MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 5
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI
..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
...............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
...............................................................................................................................3
2. Klasifikasi Modal.............................................................................3
Umum...........................................................................................29
iii
3. Jenis-Jenis Pinjaman Yang Diterima
.........................................................................................47
.........................................................................................48
.............................................................................................................................58
A. Kesimpulan................................................................................
........58
B. Saran.........................................................................................
........59
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................................60
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya
manajemen bank akan berusaha untuk menjaga keberlangsungan
operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya
diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing
sebuah bank harus bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi dan
mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan
mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem
informasi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat
sebagai penggerak aktivitas.
Ketentuan jumlah modal inti di bank umum maupun modal
disetor di BPR bisa berbeda, namun untuk rasio kecukupan modal
adalah 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko baik di BPR
maupun Bank Umum. Rasio kecukupan modal di bank harus
memperhitungkan risiko pasar, karena itu akan dibahas mengenai
jenis modal dan akuntansinya serta teknis perhitungan rasio
kecukupan modal di BPR dan Bank Umum.
Selain dana masyarakat yang lazimnya diserap oleh bank,
seringkali suatu bank menerima pinjaman dari pihak ketiga yang
bukan nasabah perorangan, seperti lembaga keuangan di dalam
atau luar negeri, pemerintah atau lembaga lainnya. Pinjaman ini
akan menambah komponen dana suatu bank disisi passiva. Dari
segi penggolongan hutang, lazimnya dana dalam bentuk pinjaman
yang diterima ini akan dibukukan sebagai hutang jangka panjang.
Dana ini memiliki bunga dan harus diadministrasikan setiap kali
jatuh tempo. Jadi pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman
yanq diterima dari bank atau pihak lain termasuk dari Bank
1
Indonesia baik dalam rupiah Maupin dalam mata uang asing, dan
harus dibayar bila telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman
yang diterima tidak termasuk pinjaman subordinasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan yang akan dibahas pada penulisan ini,sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep akuntansi modal bank dalam akuntansi
perbankan?
2. Bagaimana konsep pinjaman yang diterima dalam akuntansi
perbankan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui konsep akuntansi modal bank dalam
akuntansi perbankan.
2. Untuk mengetahui konsep pinjaman yang diterima dalam
akuntansi perbankan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Modal Bank
1. Pengertian Modal Bank
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik
dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk
membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi
regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.1
Modal menjadi faktor penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank. Terutama dalam upaya menjaga tingkat
kepercayaan kepada masyarakat. Semakin baik tingkat
pengelolaan modal dari suatu perbankan maka kemungkinan, baik
pula tingkat kepercayaan masyarakat.
2. Klasifikasi Modal
Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan
sesuai Standar Bank For International Settlements, yaitu :3
a. Modal Inti (Tier 1)
1
Taswan, Akuntansi Perbankan (Semarang: UPP STIM YKPN, 2008), 137.
2
Sinungan Muchdarsyah, Strategi Manajemen Bank (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta,
1994), 83.
3
Taswan, Akuntansi Perbankan (Semarang: UPP STIM YKPN, 2008), 138.
3
Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan,
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba
diperoleh setelah perhitungan pajak.
1) Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
2) Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat
dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal ini
sering disebut modal donasi.
3) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari
penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah
dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat umum
pemegang saham.
4) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham.
5) Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah
dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham
diputuskan untuk tidak dibagikan.
6) Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi
pajak yang belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum
pemegang saham.
7) Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang
pajak. Laba tahun lalu berjalan ini hanya diperhitungkan
sebagai modal inti sebesar 50%.
4
Untuk modal disetor berupa saham biasa. Pemegang
saham basa memliki hak suara, sehingga dapat mengendalikan
manajemen bank. Pada saham preferen, pemegangnya tidak
mempunyai hak suara namun pembagian dividennya akan
didahulukan sebelum membayar dividen saham biasa.
Contoh:
4
Ibid., 139.
5
lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar, kurs
103%.
2) Tanggal 10 januari 2012 dijual saham biasa 10.000 lembar
dengan nominal Rp 5000, kurs 97%. Pembayaran diterima
tunai.
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
6
diserahkan setelah dilunasi seluruhnya. Perlakuan akuntansi untuk
pemesanan saham adalah emiten akan mendebet piutan
pemesanan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan.
Apabila pemesan tidak melunasi sisa pembayaran saham, maka
emiten dapat mengembalikan jumlah pembayaran sebelumnya,
atau dijadikan hak milik emiten (bila ada perjanjian) dan
dimasukkan dalam komponen tambahan modal dengan perkiraan
tambahan modal-pembatalan pemesanan saham. Cara lain untuk
mengatasi ini adalah dengan mengeluarkan saham yang jumlahnya
sama dengan jumlah pembayaran yang telah diterima. Alternatif-
alternatif ini dilakukan berdasarkan perjanjan yang telah disepakati
antara emiten dengan calon pemodal.
Dr. Piutang- PT
408.000.000
Mirana
Cr. Modal
1.000.000.000
saham dipesan
Cr. Agio
20.000.000
saham
7
30/6-2012 Dr. Kas 408.000.000
Cr. Piutang
408.000.000
– PT Mirana
Cr. Modal
disetor-saham 1.000.000.000
biasa
Contoh :
Cr. Piutang
408.000.000
– PT Mirana
Cr.
122.400.000
Pendapatan lain-
lain
8
Keterangan :
5
Ibid., 141.
9
tambahan modal saham treasuri tidak mencukupi untuk
menanggung kerugian penjualan saham treasuri, maka dapat
dibebankan pada laba ditahan.
Pada metode harga nominal, saham yang diperoleh
kembali dicatat sebesar harga nominal dan disajikan sebagai
pengurang terhadap modal saham. Bila harga perolehan
kembali saham treasuri semula dikeluarkan dengan harga
diatas harga nominal (harga pari), maka harus didebet agio
saham. Kalau jumlah yang dibayarkan lebih besar daripada
pada saat pengeluaran saham, maka dapat mendebet rekening
laba ditahan, sebaliknya bila yang dibayarkan lebih kecil
daripada saat pengeluaran saham maka dikreditkan tambahan
modal-saham treasuri.
Contoh:
1) Tanggal 1 juni 2012 Bank ABC melakukan emisi saham
biasa 100.000 lembar dengan nominal Rp 5000 per
lembar. Kurs 106.
2) Tanggal 30 juni 2012 Bank ABC membeli kembali 10.000
lembar sahamnya dengan kurs 103.
3) Tanggal 30 juli 2012 Bank ABC menjual kembali saham
treasuri sebanyak 10.000 lembar dengan kurs 104.
4) Tanggal 1 agustus 2012 Bank ABC menjual kembali
10.000 lembar saham treasuri dengan kurs 96.
10
Cr. Agio saham 30.000.000
Cr. Tambahan
500.000
modal- ST
11
Cr. kas 51.500.000
Cr. Saham
50.000.000
treasuri
Cr. Saham
50.000.000
treasuri
12
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari
dua macam. Yang pertama dicatat berdasarkan harga
perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga
nominal.
Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga
perolehan, maka pada saat dijual kembali juga dicatat atau
dikreditkan sebesar harga perolehannya. Bila pembelian
saham treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat
digunakan Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP).
Dan disajikan sebagai pengurang modal saham.
Pencatatan didasarkan pada harga nominal. Pada
metode ini saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar
harga nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap
modal saham. Bila pencatatannya didasarkan pada harga
nominal, pada saat penarikan tidak perlu mengakui selisih
atau kenaikan/penurunan tesebut.
Contoh :
Misalkan setelah terjadi transaksi pembelian kembali saham
treasuri di Bank ABC pada tanggal 30 juni 2012, Bank ABC
menyatakan menarik 10.000 lembar saham treasuri tersebut
pada tanggal 15 juli 2012. Maka pencatatannya adalah :
Berdasarkan metode harga perolehan
Cr. Tambahan
modal – Sh. 1.500.000
treasuri
13
Cr. Saham
51.500.000
treasuri
Cr. Saham
50.000.000
treasuri
14
belum likuidasi, dan pembayaran bunga dapat
ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau
labanya tidak mendukung untuk membayar bunga
tersebut.
15
pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortisasi secara
sistematis selama taksiran jangka waktunya, yang selama-
lamanya 5 tahun.
Debit Kredit
Tgl/keterangan Rekening
(Rp) (Rp)
16
pembayaran harus dibayar
bunga
17
goodwill, yang telah dikurangi dengan kerugian tahun lalu
dan tahun berjalan.8
Debit Kredit
Tanggal/keterangan Rekening
(Rp) (Rp)
8
Ibid., 145
18
tangani Disetujui dan belum
direalisasi
direalisasi Subordinasi
disetujui dan
belum direalisasi
Dr. giro BI
Cr. Pinjaman
subordinasi
19
Cr. Giro BI/Bank-
bank lain
20
f) Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4) Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan
risiko pasar hanya dapat digunakan dengan memenuhi
criteria :
a) Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang
dialokasikan untuk memperhitungkan risiko pasar
b) Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap
tambahan paling tinggi sebesar 100% dari modal inti
5) Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat
ditambahkan untuk modal pelengkap tambahan dengan
memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6) Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan yang berlaku dan melebihi 50% modal ini,
dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap
tambahan dengan tetap memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.9
3. Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat
Tata cara perhitungan kecukupan modal bank
perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara:10
a. Dalam menghitung ATMR, pos – pos aktiva diberikan bobot
risiko yang besarnya didasarkan pada risiko yang
terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang
didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin
atau sifat barang jaminan.
b. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian
bobot risiko adalah:
0% a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan
deposito yang diblokir pada BPR yang bersangkutan
9
Ibid., 147
10
Khadijah, Mortigor Afrizal Purba, Dan ASEAN CPA, Akuntansi Perbankan (Batam:
September, 2021), 63.
21
disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan
logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan
dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20% a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau
Pemerintah Daerah.
40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak
tanggungan pertama dengan tujuan untuk dihuni.
50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau
BUMD. Yang dimaksud dengan BUMN sebagai
penjamin adalah lembaga penjamin kredit milik
Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD
sebagai penjamin adalah BUMD yang melakukan
usaha sebagai perusahaan penjamin dan
melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit
dengan lembaga penjamin kredit milik Pemerintah
Pusat.
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi
persyaratan sbb:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit
adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota
TNI/POLRI, pegawai lembaga negara atau
pegawai BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota
TNI/POLRI, pensiunan pegawai lembaga
negara atau pensiunan pegawai
BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi
jiwa dari perusahaan asuransi yang memiliki
22
kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang
berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh
akuntan publik dan memenuhi ketentuan
tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan
ketentuan perundang – undangan yang
berlaku; dan
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit
bersumber daru gaji/pensiun berdasarkan Surat
Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR.
Dalam hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan
melalui bank lain atau BUMN lain, maka BPR
harus memiliki perjanjian kerjasama dengan
bank lain atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun
untuk melakukan pemotongan gaj/pensiun dalam
rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit;
dan
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan
pegawai atau surat keputusan pensiun atau
Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan
polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85% Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada
usaha mikro adalah kredit dengan plafon sampai
dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta
rupiah)
100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan,
koperasi atau kelompok dengan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
23
c. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan
atau Macet dalam perhitungan ATMR dinilai sebesar nilai
buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva
produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan
Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
mengenai KAP dan PPAP BPR.
Tabel 1 1.1. Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) BPR
Bobot
Komponen Nominal Risik ATMR
o (%)
ATMR
I AKTIVA NERACA
1.1 Kas
0
1.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
0
1.3 Kredit dengan agunan berupa SBI,
0
tabungan dan deposito yang diblokir dengan
BPR yang bersangkutan disertai dengan
surat kuasa pencairan emas dan logam
mulia, sebesar nilai terendah antara agunan
dan baki debet.
*) 0
1.4 Kredit kepada pemerintah pusat
**) 20
1.5 Giro, Deposito berjangka, sertifikat deposito,
Tabungan serta tagihan lainnya kepada
bank lain
*) 20
1.6 Kredit kepada atau yang dijamin bank lain
atau pemerintah daerah
*) 40
1.7 Kredit kepemilikan rumah (KPR) yang
dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan
24
tujuan untuk dihuni
1.8 Kredit kepda atau yang dijamin oleh bank *) 50
lain atau BUMN/BUMD
1.9 Kredit kepada pegawai/pensiunan *) 50
1.10 Kredit kepada usaha mikro dan kecil *) 85
1.11 Kredit kepada atau yang dijaminoleh: *) 100
a. Perorangan
b. Koperasi
c. Kelompok dan perusahaan lainnya
1.12 Aktiva Tetap dan Inventaris (nilai buku) *) 100
1.13 Aktiva lainnya selain tersebut di atas *) 100
II JUMLAH ATMR
11
Ibid., 67.
25
e. Menghitung kekurangan modal dengan cara
membandingkan jumlah modal minimum pada angka 4
dengan jumlah modal pada angka 3.
f. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah
modal BPR pada angka 3 dengan ATMR pada angka 2.
Tabel 11.2 Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum BPR
Jumlah
Keterangan setiap Jumlah
komponen
MODAL
I MODAL INTI
1.1 Modal disetor
1.2 Agio
1.3 Disagio
1.4 Modal disumbangkan
1.5 Dana setoran modal
1.6 Cadangan umum
1.7 Cadangan tujuan
1.8 Laba ditahan
1.9 Laba tahun-tahun lalu
1.10 Rugi tahun-tahun lalu
1.11 Laba tahun berjalan setelah
dikurangi kekurangan PPAP (Max.
50% setelah dikurangi taksiran hutang
PPh)
1.12 Rugi tahun berjalan
1.13 Sub total
1.14 Goodwill
1.15 Jumlah modal inti
II MODAL PELENGKAP
26
2.1 Cadangan revaluasi aktiva tetap
2.2 Penyisihan penghapusan aktiva
produktif umum (max. 1,25%
dari ATMR)
2.3 Modal pinjaman
2.4 Pinjaman subordinasi, (maks.
50% dari modal inti)
2.5 Jumlah modal pelengkap (maks.
100% dari modal inti)
III JUMLAH MODAL (1.15-2.5)
MODAL MINIMUN (8% X ATMR)
JUMLAH KEKURANGAN MODAL
RASIO PMM (CAR=JUMLAH
MODAL/ATMR)
Contoh:
27
9 Rupa – rupa aktiva 25.028.000
Jumlah aktiva 6.318.464.000
B Pasiva:
1 Kewajiban segera dibayar:
a. Pemerintah
b. Lainnya 11.800.000
2 Tabungan 125.091.000
3 Deposito berjangka 3.885.000.000
Pinjaman diterima pihak III bukan
4 650.000.000
bank
5 Antar bank pasiva
a. Pinjaman diterima 498.484.000
b. Deposito berjangka 510.000.000
6 Rupa-rupa pasiva 104.000
7 Modal disetor:
a. Modal dasar 500.000.000
b. Belum disetor
8 Laba/rugi (ditahan) 137.985.000
6.318.464.000
28
3 Biaya operasional:
a. Biaya bunga 1.390.409.000
b. Biaya tenaga kerja 75.525.000
c. Biaya sewa gedung kantor 2.500.000
d. Biaya pemeliharaan dan perbaikan 16.130.000
e. Biaya pengadaan barang dan jasa
19.996.000
pihak III
f. Biaya honorarium 150.000
g. Biaya penyisihan penghapusan AP 123.500.000
h. Biaya penyusutan 50.270.000
i. Biaya operasional lainnya 39.694.000
Jumlah biaya operasional 1.718.174.000
4 Biaya non operasional 4.520.000
Jumlah biaya 1.722.694.000
Rugi/laba tahun berjalan sebelum pajak
5 60.848.000
(laba)
Sisa rugi/laba tahun lalu sebelum pajak
6 77.137.000
(laba)
7 Jumlah laba 137.985.000
29
indonesia
3. Kredit dengan
agunan berupa
SBI, tabungan dan
deposito yang
diblokir pada BPR
yang bersangkutan
disertai dengan
0
surat kusa
pencairan emas
dan logam mulia,
sebesar nilai
terendah antara
agunan dan baki
debet.
4. Kredit kepada
0
pemerintah pusat
5. Giro, deposito
berjangka, sertifikat
deposito tabungan 21.869.000 20 4.373.800
serta tagihan
lainnya
6. Kredit kepada
atau yang dijamin
bank 20
lain/pemerintah
daerah
7. KPR yang 40
dijamin oleh
hipotik/hak
tanggungan
pertama dengan
30
tujuan huni
8. Kredit kepada
atau yang dijamin
oleh bumn/bumd
9. Kredit kepada
pegawai/perusaha 50
an
10. Kredit kepada
50
pegawai/pensiunan
11. kredit kepada
6.158.978.00 5.235.131.30
usaha mikro dan 85
0 0
kecil
12. Tagihan
kepada atau
tagihan yang
dijamin oleh
a. BUMD 100
b. Perorangan 100
c. Koperasi 100
d. Perusahaan
100
lainnya
e. Lain-lain 100
13. Aktiva tetap
dan inventaris (nilai 244.483.000 100 244.483.000
buku)
14. Aktiva lainnya
selain disebut di 25.028.000 100 25.028.000
atas
5.509.016.10
Jumlah ATMR
0
31
Tabel 11.6 Hasil perhitungan CAR BPR XYZ per 31
desember 2011
Jumlah per
No. Keterangan komponen Jumlah (Rp)
(RP)
II Modal
1. Modal inti
1.1 Modal disetor 500.000.000
1.2 Modal
disumbangkan
1.3 Cadangan umum
1.4 Cadangan tujuan
1.5 Laba ditahan
1.6 Laba tahun-tahun
77.137.000
lalu
1.7 Rugi tahun-tahun
lalu -/-
1.8 Laba tahun
30.424.000
berjalan (50%)
1.9 Rugi tahun
berjalan -/-
1.10 Sub total 607.561.000
1.11 Good will -/-
1.12 Jumlah modal
607.561.000
inti
2. Modal Pelengkap
2.1 Cad. Rev. aktiva
tetap
2.2 Penyisihan 80.410.785
penghapusan aktiva
32
produktif (maks. 1.25%
ATMR)
2.3 Modal kuasi
2.4 Pinjaman
subordinasi, (maks.
50% modal inti)
2.5 Jumlah modal
80.410.785
pelengkap
2.6 Jumlah modal
pelengkap yang
80.410.785
diperhitungkan (maks.
100% dari modal inti)
Jumlah modal
687.971.785
(1.12+2.6)
Kelebihan atau
IV 247.250.497
kekurangan modal
33
terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun
berdasarkan perkembangan dan tuntutan yang ada termasuk
sejalan dengan perkembangan instrumen keuangan dan
semakin komleksnya usaha bank, maka telah dilakukan
penyempurnaan kembali terhadap penggunaan metode standar
dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
dengan memperhitungkan risiko pasar.12
Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban
penyediaan modal minimum bank umum dengan
memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran
BI no.9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007. Pada intinya
pendekatan ini adalah:
12
Ibid., 69.
34
c. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan
modal, risiko kredit dan risiko pasar dilakukan terhadap
data/posisi secara konsolidasi.
d. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1, bank harus melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)
untuk risiko kredit sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis
risiko pasar.
3) Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap
surat berharga, eksposur yang termasuk dalam trading
book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk risiko
suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh
BUMN/Swasta dikeluarkan dari perhitungan ATMR
berdasarkan risiko kredit.
4) Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar
(market risk weighted exposures), dengan cara
mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh
jenis pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi
ekuivalen dengan ATMR (dikalikan dengan angka 12,5,
yaitu 100/8).
5) Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan
eksposur tertimbang menurut risiko pasar.
6) Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier
1), modal pelengkap (tier 2), dan modal pelengkap
tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup risiko
pasar setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan
KPMM secara konsolidasi, penyertaan yang menjadi
pengurang modal adalah penyertaan bank kepada
perusahaan anak yang tidak wajib dikonsolidasikan
sesuai ketentuan yang berlaku.
35
7) Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf
f dengan jumlah ATMR dan eksposur tertimbang
sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasilnya
dinyatakan dalam persentase.
e. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam
perhitungan rasio KPMM adalah sebesar modal yang
dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
f. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi
persyaratan namun tidak digunakan dalam perhitungan rasio
KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4, dihitung
sebagai rasio kelebihan modal pelengkap tambahan (excess
tier 3 capital ratio), dengan formula:
Rasio Kelebihan Kelebihan Modal PelengkapTambahan
Modal Pelengkap =
Tambahan ATMR (Risiko Kredit) + ATMR (Risiko Pasar)
36
2. Emas dan
Commemorative Coins:
2.1. Emas dan
0
mata uang emas
0
2.2. Commemorativ
e coins
3. Bank indonesia
3.1. Giro pada
bank indonesia 0
3.2. Sertifikat bank 0
indonesia 0
3.3. Call money 0
3.4. Lainnya
4. Tagihan pada bank lain:
4.1. Pada bank
sentral negara lain
*) 0
4.2. Pada bank lain
*) 0
yang dijamin oleh
pemerintah pusat dan
*) 20
bank sentral
4.3. Pada bank lain
5. Surat berharga yang
dimiliki: *) 0
5.1. Treasury bill negara *) 0
lain
5.2. Sertifikat bank sentral
negara lain *) 0
5.3. Surat berharga pasar
uang/pasar modal dll
5.3.1. Yang diterbitkan
dan dijamin oleh
bank sentral dan *) 0
37
pemerintah pusat
5.3.2. Yang diterbitkan
dan dijamin
dengan uang kas, *) 20
uang kertas asing,
emas, mata uang
emas, serta giro, *) 50
deposito tabungan
pada bank *) 100
bersangkutan,
sebesar nilai dari
jaminan tersebut.
5.3.3. Yang diterbitkan
atau dijamin oleh
bank lain,
pemerintah
daerah, lembaga
non departemen
di Indonesia, dan
bank
pembangunan
multilateral
5.3.4. Yang diterbitkan
dan dijamin oleh
BUMN dan
perusahaan milik
pemerintahan
pusat negara lain
5.3.5. Yang diterbitkan
dan dijamin oleh
swasta lainnya
6. Kredit
38
6.1. Kredit yang diberikan
kepada atau dijamin
oleh/dengan: *) 0
6.1.1. Bank sentral *) 0
6.1.2. Pemerintah pusat *) 0
6.1.3. Uang kas, uang
kertas asing,
emas, mata uang
emas serta giro, **) 20
deposito tabungan
pada bank
bersangkutan *) 50
sebesar nilai dari
jaminan tersebut. *) 100
6.1.4. Bank lain,
pemerintah *) 40
daerah, lembaga
non departemen di *) 50
Indonesia, bank *) 85
pembangunan
multilateral
6.1.5. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
6.1.6. Pihak-pihak
lainnya.
39
6.3. Kredit
pegawai/pensiun
6.4. Kredit usaha
kecil
7. Tagihan lainnya
7.1. Tagihan
lainnya kepada atau *) 0
dijamin *) 0
7.1.1. Bank sentral *) 0
7.1.2. Pemerintah
pusat
7.1.3. Uang kas,
yang kertas asing, *) 20
emas, mata uang
emas, serta giro,
deposito tabungan *) 50
pada bank
bersangkutan *) 100
sebesar nilai dari
jaminan tersebut.
7.1.4. Bank lain,
pemerintah daerah,
lembaga non
departemen di
Indonesia, bank
pembangunan
multilateral
7.1.5. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
7.1.6. Pihak-pihak
40
lainnya.
8. Penyertaan *) 100
Penyertaan pada anak
perusahaan -/-
9. Aktiva tetap dan
inventaris (nilai buku) 100
9.1. Tanah gedung +/+
9.2. Akumulasi 100
penyusutan gedung -/-
9.3. Inventaris +/+
9.4. Akumulasi
penyusutan inventaris
-/-
10. Antar kantor aktiva
(netto) 100
10.1. Kegiatan operasional 100
di Indonesia (aktiva) 100
10.2. Kegiatan operasional
di Indonesia (pasiva) 100
10.3. Kegiatan operasional
di luar Indonesia
(aktiva)
10.4. Kegiatan operasional
di luar Indonesia
(pasiva)
11. Rupa-rupa aktiva 100
12. Tidak terinci 100
13. ATMR Aktiva Neraca
REKENING
B ADMINISTRATIF (Rupiah
dan Valas)
41
1. Fasilitas kredit yang
belum digunakan yang
disediakan sampai
dengan akhir tahun
takwim berjalan yang
disediakan bagi, atau
dijamin oleh/dengan, atau *) 0
yang dijamin surat *) 0
berharga yang diterbitkan *) 0
oleh:
1.1. Fasilitas kredit yang
diberikan/dijamin
1.1.1. Bank sentral *) 10
1.1.2. Pemerintah pusat
1.1.3. Uang kas, uang
kertas asing, *) 25
emas, mata uang
emas, serta giro, *) 50
deposito,
tabungan pada *) 20
bank
bersangkutan *) 25
sebesar nilai dari *) 42,5
jaminan tersebut.
1.1.4. Bank lain,
pemerintah
daerah, lembaga
non departemen
di Indonesia, bank
pembangunan
multilateral
1.1.5. BUMN dan
42
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
1.1.6. Pihak – pihak
lainnya
43
multilateral *) 10
2.1.3. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat *) 25
negara lain
2.1.4. Pihak-pihak *) 50
lainnya
44
2.3. L/C yang
masih berlaku (tidak
termasuk standby
L/C) yang diberikan
atas permintaan:
2.3.1. Bank sentral dan
pemerintah pusat
2.3.2. Bank lain,
pemerintah
daerah, lembaga
non departemen
di Indonesia, bank
pembangunan
multilateral
2.3.3. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
2.3.4. Pihak – pihak
lainnya
3. Jumlah ATMR
rekening administratif
Keterangan:
*) diisi dengan jumlah nominal setelah dikurangi cadangan
khusus penyisihan penghapusan aktiva yang telah dibentuk
oleh bank.
**) diisi dengan jumlah setelah dikurangi dengan penyisihan
dalam rangka restrukturisasi kredit dan pendapatan yang
ditangguhkan yang berasal dari restrukturisasi kredit.
45
Tabel 11.8. Formulir Perhitungan Rasio Kecukupan Modal
Minimum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
(Tanpa Atau Tidak Ada)
46
mengantisipasi risiko pasar
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal
Q
Pelengkap Tambahan)
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat
berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan risiko R
spesifik
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar) S
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah
T
memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan U
Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
K = F+G+H+I+J;
L = 12,5 x K;
S = A+L;
T = Q/S;
U = (O-P) / Q
Tabel 11.9 Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Dengan
Memperhitungkan Risiko Pasar (Konsolidasi Atau
Ada Anak Perusahaan)
1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko
A
kredit (sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai
B
ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang,
C
sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
4. Penyertaan yang dilakukan Bank D
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk
E
Risiko Kredit
47
6. Total ATMR Risiko Pasar
12,5x
Risik T Total
Risiko Risiko
Risiko suku Risiko o o (Ekui
Nilai Perubahan
bunga Ekuitas komo t valen
Tukar Harga Option
ditas al ATM
R)
Risik Risik Ri Ri R
o o sik sik i
spesi umu o o s
Ri
fik m su nil i
si
ku ai k
k
Risi bu tu o
o
Risiko ko ng ka k
e
Spesifik Um a r o
k
um m
ui
o
ta
d
s
it
a
s
F G H I J K L M N O P Q
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar
R
(minimun 28.5% x total beban modal)
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko
Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan untuk Modal Pelengkap S
Tambahan)
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan T
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat
diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2 tahun
dan memenuhi kriteria Pinjaman Subordinasi yang dapat
48
diperhitungkan sebagai komponen modal
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk
U
mengantisipasi risiko pasar
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal Pelengkap
V
Tambahan)
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat
berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan risiko W
spesifik
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar) X
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah
Y
memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan Z
Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
P = F+G+H+I+J+K+L+M+N+O;
Q = 12,5 x P;
X = A+Q;
Y = V/X;
Z = (T-U) / V
5. Akuntansi Untuk Modal
Akuntansi untuk transaksi modal meliputi penyetoran modal,
penyisihan laba usaha setelah pajak untuk tujuan tertentu atau
cadangan, penambahan modal dari pihak lainnya.13
13
Lapoliwa, N & Kuswandi, S., Akuntansi Perbankan:Akuntansi transaksi Bank dalam
Valuta Rupiah (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2000), 143.
49
Uang tunai langsung pada rekening giro Bank Indonesia
sebesar Rp. 40.000.000.000
Gedung kantor di Jakarta senilai Rp. 18.000.000.000.
Inventaris kantor senilai Rp. 300.000.000.
Kendaraan Rp. 100.000.000.
50
Oleh Bank Omega dibukukan :
D : Kas Rp 204.000.000
51
K : Agio Saham Rp. 4.000.000
52
sebagai bunga terhadap hutang. Pihak peminjam dapat juga
memperoleh batasan-batasan yang diberikan dalam bentuk
syarat pinjaman.15
Menurut kasmir (2014) mengemukakan bahwa: “Pinjaman
yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari bank
atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga
keuangan bukan bank, lembaga keuangan luar negeri dan
masyarakat umum baik dalam valuta rupiah ataupun valuta
asing, dan harus dilunasi bila jatuh tempo. Pengertian pinjaman
diterima ini tidak termasuk pinjaman subordinasi.16
2. Pencatatan Pinjaman yang Diterima dari Direktur
Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan
perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur. Perjanjian yang
ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan scara
sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini
dalam akutansi disebut komitmen. Sebagai komitmen tagihan
bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat dalam
rekening administrative rupiah sisi debit dengan nama RAR
fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan.
15
Aditya Achmad Fathony dan Dede Nurjanah, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan
Pinjaman Yang Diterima Terhadap Penyaluran Kredit Pada PT. Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat TBK. Kantor Cabang Pembantu Ciparai Periode 2011-2017,” Jurnal
Ilmiah Akuntansi, Vol 10, No. 2 (Agustus, 2019): 34,
http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/AKURAT.
16
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 89.
53
diterima harus diikuti pengkreditan RAR fasilitas pinjaman
diterima dan belum digunakan sebesar nilai realisasinya.17
17
Taswan, Akuntansi Perbankan (Semarang: UPP STIM YKPN, 2008), 127.
54
5) Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama
(sindikasi) satu atau beberapa proyek.
4. Akuntansi Untuk Pinjaman Yang Diterima.
Akuntansi untuk pinjaman yang diterima sebagai berikut :18
a. Pinjaman dari Bank Lain
Pinjaman dari bank lain dapat diwujudkan dalam
bentuk Sertifikat Deposito, Commercial Paper dan surat
berharga lainnya.
Contoh 1:
Pencatatannya adalah :
18
Ismail, Akuntansi Bank (Jakarta: PT. Adhitya Andrebina Agung, 2010), 114.
55
digunakan
Contoh 2:
Bank Omega Kantor Pusat memutuskan untuk
meminjam dana dari Bank ABC sebesar Rp 30 M dan untuk
itu Bank Omega menerbitkan Sertifikat Deposito dengan
jangka waktu 3 tahun. Suku bunga sebesar 15% setahun.
Dana diterima Bank Omega dalam bentuk rekening giro
pada Bank ABC. Oleh Bank Omega Kantor Pusat akan
dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Rp 30.000.000.000
56
Setahun kemudian, dimana Sertifikat tersebut belum
jatuh waktu, Bank Omega Kantor Pusat harus
memperhitungkan bunga selama 12 bulan pertama sebesar
Rp 4.500.000. Ayat jurnal yang dicatat oleh Bank Omega
Kantor Pusat sebagai berikut.
D: Biaya Bunga Pinjaman yang Diterima-SD
Rp 4.500.000
K: Bank Lain-Giro (Bank ABC)
Rp 4.500.000
57
Bank Penerima Pemerintah Bank Pemberi
Pinjaman RI Pinjaman di
Dalam negeri LN
caban caban
g
58
7) Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL
dengan dana dri PFI berkisar 80% : 20% dari jumlah
kredit.
8) Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak
dipergunakan), PFI wajib membayar kepada emerintah
sejumlah biaya yang dibayar kepada tender oleh
pemerintah sesuai perjanjian termasuk commitmen
charge sejumlah persentase tertentu berkisar 0.75% per
tahun.
59
Bila Bunga Dr. Biaya Bunga
Dibayar Cr. Giro BI
Langsung
Contoh:
Bank Omega mendapatkan pinjaman melalui pemerintah RI
dari Bank of Japan sebesar Rp 12 M yang disalurkan melalui
BI. Oleh Kantor Pusat akan dijurnal sebagai berikut:
D : Bank Indonesia-Giro Rp 12.000.000.000
K : Pinjaman yang Diterima-TSL Rp 12.000.000.000
c. Obligasi
Obligasi merupakan instrument untuk menciptakan
hutang. Sumber dana berasal dari obligasi yang merupakan
alternative bank dalam membiayai investasinya. Sebagai
surat pengakuan hutang, bank yang menerbitkan obligasi
harus membayar bunga kepada obligasi. Pembayaran
bunga dapat dilakukan setiap periode tertentu secara tetap.
Kewajiban ini akan pelunasan obligasi pada saat jatuh
tempo.
Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapat izin
dari otoritas Pasar Modal. Disamping itu penerbitan obligasi
harus memenuhi perlindungan negative dan emiten untuk
melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi.
60
Contoh perlindungan negative adalah dilarang membagi
seluruh laba kepada pemegang saham, sebab akan dapat
mengurangi kemampuan memenuhi kewajiban kepada
pemegang obligasi. Sedangkan persyaratan perlindungan
positif adalah persyaratan yang mewajibkan emiten
melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang
obligasi, misalnya kewajiban menebitkan aporan keuangan
secara periodic agar diketahui kinerja bank tersebut.
Pencatatan pinjaman obligasi dilakukan ketika terjadi
transaksi penjualan obligasi dan ketika terjadi pelunasan
bunga atau pokok obligasi. Untuk bias mencatatnya perlu
mengetahui harga jual (kurs) obligasi yang terbentuk
dipasar.
Penentuan Harga Obligasi
Dalam menentukan harga obligasi, emitan harus
memperhatikan, mempertimbangkan tingkat bunga (kupon)
obligasi, jangka waktu atau jatuh tempo obligasi, dan
keuntungan yang diharapkan oleh investor atau sering
disebut bond yield. Kupon obligasi akan menimbulkan biaya
bunga bagi emiten atau aliran aks keluar dan posisi obligasi
pada dasarnya penjumlahan present value dari aliran kas
biaya biaya bunga ditambah present value dari nilai pokok
obligasi pada saat jatuh tempo, dengan yield yang
disayaratkan. Biaya bunga obligasi dibayar setiap periode,
sedangkan nilai pokok obligasi akan dilunasi setiap akhir
periode saat jatuh tempo (dengan asumsi run caliable bond).
Salah satu sumber dana yang sebaiknya
dikembangkan oleh bank adalah dari penjualan surat
berharga obligasi. Pengadministrasian penerbitan obligasi
ini harus diketahui oleh Kantor Pusat sebagai dasar
pengelolaan dana bank. Penjualan obligasi dapat saja
61
dilakukan di cabang. Pencairan obligasi pada saat jatuh
waktu dapat dilakukan di cabang-cabang.
Contoh:
62
D: Biaya Bunga Obligasi Rp 100.000
D: Hutang Obligasi Rp 10.000.000
K : RAK-Cabang Surabaya Rp 10.100.000
63
D : Bank Lain-Giro (Bank ABC)
Rp 100.000.000
D: Bank Lain-Giro ( Bank XYZ)
Rp 100.000.000
K : Pinjaman yang Diterima Pembiayaan Bersama
Rp 200.000.000
Bank C
64
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
65
Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan
perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur. Perjanjian yang
ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan scara
sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam
akutansi disebut komitmen. Sebagai komitmen tagihan bank yang
tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat dalam rekening
administrative rupiah sisi debit dengan nama RAR fasilitas
pinjaman diterima dan belum digunakan.
B. Saran
Semoga setelah mempelajari dan memahami makalah ini, kita
dapat mengerti akan Akuntansi Modal Bank dan Pinjaman yang
Diterima. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus mampu
memahami dan menelaah berbagai kesalahan yang tidak sesuai
dengan aturan.
Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan, maka dari
itu kritik dan saran yang membangun kami butuhkan dari teman-
teman ataupun Dosen Pengampu mata kuliah Akuntansi
Perbankan.
66
DAFTAR PUSTAKA
67