Anda di halaman 1dari 71

AKUNTANSI MODAL BANK DAN PINJAMAN YANG DITERIMA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan

Dosen Pengampu Ibu Febi Annuri Jayasi

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Riskiana Putri (21383022038)

Sri Hartatik (21383022125)

Syahda Adita (21383022126)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang mana


telah memberikan kami kesehatan, sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang diutus
untuk menjadi rahmat seluruh alam dan menjelaskan syariat
agama yang terang serta bukti-bukti yang jelas.

Makalah ini memuat tentang “Akuntansi Modal Bank Dan


Pinjaman Yang Diterima”. Tema yang akan dibahas di makalah
ini sengaja dipilih oleh dosen pembina kami untuk kami pelajari
lebih dalam. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Febi Annuri Jayasi. Semoga makalah yang kami buat ini, dapat
dinilai dengan baik dan dihargai oleh pembaca. Mudah-mudahan
makalah ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang
membacanya.

Sebelumnya, kami meminta maaf bila mana ada hal yang


kurang berkenan, baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa,
maupun materinya. Oleh karena itu, kami selaku penyusun
berharap adanya masukan dan kritikan yang membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Pamekasan, 14 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

...............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI

..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

...............................................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................1

C. Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

...............................................................................................................................3

A. Akuntansi Modal Bank.........................................................................3

1. Pengertian Modal Bank..................................................................3

2. Klasifikasi Modal.............................................................................3

3. Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat......................19

4. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequiacy Ratio) Bank

Umum...........................................................................................29

5. Akuntansi Untuk Modal.................................................................43

B. Pinjaman Yang Diterima....................................................................46

1. Pengertian Pinjaman Yang Diterima.............................................46

2. Pencatatan Pinjaman Yang Diterima Direktur..............................47

iii
3. Jenis-Jenis Pinjaman Yang Diterima

.........................................................................................47

4. Akuntansi Untuk Pinjaman Yang Diterima

.........................................................................................48

BAB III PENUTUP

.............................................................................................................................58

A. Kesimpulan................................................................................

........58

B. Saran.........................................................................................

........59

DAFTAR PUSTAKA

.............................................................................................................................60

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya
manajemen bank akan berusaha untuk menjaga keberlangsungan
operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya
diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing
sebuah bank harus bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi dan
mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan
mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem
informasi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat
sebagai penggerak aktivitas.
Ketentuan jumlah modal inti di bank umum maupun modal
disetor di BPR bisa berbeda, namun untuk rasio kecukupan modal
adalah 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko baik di BPR
maupun Bank Umum. Rasio kecukupan modal di bank harus
memperhitungkan risiko pasar, karena itu akan dibahas mengenai
jenis modal dan akuntansinya serta teknis perhitungan rasio
kecukupan modal di BPR dan Bank Umum.
Selain dana masyarakat yang lazimnya diserap oleh bank,
seringkali suatu bank menerima pinjaman dari pihak ketiga yang
bukan nasabah perorangan, seperti lembaga keuangan di dalam
atau luar negeri, pemerintah atau lembaga lainnya. Pinjaman ini
akan menambah komponen dana suatu bank disisi passiva. Dari
segi penggolongan hutang, lazimnya dana dalam bentuk pinjaman
yang diterima ini akan dibukukan sebagai hutang jangka panjang.
Dana ini memiliki bunga dan harus diadministrasikan setiap kali
jatuh tempo. Jadi pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman
yanq diterima dari bank atau pihak lain termasuk dari Bank

1
Indonesia baik dalam rupiah Maupin dalam mata uang asing, dan
harus dibayar bila telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman
yang diterima tidak termasuk pinjaman subordinasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan yang akan dibahas pada penulisan ini,sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep akuntansi modal bank dalam akuntansi
perbankan?
2. Bagaimana konsep pinjaman yang diterima dalam akuntansi
perbankan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui konsep akuntansi modal bank dalam
akuntansi perbankan.
2. Untuk mengetahui konsep pinjaman yang diterima dalam
akuntansi perbankan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Modal Bank
1. Pengertian Modal Bank
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik
dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk
membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi
regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.1
Modal menjadi faktor penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank. Terutama dalam upaya menjaga tingkat
kepercayaan kepada masyarakat. Semakin baik tingkat
pengelolaan modal dari suatu perbankan maka kemungkinan, baik
pula tingkat kepercayaan masyarakat.

Demikian juga sebaliknya, semakin buruk suatu perbankan


dalam pengelolaan modal maka memungkinkan buruk pula tingkat
kepercayaan masyarakat. Walaupun prediksi ini bisa juga salah,
karena modal sebenarnya bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank.

Dalam pemanfaatan dana untuk aktifitas pengembangan


modalnya (investasi), bank memiliki dua kemungkinan;
kemungkinan untung dan kemungkinan rugi. Adanya modal sangat
penting artinya bagi perkembangan investasi, guna mendapatkan
hasil yang besar.2

2. Klasifikasi Modal
Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan
sesuai Standar Bank For International Settlements, yaitu :3
a. Modal Inti (Tier 1)

1
Taswan, Akuntansi Perbankan (Semarang: UPP STIM YKPN, 2008), 137.
2
Sinungan Muchdarsyah, Strategi Manajemen Bank (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta,
1994), 83.
3
Taswan, Akuntansi Perbankan (Semarang: UPP STIM YKPN, 2008), 138.

3
Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan,
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba
diperoleh setelah perhitungan pajak.
1) Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
2) Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat
dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal ini
sering disebut modal donasi.
3) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari
penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah
dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat umum
pemegang saham.
4) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham.
5) Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah
dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham
diputuskan untuk tidak dibagikan.
6) Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi
pajak yang belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum
pemegang saham.
7) Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang
pajak. Laba tahun lalu berjalan ini hanya diperhitungkan
sebagai modal inti sebesar 50%.

Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank


dan modal yang berasal dari cadangan yang dibentuk ditambah
dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti terletak pada
modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat
tergantung laba yang diperoleh dan kebijakan Rapat Umum
Pemegang Saham.

4
Untuk modal disetor berupa saham biasa. Pemegang
saham basa memliki hak suara, sehingga dapat mengendalikan
manajemen bank. Pada saham preferen, pemegangnya tidak
mempunyai hak suara namun pembagian dividennya akan
didahulukan sebelum membayar dividen saham biasa.

Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga


nominal. Selisih harga saham diatas nilai nominal dicatat sebagai
agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai nominal dicatat
sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir
periode dan disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.

Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital)


merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada
bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau saham
biasa. Niai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal
ditambah dengan disagio saham atau nilai nominal dikurangi
disagio saham. Sedangkan nilai nominal merupakan nilai
kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai
nominal ditentukan berkaitan dengan kepentingan hukum,
misalnya untuk proteksi terhadap kreditur. Dalam hal bank emiten
menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka penyajian
dalam neraca saham preferen harus didahulukan.4

Contoh:

1) Tanggal 2 januari 2012 telah diterima setoran awal dana dari


Bapak Surya Darma untuk modal bank berupa uang tunai Rp
500.000.000, aktiva tetap berupa tanah senilai Rp
600.000.000, kendaraan baru dan belum disusut senilai Rp
200.000.000, inventaris kantor senilai Rp 200.000.000.
setoran ini dicatat dalam bentuk saham biasa untuk 150.000

4
Ibid., 139.

5
lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar, kurs
103%.
2) Tanggal 10 januari 2012 dijual saham biasa 10.000 lembar
dengan nominal Rp 5000, kurs 97%. Pembayaran diterima
tunai.

Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l

2/1/201 Dr. Kas 545.000.00


2 0

Dr. AT. Tanah 600.000.00


0

Dr. AT. Kendaraan 200.000.00


0

Dr. AT. inventaris kantor 200.000.00


0

Cr. Modal disetor saham 1.500.000.00


biasa 0

Cr. Agio saham 45.000.000

Dr. Kas 48.500.000

Dr. Disagio saham 1.500.000

Cr. Modal disetor saham


50.000.000
biasa

Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan


dari calon investor. Saham yang dijual secara pesanan harus

6
diserahkan setelah dilunasi seluruhnya. Perlakuan akuntansi untuk
pemesanan saham adalah emiten akan mendebet piutan
pemesanan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan.
Apabila pemesan tidak melunasi sisa pembayaran saham, maka
emiten dapat mengembalikan jumlah pembayaran sebelumnya,
atau dijadikan hak milik emiten (bila ada perjanjian) dan
dimasukkan dalam komponen tambahan modal dengan perkiraan
tambahan modal-pembatalan pemesanan saham. Cara lain untuk
mengatasi ini adalah dengan mengeluarkan saham yang jumlahnya
sama dengan jumlah pembayaran yang telah diterima. Alternatif-
alternatif ini dilakukan berdasarkan perjanjan yang telah disepakati
antara emiten dengan calon pemodal.

Contoh transaksi pemesanan saham :

1) Tanggal 15 juni 2012 Bank Mitra Buana menerima pesanan


saham 100.000 lembar saham biasa dari PT Mirana dengan
kurs 102. Harga nominal per lembar Rp 10.000. uang muka
pesanan saham diterima 60% tunai.
2) Tanggal 30 juni 2012 pesanan saham tersebut dilunasi secara
tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6-2012 Dr. Kas 612.000.000

Dr. Piutang- PT
408.000.000
Mirana

Cr. Modal
1.000.000.000
saham dipesan

Cr. Agio
20.000.000
saham

7
30/6-2012 Dr. Kas 408.000.000

Dr. Modal 1.000.000.00


saham dipesan 0

Cr. Piutang
408.000.000
– PT Mirana

Cr. Modal
disetor-saham 1.000.000.000
biasa

Bila dikemudian hari pemesanan saham tidak mampu


melunasi kekurangannya dan bank selaku emiten harus
mencatatnya sesuai dengan perjanjian yang disepakati awal.

Contoh :

Bila pesanan saham yang dilakukan oleh PT Mirana tidak


dilunasi, dan bank Mitra Buana mengembalikannya sebesar 80%
dari nilai yang telah dibayar, maka jurnalnya:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6-2012 Dr. Agio saham 20.000.000

Dr. modal saham


1.000.000.000
yang dipesan

Cr. Piutang
408.000.000
– PT Mirana

Cr. Kas 489.000.000

Cr.
122.400.000
Pendapatan lain-
lain

8
Keterangan :

Telah Diterima Tunai = Rp 612.000.000

Dikembalikan 80% = Rp 489.600.000

Pendapatan lain-lain = Rp 122.400.000

 Pembelian Kembali Saham


Struktur modal bank menjadi pertimbangan penting bagi
pemilik lama, oleh karena itu pembelian kembali saham yang
telah beredar dapat dilakukan dalam kerangka untuk
mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile
takeover, memenuhi tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi
penurunan skala operasi bank yang semakin menurun
sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali
disebut saham treasuri.5
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua
macam.(1) dicatat berdasarkan harga perolehan, (2) dicatat
sebesar harga nominal. Selisih antara jumlah yang dibayarkan
pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima
pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau
rugi suatu bank. Sehingga saham treasuri tidak boleh
diperlakukan sebagai aktiva bank, namun hanya sebagai
pengurang terhadap modal saham.
Saham yang diperoleh kembali yang dicatat sebesar
harga perolehan, maka pada saat dijual kembal juga dicatat
atau dikreditkan sebesr harga perolehannya. Selisih harga jual
kembali dengan harga perolehannya diperlakukan sebagai
tambahan modal, sebaliknya bila harga jual kembali lebih
rendah dari harga perolehannya maka selisihnya diperlakukan
sebagai pengurang modal, dalam hal ini dibebankan pada
rekening tambahan modal untuk saham treasuri. Bila saldo

5
Ibid., 141.

9
tambahan modal saham treasuri tidak mencukupi untuk
menanggung kerugian penjualan saham treasuri, maka dapat
dibebankan pada laba ditahan.
Pada metode harga nominal, saham yang diperoleh
kembali dicatat sebesar harga nominal dan disajikan sebagai
pengurang terhadap modal saham. Bila harga perolehan
kembali saham treasuri semula dikeluarkan dengan harga
diatas harga nominal (harga pari), maka harus didebet agio
saham. Kalau jumlah yang dibayarkan lebih besar daripada
pada saat pengeluaran saham, maka dapat mendebet rekening
laba ditahan, sebaliknya bila yang dibayarkan lebih kecil
daripada saat pengeluaran saham maka dikreditkan tambahan
modal-saham treasuri.
Contoh:
1) Tanggal 1 juni 2012 Bank ABC melakukan emisi saham
biasa 100.000 lembar dengan nominal Rp 5000 per
lembar. Kurs 106.
2) Tanggal 30 juni 2012 Bank ABC membeli kembali 10.000
lembar sahamnya dengan kurs 103.
3) Tanggal 30 juli 2012 Bank ABC menjual kembali saham
treasuri sebanyak 10.000 lembar dengan kurs 104.
4) Tanggal 1 agustus 2012 Bank ABC menjual kembali
10.000 lembar saham treasuri dengan kurs 96.

Jurnal untuk transaksi ini adalah :

Metode harga perolehan

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/6-2012 Dr. Kas 530.000.000

Cr. Modal saham 500.000.000

10
Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2012 Dr. saham treasuri 51.500.000

Cr. kas 51.500.000

30/7-2012 Dr. kas 52.000.000

Cr. Saham treasuri 51.500.000

Cr. Tambahan
500.000
modal- ST

1/8-2012 Dr. kas 48.000.000

Dr. tambahan modal -


3.500.000
ST

Cr. Saham treasuri 51.500.000

Metode harga nominal

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/6-2012 Dr. Kas 530.000.000

Cr. Modal saham 500.000.000

Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2012 Dr. saham treasuri 50.000.000

Dr. agio saham 1.500.000

11
Cr. kas 51.500.000

30/7-2012 Dr. kas 52.000.000

Cr. Saham
50.000.000
treasuri

Cr. Agio modal


2.000.000
saham

1/8-2012 Dr. kas 48.000.000

Dr. agio modal saham 2.000.000

Cr. Saham
50.000.000
treasuri

 Penarikan Kembali Saham Treasuri


Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham
tersebut tidak akan diedarkan kembali. Perlakuan akuntansi
untuk saham treasuri yang ditarik tergantung metode
pencatatan sebelumnya. Bila berdasarkan harga perolehan,
kenaikan atau penurunan modal dari saham treasuri harus
diakui pada saat saham tersebut ditarik kembali.
Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat
dilakukan dengan kerangka untuk mempertahankan struktur
kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi
tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala
operasi bank yang semakin menurun sehingga tidak perlu
modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut saham
treasuri.6
6
Ibid., 143.

12
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari
dua macam. Yang pertama dicatat berdasarkan harga
perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga
nominal.
Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga
perolehan, maka pada saat dijual kembali juga dicatat atau
dikreditkan sebesar harga perolehannya. Bila pembelian
saham treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat
digunakan Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP).
Dan disajikan sebagai pengurang modal saham.
Pencatatan didasarkan pada harga nominal. Pada
metode ini saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar
harga nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap
modal saham. Bila pencatatannya didasarkan pada harga
nominal, pada saat penarikan tidak perlu mengakui selisih
atau kenaikan/penurunan tesebut.
Contoh :
Misalkan setelah terjadi transaksi pembelian kembali saham
treasuri di Bank ABC pada tanggal 30 juni 2012, Bank ABC
menyatakan menarik 10.000 lembar saham treasuri tersebut
pada tanggal 15 juli 2012. Maka pencatatannya adalah :
Berdasarkan metode harga perolehan

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6- Dr. modal saham


50.000.000
2012

Dr. agio saham 3.000.000

Cr. Tambahan
modal – Sh. 1.500.000
treasuri

13
Cr. Saham
51.500.000
treasuri

Berdasarkan metode harga nominal

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/7- Dr. modal saham


50.000.000
2012

Cr. Saham
50.000.000
treasuri

b. Modal Pelengkap (Tier 2)


Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang
dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman, serta
pinjaman subordinasi.
1) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang
dibentuk dari selisih penilainan kembali aktiva tetap yang
telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jendral
Pajak.
2) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk
dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan,
dengan maksud untuk menampung kerugian
yangmungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya
kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya.
3) Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh
instrument atau warkat yang memiliki sifat-sifat seperti
modal dan mempunya cirri-ciri tidak dijamin oleh bank
yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas
inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI, mempunyai
kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-
cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank

14
belum likuidasi, dan pembayaran bunga dapat
ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau
labanya tidak mendukung untuk membayar bunga
tersebut.

Modal pinjaman sebelumnya disebut modal kuasi


(hybrid debt/equity capital instrument). Dalam
perhitungan CAR, modal pinjaman termasuk komponen
modal pelengkap. Untuk itu sifat modal pinjaman
mempunyai kedudukan sama dengan modal pada
umumnya. Modal pinjaman dimaksud adalah pinjaman
yang didukung dengan menggunakan instumen yang
disebut capital assets, loan stock, atau warkat lain yang
dipersamakan dengan itu dan mempunyai sifat seperti
modal. Modal pinjaman memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:7

a) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan,


dipersamakan dengan modal (pinjaman subordinasi)
dan telah dibayar penuh.
b) Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik
tanpa persetujuan Bank Indonesia.
c) Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal
dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba yang
ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk
modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.
d) Pembayaran bungan dapat ditangguhkan apabila
bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak
mendukung untuk membayar bunga tersebut.

Pencatatan modal pinjaman dimulai saat penerbitan atau


penjualan warkat modal pinjaman. Modal pinjaman dicatat
sebesar nilai nominal. Biaya-biaya penerbitan warkat modal
7
Ibid., 144.

15
pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortisasi secara
sistematis selama taksiran jangka waktunya, yang selama-
lamanya 5 tahun.
Debit Kredit
Tgl/keterangan Rekening
(Rp) (Rp)

Saat Dr. giro bank-bank lain Rp


penerbitan

(penjualan Dr. biaya penerbitan Rp


warkat) modal pinjaman dibayar
dimuka

Cr. Modal pinjaman Rp

Saat Dr. biaya penerbitan Rp


amortisasi modal pinjaman

Biaya Cr. Biaya penerbitan Rp


penerbitan modal pinjaman
dibayar dimuka

Saat Dr. biaya bunga Rp


penyesuaian
bunga

Cr. Bunga MP masih Rp


harus dibayar

Saat Dr. bunga MP masih Rp

16
pembayaran harus dibayar
bunga

Cr. Kas/giro bank- Rp


bank lain

Saat Dr. modal pinjaman Rp


pelunasan
pokok

pinjaman Cr. Giro BI/kas/giro Rp


bank-bank lain

4) Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi


syarat-syarat ada perjanjian tertulis, mendapat
persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutan dan telah disetor penuh dengan minimal
jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh tempo
harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih
berada pada urutan paling akhir dalam hal bank likuidasi.

Sumber dana ini dapat dikatan sama kedudukannya


dengan modal bank karena jangka waktunya sangat panjang
dan mempunyai hak tagih paling akhir. Dengan kata lain
pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang hak tagihnya
dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada. Pinjaman subordinasi ini diperhitungkan
dalam komponen Capital Adequacy Ratio sebesar 50% dari
modal inti. Modal inti terdiri dari modal disetor, modal
disumbangkan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba
ditahan, laba tahun-tahun lalu, 50% laba tahun berjalan,

17
goodwill, yang telah dikurangi dengan kerugian tahun lalu
dan tahun berjalan.8

Pinjaman yang diterima bank dapat dkelompokkan


pinjaman subordinasi bila memenuhi persyaratan:

1) Ada perjanjian tertentu antara bank dengan pemberi


pinjaman.
2) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank
Indonesia. Dalam hal ini bank yang mengajukan
permohonan persetujuan harus menyampaikan program
pembayaran kembali pinjaman subordinasi tersebut.
3) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah
dibayar penuh.
4) Jangka waktu pinjaman minimal 5 tahun.
5) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat
persetujuan dari Bank Indonesiam, dan dengan
pelunasan tersebut permodalan bank yang bersangkutan
tetap sehat.
6) Hak tagihnya berlaku paling akhir dalam hal terjadi
likuidasi (kedudukannya sama dengan modal bank).
 Akuntansi Pinjaman Subordinasi
Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan
akuntansi pinjaman diterima. Pencatatan dimulai dari
komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan
pencatatan selama periode pinjaman subordinasi berupa
angsuran pokok dan bunga.

Debit Kredit
Tanggal/keterangan Rekening
(Rp) (Rp)

Komitmen ditanda Dr. fasilitas pinjaman


subordinasi

8
Ibid., 145

18
tangani Disetujui dan belum
direalisasi

Saat pinjaman Cr. Fasilitas


pinjaman

direalisasi Subordinasi
disetujui dan
belum direalisasi

Dr. giro BI

Cr. Pinjaman
subordinasi

Penyesuaian bunga Dr. biaya bunga

Akhir setiap akhir Cr. Bunga yang


periode masih harus
dibayar

Pembayaran bunga Dr. bunga yang masih


setelah penyesuaian harus dibayar

Cr. Giro BI /bank-


bank -lain

Saat pelunasan Dr. pinjaman subordinasi

19
Cr. Giro BI/Bank-
bank lain

c. Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)


1) Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap
tambahan untuk tujuan perhitungan Kebutuhan
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) secara individu dan/atau secara
konsolidasi dengan perusahaan anak.
2) Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM
hanya dapat digunakan untuk memperhitungkan risiko
pasar.
3) Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap
tambahan adalah pinjaman subordinasi jangka pendek
yang memenuhi criteria sebagai berikut:
a) Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang
bersangkutan dan telah disetor penuh
b) Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya
2 tahun
c) Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang
ditetapkan dalam perjanjian pinjaman kecuali dengan
persetujuan BI
d) Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause)
yang menyatakan bahwa tidak dapat dilakukan
pembayaran pokok atau bunga, termasuk
pembayaran pada saat jatuh tempo, apabila
pembayaran dimaksud dapat menyebabkan KPMM
secara individual atau secara konsolidasi dengan
perusahaan anak tidak memenuhi ketentuan yang
berlaku.
e) Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk
jadwal pelunasannya, dan

20
f) Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4) Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan
risiko pasar hanya dapat digunakan dengan memenuhi
criteria :
a) Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang
dialokasikan untuk memperhitungkan risiko pasar
b) Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap
tambahan paling tinggi sebesar 100% dari modal inti
5) Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat
ditambahkan untuk modal pelengkap tambahan dengan
memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6) Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan yang berlaku dan melebihi 50% modal ini,
dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap
tambahan dengan tetap memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.9
3. Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat
Tata cara perhitungan kecukupan modal bank
perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara:10
a. Dalam menghitung ATMR, pos – pos aktiva diberikan bobot
risiko yang besarnya didasarkan pada risiko yang
terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang
didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin
atau sifat barang jaminan.
b. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian
bobot risiko adalah:

0% a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan
deposito yang diblokir pada BPR yang bersangkutan
9
Ibid., 147
10
Khadijah, Mortigor Afrizal Purba, Dan ASEAN CPA, Akuntansi Perbankan (Batam:
September, 2021), 63.

21
disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan
logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan
dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20% a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau
Pemerintah Daerah.
40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak
tanggungan pertama dengan tujuan untuk dihuni.
50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau
BUMD. Yang dimaksud dengan BUMN sebagai
penjamin adalah lembaga penjamin kredit milik
Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD
sebagai penjamin adalah BUMD yang melakukan
usaha sebagai perusahaan penjamin dan
melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit
dengan lembaga penjamin kredit milik Pemerintah
Pusat.
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi
persyaratan sbb:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit
adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota
TNI/POLRI, pegawai lembaga negara atau
pegawai BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota
TNI/POLRI, pensiunan pegawai lembaga
negara atau pensiunan pegawai
BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi
jiwa dari perusahaan asuransi yang memiliki

22
kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang
berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh
akuntan publik dan memenuhi ketentuan
tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan
ketentuan perundang – undangan yang
berlaku; dan
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit
bersumber daru gaji/pensiun berdasarkan Surat
Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR.
Dalam hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan
melalui bank lain atau BUMN lain, maka BPR
harus memiliki perjanjian kerjasama dengan
bank lain atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun
untuk melakukan pemotongan gaj/pensiun dalam
rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit;
dan
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan
pegawai atau surat keputusan pensiun atau
Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan
polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85% Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada
usaha mikro adalah kredit dengan plafon sampai
dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta
rupiah)
100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan,
koperasi atau kelompok dengan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.

23
c. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan
atau Macet dalam perhitungan ATMR dinilai sebesar nilai
buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva
produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan
Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
mengenai KAP dan PPAP BPR.
Tabel 1 1.1. Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) BPR

Bobot
Komponen Nominal Risik ATMR
o (%)
ATMR
I AKTIVA NERACA
1.1 Kas
0
1.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
0
1.3 Kredit dengan agunan berupa SBI,
0
tabungan dan deposito yang diblokir dengan
BPR yang bersangkutan disertai dengan
surat kuasa pencairan emas dan logam
mulia, sebesar nilai terendah antara agunan
dan baki debet.
*) 0
1.4 Kredit kepada pemerintah pusat
**) 20
1.5 Giro, Deposito berjangka, sertifikat deposito,
Tabungan serta tagihan lainnya kepada
bank lain
*) 20
1.6 Kredit kepada atau yang dijamin bank lain
atau pemerintah daerah
*) 40
1.7 Kredit kepemilikan rumah (KPR) yang
dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan

24
tujuan untuk dihuni
1.8 Kredit kepda atau yang dijamin oleh bank *) 50
lain atau BUMN/BUMD
1.9 Kredit kepada pegawai/pensiunan *) 50
1.10 Kredit kepada usaha mikro dan kecil *) 85
1.11 Kredit kepada atau yang dijaminoleh: *) 100
a. Perorangan
b. Koperasi
c. Kelompok dan perusahaan lainnya
1.12 Aktiva Tetap dan Inventaris (nilai buku) *) 100
1.13 Aktiva lainnya selain tersebut di atas *) 100

II JUMLAH ATMR

 Tata Cara Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum


Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank
Perkreditan Rakyat dilakukan dengan cara sebagai berikut:11
a. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang
dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal pos-pos
aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan
atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku
dengan bobot risiko masing-masing. Dalam hal ini ATMR
mengacu pada SE no. 8/28/DPBI/2006 dan untuk Kualitas
Aktiva Produktif mengacu pada PBI no. 8/19/PBI/2006.
b. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
c. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk
mengetahui jumlah modal BPR.
d. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah
ATMR dengan8% (delapan perseratus).

11
Ibid., 67.

25
e. Menghitung kekurangan modal dengan cara
membandingkan jumlah modal minimum pada angka 4
dengan jumlah modal pada angka 3.
f. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah
modal BPR pada angka 3 dengan ATMR pada angka 2.
Tabel 11.2 Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum BPR

Jumlah
Keterangan setiap Jumlah
komponen
MODAL
I MODAL INTI
1.1 Modal disetor
1.2 Agio
1.3 Disagio
1.4 Modal disumbangkan
1.5 Dana setoran modal
1.6 Cadangan umum
1.7 Cadangan tujuan
1.8 Laba ditahan
1.9 Laba tahun-tahun lalu
1.10 Rugi tahun-tahun lalu
1.11 Laba tahun berjalan setelah
dikurangi kekurangan PPAP (Max.
50% setelah dikurangi taksiran hutang
PPh)
1.12 Rugi tahun berjalan
1.13 Sub total
1.14 Goodwill
1.15 Jumlah modal inti

II MODAL PELENGKAP

26
2.1 Cadangan revaluasi aktiva tetap
2.2 Penyisihan penghapusan aktiva
produktif umum (max. 1,25%
dari ATMR)
2.3 Modal pinjaman
2.4 Pinjaman subordinasi, (maks.
50% dari modal inti)
2.5 Jumlah modal pelengkap (maks.
100% dari modal inti)
III JUMLAH MODAL (1.15-2.5)
MODAL MINIMUN (8% X ATMR)
JUMLAH KEKURANGAN MODAL
RASIO PMM (CAR=JUMLAH
MODAL/ATMR)

Contoh:

BPR XYZ mempunyai laporan keuangan berupa neraca dan


laporan laba rugi per 31 Desember 2011 seperti pada tabel 3
dan 4 berikut ini:
Tabel 11.3 Neraca BPR XYZ per 31 Desember 2011
A Aktiva: Jumlah (Rp)
1 Kas 63.647.000
2 Antar bank aktiva 21.869.000
3 Wesel promes dan tagihan lainnya
4 Efek-efek
5 Kredit diberikan 6.158.978.000
Penyisihan penghapusan aktiva
6 -205.541.000
produktif
7 Aktiva tetap dan inventaris 295.233.000
Akumulasi aktiva tetap dan
8 40.750.000
inventaris

27
9 Rupa – rupa aktiva 25.028.000
Jumlah aktiva 6.318.464.000

B Pasiva:
1 Kewajiban segera dibayar:
a. Pemerintah
b. Lainnya 11.800.000
2 Tabungan 125.091.000
3 Deposito berjangka 3.885.000.000
Pinjaman diterima pihak III bukan
4 650.000.000
bank
5 Antar bank pasiva
a. Pinjaman diterima 498.484.000
b. Deposito berjangka 510.000.000
6 Rupa-rupa pasiva 104.000
7 Modal disetor:
a. Modal dasar 500.000.000
b. Belum disetor
8 Laba/rugi (ditahan) 137.985.000
6.318.464.000

Tabel 11.4 Laporan laba/rugi BPR XYZ per 31 desember


2011
No
Rekening Jumlah (Rp)
.
1 Pendapatan operasional:
a. Pendapatan bunga 1.660.100.000
b. Provisi dan komisi 100.462.000
c. Pendapatan lainnya 13.230.000
Jumlah pendapatan operasional 1.773.792.000
2 Pendapatan non operasional 9.750.000
Jumlah pendapatan 1.783.542.000

28
3 Biaya operasional:
a. Biaya bunga 1.390.409.000
b. Biaya tenaga kerja 75.525.000
c. Biaya sewa gedung kantor 2.500.000
d. Biaya pemeliharaan dan perbaikan 16.130.000
e. Biaya pengadaan barang dan jasa
19.996.000
pihak III
f. Biaya honorarium 150.000
g. Biaya penyisihan penghapusan AP 123.500.000
h. Biaya penyusutan 50.270.000
i. Biaya operasional lainnya 39.694.000
Jumlah biaya operasional 1.718.174.000
4 Biaya non operasional 4.520.000
Jumlah biaya 1.722.694.000
Rugi/laba tahun berjalan sebelum pajak
5 60.848.000
(laba)
Sisa rugi/laba tahun lalu sebelum pajak
6 77.137.000
(laba)
7 Jumlah laba 137.985.000

Tabel 11.5 Hasil perhitungan ATMR BPR XYZ per 31


desember 2011
Bobo
No t ATMR (Rp)
Keterangan Jumlah (a)
. risiko axb
(b)
Aktiva tertimbang
I menurut risiko
(ATMR)
Aktiva neraca:
1. Kas 63.647.000
2. Sertifkat bank 0

29
indonesia
3. Kredit dengan
agunan berupa
SBI, tabungan dan
deposito yang
diblokir pada BPR
yang bersangkutan
disertai dengan
0
surat kusa
pencairan emas
dan logam mulia,
sebesar nilai
terendah antara
agunan dan baki
debet.
4. Kredit kepada
0
pemerintah pusat
5. Giro, deposito
berjangka, sertifikat
deposito tabungan 21.869.000 20 4.373.800
serta tagihan
lainnya
6. Kredit kepada
atau yang dijamin
bank 20
lain/pemerintah
daerah
7. KPR yang 40
dijamin oleh
hipotik/hak
tanggungan
pertama dengan

30
tujuan huni
8. Kredit kepada
atau yang dijamin
oleh bumn/bumd
9. Kredit kepada
pegawai/perusaha 50
an
10. Kredit kepada
50
pegawai/pensiunan
11. kredit kepada
6.158.978.00 5.235.131.30
usaha mikro dan 85
0 0
kecil
12. Tagihan
kepada atau
tagihan yang
dijamin oleh
a. BUMD 100
b. Perorangan 100
c. Koperasi 100
d. Perusahaan
100
lainnya
e. Lain-lain 100
13. Aktiva tetap
dan inventaris (nilai 244.483.000 100 244.483.000
buku)
14. Aktiva lainnya
selain disebut di 25.028.000 100 25.028.000
atas
5.509.016.10
Jumlah ATMR
0

31
Tabel 11.6 Hasil perhitungan CAR BPR XYZ per 31
desember 2011
Jumlah per
No. Keterangan komponen Jumlah (Rp)
(RP)
II Modal

1. Modal inti
1.1 Modal disetor 500.000.000
1.2 Modal
disumbangkan
1.3 Cadangan umum
1.4 Cadangan tujuan
1.5 Laba ditahan
1.6 Laba tahun-tahun
77.137.000
lalu
1.7 Rugi tahun-tahun
lalu -/-
1.8 Laba tahun
30.424.000
berjalan (50%)
1.9 Rugi tahun
berjalan -/-
1.10 Sub total 607.561.000
1.11 Good will -/-
1.12 Jumlah modal
607.561.000
inti
2. Modal Pelengkap
2.1 Cad. Rev. aktiva
tetap
2.2 Penyisihan 80.410.785
penghapusan aktiva

32
produktif (maks. 1.25%
ATMR)
2.3 Modal kuasi
2.4 Pinjaman
subordinasi, (maks.
50% modal inti)
2.5 Jumlah modal
80.410.785
pelengkap
2.6 Jumlah modal
pelengkap yang
80.410.785
diperhitungkan (maks.
100% dari modal inti)
Jumlah modal
687.971.785
(1.12+2.6)

Modal Maksimum (8%


III 440.721.288
ATMR)

Kelebihan atau
IV 247.250.497
kekurangan modal

CAR = (Jumlah modal /


V 12,49%
ATMR) x 100%

4. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) Bank


Umum
Perhitungan rasio kecukupan modal pada bank umum
memiliki perbedaan dengan tata cara perhitungan rasio
kecukupan modal pada BPR. Pada bank umum, untuk
menentukan kecukupan modal perlu memasukkan risiko pasar.
Metode standar menggunakan pendekatan pengukuran
risiko pasar dan perhitungan kecukupan modal yang

33
terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun
berdasarkan perkembangan dan tuntutan yang ada termasuk
sejalan dengan perkembangan instrumen keuangan dan
semakin komleksnya usaha bank, maka telah dilakukan
penyempurnaan kembali terhadap penggunaan metode standar
dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
dengan memperhitungkan risiko pasar.12
Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban
penyediaan modal minimum bank umum dengan
memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran
BI no.9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007. Pada intinya
pendekatan ini adalah:

a. Pendekatan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit


dan risiko pasar dilakukan dengan formula sebagai berikut:
(Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) - Penyertaan
KPMM =
ATMR (Risiko Kredit) + 12,5 x Beban Modal Untuk Risiko
Pasar
= 8% (Minimum)

b. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar


sebagaimana dimaksud pada angka 1, bank wajib
memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar
8% sesuai ketentuan yang berlaku dengan formula:

(Tier 1 + Tier 2) - Penyertaan


KPMM = = 8% (Minimum)
ATMR (Risiko Kredit)

12
Ibid., 69.

34
c. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan
modal, risiko kredit dan risiko pasar dilakukan terhadap
data/posisi secara konsolidasi.
d. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1, bank harus melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)
untuk risiko kredit sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis
risiko pasar.
3) Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap
surat berharga, eksposur yang termasuk dalam trading
book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk risiko
suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh
BUMN/Swasta dikeluarkan dari perhitungan ATMR
berdasarkan risiko kredit.
4) Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar
(market risk weighted exposures), dengan cara
mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh
jenis pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi
ekuivalen dengan ATMR (dikalikan dengan angka 12,5,
yaitu 100/8).
5) Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan
eksposur tertimbang menurut risiko pasar.
6) Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier
1), modal pelengkap (tier 2), dan modal pelengkap
tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup risiko
pasar setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan
KPMM secara konsolidasi, penyertaan yang menjadi
pengurang modal adalah penyertaan bank kepada
perusahaan anak yang tidak wajib dikonsolidasikan
sesuai ketentuan yang berlaku.

35
7) Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf
f dengan jumlah ATMR dan eksposur tertimbang
sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasilnya
dinyatakan dalam persentase.
e. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam
perhitungan rasio KPMM adalah sebesar modal yang
dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
f. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi
persyaratan namun tidak digunakan dalam perhitungan rasio
KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4, dihitung
sebagai rasio kelebihan modal pelengkap tambahan (excess
tier 3 capital ratio), dengan formula:
Rasio Kelebihan Kelebihan Modal PelengkapTambahan
Modal Pelengkap =
Tambahan ATMR (Risiko Kredit) + ATMR (Risiko Pasar)

Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau


kebutuhan penyediaan modal minimum (KPMM) dapat
menggunakan formulir seperti tabel 11.8 (untuk bank yang tidak
memenuhi anak perusahaan) dan tabel 11.9 untuk bank umum
yang memiliki anak perusahaan.
Tabel 11.7. Formulir Perhitungan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko sesuai SE BI no.8/3 DPNP per
30 Januari 2006
Bobot
No Nominal
Aktiva Administratif Risiko ATMR
. (Rp)
(Rp)
AKTIVA NERACA (Rupiah
A
dan Valas)
Aktiva Neraca (Rupiah dan
I
Valas)
1. Kas 0

36
2. Emas dan
Commemorative Coins:
2.1. Emas dan
0
mata uang emas
0
2.2. Commemorativ
e coins
3. Bank indonesia
3.1. Giro pada
bank indonesia 0
3.2. Sertifikat bank 0
indonesia 0
3.3. Call money 0
3.4. Lainnya
4. Tagihan pada bank lain:
4.1. Pada bank
sentral negara lain
*) 0
4.2. Pada bank lain
*) 0
yang dijamin oleh
pemerintah pusat dan
*) 20
bank sentral
4.3. Pada bank lain
5. Surat berharga yang
dimiliki: *) 0
5.1. Treasury bill negara *) 0
lain
5.2. Sertifikat bank sentral
negara lain *) 0
5.3. Surat berharga pasar
uang/pasar modal dll
5.3.1. Yang diterbitkan
dan dijamin oleh
bank sentral dan *) 0

37
pemerintah pusat
5.3.2. Yang diterbitkan
dan dijamin
dengan uang kas, *) 20
uang kertas asing,
emas, mata uang
emas, serta giro, *) 50
deposito tabungan
pada bank *) 100
bersangkutan,
sebesar nilai dari
jaminan tersebut.
5.3.3. Yang diterbitkan
atau dijamin oleh
bank lain,
pemerintah
daerah, lembaga
non departemen
di Indonesia, dan
bank
pembangunan
multilateral
5.3.4. Yang diterbitkan
dan dijamin oleh
BUMN dan
perusahaan milik
pemerintahan
pusat negara lain
5.3.5. Yang diterbitkan
dan dijamin oleh
swasta lainnya
6. Kredit

38
6.1. Kredit yang diberikan
kepada atau dijamin
oleh/dengan: *) 0
6.1.1. Bank sentral *) 0
6.1.2. Pemerintah pusat *) 0
6.1.3. Uang kas, uang
kertas asing,
emas, mata uang
emas serta giro, **) 20
deposito tabungan
pada bank
bersangkutan *) 50
sebesar nilai dari
jaminan tersebut. *) 100
6.1.4. Bank lain,
pemerintah *) 40
daerah, lembaga
non departemen di *) 50
Indonesia, bank *) 85
pembangunan
multilateral
6.1.5. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
6.1.6. Pihak-pihak
lainnya.

6.2. KPR yang


dijamin oleh hak
tanggungan pertama
dengan tujuan dihuni

39
6.3. Kredit
pegawai/pensiun
6.4. Kredit usaha
kecil
7. Tagihan lainnya
7.1. Tagihan
lainnya kepada atau *) 0
dijamin *) 0
7.1.1. Bank sentral *) 0
7.1.2. Pemerintah
pusat
7.1.3. Uang kas,
yang kertas asing, *) 20
emas, mata uang
emas, serta giro,
deposito tabungan *) 50
pada bank
bersangkutan *) 100
sebesar nilai dari
jaminan tersebut.
7.1.4. Bank lain,
pemerintah daerah,
lembaga non
departemen di
Indonesia, bank
pembangunan
multilateral
7.1.5. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
7.1.6. Pihak-pihak

40
lainnya.
8. Penyertaan *) 100
Penyertaan pada anak
perusahaan -/-
9. Aktiva tetap dan
inventaris (nilai buku) 100
9.1. Tanah gedung +/+
9.2. Akumulasi 100
penyusutan gedung -/-
9.3. Inventaris +/+
9.4. Akumulasi
penyusutan inventaris
-/-
10. Antar kantor aktiva
(netto) 100
10.1. Kegiatan operasional 100
di Indonesia (aktiva) 100
10.2. Kegiatan operasional
di Indonesia (pasiva) 100
10.3. Kegiatan operasional
di luar Indonesia
(aktiva)
10.4. Kegiatan operasional
di luar Indonesia
(pasiva)
11. Rupa-rupa aktiva 100
12. Tidak terinci 100
13. ATMR Aktiva Neraca

REKENING
B ADMINISTRATIF (Rupiah
dan Valas)

41
1. Fasilitas kredit yang
belum digunakan yang
disediakan sampai
dengan akhir tahun
takwim berjalan yang
disediakan bagi, atau
dijamin oleh/dengan, atau *) 0
yang dijamin surat *) 0
berharga yang diterbitkan *) 0
oleh:
1.1. Fasilitas kredit yang
diberikan/dijamin
1.1.1. Bank sentral *) 10
1.1.2. Pemerintah pusat
1.1.3. Uang kas, uang
kertas asing, *) 25
emas, mata uang
emas, serta giro, *) 50
deposito,
tabungan pada *) 20
bank
bersangkutan *) 25
sebesar nilai dari *) 42,5
jaminan tersebut.
1.1.4. Bank lain,
pemerintah
daerah, lembaga
non departemen
di Indonesia, bank
pembangunan
multilateral
1.1.5. BUMN dan

42
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
1.1.6. Pihak – pihak
lainnya

1.2. KPR yang


dijamin oleh hipotik
pertama dengan
tujunan untuk dihuni
1.3. Kredit
pegawai/pensiunan
1.4. Kredit usaha
kecil
2. Jaminan bank:
2.1. Dalam rangka
pemberian kredit
termasuk Standby
L/C dan risk sharing
serta endosemen *) 0
atau aval surat – *) 20
surat berharga yang
diberikan atas
permintaan: *) 50
2.1.1. Bank sentral dan
pemerintah pusat *) 100
2.1.2. Bank lain,
pemerintah
daerah, lembaga
non departemen
di Indonesia, bank
pembangunan *) 0

43
multilateral *) 10
2.1.3. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat *) 25
negara lain
2.1.4. Pihak-pihak *) 50
lainnya

2.2. Bukan dalam


rangka pemberian
kredit, seperti bid *) 0
bonds, performanve *) 4
bonds dan advance
payment bonds yang
diberikan atas *) 10
permintaan:
2.2.1. Bank sentral dan *) 20
pemerintah pusat
2.2.2. Bank lain,
pemerintah
daerah, lembaga
non departemen
di Indonesia, bank
pembangunan
multilateral
2.2.3. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
2.2.4. Pihak-pihak
lainnya

44
2.3. L/C yang
masih berlaku (tidak
termasuk standby
L/C) yang diberikan
atas permintaan:
2.3.1. Bank sentral dan
pemerintah pusat
2.3.2. Bank lain,
pemerintah
daerah, lembaga
non departemen
di Indonesia, bank
pembangunan
multilateral
2.3.3. BUMN dan
perusahaan milik
pemerintah pusat
negara lain
2.3.4. Pihak – pihak
lainnya
3. Jumlah ATMR
rekening administratif

C. Jumlah ATMR (A13+B.3) ..........

Keterangan:
*) diisi dengan jumlah nominal setelah dikurangi cadangan
khusus penyisihan penghapusan aktiva yang telah dibentuk
oleh bank.
**) diisi dengan jumlah setelah dikurangi dengan penyisihan
dalam rangka restrukturisasi kredit dan pendapatan yang
ditangguhkan yang berasal dari restrukturisasi kredit.

45
Tabel 11.8. Formulir Perhitungan Rasio Kecukupan Modal
Minimum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
(Tanpa Atau Tidak Ada)

1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko


A
kredit (sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai
B
ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang,
C
sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
4. Penyertaan yang dilakukan Bank D
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk
E
Risiko Kredit
6. Total ATMR Risiko Pasar
Risiko Perubahan 12,5xT
Risiko suku bunga
Risiko Harga Option otal
Nilai Risiko Risiko Total (Ekuiv
Risiko Risiko
Tukar Suku Nilai alen
Spesifik Umum
Bunga Tukar ATMR)
F G H I J K L
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko
M
Pasar (minimun 28.5% x total beban modal)
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi
Risiko Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan untuk Modal N
Pelengkap Tambahan)
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan O
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat
diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2
tahun dan memenuhi kriteria Pinjaman Subordinasi yang
dapat diperhitungkan sebagai komponen modal
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk P

46
mengantisipasi risiko pasar
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal
Q
Pelengkap Tambahan)
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat
berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan risiko R
spesifik
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar) S
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah
T
memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan U

Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
K = F+G+H+I+J;
L = 12,5 x K;
S = A+L;
T = Q/S;
U = (O-P) / Q
Tabel 11.9 Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Dengan
Memperhitungkan Risiko Pasar (Konsolidasi Atau
Ada Anak Perusahaan)
1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko
A
kredit (sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai
B
ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang,
C
sesuai ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
4. Penyertaan yang dilakukan Bank D
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk
E
Risiko Kredit

47
6. Total ATMR Risiko Pasar
12,5x
Risik T Total
Risiko Risiko
Risiko suku Risiko o o (Ekui
Nilai Perubahan
bunga Ekuitas komo t valen
Tukar Harga Option
ditas al ATM
R)
Risik Risik Ri Ri R
o o sik sik i
spesi umu o o s
Ri
fik m su nil i
si
ku ai k
k
Risi bu tu o
o
Risiko ko ng ka k
e
Spesifik Um a r o
k
um m
ui
o
ta
d
s
it
a
s
F G H I J K L M N O P Q
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar
R
(minimun 28.5% x total beban modal)
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko
Pasar (yaitu yang dapat ditambahkan untuk Modal Pelengkap S
Tambahan)
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan T
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat
diperhitungkan dalam Modal Pelengkap
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2 tahun
dan memenuhi kriteria Pinjaman Subordinasi yang dapat

48
diperhitungkan sebagai komponen modal
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk
U
mengantisipasi risiko pasar
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal Pelengkap
V
Tambahan)
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat
berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan risiko W
spesifik
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar) X
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah
Y
memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan Z

Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
P = F+G+H+I+J+K+L+M+N+O;
Q = 12,5 x P;
X = A+Q;
Y = V/X;
Z = (T-U) / V
5. Akuntansi Untuk Modal
Akuntansi untuk transaksi modal meliputi penyetoran modal,
penyisihan laba usaha setelah pajak untuk tujuan tertentu atau
cadangan, penambahan modal dari pihak lainnya.13

a. Saat penyetoran dana modal

Sebagai contoh apabila pada saat mendirikan bank


omega, dilakukan setoran sebagai modal saham dari pemiliknya
dalam bentuk :

13
Lapoliwa, N & Kuswandi, S., Akuntansi Perbankan:Akuntansi transaksi Bank dalam
Valuta Rupiah (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2000), 143.

49
 Uang tunai langsung pada rekening giro Bank Indonesia
sebesar Rp. 40.000.000.000
 Gedung kantor di Jakarta senilai Rp. 18.000.000.000.
 Inventaris kantor senilai Rp. 300.000.000.
 Kendaraan Rp. 100.000.000.

Oleh Bank Omega – Jakarta akan dibukukan seluruhnya


sebagai penyetoran modal bank sebesar Rp. 58,4 milyar
dengan ayat jurnal sebagai berikut:

D : Bank Indonesia – Giro Rp 40.000.000.000.


D : Aktiva Tetap – Gedung Rp. 18.000.000.000
D : Aktiva Tetap – Inventaris Kantor Rp. 300.000.000
D : Aktiva Tetap – Kendaraan Rp. 100.000.000
K : Modal Saham Rp. 58.400.000.000

b. Penyisihan Laba Usaha Bank

Setiap akhir periode, setelah mengetahui hasil bersih


hasil usaha laba atau laba bersih bank, Bank Omega akan
menyisihkan sejumlah labanya untuk keperluan tujuan khusus.
Penyisihan ini bukan berarti menyisihkan sebagian uang tunai
untuk membayar atau memenuhi kewajiaban tertentu
dikemudian hari. Penyisihan ini hanyalah cara untuk
mengalokasikan laba untuk tidak dibagikan kepada para
pemegang saham atau karyawan saham atau karyawan dalam
bentuk dividen maupun bonus.

Sebagai contoh, apabila pada akhir tahun bank omega


mendapatkan laba sebesar Rp24.000.000.000 dan diputuskan
oleh direksi untuk mencadangkan sebagai berikut.

 Pembagian Laba = Rp. 5.000.000.000


 Pembayaran hutang jangka Panjang = Rp. 2000.0000.000

50
Oleh Bank Omega dibukukan :

D : Ikhtisar Laba Rugi – Laba Tahun Berjalan


Rp.24.000.000.000
K : Laba Ditahan PenyisihanPembagian Laba
Rp. 5.000.000.000
K : Laba Ditahan – pembayaran Hutang Jangka Panjang
Rp. 2.000.000.000
K : Laba Ditahan – Tanpa Tujuan
Rp. 17.000.000.000
Rekening Laba Ditahan untuk tujuan, pembagian laba
dan pembayaran hutang jangka panjang, dalam istilah
akuntansinya dikenal dengan appropriated retained earnings,
sedangkan laba ditahan tanpa tujuan dikenal dengan
unappropriated retained earnings.

c. Penambahan dan Pengurangan Lainnya

Komponen modal juga dapat bertambah karena


penjualan saham yang dapat dijual diatas harga nominalnya,
sehingga tercipta adanya agio saham(premium). Bila harga jual
dibawah nilai nominalnya akan terdapat disagio saham
(discount). Premium diatas saham akan menambah komponen
modal, sedangkan discount atas saham akan mengurangi
modal.

Sebagai contoh, apabila nilai nominal saham bank


omega sebesar Rp. 1.000.000. dan dijual sebanyak 200 lembar
dengan kurs sebesar 102 persen tunai maka oleh Bank Omega
akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut.

D : Kas Rp 204.000.000

K : Modal Saham Rp 200.000.000

51
K : Agio Saham Rp. 4.000.000

Selain agio dan disagio saham, komponen lain yang


akan menambah komponen modal adalah komponen yang
diterima dari sumbangan, atau dikenal modal sumbangan
(donated capital).Biasanya modal sumbangan diterima dalam
bentuk natura atau barang yang dinilai menurut harga atau nilai
pasar dari aktiva tersebut pada saat diterima. Sebesar nilai
pasar yang ditaksir ini akan dicatat sebagai aktiva pada neraca
dan sebagai modal sumbangan pada kelompok modal.14

Sebagai contoh, apabila Bank Omega menerima hibah


dalam bentuk seperangkat computer IBM sistim 4341 dari
sebuah perusahaan besar di Jakarta, nilai pasarnya ditaksir
sebesar Rp. 400.000.000. Oleh Bank Omega akan dibukukan
sebagai berikut.

D : Aktiva Tetap – Komputer Rp. 400.000.000


K : Modal Sumbangan Rp 400.000.000
Dengan diterimanya modal sumbangan, komponen
modal akan semakin bertambah dan dengan demikian akan
memperbesar rrasio kecukupan modal atau CAR.
B. Pinjaman Yang Diterima
1. Pengertian Pinjaman Yang Diterima
Pinjaman (Loan) merupakan suatu jenis hutang yang dapat
melibatkan semua jenis benda berwujud walaupun biasanya
lebih sering diidentikkan dengan pinjaman moneter. Utang
adalah sesuatu yang dipinjam. Seseorang atau badan usaha
yang meminjam disebut debitur. Entitas yang memberikan utang
disebut kreditur. Peminjam awalnya menerima sejumlah uang
dari pemberi hutang yang akan dibayar kembali, seringkali
dalam bentuk angsuran berkala, kepada pemberi hutang. Jasa
ini biasanya diberikan dengan biaya tertentu yang disebut
14
Ibid., 145.

52
sebagai bunga terhadap hutang. Pihak peminjam dapat juga
memperoleh batasan-batasan yang diberikan dalam bentuk
syarat pinjaman.15
Menurut kasmir (2014) mengemukakan bahwa: “Pinjaman
yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari bank
atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga
keuangan bukan bank, lembaga keuangan luar negeri dan
masyarakat umum baik dalam valuta rupiah ataupun valuta
asing, dan harus dilunasi bila jatuh tempo. Pengertian pinjaman
diterima ini tidak termasuk pinjaman subordinasi.16
2. Pencatatan Pinjaman yang Diterima dari Direktur
Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan
perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur. Perjanjian yang
ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan scara
sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini
dalam akutansi disebut komitmen. Sebagai komitmen tagihan
bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat dalam
rekening administrative rupiah sisi debit dengan nama RAR
fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan.

Pencatatan komitmen tagihan ini akan diikuti pencatatan


realisasi pinjaman, bila pinjaman tersebut benar-benar
direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat sebesar
nilai nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower atau
obligor. Hal-hal yang terkait biaya perkreditan menjadi beban
peminjaman, misalnya biaya provisi dan administrasi, biaya
taksasi (appraisal) nilai jaminan, biaya perikatan (notaris), dan
biaya asuransi. Tentu saja pengkreditan rekening peminjaman

15
Aditya Achmad Fathony dan Dede Nurjanah, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan
Pinjaman Yang Diterima Terhadap Penyaluran Kredit Pada PT. Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat TBK. Kantor Cabang Pembantu Ciparai Periode 2011-2017,” Jurnal
Ilmiah Akuntansi, Vol 10, No. 2 (Agustus, 2019): 34,
http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/AKURAT.
16
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 89.

53
diterima harus diikuti pengkreditan RAR fasilitas pinjaman
diterima dan belum digunakan sebesar nilai realisasinya.17

3. Jenis-Jenis Pinjaman Yang Diterima


Jenis pinjaman yang diterima oleh suatu bank terdiri dari
beberapa ragam pinjaman antara lain:
1) Pinjaman jangka panjang dari bank lain.
Pinjaman dari bank lain yang sifatnya jangka panjang
lazimnya berupa penerbitan surat berharga dari bank yang
menerima pinjaman, baik dalam bentuk Sertifikat Deposito,
Commercial Paper, atau bentuk lainnya.
2) Pinjaman dari luar negeri yang disalurkan kepada
pemerintah untuk kemudian diteruskan kepada bank
pelaksana. Pinjaman yang diterima dari suatu lembaga di
luar negeri yang disalurkan melalui pemerintah sebelum
diterima oleh bank pelaksana biasanya dikenal dengan
nama Two Step Loan. Disebut Two Step Loan karena
pinjaman yang diberikan oleh kreditur dari luar negeri ini
akan diterima oleh pemerintah sebagai penjamin pinjaman
tersebut untuk kemudian disalurkan kepada bank-bank
pelaksana untuk dipergunakan menyalurkan kredit
perbankan.
3) Pinjaman Obligasi, adalah bukti hutang kepada investor
(bondholder) yang dijamin oleh lembaga penjamin efek,
serta mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya
serta pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal
jatuh tempo sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal
emisi.
4) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman
yang diterima dari Bank Indonesia apabila Bank mengalami
krisis likuiditas.

17
Taswan, Akuntansi Perbankan (Semarang: UPP STIM YKPN, 2008), 127.

54
5) Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama
(sindikasi) satu atau beberapa proyek.
4. Akuntansi Untuk Pinjaman Yang Diterima.
Akuntansi untuk pinjaman yang diterima sebagai berikut :18
a. Pinjaman dari Bank Lain
Pinjaman dari bank lain dapat diwujudkan dalam
bentuk Sertifikat Deposito, Commercial Paper dan surat
berharga lainnya.

Contoh 1:

1) Tanggal 15 juni 2012 Bank Permata Jakarta telah


menandatangani perjanjian kredit dengan Bank Mitra
Niaga Jakarta. Bank Permata bertindak sebagai
penerima kredit (debitur) dan Bank Mitra Niaga bertindak
sebagai pemberi kredit (kreditur). Niai kredit yang yang
disepakati Rp. 1.000.000.000, suku bunga 12%. Jangka
waktu 3 tahun.
2) Tanggal 1 juli 2012 Bank Permata menarik kreditnya
melalui Bank Indonesia (kliring) senilai Rp. 600.000.000
dan langsung didebitkan ke rekening milik Bank Permata
di Bank Indonesia Jakarta.
3) Tanggal 5 Bank Permata menarik kredit lagi di Bank Mitra
Niaga Jakarta sebesar Rp. 400.000.000. Langsung
didebitkan ke rekening Giro Bank Permata di Bank Mitra
Niaga.

Pencatatannya adalah :

Tang Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


gal
15/6/ Dr. RAR Fas. Pinjaman 1.000.000.00
2012 yang Diterima dan belum 0

18
Ismail, Akuntansi Bank (Jakarta: PT. Adhitya Andrebina Agung, 2010), 114.

55
digunakan

1/7/2 Cr. RAR. Fas. 600.000.000


012 Pinjaman yang
diterima dan belum
digunakan

Dr. Giro BI 600.000.000


Cr. Pinjaman yang 600.000.000
diterima

5/7/2 Cr. RAR pinjaman 400.000.000


012 yang Diterima dan
belum digunakan

Dr. Giro Bank-Bank Lain 400.000.000


Cr. Pinjaman yang 400.000.000
diterima

Contoh 2:
Bank Omega Kantor Pusat memutuskan untuk
meminjam dana dari Bank ABC sebesar Rp 30 M dan untuk
itu Bank Omega menerbitkan Sertifikat Deposito dengan
jangka waktu 3 tahun. Suku bunga sebesar 15% setahun.
Dana diterima Bank Omega dalam bentuk rekening giro
pada Bank ABC. Oleh Bank Omega Kantor Pusat akan
dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut.

D: Bank Lain-Giro (Bank ABC)


Rp 30.000.000.000
K: Pinjaman yang Diterima Sertifikat Deposito 3 Tahun

Rp 30.000.000.000

56
Setahun kemudian, dimana Sertifikat tersebut belum
jatuh waktu, Bank Omega Kantor Pusat harus
memperhitungkan bunga selama 12 bulan pertama sebesar
Rp 4.500.000. Ayat jurnal yang dicatat oleh Bank Omega
Kantor Pusat sebagai berikut.
D: Biaya Bunga Pinjaman yang Diterima-SD
Rp 4.500.000
K: Bank Lain-Giro (Bank ABC)

Rp 4.500.000

Pelaksanaan pemakaian dana pinjaman ini dapat saja


dilakukan oleh kantor cabang. Sebagai contoh, Bank
Omega kantor cabang Jakarta hendak mempergunakan
dana dari pinjaman tersebut sebesar Rp 1 M, dan memohon
agar Kantor Pusat untuk memakai dana tersebut, oleh
Kantor Pusat mentrasfer dana tersebut ke kantor cabang
melalui Bank Indonesia setempat. Ayat jurnal sebagai
berikut:
D: RAK-Cabang Jakarta Rp 1.000.000.000
K: Bank Lain-Giro (Bank ABC) Rp 1.000.000.000

Sedangkan oleh kantor cabang Jakarta akan


membukukan transaksi ini
sebagai berikut:
D : Bank Indonesia-Giro Rp 1.000.000.000
K : RAK-Kantor Pusat Rp 1.000.0000.000

b. Two Step Loan


Proses terjadinya TSL ini dapat dijabarkan sebagai
berikut.

57
Bank Penerima Pemerintah Bank Pemberi

Pinjaman RI Pinjaman di

Dalam negeri LN

Sebagai Bank Sebagai Bank LN


Penerima Kredit Penjamin dan
Lembaga LN
TSL Penyalur TSL
Pemerintah

caban caban
g

Akuntansi untuk penerimaan dana TSL harus


diadministrasikan oleh Kantor Pusat dan akan dibukukan
kedalam rekening Pinjaman Yang Diterima-TSL. Rekening
ini merupakan hutang jangka panjang bagi bank yang
bersangkutan.
Adapun ciri-ciri daro TSL;

1) Pinjaman diberikan oleh lender sendiri atau dalam bentuk


konsosorium kepada Pemerintah RI.
2) Pinjaman ditujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan
mengembangkan industri kecil dan menengah yang
menunjang perekonomian.
3) Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal, atau
jasa/tenaga ahli.
4) Pemerintah meneruskan pinjaman kepada Participating
Financial Institution (PFI) yaitu bank-bank dan LKBB
dalam bentuk rupiah sehingga risiko selisih kurs yang
terjadi menjai tanggungjawab pemerintah.
5) Suku bunga TSL ditentukan oleh pemerintah.
6) TSL berjangka waktu 15-20 tahun sehingga dapat diakui
equity.

58
7) Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL
dengan dana dri PFI berkisar 80% : 20% dari jumlah
kredit.
8) Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak
dipergunakan), PFI wajib membayar kepada emerintah
sejumlah biaya yang dibayar kepada tender oleh
pemerintah sesuai perjanjian termasuk commitmen
charge sejumlah persentase tertentu berkisar 0.75% per
tahun.

Jurnal yang diperlukan :

Tanggal/ket Rekening Debit Kredit


(Rp) (Rp)
Saat Dr. RAR Pinjaman yang
diterima
Persetujuan Dan belum digunakan

Saat Cr. RAR. Pinjaman yang


diterima
Realisasi Dan belum digunakan
Dr. Giro BI
Cr. Pinjaman yang diterima
TSL

Saat Dr. Biaya Bunga


Penyesuain Cr. Biaya Bunga Harus
dibayar
Bunga

Saat Pmbyr Dr. Biaya Bunga harus dibayar


Bunga stlh Cr. Giro BI
Penyesuaian

59
Bila Bunga Dr. Biaya Bunga
Dibayar Cr. Giro BI
Langsung

Saat Dr. Pinjaman yang diterima


Pelunasan
Pinjaman Cr. Giro BI

Contoh:
Bank Omega mendapatkan pinjaman melalui pemerintah RI
dari Bank of Japan sebesar Rp 12 M yang disalurkan melalui
BI. Oleh Kantor Pusat akan dijurnal sebagai berikut:
D : Bank Indonesia-Giro Rp 12.000.000.000
K : Pinjaman yang Diterima-TSL Rp 12.000.000.000

Pada jatuh waktu pinjaman TSL ini, rekening TSL akan


didebetkan dengan jumlah yang sama dan tidak akan
tampak lagi pada neraca Bank Omega.

c. Obligasi
Obligasi merupakan instrument untuk menciptakan
hutang. Sumber dana berasal dari obligasi yang merupakan
alternative bank dalam membiayai investasinya. Sebagai
surat pengakuan hutang, bank yang menerbitkan obligasi
harus membayar bunga kepada obligasi. Pembayaran
bunga dapat dilakukan setiap periode tertentu secara tetap.
Kewajiban ini akan pelunasan obligasi pada saat jatuh
tempo.
Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapat izin
dari otoritas Pasar Modal. Disamping itu penerbitan obligasi
harus memenuhi perlindungan negative dan emiten untuk
melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi.

60
Contoh perlindungan negative adalah dilarang membagi
seluruh laba kepada pemegang saham, sebab akan dapat
mengurangi kemampuan memenuhi kewajiban kepada
pemegang obligasi. Sedangkan persyaratan perlindungan
positif adalah persyaratan yang mewajibkan emiten
melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang
obligasi, misalnya kewajiban menebitkan aporan keuangan
secara periodic agar diketahui kinerja bank tersebut.
Pencatatan pinjaman obligasi dilakukan ketika terjadi
transaksi penjualan obligasi dan ketika terjadi pelunasan
bunga atau pokok obligasi. Untuk bias mencatatnya perlu
mengetahui harga jual (kurs) obligasi yang terbentuk
dipasar.
 Penentuan Harga Obligasi
Dalam menentukan harga obligasi, emitan harus
memperhatikan, mempertimbangkan tingkat bunga (kupon)
obligasi, jangka waktu atau jatuh tempo obligasi, dan
keuntungan yang diharapkan oleh investor atau sering
disebut bond yield. Kupon obligasi akan menimbulkan biaya
bunga bagi emiten atau aliran aks keluar dan posisi obligasi
pada dasarnya penjumlahan present value dari aliran kas
biaya biaya bunga ditambah present value dari nilai pokok
obligasi pada saat jatuh tempo, dengan yield yang
disayaratkan. Biaya bunga obligasi dibayar setiap periode,
sedangkan nilai pokok obligasi akan dilunasi setiap akhir
periode saat jatuh tempo (dengan asumsi run caliable bond).
Salah satu sumber dana yang sebaiknya
dikembangkan oleh bank adalah dari penjualan surat
berharga obligasi. Pengadministrasian penerbitan obligasi
ini harus diketahui oleh Kantor Pusat sebagai dasar
pengelolaan dana bank. Penjualan obligasi dapat saja

61
dilakukan di cabang. Pencairan obligasi pada saat jatuh
waktu dapat dilakukan di cabang-cabang.
Contoh:

Kantor Pusat Bank Omega menerbitkan 1000 lembar


obligasi Rp 1.000.000 dengan suku bunga 12% setahun.
Cabang Jakarta berhasil menjual seluruh obligasi kepada
masyarakat. Oleh Kantor cabang Jakarta transakasi ini akan
dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut:
D: Kas Rp 1.000.000.000
K : Hutang obligasi Rp 1.000.000.000

Pada saat sebulan kemudian, Kantor cabang Jakarta


akan menyisihkan biaya bunga obligasi bulan pertama
sebesar 1% , ayat jurnalnya sebagai berikut.
D: Biaya Bunga Obligasi Rp 10.000.000
K : Hutang Bunga Obligasi Rp 10.000.000

Bila ada nasabah yang telah membeli obligasi dari


cabang Jakarta sebanyak 10 lembar Rp 1 juta dengan suku
bunga 12% setahun datang ke cabang Surabaya hendak
mencairkan obligasi tersebut pada akhir bulan kedua
sebelum bunga dibayarkan. Cabang Surabaya akan
bertindak hanya sebagai cabang pembayar. Pembayaran
dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa keabsahan
dokumen atau bilyet obligasi yang dimiliki oleh nasabah
yang bersangkutan dan pembayaran bunga yang telah
dilakukan. Oleh cabang Surabaya akan dibukukan melalui
perhubungan antar kantor sebagai berikut:
D : RAK-Cabang Jakarta Rp 10.100.000
K: Kas Rp 10.100.000

Oleh cabang Jakarta sebagai cabang penjual obligasi


akan dibukukan sebagai berikut:

62
D: Biaya Bunga Obligasi Rp 100.000
D: Hutang Obligasi Rp 10.000.000
K : RAK-Cabang Surabaya Rp 10.100.000

d. Pinjaman untuk Pembiayaan Bersama


Kewenangan pemberian pinjaman untuk tujuan
pembiayaan bersama proyek-proyek tertentu tetap berada
pada kantor pusat. Untuk setiap kali diterima dana pinjaman
untuk tujuan pembiayaan bersama akan dibukukan ke dalam
rekening Pinjaman Yang Diterima-Pembiayaan Bersama.
Rekening ini akan tetap outstanding disebelah passiva
hingga proyek yang dibiayai selesai dan pinjaman dilunasi
oleh bank.\Proses pinjaman yang diterima dalam rangka
pembiayaan dapat dijabarkan pada gambar berikut ini:19

Penerima kredit Bank Koordinator Penyalur Bank Penyalur

Pembiayaan Kredit Modal

Mendapat dana Menyalurkan Menyediakan


dan pembiayaan bersama Dana
mempergunakan
Menyediakan
Dana Sendiri
Dana

Sebagai contoh, Bank Omega hendak membiayai


sebuah proyek sebesar Rp 300 M. Untuk memenuhi
kebutuhan dana ini telah bersedia dua buah bank lain: Bank
ABC dan Bank XYZ dengan masing-masing sumbangan
modal Rp 100 M. Jadi besarnya dana pinjaman yang
diterima untuk tujuan pembiayaan bersama ini sebesar Rp
200 juta yang disediakan langsung dalam rekening giro
dimasing-masing bank, sedangkan sisanya menjadi beban
Bank Omega. Untuk mencatat transaksi ini, oleh Bank
Omega kantor pusat akan dibukukan sebagai berikut:
19
Ibid., 118.

63
D : Bank Lain-Giro (Bank ABC)
Rp 100.000.000
D: Bank Lain-Giro ( Bank XYZ)
Rp 100.000.000
K : Pinjaman yang Diterima Pembiayaan Bersama

Rp 200.000.000

Dengan demikian Bank Omega, dalam kasus ini akan


tetap bertanggung jawab terhadap kredit yang diberikan,
karena Bank Omega telah menerima dana dari bank-bank
penyalur dana dan dana tersebut dikuasai langsung oleh
Bank Omega.
Dalam hal pembiayaan bersama ini dilakukan
langsung dari bank pemberi dana kepada penerima kredit,
maka tanggung jawab atas kredit yang diberikan tersebut
dibagi atas dasar banyaknya kredit yang telah diserahkan
oleh masing-masing bank. Proses ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:

Penerima Kredit Pemberi Dana

Proyek Menerima dan Bank A


mempergunakan
Bank B

Bank C

Dalam hal proses pembiayaan seperti tersebut diatas,


Bank Omega tidak pernah akan menerima pinjaman yang
diterima dari bank manapun, dan tidak akan muncul dalam
neraca.

64
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik


dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk
membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi
regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Modal menjadi
faktor penting bagi perkembangan dan kemajuan bank. Terutama
dalam upaya menjaga tingkat kepercayaan kepada masyarakat.
Semakin baik tingkat pengelolaan modal dari suatu perbankan
maka kemungkinan, baik pula tingkat kepercayaan masyarakat.

Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat


diklasifikasikan sesuai Standar Bank For International Settlements,
yaitu modal init (tier 1), modal pelengkap (tier 2), modal pelengkap
tambahan (tier 3).

Akuntansi untuk transaksi modal meliputi penyetoran modal,


penyisihan laba usaha setelah pajak untuk tujuan tertentu atau
cadangan, penambahan modal dari pihak lainnya.

Pinjaman (Loan) merupakan suatu jenis hutang yang dapat


melibatkan semua jenis benda berwujud walaupun biasanya lebih
sering diidentikkan dengan pinjaman moneter. Utang adalah
sesuatu yang dipinjam. Seseorang atau badan usaha yang
meminjam disebut debitur. Entitas yang memberikan utang disebut
kreditur. Peminjam awalnya menerima sejumlah uang dari pemberi
hutang yang akan dibayar kembali, seringkali dalam bentuk
angsuran berkala, kepada pemberi hutang. Jasa ini biasanya
diberikan dengan biaya tertentu yang disebut sebagai bunga
terhadap hutang. Pihak peminjam dapat juga memperoleh batasan-
batasan yang diberikan dalam bentuk syarat pinjaman.

65
Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan
perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur. Perjanjian yang
ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan scara
sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam
akutansi disebut komitmen. Sebagai komitmen tagihan bank yang
tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat dalam rekening
administrative rupiah sisi debit dengan nama RAR fasilitas
pinjaman diterima dan belum digunakan.

B. Saran
Semoga setelah mempelajari dan memahami makalah ini, kita
dapat mengerti akan Akuntansi Modal Bank dan Pinjaman yang
Diterima. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus mampu
memahami dan menelaah berbagai kesalahan yang tidak sesuai
dengan aturan.
Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan, maka dari
itu kritik dan saran yang membangun kami butuhkan dari teman-
teman ataupun Dosen Pengampu mata kuliah Akuntansi
Perbankan.

66
DAFTAR PUSTAKA

Fathony, Aditya Achmad dan Dede Nurjanah, “Pengaruh Dana Pihak


Ketiga Dan Pinjaman Yang Diterima Terhadap Penyaluran Kredit
Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat TBK. Kantor
Cabang Pembantu Ciparai Periode 2011-2017,” Jurnal Ilmiah
Akuntansi. Vol 10, No. 2. Agustus, 2019.

Ismail. Akuntansi Bank. Jakarta: PT. Adhitya Andrebina Agung, 2010.

Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


2014.

Khadijah, Mortigor Afrizal Purba, Dan ASEAN CPA. Akuntansi Perbankan.


Batam: September, 2021.

Muchdarsyah, Sinungan. Strategi Manajemen Bank . Jakarta : Penerbit


Rineka Cipta, 1994.

Taswan. Akuntansi Perbankan. Semarang: UPP STIM YKPN, 2008.

67

Anda mungkin juga menyukai