Anda di halaman 1dari 31

Mata Kuliah : Anggaran Perusahaan

Nama Dosen
Dosen : Abdul Safrin Dg.Talli,
Dg.Talli, SE., MM

ANGGARAN PIUTANG DAN ANGGARAN KAS

Disusun Oleh :

Mutia Afdillah
14.601.469

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah yang maha mengetahui dan maha bijaksana yang
telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-
Nya. Salawat serta salam
s alam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw
Sa w yang
membimbing umat nya dengan suri tauladan-Nya yang baik .
Syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan anugerah, kesempatan
dan pemikiran kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
merupakan pengetahuan tentang Anggaran Piutang dan Anggaran Kas, semua
dirangkum dalam makalah ini, agar pemahaman terhadap permasalahan lebih
mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi
atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, pembaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan dan saran
makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan
tentang Anggaran Piutang dan Anggaran Kas.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna untuk menjadi
lebih sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk
membagikannya kepada saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Januari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..... . iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………...
Belakang……………………………………………………... 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..
Masalah………………………………………………….. 5
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………
Penulisan …………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Anggaran Piutang…………………………………………………...
Piutang …………………………………………………... 6
1. Pengertian Anggaran Piutang…………………………………….
Piutang ……………………………………. 6
2. Manfaat Anggaran Piutang………………………………………
Piutang……………………………………… 8
3. Pengaruh Kredit Terhadap Kas…………………………………..
Kas ………………………………….. 8
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Piutang…………………...
Piutang …………………... 9
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Piutang........... 12
6. Penyusunan Anggaran Puitang…………………………………..
Puitang ………………………………….. 14
7. Contoh Kasus Anggaran Piutang………………………………... 14
B. Anggaran Kas……………………………………………………….
Kas ………………………………………………………. 16
1. Pengertian Anggaran Kas………………………………………..
Kas……………………………………….. 16
2. Tujuan Penyusunan Anggaran Kas………………………………
Kas ……………………………… 17
3. Penyusunan Anggaran Kas………………………………………
Kas ……………………………………… 19
4. Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas………………………….
Kas …………………………. 22
5. Dimensi Waktu Perencanaan dan Pengendalian Kas…………….
Kas ……………. 23
6. Sumber dan Penggunaan Kas…………………………………….
Kas ……………………………………. 24
7. Contoh Kasus Anggaran Kas……………………………………. 25

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………
Kesimpulan………………………………………………………… 28
B. Saran………………………………………………………………..
Saran……………………………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual kepada
pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi penjaualan kredit. Piutang
termasuk dalam kelompok akun aktiva lancar. Dalam setiap laporan keuangan
sering kali dijumpai piutang dalam neraca suatu entitas, baik berupa piutang
dagang maupun piutang wesel. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya akun
piutang bagi suatu entitas.
Piutang penting bagi para manajer dan investor karena beberapa sebab,
sebab yang pertama yaitu karena piutang merupakan aset dalam laporan keuangan
yang harus mencermikan nilainya. Kedua, persoalan menyangkut piutang adalah
dasar untuk penentuan laba dan pengukuran kinerja perusahaan. Ketiga, piutang
dagang dapat menjadi aset yang tidak produktif. Kas merupakan awal dari
investasi dan operasi suatu perusahaan, kas terdiri dari mata uang (currency), giro,
dan rekening koran di bank (bank deposit). Perusahaan atau perseorangan
menyimpan uang tunai (kas) untuk motif transaksi, motif penegahan, motif
spekulatif.
Suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi
likuiditas dan mengetahui debit atau surplus kas. Anggaran kas ialah estimasi
posisi kas periode tertentu di masa mendatang tentang penerimaan kas dan tentang
pengeluaran kas. Penerimaaan kas itu pada umumnya dari modal pemilik, hutang,
penjualan tunai, penerimaan piutang, penjualan aktiva tetap, dan lain-lain.
Sedangkan pengeluaran kas itu pada umumnya untuk pembelian aktiva,
pembelian bahan baku, pembayaran upah tenaga kerja langsung, pembayaran
biaya tidak langsung pabrik, pembayaran biaya pemasaran, pembayaran biaya
administrasi dan umum, pembayaran bungan, pembayaran dividen, pembayaran
jasa produksi, pembayaran premi asuransi, pembayaran pajak, dan pengeluaran
lain-lain.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Jelaskan secara umum mengenai anggaran piutang!
2. Jelaskan secara umum mengenai anggaran kas!

C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui tentang anggaran piutang
2. Untuk mengetahui tentang anggaran kas

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anggaran Piutang
1. Pengertian Anggaran Piutang
Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari
kreditor (pemberi pinjaman) kepada debitor (penerima pinjaman) yang
bersedia melunasinya pada waktu mendatang. Jadi piutang itu ada karena
terdapat dua pihak, yaitu kreditor dan debitor. Ada kesedia an debitor untuk
melunasi kewajibannya kepada kreditor, ada jarak waktu mulai timbul
piutang sampai saat pelunasannya, ada hak menagih yang dimiliki
kreditor.
Ada beberapa jenis piutang, yaitu :
a. Piutang surat berharga (contoh: bilyet giro belum jatuh tempo, bilyet
giro kosong, cek kosong dan cek mundur), beban bayar dimuka
(contoh: sewa dibayar dimuka, iklan dibayar dimuka, dan bunga
dibayar di muka), setoran jaminan (contoh: untuk keperluan
garansi/jaminan bank dan untuk keperluan menjalin hubungan bisnis
lainnya), piutang pajak (contoh: angsuran pajak, pajak masukan,
kelebihan bayar pajak, dan lain-lain) pinjaman pekerja, piutang uang
muka, piutang wesel, piutang usaha, dan piutang lainnya.
b. Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang didukung janji
tertulis dalam bentuk wesel. Piutang wesel dan piutang surat berharga
dapat terjadi karena menjual barang secara kredit atau pemberian
pinjaman dalam bentuk uang. Piutang uang muka dapat terjadi setelah
uang muka beli barang atau uang muka kerja (seperti pasang iklan atau
membuat baliho).
c. Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul sebagai
akibat menjual barang dan jasa secara kredit dari usaha pokok
perusahaan. Piutang usaha berbeda dengan piutang dagang. Piutang
usaha meliputi piutang dagang, sedangkan piutang dagang hanya

6
terdapat pada perusahaan dagang yang menjual barang dagangannya
secara kredit. Piutang usaha ini meliputi seluruh macam/jenis
perusahaan yang menjual barang atau jasa dari usaha pokoknya secara
kredit.
Anggaran piutang adalah anggaran yang merencanakan secara
lebih terperinci tentang sejumlah piutang perusahaan beserta perubahan-
perubahanya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
Anggaran piutang menunjukan besarnya piutang dari transaksi-transaksi
penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan. Anggaran tersebut
menerangkan mengenai jumlah piutang yang tertagih dari waktu ke waktu,
serta menunjukan pula sisa piutang yang belum tertagih dari waktu ke
waktu selama periode yang akan datang.
Penjualan secara kredit ini dilakukan perusahaan dalam rangka
meningkatkan jumlah penjualan hasil produksinya dipasar, mengingat
keadaan persaingan yang semakin besar. Piutang dagang memiliki
berbagai jenis beban dan biaya yang timbul akibat menjual produk secara
kredit, diantaranya yaitu :
1. Biaya modal
2. Biaya administrasi piutang, seperti biaya penagihan piutang dan biaya
organisasi perunit kerja yang disertai tugas mengelola piutang
3. Piutang mungkin tidak seluruhnya dapat ditagih karena adanya resiko
debitor tidak bertanggung jawab (melarikan diri) atau bangkrut
Memberikan kredit memiliki beberapa resiko, diantaranya adalah
resiko tertanamnya harta dalam piutang dan resiko tidak tertagihnya
sebagian atau seluruh piutang. Oleh karena itu perlu ditentukan besarnya
anggaran piutang tak tertagih dengan cara menyediakan cadangan
pengahapusan piutang sebagai akibat kemungkinan tidak tertagih. Dengan
demikian, kerugian piutang tidak tertagih tidak dianggap sebagai hal yang
tidak terduga.
Selain itu juga piutang adalah salah satu bentuk investasi. Sebagai
salah satu bentuk investasi maka piutang :

7
a. Menyerap sejumlah dana modal kerja
b. Mempunyai usia tertentu sesuai dengan waktu keterikatannya
c. Mempengaruhi tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan

2. Manfaat Anggaran Piutang


Secara umum, semua anggaran termasuk angaran piutang
mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai
alat perkoordinasian kerja, serta sebagai alat pengawasan kerja, yang
membantu manajemen dalam memimpin jalannnya perusahaan.
Sedangkan secara khusus, anggaran piutang berguna sebagai dasar untuk
penyusunan anggaran kas, karena penagihan-penagihan piutang tersebut
merupakan pemasukan kas.
Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menyusun
anggaran piutang, antara lain :
a. Dapat diperkirakannya posisi piutang pada berbagai waktu
b. Dapat diketahuinya jumlah piutang yang sudah waktunya untuk ditagih
c. Dapat diperkirakan arus kas yang berasal dari penjualan kredit

3. Pengaruh Kredit Terhadap Kas


Penjualan tunai berakibat arus kas masuk terjadi bersamaan dengan
terjadinya transaksi penjualan, tidak demikian dengan penjualan secara
kredit. Pengaruh penjualan kredit terhadap kas adalah sebagai berikut :
a. Jangka waktu kredit yang diberikan. Semakin panjang jangka waktu
kredit, maka semakin panjang jarak antara terjadinya transaksi
penjualan dan penerimaan uang kas dari penjualan itu.
b. Tingkat perputaran penagihan piutang. Semakin aktif petugas menagih
piutang, maka semakin cepat arus kas masuk ke dalam kas perusahaan.
c. Bonofiditas dari para debitur yang dipercaya membeli barang secara
kredit.
d. Situasi usaha pada umumnya. Pada kondisi usaha yang normal,
likuiditas perusahaan pada umumnya baik, maka kemungkinan
penundaan pembayaran adalah kecil. Sebaliknya bila pasaran lesu, sulit

8
memperoleh uang tunai, kemungkinan terjadinya penundaan menjadi
semakin besar.

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Piutang


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya anggaran
piutang, antara lain volume barang yang dijual secara kredit, standar
kredit, jangka waktu kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan
kebijakan penagihan piutang.
a. Volume barang yang dijual secara kredit
Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar dari pada tunai
dapat semakin memperbesar anggaran dalam piutang usaha, dan
sebaliknya. Contoh: Sebulan dijual barang Rp100.000 dengan syarat
10% dibayar tunai dan 90% dilakukan secara kredit. Dengan demikian,
piutang usaha yang tertanam 90% x Rp100.000 = Rp90.000.
Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai
dapat memperkecil anggaran dalam piutang usaha. Contoh: Sebulan
dijual barang Rp100.000 dengan syarat 90% dibayar tunai dan 10%
dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha tertanam
10% x Rp100.000 = Rp10.000. Kesimpulannya, semakin besar piutang
usaha yang tertanam semakin besar risiko dalam piutang.
b. Standar kredit
Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha
yang tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan maka
semakin besar piutang yang tertanam dan semakin besar risiko
kerugian piutang. Standar kredit yang longgar dan ekstrim misalnya
tidak perlu jaminan kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh
diberikan fasilitas kredit, tanpa batas umur dan tanpa
mempertimbangkan apakah calon debitur berpengalaman atau tidak
dalam bekerja. Dengan kata lain, analisis 5C dan 3S diabaikan.
Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin
kecil piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian

9
piutang. Standar kredit yang ketat dan ekstrim artinya calon debitur
diseleksi secara ketat.
c. Jangka waktu kredit
Jangka waktu kredit mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar
piutang usaha yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit
yang panjang dapat meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual,
di samping juga mengakibatkan piutang usaha semakin besar.
Contoh: Pada syarat pembayaran 10% diangsur sebulan, 20% diangsur
dua bulan, 20% diangsur tiga bulan, 20% diangsur empat bulan, 15%
diangsur lima bulan, dan 15% diangsur enam bulan.
Piutang bulan barang dijual = Rp. 100.000
Piutang bulan pertama 90% x Rp. 100.000 = Rp. 90.000
Piutang bulan kedua 70% x Rp. 100.000 = Rp. 70.000
Piutang bulan ketiga 50% x Rp. 100.000 = Rp. 50.000
Piutang bulan keempat 30% x Rp. 100.000 = Rp. 30.000
Piutang bulan kelima 15% x Rp. 100.000 = Rp. 15.000
Piutang bulan keenam 0% x Rp. 100.000 = Rp. 0
Sebaliknya, dengan jangka waktu yang pendek, misalkan barang yang
dijual secara kredit juga Rp100.000 dengan syarat pembayaran 10%
diangsur sebelum, 90% diangsur dua bulan.
Piutang bulan barang dijual = Rp. 100.000
Piutang bulan pertama 90% x Rp. 100.000 = Rp. 90.000
Piutang bulan kedua 0% x Rp. 100.000 = Rp. 0
Dari contoh jangka waktu yang panjang masih terdapat piutang pada
bulan kedua (sebesar Rp.70.000) sampai bulan kelima (sebesar
Rp.15.000), sementara dengan jangka waktu yang pendek pada bulan
kedua sampai bulan kelima tidak terdapat piutang.
Pengaruh kebijakan jangka waktu kredit juga mempengaruhi terhadap
kemampuan laba perusahaan (berupa laba investasi), yaitu kemampuan

10
perusahaan memperoleh laba dengan modal sendiri seperti contoh
berikut:
Kredit Kredit Kredit
Keterangan Tunai
3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan
Jualan 1.000 1.000 1.000 1.000
Laba 15% x Jualan 150 150 150 150
Kas 110 110 110 110
Piutang usaha - 250 500 1.000
Persediaan 200 200 200 200
Harga tetap bersih 500 500 500 500
Aset 810 1.060 1.310 1.810
Utang usaha 300 300 300 300
Modal sendiri 510 760 1.010 1.510
Laba investasi 29,41% 19,74% 14,85% 9,93%

Terlihat dari tabel bahwa dengan cara menjual tunai maka laba
investasi yang diperoleh sebesar 29,41%, dengan cara menjual kredit
selama 3 bulan maka laba investasi turun menjadi 19,74%, dengan cara
menjual kredit selama 6 bulan maka laba investasi turun lagi 14,85%,
dan dengan menjual kredit selama 12 bulan maka laba investasi
semakin turun menjadi 9,93%. Jadi, dengan menjual tunai berarti laba
investasi menjadi lebih tinggi dibandingkan menjual secara kredit.
Menjual kredit dengan jangka waktu yang pendek mengakibatkan laba
investasi yang lebih tinggi bila tingkat laba, jualan, kas, persediaan,
utang usaha tidak berubah.
d. Pemberian potongan
Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya
investasi dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan
memperkecil piutang usaha yang tertanam. Sebaliknya, pemberian
potongan yang kecil memperbesar piutang yang tertanam.

11
Contoh:
Barang yang dijual Rp. 100.000
Pembelian tunai mendapat potongan 10% Rp. 10.000
Uang yang harus dibayar pembeli Rp. 90.000
Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan
timbulnya piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa
potongan) mengakibatkan piutang usaha sebesar Rp. 100.000.
e. Pembatasan kredit
Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit
dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit
maksimal yang akan diberikan. Pembatasan kredit juga dapat
mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan
(plafon) kredit maka semakin besar piutang usaha yang tertanam dan
semakin rendah batasan kredit maka semakin kecil piutang yang
tertanam.
f. Kebijakan penagihan piutang
Kebijakan penagihan piutang mempengaruhi besar kecilnya piutang
usaha yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan
penagihan piutang secara aktif ataupun pasif. Kebijakan penagihan
piutang secara aktif dapat memperkecil piutang usaha yang tertanam,
sebaliknya kebijakan penagihan piutang secara pasif dapat
memperbesar piutang usaha yang tertanam. Kebijakan penagihan
piutang usaha secara aktif memerlukan biaya (beban) yang besar
dibandingkan kebijakan penagihan secara aktif. Biaya yang
dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang secara aktif meliputi
biaya perjalanan, biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya
administrasi piutang, dan lain-lain.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Piutang


Agar suatu budget dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-
taksiran yang termuat didalamnya harus cukup akurat, sehingga hasilnya

12
tidak jauh berbeda dengan realisasinya. Untuk melakukan taksiran yang
akurat diperlukan data informasi yang langkap dan pengalaman yang telah
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yang dijadikan sebagai faktor-faktor
penetapan piutang. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam menyusun anggaran piutang adalah sebagai berikut:
a. Anggaran penjualan. Semakin besar jumlah penjualan akan cenderung
semakin besar pula transaksi penjualan secara kredit yang akan
dilakukan, sehingga piutang perusahaan juga akan bert ambah.
b. Keadaan persaingan di pasar. Semakin tinggi tingkat persaingan di
pasar, maka volume penjualan secara kredit juga semakin meningkat.
c. Posisi perusahaan dalam persaingan. Semakin kuat posisi perusahaan
di pasaran, maka perusahaan cenderung untuk melakukan penjualan
secara tunai, namun sebaliknya jika posisi perusahaan cenderung
lemah, maka perusahaan melakukan penjualan secara kredit.
d. Syarat pembayaran (term of payment ). Semakin besar potongan
penjualan secara tunai maka piutang akan semakin sedikit, artinya
konsumen cenderung membeli secara tunai, namun sebaliknya jika
potongan penjualan semakin besar maka kecenderungan konsumen
untuk melakukan pembelian secara kredit. Akibatnya piutang
perusahaan juga akan semakin besar.
e. Kebijakan perusahaan dalam penagihan piutang. Semakin intens
perusahaan melakukan penagihan piutang maka jumlah piutang
perusahaan semakin berkurang, namun sebaliknya jika perusahaan
tidak aktif maka jumlah piutang juga akan semakin menumpuk.
f. Rencana perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit.
Semakin besar rencana penjualan secara kredit, berakibat jumlah
piutang juga semakin besar, demikian juga sebaliknya jika rencana
penjualan secara kredit dikurangkan, maka piutang juga semakin kecil.
Contohnya adalah jika perusahaan menganggarkan akan menjual
sebagian aktiva tetapnya secara kredit maka hal ini akan menambah
jumlah piutang usaha perusahaan.

13
6. Penyusunan Anggaran Piutang
Beberapa langkah-langkah didalam menyusun anggaran piutang,
antara lain :
a. Menentukan besarnya jumlah penjualan tunai dan jumlah penjualan
kredit yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu satu
bulan atau triwulan.
b. Menentukan besarnya bed debts atau besarnya piutang tak tertagih
yang harus dicadangkan.
c. Mengetahui atau mengidentifikasi besarnya term of credit.
d. Perhatikan kemungkinan adanya bunga untuk penjualan kredit.
e. Menyusun di dalam bentuk tabel-tabel yang sistematis.

7. Contoh Kasus Anggaran Piutang


1. Data yang diperlukan
Anggaran penjualan PT. Wijaya Asem selama triwulan pertama
tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Realisasi anggaran :
Desember Rp. 70.000
Januari Rp. 75.000
Februari Rp. 80.000
Maret Rp. 85.000
Syarat pembayaran 50% tunai, 40% kredit sebulan, 10% kredit
dua bulan, dan 1% ditaksir tidak tertagih dari piutang usaha bulan yang
bersangkutan.

2. Penyusunan anggaran piutang


Sebelum menyusun anggaran piutang perlu dilakukan
perhitungan anggaran piutang usaha bersih dan taksiran piutang usaha
tak tertagih sebagai berikut:
a. Perhitungan anggaran piutang usaha bersih:
Januari = 9% x Rp. 70.000 + 49% x Rp. 75.000 = Rp. 43.050
Februari = 9% x Rp. 75.000 + 49% x Rp. 80.000 = Rp. 45.950

14
Maret = 9% x Rp. 80.000 + 49% x Rp. 85.000 = Rp. 48.850
b. Perhitungan taksiran piutang tak tertagih (penghapusan piutang):
Desember = 1% x Rp. 70.000 = Rp. 700
Januari = 1% x Rp. 75.000 = Rp. 750
Februari = 1% x Rp. 80.000 = Rp. 800
Maret = 1% x Rp. 85.000 = Rp. 850
Anggaran piutang usaha diperoleh dari piutang usaha bersih
ditambah cadangan penghapusan piutang usaha. Cadangan
penghapusan piutang usaha dihitung dari penghapusan piutang usaha
periode (bulan) lalu ditambah penghapusan piutang usaha periode
(bulan) ini.
a. Cadangan penghapusan piutang usaha perhitungannya sebagai
berikut:
Januari = Rp. 700 (bulan Desember) + Rp. 750 = Rp. 1.450
Februari = Rp. 750 (bulan Januari) + Rp. 800 = Rp. 1.550
Maret = Rp. 800 (bulan Februari) + Rp. 850 = Rp. 1.650
b. Anggaran piutang usaha juga dapat dihitung sebagai berikut:
Januari = 10% x Rp. 70.000 + 50% x Rp. 75.000 = Rp. 44.500
Februari = 10% x Rp. 75.000 + 50% x Rp. 80.000 = Rp. 47.500
Maret = 10% x Rp. 80.000 + 50% x Rp. 85.000 = Rp. 50.500
(Keterangan: 9% + 1% = 10% , 49% + 1% = 50%)
Jadi, anggaran piutang usaha dapat disusun seperti tabel berikut:

PT Istaka Karya
Anggaran Piutang Usaha
Triwulan Pertama Tahun 2015

Keterangan Januari Februari Maret


Piutang usaha 44.500 47.500 50.500
Cadangan penghapusan 1.450 1.550 1.650
Piutang usaha bersih 43.050 45.950 48.850

15
B. Anggaran Kas
1. Pengertian Anggaran Kas
Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu-
kewaktu selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa
penerimaan kas, maupun perubahan yang berupa pengeluaran kas.
Penyusunan anggaran kas bagi suatu perusahaan sangatlah penting artinya
bagi penjagaan likuiditasnya. Dengan menyusun anggaran kas akan dapat
diketahui kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas
karena operasi perusahaan. Dengan mengetahui adanya defisit kas jauh
sebelumnya, maka dapatlah direncanakan sebelumnya penentuan sumber
dana yang akan digunakan untuk menutupi defisit tersebut. Karena masih
cukupnya waktu maka terdapat lebih banyak alternatif sumber dana, dan
rnakin banyaknya alternatif sumber dana berarti, kita dapat mengadakan
pemilihan sumber dana yang biayanya paling rendah. Sebaliknya dengan
mengetahui jauh sebelumnya bahwa akan terdapat surplus kas yang besar,
maka jauh sebelumnya sudah dapat direncanakan bagaimana
menggunakan kelebihan dana secara efisien.
Adapun pengertian anggaran kas menurut beberapa para ahli
adalah sebagai berikut :
a. Menurut Bambang Riyanto menyatakan bahwa anggaran kas (cash
budget) adalah estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu yang
akan datang.
b. Menurut Erich A. Helfert menyatakan bahwa anggaran kas adalah
sarana perencanaan bulan demi bulan atau minggu demi minggu yang
sangat spesifik, biasanya disusun oleh staf keuangan suatu perusahaan.
c. Menurut M. Munandar menyatakan bahwa anggaran kas (cash budget )
adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang
jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu kewaktu
selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa
pengeluaran kas, maupun yang berupa penerimaan kas.

16
Dari ketiga pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
cash budget adalah suatu perencanaan yang menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas untuk mengetahui kapan akan terjadi surplus dan defisit
untuk suatu periode yang akan datang.

2. Tujuan Penyusunan Anggaran Kas


Tujuan utama penyusunan anggaran kas (cash budget ) adalah
untuk:
a. Memberikan taksiran posisi kas akhir setiap periode sebagai akibat dari
operasional perusahaan.
b. Mengetahui kelebihan atau kekurangan kas pada waktunya, sekaligus
untuk menentukan kebutuhan pembiayaan atas kelebihan kas
mengangsur untuk investasi.
c. Menyelaraskan kas dengan total modal kerja, pendapatan penjualan,
biaya, dan utang.
d. Dapat dipakai sebagai alat pemantau posisi kas secara terus-menerus.
Sedangkan menurut Ellen Christina, anggaran kas (cash budget )
sebagai alat perencanaan perusahaan mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menentukan posisi kas pada berbagai waktu dengan membandingkan
uang kas masuk dengan uang kas keluar. Sehingga saldo kas pada
akhir suatu periode akan sama dengan saldo kas awal ditambah
penerimaan-penerimaan kas pada suatu periode dan dikurangi
pengeluaran-pengeluaran kas pada waktu yang sama.
b. Memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surplus. Defisit
terjadi bilamana pemasukan ditambah saldo awal ternyata lebih kecil
dari kebutuhan pengeluaran yang harus dibayar. Sebaliknya, surplus
akan terjadi bilamana pemasukan melebihi pengeluaran, sehingga
jumlah saldo akhir periode mengalami peningkatan. Terhadap
kemungkinan defisit inilah perusahaan perlu lebih waspada.
c. Mempersiapkan keputusan pembelanjaan jangka pendek dan jangka
panjang. Dimana bila terjadi defisit, perusahaan perlu mencari dana

17
tambahan baru dan sebaliknya bila perusahaan mengalami surplus
maka perusahaan harus memilih alternatif penggunaan yang paling
menguntungkan.
d. Sebagai dasar kebijakan pemberian kredit. Besar kecilnya kas yang
tersedia juga menunjukkan kemampuan perusahaan membelanjai
modal kerjanya. Kemampuan pembelanjaan modal kerja ini pada
gilirannya juga merupakan dasar bagi perusahaan untuk menggunakan
kebijakan kredit sebagai upaya meningkatkan volume penjualan.
e. Sebagai dasar otoritas dana anggaran yang disediakan. Sesuatu jenis
biaya yang sudah dianggarkan perlu diatur penggunaannya lewat
mekanisme otorisasi pengeluaran kas. Dengan demikian plafon
anggaran tidak akan terlampaui dan sekaligus disesuaikan dengan
keadaan likuiditas perusahaan.
f. Sebagai dasar penilaian terhadap realisasi pengeluaran kas sebenarnya.
Dengan demikian varian dalam arus kas masuk maupun kas keluar
dapat diketahui yang menjadi penyebabnya.
Anggaran kas yang dikelola dengan baik sangat diperlukan dalam
perusahaan, karena anggaran kas merupakan proyeksi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode tertentu. Dalam hal ini
anggaran kas memiliki tujuan pokok untuk merencanakan penganggaran
kas yang seoptimal mungkin, yaitu rencana untuk menyediakan kas yang
cukup baik dalam jumlah maupun waktunya.
Oleh sebab itu maka arus kas masuk dan arus kas keluar harus
diupayakan seimbang, artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan
ataupun kekurangan. Saldo kas yang berlebihan dari kebutuhan akan
mengorbankan kegiatan operasional perusahaan, karena tertanam jumlah
uang kas yang tidak produktif. Tetapi sebaliknya saldo kas yang defisit,
akan menyebabkan perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik dan akibat
selanjutnya kegiatan perusahaan dapat terganggu karena kurangnya
pembiayaan. Dengan demikian diperlukan adanya penyusunan anggaran
penerimaan dan pengeluaran kas yang baik, sehingga menghasilkan

18
jumlah saldo yang optimal agar dapat menunjang aktivitas perusahaan.
Jumlah kas yang optimal berarti dapat membiayai operasi perusahaan
sehari-hari dan kewajiban finansial perusahaan tetap siap pada saat ditagih.

3. Penyusunan Anggaran Kas


Penyusunan anggaran ini mencakup dua sektor yaitu :
a. Sektor penerimaan kas, yang pada umumnya berasal dari:
1. Penjualan tunai barang jadi yang diproduksi
2. Penagihan piutang
3. Penjualan aktiva tetap
4. Penerimaan lain-lain (non operating ), seperti misalnya penghasilan
bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividen, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kas, antara lain:
a) Anggaran penjualan, khususnya rencana tentang jenis (kualitas)
dan jumlah (kuantitas) barang yang akan dijual dari waktu ke
waktu selama periode yang akan datang. Semakin besar jumlah
penjualan akan memperbesar penerimaan kas.
b) Keadaan persaingan di pasar. Persaingan yang lebih keras akan
memperkecil pula penerimaan kas. Persaingan yang lebih lunak
akan memungkinkan perusahaan memperbesar pula penerimaan
kas.
c) Posisi perusahaan dalam persaingan cukup kuat akan memperbesar
penerimaan syarat pembayaran (term of payment) yang ditawarkan
perusahaan.
d) Kebijaksanaan perusahaan dalam penagihan piutang. Penagihan
piutang yang lebih aktif akan mempercepat penerimaan kas.
Sedangkan sebaliknya, penagihan piutang yang kurang aktif akan
memperlambat penerimaan kas.
e) Budget perubahan aktiva tetap, khususnya rencana tentang
pengurangan (penjualan) aktiva tetap.

19
f) Rencana-rencana perusahaan tentang penerimaan-penerimaan kas
dari sumber lain-lain (non operating ), seperti misalnya penghasilan
bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividen, dan sebagainya.

b. Sektor pengeluaran kas, yang pada umumnya berupa pengeluaran


untuk biaya-biaya, baik biaya-biaya utama (operating), maupun biaya-
biaya bukan utama (non operating ), seperti misalnya :
1. Pembelian tunai bahan mentah
2. Pembayaran utang
3. Pembayaran upah tenaga kerja langsung
4. Pembayaran biaya pabrik tidak langsung
5. Pembayaran biaya administrasif
6. Pembayaran biaya penjualan
7. Pembelian aktiva tetap
8. Pembayaran lain-lain (non opearting), seperti misalnya
pembayaran biaya bunga, pembayaran biaya sewa, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas antara lain :
a) Budget pembelian bahan mentah, khususnya rencana tentang jenis
(kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan mentah yang akan dibeli
dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
b) Keadaan persaingan para supplier bahan mentah di pasar
persaingan yang lebih keras akan memperkecil pengeluaran kas.
c) Posisi perusahaan terhadap pihak supplier bahan mentah. Bilamana
posisi perusahaan cukup kuat, maka perusahaan lebih dapat
memaksakan pembelian secara kredit, sehingga akan memperkecil
pengeluaran kas.
d) Syarat pembayaran (term of payment ) yang ditawarkan oleh
supplier bahan mentah.
e) Budget upah tenaga kerja langsung. Semakin besar upah tenaga
kerja langsung yang akan dibayar, akan semakin besar pula
pengeluaran kas yang akan dilakukan.

20
f) Budget biaya pabrik tidak langsung. Semakin besar biaya pabrik
tidak langsung yang harus dibayar, akan semakin besar pula
pengeluaran kas yang akan dilakukan.
g) Budget biaya administrasi. Semakin besar biaya administrasi yang
harus dibayar, akan semakin besar pula pengeluaran kas yang akan
dilakukan.
h) Budget perusahaan aktiva tetap, khususnya rencana tentang
penambahan aktiva tetap. Penambahan aktiva tetap memperbesar
pengeluaran kas. Rencana-rencana perusahaan tentang
pengeluaran-pengeluaran kas untuk keperluan lain-lain (non
operating), seperti misalnya untuk biaya bunga, biaya sewa, dan
sebagainya.
Menurut Riyanto, tahap-tahap dalam penyusunan anggaran kas
adalah sebagai berikut:
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana
operasional perusahaan, transaksi-transaksi disini merupakan operasi
(operation transaction) pada tahun ini dapat diketahui adanya
defisit/surplus karena rencana operasi perusahaan.
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank
atau sumber-sumber dana lainnya yang operasi perusahaan juga disusun
estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayaran
kembali, transaksi-transaksi disini merupakan transaksi finansial
(financial transactions).
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran
setelah adanya transaksi finansial, dan anggaran kas yang final
merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansial
yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas secara
keseluruhan.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila di
dalam menyusun transaksi operasi terjadi defisit maka untuk menutup
defisit tersebut diperlukan suatu transaksi keuangan.

21
4. Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas
Menurut M. Nafarin terdapat dua pendekatan dalam penyusunan
anggaran kas, yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan kas masuk dan kas keluar
Metode ini didasarkan pada analisis naik dan turun kas yang
dianggarkan yang mencerminkan semua arus kas masuk dan arus kas
keluar dari anggaran penjualan, anggaran biaya/beban dan anggaran
tambahan produk modal. Metode ini sering digunakan untuk anggaran
kas jangka pendek sebagai bagian dari rencana tahunan.
b. Pendekatan akunting keuangan
Titik tolak dari pendekatan ini adalah laba bersih diubah dari
dasar akrual menjadi anggaran kas, artinya disesuaikan dengan
perubahan rekening dan penundaan rekening bukan kas, seperti:
beban/biaya terutang, beban/biaya bayar dimuka, depresiasi/
penyusutan/penghapusan/amortisasi. Metode ini lebih cocok untuk
anggaran kas jangka panjang. Metode ini dikatakan pendekatan
akunting keuangan karena cara penyusunan anggaran kas berdasarkan
ikhtisar laba rugi dan rencana yang dihasilkan akunting keuangan.
Sedangkan menurut Ellen Christina, ada dua pendekatan dalam
menyusun anggaran kas, yaitu sebagai berikut:
a. Anggaran kas jangka pendek
Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas
sehari-hari. Jangka waktunya disesuaikan dengan anggaran tahunan.
Anggaran ini juga berfungsi sebagai alat pemberian otoritas kas keluar
yang secara terus menerus disesuaikan dengan arus kas masuk dan
situasi keuangan pada umumnya.
b. Anggaran kas jangka panjang
Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun
yang disesuaikan dengan perencanaan perusahaan yang telah disusun.
Anggaran ini juga berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan

22
menambah dana dari sumber-sumber internal dan sekaligus
memperkirakan saldo kas pada akhir periode tahun anggaran.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
dalam penyusunan anggaran kas terkait dengan jangka waktu (periode)
anggaran kas yang diperlukan oleh perusahaan yaitu:
1. Anggaran kas jangka pendek yang merupakan alat operasional
pengendalian kas sehari-hari. Jangka waktunya disesuaikan dengan
anggaran tahunan. Anggaran kas seperti ini berfungsi sebagai alat
pemberian otorisasi kas keluar secara terus menerus disesuaikan
dengan arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya.
Perusahaan dapat menyusun anggaran kas jangka pendek, bisa
mingguan, bulanan atau kuartalan untuk tujuan pemenuhan kebutuhan
kas.
2. Anggaran kas jangka panjang meliputi jangka waktu lima tahun
sampai dengan jangka waktu sepuluh tahun. Bilamana corporate plan,
maka jangka waktu anggaran jenis ini harus disesuaikan dengan waktu
yang tercakup dalam corporate plan tersebut. Kegunaan dari anggaran
kas ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan di dalam
menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus
memperkirakan saldo akhir tahun dari tiap-tiap anggaran. Anggaran
kas jangka panjang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan
kebijaksanaan keuangan.

5. Dimensi Waktu Perencanaan dan Pengendalian Kas


Biasanya, perencanaan dan pengendalian kas meliputi tiga dimensi
waktu, yaitu budget kas jangka panjang, budget kas jangka pendek, dan
budget kas untuk operasional.
a. Budget kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari
pengeluaran modal dan rencana laba strategis jangka panjang. Estimasi
penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan
pinjaman) dan estimasi pengeluaran kas (terutama untuk biaya-biaya,

23
pengeluaran modal, dan pembayaran utang) merupakan dasar yang
sehat untuk keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan,
penggunaan kas, dan untuk kredit jangka panjang.
b. Budget kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka
pendek. Budget kas jangka pendek memerlukan rencana atau estimasi
aliran kas masuk dan kas keluar yang rinci yang secara langsung
berkaitan dengan rencana laba tahunan, misalnya estimasi penerimaan
kas dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk membayar
pembelian mesin-mesin dan peralatan yang baru.
c. Budget kas untuk operasional digunakan oleh perusahaan terutama
untuk perencanaan dan pengendalian aliran kas masuk dan keluar
berdasarkan kegiatan sehari-hari (day-to-day operation). Tujuan utama
budget ini adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas
dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan opportunity cost karena
kas yang menganggur.

6. Sumber dan Penggunaan Kas


Sumber kas masuk yang utama adalah :
a. Hasil penjualan produk/jasa secara tunai
b. Hasil penagihan piutang perusahaan
c. Pendapatan lain seperti bunga bank, jasa giro, dividen
d. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti penjualan aktiva
e. Penerimaan diluar penghasilan seperti kredit bank, penjualan obligasi
f. Penambahan modal sendiri oleh pemilik
Penggunaan kas keluar yang utama adalah :
a. Berbagai pembayaran untuk operasional perusahaan seperti biaya
tenaga kerja, biaya penjualan, dan biaya administrasi.
b. Pembayaran pada kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya.
c. Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap.
d. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau
pengembalian modal.

24
e. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, materai,
restitusi dan lainnya.

7. Contoh Kasus Anggaran Kas


Kegiatan Operasi :
a. Terima tagihan dari pelanggan Rp. 27.000
b. Terima dari bunga piutang Rp. 4.000
c. Terima dividen dari investasi saham Rp. 3.900
d. Bayar utang kepada pemasok Rp. 15.000
e. Bayar gaji dan upah Rp. 7.400
f. Bayar bunga utang Rp. 3.600
g. Bayar pajak Rp. 2.500

Kegiatan Investasi :
a. Bayar beli aset tetap Rp. 34.600
b. Bayar pinjaman diberikan untuk perusahaan lain Rp. 3.100
c. Terima dari hasil jual aset Rp. 7.200

Kegiatan Pendanaan :
a. Terima dari hasil jual saham biasa Rp. 18.000
b. Terima dari hasil jual obligasi (utang jangka panjang) Rp. 10.500
c. Bayar dividen Rp. 3.700
d. Bayar utang jangka panjang Rp. 11.000

25
PT. Sejahtera
Anggaran Kas
Tahun berakhir 31 Desember 2017

1. Kegiatan Operasi
a. Kas masuk dari kegiatan operasi
Terima tagihan dari pelanggan Rp. 27.000
Terima dari bunga piutang Rp. 4.000
Terima dividen dari investasi Rp. 3.900
Rp. 7.900
Rp. 34.900
b. Kas keluar untuk kegiatan operasi
Bayar utang usaha kepada pemasok Rp. 15.000
Bayar gaji dan upah Rp. 7.400
Bayar bunga utang Rp. 3.600
Bayar pajak Rp. 2.500
(Rp. 28.500)
c. Kas masuk untuk kegiatan operasi Rp. 6.400

2. Kegiatan Investasi
a. Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil penjualan jual aset tetap Rp. 7.200
b. Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli aset tetap Rp. 34.600
Bayar pinjaman diberikan Rp. 3.100
Rp. 37.700
(Rp 30.500)
3. Kegiatan Pendanaan
a. Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari hasil jual saham biasa Rp. 18.000
Terima dari utang jangka panjang Rp. 10.500
Rp. 28.500

26
b. Kas keluar dari kegiatan pendanaan
Bayar dividen Rp. 3.700
Bayar utang jangka panjang Rp. 11.000
Rp. 14.700
Rp.13.800
Defisit (kekurangan) kas (1+2+3) (Rp. 10.300)
Kas awal 1 Januari 2017 Rp. 14.700
Kas akhir 31 Desember 2017 Rp. 4.400

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anggaran piutang adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci tentang sejumlah piutang perusahaan beserta perubahan-perubahanya
dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Anggaran piutang
menunjukan besarnya piutang dari transaksi-transaksi penjualan secara kredit
yang dilakukan perusahaan.
Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menyusun anggaran
piutang, antara lain :
1. Dapat diperkirakannya posisi piutang pada berbagai waktu
2. Dapat diketahuinya jumlah piutang yang sudah waktunya untuk ditagih
3. Dapat diperkirakan arus kas yang berasal dari penjualan kredit
Pengaruh penjualan kredit terhadap kas adalah sebagai berikut :
1. Jangka waktu kredit yang diberikan
2. Tingkat perputaran penagihan piutang
3. Bonofiditas dari para debitur yang dipercaya membeli barang secara kredit
4. Situasi usaha pada umumnya
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar keciln ya anggaran piutang,
antara lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit, jangka waktu
kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan penagihan piutang.
Agar suatu budget dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran
yang termuat didalamnya harus cukup akurat, sehingga hasilnya tidak jauh
berbeda dengan realisasinya.
Beberapa langkah-langkah didalam menyusun anggaran piutang, antara
lain :
1. Menentukan besarnya jumlah penjualan tunai dan jumlah penjualan kredit
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu satu bulan atau
triwulan.

28
2. Menentukan besarnya bed debts atau besarnya piutang tak tertagih yang harus
dicadangkan.
3. Mengetahui atau mengidentifikasi besarnya term of credit.
4. Perhatikan kemungkinan adanya bunga untuk penjualan kredit.
5. Menyusun di dalam bentuk tabel-tabel yang sistematis.
Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci
tentang kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode
yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas, maupun
perubahan yang berupa pengeluaran kas. Dan dengan menyusun anggaran kas
akan dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas
karena operasi perusahaan.
Tujuan utama penyusunan anggaran kas (cash budget) adalah untuk:
1. Memberikan taksiran posisi kas akhir setiap periode sebagai akibat dari
operasional perusahaan.
2. Mengetahui kelebihan atau kekurangan kas pada waktunya, sekaligus untuk
menentukan kebutuhan pembiayaan atas kelebihan kas mengangsur untuk
investasi.
3. Menyelaraskan kas dengan total modal kerja, pendapatan penjualan, biaya,
dan utang.
4. Dapat dipakai sebagai alat pemantau posisi kas secara terus-menerus.
Penyusunan anggaran ini mencakup dua sektor yaitu :
1. Sektor penerimaan kas
2. Sektor pengeluaran kas
Menurut M. Nafarin terdapat dua pendekatan dalam penyusunan anggaran
kas, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan kas masuk dan kas keluar
2. Pendekatan akunting keuangan
Perencanaan dan pengendalian kas terbagi tiga dimensi waktu, yaitu :
1. Budget kas jangka panjang
2. Budget kas jangka pendek
3. Budget kas untuk operasional

29
Sumber kas masuk yang utama adalah :
1. Hasil penjualan produk/jasa secara tunai
2. Hasil penagihan piutang perusahaan
3. Pendapatan lain seperti bunga bank, jasa giro, dividen
4. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti penjualan aktiva
5. Penerimaan diluar penghasilan seperti kredit bank, penjualan obligasi
6. Penambahan modal sendiri oleh pemilik
Penggunaan kas keluar yang utama adalah :
1. Berbagai pembayaran untuk operasional perusahaan seperti biaya tenaga kerja,
biaya penjualan, dan biaya administrasi.
2. Pembayaran pada kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya.
3. Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap.
4. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau
pengembalian modal.
5. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, materai, restitusi
dan lainnya.

B. Saran
Saya menyarankan untuk setiap perusahaan baik perusahaan yang
bergerak di bidang apapun haruslah memiliki anggaran, tujuannya supaya
perusahaan tersebut mencapai efektif dan efesiensi, dan dengan adanya anggaran
perusahaan dapat memprediksikan segala apapun yang menyangkut dengan suatu
perusahaan tersebut.

30
DAFTAR PUSTAKA
Ervita, Safitri dan Aziz, Abdul. 2013. Manajemen Keuangan. Palembang : Citra
Books

Gunawan, Adisaputro dan Asri, Marwan. Anggaran Perusahaan. Yogyakarta :


BPEE

Rahayu, S. dan Arifin, Andry Rachman. 2013. Penyusunan Anggaran


Perusahaan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Ahyari, Agus. 2000. Anggaran Perusahaan. Pendekatan Kuantitatif Buku II.


Yogyakarta : BPFE UGM

Christina Ellen, Fuad M dkk. 2001. Anggaran Perusahaan Suatu Pendekatan


Praktis. Edisi Pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Nafarin, M. 2013. Penganggaran Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat

Riyatno, Bambang. 1984. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta :


Yayasan Penerbit Gajah Mada

Rudianto. 2009. Konsep dan Teknik Penyusunan Anggaran. Jakarta : Erlangga

Siegel, G. 2000. Budgeting (Pedoman Lengkap Langkah-Langkah Penganggaran)


: Erlangga

Wijaksono, Armanto. 2005. Akuntansi Biaya. Jakarta : Graha Ilmu

Soemarso. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar . Jakarta : Salemba Empat

Van Horne, James C dkk. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi


kedua belas buku Pertama. Jakarta : Salemba Empat

31

Anda mungkin juga menyukai