akan melunasi ke investor utang obligasinya pada
tanggal jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Masih
menggunkan contoh soal obligasi PT Ananta yang dibeli oleh PT
Anita pada tanggal 1 Aril 2014, dengan jangka waktu 5 tahun,
dengan nominal Rp 200.000.000, maka pada tanggal 1 Apri
2019, jurnal yang dibuat oleh PT Anita adalah:
Kas Rp 200.000.000
Investasi Obligasi Rp 200.000.000
7. Pelepasan
Apabila obligasi dijual sebelum tanggal jatuh tempo maka
jurnalnya adalah Kas didebet sebesar harga jual bersih
ditambah bunga berjalan kalau ada, dan mengkredit Investasi
obligasi sebesar nilai bukunya. Selisih antara nilai buku dengan
harga jual bersih(tidak termasuk bunga berjalan) diakui sebagai
keuntungan atau kerugian. Jika harga jual lebih tinggi daripada
nilai buku maka diakui sebagai keuntungan dan sebaliknya.
Jika obligasi dibeli dengan harga di atas nilai nominal, maka
nilai buku investasi pada tanggal tertentu adalah sebagai
berikut:
Harga perolehan xxx
Agio yang sudah diamortisasi xxx -
Nilai buku xxx
Atau
Nilai nominal xxx
Agio yang belum diamortisasi xxx+
Nilai buku xxx
113
Pengantar Akuntansi 2 113
113
Harga perolehan xxx
Disagio yang sudah diamortisasi xxx +
Nilai buku xxx
Atau
Nilai nominal xxx
Disagio yang belum diamortisasi xxx-
Nilai buku xxx
Rangkuman
1. Obligasi merupakan surat berharga yang bersifat utang, yang
tidak memiliki hak suara dalam pengelolaan manajemen
perusahaan. Keuntungannya disebut bunga yang
pembayarannya tergantung kesepakatan. Bunga yang
dibayarkan untuk obligasi dapat dipakai sebagai pengurang
atas laba.
2. Jenis-jenis obligasi dilihat dari berbagai segi yakni: dari segi
peralihan, jaminan, pembayaran dan penetapan
bunga,penerbit dan tangal jatuh tempo.
3. Akuntansi atas utang obligasi meliputi pencatatan atas harga
obligasi, pembelian, penerimaan bunga, bunga berjalan,
penyesuaian atas bunga berjalan, penerimaan pelunasan,
pelepasan dan penyajian utang obligasi di neraca.
Bahan diskusi
1. Bagaimana cara pembeli menentukan besarnya harga obligasi
2. Jelaskan jenis obligasi ditinjau dari segi cara penetapan bunga!
3. Bagaimana penjualan obligasi dicatat dalam pembukuan
debitur?
114
Pengantar Akuntansi 2 114
114
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bunga berjalan!
5. Dari sisi debitur, pendanaan atau pembiayaan dengan cara
menerbitkan obligasi memiliki beberapa keuntungan dibanding
dengan menerbitkan saham. Apa saja keuntungan tersebut?
6. Bagaimana penyajian obligasi di neraca?
7. Bagaimana cara menghitung besarnya keuntungan atau
kerugian saat penjualan obligasi?
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan surat utang negara!
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan agio dan diasagio obligasi!
10. Jelaskan jenis obligasi dilihat dari tanggal jatuh temponya!
Latihan soal
1. Tanggal 3 Maret 2015, PT Ganesha membeli obligasi PT Yaman,
nominal Rp 100.000.000. Bunga 12% dibayar setahun sekali tiap 3
Maret. Kurs obligasi 102%. Komisi dan biaya administrasi Rp
3.0000.000.
Diminta:
a. Buat jurnal perolehan obligasi tanggal 3 Maret 2015
b. Buat jurnal penerimaan bunga tanggal 3 Maret 2016
115
Pengantar Akuntansi 2 115
115
BAB VIII
AKUNTANSI MODAL SAHAM
Tujuan pembelajaran
116
Pengantar Akuntansi 2 116
116
dividen. Pembagian dividen ditentukan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Pembagian jenis modal menurut undang-undang bagi perusahaan
yang berbentuk PT terdiri dari:
1. Modal dasar, yaitu modal yang pertama kali ada pada saat
perusahaan didirikan.
2. Modal ditempatkan, yaitu modal saham yang sudah dijual
besarnya 25% dari modal dasar.
3. Modal disetor, merupakan modal yang benar-benar telah disetor
yaitu sebesar 50% dari modal yang telah ditempatkan.
4. Saham dalam portefel yaitu modal yang masih dalam bentuk
saham yang belum dijual atau modal dasar dikurangi modal
ditempatkan.
Jenis saham ditinjau dari segi peralihan dan dari segi hak tagih adalah
sebagai berikut:
1. Dari segi peralihan
a. Saham atas unjuk (bearer stock)
Merupakan saham yang tidak mempunyai atau tidak
mencantumkan nama pemiliknya.
b. Saham atas nama (registerd stock)
c. Merupakan saham yang mempunyai atau mencantumkan
nama pemiliknya.
2. Dari segi hak tagih
a. Saham biasa (common stocks)
Saham yang pembagian dividennya dibayar setelah pembagian
dividen saham preferen.
b. Saham preferen (prefered stocks)
Saham yang pembagian dividennya dibayar sebelum
pembagian dividen saham biasa.
117
Pengantar Akuntansi 2 117
117
1. Full commitment/kesanggupan penuh
Yaitu penjamin emisi mengambil seluruh risiko tidak terjualnya
surat berharga pada batas waktu yang telah ditentukan sesuai
dengan harga penawaran di pasar.
2. Best effort commitment/kesanggupan terbaik
Dalam hal ini penjamin emisi akan berusaha sebaik mungkin untuk
menjualkan surat berharga, namum apabila ada yang tidak laku
dikembalikan kepada emiten.
3. Stand by commitment/kesanggupan siaga
Penjamin berusaha menjual seluruh surat berharga, apabila ada
yang tidak laku maka penjamin bisa membeli dengan harga di
bawah harga pasar.
4. All or none commitment/kesanggupan semua atau tidak sama
sekali.
Penjamin bertugas menjual seluruh surat berharga, apabila ada
yang tidak laku maka emiten membatalkan semua penjualan surat
berharga.
Penjualan saham secara tunai dijurnal dengan mendebet akun kas
sebesar harga kursnya, dan mengkredit akun saham sebesar nilai
nominalnya. Selisih antara harga kurs dengan nilai nominal
merupakan agio dan disagio saham. Agio timbul jika harga kurs
lebih tinggi daripada nilai nominal dan sebaliknya.
Contoh
1). PT WGAH menjual 1.000 lembar saham preferen 7%, nilai
nominal Rp 100.000 dengan kurs 105. Jurnal untuk mencatat
penjualan saham tersebut adalah sebagai berikut:
Kas Rp 105.000.000
Saham preferen 7% Rp 100.000.000
Agio saham Rp 5.000.000
2) PT Karuna menjual 1.000 lembar saham preferen 6%, nilai
nominal Rp 100.000 dengan kurs 98. Jurnal untuk mencatat
penjualan saham tersebut adalah sebagai berikut:
Kas Rp 98.000.000
Disagio saham Rp 2.000.000
Saham preferen 6% Rp 100.000.000
118
Pengantar Akuntansi 2 118
118
3) PT Gargitha menjual 5.000 lembar saham biasa, tanpa nilai
nominal harga yang ditetapkan Rp 20.000 per lembar dengan
harga jual Rp 30.000. Jurnal untuk mencatat penjualan saham
tersebut adalah sebagai berikut:
Kas Rp 150.000.000
Saham biasa Rp 100.000.000
Agio saham Rp 50.000.000
119
Pengantar Akuntansi 2 119
119
D. MODAL SUMBANGAN
Modal sumbangan terjadi karena adanya sumbangan yang diberikan
kepada perusahaan berupa aktiva tertentu tanpa imbalan.
Penerimaan modal sumbangan mengakibatkan bertambahnya aktiva
dan modal perusahaan. Sumbangan dapat berasal dari pemegang
saham atau donatur. Pemegang saham mungkin ingin memberi
sumbangan kepada perseroannya dengan memberikan saham yang
dimilikinya. Bagi perseroan hal ini sama dengan memperoleh kembali
sahamnya. Pada saat sumbangan diterima, perseroan tidak membuat
jurnal tetapi membuat suatu catatan atau memorandum. Bila saham
sumbangan dijual, maka perseroan akan membuat jurnal dengan
mendebet akun kas dan mengkredit akun modal sumbangan.
Misalnya salah satu pemegang saham menyumbangkan 15.000
lembar saham biasa. Saham tersebut dijual kembali oleh perseroan
dan laku dengan harga Rp 10.000 per lembar. Catatan dan jurnal yang
dibuat oleh perseroan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencatat penerimaan sumbangan saham:
(catatan/memorandum) diterima sumbangan 15.000 lembar
saham biasa.
2. Untuk mencatat penjualan saham sumbangan
Kas Rp 150.000.000
Modal sumbangan Rp 150.000.000
Apabila perseroan menerima sumbangan berupa aktiva lain, maka di
catat dengan mendebet akun aktiva yang bersangkutan dan
mengkredit akun modal sumbangan. Misalnya perseroan menerima
sumbangan berupa sebuah mesin dari donatur, maka sebelum
dilakukan pencatatan harus diperkirakan nilai wajar mesin. Misalnya
nilai wajar mesin adalah Rp 45.000.000, maka jurnal nya adalah:
Mesin Rp 45.000.000
Modal sumbangan Rp 45.000.000
E. DIVIDEN
Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang
saham. Dividen yang dibagikan dapat dividen kas dan dividen saham.
Jurnal mendebet akun “Laba Ditahan” dan mengkredit “Utang
120
Pengantar Akuntansi 2 120
120
Dividen” pada saat dilakukan pengumuman pembagian dividen kas.
Pada saat pembayaran dividen jurnal yang dibuat adalah mendebet
kas dan mengkredit utang dividen.
Jika dividen yang dibagikan adalah dividen saham, maka
pembagian dividen dianggap sebagai rekapitalisasi yakni merubah
komposisi modal dari “Laba Ditahan” ke Modal Saham Biasa” sebesar
nilai nominalnya. Agio dan disagio tidak akan timbul jika pada saat
pembagian dividen saham antara nilai nominal saham sama dengan
harga pasarnya. Sebaliknya jika saat pembagian dividen saham harga
pasar lebih tinggi dari pada nilai nominal maka akan timbul agio, dan
sebaliknya.
Contoh
1. PT WGAH memiliki saham beredar sebanyak 8.000 lembar dengan
nilai nominal Rp 6.000 per lembar. Tanggal 30 Desember 2014
diumumkan akan dilakukan pembagian dividen sebesar Rp 2.000
per lembar, dan pembayaran dilakukan tanggal 4 Januari 2015.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembagian dividen adalah:
Tanggal 30 Des 2014
Laba Ditahan Rp 16.000.000
Utang dividen Rp 16.000.000
Tanggal 4 Januari 2015
Utang dividen Rp 16.000.000
Kas Rp 16.000.000
2. Misalnya tanggal 1 September 2014, PT WGAH memberikan 1
lembar dividen saham kepada setiap 5 lembar saham. Jumlah
saham PT WGAH yang sekarang beredar 20.000 lembar. Jadi yang
akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham adalah 4.000
lembar (20.000 : 5). Jika pada saat dividen saham dibagikan, harga
pasar sahamnya sama dengan nilai nominalnya, maka jurnal yang
dibuat adalah:
Laba ditahan Rp 24.000.000
Modal saham biasa Rp 24.000.000*
*Harga pasar Rp 6.000x4.000 lembar = Rp 24.000.000
Nilai nominal Rp 6.000x4.000 lembar = Rp 24.000.000 -
Agio atau disagio = 0
121
Pengantar Akuntansi 2 121
121
Misalnya pada saat pembagian dividen saham harga pasar saham
adalah Rp 7.000 per lembar, maka jurnalnya adalah:
Laba Ditahan Rp 28.000.000
Modal saham biasa Rp 24.000.000
Agio saham biasa Rp 4.000.000
Modal Saham:
Modal saham preferen 5% Rp 300.000.000
Modal saham biasa Rp 400.000.000
Agio modal saham biasa Rp 20.000.000+
Modal saham biasa disetor Rp 720.000.000
Laba ditahan Rp 30.000.000 +
Total Modal Saham Rp 750.000.000
122
Pengantar Akuntansi 2 122
122
Rangkuman
1. Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya si
pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham
yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahan.
Keuntungan yang diperoleh di sebut dividen. Pembagian dividen
ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Penjualan saham secara tunai dijurnal dengan mendebet akun kas
sebesar harga kursnya, dan mengkredit akun saham sebesar nilai
nominalnya. Selisih antara harga kurs dengan nilai nominal merupakan
agio dan disagio saham. Agio timbul jika harga kurs lebih tinggi daripada
nilai nominal dan sebaliknya.
3. Saham yang dijual secara pesanan di catat dengan mengkredit akun
“Modal Saham Biasa Dipesan” sebesar nilai nominalnya, mendebet akun
“kas” sebesar uang muka yang diterima. Selisih harga jual dengan kas
yang diterima didebet ke akun “piutang kepada pemesan saham biasa
dipesan” sedangkan agio dan disagio merupakan selisih antara nilai
nominal dengan harga jual.
4. Jika perusahaan menerima modal sumbangan maka pada saat
diterimanya modal sumbangan tidak dilakukan penjurnalan, namun
hanya dibua catatan memorial saja. Ketika modal sumbangan tersebut
dijual, maka jurnalnya adalah mendebet akun kas dan mengkredit akun
modal sumbangan. Modal sumbangan dapat berupa aktiva. Penerimaan
modal sumbangan yang berupa aktiva dijurnal dengan mendebet akun
aktiva dan mengkredit akun modal sumbangan sebesar nilai wajar dari
aktiva yang diterima.
5. Jenis dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dapat berupa
dividen kas dan dividen saham. Jika dividen yang dibagikan berupa
dividen kas, maka pada saat pengumuman jurnal nya adalah mendebet
akun laba ditahan dan mengkredit akun utang dividen. Sedangkan jika
dividen yang dibagikan dividen saham, maka jurnalnya mendebet akun
laba ditahan dan mengkredit akun modal saham.
6. Di neraca modal saham disajikan disisi pasiva setelah akun utang disertai
dengan komponen modal saham yang terdiri dari saham preferen,
saham biasa, agio, disagio dan laba ditahan.
123
Pengantar Akuntansi 2 123
123
Diskusi
1. Terdiri dari apa saja modal perseroan?
2. Bagaimana akuntansi penjualan saham secara pesanan?
3. Bagaimana akuntansi untuk modal sumbangan?
4. Mengapa penyajian modal saham di neraca disertai dengan
komponennya?
5. Jika anda bertindak sebagai underwriter, jenis underwriter mana yang
akan anda pilih, mengapa?
6. Jelaskan akuntansi penjualan saham secara tunai!
Latihan Soal
1. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi pengeluaran saham PT
Gargitha berikut:
03-03-2015 Mengeluarkan 5.000 lembar saham biasa nominal Rp 10.000
per lembar di jual secara tunai dengan harga Rp 15.000 per
lembar
12-04-2015 Mengeluarkan 3.000 lembar saham preferen dengan
nominal Rp 8.000 per lembar. Saham tersebut dijual secara
tunai dengan harga Rp 12.000 per lembar.
2. PT Baruna menjual saham secara pesanan, berikut adalah transaksi yang
berhubungan dengan pengeluaran saham untuk bulan April 2015:
04-04-15 Menerima pesanan 1.000 lembar saham biasa nominal Rp
20.000 per lembar. Dalam transaksi ini pemesan membayar
uang muka sebesar 25% dari harga saham.
24-04-15 Menerima pembayaran 50% piutang pesanan saham.
30-04-15 Menerima pelunasan sisa piutang pesanan saham.
Diminta buatlah jurnal transaksi di atas.
124
Pengantar Akuntansi 2 124
124
Daftar Pustaka
125
Pengantar Akuntansi 2 125
125